Imunopatogenesis Dengue Haemorrhagic Fever (Studi Pustaka).

ABSTRAK
IMUNOP ATOGENESIS DENGUE HAEMORRHA GIC FEVER
Erik Sutandi, 2002. Pembimbing : Johan Lucianus, dr., MSi
Latar Belakang : Dengue Haemorrhagic Fever merupakan manifestasi
klinik berat yang dapat disertai dengan gejala demam, ruam, trombositopenia,
maupun tanda-tanda perdarahan. Pada fase akut, DHF tidak memiliki tanda
patognomonik. Saat-saat yang kritis pada penderita DHF adalah saat demamnya
turun, tetapi tanda-tanda kegagalan sirkulasi dan mani festasi pedarahan yang
terjadi biasanya baru tampak 24 jam sebelum sampai dengan 24 jam sesudah
temperatur normal ataupun dibawah normal. DHF dinyatakan sebagai Dengue
Shock Syndrome (DSS) bila disertai tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Mekanisme
terjadinya DHF didasari oleh suatu hipotesis yang disebut ADE (Antibody
Dependent Enchancement) yang menyatakan bahwa infeksi oleh virus dengue
yang kedua kalinya dengan serotipe yang heterolog akan menyebabkan terjadinya
respon imun yang mampu mengenali tetapi tidak mampu menetralisasi.
Tujuan : Untuk mempelajari respon imun yang merupakan faktor pemicu
terjadinya DHF.
Kesimpulan : DHF dapat terjadi apabila terjadi infeksi untuk kedua
kalinya oleh virus dengue dengan serotipe heterolog. Dan manifestasi tersebut
terjadi karena respon imun tubuh kita sendiri.
Saran : Untuk mencegah terjadinya DHF, kita dapat menggunakan

mediator kimia yang menghambat terbentuknya antibodi non netralisasi, obat
yang menghambat CD4+ dan CD8+ cross reaktif. Selain itu dapat juga digunakan
Interferon alfa yang fungsinya memblok reseptor pada permukaan makrofag
Imonosit yang belum terinfeksi dan mendegradasi RNA virus.

IV

ABSTRACT
IMMUNOPATHOGENESIS

OF DENGUE HAEMORRHAGIC

FEVER

Erik Sutandi, 2002 . Tutor : Johan Lucianus, dr., MSi
Background:
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a severe clinical
manifestation
which characterized
by fever, rash, trombocytopenia

and
haemorrhage. There is no pathognomonic sign of DHF during the acute stage.
The critical stage in DHF is at the time of defervescence, but signs of circulatory
failure or hemorrhagic manifestations may occur from about 24 hour before to 24
hour ajier the temperature falls to normal or below. DHF is claimed to be Dengue
Shock Syndrome (DSS) if accompanied by circulatory failure. The mechanism of
DHF based on hypothesis which was called ADE (Antibody Dependent
Enchancement).
This hypothesis
implies that a second infection with a
heterologous dengue virus serotipe will induce immune response which recognize
but non-neutralizing.
Objectives

: To study the immune response which is the trigger factor for

DHF.

Conclution : DHF will be occured if there is a secondary heterologous
infection and our body's immune response is responsible for that manifestation.

Recommendations
: In order to prevent DHF, we could use some
chemokine which function is to block nonneutralizing antibody, immunosupresant
which block CD4+ and CD8+ cross reactive selectively. We can also use alpha
interferon, which mechanism is to block receptor on uninfected monocyt or
macrophage and will degrade viral RNA.

v

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
SURA T PERNY A T AAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KAT A PENGANT AR
DAFT

AR


11
1lI
IV
V
VI

IS 1. . . . . . . . .. .. . . . . .. . . . . . . .. . .. .. .. .. .. .. . . . . . .. . .. .. .. .. . . . .. .. .. . .. . . .. . . . . .. .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. ..

V11

DAFTAR GAMBAR

VllI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Maksud dan Tujuan
lA. Kegunaan Studi Pustaka
1.5. Metode Penelitian

1.6. Lo kasi dan Waktu

1
2
2
2
3
3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi
2.2. Struktur Virus
2.2. 1. Protein Struktural
2.2.2. Protein Non Struktural
2.3. Imunopatogenesis DHF
2.3.1. Replikasi Virus
2.3.2. Respon Imun terhadap Virus Dengue
2.3.2.1. Respon Imun Spesifik
2.3.2.2. Respon Imun Non Spesifik
2.3.3. Infeksi Virus Dengue yang Kedua Kalinya

dengan Serotipe Heterolog

4
4
4
6
6
7
9
10
12
15

BAB III RINGKASAN

20

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran


23
23

DAFT AR PUST AKA
RIW AYAT HIDUP PENULIS

24
27

Vll

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Protein Struktural Virus Dengue
Gambar 2.2. Protein Struktural dan Nonstruktural

Gambar 2.3. Replikasi Virus Dengue

5

5
...

Gambar 2.4. Respon Imun terhadap Dengue pada Infeksi Pertama
Kalinya
Gambar 2.5. Infeksi Dengue untuk Pertama Kalinya
Gambar 2.6. Mekanisme Kerja Interferon
Gambar 2.7. Antibodi Non Netralisasi
Gambar 2.8. Replikasi Virus Dengue dalam MonositIMakrofag
Gambar 2.9. Aktivasi Komplemen

Vlll

8
9
II
14
16
16
18


1

BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perlu diketahui bahwa sekitar 2/5 penduduk dunia (2,5 milyar) mempunyai
resiko untuk terkena infeksi virus dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan
subtropis mengalami letusan wabah demam dengue dan Dengue Haemorrhagic
Fever, dimana terdapat lebih kurang 500.000 kasus yang setiap tahunnya dirawat
di rumah sakit dengan ribuan orang diantaranya meninggal dunia

.

Kasus demam berdarah di Indonesia pertama kali dilaporkan di Jakarta
dan Surabaya pada tahun 1968. Tahun-tahun selanjutnya kasus demam berdarah
berfluktuasi jumlahnya setiap tahun dan cenderung meningkat. Daerah yang
terjangkit juga bertambah luas. Pada tahun 1997, jumlah kasus yang dilaporkan
dari 27 propinsi sebanyak 31.789 orang (angka kesakitan 15,28 per 100.000
penduduk), dari jumlah kasus yang dilaporkan tesebut, 705 orang diantaranya

meninggal (angka kematian 2,2 %). Sampai tahun 1998, dari 27 propinsi jumlah
kasus demam berdarah sebanyak 65.968 dengan kematian 1275. Penyebab
meningkatnya jumlah dan menyebamya kasus demam berdarah antara lain karena
semakin meningkatnya arus transportasi penduduk dari satu daerah ke daerah lain.
Sedangkan nyamuk penulamya masih tersebar dan banyak terdapat baik di rumah,
sekolah maupun tempat umum lainnya. Wabah penyakit ini menyebabkan
kerugian yang besar dalam sektor

sosial maupun ekonomi. Walau demikian,

patogenesis mengenai DHF ini masih belum jelas dan vaksin untuk virus dengue
masih belum ditemukan. Karena itu, merupakan tantangan bagi kita untuk
mengatasi wabah penyakit ini.
Dengue Fever atau Demam Dengue merupakan manifestasi klinik yang
ringan, akibat terkena gigitan nyamuk Aedes sp. betina infeksius untuk pertama
kalinya, yang seringkali disertai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan
otot, ruam, leukopenia, dan trombositopenia

sebagai gejalanya. Sedangkan


Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

2

merupakan manifestasi klinik yang berat, yang terjadi bila seseorang mendapat
infeksi berulang dengan serotipe virus dengue yang berlainan, ditandai oleh empat
manifestasi klinis utama yaitu: demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan
hepatomegali dan, pada kasus berat, tanda-tanda kegagalan sirkulasi yang disebut
Dengue Shock Syndrome (DSS). Berdasarkan hal ini, timbullah yang disebut
infeksi kedua kalinya oleh virus yang heterolog. Hipotesis ini menyatakan bahwa
DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue untuk pertama kalinya,
mendapat infeksi berulang virus dengue dengan serotipe lain. Re-infeksi ini akan
menyebabkan

suatu reaksi

anamnestik

antibody,

sehingga

menimbulkan

konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody yang tinggi).
Sesuai perkembangan, patogenesis Dengue Haemorrhagic Fever dalam
kurun waktu hampir seratus tahun ini, dapat dibagi menjadi dua teori patogenesis:
pertama, virus dengue mempunyai sifat virulensi tertentu. Kedua, pada manusia
yang terinfeksi mengalami suatu proses imunologi yang berakibat kebocoran
plasma, perdarahan dan pelbagai manifestasi klinik. Belakangan ini yang
berkembang adalah teori yang kedua ini yang disebut sebagai teori imunopatologi.
1.2. Identifikasi Masalah
Perlu diketahui apakah ada hubungan antara mekanisme respon Imun
tubuh kita dengan manifestasi perdarahan dan syok pada penderita DHF.
1.3. Maksud dan Tujuan
Dengan mengetahui mekanisme respon imun yang merupakan pemlcu
terjadinya DHF diharapkan dapat ditemukan cara pencegahan dan penanganan
yang terlebih baik lagi terhadap penderita DHF.

1.4. Kegunaan Studi Pustaka :
Untuk mandapatkan pengetahuan yang lebih baru tentang imunopatologi
bagaimana terjadinya DHF / DSS.

3

1.5. Metode Penelitian :
Studi Pustaka.
1.6. Lokasi dan Waktu :
Karya tulis ini dibuat di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha selama semester genap 2002.

23

BAB IV
KES~PULANDANSARAN

5.1. Kesimpulan
Terjadinya DHF maupun DSS disebabkan karena infeksi oleh VIruS
dengue untuk kedua kalinya dengan serotipe yang berbeda. Dan manifestasi
tersebut disebabkan karena pertama: respon sel CD4+ dan CD8+ memori yang
bersifat cross reaktifterhadap protein NS3, kedua: antibodi non netralisasi yang
dengan virus akan membentuk kompleks imun dan menyebabkan teIjadinya
berbagai manifestasi klinik.
5.2. Saran
Kemungkinan

untuk mengatasi DHF ini adalah dengan pemberian

mediator yang dapat mencegah terbentuknya antibodi non netralisasi dan obat
yang mensupresi CD4+ dan CD8+ memori cross reaktif tanpa menghambat
respon imun lain yang bersifat efektif terhadap virus dengue. Kemungkinan
lainnya adalah dengan penggunaan interferon, interferon dapat memblok
reseptor monosit/makrofag

yang be1um terinfeksi virus dan juga

akan

mendegradasi RNA virus melalui aktivasi 2-5 A sintetase, ribonuklease dan
protein kinase.

24

DAFTAR PUST AKA
Anderson, R., et.al. 1997. Activation of Endothelial Cells via AntibodyEnhanced Dengue Virus Infection of Peripheral Blood Monocytes. J. Virol.,
1997. Vol 71 : no.6, 4226 - 4232
Avirutnan, P., et al. 1998. Dengue Virus Infection of Human Endothelial Cells
Lead.. to Chemokine Production, Complement Activation, and Apoptosis. J.
Immunol., 1998. Vol 161, 6338 - 6346
Brooks, G. F., J. S. Butel, and S. A. Morse. 2001. Medical Microbiology. 20second ed. New York: Lange Medical Book. 126
Collier, L., and J. Oxford. 2000. Human Virology. 2'nd ed. Hong Kong:
Oxford University Press. 39 - 40
Diamond, M. S., and T. G. Roberts. 2000. Modulation of Dengue Virus
Infection in Human Cells by Alpha, Beta, and Gamma Interferons. l. Virol.,
2000. Vo174: no.11, 4957 - 4966
Gubler, D. J. 1998. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. Clin. Micro.
Rev., 1998. Vol 11 : no.3, 480 - 496
Halstead, S. B. 1988. Pathogenesis of Dengue: Challenges to Molecular
Biology. Sci., 1988. Vol 239, 476 - 481
http://www.

cdc. gov/nc idod/ dvb id/ dengue/sl ideset/set 1/v

http://www.ilm.pflenglish!denguee.htm
http://www.science.mcmaster.ca/Biology/Virology/ricky.htm

Janeway, C. A., and P. Travers. 1996. Immuno Biology. 2'nd ed. New York:
Garland Publishing.Inc, 8:34 - 8:48
Kao Jean Huang, et al. 2000. Manifestation of Thrombocytopenia in Dengue2-Virus-Infected Mice. l. Gen. Virol., 2000. Vol 81, 2177 - 2182
Kurane, I., and A. Meager. 1989. Dengue Virus-Specific Human T cell Clones,
Serotype Crossreactive Proliferation, Interferon Gamma Production, and
Cytotoxic Activity. l.ofExp. Med., 1989. Vol 170, 763 -775

25

Kurane, I., et al. 1995. T cell activation in vivo by dengue virus infection. 1.
Clin. Lab. Immunol., 1995. Vo146: no.1, 35 - 40
Leitmeyer, K. C., and D. W. Vaughn. 1999. Dengue Virus Structural
Differences That Correlate with Pathogenesis. J. Virol., 1999. Vo173: no.6,
4738 - 4747
Levinson, W., and E. Jawetz. 1996. Medical Microbiology and Immunology.
4'th ed. New York: Appleton and Lange. 309 - 310
Leyssen, P., E. De Clercq, and Johan Neyts. 2000. Perspectives for the
Treatment of Infections with Flaviviridae. Clin. Micro. Rev., 2000. Vol 13 :
no. 1, 67 - 82
Mady, B. J., and D. V. Erbe. 1991. Antibody-Dependent Enhancement of
Dengue Virus Infection Mediated by Bispecific Antibodies Against Cell Surface
Molecules Other than Fc Gamma Receptors. J Immunol., 1991. Vol 147 :
no.9, 3139 - 3144
Maguire, T., et al. 1997. Dengue Virus Infectivity Depend'! on Envelope Protein
Binding to Target Cell Heparan Sulfate. Nat. Med., 1997. Vol 3, 866 - 871
Mathew, A., et al. 1996. Dominant Recognition by Human CD8+ Cytotoxic T
Lymphocytes of Dengue Virus Nonstructural Proteins NS3 and NSI.2a. 1.
Clin. Invest., 1996. Vol 98 : no.7, 1684 - 1692
Mathew, A., and I. Kurane. 1998. Predominance ofHLA-Restricted
Cytotoxic
T-Lymphocyte Responses to Serotype-Cross-Reactive
Epitopes on
Nonstructural Proteins Following Natural Secondary Dengue Virus Infection.
J Virol., 1998. Vo172: no.5, 3999 - 4004

Rothman, A. L., I. Kurane, and F. A. Ennis. 1993. Dengue Virus Protein
Recognition by Virus-Specific Murine CD8+ Cytotoxic T Lymphocytes. 1.
Virol., 1993. Vol 67 : no.2, 801 - 806
Rothman, A. L., and I. Kurane. 1996. Multiple Specificities in The Murine
CD4+ and CD8+ T-Cell Response to Dengue Virus. 1. Virol., 1996. Vol 70 :
no. 10, 6540 - 6546
Spaulding, A. c., et al. 1999. Analysis of Murine CD8+ T-Cell Clones Specific
for the Dengue Virus NS3 Protein: Flavivirus Cross-Reactivity and Influence
of Infecting Serotype. J. Virol., 1999. Vo173: no. 1, 398 - 403

26

Sri Rezeki H. Hadinegoro dan Hindra Irawan Satari. 1999. Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1 - 2,
32, 44 - 53
Valdes, K., and M. Alvarez. 2000. Human Dengue Antibodies against
Structural and Nonstructural Proteins. Clin. and Diag. Lab. Immunol., 2000.
Vol 7 : no.5, 856 - 857
Zivny, J., and M. DeFronzo. 1999. Partial Agonist Effect Influences the CTL
Response to a Heterologous Dengue Virus Serotype. 1. Immunol., 1999. Vol
163, 2754 - 2760