ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN PAKU BERDASARKAN KETINGGIAN DI BUKIT SIMARSAYANG PADANG SIDIMPUAN.

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN PAKU BERDASARKAN
KETINGGIAN DI BUKIT SIMARSAYANG
PADANGSIDIMPUAN

Oleh:
Fadlila Yuhana Siregar
NIM 409220013
Program Studi Biologi

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

i


v

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
berkah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis
Vegetasi

Tumbuhan Paku Berdasarkan

Ketinggian

Di Bukit Simarsayang

Padangsidimpuan”.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu

menyelesaikan skripsi ini mulai dari

pengajuan proposal, pelaksanaan penelitian sampai penulisan skripsi, antara lain Ibu

Dra. Hj. Cicik Suryani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Toyo
Manurung, M.Si, Ibu Dra. Rosita Tarigan, M.Pd dan Bapak Drs. H. Ashar Hasairin,
M.Si selaku dosen penguji.
Ucapan terimakasih juga kepada Bapak Drs. H. Ashar Hasairin, M.Si dan
Bapak Ir. Syafrudin Parinduri

atas keikutsertaan penelitian di lapangan dan

bantuannya saat pengidentifikasian sampel. Tidak lupa juga ucapan terimakasih
kepada Bapak Drs. H. Tri Harsono, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Ketua Jurusan Biologi, Bapak Drs. Lazuardi, M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Biologi dan kepada seluruh dosen yang mengajar di Jurusan Biologi tempat
penulis menuntut ilmu serta seluruh pegawai tata usaha FMIPA.
Terkhusus kepada orangtua dan keluarga atas kasih sayang, dukungan dan
doanya. Dan yang terakhir terimakasih kepada teman-teman seangkatan yang telah
bersama-sama menjalani pendidikan di perguruan tinggi ini.

Medan, 11 Maret 2014

Fadlila Yuhana Siregar

409220013

iii

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN PAKU BERDASARKAN
KETINGGIAN DI BUKIT SIMARSAYANG
PADANGSIDIMPUAN

Fadlila Yuhana Siregar (NIM 409220013)

ABSTRAK
Penelitian analisis vegetasi ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman,
dominansi, pola distribusi, sifat fisika-kimia media tumbuh tumbuhan paku di Bukit
Simarsayang Padangsidimpuan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember
2013 sampai bulan Januari 2014. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan tehnik purposive sampling berdasarkan rona lingkungan. Petak contoh yang
digunakan berukuran 5 x 5 m, masing-masing terdapat 10 di ketinggian I (385 – 443
m dpl) dan di ketinggian II ( 443 – 500 m dpl).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Bukit Simarsayang ditemukan 42
jenis tumbuhan paku yang tergolong kedalam 13 famili dengan total 2228 individu.

Ketinggian I memiliki indeks keanekaragaman 2,706 dan ketinggian II memiliki
indeks keanekaragaman 2,470 artinya indeks keanekaragaman masing-masing
ketinggian termasuk kategori sedang. Ketinggian I didominasi oleh jenis Christella
dentata sebanyak 175 individu dan ketinggian II didominasi oleh jenis
Dicranopteris linearis sebanyak 271 individu. Terdapat 40 jenis tumbuhan paku
yang memiliki pola distribusi berkelompok dan 2 jenis tumbuhan paku dengan pola
distribusi acak ( Lepisorus longifolius dan Vittaria sp).
Di ketinggian I frekuensi relatif terbesar terdapat pada jenis Davallia
denticulata sebesar 8,1967%, kerapatan relatif terbesar pada jenis Christella dentata
sebesar 17,694% dan indeks nilai penting (INP) terbesar pada jenis Christella
dentata sebesar 42,0454%. Di ketinggian II frekuensi relatif terbesar terdapat pada
tiga jenis yaitu Dicranopteris linearis, Selaginella plana dan Davallia denticulata
sebesar 8,4746%, kerapatan relatif terbesar pada jenis Dicranopteris linearis sebesar
21,872% dan indeks nilai penting (INP) terbesar pada jenis Dicranopteris linearis
sebesar 52,4446%. Bukit Simarsayang Padangsidimpuan memiliki suhu udara ratarata 27-29 ºC, kelembaban udara 69-74%, suhu tanah 20,1- 21,7 ºC, pH tanah 6,346,35, kelembaban tanah 20,5 - 23,3, intensitas cahaya matahari sebesar 135,9 - 160,4
lux.
Kata kunci: Analisis vegetasi, Tumbuhan paku, Bukit Simarsayang.

iv


VEGETATION ANALYSIS OF FERNS BASED ON HEIGHT IN
SIMARSAYANG HILL PADANGSIDIMPUAN

Fadlila Yuhana Siregar (NIM 409220013)

ABSTRACT
Vegetation analysis research aims to determine the diversity, dominance,
patterns of distribution, physico-chemical factors of ferns growing medium in the
Simarsayang Hill Padangsidimpuan. This research was conducted from December
2013 to January 2014. The method used is descriptive method with purposive
sampling technique based on the environmental setting. The method used was
purposive sampling using sample plots measuring 5 x 5 m, each height had 10 plots
at first ( 385-443 m asl ) and at second height ( 443-500 m asl ) .
The results showed that in the Simarsayang Hill found 42 types of ferns are
classified into 13 families with a total of 2228 individuals. First height had a
diversity index 2,706 and second height had a diversity index 2,470 that means
diversity index of each height have medium species diversity. First height dominated
by Christella dentata as many as 175 individuals and at second height dominated by
Dicranopteris linearis as many as 271 individuals. There are 40 types of ferns that
have clustered distribution patterns and 2 different types of ferns with a random

distribution pattern (Lepisorus longifolius and Vittaria sp).
At first height found the largest relative frequency is Davallia denticulata
amounted to 8,1967 %, the largest relative density is Christella dentata amounted to
17,694 % and the largest important value index is Christella dentata amounted to
42,0454 %. At the second height found the largest relative frequencies are on the
three types Dicranopteris linearis, Selaginella plana and Davallia denticulata
amounted to 8,4746 %, the largest relative density is Dicranopteris linearis
amounted to 21,872 % and the largest important value index is Dicranopteris
linearis amounted to 52,4446 %. Simarsayang Hill Padangsidimpuan has an average
air temperature of 27-29 ºC , 69-74 % humidity , soil temperature 20,1- 21,7 ºC, soil
pH 6,34 – 6,35 , soil moisture 20,5 -23,3%, the light intensity 135,9 -160,4 lux .
Keywords: Vegetation analysis, Ferns, Simarsayang Hill.

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Daftar Riwayat Hidup
Abstrak

Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

Halaman
i
ii
iii
v
vi
vii
x
xi

BAB
1.1
1.2
1.3

1.4
1.5

I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
4
4
4
5

BAB
A.
2.1
2.2

2.3
2.4
2.5
2.6
B.

II TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teori
Gambaran Kota Padangsidimpuan dan Bukit Simarsayang
Habitat Tumbuhan Paku
Klasifikasi Tumbuhan Paku
Morfologi Tumbuhan Paku
Reproduksi Tumbuhan Paku
Manfaat Tumbuhan Paku
Kerangka Berfikir

6
6
7
8

18
23
25
25

BAB
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6

III METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Tehnik Pengumpulan Sampel
Alat dan Bahan
Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik Analisis Data


26
26
26
27
28
28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.2
Pembahasan

31
47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran

59
60

DAFTAR PUSTAKA

61

x

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1.

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Bukit
Simarsayang Padangsidimpuan

32

Tabel 4.2.

Jumlah Famili, Jenis dan Individu Tumbuhan Paku
di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan

34

Tabel 4.3.

Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Ketinggian I)

35

Tabel 4.4.

Indeks KeanekaragamanTumbuhan Paku (Ketinggian II)

36

Tabel 4.5.

Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif (Ketinggian I)

37

Tabel 4.6.

Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif (Ketinggian II)

38

Tabel 4.7.

Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif (Ketinggian I)

39

Tabel 4.8.

Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif (Ketinggian II)

40

Tabel 4.9.

Nilai Penting Tumbuhan Paku (Ketinggian I)

41

Tabel 4.10.

Nilai Penting Tumbuhan Paku (Ketinggian II)

42

Tabel 4.11.

Nilai Dominansi dan Dominansi Relatif (Ketinggian I)

43

Tabel 4.12.

Nilai Dominansi dan Dominansi Relatif (Ketinggian II)

44

Tabel 4.13.

Indeks Dispersi Tumbuhan Paku

45

Tabel 4.14.

Nilai Rata-rata Faktor Fisika-Kimia di Bukit Simarsayang

46

Tabel 4.15.

Indeks Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku

48

vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Psilotum nudum

9

Gambar 2.2 Lycopodium clavatum

11

Gambar 2.3 Selaginella plana

12

Gambar 2.4 Isoetes lacustris

13

Gambar 2.5. Equisetum ramosissimum

14

Gambar 2.6. Botrychium lunarioides

16

Gambar 2.7. Pteris ensiformis

17

Gambar 2.8. Sporangium berisi spora

21

Gambar 2.9. Sorus yang dilapisi indusium

21

Gambar 2.10. Struktur tumbuhan paku

22

Gambar 2.11. Metagenesis tumbuhan paku

24

Gambar 2.12. Jalur pengamatan

27

Gambar 13. Bukit Simarsayang Padangsidimpuan

73

Gambar 14. Pemandangan dari atas Bukit Simarsayang

73

Gambar 15. (no 3) Pengarahan dari dosen

74

Gambar 16. Mengukur suhu dan kelembaban udara

74

Gambar 17. Mengukur pH dan kelembaban tanah dengan soil tester

75

Gambar 18. Mengukur intensitas cahaya matahari dengan lux meter

75

Gambar 19. Mengukur ketinggian tempat dengan GPS

76

Gambar 20. Menghitung jumlah tumbuhan paku dengan alat counter

76

Gambar 21. Sampel tumbuhan paku didalam kantung plastik klip

77

Gambar 22. Identifikasi sampel tumbuhan paku di laboratorium Biologi Unimed 77
Gambar 23. Vittaria sp.

78

Gambar 24. Selaginella willdenowii

78

Gambar 25. Selaginella plana

78

Gambar 26. Dicranopteris linearis

78

Gambar 27. (a) Pteris ensiformis, (b) sori Pteris ensiformis

78

Gambar 28. (a) Pteridium caudatum, (b) lower surface, (c) coil

79

Gambar 29. Lygodium longifolium

79

viii

Gambar 30. Drymoglossum piloselloides

79

Gambar 31. Adiantum latifolium

79

Gambar 32. Adiantum stenochlamys

79

Gambar 33. Amphineuron immersum

80

Gambar 34. Christella papilio

80

Gambar 36. (a) Taenitis blechnoides, (b) sori Taenitis blechnoides

80

Gambar 37. (a) Taenitis interrupta, (b) sori Taenitis interrupta

81

Gambar 38. (a)Goniophlebium verrucosum,(b) sori Goniophlebium verrucosum

81

Gambar 39. Nephrolepis biserrata

81

Gambar 40. Nephrolepis multiflora

81

Gambar 41. Lygodium circinnatum

82

Gambar 42. Lygodium salicifolium

82

Gambar 43. Asplenium nidus

82

Gambar 44. Asplenium phyllitidis

82

Gambar 45. Asplenium sp.

82

Gambar 46. Pleocnemia olivacea

82

Gambar 47. Davallia denticulata

83

Gambar 48. Nephrolepis sp.

83

Gambar 49. (a) Drynaria quercifolia, (b) sori Drynaria quercifolia

83

Gambar 50. Arcypteris irregularis

83

Gambar 51. Davallia sp.

83

Gambar 52. (a) Phymatosorus scolopendria,(b) sori Phymatosorus scolopendria 84
Gambar 53. (a) Lepisorus longifolius, (b) sori Lepisorus longifolius

84

Gambar 54. (a) Goniophlebium subauriculatum,(b) sori G. subauriculatum

84

Gambar 55. Blechnum orientale

85

Gambar 56. Athyrium esculentum

85

Gambar 57. Microlepia speluncae

85

Gambar 58. Davallia divaricata

85

Gambar 59. Lygodium flexuosum

85

Gambar 60. Lindsaea ensifolia

85

Gambar 61. Amphineuron opulentum

86

ix

Gambar 62. Asplenium platyneuron

86

Gambar 63. Diplazium sp.

86

Gambar 64. Pleopeltis sp.

86

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Data sifat fisika-kimia media tumbuh
tumbuhan paku di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan

65

Lampiran 2.

Tabel data jumlah individu tiap plot di Bukit Simarsayang
Padangsidimpuan

66

Lampiran 3.

Perhitungan Data Vegetasi Tumbuhan Paku
Di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan

68

Lampiran 4.

Perhitungan Untuk Pola Distribusi

72

Lampiran 5.

Dokumentasi Penelitian

73

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan
yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku
dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah jelas mempunyai kormus
dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang dan daun (Arini &
Kinho, 2012). Tumbuhan paku merupakan kelompok organisme foto autotrof karena
tumbuhan tersebut mempunyai klorofil sehingga mampu melakukan aktivitas
fotosintesis.
Tumbuhan paku adalah tumbuhan darat tertua yang ada sejak zaman Devon
dan Karbon. Artinya telah hidup sejak 300-350 juta tahun yang lalu . Tumbuhan ini
pernah merajai bumi terutama periode karbon sehingga zaman itu disebut zaman
paku. Fosil paku merupakan sumber batu bara di bumi. Tumbuhan paku terdapat di
mana-mana (kosmopolitan). Umumnya tumbuh berupa rerumputan dan menyukai
tempat yang basah atau lembab. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan lapisan
bawah di hutan-hutan tropis dan subtropis, mulai dari dataran rendah sampai ke
lereng-lereng gunung, bahkan ada yang hidup di air. Sebagian besar hidup didarat,
pada tanah, atau sebagai epifit (menempel pada tumbuhan lain) (Anonim, 2013a).
Tumbuhan paku diperkirakan tidak kurang dari 10.000 jenis di dunia.
Indonesia memiliki sekitar 1.500 jenis tumbuhan paku. Dari jumlah tersebut
diperkirakan 1.300 jenis tumbuh di kawasan Malesiana yang sebagian besar wilayah
kepulauan Indonesia. Selain itu keberadaan tumbuhan paku memegang peranan
penting dalam komunitas dan struktur hutan hujan tropika. Umumnya di daerah
pegunungan, jumlah jenis paku lebih banyak dari pada di dataran rendah. Ini
disebabkan oleh kelembaban yang lebih tinggi,banyaknya aliran air dan adanya
kabut. Banyaknya curah hujan juga mempengaruhi jumlah paku yang dapat tumbuh
(Sastrapradja dkk dalam Darma dan Peneng, 2007). Penyebaran tumbuhan paku
sangat luas, mulai dari ketinggian 0 sampai 3200 m dpl, ini berarti tumbuhan paku
dapat tumbuh mulai dari tepi pantai ke pegunungan yang tinggi (Holttum, 1966).

2

Kehadiran tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam memelihara
ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap
erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan (Arini dan Kinho, 2012).
Keberadaan tumbuhan paku memegang peranan penting dalam komunitas dan
struktur hutan hujan tropika dan dalam perdauran hara ekosistem hutan. Di samping
itu banyak jenis epifit yang memiliki potensi sebagai tanaman hias namun belum
umum dibudidayakan. Epifit juga memegang peranan yang penting dalam ekosistem
hutan hujan sebagai habitat bagi beberapa hewan. Tumbuhan paku dari suku
Gleichenioceae pada umumnya merupakan tumbuhan perintis di daerah terbuka
(Sastraprdaja dkk dalam Romaidi dan Minarno, 2012).
Tumbuhan paku banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias misalnya
Platycerium, Asplenium, Adiantum, Selaginella dan Gleichenia (paku resam)
beberapa jenis paku dapat di jadikan bahan obat-obatan seperti Lycopodium
clavatum dan Aspidium filix. Azolla pinnta yang bersimbiosis dengan Anabaena
azollae dapat di jadikan pupuk hijau karena dapat mengikat nitrogen bebas dari
udara. Bagi orang yang suka Marsilea crenata (daun semanggi) dapat dijadikan
sayuran (Anonim, 2013b). Pemanfaatan semanggi air tidak hanya sebagai bahan
pangan saja, daun dan batang semanggi juga dapat digunakan sebagai peluruh air
seni (Afriastini dalam Nurjanah dkk, 2012).
Menurut Gultom (2012), tumbuhan paku pohon (Cyathea contaminans Wall.
ex Hook) yang umumnya dimanfaatkan dan dipasarkan sebagai media tanaman
anggrek oleh masyarakat desa di Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Sibolangit
adalah berupa batangan, potongan kecil, pot bunga, dan serabut. Total nilai ekonomi
tumbuhan paku pohon di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Pancur Batu sebesar Rp
442.080.000,00/tahun dan Desa Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit sebesar Rp
612.960.000,00/tahun. Sedangkan hasil analisis data yang diperoleh Hidayat dkk
(2011) tepung Azolla (Azolla pinnata) memiliki potensi yang baik untuk dijadikan
sebagai bahan pakan tambahan sumber protein untuk ternak ayam. Azolla memiliki
kemampuan produksi yang baik, Azolla juga kaya dengan protein serta asam amino
essensial yang dibutuhkan oleh tubuh ayam. Tepung Azolla dapat sampai tingkat 5%

3

dalam ransum ayam broiler, dan sampai tingkat 15% tidak menurunkan palatabilitas
ransum.
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah
yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon
dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan
merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting (Anonim, 2013b).
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumber daya alam
berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya
oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai
fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber
air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia
air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini
dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman (Anonim, 2013b).
Bukit Simarsayang Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara merupakan
salah satu hutan tropika di Indonesia. Keindahan alam bukit ini menjadikannya
sebagai tempat objek wisata. Dengan ketinggian ± 500 m dpl pemandangan kota
Padangsidimpuan dapat dilihat dari atas bukit ini. Data awal mengenai keberadaan
tumbuhan paku berdasarkan ketinggian di Bukit Simarsayang belum pernah
dilaporkan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
analisis vegetasi tumbuhan paku berdasarkan ketinggian di Bukit Simarsayang
Padangsidimpuan.

4

1.2. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah keanekaragaman dan pola
distribusi

tumbuhan paku yang menyusun vegetasi di Bukit Simarsayang

Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.

1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keanekaragaman tumbuhan paku (meliputi Frekuensi, Kerapatan dan
Indeks Nilai Penting) pada ketinggian 385-443 m dpl dan 443-500 m dpl di Bukit
Simarsayang Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
2. Bagaimana dominansi tumbuhan paku di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan
Provinsi Sumatera Utara.
3.

Bagaimana

pola

distribusi

tumbuhan

paku

di

Bukit

Simarsayang

Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
4. Bagaimana sifat fisika-kimia lingkungan media tumbuh tumbuhan paku di Bukit
Simarsayang Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku (meliputi Frekuensi, Kerapatan
dan Indeks Nilai Penting) pada ketinggian 385-443 m dpl dan 443-500 m dpl di
Bukit Simarsayang Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
2. Mengetahui

tumbuhan

paku

yang

mendominasi di Bukit Simarsayang

Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
3.

Mengetahui

pola

distribusi

tumbuhan

paku

di

Bukit

Simarsayang

Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.
4. Mengetahui sifat fisika-kimia lingkungan media tumbuh tumbuhan paku di Bukit
Simarsayang Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.

5

1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Memberikan informasi keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku yang
menyusun vegetasi di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan Provinsi Sumatera
Utara.
2. Memberikan gambaran data tumbuhan paku untuk penelitian selanjutnya, serta
memberikan masukan bagi masyarakat, pemerintah dan instansi atau lembaga
terkait pengelolaan dan pengembangan tumbuhan paku di Bukit Simarsayang
Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara.

59

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Ditemukan 42 jenis tumbuhan paku di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan,
masing-masing di ketinggian I & II terdapat 28 jenis tumbuhan paku. Indeks
keanekaragaman tumbuhan paku di Bukit Simarsayang Padangsidimpuan di
ketinggian I dan II adalah sebesar H’=1-3 artinya indeks keanekaragaman
tumbuhan paku di kedua ketinggian termasuk kategori sedang.

Di

ketinggian I frekuensi relatif terbesar terdapat pada jenis Davallia
denticulata sebesar 8,1967%, kerapatan relatif terbesar pada jenis Christella
dentata sebesar 17,694% dan indeks nilai penting (INP) terbesar pada jenis
Christella dentata

sebesar 42,0454%. Di ketinggian II frekuensi relatif

terbesar terdapat pada tiga jenis yaitu Dicranopteris linearis, Selaginella
plana dan Davallia denticulata sebesar 8,4746%, kerapatan relatif terbesar
pada jenis Dicranopteris linearis sebesar 21,872% dan indeks nilai penting
(INP) terbesar pada jenis Dicranopteris linearis sebesar 52,4446%
2. Pada ketinggian I (385 - 443 m dpl) didominasi oleh jenis Christella dentata
sebanyak 175 individu. Pada ketinggian II (443 - 500 m dpl) didominasi oleh
jenis Dicranopteris linearis sebanyak 271 individu.
3. Kebanyakan jenis tumbuhan paku yang didapat memiliki pola distribusi
secara berkelompok yaitu sebanyak 40 jenis selebihnya terdapat 2 jenis yang
memiliki pola distribusi acak yaitu Lepisorus longifolius dan Vittaria sp.
4. Faktor- faktor ekologi yang mendukung tumbuhnya tumbuhan paku di Bukit
Simarsayang Padangsidimpuan antara lain ketinggian bukit ± 385-500 m
dpl, suhu udara rata-rata 27-29 ºC, kelembaban udara 69-74%, suhu tanah
20,1- 21,7 ºC, pH tanah 6,34- 6,35, kelembaban tanah 20,5 - 23,2 % dan
intensitas cahaya matahari sebesar 135,9 - 160,4 lux.

60

5.2. Saran
Tumbuhan paku memiliki potensi pemanfaatan yang cukup baik untuk
dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan obat, bahan makanan dan tanaman hias
sehingga perlu dilakukan kegiatan eksplorasi pada bagian lain dari Bukit
Simarsayang yang tidak dijadikan plot pengambilan sampel, seperti daerah jurang
yang terjal untuk melengkapi data keanekaragaman jenis tumbuhan khususnya
tumbuhan paku yang terdapat didalamnya.

61

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
(2009),
Kota
Padangsidimpuan,
Diakses
dari:
http://padangsidimpuanblog.wordpress.com/2009/08/15/sekilas-pasid/.
Tanggal 4 Desember 2013.
Anonim,
(2013a),
Paku/
Pteridophyta,
Diakses
http://muntul.files.wordpress.com/ . Tanggal 8 September 2013.
Anonim, (2013b), Hutan, Diakses
Tanggal 4 Desember 2013.

dari:

dari:

http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan.

Anonim, (2013c), Kota Padangsidimpuan, Diakses dari: http://www.penataanruangsumut.net/sites/defaults/files/Microsoft%20Word%20%20KOTA%PADAN
G%SIDIMPUAN.pdf. Tanggal 4 Desember 2013.
Anonim,
(2013d),
Tor
Simarsayang,
Diakses
dari
http://www.khoiruddinsiregar.com/. Menatap-kota-padangsidimpuan-daritor-simarsayang.html. Tanggal 4 Desember 2013.
Anonim,
(2013e),
Kota
Padangsidimpuan,
Diakses
dari:
http://www.bkpmdsumut.go.id/ Index.php/kota-padang-sidimpuan. Tanggal
4 Desember 2013.
Anonim, (2013f), Psilotum nudum, Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/
Psilotum_nudum. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013g), Lycopodium clavatum, Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/
Lycopodium_clavatum. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013h), Selaginella plana, Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/
Selaginella_plana. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013i), Isoetes lacustris, Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/
Isoetes_lacustris. Tanggal 9 September 2013.
Anonim,
(2013j),
Equisetum
ramosissimum,
Diakses
dari:
http://es.wikipedia.org/wiki/
Equisetum_ramosissimum.
Tanggal
9
September 2013.
Anonim, (2013k),
Botrychium
lunarioides,
Diakses
http://en.wikipedia.org/wiki/ Botrychium. Tanggal 9 September 2013.

dari:

Anonim, (2013l), Pteris ensiformis, Diakses dari: http://en.wikipedia.org/ wiki/
Pteris_ensiformis. Tanggal 9 September 2013.

62

Anonim,
(2013m),
Sporangium
berisi
spora,
Diakses
dari:
http://waynesword.palomar. edu/pterido1.htm. Tanggal 9 September 2013.
Anonim,
(2013m),
Sorus
yang
dilapisi
indusium,
Diakses
dari:
http://waynesword.palomar.edu/pterido1.htm. Tanggal 9 September 2013.
Anonim, (2013n), Struktur Tumbuhan Paku, Diakses dari: http://www.saksuk.
com/tag/struktur-tumbuhan-paku. Tanggal 7 September 2013.
Anonim, (2014a),
Keanekaragaman, Diakses
dari: http://ryufuzie.50webs.com/keanekaragaman.html. Tanggal 6 Februari 2014.
Anonim,
(2014b),
Pengambilan
Sampling,
Diakses
http://3gggue.blogspot.com/2012/05/metode-dalam-pengambilansampling.html. Tanggal 6 Februari 2014.

dari:

Anonim,
(2014c),
Analisis
Vegetasi,
Diakses
http://haeryn.wordpress.com/2012/05/13/metode-dalam-pengambilansampling-komunitas-vegetasi/. Tanggal 6 Februarui 2014.

dari:

Anonim,
(2014d),
Davallia
denticulata
(Burm),
Diakses
dari:
http://www.zimbabweflorra.co.zw/speciesdata/species.php?species_id=1016
10. Tanggal 18 Februari 2014.
Anonim, (2014e), Lindsaea ensifolia, Diakses dari: http://rbg- web2.rbge.org.uk/thai
ferns/factsheets/index.php?q=Lindsaea_ensifolia.xml. Tanggal 18 Februari
2014.
Arini, D.I.D. dan Kinho, J., (2012), Keragaman Jenis Tumbuhan Paku
(Pteridophyta) di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Info BPK
Manado, 2 (1): 17-40.
BPS Kota Padangsidimpuan, Kecamatan Padangsidimpuan Utara Dalam Angka
Tahun 2012, Koordinator Statistik Kota Padangsidimpuan, Padangsidmpuan.
Chairrani, (2014), Metode Pengukuran Dan Analisis Pola Spasial (Dispersi)
Organisme Bentik, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan-UNHAS Makassar.
Darma, I.D.P., dan Peneng, I.N., (2007), Inventarisasi Tumbuhan Paku di Kawasan
Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur,Waingapu, NTT, UPT
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Candikuning, Baturiti
Tabanan, Bali, Jurnal Biodiversitas, Volume 8, Nomor 3 Halaman: 242-248.
Efendi, W.W., Hapsari, F.N.P., Nuraini, Z., (2013), Studi Inventarisasi
Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Kawasan Wisata Coban Rondo
Kabupaten Malang, Cogito Ergo Sum, 2(3).

63

Gultom, H. E. N., (2012), Pemanfaatan Dan Potensi Pemasaran Paku Pohon
(Cyathea Contaminans Wall. Ex Hook.) (Studi Kasus Masyarakat Di
Kecamatan Pancur Batu Dan Kecamatan Sibolangit), Skripsi, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan (tidak dipublikasikan).
Harahap, R,P., (2012), Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku
Sebagai Tanaman Hias Dan Tanaman Obat Di Taman Nasional Batang
Gadis Panyabungan (TNBG) Sumatera Utara, Skripsi, FMIPA Unimed
Jurusan Biologi, Medan (tidak dipublikasikan).
Hariyadi, B, (2000), Sebaran dan keanekaragaman jenis tumbuhan paku di Bukit
Sari, Jambi, Tesis, Program pascasarjana Institut Pertanian Bogor (tidak
dipublikasikan).
Hartini, S, (2006), Tumbuhan Paku di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatera
Barat dan Aklimatisasinya di Kebun Raya Bogor, LIPI, Bogor,7(3):230-236.
Hasairin, A. dan Suryani, C., (2010), Taksonomi Tumbuhan Rendah, Jurusan
Biologi FMIPA Unimed, Medan.
Hidayat, C., Fanindi, A., Sopiyana, S., Komarudin., (2011), Peluang Pemanfaatan
Tepung Azolla Sebagai Bahan Pakan Sumber Protein Untuk Ternak Ayam,
Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Holttum, R. E., (1966), A Revised Flora of Malaya, Vol. II; Fern of Malaya,
Singapore, Government Printing Office.
Indah, N (2009), Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schyzophyta,Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta), Jember, IKIP PGRI Jember.
Jamsuri, (2007), Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Sekitar Curug
Cikaracak,Bogor, Jawa Barat, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta (tidak dipublikasikan).
Katili, A. S, (2014), Deskripsi Pola Penyebaran Dan Faktor Bioekologis Tumbuhan
Paku (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sub
Kawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Gorontalo.
Manurung, B, (2010), Dasar-dasar Ekologi Hewan, Jurusan Biologi FMIPA
Unimed: Medan.
Maratus, S.R. dan Minarno, E. B., (2012), Jenis-Jenis Paku Epifit Dan Tumbuhan
Inangnya Di Tahura Ronggo Soeryo Cangar, El –Hayah, 3(1).

64

Nurjanah., Azka, A., Abdullah, A., (2012). Aktivitas Antioksidan Dan Komponen
Bioaktif Semanggi
Air (Marsilea Crenata), Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, Institut Pertanian Bogor,Bogor, Volume 1, halaman 152158.
Odum, E.P, (1996), Fundamental of Ecology, Saunders Company Philadelphia,
London, Toronto.
Piggot, A.G, (1988), Ferns of Malaysia In Colour, Tropical Press SDN, BHD,
Malaysia.
Rismunandar dan Ekowati, M., (1990), Tanaman Hias Paku-pakuan, Penebar
Swadaya: Jakarta.
Romaidi, M.S. dan Minarno, E.B., (2012), Jenis-jenis Paku Epifit danTumbuhan
Inangnya di Tahura Ronggo Soeryo Cangar, Jurusan Biologi Fakultas Sains
Dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, El-Hayah Vol. 3, No.1
: 8- 15.
Syamswisna, (2012), Penggunaan Spesimen Herbarium Tumbuhan Tingkat Tinggi
(Spermatophyta) Sebagai Media Praktikum Morfologi Tumbuhan, FKIP
Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Tjitrosoepomo, G, (2005), Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Tjitrosomo, S.S. dkk, (2005), Botani Umum 3, Bandung, Penerbit Angkasa.
Widhiastuti, R., Aththorick, T.A., Sari, W.D.P., (2006), Struktur dan Komposisi
Tumbuhan Paku-pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten
Karo, Jurnal Biologi Sumatera, 138(2): 38-41.
Wirakusumah, S, (2003), Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas,
Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.