PENDAHULUAN Formulasi Hand Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera var. sinensis) Menggunakan Basis Carbopol 934: Evaluasi Sifat Fisik Dan Stabilitasnya.

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lidah buaya adalah salah satu varietas dari tanaman lidah buaya yang berada di Indonesia dan merupakan tanaman hias yang sangat mudah ditemukan, baik di lingkungan rumah atau di luar lingkungan, selain penanaman yang mudah tanaman ini memiliki kandungan zat yang berkhasiat berguna bagi manusia, beberapa khasiat diantaranya sebagai anti inflamasi, anti alergi dan banyak khasiat yang lainnya. Hasil penelitian Ida dan Noer (2012) sediaan gel menggunakan ekstrak lidah buaya dengan basis carbopol berkhasiat sebagai gel antiseptik luka bakar. Tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seerti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida, dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan (Wijayanti, 2012).

Lidah buaya juga memiliki aktivitas antibakteri, sesuai dengan penelitian Isabella (2009), menyatakan bahwa ekstrak dari lidah buaya dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan E. coli. Menurut penelitian

Aryanti (2012), kemampuan dari ekstrak kulit daun lidah buaya baru terlihat pada konsentrasi 75% dengan membentuk diameter zona hambatan sebesar 6,92 mm.

Hasil penelitian Rahayu (2006) ekstrak gel lidah buaya (Aloe barbadensis) pada

konsentrasi 10,5 % mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan

Salmonella thypimurium dengan zona hambat sebesar 7,9 mm dan 6,5 mm.

Dalam industri makanan, lidah buaya telah digunakan sebagai sumber makanan fungsional dan sebagai bahan dalam produk makanan lainnya, contohnya dalam produksi minuman kesehatan yang beredar di pasaran. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Padmadisastra (2003), lidah buaya digunakan sebagai minuman kesehatan yang berguna untuk kesehatan manusia karenga khasiat yang dimiliki oleh tanaman ini. Dalam industri kosmetik, lidah buaya telah digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi krim, lotion, sabun, shampo, pembersih wajah dan produk lainnya (Hamman, 2008). Dalam dunia kecantikan, lidah buaya memiliki khasiat untuk meremajakan kulit membuat kulit


(2)

tidak kering dan terlihat awet muda (Hartawan, 2012). Berdasarkan penelitian Aslikhah dan Maspiyak (2013) lidah buaya bisa digunakan sebagai produk untuk merawat diri terutama rambut karena memiliki nutrisi yang penting untuk rambut, nutrisi yang dibutuhkan diantaranya adalah vitamin A.

Semua bagian tanaman lidah buaya bisa dimanfaatkan dari getahnya sampai daging atau gelnya. Gel lidah buaya memiliki kandungan nutrisi yang kompleks namun zat aktifnya mudah rusak sehingga perlu dilakukan metode yang cocok digunakan dalam pengolahan lidah buaya (Ramadhia et al., 2012).

Freeze drying adalah metode menghilangkan air dengan sublimasi dari es kristal menggunakan bahan yang dibekukan, metode ini menjaga kualitas sifat fisik dan kimia dari suatu bahan baku, sehingga metode ini cocok untuk menjaga mutu dan

kualitas dari hasil lidah buaya (Ciurzyńska dan Lenart, 2011).

Pemanfaatan bahan baku lidah buaya sendiri digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya contohnya untuk mempercantik diri. Industri kosmetik sudah memanfaatkan lidah buaya sebagai bahan baku herbal yang bertujuan agar memiliki sediaan yang memiliki efek samping kecil. Sediaan kosmetik yang sudah dipasarkan diantaranya seperti krim, gel, pasta. Produk kosmetik yang sudah umum di pasaran diantaranya adalah sediaan gel memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih mudah tersebar serta penyerapannya yang baik pada kulit manusia, (Ginanjar et al., 2010). Ekstrak lidah buaya dalam penelitian ini akan dibuat sediaan gel agar dapat memenuhi kebutuhan konsumennya.

Pada formulasi sediaan gel digunakan beberapa polimer sintesis yang berfungsi sebagai basis untuk membuat massa gel (Lieberman et al., 1996). Massa

gel dibuat dengan menambahkan gelling agent, menurut penelitian Ida dan Noer

(2012) gelling agent yang baik digunakan harus stabil dan optimal. Menurut Voigt

(1984) carbopol merupakan salah satu gelling agent yang baik karena basis ini

tidak beracun, dapat diterima baik di kulit, dan biasa digunakan sebagai preparat-preparat pelindung kulit. Carbopol memiliki sifat yang cocok dengan kulit manusia dan memiliki viskositas yang baik selama masa penyimpanan (Allen, 2002) .


(3)

Berdasarkan hasil penelitian Handani (2006) sediaan gel yang

menggunakan basis carbopol sebagai gelling agent akan mempengaruhi lama

penyimpanan serta berpengaruh terhadap stabilitas fisik, dan daya sebar dari sediaan gel akan semakin luas dan pada minggu ketiga daya lekat yang dihasilkan semakin menurun. Sedangkan carbopol 934 sendiri memiliki viskositas yang tinggi dengan range antara 30.400-39.400 cP (Allen, 2002).

Berdasarkan latar belakang maka akan dilakukan penelitian tentang

formulasi hand gel menggunakan ekstrak lidah buaya menggunakan metode

freeze drying dengan variasi konsentrasi dari basis carbopol 934 untuk

mendapatkan formulasi hand gel yang baik dilihat dari sifat fisik dan

stabilitasnya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh dari konsentrasi basis carbopol 934 terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik hand gel ekstrak lidah buaya.

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi basis carbopol 934 terhadap sifat

fisik dan stabilitas hand gel ekstrak lidah buaya selama 8 (delapan) minggu masa

penyimpanan.

D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman lidah buaya.

1a. Klasifikasi lidah buaya.

Tanaman lidah buaya memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae


(4)

Suku : Liliaceae

Marga : Aloe

Jenis : Aloe vera

1b. Morfologi 1. Batang

Pada batang lidah buaya memiliki struktur yang berserat. Batang lidah buaya tidak terlihat karena tertutup oleh daun yang rapat serta sebagian dari tanaman bantang tertimbun di dalam tanah. Spesies lidah buaya dengan ciri seperti ini ditemukan dan dijumpai di Afrika Utara dan Amerika. Kemudian melalu batang ini tumbuhlah tunas yang nantinya akan menjadi anakan.

2. Daun

Daun lidah buaya biasanya berwarna hijau dan memiliki bentuk seperti tombak dengan helaian yang memanjang, ciri-ciri dari daun lidah buaya adalah sebagai berikut:

a. Berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapiasan lilin di

permukaannya.

b. Berdaging tebal dan tidak bertulang.

c. Bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah, atau lendir yang

mendominasi daun. Rata di bagian atas dan membulat (cembung) di bagian bawah. Sepanjang tepi daun juga berjajar gerigi atau duri yang tidak tajam dan tidak memiliki warna.

3. Bunga

Bunga berbentuk trompet atau tabung kecil sepanjang 2-3 cm. Bunga ini berwarna kuning samapai orange dan tersusun dari tangkai yang menjulang ke atas sepanjang sekitar 50-100 cm.

4. Akar

Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat pendek dan memiliki akar serabut yang panjangnya sekitar 30-40 cm.

c. Jenis dan Varietas

Tanaman lidah buaya memiliki ratusan spesies, antara lain adalah Aloe


(5)

Aloe schimperi. Banyak dari lidah buaya yang merupakan dari hasil persilangan. Namun di dunia ini hanya ada tiga varietas yang dibudidayakan secara komersial,

yaitu Curacao Aloe atau Aloe vera (Aloe barbandesis Miller), Cape Aloe atau

Aloe ferox miller, dan Socotrine Aloe. Lidah buaya merupakan yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia.

d. Kandungan zat aktif lidah buaya yang sudah teridentifikasi. Tabel 1. Kandungan zat aktif lidah buaya

Zat Aktif Kegunaan

Lignin Mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi sehingga

memudahkan peresepan gel ke dalam kulit atau mukosa.

Saponin Mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat

antiseptik, serta dapat menjadi bahan pencuci yang baik. Complex Anthraquinone Sebagai bahan laktasif, penghilang rasa sakit, mengurangi

racun, dan antibakteri.

Antibiotik Acemannan Sebagai anti-virus, anti-bakteri, anti-jamur, dapat menghancurkan sel tumor, serta meningkatkan data tahan tubuh.

Enzim Bradykinase, Karbiksipeptidase.

Mengurangi Inflamasi, anti alergi, dan dapat mengurangi rasa sakit.

Glukoman, Mukopolysakarida Memberikan efek imonomodulasi.

Tenin, Aloctin A Sebagai anti-inflamasi.

Salisilat Menghilangkan rasa sakit dan anti-inflamasi.

Asam Amino Bahan untuk pertumbuhan dan perbaikan serta sebagai

sumber energi.

Mineral Memberikan ketahanan tubuh terhadap penyakit dan

berinteraksi dengan vitamin untuk melancarkan fungsi tubuh. Vitamin A, B1, B2, B6, B12, C,

E, Asam Folat

Bahan penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara normal dan sehat.

Cairan lidah buaya (juga mengandung unsur utama, yaitu aloin, emodin, gum dan unsur lain seperti minyak atsiri. Aloin merupakan bahan aktif yang memiliki khasiat sebagai antibiotik. Bahkan cairan lidah buaya dapat digunakan untuk mengatasi bengkak sendi pada lutut, batuk dan luka (Hartawan, 2012). Sudah lama lidah buaya digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seerti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida, dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan (Wijayanti, 2012).


(6)

2. Metode freeze dry.

Freeze drying adalah metode menghilangkan air dengan sublimasi dari es kristal dari bahan beku. Parameter yang sesuai dari proses aplikasi memungkinkan kita untuk mendapatkan produk kualitas terbaik dibandingkan dengan produk dikeringkan dengan metode tradisional. Sifat fisik dan kimia yang sangat baik membuat metode ini menjadi yang terbaik untuk pengeringan produk eksklusif. Namun untuk mendapatkan metode ini harus menggunakan biaya tinggi, sehingga pengeringan beku masih terbatas aplikasinya dalam industri makanan. Adanya

inovasi peralatan dan pretreatment bahan baku dapat mengurangi waktu dan

energi yang diperlukan untuk melakukan proses ini. (Ciurzyńska dan Lenart,

2011). Proses pengeringan beku (freeze dryer), menurut Muchtadi (1992), bahan

yang dikeringkan terlebih dahulu dibekukan kemudian dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan tekanan rendah sehingga kandungan air yang sudah menjadi es akan langsung menjadi uap, dikenal dengan istilah sublimasi.

Pengeringan menggunakan alat freeze dryer lebih baik dibandingkan dengan oven

karena kadar airnya lebih rendah. Pengeringan menggunakan alat freeze dryer/

pengering beku lebih aman terhadap resiko terjadinya degradasi senyawa dalam ekstrak. Hal ini dikarenakan suhu yang digunakan untuk mengeringkan ekstrak cukup rendah.

3. Sediaan gel

Menurut Ansel (1989), gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan. Menurut Allen (2002), ada beberapa penampilan dari sistem gel yang jernih seperti air; berbeda dengan sistem gel yang keruh karena komposisi molekular yang mungkin tidak sepenuhnya tersebar atau molekul gel tersebut membentuk sebuah agregat. Konsentrasi agen pembentuk gel rentangnya diantara 0,5% sampai 20%. Gel dibuat dengan beberapa proses peleburan dengan tujuan agar gel mudah mengembang ketika terbentuk massa gel, (Lachman et al., 1994). Menurut Gibson (1996) Secara sederhana gel mengandung air contohnya adalah pada gum alam (contoh: tragakan), bahan semisintetik (contoh: metilselulosa (MC),


(7)

carbometilselulosa (CMC), hidroksietilselulosa (HEC), dan bahan sintetik (contoh: carbomer-carboksifenil).

Gambar 1. Struktur asam poliakrilat (carbopol)

Asam poliakrilat merupakan polimer anion dari asam akrilat, yang hanya larut sebagian oleh air. Asam poliakrilat (carbopol) memiliki viskositas yang stabil pada pH 6-10. Namun pada pH > 10-11 akan terjadi penurunan viskositas yang sangat cepat (Voigt, 1984). Dalam air, partikel tunggal karbomer akan terbasahi dengan cepat, akan tetapi apabila bentuknya bubuk, maka polimer carbomer cenderung membentuk gumpalan partikel dalam air. Ada banyak resin carbomer, dengan rentang viskositas dari 0 sampai 80.000 cP. pH sangat mempengaruhi viskositas carbomer gel (Allen, 2002).

4. Deskripsi bahan yang digunakan. a. Methyl paraben

Gambar 2. Struktur methyl paraben.

Methyl paraben dengan rumus molekul C8H8O3, dan memiliki ciri-ciri

hablur halus, berwarna putih, hampir tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa (Depkes RI,1979). Methyl paraben banyak digunakan untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kontaminasi jamur agar sediaan kosmetik, produk makanan dapat bertahan lebih lama dalam jangka waktu tertentu. Zat ini memiliki titik didih


(8)

sering digunakan, aktivitas meningkat dengan adanya penambahan propilen glikol (Rowe, R. C., dan Sheskey, P. J., 2003).

b. Triethanolamin

Rumus molekul triethanolamin adalah C6H15NO3, banyak fungsi dari

TEA ini seperti sebagai stabilizer, dan humektan. Homogenitas dari

triethanolamin dapat dilakukan dengan cara pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan pada sediaan (Depkes RI, 1979). TEA memiliki titik didih

335oC, titik leleh 20-21oC, dan sangat higroskopis, dapat berubah warna menjadi

coklat akibat terpapar cahaya dan udara (Rowe, R. C., Sheskey, P. J., 2003). Penambahan trietanolamin pada carbopol menyebabkan besarnya nilai pH dari basis gel. Oleh karena itu penyesuaian pH pada gel berbasis carbopol dapat dilakukan dengan mengontrol konsentrasi trietanolamin (Ida dan Noer, 2012). c. Propil paraben

Gambar 3. Struktur propil paraben.

Propil paraben merupakan serbuk kristalin yang berfungsi sebagai bahan pengawet. Pada konsentrasi 0,01-0,6 % digunakan sebagai sediaan topikal. Propil paraben sangat larut dalam aseton dan etanol, serta 250 bagian gliserin, stabil selama 4 tahun pada suhu kamar, peningkatan pH propil paraben dapat menyebabkan penurunan aktivitas antimikrobanya, (Rowe, R. C., Sheskey, P. J., 2003).

d. Propilen glikol

Gambar 4. Struktur propilen glikol.

Propilen glikol merupakan cairan yang tidak berwarna dan bening dan berfungsi sebagai pelarut dan pembawa dalam sediaan farmasi seperti produk


(9)

kosmetik. Propilen glikol digunakan pada zat yang tidak stabil dan tidak larut dalam air. Dalam wadah tertutup stabilitas dari propilen glikol sangat baik, dan juga merupakan zat kimia yang stabil bila dicampur dengan gliserin, air dan alkohol. Propilenglikol digunakan sebagai humectant yang akan mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas sediaan selama penyimpanan dapat dipertahankan. Propilen glikol memiliki stabilitas yang baik pada pH 3-6 (Allen, 2002).

e. Natrium Hidroksida (NaOH)

Pemerian bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida. NaOH digunakan sebagai zat penambah basa dengan penyimpanan dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979).

5. Uji Sifat Fisik Gel

Untuk mengetahui sifat fisik dari sediaan gel yang sudah diformulasi maka perlu dilakukan uji sifat fisik untuk mengetahui kualitas dari sediaan gel. Beberapa parameter yang digunakan untuk mengevaluasi gel (Kaur et al., 2010) antara lain;

a. Uji Organoleptik

Uji organoleptik digunakan untuk mengetahui bentuk, warna, dan bau yang dihasilkan dari formula (Depkes RI, 1979).

b. Uji Daya Sebar

Digunakan untuk mengetahui kecepatan sediaan gel menyebar pada kulit sebagai tempat aplikasinya (Voigt, 1984). Faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah formulanya, daya lekatnya, temperatur. Daya sebar dipengaruhi pada viskositas gel, kecepatan evaporasi pada pelarut yang digunakan dan kecepatan peningkatan viskositas karena adanya penguapan (Garg et al., 2002).


(10)

c. Viskositas

Viskositas adalah suatu tahanan dari suatu cairan untuk bisa mengalir, makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya (Martin et al, 1993). Peningkatan viskositas akan menaikkan waktu retensi pada tempat aksinya akan tetapi dapat menurunkan daya sebar gel. Viskositas sediaan menentukan lama tinggal sediaan pada kulit, sehingga obat dapat di sebarkan dengan baik. (Donovan & Flanagan, 1996).

6. Uji Stabilitas

Menurut Ida dan Noer (2012) uji stabilitas dapat berupa pengujian kestabilan secara fisika, kimia dan mikrobiologi. Uji stabilitas fisik sediaan dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu yang berbeda dan kelembaban yang ekstrim pada rentang waktu tertentu. Pengujian kestabilan dari produk yang diformulasi dilakukan dengan cara penyimpanan dipercepat pada suhu antara 5°C dan 35°C secara bergantian, dengan siklus selama 48 jam. Kestabilan fisika sediaan gel ditetapkan melalui pengamatan kembali terhadap sifat organoleptis, homogenitas, viskositas, dan pH serta ada tidaknya sineresis yang merupakan pengujian spesifik pada sediaan gel setelah penyimpanan dipercepat.

Menurut Prasetyo (2008) stabilitas dari suatu sediaan gel menjamin kualitas dari gel itu sendiri. Karena produk ini nantinya secara luas akan diproduksi dalam jumlah yang besar. Dalam sediaan farmasi penyimpanan, suhu, pH, cahaya, dan bahan-bahan eksipien lainnya sangat mempengaruhi stabilitas suatu sediaan farmasi.

E. Landasan Teori

Dalam industri kosmetik, lidah buaya telah digunakan sebagai bahan baku untuk produksi krim, lotion, sabun, shampo, pembersih wajah dan produk lainnya (Hamman, 2008). Produk kosmetik yang sudah umum di pasaran diantaranya adalah sediaan gel memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih mudah tersebar serta penyerapannya yang baik pada kulit manusia, (Ginanjar et al., 2010).

Hasil penelitian Ida dan Noer (2012) sediaan gel menggunakan ekstrak lidah buaya dengan basis carbopol sebagai gel antiseptik luka bakar menunjukan


(11)

yang stabilitas yang baik pada konsentrasi 0,5 %, dan merupakan basis yang paling efektif untuk ekstrak lidah buaya. Hasil penelitian Handani (2006)

menunjukkan formulasi gel ekstrak etanol dari rimpang jahe 10% dengan gelling

agent carbopol mempengaruhi lama penyimpanan dan stabilitas fisik gel ekstrak etanolik rimpang jahe 10% yaitu dengan peningkatan penyebaran gel dan daya lekat yang semakin turun pada minggu ketiga.

Adanya variasi konsentrasi carbopol sebagai gelling agent pada

formulasi hand gel ekstrak minyak galanga menunjukkan stabilitas fisik yang

semakin baik namun pada sediaan gel viskositas gel turun selama penyimpanan dan daya penyebaran sediaan gel selama satu bulan masa penyimpanan semakin meningkat.

Menurut penelitian Rijal (2005) menunjukan bahwa formulasi sediaan gel ekstrak daun sirih dengan basis carbopol mengalami penurunan viskositas selama penyimpanan. Berdasarkan penelitian Sudjono dkk (2012) menyatakan bahwa pembuatan gel dari lendir bekicot yang menggunakan varisi konsentrasi basis carbomer 934 sebesar 3%, 5% dan 7% selama 5 minggu penyimpanan, menunjukan bahwa homogenitas yang baik, gel tidak mengalami perubahan warna, bau dan konsistensi.

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas peningkatan konsentrasi carbopol menunjukkan stabilitas sediaan gel yang baik, namun mempengaruhi sifat fisik sediaan gel berupa peningkatan viskositas, peningkatan daya lekat gel dan penurunan daya sebar gel.


(1)

2. Metode freeze dry.

Freeze drying adalah metode menghilangkan air dengan sublimasi dari es kristal dari bahan beku. Parameter yang sesuai dari proses aplikasi memungkinkan kita untuk mendapatkan produk kualitas terbaik dibandingkan dengan produk dikeringkan dengan metode tradisional. Sifat fisik dan kimia yang sangat baik membuat metode ini menjadi yang terbaik untuk pengeringan produk eksklusif. Namun untuk mendapatkan metode ini harus menggunakan biaya tinggi, sehingga pengeringan beku masih terbatas aplikasinya dalam industri makanan. Adanya inovasi peralatan dan pretreatment bahan baku dapat mengurangi waktu dan energi yang diperlukan untuk melakukan proses ini. (Ciurzyńska dan Lenart, 2011). Proses pengeringan beku (freeze dryer), menurut Muchtadi (1992), bahan yang dikeringkan terlebih dahulu dibekukan kemudian dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan tekanan rendah sehingga kandungan air yang sudah menjadi es akan langsung menjadi uap, dikenal dengan istilah sublimasi. Pengeringan menggunakan alat freeze dryer lebih baik dibandingkan dengan oven karena kadar airnya lebih rendah. Pengeringan menggunakan alat freeze dryer/ pengering beku lebih aman terhadap resiko terjadinya degradasi senyawa dalam ekstrak. Hal ini dikarenakan suhu yang digunakan untuk mengeringkan ekstrak cukup rendah.

3. Sediaan gel

Menurut Ansel (1989), gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan. Menurut Allen (2002), ada beberapa penampilan dari sistem gel yang jernih seperti air; berbeda dengan sistem gel yang keruh karena komposisi molekular yang mungkin tidak sepenuhnya tersebar atau molekul gel tersebut membentuk sebuah agregat. Konsentrasi agen pembentuk gel rentangnya diantara 0,5% sampai 20%. Gel dibuat dengan beberapa proses peleburan dengan tujuan agar gel mudah mengembang ketika terbentuk massa gel, (Lachman et al., 1994). Menurut Gibson (1996) Secara sederhana gel mengandung air contohnya adalah pada gum alam (contoh: tragakan), bahan semisintetik (contoh: metilselulosa (MC),


(2)

carbometilselulosa (CMC), hidroksietilselulosa (HEC), dan bahan sintetik (contoh: carbomer-carboksifenil).

Gambar 1. Struktur asam poliakrilat (carbopol)

Asam poliakrilat merupakan polimer anion dari asam akrilat, yang hanya larut sebagian oleh air. Asam poliakrilat (carbopol) memiliki viskositas yang stabil pada pH 6-10. Namun pada pH > 10-11 akan terjadi penurunan viskositas yang sangat cepat (Voigt, 1984). Dalam air, partikel tunggal karbomer akan terbasahi dengan cepat, akan tetapi apabila bentuknya bubuk, maka polimer carbomer cenderung membentuk gumpalan partikel dalam air. Ada banyak resin carbomer, dengan rentang viskositas dari 0 sampai 80.000 cP. pH sangat mempengaruhi viskositas carbomer gel (Allen, 2002).

4. Deskripsi bahan yang digunakan. a. Methyl paraben

Gambar 2. Struktur methyl paraben.

Methyl paraben dengan rumus molekul C8H8O3, dan memiliki ciri-ciri hablur halus, berwarna putih, hampir tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa (Depkes RI,1979). Methyl paraben banyak digunakan untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kontaminasi jamur agar sediaan kosmetik, produk makanan dapat bertahan lebih lama dalam jangka waktu tertentu. Zat ini memiliki titik didih 125-128 oC, pada kosmetik methyl paraben merupakan bahan pengawet yang


(3)

sering digunakan, aktivitas meningkat dengan adanya penambahan propilen glikol (Rowe, R. C., dan Sheskey, P. J., 2003).

b. Triethanolamin

Rumus molekul triethanolamin adalah C6H15NO3, banyak fungsi dari TEA ini seperti sebagai stabilizer, dan humektan. Homogenitas dari triethanolamin dapat dilakukan dengan cara pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan pada sediaan (Depkes RI, 1979). TEA memiliki titik didih 335oC, titik leleh 20-21oC, dan sangat higroskopis, dapat berubah warna menjadi coklat akibat terpapar cahaya dan udara (Rowe, R. C., Sheskey, P. J., 2003). Penambahan trietanolamin pada carbopol menyebabkan besarnya nilai pH dari basis gel. Oleh karena itu penyesuaian pH pada gel berbasis carbopol dapat dilakukan dengan mengontrol konsentrasi trietanolamin (Ida dan Noer, 2012). c. Propil paraben

Gambar 3. Struktur propil paraben.

Propil paraben merupakan serbuk kristalin yang berfungsi sebagai bahan pengawet. Pada konsentrasi 0,01-0,6 % digunakan sebagai sediaan topikal. Propil paraben sangat larut dalam aseton dan etanol, serta 250 bagian gliserin, stabil selama 4 tahun pada suhu kamar, peningkatan pH propil paraben dapat menyebabkan penurunan aktivitas antimikrobanya, (Rowe, R. C., Sheskey, P. J., 2003).

d. Propilen glikol

Gambar 4. Struktur propilen glikol.

Propilen glikol merupakan cairan yang tidak berwarna dan bening dan berfungsi sebagai pelarut dan pembawa dalam sediaan farmasi seperti produk


(4)

kosmetik. Propilen glikol digunakan pada zat yang tidak stabil dan tidak larut dalam air. Dalam wadah tertutup stabilitas dari propilen glikol sangat baik, dan juga merupakan zat kimia yang stabil bila dicampur dengan gliserin, air dan alkohol. Propilenglikol digunakan sebagai humectant yang akan mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas sediaan selama penyimpanan dapat dipertahankan. Propilen glikol memiliki stabilitas yang baik pada pH 3-6 (Allen, 2002).

e. Natrium Hidroksida (NaOH)

Pemerian bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida. NaOH digunakan sebagai zat penambah basa dengan penyimpanan dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979).

5. Uji Sifat Fisik Gel

Untuk mengetahui sifat fisik dari sediaan gel yang sudah diformulasi maka perlu dilakukan uji sifat fisik untuk mengetahui kualitas dari sediaan gel. Beberapa parameter yang digunakan untuk mengevaluasi gel (Kaur et al., 2010) antara lain;

a. Uji Organoleptik

Uji organoleptik digunakan untuk mengetahui bentuk, warna, dan bau yang dihasilkan dari formula (Depkes RI, 1979).

b. Uji Daya Sebar

Digunakan untuk mengetahui kecepatan sediaan gel menyebar pada kulit sebagai tempat aplikasinya (Voigt, 1984). Faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah formulanya, daya lekatnya, temperatur. Daya sebar dipengaruhi pada viskositas gel, kecepatan evaporasi pada pelarut yang digunakan dan kecepatan peningkatan viskositas karena adanya penguapan (Garg et al., 2002).


(5)

c. Viskositas

Viskositas adalah suatu tahanan dari suatu cairan untuk bisa mengalir, makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya (Martin et al, 1993). Peningkatan viskositas akan menaikkan waktu retensi pada tempat aksinya akan tetapi dapat menurunkan daya sebar gel. Viskositas sediaan menentukan lama tinggal sediaan pada kulit, sehingga obat dapat di sebarkan dengan baik. (Donovan & Flanagan, 1996).

6. Uji Stabilitas

Menurut Ida dan Noer (2012) uji stabilitas dapat berupa pengujian kestabilan secara fisika, kimia dan mikrobiologi. Uji stabilitas fisik sediaan dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu yang berbeda dan kelembaban yang ekstrim pada rentang waktu tertentu. Pengujian kestabilan dari produk yang diformulasi dilakukan dengan cara penyimpanan dipercepat pada suhu antara 5°C dan 35°C secara bergantian, dengan siklus selama 48 jam. Kestabilan fisika sediaan gel ditetapkan melalui pengamatan kembali terhadap sifat organoleptis, homogenitas, viskositas, dan pH serta ada tidaknya sineresis yang merupakan pengujian spesifik pada sediaan gel setelah penyimpanan dipercepat.

Menurut Prasetyo (2008) stabilitas dari suatu sediaan gel menjamin kualitas dari gel itu sendiri. Karena produk ini nantinya secara luas akan diproduksi dalam jumlah yang besar. Dalam sediaan farmasi penyimpanan, suhu, pH, cahaya, dan bahan-bahan eksipien lainnya sangat mempengaruhi stabilitas suatu sediaan farmasi.

E. Landasan Teori

Dalam industri kosmetik, lidah buaya telah digunakan sebagai bahan baku untuk produksi krim, lotion, sabun, shampo, pembersih wajah dan produk lainnya (Hamman, 2008). Produk kosmetik yang sudah umum di pasaran diantaranya adalah sediaan gel memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih mudah tersebar serta penyerapannya yang baik pada kulit manusia, (Ginanjar et al., 2010).

Hasil penelitian Ida dan Noer (2012) sediaan gel menggunakan ekstrak lidah buaya dengan basis carbopol sebagai gel antiseptik luka bakar menunjukan


(6)

yang stabilitas yang baik pada konsentrasi 0,5 %, dan merupakan basis yang paling efektif untuk ekstrak lidah buaya. Hasil penelitian Handani (2006) menunjukkan formulasi gel ekstrak etanol dari rimpang jahe 10% dengan gelling agent carbopol mempengaruhi lama penyimpanan dan stabilitas fisik gel ekstrak etanolik rimpang jahe 10% yaitu dengan peningkatan penyebaran gel dan daya lekat yang semakin turun pada minggu ketiga.

Adanya variasi konsentrasi carbopol sebagai gelling agent pada formulasi hand gel ekstrak minyak galanga menunjukkan stabilitas fisik yang semakin baik namun pada sediaan gel viskositas gel turun selama penyimpanan dan daya penyebaran sediaan gel selama satu bulan masa penyimpanan semakin meningkat.

Menurut penelitian Rijal (2005) menunjukan bahwa formulasi sediaan gel ekstrak daun sirih dengan basis carbopol mengalami penurunan viskositas selama penyimpanan. Berdasarkan penelitian Sudjono dkk (2012) menyatakan bahwa pembuatan gel dari lendir bekicot yang menggunakan varisi konsentrasi basis carbomer 934 sebesar 3%, 5% dan 7% selama 5 minggu penyimpanan, menunjukan bahwa homogenitas yang baik, gel tidak mengalami perubahan warna, bau dan konsistensi.

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas peningkatan konsentrasi carbopol menunjukkan stabilitas sediaan gel yang baik, namun mempengaruhi sifat fisik sediaan gel berupa peningkatan viskositas, peningkatan daya lekat gel dan penurunan daya sebar gel.


Dokumen yang terkait

Studi Pembuatan Teh Hijau Lidah Buaya (Aloe vera, L.)

2 36 87

Efek Anti Bakteri Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Staphylococcus aureus Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis (Penelitian In Vitro)

12 107 68

Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak daging daun lidah buaya (aloe vera) menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)

9 74 51

FORMULASI HAND GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera var. Formulasi Hand Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera var. sinensis) Menggunakan Basis Carbopol 934: Evaluasi Sifat Fisik Dan Stabilitasnya.

11 43 10

FORMULASI HAND GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe Formulasi Hand Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera var. sinensis) Menggunakan Basis Carbopol 934: Evaluasi Sifat Fisik Dan Stabilitasnya.

0 4 12

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Webb) DENGAN GELLING AGENT KITOSAN FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Webb) DENGAN GELLING AGENT KITOSAN DAN UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR.

0 1 15

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Webb) DENGAN GELLING AGENT FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Webb) DENGAN GELLING AGENT KARBOPOL 934 DAN UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR.

0 0 16

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Webb.) DENGAN GELLING AGENT GELATIN Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera (L.) Webb.) Dengan Gelling Agentgelatin Dan Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar.

0 2 12

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Webb) SEBAGAI ANTI JERAWAT Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Lidah Buaya (Aloe Vera (L.) Webb) Sebagai Anti Jerawat Dengan Basis Sodium Alginate Dan Aktivitas Antibakterinya Te

0 1 12

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Webb) SEBAGAI ANTI JERAWAT Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Lidah Buaya (Aloe Vera (L.) Webb) Sebagai Anti Jerawat Dengan Basis Sodium Alginate Dan Aktivitas Antibakterinya T

1 8 14