Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kecemasan Ibu dalam Melakukan Toilet Training pada Anak Pertamanya di Dusun Ngelo Desa Getasan Kabupaten Semarang T1 462012056 BAB V
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
gambaran kecemasan ibu dalam melakukan toilet training
sebagai berikut :
a) Aspek psikologis kecemasan dalam melakukan toilet
training
Keempat partisipan mengatakan marah saat anak
tidak patuh dan membantah. Kemudian partisipan pertama
(P1) mengatakan takut anak kurangnya personal hygiene
jika belum dapat BAB atau BAK dengan mandiri, partisipan
kedua (P2) mengatakan takut anak terjatuh di toilet,
partisipan ketiga (P3) mengatakan takut anak tidak
terbiasa BAB atau BAK di toilet, dan partisipan keempat
(P4) mengatakan takut gagal memenuhi tanggungjawab
dalam mengajarkan BAB atau BAK. Selanjutnya keempat
partisipan mengatakan cemas dan khawatir dengan
kesulitan yang ada sehingga harus mencari solusi dengan
bertanya kepada orang-orang terdekat.
b) Aspek fisiologis kecemasan ibu dalam melakukan toilet
training
68
Partisipan pertama (P1) dan partisipan kedua (P2)
yang memiliki anak perempuan mengatakan sangat
memikirkan keberhasilan dan kegagalan toilet training
sehingga merasakan keluhan-keluhan fisik seperti pada
P1 sakit kepala dan P2 sulit tidur.
c) Faktor pendukung kecemasan ibu dalam melakukan toilet
training.
Kesulitan-kesulitan yang dialami keempat partisipan
dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang diperoleh dari
tenaga kesehatan setempat dan pengalaman tentang
tumbuh kembang anak yang masih sangat kurang.
69
5.2 Saran
Dengan adanya saran dari hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan yang perlu diperhatikan untuk
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
keperawatan anak. Dari hasil penelitian ini ada beberapa saran
yang perlu diperhatikan.
a) Untuk Institusi Keperawatan dan Perkembangan Ilmu
Keperawatan
Perlu
adanya
program
berupa
penyuluhan
khususnya FIK UKSW dengan melibatkan mahasiswa
program studi keperawatan pada saat praktik komunitas
tentang tugas perkembangan anak seperti toilet training,
karena berdasarkan hasil penelitian banyak tenaga
kesehatan
seperti
perawat
kurang
memberikan
informasi terkait tugas perkembangan dalam hal toilet
training.
b) Untuk peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya lebih melakukan pendekatan
agar proses pengambilan data melalui observasi saat
toilet training dapat dilakukan kepada semua partisipan.
Peneliti selanjutnya dapat membandingkan tingkat
70
kecemasan ibu yang memiliki anak laki-laki dan
perempuan
dalam
melakukan
toilet
training
dan
melakukan penelitian tentang tahapan toilet training
dalam penerapannya untuk
toilet jongkok karena
sebagian besar masyarakat indonesia menggunakan
toilet jongkok.
c) Untuk Masyarakat Ngelo
Khusus bagi ibu-ibu yang baru memiliki anak
pertama untuk lebih aktif dalam mencari informasi
dengan bertanya kepada tenaga kesehatan setempat
terkait tugas perkembangan anak (toilet training) agar
lebih memahami bagaimana cara melakukan toilet
training dengan benar dan memahami karakteristik anak
usia 1 – 3 tahun (batita) dalam mengontrol kecemasan.
71
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
gambaran kecemasan ibu dalam melakukan toilet training
sebagai berikut :
a) Aspek psikologis kecemasan dalam melakukan toilet
training
Keempat partisipan mengatakan marah saat anak
tidak patuh dan membantah. Kemudian partisipan pertama
(P1) mengatakan takut anak kurangnya personal hygiene
jika belum dapat BAB atau BAK dengan mandiri, partisipan
kedua (P2) mengatakan takut anak terjatuh di toilet,
partisipan ketiga (P3) mengatakan takut anak tidak
terbiasa BAB atau BAK di toilet, dan partisipan keempat
(P4) mengatakan takut gagal memenuhi tanggungjawab
dalam mengajarkan BAB atau BAK. Selanjutnya keempat
partisipan mengatakan cemas dan khawatir dengan
kesulitan yang ada sehingga harus mencari solusi dengan
bertanya kepada orang-orang terdekat.
b) Aspek fisiologis kecemasan ibu dalam melakukan toilet
training
68
Partisipan pertama (P1) dan partisipan kedua (P2)
yang memiliki anak perempuan mengatakan sangat
memikirkan keberhasilan dan kegagalan toilet training
sehingga merasakan keluhan-keluhan fisik seperti pada
P1 sakit kepala dan P2 sulit tidur.
c) Faktor pendukung kecemasan ibu dalam melakukan toilet
training.
Kesulitan-kesulitan yang dialami keempat partisipan
dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang diperoleh dari
tenaga kesehatan setempat dan pengalaman tentang
tumbuh kembang anak yang masih sangat kurang.
69
5.2 Saran
Dengan adanya saran dari hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan yang perlu diperhatikan untuk
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
keperawatan anak. Dari hasil penelitian ini ada beberapa saran
yang perlu diperhatikan.
a) Untuk Institusi Keperawatan dan Perkembangan Ilmu
Keperawatan
Perlu
adanya
program
berupa
penyuluhan
khususnya FIK UKSW dengan melibatkan mahasiswa
program studi keperawatan pada saat praktik komunitas
tentang tugas perkembangan anak seperti toilet training,
karena berdasarkan hasil penelitian banyak tenaga
kesehatan
seperti
perawat
kurang
memberikan
informasi terkait tugas perkembangan dalam hal toilet
training.
b) Untuk peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya lebih melakukan pendekatan
agar proses pengambilan data melalui observasi saat
toilet training dapat dilakukan kepada semua partisipan.
Peneliti selanjutnya dapat membandingkan tingkat
70
kecemasan ibu yang memiliki anak laki-laki dan
perempuan
dalam
melakukan
toilet
training
dan
melakukan penelitian tentang tahapan toilet training
dalam penerapannya untuk
toilet jongkok karena
sebagian besar masyarakat indonesia menggunakan
toilet jongkok.
c) Untuk Masyarakat Ngelo
Khusus bagi ibu-ibu yang baru memiliki anak
pertama untuk lebih aktif dalam mencari informasi
dengan bertanya kepada tenaga kesehatan setempat
terkait tugas perkembangan anak (toilet training) agar
lebih memahami bagaimana cara melakukan toilet
training dengan benar dan memahami karakteristik anak
usia 1 – 3 tahun (batita) dalam mengontrol kecemasan.
71