Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Aktivitas Fisik Anak Cerebral Palsy Spastic Hemiplegic T1 462012082 BAB II

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1

Definisi Cerebral Palsy (CP)
Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan
postur tubuh yang tidak progresif, dan disebabkan oleh karena
kerusakan atau gangguan disel-sel motorik pada susunan
saraf pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005). CP
adalah kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak
progresif, yang terjadi karena kerusakan otak akibat trauma
lahir. Gangguan ditandai dengan perkembangan motorik yang
abnormal atau terlambat, seperti athetoid paraplegic, spastic
atau tetraplegic, yang sering disertai dengan retardasi mental,
kejang atau ataxia (Dorlan, 2005).
Menurut Hidayat (2010), Kata cerebral itu sendiri adalah
otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan atau lemahnya
pengendalian otot dalam setiap pergerakan dan bahkan tidak
terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi sistem

motorik dan menyebabkan anak mempunyai koordinasi yang
buruk pada gerak tubuh, keseimbangan yang buruk, pola-pola
gerakan yang abnormal.
8

9

CP merupakan sebutan medis pada diagnosa anak yang
disebabkan kerusakan otak yang mempengaruhi gerakan
tubuh, kontrol otot, koordinasi otot, dan keseimbangan tubuh.
Hal ini juga dapat mempengaruhi motorik halus, motorik kasar
dan fungsi motorik oral (Komunitas Cerebral Palsy, 2011). CP
merupakan sekelompok gangguan permanen perkembangan
gerakan dan postur tubuh serta menyebabkan keterbatasan
aktivitas yang sering dikaitkan dengan gangguan pada otak
janin atau bayi yang sedang berkembang (Campbell, 2012).
2.1.2

Penyebab Cerebral Palsy (CP)
CP dapat disebabkan oleh gangguan dimasa kehamilan.

Gangguan tersebut dapat terjadi saat proses ketika bayi
didalam

kandungan

(prenatal)

dan

proses

persalinan

(perinatal) yang sangat berisiko menyebabkan bayi terkena
CP (Jeremy, 2004). Gangguan prenatal adalah seperti ibu
hamil yang kurang mendapat asupan makanan bergizi dan
sakit

ditengah


kehamilan.

Masalah

terjadi

ketika

perkembangan otak mulai terbentuk dan ketika ibu terkena
infeksi virus dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Proses
(perinatal) persalinan yang sulit dan lama sehingga perlu
pertolongan dengan alat yang beresiko menyebabkan luka
dikepala bayi juga dapat mempengaruhi perkembangan otak
(Bajraszewski, 2008).

10

Daerah otak kekurangan asupan oksigen disebabkan oleh
proses persalinan yang terlalu lama dan tali pusar bayi melilit
sehingga janin sulit bernafas. Saat dilahirkan bayi beresiko

lahir premature (BB rendah < 2 kg), radang selaput otak, bayi
kuning, malaria dan panas yang sangat tinggi juga dapat
menjadi penyebab CP. Otak memiliki beberapa bagian
dengan fungsi kontrol yang berbeda. Otak bagian belakang
mengontrol penglihatan, otak bagian paling atas mengontrol
gerakan, dan otak bagian samping mengontrol pikiran
(Jeremy, 2004).
Jika ada bagian otak yang mengalami gangguan maka
akan terjadi kesulitan mengontrol suatu kegiatan tertentu. Jika
otak bagian atas luka maka gerakan menjadi tidak terkontrol,
keadaan ini yang disebut dengan CP. Pada pertumbuhan dan
perkembangan bayi baru lahir bilamana tidak sesuai dengan
tahap pertumbuh kembangan yang normal apalagi disertai
ketidak munculan refleks bayi, memungkinkan adanya
gangguan pada otak (Purwanta, 2012).
2.1.3

Klasifikasi Cerebral Palsy (CP)
Otak memiliki 3 bagian berbeda yang bekerjasama
menjalankan dan mengontrol kerja otot yang berpengaruh

terhadap pergerakan serta postur tubuh. Jika terjadi

11

kerusakan pada bagian otak itulah yang membuat seseorang
menderita CP (Parkers dkk, 2005). United Cerebral Palsy
Association merumuskan CP sebagai suatu kumpulan
keadaan pada masa kanak-kanak, yang ditandai dengan
kelemahan, kelumpuhan, dan tidak adanya koordinasi pada
fungsi motorik yang disebabkan gangguan dibagian pusat
kontrol motorik di otak. Bagian-bagian otak tersebut adalah
sebagai berikut :

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Otak yang Mengalami Kelainan Sesuai Jenis
Cerebral Palsy. (Sumber: www. sheringtips hidupsehat.co.id)

Terdapat beberapa klasifikasi dari beberapa tipe CP
berdasarkan tanda dan gejala yaitu:
2.1.3.1 Cerebral Palsy (CP) Tipe Spastic
Tipe spastic adalah yang paling umum dari kasus

CP. Pengaruhnya sangat bervariasi ada yang ringan
yaitu

pengaruh

sedangkan

terhadap

penyebab

yang

beberapa
lebih

gerakan,

parah


dapat

12

menyebabkan pengaruh bagi seluruh tubuh. Spastic
berarti kekakuan otot-otot. Otot-otot ini menjadi kaku
karena pesan pada otot disampaikan secara tidak
benar oleh bagian otak yang rusak (Mohammad, 2006).
Pada orang normal ketika akan melakukan suatu
gerakan, maka terjadi kesepakatan dari dua kelompok
otot, yaitu ketika satu kelompok melakukan suatu
gerakan maka kelompok otot yang lain akan melakukan
pengenduran. Namun pada penderita CP tipe spastic,
kedua kelompok otot ini melakukan secara bersamasama sehingga membuat gerakan menjadi sulit
(Maimunah, 2013).
Menurut Farhana (2013) CP spastic terbagi menjadi
beberapa tipe yaitu:
1. Monoplegic
Hanya satu ekstremitas saja yang mengalami
spastic, umumnya hal ini terjadi pada salah satu

lengan atau ekstremitas atas. CP monoplegi adalah
kelainan dimana otak mengalami kerusakan dan
gangguan
gangguan

neuronal

sehingga

perkembangan

menyebabkan

terbatasnya

mengakibatkan

gerak
aktivitas


sehingga
karena

13

gangguan nonprogresif yang terjadi pada otak janin
atau bayi yang sedang berkembang yang hanya
mempengaruhi satu ekstremitas saja.
2. Diplegic
Spastic diplegic pada umumnya terjadi pada
bagian ekstremitas atas atau bawah. Spastic pada
kedua tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan
kiri.
3. Hemiplegic
Spastic yang biasanya menyerang ekstremitas
atas dan ektremitas bawah. Menyerang lengan
dan kaki pada salah satu sisi tubuh namun lebih
parah pada ekstremitas atas.
4. Triplegic
Spastic pada triplegic menyerang tiga buah

ekstremitas, umumnya menyerang lengan pada
kedua sisi tubuh dan salah satu kaki.
5. Quadriplegic
Spastic yang menyerang ekstremitas atas,
ekstremitas bawah dan disertai keterbatasan atau
kelemahan pada tungkai.

14

Gambar 2.2 Tipe-tipe Cerebral Palsy Spastic. (Sumber: www.abclaw
centers.com)

2.1.3.2 Cerebral Palsy Tipe Athetoid
Tipe athetoid adalah yaitu kondisi yang menunjukkan
sulitnya kaki untuk berjalan, gerakan menggeliat-geliat
dan sempoyongan sehingga sulit untuk mengontrol
gerakannya. Letak kelainan pada CP athetoid terdapat
pada basal ganglion. CP jenis ini menunjukan kekakuan
pada tubuhnya, tetapi terdapat gerakan-gerakan yang
tidak terkontrol yang terjadi sewaktu-waktu. Gerakan ini


15

tidak dapat dikontrol, sehingga cenderung mengganggu
aktivitas (Efendi, 2009).
2.1.3.3 Cerebral Palsy Tipe Ataxia
Kondisi ataxia tidak begitu umum dibandingkan dengan
spastic dan athetoid. Kondisi ini disebabkan oleh luka pada
bagian otak kecil yang terletak dibagian belakang kepala
atau yang biasa disebut cerebellum yang memiliki fungsi
mengontrol koordinasi dan keseimbangan pada kerja otot.
Anak yang termasuk dalam CP ataxia memiliki ciri
keseimbangan terganggu, pergerakan mengulang, refleks
hipoaktif, terjadinya nistagmus yaitu gerakan ritmik pada
mata yang tidak terkontrol sering menyebabkan penurunan
ketajaman visual, gerakan involunter, terutama pada
inisiasi penghentian gerak, atau berjalan tidak secara garis
lurus, tremor terminal, dan melampaui tungkai (Maimunah,
2013). Ketika anak berbicara bisa artikulasi tidak jelas,
dengan pengontrolan napas yang tidak teratur, sulit
menelan, dan mudah tersedak (Farhana, 2013).
2.1.3.4 Cerebral Palsy Tipe Campuran
CP tipe ini memiliki kombinasi karakteristik misalnya
campuran antara

CP spastic, athetoid dan ataxia.

Kecacatan dipengaruhi letak kerusakan yang terjadi pada

16

otak. Letak kerusakan jenis ini di berada pada daerah
pyramidal dan extrapyramidal. Bila kerusakan terjadi pada
bagian pyramidal, kelainan yang akan muncul berbentuk
spastic. Apabila terjadi di bagian extrapyramidal maka
kelainan yang akan muncul berbentuk athetoid. Kondisi ini
ditandai dengan jangka waktu yang lama di mana otot-otot
ekstremitas atau batang tubuh tetap kaku, menolak setiap
upaya untuk memindahkan mereka (Farhana, 2013).
2.1.4 Aktivitas Fisik Anak Cerebral Palsy
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2016
aktivitas adalah kegiatan, sedangkan fisik adalah badan atau
raga, sehingga dapat disimpulkan aktivitas fisik merupakan
kegiatan yang menggunakan badan. Pada kehidupan seharihari kita tidak terlepas dari aktivitas fisik, baik aktivitas yang
membutuhkan energi yang banyak maupun yang sedikit.
Menurut World Health Organisation (WHO, 2005), aktivitas
fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang memerlukan
pengeluaran energi yang dihasilkan oleh otot rangka. Aktivitas
fisik merupakan gerakan tubuh yang mengeluarkan tenaga
serta energi yang berupa pembakaran kalori (Nurmalina, 2011).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas fisik adalah
segala macam gerak yang membutuhkan energi. Kategori

17

aktivitas fisik meliputi latihan, olahraga, bekerja, bermain, dan
lain-lain. Aktivitas fisik secara teratur telah lama dianggap
sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Russell,
2005).
Menurut Nurmalina tahun 2011, aktivitas fisik dapat
digolongkan menjadi tiga tingkatan, aktivitas fisik yang sesuai
untuk anak dan remaja yaitu, pertama kegiatan ringan yang
hanya memerlukan sedikit tenaga dan tidak menyebabkan
ketahanan (endurance) atau perubahan pada pernapasan,
seperti berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci, berdandan, ,
belajar, duduk, sekolah, melihat TV, belajar di rumah,
nongkrong. Kedua, yaitu kegiatan sedang yang membutuhkan
tenaga terus menerus, gerakan otot yang berirama flexibility).
Seperti berlari kecil, bersepeda, bermain musik, tenis meja,
berenang, jalan cepat. Selanjutnya kegiatan berat yang
berhubungan

dengan

olahraga

sehingga

membutuhkan

kekuatan (strength). Seperti berlari, bermain sepak bola, basket,
aerobik, bela diri, dan outbound.
Setiap anak memiliki aktivitas fisik yang berbeda-beda,
tergantung pada tahap perkembangannya. Aktivitas anak ini
merupakan
terhadap

gerakan-gerakan
berbagai

dalam

stimulasi

memberikan

yang

respon

berbeda. Seiring

bertambahnya usia maka perkembangan anak semakin maju,

18

yaitu setelah proses merayap lalu akhirnya berjalan, berlari,
bermain akan menjadi suatu kebiasaan yang menjadi aktivitas
fisik anak (Nurani, 2009).
Anak

CP

memiliki

karakter

khusus

yang

berbeda

dibandingkan anak normal pada umumnya. Anak CP tentunya
memerlukan penanganan khusus dan perhatian yang berbeda
dalam

setiap

aktivitas

kesehariannya,

karena

terdapat

hambatan fisik yang sangat berpengaruh kepada mobilitas fisik
anak CP. Menurut Somantri dkk (2006), anak CP spastic
hemiplegic memiliki ciri-ciri yaitu (1) memiliki motorik yang
lemah seperti menggenggam, menjepit dan memegang, (2)
anak memiliki peningkatan kekakuan otot pada satu sisi bagian
ekstremitas, (3) keterlambatan dalam melewati tahap tumbuh
kembang seperti merangkak, berbicara, dan berdiri. Kondisi
yang terjadi pada anak dengan CP hemiplegic membuat anak
kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik sehingga perlu
pendampingan orang tua dalam setiap aktivitas anak untuk
menghindari

hal-hal

keselamatan anak.

yang

beresiko

membahayakan

19

2.1.5 Definisi Terapi TENS
TENS adalah singkatan dari Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation. TENS merupakan alat terapi yang
digunakan untuk merangsang syaraf dan mengurangi nyeri
dengan menggunakan arus listrik, tetapi listrik yang digunakan
adalah arus listrik rendah, sehingga arus yang dikeluarkan
tidak berbahaya bagi penggunanya. Dalam proses terapi
TENS menggunakan elektroterapi untuk mengurangi rasa
nyeri (Johnson, 2008). Seperti kita ketahui dari pengertian
TENS diatas bahwa alat ini berfungsi sebagai stimulator
syaraf. Syaraf yang distimulasi oleh TENS adalah tipe syaraf
yang bermielin tebal, yang menghambat syaraf penghantar
nyeri sehingga nyeri dapat berkurang (Risto, 2012).
TENS memiliki dua pasang elektroda yang digunakan
dengan cara menempatkan elektroda pada area kulit yang
mengalami nyeri dan kekakuan syaraf. Salah satu hambatan
dalam penggunaan TENS, yaitu elektroda tidak melekat
dengan baik pada kulit dan sementara itu arus yang dialirkan
dapat

menimbulkan

ketidaknyamanan

pada

pasien.

Penempatan elektroda tidak terbatas pada daerah nyeri saja,
tetapi juga pada area kulit terutama oleh saraf spinalis
dermatom, area trigger dan motor point, karena titik-titik ini jadi
lebih konduktif di sekitar jaringan (Bennett, 2008). Terapi TENS

20

merupakan terapi non-invasif, mudah digunakan, dan tidak
memiliki efek samping seperti

penggunaan obat-obatan.

TENS tergolong lebih murah dibanding menggunakan obatobatan jangka panjang (Mark, 2001).
Pada umumnya alat TENS digunakan dengan dua jenis
frekuensi yaitu tinggi dan rendah. Frekuensi tinggi dengan
kekuatan (>50 Hz). Pada frekuensi tinggi, secara selektif
merangsang syaraf tertentu untuk mengirim sinyal ke otak
sehingga menghalangi sinyal saraf lain yang membawa pesan
rasa sakit. Pada frekuensi rendah dengan kekuatan (

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Efek Pemberian Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) Menurut Metode God Alon Terhadap Nyeri Punggung Mekanik Kronik.

0 2 6

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK.

0 1 8

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTRITIS KNEE SINISTRA DENGAN MODALITAS TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAN TERAPI LATIHAN.

0 1 6

Perancangan dan Realisasi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Sebagai Alat Terapi Pereda Rasa Sakit Berbasis Mikrokontroler.

0 3 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Aktivitas Fisik Anak Cerebral Palsy Spastic Hemiplegic T1 462012082 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Aktivitas Fisik Anak Cerebral Palsy Spastic Hemiplegic T1 462012082 BAB IV

1 1 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Aktivitas Fisik Anak Cerebral Palsy Spastic Hemiplegic T1 462012082 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Aktivitas Fisik Anak Cerebral Palsy Spastic Hemiplegic

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada Aktivitas Fisik Anak Cerebral Palsy Spastic Hemiplegic

0 0 18

View of EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI RSUD dr. M HAULUSSY AMBON

0 0 10