Pemerintahan Koalisi dan Pemilu 2009.

Pikiran Rakyat
o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu
4

5
20

8

6
21

Mar OApr

7
22

8
23

OM';


9

OJun

11

10
24

25

OJul

12
26

OAgs

13

27

28
COkt

OSep

-

Pemerintahan Koalisi
.--

dan Pemilu 20'09,
~...""-

pemerintah berkuasa, misalnya, sering kali menteri dihadapkan pada
masalah yang sangat dilematis antara mengamankan kebijakan pemerintahclan mengakomodasi kepentingan
partai yang mengutusnya sebagai
menteri.


Oleh SUMADI

B

EBERAPA pekan menjelang
pelaksanaan pemilu, atmosfer perebutan kekuasaan semakin panas. Pemerintahan cenderung tidak kompak. Wapres dan para
menteri yang sebenarnya bagian
(pembantu) dari presiden cenderung
muIai beIjalan sendiri-sendiri menurut kepentingan partainya. Dengan
demikian, organisasi pemerintahan
saat ini cenderung suIit untuk dikendalikan oleh presiden sebagai pemegang kekuaSaan pemerintahan daIam
sistem pemerintahan presidensial pada konstitusi kita.
Oleh karena itu, sungguh memprihatinkan mencermati peIjalanan koalisi pemerintahan SBY yang dibangun selama ini. Karena koalisi itu
begitu rapuh. Presiden, wakil presiden, dan para menteri, menjelang pemilu berebut hasil kineIja "kesuksesan" pemerintahan. Presiden sebagai
representasi
partai
(Demokrat)
mengklaim sejumlah keberhasilan,
wakil presiden (dengan partai Golkarnya) tidak mau kalah bahwa berbagai keberhasilan adalah keIja keras
partainya di pemerintahan dan DPR

Bahkail, menteri sebagai bagian dari
pembantu presiden juga mengklaim
memiliki keberhasilan sendiri.
Padahal, daIam sistem pemerintahan presidensial, wakil presiden tugasnya adalah membantu presiden atau
melaksanakan tugas-tugas yang didelegasikan oleh presiden. Sementara
para menteri merupakan pembantu
presiden yang bertanggung jawab
langsung pada presiden Oihat UUD,
1945, pasal 17). Dengan kata lain, para menteri bekeIja sepenuhnya untuk
pemerintah (presiden).
Memang harns diakui pemerintah-

an yang dibangun SBYadalah pemerintahan dengan dasar koaIisi partaipartai pemenang kursi di legislatif.
Pemerintahan koalisi tidak bisa dihindari dalam sistem pemerintahan
Sistem presidensial
yang multipartai dengan tidak ada
Untuk melaksanakan sistem presipartai yang meraih perolehan suara
mullak seperti yang teIjadi pada Pe- densial secara murni bagi Indonesia
milu 2004. SBY dengan Partai De- sangat berat saat ini. Secara prinsip,
mokrat yang memperoleh suara na- undang-undang kita dengan tegas

sional 7"/0clan partai pendukung lain- menjelaskan bahwa sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensial
nya yang kurang lebih 3% menjadikan pemerintahannya harus berkoa- yang menempatkan presiden sebagai
kepala pemerintahan: dan kepala nelisi dengan partai-partai lain seperti
Golkar, PBB, PPP, PKS, PKPI, dan gara (UUD 1945 pasaI4-1). Dengan
lainnya. Berbeda dengan sistem pre- sistem ini, pada hakikatnya presiden
sidensial seperti di Arnerika Serikat , memiliki wewenang yang penuh dalam memegang mandat menjalankan
yang menggunakan sistem partai
pemerintahan termasuk menentukan
yang sederhima (partai Demokrat
dan Republik), pemerintahan sepe- para menteri yang membantunya.
nuhnya dipegang oleh partai yang Akan tetapi, pengalaman dalam sisberkuasa atau pemenang pemilu. Se- tern pemerintahan yang multipartai,
bagai hasilnya, pemerintahan yang teIjadi kesuIitan menyusun pemerindibangun memiliki kekuatan yang sa- tahan tanpa koalisi, sehingga dengan
koalisi akan berimplikasi pada suIitngat kuat tanpa perlu berkoalisi.
Oleh karena itu, kaIau kita cermati, nya mewujudkan pemerintahan dengan sistem presidensial secara mur'pada hakikatnya sistem pemerintahan di Indonesia yang beIjalan selama ni dan kuat. Maka pada peIjalanannya, pemerintah harns melayani dan
ini tidak bisa menjalankan pemerintaban dengan sistem presidensial se- mengakomodasi partai-partai yang
cara murni. Karena yang teIjadi ada- masuk dalam koalisinya.
Jalan untuk memperkuat sistem
lah para menteri harns mengabdi kepresidensiaI harus dimuIai konsolidapada partai di satusisi dan harus
mengabdi kepada presiden di sisi si dengan menjadikan sistem multipartai ke penyederhanaan partai. Halain. Dengan demikian, para menteri
yang berasal dari koalisi partai politik ms diakui, terlepas dari berbagai kekurangannya, pemerintahan Orde

terkadang mendapat penilaianyang
kontradiktif antara presiden dan ka- Barn di bawah Presiden Soeharto telangan partai. Ada menteri yang ki- lah menerapkan sistem presidensial.
neIjanya baik di mata presiden tetaRi Salah satu faktornya adalah sistem
buruk di mata partai atau sebaIiknya. kepartaian yang sederhana. Walaupun pemerintahan Orde Barn memiKetika teIjadi keputusan pemerintah yang bertentangan dengan partai- liki sisi kelemahan, yaitu dominasi
absolut Partai Golkar pada waktu itu
partai politik yang termasuk koalisi

Kliping

----

Hum as Un pod

2009

-

rangnya 1.000 (seribu) orang atau
yang didukung oleh pemerintahan
1/1.000 (satu per seribu) darijumlah

yang berkuasa dan TNI.
Sebenarnya, 00 No. 12/2003 ten- penduduk pada sefiap kepengurusan
tang Pemilu untuk DPR, DPD, DPRD partai politik sebagaimana dimaksud
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kopada hurufb dan huruf c yang dibukta memberikari dasar-dasar penyetikan dengan kepemilikan kartu tanderhanaan partai dengan memberida anggota; f. mempunyai kantor tekan ruang kepada partai-partai untuk tap untuk kepengurusan sebagaimaberkompetisi pada Pemilu 2004. Se- na pada huruf b dan huruf c; dan g.
mengajukan nama dan tanda gambar
telah itu, ketentuan peserta pemilu
berikutnya (Pemilu 2009) bahwa
partai politik kepada KPU. Dengan
partai yang memperoleh kursi kurang dua ketentuan tersebut, akhimya Pedari 2% (dua persen) jumlah kursi
milu 2009 akan diikuti 38 partai poDPR atau memperoleh kurang dari litik.
Yang terjadi adalah Pemilu 2009
3% (tiga persen) jumlah kursi DPRD
Provinsi atau DPRD Kab./Kota yang memiliki jumlah parpol yang lebih
tersebar sekurang-kurangnya fi (satu banyak dibandingkan dengan pemilu
perdua) jumlah provinsi kabupaten
sebelumnya. Banyaknya jumlah parkota seluruh Indonesia, tidak boleh
pol peserta pemilu akan berimplikasi
ikut dalam pemilihan umum berikutpada sistem pemerintahan yang dibangun pada masa yang akan datang
nya kecuali bergabung dengan partai
lain (00 NOm0r12 Tahun 2003 Pa- dipastikan tidak ada bedanya dengan

sal142-143).
pemerintahan saat ini, yaitu pemerinAkan tetapi, temyata, anggota le- tahan koalisi yang rapuh.
Oleh karena itu, sistem penyedergislatif mengabaikan apa yang merehanaan partai politik harus sudah
ka buat sendiri dengan membuat 00
Nomor 10 tahun 2008 Oihat pasal 8) . menjadi renungan bersama. Pemilu
2009 kita jadikan kesempatan seludengan menyatakan bahwa peserta
as-seluasnya untuk seluruh partai
Pemilu 2009 adalah, pertama, partai
peserta pemilu merebut dukungan,
politik peserta pemilu pada pemilu
rakyat sebanyak-banyaknya sebagai
sebelumnya dapat menjadi peserta
pemilu pada pemilu berikutnya. Ke- ajang penyaluran demokrasi dengan
dua, menggunakan ketentuan bahwa
dibarengi proses penyederhanaan
partai dengan penegakan efectoral
partai politik dapat menjadi peserta
threshold. Karena pemerintahan
pemilu setelah merilenuhi persyaratan: a. berstatus badan hukum sesuai yang kuat dan stabil dalam sistem
dengan Undang-Undang

tentang
presidensial harus didukung dengan
stabilitas partai pemegang pemerinPartai Politik; b. memiliki kepengutahan. Kalau tidak, maka untuk merusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah
provinsi; c. memiliki kepengurusan di wujudkan pemerintahan yang stabil
2/3 (dua pertiga) jumlah kabupaselamanya akan mengalami kesulitan.***
tenfkota di provinsi yang bersangkutan; d. menyertakan sekurang-kuPenulis, mahasiswa 8-3 flmu Korangnya 30% (tiga puluh per seratus)
munikasi UNPAD, Peneliti LPM lAketerwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat; ID Darussalam Ciamis, alumnus P4
School East West Center USA.
e.
- ..memiliki
- -- anggota sekurang-ku-