PENGARUH LMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERTANIAN TERHADAP STRUKTUR PENGUASAAN TANAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN GARUT DAN KABUPATEN SUBANG.

ffi*nAHAnMU

Rfillmu$n$ *nnlffi ffiTRR$l tSsR*[
Reformasi Birokra$i dan e-Sovernance
Editor

Falih Suaedi
Bintsro Wardiyanto

RTVITALISASI N)MINISTRASI NEGARA
Reformael Birokrasl dan e-Governance

Editor

:

Falih Suaedi
Bintoro Wardiyanto

Edisi Pertama
Cetakan Pertama,2010


Hak Cipta O 2010 pada penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku
ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik
perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

GRAHA ILMU
Ruko Jambusari No. 7A
Yogyakarta 55283

Telp.

: 027 4-889836; 027 4-889398

Fax.

:0274-BB9O57
: info@grahai lmu.co.id

E-mail


Suaedi, Falih; Wardiyanto, Bintoro
REVITALISASI ADMINISTRASI NEGARA (Reformasi
Suaedi; Bintoro Wardi-yanto

-Edi-si Pertama - Yogyakarta; Graha Ilmu,
x + 268 hlm, 1 Jil. : 26 cm.
ISBN:

91

1. Sosial

Birokrasi dan e-Governance) /fatj.fr

2010

8-91 9-'756-668-5

2. Politik


1.

Judul-

Pengaruh lmplementasi Kebijakan pertanian Terhadap
Struktur Penguasaan Tanah dan Dampaknya
Terhadap Kesejahteraan petani di
Kabupaten Garut dan Kabupaten Subang
Sintaningrum

Pendahuluan
menurunnya hasil produksi pertanian di lndonesia, khususnya di
Jawa Barat, tingkat
petani pun rendah. Salah satu indikator utuk mengukur kesejahteraan petani
aiunr
.\-z
\ aspek
f::"l.hteraan
ekonomi adalah dari nilai tukar petani. lndeks nilai tukar petJni selamu kurun waktu

2003-2002
berdasarkan data Litbang Kompasrberfluktuatif. Secara khusus di ProvinsiJawa
Baratterusturun rata-rata3,7
point per tahun. Pada April-Mei 2008 NTP berada di bawah angka 100.
Artinya, indeks harga yang dibayarkan
petani lebih besar daripada harga indeks.yang diterimanya.

(C:ill.g,len€an

Hasil Sensus Pertanian 2003 mengindikasikan semakin miskinnya petani lndonesia.
Hal itu terlihat dari
meningkatnya jumlah petani Surem tahun 2003 menjadi 56,5 olo. Selama sepuluh
tahun terakhir, jumlah petani
gurem meningkat 2,6olo per tahun, yaitu dari 10,8 juta rumah tangga
menjadi 13,7 jutatahun 2003. petani
gurem ini mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan. Dari 16,6,,lo iikyat
lndonesia yang termasuk kelompok
miskin, 60o/o-nla adalah kalangan petani gurem
Banyak faktor yang diduga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satu
struktur sumber daya

.
yang harus dibenahi agar kesejahteraan petani meningkat iaat"fr ketersediaan
lahan bagi petani yang sama

sekalitidak memadai.

Di Propinsi Jawa Barat pelaksanaan kebijakan pertanahan diawali sejalan dengan diberlakukannya
UUPA' Pelaksanaan kebijakan pertanahan di provinsi ini penting mengingat"du"ya ketimpangan penguasaan
tanah yang kronis. Pada tahun '1957 misalnya diketahui bahwa iebagiin -besar tanah pertanian
sawah diJawa
Barat dikuasai oleh sekitar 9.965 rumah tangga (0,5% rumah t"ngg") dan mereka
menguasai tanah sawah di
atas 10 Ha. Sementara di sisi lain, terdapalST,Solo keluarga yang mempunyai tanah kurang
dari 1 Ha. Dari
87,Bolo pemilik tanah kurang dari satu hektar tersebut 5/6-nya adalah pemiiik tanah
kurang dari o,s hektar.
Pertimbangan lain adalah tingginya penguasaan tanah absentee. Di daerah kawedanaan lndiamayu
misalnya,
tercatat bahwa dari 20.488 pemilik sawah, ternyata 6.010 orang adalah pemilik di luar
desa (absentee).

Ketimpangan struktur penguasaan tanah juga terlihat dari proporsi pemberian hak menguasai
tanah
yang telah terdaftar' Hasil penelitian pada tahun 2004 menunjukkan bahwa
dari berbagai hak atai tanah yang
diberikan Badan Pertanahan Nasional terhada.p pemohon, yang terdiri dari hak pung"l;t.un,
hak pakai,'ha[
milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan yang masih blrupa tanah Negara, iraka luas
tanah yang di

atasnya melekat Hak Cuna Usaha menempati urutan penama dalam keluasan tanahnya, yaitu sebanyak 1364
bidang dengan luas 577.170.607,62 Ha. Sementara tanah hak milik hanya sebanyak 1.777.819, 00 bidang
dengan luas 17.692.978,82 Ha. (Sintaningrum, dkk, 20A4.

di lapangan, salah satu sebab masih rendahnya kesejahteraan petani
penguasaan
tanah disebabkan oleh implementasi kebijakan pertanahan yang
dan ketimpangan struktur
kontent
kebijakan maupun konteks atau lingkungan di mana kebijakan itu
belum optimal, baik dilihat dari

(content of policy) berkaitan dengan masih belum memadainya
Masalah
isi
kebijakan
diimplementasikan.
kebijakan terhadap rakyat terutama petani, kesepakatan
keberpihakan
kebijakan terutama berkaitan dengan
para stakeholder terhadap tujuan kebijakan yang masih rendah serta kurangnya pemahaman yang utuh dari
stakeholder terhadap tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan pertanahan ini. Pada organisasi pelaksana
kebijakan sebagai implementorkurangmemadainya kapasitas program implementorsyangdimiliki. lndikatornya
dapat dilihat dari lemahnya komitmen pelaksana, kualitas sumber daya manusia yang masih belum memadai,
kurangnya koordinasi antar instansi terkait. Selain itu, berkaitan dengan isi kebijakan yang ideal, terdapat tarik
ulur berbagai konsep dalam wacana kebijakan peftanahan, misalnya antara yang menginginkan kebijakan
pertanahan secara revolusioner atau yang lebih lunak secara gradual, pembagian peran pemerintah pusat dan
daerah, serta apakah mesti mengimplementasikan pertanahan atau tidak.
Berdasarkan pengamatan peneliti

Terkait dengan masalah pengambilan keputusan (Site of decision making) di lndonesia saat ini
menghadapi kuatnya tekanan lembaga-lembaga di luar pemerintah (non-governmental organization) yang

memiliki jaringan komunikasi yang solid. Pada Departemen Pertanian yang memiliki kepentingan sangat besar
dengan masalah agraria, namun power politik-nya terbatas, Departemen Pertanian tidak memiliki otoritas
untuk membuat produk hukum yang cukup kuat berhadapan dengan para stakeho/ders lain. Jadi, meskipun
"agraria dan pertanian" memiliki kaitan yang kuat dan jelas, namun tidak tercermin pada hubungan "BPN dan
Deptan"

3

Dalam lingkungan makro kebijakan berkaitan dengan konteks kekuasaan, kepentingan, dan strategi
aktor yang terlibat. Saat ini berkembang berbagai pendapat tentang komposisi otoritas pemerintah pusat dan
daerah dalam hal keagrariaan. Sebagian berpendapat bahwa bidang yang dapat dipindahkan ke pemerintah
daerah seyogyanya hanyalah urusan bentuk dan cara mengusahakan atau mengolah unsur-unsur tanah, sepefti
usaha peftanian, kehutanan, peftambangan, dan perkebunan. Sementara, soal hak kepemilikan tanah yang
mencerminkan makna tanah sebagai simbol kesatuan bangsa dan negara tidak dapat didelegasikan. Wewenang
yang berada di kabupaten/kota mengenai peftanahan sebaiknya sebatas yang bersifat lokalitas, misalny,a
dalam penetapan spatial planning, izin lokasi, dan izin prinsip. Dengan telah diberikannnya wewenang untuk
memberikan izin lokasi dan izin prinsip kepada pemerintahan kabupaten/kota, maka telah mulai pula terdengan'
berbagai keluhan dari investor perkebunan, disebabkan banyaknya pungutan untuk menghasilkan PAD
lni merupakan polemik, karena ketika izin lokasi berada di pemerintah pusat, pemerintah
daerah mengeluh bahwa mereka tidak memperoleh keuntungan apapun meski di wilayahnya banyak usaha

sebesar-besarnya.

perkebunan besar swasta.
Permasalahan lain adalah kesulitan dalam memberantas berkembangnya rent seeklng activity. Aktivita:
yang tergolong dalam kategori ini utamanya adalah para makelartanah, yaitu mereka yang membeli tanah untur
nanti dijual lagi ketika harga sudah tinggi. Tanah dibeli tidak untuk digunakan, sehingga tanah diperlakukan
sebagai komoditas. Dalam kadar yang lebih ringan, para pemilik tanah yang menyakapkan tanahnya kepada
petani lain dengan pembagian yang tidak adil, dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk penghisapan, yar-rg
pada prinsipnya adalah juga bentuk dari sikap menjadikan tanah sebagai komoditas.

Masalah lain berkaitan dengan karakteristik penguasa (institution and regime characteristic) datang da"
intervensi ideologi kapitalisme, khususnya melalui instrumen pasar global, yang telah menembus seluruh aspe,l
kehidupan, termasuk dalam hal sistem agraria suatu negara. Jika selama ini, pemerintah yang menjadi penguas;
terhadap petani dengan menggunakan tanah sebagai alat politiknya, maka di era pasar bebas ketika komoditai

166

Revi talisasi Admi

nistrasi Negora:


Ref ormasi Bi

rokrasi dan e-Gover naqr*

ditentukan oleh kehendak pasar, maka pasarlah

yang menjadi penguasa. Dengan kata lain, bagaimana sistem
agraria yang akan berjalan di suatu negara, baik penguasaan, pemililian,
dan peiggunaan; akan lebih ditentukan
oleh pasar dengan ideologinya sendiri misalnya deigan penerapan
prinsip-prinsip efisiensi.

Berdasarkan uraian fenomena-fenomena tersebut, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1'
2.


seberapa besar pengaruh implementasi kebijakan pertanahan
terhadap struktur penguasaan tanah di
Kabupaten Garut dan Kabupaten Subang ?
Bagaimana dampak struktur penguasaan tanah terhadap
kesejahteraan petani di Kabupaten

Kabupaten Subang

Carut dan

?

Implementasi Kebij akan
C-rindle menyatakan bahwa proses umum implementasi dapat
dimulai ketika tujuan dan sasaran telah
dispesifikasikan, program-program tlndak telah di deiain,
dan keti[l dana telah dialokasikan untuk pencapaian
tujuan. Ketiga hal tersebut merupakan syarat-syarat dasar (Basic
Conditions) untuk eksekusi suatu kebijakan

,

publik.

Menurut Crindle pengukuran keberhasilan implementasi kebijakan
dapat dilihat dari 2 hal:
1' Dilihat dari prosesnya, dengan mempeftanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang
dirancang (deslgnl dengan merujuk pada aksikebijakannya.
- Apakah
2'
tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diulur dengan melihat 2 faktor, yaitu:
a.
lnoact atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kerompok
b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok
sasaian dan perubahan yang terjadi.

Lebih lanjut dikatakanya bahwa keberhasilan suatu implementasi
kebijakan publik amat ditentukan oleh
tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri
dari isi kebijakan (contenr of poricy) dan konteks
implementasi (Context of implementation) yangterlait dengan
formulasi kebijakan.
hplementation as

;r

/l-/'

goals
I

iI

I

?

^"na/
_lndividual Projects
Designed and

it'.

1

\r

.\
'\

pofiti€at and Admlnlstrailve Froces.s

Policy Goals

I
|
*
e"tionrrodams

achieved

a

./

-/

,f

Funded

\
\ \\

rroglE" delivered

ae\neO f
-r___-\\__*
a-s

tmplemenling Acliviiiee
lnlluenced.bV.:_
..
e. Contsnt of poticy

7

ltff:F,i1'"*ij

3, eritentofchangsEnvisloned
4. rite ot d€cklan making

Outcornes

a. impactonsocioty,-"
inriivtduals, and

o.Jiii5i",,o*
-'""""it
n""

iffiiftlliffiilr*

"i:;:ff:i[ll""ff:ff:l**n*"
involvod
ti
ot actors

2'
2. inartu$cn
institution ano
and

reoimo
rirrme

s. comlriance-rno

- lDr€esuRtttG

rssponliveness

succEss

i

!

f

-/

-- -n..rr,

Sumber: Crindle, 1980: I 1)

Pengaruh lmplementasi Kebiiakan Pertanian Terhodap
Struktur penguasaan Tonah dan dampaknya

167

lsi kebijakan (content

1.

of

poticy) yang mempengaruhi proses implementasi adalah:

Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi (interests affected;
/nterest affected ber[aitan d-engan' beibagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi
pasti akan berkaitan
kebijakan. Dasar pemikirannya aJalah bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya
pengaruh terhadap
membawa
tersebut
den[an banyak kepentingan.'sejauhmana kepentingan-kepentingan

implementasinya. Hal inilah yang ingin diketahui lebih lanjut'

2.

Tipe manfaat (type of benefits)

3.

jangka panjang.
dapat terbagi maupun tidak terbagi, dalam jangka pendek maupun
Derajat perubahan yang ingin dicapai (extent of change envisioned)
yang ingin dijelaskan p"aaJpoin inl adalah seberapa besar perubahan yang hendak dicapai melalui suatu
impiementasi kebijakan. Harus ada skala yang jelas untuk pencapaiannya.

4.

Letak pengambilan keputusan (site

positif yang
Dalam ,u"tu tu'UllJan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak
itu
yang
dirasakan
Manfaat
dilaksanakan.
yang
hendak
dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan

of decision making)
pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan berperan penting dalam pelaksanaan kebijaka.n. Karenany"]huru, dijelaskan di mana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan diimplemen-

tasikan

5.

Pelaksana program (program implementors)
menjalankan
Harus sudah [rOutu dai terpapar pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel untuk
yang
(birokrasi)
publik
berperan
publik,
organisasi
suatu kebijakan. Dalam implementasi kebijakan
yang
organisasi
kapasitas
oleh
ditentukan
sebagai implementor, kinerjanya secara internal akan

dominan

dimilikinya.

6.

Sumber daya yang digunakan (resources committed)
pelaksana kebijak"an h'arus didukung oleh sumber-sumber daya yang memadai agar pelaksanaannya dapat
baik
berjalan dengan baik. Resource (sLrmber daya) bertalian dengan aset yang perlu dimiliki organisasi,
jasa,
atau
barang
menghasilkan
untuk
(raw
yang
digunakan
materia/)
ur"i dulu* bentuk bahan dasar

maupun aset yang berupa orang (personil), finansial, bakat manaierial, keterampilan dan kemampuan

fungsional.

of policy\ menurut Crindle meliputi:
of
Kekuasaan, kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibal (power, interestt and strategies

Konteks kebijakan (context

1.
2.
3.

actors

dan
involved). Dalam suaiu kebijakan p'erlu juga diperhitungkan kekuatan atau kekuasaan, kepentingan
kebijakan'
jalannya
pelaksanaan
suatu
memperlancar
oleh aktoryangterlibatguna
strategiyangdigunakan
'ini
tidak diperhitungkan besar kemungkinan kebijakan tidak berjalan sesuai rencana.
Jika hil

ii
Karakteristik institusi dan iegim yang berkuisa (institution and regim characteristics). Lingkungan
perl'
Karenanya
keberhasilannya.
juga
terhadap
berpengaruh
mana suatu kebijakan diimpl-ementasikan
pelaksanaan suat"
dikenali karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa yang akan turut mempengaruhi
kebijakan.
rinjkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana (compliance and responsiveness)' Yar=
kebijakan ;'ar =
dimaksud adalah sejauhmana kepatuhan dan respon para pelaksana dalam menanggapi
diimplementasikan.

diterapkan, ma""'

Setelah pelaksanaan kebijakan yang dipengaruhi oleh isi dan konteks kebijakan
kebijakan sesuai dengan a:'
akan dapat diketahui apakah paia pelaksa* tunilutun dalam membuat sebuah
lingkungan sehingga tine"'='
oleh
yang diharapkan; juga dapat iiketahui apakah suatu kebijakan dipengaruhi
menurut Dunsire 0\/ara:
kebijakan,
p"rJbuhun yung dihirupkan ter.iadi. Dalam suatu proses implementasi
2OO2:61) terdapat apa yang dinamakan implementation gap'

168

Revi

tali sasi Administrasi

N egara: Ref

ormasi Bi rokrasi don

e- Gove r oc-,:

:

Besar kecilnya perbedaan tersebut sedikit banyak akan tergantung pada apa yang oleh Williarns (Wahab,
2002:61) disebut sebagai "lmplementatian capacity dari organisasi/aktor atau kelompok organisasi/aktor yang
dipercaya untuk mengemban tugas mengirnplementasikan kebijakan tersebut. lmplementation capacity ialah
kemampuan suatu organisasi/aktor untuk melaksanakan keputusan kebijakan sedemikian rupa sehingga ada
jaminan bahwa tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen formal kebijakan dapat dicapai".

Metode Penelitian
Tipe desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini arJalah explanatory research" Pemilihan
lokasipenelitian dilakukan secara purposif, yakni Kabupaten Subangdan Kabupaten Carut. Kabupaten Subang
terpilih karena di sini kegiatan landreform melalui redistribusi tanah paling ser"ing dilakukan dengan tanah
terluas" Sementara Kabupaten Carut terpilih karena daerah ini menjadi model percontohan BPt! melakukan
gerakan Reformasi Agraria.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi putaka dan studi lapangan, melalui observasi,

wawancara mendalam (indepth interview), focus group discussion, dan penyebaran kuesioner. Wawancara
dilakukan dengan Direktur Landreform BPN, Kabid Pengaturan dan Penatagunaan Tanah Kanwil BPN Prov
Jabar, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Subang dan Kabupaten Carut, Asisten Daerah Kabupaten Carut,
Camat, Kepala Desa, dan tokoh masyarakat di lokasi penelitian.
Kuesioner disebarkan kepada aparat di Kanwil BPN Propinsi Jawa Barat dan Kantor Pertanahan Kab.
di masing-masing lokasi penelitian, yang terdiri dari: Di lingkungan
Sekretariat Daerah yang menangani peftanahan, yaitu Bagian Pertanahan; di Kantor Kecamatan dan di Kantor
Desa. Darijumlah anggota populasi sejumlah 355 orang implementor, dengan menggunakan rumus Kerlinger

Carut dan Kab Subang, aparat Pemda

(1978) terpilih sarnpel sebanyakTS responden.

Hasil Penelitian
Selatan pada koordinat 6056'49" - V o4s'A}'n
Lintang Selatan dan 107"25'8" - 10807'30" Bujur Timur. Kabupaten Carut memiliki luas wilayah administratif
sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km2). Sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Carut, peran sektor

Kabupaten Carut terletak

di Provinsi Jawa Barat bagian

pertanian (tanaman pangan/ perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) masih merupakan sektcr
andalan. Hal initercermin dari mata pencaharian masyarakat Carut 65% bertumpu pada sektor pertanian serta
dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB paling tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor
lainnya yaitu 52,16"/o .

di mana lokasi penelitian ini dilakukan terletak di Kecamatan Pasirwangi Kabupaten
geografis
Carut. Secara
Desa Padaawas memiliki luas tanah sebesar 1250 Ha, Terdirldari Hutan Lindung 350
Ha, Hr"rtan Produksi 350 Ha, Pemukiman 46 Ha, dan tanah pertanian seluas 504 Ha. Orbitasi Desa Padaawas
terhadap kota relatif dekat. Untuk jarak tempuh ke kota kecamatan dari Desa Padaawas sejauh 3 km. Jarak
tempuh ke ibu kota Kabupaten Carut 10 km dari pusat Desa Padaawas. Daritingkat orbitasi desa yang relatif
dekat ke pusat kota, penduduk Desa Padaawas relatif mobile artinya tingkat keluar masuk masyarakat untuk
pergi ke pusat kota sering dilakukan oleh masyarakat Desa Padaawas. Jumlah penduduk Desa Padaawas tahun
2007 adalah sebanyak 6303 orang dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Desa Padaawas

Kabupaten Subang terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat, dengan letak geografis antara 1O7' 31'
selatan. Luas wilayah Kabupaten Subang mencakup 205.176
ha atau 4,64olo dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Subang selama beberapa tahun terakhir
mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 4,37o/o per tahun, mendekati rata-rata Jawa Barat yang mencapai
sekitar 4,6olo per tahun.

-107'54'bujurtimurdan 6' 1'-6'49'lintang

Pengaruh lmplementasi Kebijakon Pertanian Terhadap Struktur Penguasaan Tanah dan dampaknya

169

Desa Cibalandong Jaya terletak di Kecamatan Ciiambe Kahupaten Subang dengan luas tanah tanah
seluas 967,164 Ha; merupakan hasil pernekaran dari Desa Cimenteng pada tahun 2006 yang terbagi menjadi
jauh" Jarak
Desa Cibaiandong Jaya dan Desa Cirnenteng. Orbitasi Desa Cibalandong Jaya terhadap kota relatif
Kabupaten
kota
tempuh ke kota kecamatan dari Desa Cibalandong Jaya sejauh 21 km. Jarak tempuh ke ibu
infrastruktur
Subang 14 km dari pusat Desa CibalandongJaya. Akses jalan menuju ke desa hanya 1 dengan
jalan ying buruk" Jarak yang jauh disertai dengan kondisijalan lruruk menyebabkan waktu tempuh dari desa ke
iuardesa menjadi bertanrbah lama. Sedangkan, jumlah penduduk Desa CibalandongJaya berdasarkan sensus
penduduk 2006 tercatat sebanyak 1704 orang. Dengan jumlah Kepala Keluarga 567 orang Desa Cibalandong
jaya memiliki rata-rata jumlah keluarga 4 orang per-kepala keluarga. Mat.r prsngsharian terbanyak penduduknya
adaiah sebagai petani, baik petani pemilik rrlaupun petani penggarap.

Hasil perhitungan koefisien jalur dari persamaan struktural menggunakan metode Partial Least Square
dibantu dengan progra* VPLS, Koefisien Jalur Dari Xi dan X2 Terhadap Y menunjukkan koefisien jalur dari isi
kebijakan iXtlterhadap penguasaan tanah (Y) sebesar 0.468. lni artinya bahwa besar pengaruh langsung dari
isi klbllakan terhadap struktur penguasaan tanah sebesar 0.468; atau secara hitungan maternatis, jika terjadi
perubaiian pada isi kebijakan dalam implementasi kebijakan pertanahan sebesar satu simpangan baku maka

akan terjadi perbaikan pada struktur penguasaan tanah sebesar 0.468 simpangan baku. Koefisien .ialur ini lebih
besar ilari 0.30 sehingga isi kebijakan memadai dalam menjelaskan struktur penguasaan tanah. Pengaruh dari
isi kebijakan terhadap struktur penguasaan tanah menunjukkan pengarirh positif yang artinya bahv"'a semakin
baik isi kebiiakan dalam implementasi kebijakan pertanahan maka semakin baik pula struktur penguasaan
tanah.

Dimensiyangdinilai paling berperan dalam merefleksikan isi kebijakan adalah dimensiderajat perubahan
yang cliinginkan, letak pengambilari keputusan dan dimensi jenis manfaat. lni artinya bahwa pengaruh dari isi

kebi;akan implementasi kebijakan pertanahan paling diperrgaruhi oleh setrerapa besar derajat perubahan yang
diinginkan, di mana letak keputusan yang diambil dan jenis manfaat apa yang akan diperoleh.
Selanjutnya, struktur penguasaan tanah juga dipengaruhi secara langsung oleh konteks implementasi
kebijakan (X2) dengan pengaruh langsung sebesar 0.30. Pengaruh langsung dari konteks implementasi dalam
implementasi kebijakan pertanahan terhadap struktur penguasaan tanah (Y) lebih kecil dibandingkan dengan
isi kebijakan (X). Pengaruh dari konteks implementasi kebijakan terhadap struktur penguasaan tanah sarna
halnya dengan isi kebijakan adalah positif ini artinya adalah perubahan struktur penguasaan tanah selaras
dengan konteks implementasi kebijakan. Secara matematis angka 0.30 menyatakan bahwa jika terjadi
perubahan pada konteks implementasi kebi.lakan sebesar satu simpangan baku, maka akan terjadi perubahan
pada struktur penguasaan tanah sebesar 0.30 simpangan baku. Koefisien jalur ini lebih besar dari 0.30 sehingga
isi kebijakan memadai dalam menjelaskan struktur penguasaan tanah. Dari hasil analisis dimensi sebelumnya
diketahui bahwa dimensidimensi yang paling berperan dalam konteks implementasi kebijakan adalah dimensi
karateristik kelembagaan dan penguasa serta dimensi kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat.
Dua dari tiga dimensi konteks implementasi kebijakan ini dinilai paling dominan mempengaruhi struktur
penguasaan tanah.
Koefisien determinasi dari model pertama yaitu pengaruh dari isi kebijakan dan konteks implenrentasi
dalam implementasi kebijakan pertanahan terhadap struktur penguasaan tahan dari hasil perhitungan dengan
software VPLS adalah sebesar 0.525 atau 52.5"1o. Hasil ini menunjukkan model dapat menielaskan sebesar
52.5olo variansi dari data atau dengan kata lain sebesar 52.5olo perubahan-perubahan dalam struktur penguasaan
tanah dipengaruhi oleh variabel isi kebijakan dan konteks implementasi dalam implementasi kebijakan
pertanahan di mana vairabel isi kebijakan memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan
konteks implementasi kebijakan. Sedangkan sebesar 47.5'lo perubahan-perubahan dalam struktur penguasaan
tanah dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

170

Revitalfsasi Admi nistrasi Negara:

Ref

ormasi Bi rokrasi don e'Governance

Hasilanalisis dengan rnenggunakan P_artial Least Square, diperoieh koefisein jalurdari
struktur penguasaan
tanah (Y) terhadap kesejahteraan petani (Z) sebesar A.412" i-l*rit ini menyatakan
Uut*u efek langsung dari

struktur penguasaan tanah terhadap kesel'ahteraan petani. Efek ini adalah positif,
u;;tu bahrva semakin baik
struktur penguasaan tanah maka semakin baik pula kesejahteraan petani.
selain varlabel struktur penguasaan
tanah, variabel isi kebiiakan dan konteks impiementasi juga memberikan p"ng"ruh
iioak langsung melalui
struktur penguasaan tanah terhadap kesejahteraan petani.
.Efek tidak langsung terbesar disumbangkan oleh variabel isi kebijakan. Artinya bahwa kaitan antara isi
kebijakan dengan struktur penguasaan tanah memberikan sumbangsih
yang lebih besar terhadap peniirgkatan
kesejahtaran petani. sehingga untuk meningkatkan kesejaht"raan petani,
pr"ioritas utama yang harus dilakukan
adalah perbaikan dalam isi kebijakan serta peningkatan struktur penguasaan
tanah.

Dengan

berasumsi. bahwa struktur penguasaan tanah dapat menjelaskan perubahan-perubahan
dari
kesejahteraan petani, maka dapat ditentukan bur.pu besarkah
ialam persentase perubahan-perulra6an dari
kesejahteraan petani (Z) yang bisa dijelaskan oleh variabei struktur
penguasaan tanah (y) dengan ruienggunakan
rumus: R: p2 xlooo/o.
,ll

ii
itf

'!
1:

Dari hasil perhitungan yang terah dipaparkan seberumnya terah
didapat nirai B:0,41 2. Dengan demikian
maka koefisien determinasi (R)dapatdihitung: R
(0.+t 2)2 xtooolo
17 olo.oari hasil perhitungan inidapat
dikatakan bahwa besarnya pengaruh variabe-l struktur p"ngrurr.n
tanah (y) terhadap variabel kesejahteraan
petani (z) adalah sebesar 17oio. sedangkan pengaruh variabel
lain adalah sebesar
ringginya pengaruh
dari variabel lain terhadap kesejahteraan petani tentunya wajar karena
tingkat kesejahteraan petani rr:erupakan
kondisi yang akan ditentukan oleh banyak variabel yang blrperin,
baik va'iabel internal ataupun eskternal.
Variabel internal semisal banyaknya jumlah anggota kiuarga,
banyaknya sawah yang dimiliki, sedangkan
faktor eksternal seperti maharnya barang-barang [Jbutrhun pJktldan
rain-rain.

:

:

air.

Hasil penelitian di Kabupaten carut dan subang menunjukkan
acJanya persamaan dalam implementasi

kebijakan pertanahan dilihat dari aspek isi kebijakarinyu, *ri"uprn
diwarnai oleh karakteristik daerahnya
masing-masing' Berikut ini.dikemukakan perbandingan implementasi
kebijakan di 2lokasi tersebut. Di
Kabupaten carut di mana lokasi kebijakan diimplemenlasikan
relatif lebih *ra"r,Jii""glau daripada lokasi di
Kabupaten Subang, karenanya perubahan struktur penguasaan
tanah lebih dinamis diter"uk"n di sini. Kedekatan
jarak
dengan ibukota kecamatan dan kemudahan iasllitas jalan yang menghubungkan
desa dengan desa lain di
kecamatan dan ke kota yang sama membuat derajat p"rrbunun
fara petani terlihat lebih nyata dibandingkan
di Kabupaten subang. Ditelusuri dari dokumen sK Redistribusi ranah objek
Landreform yang peilama kali

diterbitkan oleh Pemerintah di Desa Padaawas,.terlihat perpindahan pemilikan
tanah yang lebih dari sekali
meskipun
ditemukan beberapa petani yang masih mempertahankan penguasaan
tanah

perpindahan

redisnya.
pemilikan tanah mengindikasikan tujuan kebijakan pertanahan
untuk meningkatkan kesejahteraan petani
penggarap
menjadi tidak terwujud.

Berbagai kebutuhan hidup yang mendesak dan tidak sebandingnya
hasil dari pertanian dengan tingkat
pengeluaran petani mengakibatkan banyak petani penerima
sK redis kemudian menjual kembali tanahnya.
Pada mulanya petani penSSarap tidak menjual secaia langsung,
namun bertahap melalui sewa-menyewa atau
dengan cara menggadaikan tanahnya. Namun karena seielan"latuh
tempo, p"tunip"negarap tersebut tidak
berhasil menebus kembali tanah gadainya, maka akhirnya tanah tersebut
diiual. Juat [eti"tanah redistribusi ini
banyak dilakukan walaupun pemerintah telah melarangnya.
beli
dilakulan
Jual
oi u.*"n tangan, dengan tidak
merubah nama sK redistribusi penerima hak. Petani p-"nggir.p tetap
menggarap tanah yang telah dijualnya,
namun posisinya kembali ke semula sebagai
p"ngguop. Perubahla-n derajat t e'nialpan tenin nyatu
.petani
ditemukan' Peningkatan kesejahteraan meningkat,
tetapi n"""ny"'Jit"rukan pada sedikit petani yang berhasilmenjadikan dirinya sebagai tuan tanah baru. Perbedaan kesejahteraan
yang mencolok ditemukan di sini, di
mana terdapat petani yang sangat kaya yang menguasai hampiiseparuh
tanah pertanian di desa, dengan buruh

tani yang sangat miskin.

Pengaruh Implementasi Kebiiakan Pertanian Terhadap Struktur penguasaan
Tanah dan dompaknya

't71

ll

J

I

LainhalnyadenganDesaCibalandongJayaKabupatenSubang,perilakujualbelitanahasalobjek
redis masih memiliki tanah yang dahulu diberikan
landreform lebih sedikit ditemukan. euru p"tu"nifunerima
konsumsi dan gaya hidup petani di Kabupaten Carut
kepadanya. Berdasarkan h"iil obr"*usi diketahui bahwa
H.r ini diduga merup=akan sarah satu sebab meningkatnya
rebih tinggi dibandingkan Ji rcuurput"n sru"ng.
yung *unJorong petani menjuar tanahnya. Di samping
kebutuhan akan uang tunai di Kababupaten c"arut
sektir informal pada petani,penggarap Kabupaten carut
itu, kemudahan untuk,"."irrr i"r..tuu o"t*i"Ji
,n"*"nfaatkan ikan-ikan di sungai sukanegara untuk memenuhi
rebih tinggi. petani di nesa cibiandong tuvu
petani
uang untuk konsumsi lebih,hemat dibandingkan
kebutuhan rauk rumah tangganya. sehingga p"ne;iu;t";
konsumsinya dari hasil pertanian' Ketergantungan
di Desa padaawas v"rs,?jrr, r.ngur,"J.ttan'pemenuhun
itu terjaga' Lingkungan alam lebih terpelihara
penduduk desa akan Sungai SukanJgara menluaitan sungai
ditemukan di Desa Cibalandong Jaya'

oleh isi dan konteks kebijakan diterapkan' dapat
setelah pelaksanaan kebijakan yang dipengaruh.i
ringkungan sehingga tingkat perubahan yang diharapkan
diketahui apakah suatu kebijakan dipengaruhi orehhliir peneritian di rapangan meunjukkan
terjadi. Berkaitan dengan kebijakan p"nun"n"n, *akaLerdlrartan
prototype sejarah. implementasi kebiiakan
hal demikian. Di Kabupaten carut dan iabupaten subang
Sejak Belanda
pertanahan

memilikif"tirip"n

dengan

*jtt;il;;;uu'u"n

t3"i,aibanvaktempatdi lndonesia'

purfiuuununl"rracht dikuasai oleh aristokrasi lokal yang bekerja
meninggalkan lndonesia, maka tanah-tunur"r "tr
dengan
penguasaan tanah dialur'dan didistribusikan oleh kedua kalangan ini. sejalan
sama dengan militer.
penduduk'
kepada
tanah diredistribusikan
kebijakan pemerintahan iur"t tahun lgor--vang mengharuskan,
kepentingan mereka' Seperti halnya
berdasarkan
ianah
liasan
dan
penguasa lokal dan *illru, mengatur lokasi
Kabupaten Subang, tanah+anah yang lokasinya
di Desa padaawas Kabupaten Carut dan o"r" cin"i..dong Jaya
mata"air dibagikan terlebih dahulu untuk kalangan militer
strategis dan lebih subur karena berdekatan 6;;;
pemlrintah desa. setelah itu baru penduduk lain
(yang bukan merupakan pendudukdesa setempa:t)dan aparat
dengan kualitas kelas dua dengan luasan yang lebih
dibagikan di lokasi yang jauh dari ibukota desa dan tanah
militer sudah berpindah tangan, diperjual
kecil dari mereka. padJsaat ini tanah-tan"nl"r'g Jiriliki kalJngan
belikan kepada para petani setempat yang mampu membelinya'
yang dikemukakan
penelitian di Kabupaten Carut dan Kabupaten Subang menguatkan pernyataan
proses politik
terjadinya
menun.iukkan
crindle. lmplementasi kebijakan redistribusi tanah di kedua kabupate-n
berbagai
di
antara
kepentingan
program. iarik-menarik
yang kental yang menyebabkan lemahnya pelaksanaan
bertahuntersendat
bahkan
tiaat berjalan mulus,
aktor yang terlibat mengakibatkan program redistribusl iana=tr
dimensi penting tersselenggaranya program
menjadi
pelaksana
will-para
tahun. Komitmen ain"joliticall
diierapkan dengan keinginan politik yang ku.at^dari
secara efektif. pada awal kebijakan redistriblii tanah ini
diketahui pasti' Namun redistibusi
pemerintah, kebijakan Lerjalan dengan l1nc"r walaupun hasilnya belum
beralihnya regim kekuasaan dari orde lama ke
tanah kepada para petani penggarap terjadi. it'ungn'u, dengan
ada gaungnya sama sekali, padahal peraturan
orde baru, kebijakan ini menjadi tersendat aun f."-ruai"n tidak
perundangan masih tetap berlaku dan tidak dicabut'
pada

nasional berimbas
Demikian halnyayangterjadiditingkat lokal. Situasi politikyangterjadiditingkat
Pemerintah Pusat dan
antara
kewenangan
ulur
Tarik
desa.
praktiknya di tingkat pemerintahan lokal, termasuk
para pelaksana di lapangan ragu-ragu mengam.bil tindakan karena khawatir
pemerintah Daerah
"i*v"["nr.""
atau kasus sengketa tanah antara
melampaui kewenangannya. lmplikasinya adalah *u'n.rl konfiik-konflik
petani' maupun petani
ka\angan antar pe\an\, ba\k petan\ dengan
berbagai pihak di f.pl"g.".
-roniiit f"ntV t"ri.Oi d\
masyarakat dengan negara, dalam hai
yang lebih-meruas adai"ah konflik
dengan penggarap.
[3nn?
"nt"iu
focus group discussion dapat diketahui
hasil
perhutani
Kab carut dan prpN xil di d;. a;b;ng. Dari

di
kepemilikln tanah; tentang siapa yang sebenar- ' "
penyebab konflik aJalah perbedaan p"""pti t"nianiriwayat
tanah yang disengketaka.n' Penyebab lain ada amemiliki hak untuk memiliki, menguasai J"n r"n[gunalan
yang kemudian disepakati dikelola bersama' Sa-':a
pengaturan p"ngurunuun dan pemlnfa"tutt ttn.f,-tl"nah
sedari-'*
cibarandongJiya dan prpN xil berum diselesaikan.
saat peneritian u"rJnii[o;flik petani di Desa

172

R evita

ti sasi Ad m i ni st r asi

N

e gara : Re f o r m asi Bi r okr asi d an e'

G

ov

e'ulrr

konflik di desa Padaawas di Kab carut relatif
sudah mereda dengan disepakatinya program
Fengeroraan r-rutan
Bersama Masyarakat (PHBM) di mana petani
yang berlokasi d-i sekita; ir;;;';i,l'k-'perhutani
untuk mengelora tanah seruas kesepakatan
diberikan ijin
masing-irasing dengan tanaman kopi.

Kesimpulan
lmplementasi kebijakan pertanahan berpengaruh
signifikan terhadap struktur penguasaan
berdampak terhadap kesblahteraan petani
oi kaulpaie.-Errr, cun rabuia*'s;;*"g. Besaran tanah dan
implementasi kebijakan pertanahan
pengaruh
ierhadap rtrur.irip"ntr.r."" tanah.
di Kabupaten carut dan Kabupaten
subang ditentukan oleh sub variabel
konten kebijakan t.?"r*"t of
yang meriputi dimensi-dimensi:
pihak-pihak yang kepentingannya
.poricy)
terpengaruh t"u1ii[.r,l"nii r.nri.t,
a"rr;.,
letak pengambilan keputusin, pelaksanr''progr.r,
i"rriahan yang diinginkan,
dan sumber daya; dan suu
(context of implementation.) yang
konteks implementasi
melipuii oi"rn"niii[;k*;;;, r."p."tirg.", ".iru"r
karakteristik kelembagaan a"n pu"ns,uii,
tunr konsistensi J"n J.vu,,unggap. seranjutnya aktor yang rerribat,
konteks implementasi kebilakan
konten kebijakan dan
secara bersama-sama berpengar.uh
nyata'terhadap kesejahtenaan
petani di Kabupaten carut dan
Kabupaten subang. B"rd";k;; uraian
tersebut, dari peneritian ini diperoreh
penguatan konsep implementasi
kebijakan Melilee s cri.al.. irprementasi
kebijakan publik dipengaruhi puta
;fianahan sel:agai si;atu
oten tetertibatan
ge,uasai iin;k;;';:;",rnrahan, mensingat
implementasi kebijakan, seperti halnya
teoilata, p"n.r"n"", irelibatkan- i"uir-urli,iriirusidari
pemerintahan, dari murai tingkat pusat,
berbagai level
daerah, ku.u*utun l"l"o", tingkat desa.
Untuk itu disarankan pemberlakuan batas
kepemilikan tanah maksimum harus
agar struktur penguasaan tanah dapat
ditegakkan kembali
menjadi reoirr merata Ja,r aair.
ii,'rrni dengan peninjauan
kembali peraturan perundangan
v"ne b"rt" on iung"n''roj."::li.si kebijakan pertanahan
tidak relevan lagi pemberlakuinnya,
yang saar ini
tip"ni t"t"ntrun?n,uni'r."ruoihan
rreur'ran tanan
tana'h maksim
matiilu..n, krireria kepadatan
penduduk, dan ketentuan tentang
tanah

d*';;"ri

p;;;;;r.

k;;;;;;;:"

k"b;;;

Nil; il;i,

il

t,.
l

,i

'ii
l

i,
l

llr

,i'
ilj

absentee

Kemudian' pemerintah melakukan reo.rientasi
arah pembangunan negara dengan
perhatian pada sektor, pertanian yang
terbukti tidak ,.uni"n l"ri.,raup perubahin.ringkunganlebih rnenaruh
turbulence' Pemerintah meningkaikai
yang sifatnya
to*irt"nri dan daya iungg"p terhadap kebijakan
ditetapkan sesuai
dasar yang

amanat uup'itahun r goo. Kewenangani;r;;;
sudah
pertanahan dipegang oreh saru
Agraria' tidak lagidipisahkan antara
Departemen
k"*"nun,g"n ugraria (Departemen Dalam
Negeri)

Pertanahan Nasional).yang menyeu"ut"n
dan pertanahan (Badan
,rtit
r.llra;n"ri dan integrasi kebijakan karena
kentalnya egoisme sekiota'i' p"#"ii","r'
masih
;ug. p"rt, runingtultun kapasitas organisasi petani
memiliki posisi tawar (bargaining positioi)iang
sehingga lebih
lebih
mampu meningkatkan produksinya.
Akhirnya' pembaruan agraria (reform.a
agrarian) tidak hanya berhenti pada
masarah redistribusi tanah
saja tetapi harus ditunjang dengan
kesiapan infr.lrtrrt tr,
,".r"k"ng p"r;;uun]iJ. rcrrununya program_
program penunjang itu harus
menjadi satu paket d.";;"
;r;r,i'pu,.nn"ir"n ,u.ui" t
termasuk ke
iuaiuiio'usi (antari'r"i;,;?,k;"li,un,

r"[k;k;;

il;i';;;;ga
f.r,

"rllrruhun,
punvur,-#i,]uno,a,r.un,
dan ratihan,

,lXffi:li [i::]*:5:Xtp"..u
Daftar Pustaka

Ahmed' Zahir'' (1975)' Land Reforms

t''u"o;:[il;

in South-East Asia.orient

ff??';"Ii::::T:l:;:in.'.,

*

Longman. New Delhi, lndia.
Latin America's Agrarian Rerorms,,.tnstitute
or sociar studies,

Drabkin' H' Darin'' (1g77)' Land Policy
and IJrban crowh.Toronto: pergamon
of canada Ltd.
Edwards lll' c'c'' (1980)' lmplementing
Public Policy.washington: Congressional
euarterry press.

Pengaruh lmplementasi Kebiiakan
Pertanian Terhadap

struktur

penguasaan

Tonah don dampaknya

173

Wiradi. Bandung. Yayasan
Keadilan Agraria: 70 yahun Cunawan
(2002).
Menuju
al.,
et
Suhendar,
Endang
Akatiga.

Theory and
P. Lester, & Laurence J' o'Toole' lr' tmplementatian
Bowman,
James
o'M
Ann
L.,
M.
coggin,
Practice:TowardaThirdCeneration.London:Scott,ForesmanandCompany'

Crindle,Merilees.,(1980)'PoliticsandPolicylmplementationinTheThirdWorld.NewJersey:Princeton
UniversitY Press.

New York:
Public Policy: Policy cycles and Policy subsystem'
Hawlett, M. & M. Ramesh., (1995)" studying
Oxford UniversitY Press'
an Alternative Land Reform: A
Lourdes s. Adriano., (1990). Toward
Hayami, y., Ma. Agnes R. euisumbing.&
phitippineruriiecriue. Manila: Ateneo de Manila University Press.
politics:
Hung_chao Tai., (1 g74). Land Re{orm and
UniversitY of California Press'

A

Angeles, London'
Comparative Analysis. Berkerey, Los

Lane,E.J',(1993).tmplementationModels.ThePubtic5ector:Concepts,ModelsandApproaches.London'
Sage Publication'

Lindblom,c.E.l986.ProsesPenetapanKebiiaksanaan'TerjemahanArdiansyamsudin'Jakarta:Erlangga"
Kompas'
dan tmplementasi. Jakarta: Penerbit Buku

pertanahan: AntaraRegu/asi
Maria. 2001. Kebijakan
Scott, Foresman
(19s3)' lmplementation and Public Policy. London:
Mazmanian, D.A., & Paul A. Sabatier.,
and ComPanY.

The Development Perspective
Midgley, James., (1995). socia! Development:
Publication lnc., London

in social welfare'

PACE

Murad,Rusmadi.,(1gg7).AdministrasiPertanahan:Pelaksanaannyada!amPraktik.Bandung:PenerbitMandar
Maiu.

Rakyat' Yogyakarta'
Agraria:.Jalan Penghidupan dan Kemakmuran
Noer Fauzi., (2001). Prinsip-prinsip Reforma
and sons"
wiley
paiker. n.s. isislp iliry una A-dministration. sydney: John
Lapera pustaka Umum.
Bandung' Penerbit Alumni'
parlindungan., (1990). Landreform di lndonesia; Strategi dan sasarannya'
1g5g'1965'Yogyakarta: Media Pressindo'
padmo, S., (2000). Landreform dan Cerakan Protes Petani Klaten
Bandung: Alumni'
parlindungan, A.P., (1990). Landreform di Indonesia: strategi dan sasarannya'
and Practice of Policy Analysis' Cheltenham:
parsons, w., (1995). Pubtic Policy: An lntroduction to the Theory
Edward Elgar Publishing, lnc'
dan Periuangan Agraria' Jakarta: Penerbit
pelzer,Karl J., (1985). Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial

Sinar HaraPan.

prijono,

o. s., & A. M. W. Pranarka., (1996). Pemberdayaan:

Konsep, Kebiiakan dan lmplementasi' Jakartar

tentre For Strategic and lnternational Studies
Romana p. de los Reyes dan sylvia Ma.

c. Jopillo., (1 gg1). 'pursuing

Agrarian Reform in Negros occidental"

lnstitut of Philippine Culture, Quezon City'

Santoso,A.&M.RisaSihbudi.,(1983)'Politik,KebijaksanaandanPembangunan.Jakarta:DianLestari
Crafika'

A ComparativePerspective' John C' Lincoln lnstitute' Haftford'
Sein Lin.,(1 974). Land Reform Implementation:
Connectitut'

USA'

Cerakan Protes Petani Klaten (1959-1965)
Soegijanto Padmo', (2000)' Landreform dan

174

Revita Ii sasi Ad m i ni st r asi

N

e gara:

R

e f o r m asi Bi r o

kr asi dan e'

G

ov e r nanc e

Suhendar, Endang., (2002). Menuju Keadilan Agraria. Bandung: Akatiga.

Tim Lapera., (2001). Prinsip-prinsip Reforma Agraria: Jalan Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat. Yogyakarta:
Lapera Pustaka Utama.

Wiradi, C., (2000). 'Reforma Agraria: Perjalanan yg belum berakhir" Yogyakarta: INSIST Press: (dalam
muhammas Yusup Napiri & Sadikin, seri working paper akatiga no 18 'Dinamika Perebutaan Tnh: potret

dr Lapangan)

Winoto, Joyo., (2008). Tanah Untuk Rakyat-Risalah tentang Reforma Agraria Sebagai Agenda Bangsa, Cetakan
l, Jakarta.

1

2
3

Kompas, 2 Juli 2008
Koran Tempo online,4 Oktober 2006, hftp://www.tempo interaktif.com.
Forum Agro Ekonomi Vol. 13 No. 2 fh 2004

-oo0oo-

Pengaruh lmplementasi Kebijakan Pertanian Terhadap Struktur Penguasaan Tanah dan dampaknyo

175

POLITIK
rsBN 978-979-756-568-5

Itilililililil[tffiilil|