STRUKTUR PENGUASAAN TANAH PETANI KARET DAN COKLAT PADA KECAMATAN ADIANKOTING KABUPATEN TAPANULI UTARA (1998-2011).
STRUKTUR PENGUASAAN TANAH PETANI KARET DAN COKLAT PADA KECAMATAN ADIANKOTING KABUPATEN TAPANULI UTARA
(1998-2011)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Persyaratan Sarjana Pendidikan
Oleh
SANRO L.M.HUTABARAT NIM 308121138
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2013
(2)
(3)
(4)
ABSTRAK
Sanro L.M. Hutabarat. NIM: 308121138. Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011). Sikripsi, Pendidikan Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) makna tanah bagi petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara; 2) riwayat penguasaan tanah petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli utara; 3) gambaran Struktur Penguasaan Tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara; 4) peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara; 5) bentuk penguasaan tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Tehnik mengumpulkan data dilakukan dengan cara observasi tanah dan petani, wawancara kepada responden / informan tentang struktur penguasaan tanah petani karet dan coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah responden / informan dalam penelitian ini sebanyak 25 orang.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan informasi yang diberikan informan diketahuilah 1) Makna tanah bagi petani adalah sebagai nilai historis, nilai ekonomis, dan nilai geneologis / identitas. 2) Tanah yang dimiliki petani karet dan coklat di kecamatan Adiankoting dulunya berasal dari pembukaan hutan; 3) Struktur penguasaan tanah petani karet dan coklat cenderung timpang dan terstratifikasi cerdas sesuai stratifikasi sosial masyarakat kecamatan Adiankoting; 4) Kepala adat sangat sangat berperan dalam hal pembukaan hutan dan batas-batas tanah yang dimiliki warganya; 5) Tanah yang dimiliki petani karet dan coklat di kecamatan adiankoting berasal dari warisan, jual-beli dan gadai.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan kasih karunia yang diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi akhir S-1 lewat skripsi ini dengan judul “Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011)”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. Sepenuhnya Penulis menyadari atas kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga belum dapat dikatakan sempurna. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan dukungan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku yang aku sayangi, Ayahanda R. Hutabarat dan Ibunda saya R. Sitompul yang telah mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis hingga dapat menyelesaikan studi S-1 dengan penuh suka dan duka, dan yang telah memberikan do’a, motivasi serta materi kepada penulis selama dibangku studi hingga saat ini. 2. Kepada Abangku Ferdinan Hutabarat yang selalu mendukung penulis selama
dibangku perkuliahan dan selama masa penelitian.
3. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Ibnu Hajar Damanik, M.Si beserta staffnya.
(6)
4. Bapak Drs. Restu, M.Siselaku Dekan FIS beserta staffnya.
5. Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Dra. Lukitaningsih, M.Hum dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si beserta Bapak/Ibu Dosen dan Staff Pegawai di Jurusan Pendidikan Sejarah.
6. Drs. Hidayat, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membimbing, memberikan saran dan petunjuk kepada penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
7. Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik.
8. Pihak Dinas Kehutanan yang telah memberikan data-data demi kelengkapan sikripsi peneliti.
9. Para narasumber yang bermurah hati telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan informasi terhadap penulis dalam penulisan skripsi ini.
10.Kepada seluruh rekan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Stambuk ’08 spesial buat sahabatku Wandi Adiguna Simanungkalit, Humala S, Jonathan S, Henrico S, Muller yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini. Dan juga kepada semua teman seperjuangan, Dannyard L, Jusniana R, Safitri S, Nirmawana, Betharia, Harianto beserta semua rekan kelas ‘B’ regular yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, materi dan pengalaman penulis. Oleh karena itu
(7)
Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2013 Penulis
Sanro L.M. Hutabarat NIM. 308121138
(8)
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 5
C.Pembatasan Masalah ... 6
D.Rumusan Masalah ... 6
E.Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Hasil Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A.Kerangka Teori ... 9
1. Pengertian Penguasaan Tanah ... 9
2. Sejarah Penguasaan Tanah ... 12
3. Bentuk Penguasaan Tanah ... 13
4. Kehidupan Petani Karet dan Cokelat ... 14
B.Kerangka Berpikir ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
A.Metode Penelitian ... 18
B.Lokasi Penelitian ... 18
C.Populasi Dan Sampel ... 18
(9)
b. Sampel ... 19
D.Teknik Pengumpulan Data ... 19
E.Teknik Analisa Data ... 20
BAB IV PEMBAHASAN ... 22
A. Kondisi Geografi dan Demografi ... 22
B. Kehidupan Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting .. Kabupaten Tapanuli Utara ... 36
C. Riwayat Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting ... 41
D. Struktur Penguasaan Tanah Petanoi Karet dan Coklat ... 43
E. Peranan Kepala Adat Dalam Distribusi Tanah Petani Karet dan Coklat Pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara ... 45
F. Bentuk Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
A.Kesimpulan ... 58
B.Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61 PETA
DAFTAR NAMA RESPONDEN LAMPIRAN FOTO
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih memerlukan sebidang tanah. Jumlah luasnya tanah yang dapat dikuasai dan berhajat terhadap tanah senantiasa bertambah. Selain bertambah banyaknya jumlah manusia yang memerlukan tanah untuk tempat perkebunan menghendaki pula tersedianya tanah yang banyak.
Pada sistem nilai Batak Toba tradisional tanah merupakan lambang kekayaan dan kekuasaan. Memiliki tanah, terutama persawahan memberi status yang tinggi bagi mereka, seperti dalam ungkapan lulu anak, lulu tano (mencari anak, mencari tanah). Dimana tanah merupakan tempat mereka tinggal dan hidup, tempat dimana mereka mencari penghidupan di atasnya, bahkan tanah merupakan pusaka atau warisan dari nenek moyang mereka yang pertama kali merintisnya serta tanah merupakan tempat mereka dikuburkan bila kelak mereka meninggal dunia. Berharganya nilai tanah membuat setiap orang berlomba untuk memiliki bahkan menguasainya dengan berbagai cara.
Kita ketahui bahwa tanah adalah sumber pendapatan bagi masyarakat. Semakin luas tanah yang dikuasai, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan rakyat khususnya
(11)
para petani kecil secara adil dan merata, sehingga terbuka kesempatan untuk mengembangkan diri mencapai kemakmuran.
Oleh karena itu, bertambah lama dirasakan seolah-olah tanah semakin sempit, menjadi sedikit, sedangkan kebutuhan selalu bertambah, maka tidak heran kalau nilai tanah menjadi meningkat tinggi. Tidak seimbangnya antara persediaan tanah dengan kebutuhan akan tanah, telah menimbulkan berbagai persoalan yang banyak seginya (dalam Saleh, 1977:7). Untuk memenuhi kebutuhan tanah, penguasaan tanah biasanya didapat melalui pelepasan adat maupun penyerobotan. Pelepasan secara adat dapat diberikan kepada anggota kelompok setempat atau kelompok luar dengan status kepemilihan hak pakai, dimana tanah dapat digunakan sampai keturunan selanjutnya, bila tanah tidak dikelola lagi maka tanah tidak dapat dijual dan kembali kepada pemilik semula atau pemilik ulayat.
Hak atas tanah adat yang terdapat pada berbagai suku di Indonesia dibedakan atas
dua bentuk, yaitu: “hak ulayat” dan “hak pakai”. Hak ulayat merupakan hak meramu atau
mengumpulkan hasil hutan serta hak berburu. Pada hak ulayat yang bersifat komunal ini, pada hakekatnya terdapat pula hak perorangan untuk menguasai sebagian dari objek penguasaan hak ulayat tersebut. Hak ulayat tetap melapisi atau mengatasi hak pribadi atau perseorangan tersebut.
Hak ulayat baru pulih kembali bila orang yang bersangkutan telah melepaskan hak penguasaannya atas tanah ulayat tersebut. Sementara hak pakai membolehkan seseorang untuk memakai sebidang tanah bagi kepentingannya, biasannya terhadap tanah sawah dan
(12)
ladang yang telah dibuka dan dikerjakan terus-menerus dalam waktu yang lama. Hak pakai ini dapat diberikan kepada anggota kelompok setempat atau kelompok luar, tanah yang tidak digunakan lagi maka akan kembali kepada pemilik ulayat dan dapat diberikan lagi kepada yang lain.
Di Kecamatan Adiankoting, mayoritas penduduk bekerja sebagai petani karet dan coklat karena harganya yang sangat tinggi. Sebagian lagi penduduk di Adiankoting bekerja sebagai pegawai negeri. Karet dan coklat mempunyai arti yang sangat penting bagi petani yang ada di Kecamatan Adiankoting terutama untuk kesejahteraan hidup mereka.
Karet merupakan komoditi penghasil devisa negara selain itu karet merupakan sumber penghasilan bagi petani karet. Akhir-akhir ini petani di Adiankoting mendapat bantuan bibit karet. Bantuan langsung disalurkan oleh kepala desa kepada warganya. Bantuan ini dapat merubah pola ekonomi masyarakat. Kehidupan seorang petani karet dan coklat yang memiliki kebun seluas 2 ha lebih makmur dari kehidupan pegawai negeri karena petani memiliki tanah yang bisa menjamin kesejahteraan hidupnya. Selain itu tingkat pendapatan atau penghasilan petani lebih tinggi bila dibandingkan dengan pegawai negeri. Mengingat harga karet dan coklat yang tinggi, maka petani karet dan coklat akan berusaha untuk merawatnya agar hasil yang diperolehnya tetap terjaga. Petani bisa menyekolahkan anaknya dari SD sampai perguruan tinggi.
Dalam hukum adat tidak ada kepemilikan mutlak, penguasaan yang bersifat inklusif, larangan untuk memperjual belikan tanah (meskipun untuk tanah yang sudah dikuasai secara pribadi), serta lebih dihargainya manusia dan kerjanya dibanding tanah.
(13)
Karena jumlahnya yang terbatas, maka tanah harus digunakan secara adil, dan harus mampu memberi kesejahteraan bagi seluruh orang dimuka bumi. Untuk itu, tanah jangan dijadikan sebagai komoditas pasar yang bebas.
Selanjutnya bentuk penguasaan tanah melalui penyerobotan biasanya dilakukan oleh Negara dan pemilik modal atas dasar pembangunan. Dengan alasan tersebut sudah sering digunakan untuk menguasai tanah rakyat. Biasanya kehadiran sebuah perusahaan juga memicu terjadinya penyerobotan tanah. Pada proses penguasaan tanah, pemerintah, penguasa, masyarakat pendatang dan setempat bisa menguasai. Dengan memahami pentingnya arti tanah bagi suatu masyarakat, maka sangat perlu melakukan kajian-kajian mengenai status kepemilikan tanah. Hal ini perlu guna menggambarkan status kepemilikan tanah serta proses kehadiran kelompok pendatang dan penguasaan tanah yang terjadi disuatu daerah, sehingga akan diketahui segi dinamis dari masyarakat dan kebudayaanya.
Pada tahun 1998, terjadi suatu peristiwa yaitu runtuhnya orde baru yang diperintah / dipimpin oleh Presiden Soeharto. Keadaan ekonomi Indonesia sangat hancur dimana harga dolar meningkat pesat. Krisis ekonomi ini merambat keseluruh Indonesia bahkan sampai kepelosok. Hal ini juga membawa pengaruh terhadap penguasaan tanah petani karet dan coklat khususnya di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Apabila harga dolar naik, maka harga karet dan coklat juga akan naik. Akibat kenaikan harga karet dan coklat tersebut, maka penguasaan tanah petani karet dan coklat akan semakin luas.
(14)
Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul penelitian “Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat Di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini mengambarkan Bagaimana Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011).
Permasalahan diuraikan ke dalam 4 (empat) pertanyaan penelitian yaitu:
1. Mengetahui makna tanah bagi petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting kabupaten Tapanuli Utara.
2. Mengidentifikasi sejarah / riwayat penguasaan tanah petani karet dan coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli utara.
3. Menggambarkan Struktur Penguasaan Tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
4. Mengetahui peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
5. Mengetahui bentuk penguasaan tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
(15)
C. Pembatasan Masalah
Di latar belakang telah dijelaskan, bahwa pada tahun 1998 terjadi ketidakstabilan ekonomi Indonesia yang membawa dampak terutama terhadap kenaikan harga sembako dan dolar yang merambat sampai ke pelosok. Dari kenaikan harga sembako ini, maka harga karet dan coklat meningkat. Penguasaan tanah petani karet dan coklat akan semakin luas.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti merasa perlu dilakukan pembatasan masalah agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu meluas. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada “Struktur Penguasaan Tanah Petani Karet Dan Coklat Di Desa Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara (1998-2011)”
D. Rumusan Masalah
Agar peneliti bisa lebih meneliti dengan baik, maka yang mnenjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana makna tanah bagi petani Karet dan Coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
2. Bagaimana riwayat penguasaan tanah petani Karet dan Coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
3. Bagaimana gambaran struktur penguasaan tanah petani Karet dan Coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
(16)
4. Bagaimana peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet dan Coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
5. Bagaimana bentuk penguasaan tanah petani Karet dan Coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik tujuan yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan yang akan dilakukan. Itulah sebabnya tujuan penelitian yang akan dilakukan harus mempunyai rumusan yang tegas, jelas terperinci serta operasional.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna tanah bagi petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Untuk mengetahui sejarah / riwayat penguasaan tanah petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli utara.
3. Untuk mengetahui gambaran Struktur Penguasaan Tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
4. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
5. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penguasaan tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
(17)
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penelitian merupakan gambaran harapan-harapan peneliti akan hasil akhir dari penelitian tersebut, dimana apabila terdapat kesesuaian atau kecocokan antara hasil dan harapan berarti bahwa penelitian ini sukses. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pelengkap referensi di ruang ruang ilmiah (perpustakaan , diskusi,bacaan ilmiah dan sebagainya) sehingga kedepannya penulis mengharapkan akan lahir akademisi kritis yang berpijak pada rasionalitas dan bekerja secara jujur dan realistis.
2. Sebagai persembahan penulis pada diri sendiri sebelum menginjak fase pasca mahasiswa, yang akan selalu mengingatkan penulis untuk tidak individualistis dan ikrar untuk membukukannya di kemudian hari.
3. Sebagai materi rujukan bagi rekan-rekan dan pembaca yang tertarik mengangkat tentang struktur penguasaan tanah.
(18)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan data yang diproses di lapangan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Di lokasi penelitian, masyarakat tergantung terhadap tanah karena tanah tersebut dapat memberikan sumber penghidupan baginya. Dengan tanah yang luas, petani dapat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi serta memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Orang rela mempertaruhkan nyawanya demi sebuah harga diri. Segenggam tanah sangat berarti bagi petani.
2. Di lokasi penelitian, yang menguasai tanah luas termasuk golongan "petani lapisan atas". Dengan demikian golongan ini menempat kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan "golongan petani sempit. Lapisan atas baik yang dicirikan oleh tingkat kedudukannya kekayaannya maupun luas penguasaan tanahnya, mempunyai peluang yang lebih besar dalam menguasai faktor-faktor produksi, sehingga memungkinkan untuk menambah luas tanahnya.
3. Pada tahun 1998 adalah kehancuran orde baru. Presiden pada waktu itu adalah Soeharto. Keadaan ekonomi Indonesia tidak stabil yang berakibat naiknya harga sembako diseluruh Indonesia dan juga kenaikan dolar yang sangat tinggi.
(19)
Industri-industri diperkotaan banyak yang bangkrut. Dengan bangkrutnya Industri-industri-Industri-industri ini pengangguran sangat tinggi. Banyak karyawan atau pekerja Industri-industri ini pulang ke kampung halamannya untuk memperbaiki nasib. Di Kecamatan Adiankoting transaksi jual beli kadang-kadang berlangsung, kebanyakan bila mereka sangat membutuhkan uang, maka yang dilakukan ialah dengan cara gadai. Dari sistem waris yang dianut oleh masyarakat desa Adiankoting, laki-laki memperoleh hak warisan yang lebih besar daripada perempuan. Penjualan tanah terbuka oleh semua orang asal dapat membeli dan ada yang menjual, oleh karena pemilik tanah yang luas, maka makin lama makin bertambah luas tanah yang dimilikinya.
4. Kepala adat mempunyai peranan yang sangat penting dalam distribusi tanah petani. Di daerah penelitian saya, kepala adat mempunyai peranan penting dalam hal tanah. Kepala adat adalah orang yang ikut dalam hal pembukaan tanah. Kepala adat mengetahui batas-batas tanah yang dimiliki warganya.
5. Tanah yang dikuasai para petani karet dan coklat di Kecamatan Adiankoting berasal dari Jual-beli tanah, Gadai, dan warisan. Petani menjual tanahnya kepada orang lain karena dalam keadaan terpaksa. Mereka sangat membutuhkan uang maka mereka dalam keadaan terpaksa menjualnya. Tanah yang berasal dari warisan sudah turun temurun dari dahulu. Yang mendapatkan warisan tanah adalah laki-laki.
(20)
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti mencoba memberi saran:
1. Untuk mencegah perpindahan tanah karena jual-beli dari petani sempit(miskin) ke petani yang luas yang mengakibatkan bertambah sempitnya tanah yang dimiliki petani miskin dan bertambah luasnya tanah yang dimiliki petani kaya hendaknya pemerintah desa diberi wewenang untuk mengatur pasaran tanah (jual-beli tanah dan gadai).
2. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai struktur penguasaan tanah petani karet dan coklat yang belum dijelaskan pada penelitian ini.
(21)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Afandi, 2004. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian. Jakarta: Rineka Cipta.
Al Rashid, Harun, 1949. Sekilas Tentang Jual Beli Tanah. Jakarta: Ghalia Indonesia
Boedi, Harsono, 1971. Undang-Undang Pokok Agraria. Jakarta: Djambatan. Burgerlijk, Wetboek, 1983. Intisari Hukum Waris. Jakarta: Ghalia Indonesia
Simanjuntak, BA. 2009. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Simanjuntak, BA. 2009. PikiranKritisUntuk Rakyat Indonesia. Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Suhariningsih, 2008.Tanah Terlantar. Jakarta: PrestasiPustakaraya. Tim Penulis, PS, 2012. Panduan Lengkap Karet. Jakarta: Ikapi
Urip, Santoso, 2008. HukumAgrariadanHak-hakAtas Tanah.Jakarta: Kencana
Vink, 1984.Dasar-Dasar Usaha Tani Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Wantjik, Saleh, 1977. HakAndaAtas Tanah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
(1)
4. Bagaimana peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet dan Coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
5. Bagaimana bentuk penguasaan tanah petani Karet dan Coklat pada Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik tujuan yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan yang akan dilakukan. Itulah sebabnya tujuan penelitian yang akan dilakukan harus mempunyai rumusan yang tegas, jelas terperinci serta operasional.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna tanah bagi petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Untuk mengetahui sejarah / riwayat penguasaan tanah petani Karet dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli utara.
3. Untuk mengetahui gambaran Struktur Penguasaan Tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
4. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala adat dalam distribusi tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
5. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penguasaan tanah petani Karet Dan Coklat di Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara.
(2)
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penelitian merupakan gambaran harapan-harapan peneliti akan hasil akhir dari penelitian tersebut, dimana apabila terdapat kesesuaian atau kecocokan antara hasil dan harapan berarti bahwa penelitian ini sukses. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pelengkap referensi di ruang ruang ilmiah (perpustakaan , diskusi,bacaan ilmiah dan sebagainya) sehingga kedepannya penulis mengharapkan akan lahir akademisi kritis yang berpijak pada rasionalitas dan bekerja secara jujur dan realistis.
2. Sebagai persembahan penulis pada diri sendiri sebelum menginjak fase pasca mahasiswa, yang akan selalu mengingatkan penulis untuk tidak individualistis dan ikrar untuk membukukannya di kemudian hari.
3. Sebagai materi rujukan bagi rekan-rekan dan pembaca yang tertarik mengangkat tentang struktur penguasaan tanah.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan data yang diproses di lapangan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Di lokasi penelitian, masyarakat tergantung terhadap tanah karena tanah tersebut dapat memberikan sumber penghidupan baginya. Dengan tanah yang luas, petani dapat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi serta memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Orang rela mempertaruhkan nyawanya demi sebuah harga diri. Segenggam tanah sangat berarti bagi petani.
2. Di lokasi penelitian, yang menguasai tanah luas termasuk golongan "petani lapisan atas". Dengan demikian golongan ini menempat kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan "golongan petani sempit. Lapisan atas baik yang dicirikan oleh tingkat kedudukannya kekayaannya maupun luas penguasaan tanahnya, mempunyai peluang yang lebih besar dalam menguasai faktor-faktor produksi, sehingga memungkinkan untuk menambah luas tanahnya.
3. Pada tahun 1998 adalah kehancuran orde baru. Presiden pada waktu itu adalah Soeharto. Keadaan ekonomi Indonesia tidak stabil yang berakibat naiknya harga sembako diseluruh Indonesia dan juga kenaikan dolar yang sangat tinggi.
(4)
Industri-industri diperkotaan banyak yang bangkrut. Dengan bangkrutnya Industri-industri-Industri-industri ini pengangguran sangat tinggi. Banyak karyawan atau pekerja Industri-industri ini pulang ke kampung halamannya untuk memperbaiki nasib. Di Kecamatan Adiankoting transaksi jual beli kadang-kadang berlangsung, kebanyakan bila mereka sangat membutuhkan uang, maka yang dilakukan ialah dengan cara gadai. Dari sistem waris yang dianut oleh masyarakat desa Adiankoting, laki-laki memperoleh hak warisan yang lebih besar daripada perempuan. Penjualan tanah terbuka oleh semua orang asal dapat membeli dan ada yang menjual, oleh karena pemilik tanah yang luas, maka makin lama makin bertambah luas tanah yang dimilikinya.
4. Kepala adat mempunyai peranan yang sangat penting dalam distribusi tanah petani. Di daerah penelitian saya, kepala adat mempunyai peranan penting dalam hal tanah. Kepala adat adalah orang yang ikut dalam hal pembukaan tanah. Kepala adat mengetahui batas-batas tanah yang dimiliki warganya.
5. Tanah yang dikuasai para petani karet dan coklat di Kecamatan Adiankoting berasal dari Jual-beli tanah, Gadai, dan warisan. Petani menjual tanahnya kepada orang lain karena dalam keadaan terpaksa. Mereka sangat membutuhkan uang maka mereka dalam keadaan terpaksa menjualnya. Tanah yang berasal dari warisan sudah turun temurun dari dahulu. Yang mendapatkan warisan tanah adalah laki-laki.
(5)
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti mencoba memberi saran:
1. Untuk mencegah perpindahan tanah karena jual-beli dari petani sempit(miskin) ke petani yang luas yang mengakibatkan bertambah sempitnya tanah yang dimiliki petani miskin dan bertambah luasnya tanah yang dimiliki petani kaya hendaknya pemerintah desa diberi wewenang untuk mengatur pasaran tanah (jual-beli tanah dan gadai).
2. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai struktur penguasaan tanah petani karet dan coklat yang belum dijelaskan pada penelitian ini.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Afandi, 2004. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian. Jakarta: Rineka Cipta.
Al Rashid, Harun, 1949. Sekilas Tentang Jual Beli Tanah. Jakarta: Ghalia Indonesia
Boedi, Harsono, 1971. Undang-Undang Pokok Agraria. Jakarta: Djambatan. Burgerlijk, Wetboek, 1983. Intisari Hukum Waris. Jakarta: Ghalia Indonesia
Simanjuntak, BA. 2009. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Simanjuntak, BA. 2009. PikiranKritisUntuk Rakyat Indonesia. Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Suhariningsih, 2008.Tanah Terlantar. Jakarta: PrestasiPustakaraya. Tim Penulis, PS, 2012. Panduan Lengkap Karet. Jakarta: Ikapi
Urip, Santoso, 2008. HukumAgrariadanHak-hakAtas Tanah.Jakarta: Kencana
Vink, 1984.Dasar-Dasar Usaha Tani Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Wantjik, Saleh, 1977. HakAndaAtas Tanah. Jakarta: Ghalia Indonesia.