SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KONTRAKTOR PROYEK PADA LELANG PDAM KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytic Hierarchy Process) Dan MAUT (Multi Attribute Utility Theory).

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
KONTRAKTOR PROYEK PADA LELANG PDAM KOTA
SURABAYA MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytic
Hier ar chy Process) Dan MAUT (Multi Attr ibute Utility Theor y)

SKRIPSI

Oleh :

CANDRA PERDANA
NPM : 0634010026

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


82

KATA PENGANTAR

Bismillahiiahmanniiahim,

Syukui alhamdullillahi iabil ‘alamin teiucap kehadiiat Allah SWT atas segala
limpahn kekuatan-Nya sehingga dengan segala keteibatasan waktu, tenaga,
pikiian dan kebeiuntungan yang di miliki penyusun, akhiinya penyusun dapat
menyelesaikan skiipsi yang beijudul “SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
PEMILIHAN KONTRAKTOR PROYEK PADA LELANG PDAM KOTA
SURABAYA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITYC HIERARCHY
PROCESS) DAN M.A.U.T (MULTI ATTRIBUT UTILITY THEORY)” dengan
tepat waktu, shalawat dan salam dipeiuntukan kepada junjungan kita nabi besai
Muhammad SAW.
Dengan selesainya tugas akhii ini tidak teilepas daii bantuan banyak pihak yang
telah membeiikan masukan-masukan dan dukungannya. Untuk itu penulis
mengucapkan teiima kasih kepada :
1. Bapak Ii. Sutiyono M.T selaku dekan fakultas teknologi industii Univeisitas
Pembangunan Nasional “Veteian” Jawa Timui.

2. Bapak Basuki iahmat S.Si, M.T selaku Ketua Juiusan teknik Infoimatika
Univeisitas Pembangunan Nasional “Veteian” Jawa Timui.
3. Bapak Nuicahyo Wibowo, S.Kom, M.Kom selaku ketua Juiusan Sistem
Infoimasi Univeisitas Pembangunan Nasional “Veteian” Jawa Timui.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

83

4. Ibu Asti Iifianti, S.Kom, M.Kom Selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Syuifah Ayu Ithiiah, S.Kom Selaku dosen Pembimbing II yang telah
mengaiahkan dan membimbing penulis dalam melaksanakan Tugas Akhii ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Juiusan Teknik Infoimatika / Sistem Infoimasi yang
dengan tulus ikhlas membeiikan aiahan dan bantuanya.
Dan tak lupa dengan semua pihak yang telah memotivasi dan membantu penulis
dalam melaksanakan Tugas Akhii seita penyusunan lapoian ini. Semoga Allah
SWT senantiasa membeii limpahan HidayahNya kepada kita semua, amin.
Penulis menyadaii bahwa lapoian ini masih jauh daii kata sempuina, untuk itu
kiitik dan saian yang membangun penulis haiapkan daii pada pembaca untuk

pembenahan lapoian ini. Akhiinya penulis beihaiap agai hasil lapoian ini
beimanfaat bagi paia pembaca pada umumnya, dan bagi paia penulis khususnya,
seita mampu membeiikan sumbangsih bagi kemajuan keluaiga besai Teknik
Infoimatika Univeisitas Pembangunan Nasional “Veteian” Jawa Timui, Amin.

Suiabaya 16 Desembei 2011

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KONTRAKTOR
PROYEK PADA LELANG PDAM KOTA SURABAYA
MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytic Hier ar chy Pr ocess) dan
MAUT (Multi Attr ibute Utility Theor y)
Penyusun
: Candra Perdana
NPM
: 0634010026

Pembimbing : 1. Asti Dwi Irfianti, S.Kom, M.Kom
2. Syurfah Ayu Itrhriah, S.Kom

ABSTRAK
Pemilihan kontraktor proyek pada lelang merupakan permasalahan yang sangat
penting bagi PDAM Kota Surabaya karena menyangkut kelanjutan dari perkembangan
perusahaan tersebut. Untuk pemilihan kontraktor, penilai harus mempertimbangkan
banyak faktor, dan pemilihannya harus dilakukan secara objektif, bukan subjektif.
Untuk dapat memberikan hasil penilaian yang objektif pada setiap
kontraktor dengan tetap mempertimbangkan semua kriteria penilaian, salah satu
metode yang dapat digunakan adalah dengan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) dan Multi Attribute Utility Theory (MAUT).
Dari hasil pengujian dengan menggunakan metode AHP dan MAUT untuk
sample data nilai yang dimasukkan dengan menggunakan sistem pendukung
keputusan pemilihan kontraktor, ternyata dapat memberikan rekomendasi kontraktor
terbaik. Sehingga dengan adanya sistem pendukung keputusan pemilihan kontraktor
dengan metode AHP dan MAUT ini dapat membantu dan memudahkan pimpinan
dalam memilih kontraktor terbaik.

Kata kunci: AHP, MAUT, Sistem Pendukung Keputusan, Pemilihan, Kontraktor.


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK …………………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR …………………………………………………. vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... xiii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….

1

1.1


Latar Belakang Masalah ………………………………………… 2

1.2

Perumusan Masalah ……………………………………………..

3

1.3

Pembatasan Masalah ……………………………………………

3

1.4

Tujuan …………………………………………………………… 3

1.5


Manfaat ………………………………………………………….

1.6

Metodologi ……………………………………………………… 4

1.7

Sistematika Penulisan …………………………………………… 5

3

BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………. 7
2.1 Sistem Pendukung Keputusan .............................................................7
2.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan …………………………..8
2.3 Multiple Criteria Decision Making (MCDM) ..................................... 13
2.4 Analytical Hierarchy Process (AHP) ...................................................14
2.4.1 Karakteristik Analytical Hierarchy Process ………………....14
2.4.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ..........................15

2.4.3 Langkah dalam metode Analytical Hierarchy Process ……...17
2.5 Multi-Attribute Utility Theory (MAUT) ..............................................21

BAB III PERANCANGAN SISTEM ......................................................23

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xi

3.1

Analisa Kebutuhan ...........................................................................23

3.2

Analisa Data .....................................................................................23


3.3

Sistem Flow .................................................................................. 25

3.4

Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode AHP
dan MAUT .....................................................................................26

3.5

Perancangan Sistem ....................................................................... 30
3.5.1

Alur Proses Rancangan Penelitian .................................... 31

3.5.2. Diagram Berjenjang ………................................................32
3.5.3. Use Case ……………………………..................................33
3.5.4. Sequance Diagram…..………………..................................36
3.5.5. Class Diagram ….…..………………..................................42

3.5.6. Entity Relationship Diagram ..............................................43
3.6.

Perancangan Tabel ..........................................................................45

3.7.

Perancangan Antar Muka ............................................................. 47

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM ……………………………….….56
4.1

Implementasi …………………………………………………….56

4.2

Kebutuhan sistem …………………………………………….… 56

4.3


Instalasi Program dan Pengaturan Sistem ……………………….57

4.4

Implementasi Program ……………………………….………… .57
4.4.1

Form Login ………………………………………………57

4.4.2

Form Menu Utama ………………………………………58

4.4.3

Form Maintenance Data Admin …………………………59

4.4.4

Form Maintenance Data Kriteria ………………………..59

4.4.5

Form Maintenance Data Kontraktor …………………….60

4.4.6

Form Data Seleksi ……………………………………….61

4.4.7

Form Penilaian Kriteria ………………………………….61

4.4.8

Form Penilaian Alternatif ……………………………….62

4.4.9

Form Pemilihan Alternatif ………………………………62

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xii

BAB V UJICOBA DAN EVALUASI …………………………………63
5.1

Ujicoba Aplikasi …………………………………………………..63

5.2

Evaluasi Sistem ................................................................................66

BAB VI PENUTUP .................................................................................. 79
6.1 Kesimpulan ...........................................................................................79
6.2 Saran .....................................................................................................79

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xiii

DAFTAR GAMBAR

2.1

Gambar Komponen Sistem Pendukung Keputusan ……………… 8

2.2

Gambar Subsistem Manajemen Basis Data ……………………… 10

2.3

Gambar Subsistem Manajemen Basis Model……………………. 11

2.4

Gambar Subsistem Penyelenggaraan Dialog ……………………. 12

3.1

Gambar Rancangan Utama Sistem Pendukung Keputusan……….. 26

3.2

Gambar Proses Sistem Pendukung Keputusan…………………… 27

3.3

Gambar Skematik DSS……………………………………………. 28

3.4

Gambar Alur Proses Rancangan Penelitian………………………. 21

3.5

Gambar Diagram Kontek …………………………………………..32

3.6

Diagram Berjenjang ………………………………………………..32

3.7

Gambar 3.7 Use Case Diagram Sistem Pemilihan Kontraktor …...33

3.8

Gambar 3.8 Use Case Diagram Master …………………………….34

3.9

Gambar 3.9Use Case Diagram Seleksi ……………………………..35

3.10 Gambar Use Case Diagram Laporan ………..…….…….………….36
3.11 Gambar Sequence Diagram Kriteria … ……………………,....……37
3.12 Gambar Sequence Diagram Kontraktor . …..………….……………38
3.13 Gambar Sequence Diagram Data Seleksi .….………………………39
3.14 Gambar Sequence Diagram Data Pembobotan..………….…………40
3.15 Gambar Sequence Diagram Penilaian ………………………………41
3.16 Gambar Class Diagram Admin …………………….……………….42
3.17 Gambar Class Diagram Penilaian ………………….……………….43
3.18 Gambar Class Diagram Pimpinan ………………………………….43
3.19 Gambar Conseptual Data Model …………………………………...44
3.20 Gambar Physical Data Model ………………………………………44
3.21 Gambar Desain Form Login……… ……………………………… 48
3.22 Gambar Desain Form Menu……….. …………………………….. 48
3.23 Gambar Desain Form Data Admin…………………………………49
3.24 Gambar Desain Form Maintenance data Kriteria…………………..50

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xiv

3.25 Gambar Desain Form Maintenance data Kontraktor……………… 51
3.26 Gambar Desain Form Data Seleksi….……. ……………………… 52
3.27 Gambar Desain Form Penilaian Kriteria……. …………………… 53
3.28 Gambar Desain Form Penilaian Kontraktor. ……………………… 54
3.29 Gambar Desain Form Pemilihan Kontraktor. …………………… 55
4.1

Gambar Form Login …………………………………………….. 57

4.2

Gambar Form Menu ……………………………………………..

58

4.3

Gambar Form Maintenance Data Admin ………………………..

59

4.4

Gambar Form Maintenance Data Kriteria ………………………. 60

4.5

Gambar Form Maintenance Data Kontraktor……………………… 60

4.6

Gambar Form Data Seleksi…….. ………………………………… 61

4.7

Gambar Form Penilaian Kriteria…. ……………………………… 61

4.8

Gambar Form Penilaian.. Alternatif ……………………………... 62

4.9

Gambar Form Pemilihan Alternatif…………………..………… ….62

5.1

Gambar Form Data Kandidat………………………………………. 63

5.2

Gambar Form Pembobotan Kriteria……………………………… 64

5.3

Gambar Form Penilaian Kontraktor………………………………...64

5.4

Gambar Form Out Put Metode AHP dan M.A.U.T……………… 65

5.5

Gambar Matrik Berpasangan Dari Aplikasi……………………….. 76

5.6

Gambar Normalisasi Matrik Aplikasi……………………………. 77

5.7

Gambar Tingkat Konsistensi Aplikasi…………………………… 77

5.8

Gambar Penghitungan M.A.U.T dari Aplikasi…………………... 78

5.9

Gambar Pemilihan Alternatif menggunakan AHP dan M.A.U.T … 78

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xv

DAFTAR TABEL

2.1

Tabel Perbedaan antara MADM dan MODM …………………….. 12

2.2

Tabel Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan…………………... 15

2.3

Tabel Random Indek Untuk Matrik Berukuran 1 sampai 15…………20

3.1

Tabel Tingkat Kepentingan Kriteria…………….………………….. 23

3.2

Tabel Kecocokan Setiap Calon kepada Setiap Kriteria……………… 23

3.3

Tabel Kriteria…….. ………………………………………………… 47

3.4

Tabel Alternatif ……………………………………………………… 47

3.5

Tabel Admin ………………………………………….……………. 47

3.6

Tabel Seleksi …………………………………….…….…………… 48

3.7

Tabel Detail Alternatif ………………………………………………. 48

3.8

Tabel Detail Kriteria …………………………………….…………. 48

3.9

Tabel Nilai Alternatif……………………………………………….. 49

5.1

Tabel Drajat Keanggotaan Kriteria ………………………………… 68

5.2

Tabel Data Awal Untuk Lamanya Waktu Pengerjaan……………… 69

5.3

Tabel Drajat keanggotaan Untuk Lamanya Waktu Pengerjaan …….. 69

5.4

Tabel Data awal tiap kontraktor untuk nilai tarif…………………….. 69

5.5

Tabel Drajat Keanggotaan tiap kontraktor untuk nilai tarif………….. 70

5.6

Tabel Data Awal Kontraktor Untuk Kwalitas Pekerjaan…………… 70

5.7

Tabel Drajat Keanggotaan Untuk Kwalitas Pekerjaan …………….. 70

5.8

Tabel Data Awal tiap Kontraktor Untuk Garansi Proyek………….. 71

5.9

Tabel Drajat Keanggotaan Untuk Garansi Proyek………………….. 71

5.10 Tabel Tingkat Kepentingan …………………………………………..72
5.11 Tabel Matrik perbandingan Berpasangan…………………………... 73
5.12 Tabel Normalisasi…………………………………………………... 73
5.13 Tabel Indek Random RI…………………………………………….. 74
5.14 Tabel Indek Random RI …………………………………………….. 74
5.15 Tabel Tabulasi Jawaban terhadap Kontraktor……………………….. 75
5.16 Tabel Hasil Penilaian Kontraktor……………………………………..76
5.17 Tabel Matrik Berpasangan………………………………………….. 77

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xvi

5.18 Tabel Normalisasi Matrik………………………………………….. 77
5.19 Tabel Rasio Konsistensi………………………………………….... 77
5.20 Tabel Penilaian Metode M.A.U.T…………………………………. 78
5.21 Tabel Hasil Penghitungan Oleh Metode M.A.U.T………………… 78

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Kegiatan Pemilihan Kontraktor untuk melaksanakan proyek merupakan

bagian yang selalu dilakukan dan bersifat kritis terhadap keseluruhan proses
pengadaan suatu fasilitas fisik. Keputusan untuk memilih kontraktor pelaksana
tersebut harus didukung oleh pertimbangan yang obyektif dan menguntungkan
dalam pencapaian nilai (biaya, waktu dan mutu) yang ingin dicapai oleh PDAM
KOTA SURABAYA tanpa mengabaikan kebutuhan akan pemberian imbalan jasa
yang wajar bagi pelaksana proyeknya. Keppres 80/2003 memungkinkan proses
pengadaan menggunakan sistem evaluasi nilai yang mempertimbangkan kualitas
teknis sebanding dengan harga penawaran.
PDAM KOTA SURABAYA adalah perusahaan air pemerintah yang
membangun infrastruktur guna meningkatkan kualitas produksi air bagi
masyarakat khususnya wilayah Surabaya dan sekitarnya. Proses pemilihan
kontraktor yang dilakukan PDAM membutuhkan waktu yang lama. Selain itu,
penyajian informasi mengenai pengadaan barang/jasa masih dilakukan secara
konvensional, sehingga informasi yang kurang mengenai pengadaan barang dan
jasa menyebabkan keikutsertaan para kontraktor (peserta rekanan) dalam
mengikuti lelang yang diadakan oleh PDAM KOTA SURABAYA menjadi
sedikit serta kurang proporsional, maka dari itu diperlukan suatu sistem
pendukung keputusan.

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Pada proses pembangunan system pendukung keputusan untuk pemilihan
kontraktor pada lelang PDAM KOTA SURABAYA menggunakan teknik analisis
data dengan metode terstruktur itu menggunakan UML (Unified Modeling
Language) dalam menggambarkan model fungsional dan ERD (Entity
Relationship Diagram) untuk menggambarkan model data. Untuk standar
penilaian kriteria menggunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) dan
M.A.U.T (Multi Attribute Utility Theory) dengan tahapan prakualifikasi dan
pascakualifikasi.

1.2

Per umusan Masalah
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa permasalahan yang timbul untuk

proses seleksi tender PDAM KOTA SURABAYA, yaitu :
1. Bagaimana menentukan kontraktor yang layak lolos seleksi dengan hasil yang
obyektif berdasarkan kriteria yang ada ?
2. Apa perlunya suatu sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi
sehingga dapat memberikan alternatif penyelesaian masalah dalam penentuan
kelayakan seleksi di PDAM KOTA SURABAYA berdasarkan kriteria-kriteria
yang telah ditentukan ?
3. Bagaimana merancang suatu sistem untuk melakukan proses pemilihan
kontraktor dengan menggunakan metode AHP dan M.A.U.T ?
4. Bagaimana menentukan kriteria-kriteria yang dibutuhkan dalam proses seleksi
tender ?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

1.3

Pembatasan masalah
Batasan masalah dari sistem yang dibahas adalah sebagai berikut :

1. Studi kasus dilakukan pada Perusahaan Daerah Air Minum Surabaya,
sehingga data yang digunakan dan diolah adalah data peserta lelang yang ada
pada Perusahaan Air Minum Daerah Kota Surabaya.
2. Pihak penilai adalah pihak-pihak Intern yang ditunjuk oleh Perusahaan Air
Minum Daerah Kota Surabaya sebagai pihak dengan kriteria tertentu yang
bersifat membantu proses pemilihan pemenang lelang.
3. Asumsi terbaik adalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan oleh Perusahaan Air Minum Daerah Kota Surabaya.

1.4

Tujuan
Maksud dari penyusunan tugas akhir ini adalah membuat suatu perangkat

lunak system pendukung keputusan dengan menggunakan metode AHP dan
M.A.U.T.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan tugas
akhir ini adalah untuk membantu PDAM KOTA SURABAYA melakukan
pemilihan kontraktor dalam penngerjaan suatu proyek sesuai dengan kriteriakriteria yang ditentukan.

1.5

Manfaat
Manfaat membangun sistem pendukung keputusan pemilihan kontraktor

proyek pada lelang PDAM KOTA SURABAYA, antara lain :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

a. Menganalisis, merancang, mengimplementasikan serta menguji
sistem pendukung keputusan pemilihan kontraktor pada PDAM
KOTA SURABAYA, yang memiliki fitur penilaian kontraktor
yang cepat dan akurat dengan menggunakan metode AHP dan
M.A.U.T.
b. Penggunaan media penyimpanan data secara elektronik yang
tersistematis.
c. Memberikan informasi alternatif keputusan untuk pemilihan
kontraktor yang sesuai dengan cepat, serta memberikan informasi
dan interaksi mengenai lelang di PDAM KOTA SURABAYA.
d.
1.6

Metodologi
Untuk dapat mengimplementasikan sistem diatas, maka secara garis besar

digunakan beberapa metode sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Menggunakan buku–buku, internet, atau sumber–sumber lain yang
berhubungan dengan materi penulisan skripsi.
2. Pengamatan (Observasi)
Dari pengamatan terhadap jalannya sistem baik secara manual dan datadata yang terkumpul selanjutnya akan diolah secara lebih lanjut.
3. Analisa Permasalahan
Melakukan analisa awal tentang sistem yang akan dibuat untuk kemudian
menentukan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah.
4. Perancangan dan Desain Sistem

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Melakukan perancangan sistem untuk kemudian membuat sistem
berdasarkan rancangan sistem yang telah dibuat sesuai dengan data yang
ada.
5. Implementasi sistem
Pembuatan program aplikasi yang telah dirancang sekaligus menganalisa
kekurangan aplikasi.
6. Pembuatan Laporan
Pada tahap terakhir ini disusun buku sebagai dokumentasi pelaksanaan
Skripsi.

1.7

Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Berisi tentang deskripsi umum isi skripsi yang meliputi
judul skripsi, latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penyusunan skripsi,
metodologi, dan sistematika penulisan.

BAB II

LANDASAN TEORI
Berisi

teori-teori yang terkait tentang penyelesaian

masalah sesuai dengan judul skripsi yang dibuat
BAB III

PERANCANGAN SISTEM
Berisi pembahasan mengenai perancangan sistem

yang

akan dibangun serta desain sistem yang akan dihasilkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan suatu kumpulan prosedur
pemrosesan data dan informasi yang berorientasi pada penggunaan model untuk
menghasilkan berbagai jawaban yang dapat membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan dimana SPK harus sederhana, mudah dan adaptif. Adapun
ciri utama dalam SPK ini yang sekaligus sebagai keunggulannya adalah
kemampuan SPK untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur.
Menurut Sudirman dan Widjajani (1996) mengemukakan bahwa ciri-ciri SPK
yang dirumuskan oleh Alters Keen adalah :
1. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur
dan umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada di tingkat puncak.
2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan
data.
3. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara
manusia dengan komputer.
4. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi.
SPK tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer dalam keputusan,
namun manajer dan komputer bekerja sama sebagai tim pemecahan masalah yang
berada di area semi konduktor yang jelas.

8

2.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Terdiri dari 3 subsistem yaitu subsistem manajemen basis data, subsistem
manajemen basis model, dan subsistem perangkat lunak penyelenggara dialog.
Hubungan dari subsistem-subsistem tersebut digambarkan seperti terlihat pada
gambar 2.1. (Ralph And Hugh, 1989:24).

Basis Data

Basis Model
Manajemen
Manajemen
Basis Data
Basis Model
Manajemen
Penyelenggara Dialog

Tugas

Lingkungan
Pemakai
Gambar 2.1 Komponen SPK

a. Subsistem Manajemen Basis Data
Subsistem data yang tercakup dalam sistem manajemen basis data dapat
terlihat pada gambar 2.2. Merupakan bagian-bagian yang menyediakan data
yang dibutuhkan oleh sistem. Data ini di organisasikan dalam suatu database
yang disebut Database manajement System (DBMS). Ada beberapa
perbedaan database untuk SPK dan non-SPK. Pertama sumber data untuk

9

SPK lebih kaya daripada non-SPK. Perbedaan lain adalah proses pengambilan
dan ekstraksi dari sumber data yang sangat besar. SPK membutuhkan proses
ekstraksi dan DBMS yang dalam pengelolaannya harus cukup flexible untuk
memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat. Adapun
subsistem data yang tercakup dalam DataBase Management Subsystem
(DBMS) dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini (Ralph And Hugh,
1989:25). Kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen database sebagai
berikut :

1. Mengkombinasikan berbagai variasi data melalui pengambilan dan
ekstraksi data.
2. Menambahkan sumber data dengan cepat dan mudah.
3. Menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan pengertian pemakai
sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat menentukan
kebutuhan penambahan dan pengurangan.
4. Menangani data secara personil sehingga pemakai dapat mencoba
berbagai alternatif pertimbangan personil.
5. Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data.

10

Sumber Data Eksternal
Data :
1. Ekstraksi
2. Mengambil
3. Menambah

Keuangan

Basis Data
SPK

Pemasaran
Personalia
Manufaktur
Sumber Data Internal Lainnya

Fungsi Manajemen Basis Data:
1. Menggambarkan struktur data.

Manajemen

2. Update

Model

Basis

3. Pengurangan dan Penambahan data
Manajemen Penyelenggara Dialog

Gambar 2.2 Subsistem Manajemen Basis Data

b. Subsistem Manajemen Basis Model
Salah satu dari kelebihan SPK adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan
akses data dan model-model keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menambah model-model keputusan ke dalam sistem informasi yang
menggunakan database sebagai mekanisme integrasi dan komunikasi diantara
model-model. Salah satu persoalan yang berkaitan dengan model adalah
bahwa penyusunan mdel seringkali terikat pada struktur model yang
mengasumsikan adanya masukan yang benar dan cara keluaran yang tepat.

11

Sementara model cenderung tidak mencukupi adanya kesulitan dalam
mengembangkan model yang teritegrasi untuk menangani sekumpulan
keputusan yang saling bergantungan. Untuk menangani masalah ini dengan
menggunakan koleksi berbagai model yang terpisah, dimana setiap model
digunakan untuk menangani bagian yang berbeda dari masalah yang dihadapi.
Gambar 2.3 (Ralph And Hugh, 1989:26) menggambarkan komponenkomponen dari subsistem model. Kemampuan yang dimiliki subsistem basis
model meliputi:
1. Menciptakan model baru secara cepat dan mudah.
2. Mengakses dan mengintegrasikan model-model keputusan.
3. Mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dan
manajemen database.

Model-Model Strategis
Basis Data
SPK

Model-Model Taktis
Model-Model Operasional
“Bangunan” Model dan
Subrutin

Fungsi manajemen Basis Model:
1. Menciptakan model.
2. Memelihara – update.
3. Manipulasi – use.
Manajemen Penyelenggara Dialog
Manajemen Basis Data

Gambar 2.3 Subsistem Manajemen Basis Model

12

c. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog
Subsistem dialog adalah fleksibilitas dan kekuatan karakteristik SPK yang
timbul dari kemampuan interaksi antara sistem dan pemakai. Menurut Bennet,
komponen sistem dialog adalah pemakai, terminal, dan sistem perangkat
lunak, bisa melihat pada gambar 2.4. (Ralph And Hugh, 1989:27).

Bahasa Aksi

User
SPK

Bahasa Tampilan

Gambar 2.4 Subsistem Penyelenggaraan Dialog

Selain itu kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung dialog
pemakai/sistem meliputi:
1. Menangani berbagai variasi gaya dialog.
2. Mengakomodasi tindakan pemakai dengan berbagai peralatan masukan.
3. Menampilkan data dengan berbagai variasi format dan peralatan keluaran.
Memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui basis pengetahuan
pemakai

13

2.3 Multiple Criter ia Decision Making (MCDM)
Multiple Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode
pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah
alternatif berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran-ukuran,
aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan
(Kusumadewi dkk, 2006:69). Berdasarkan tujuannya, MCDM dapat dibagi
menjadi 2 model yaitu Multi Attribute Decision Making (MADM) dan Multi
Objective Decision Making (MODM). Seringkali MCDM dan MADM digunakan
untuk menerangkan kelas atau kategori yang sama. MADM biasanya digunakan
untuk melakukan penilaian atau seleksi terhadap beberapa alternatif dalam jumlah
terbatas. Sedangkan MODM digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah
pada ruang bersambung (seperti permasalahan pada pemrograman matematis).
Secara umum dapat dikatakan bahwa, MADM menyeleksi alternatif terbaik dari
sejumlah alternatif, sedangkan MODM merancang alternatif terbaik. Perbedaan
mendasar terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbedaan antara MADM dan MODM
MADM
Kriteria (didefinisikan

MODM

Atribut

Tujuan

Tujuan

Implisit

Eksplisit

Atribut

Eksplisit

Implisit

Alternatif

Diskret, dalam jumlah

Kontinu, dalam

terbatas

jumlah tak terbatas

Seleksi

Desain

oleh)

Kegunaan

Ada beberapa fitur umum yang akan digunakan dalam MCDM, yaitu:

14

a. Alternatif, alternatif adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan.
b. Atribut, atribut sering juga disebut sebagai karakteristik, komponen, atau
kriteria keputusan. Meskipun pada kebanyakan kriteria bersifat satu level,
namun tidak menutup kemungkinan adanya sub kriteria yang berhubungan
dengan kriteria yang telah diberikan.
c. Konflik antar kriteria, beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara
satu dengan yang lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami
konflik dengan kriteria biaya.
d. Bobot keputusan, bobot keputusan menunjukkan kepentingan relatif dari
setiap kriteria, W = (w1,w2,...,wn). Pada MCDM akan dicari bobot kepentingan
setiap kriteria.
e. Matriks keputusan, suatu matriks keputusan X yang berukuran m x n, berisi
elemen-elemen xij, yang merepresentasikan rating dari alternatif Ai(i=1,2,...,m)
terhadap kriteria Cj(j=1,2,...,n).

2.4 Analytical Hierar chy Process (AHP)
2.4.1

Karakter istik Analytical Hierar chy Process
Analytical Hierarchy Process(AHP) adalah salah satu bentuk metode

pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua
kekurangan dari metode sebelumnya. Peralatan utama dari metode AHP adalah
sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia.
Dengan hirarki, suatu yang komplek dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam

15

kelompok dan kemudian kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk
hirarki(Permadi, 1992:5).
Perbedaan mencolok antara metode AHP dengan metode pengambilan
keputusan lainnya terletak pada jenis inputnya. Metode yang sudah ada umumnya
memakai input yang kuantitatif. Otomatis metode tersebut hanya dapat mengolah
hal kuantitatif pula. Metode AHP menggunakan persepsi manusia yang dianggap
‘expert’ sebagai input utamanya. Kriteria ‘expert’ di sini bukan berarti bahwa
orang tersebut haruslah jenius, pintar, bergelar doktor dan sebagainya tetapi lebih
mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan,
merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah
tersebut. Karena menggunakan input yang kualitatif (persepsi manusia) maka
AHP dapat mengolah juga hal kuantitatif disamping hal yang kualitatif.

2.4.2

Skala Penilaian Perbandingan Ber pasangan
Secara naluri manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui

inderanya. Proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal yang
keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu
ditetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat
kepentingan suatu elemen terhadap elemen yang lain. Skala penilaian
perbandingan itu dapat dilihat pada Tabel 2.3.

16

Tabel 2.3 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Intensitas
Keterangan

Penjelasan

Kepentingan
Dua

elemen

mempunyai
1

pengaruh

Kedua elemen sama pentingnya
yang

sama

besar

terhadap tujuan
Pengalaman
Elemen yang satu sedikit lebih penilaian
3

sedikit

penting daripada elemen yang menyokong
lainnya

elemen

dan

satu

dibandingkan

elemen lainnya
Pengalaman

dan

penilaian sangat kuat
Elemen yang satu lebih penting
5

menyokong

satu

daripada elemen yang lainnya
elemen

dibandingkan

elemen yang lainnya
Satu elemen jelas lebih mutlak Satu elemen yang kuat
7

penting daripada elemen yang disokong dan dominan
lainnya

terlihat dalam praktek

17

Intensitas
Keterangan

Penjelasan

Kepentingan
Bukti yang mendukung
elemen

yang

satu

terhadap elemen lain
Satu

elemen

mutlak

penting

9

memiliki

tingkat

daripada elemen yang lainnya
penegasan

tertinggi

yang

mungkin

menguatkan
Nilai ini diberikan jika
Nilai – nilai antara dua nilai
2,4,6,8

ada dua kompromi di
pertimbangan yang berdekatan
antara dua pilihan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan

Kebalikan
aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding i

2.4.3

Langkah dalam metode Analytical Hierar chy Pr ocess
Langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan persoalan dengan

AHP (Mulyono, 1996:108) yaitu:

a. Decomposition
Decomposition adalah proses menganalisa permasalahan riil dalam struktur
hirarki atas unsur – unsur pendukungnya. Struktur hirarki secara umum dalam
metode AHP yaitu: Jenjang 1 : Goal atau Tujuan, Jenjang 2 : Kriteria, Jenjang
3 : Subkriteria (optional), Jenjang 4 : Alternatif.

18

b. Comperative judgment
Comperative judgment adalah berarti membuat suatu penilaian tentang
kepentingan relatif antara dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang
disajikan dalam bentuk matriks dengan menggunakan skala prioritas seperti
pada Tabel 2.2 di atas. Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks
pairwise comparison (matriks perbandingan) berukuran n x n dan banyaknya
penilaian yang diperlukan adalah n(n-1)/2. Ciri utama dari matriks
perbandingan yang dipakai dalam metode AHP adalah elemen diagonalnya
dari kiri atas ke kanan bawah adalah satu karena elemen yang dibandingkan
adalah dua elemen yang sama. Selain itu, sesuai dengan sistimatika berpikir
otak manusia, matriks perbandingan yang terbentuk akan bersifat matriks
resiprokal dimana apabila elemen A lebih disukai dengan skala 3
dibandingkan elemen B, maka dengan sendirinya elemen B lebih disukai
dengan skala 1/3 dibanding elemen A.
Dengan dasar kondisi – kondisi di atas dan skala standar input AHP dari 1
sampai 9, maka dalam matriks perbandingan tersebut angka terendah yang
mungkin terjadi adalah 1/9, sedangkan angka tertinggi yang mungkin terjadi
adalah 9/1. Angka 0 tidak dimungkinkan dalam matriks ini, sedangkan
pemakaian skala dalam bentuk desimal dimungkinkan sejauh si expert
memang menginginkan bentuk tersebut untuk persepsi yang lebih akurat.
c. Synthesis of priority
Setelah matriks perbandingan untuk sekelompok elemen selesai dibentuk
maka langkah berikutnya adalah mengukur bobot prioritas setiap elemen
tersebut. Hasil akhir dari penghitungan bobot prioritas tersebut adalah suatu

19

bilangan desimal di bawah satu (misalnya 0.01 sampai 0.99) dengan total
prioritas untuk elemen – elemen dalam satu kelompok sama dengan satu.
Bobot prioritas dari masing – masing matriks dapat menentukan prioritas lokal
dan dengan melakukan sintesa di antara prioritas lokal, maka akan didapat
prioritas global.
Usaha untuk memasukkan kaitan antara elemen yang satu dengan elemen
yang lain dalam menghitung bobot prioritas secara sederhana dapat dilakukan
dengan cara berikut:
1. Jumlahkan elemen pada kolom yang sama pada matriks perbandingan
yang terbentuk. Lakukan hal yang sama untuk setiap kolom.
2. Bagilah setiap elemen pada setiap kolom dengan jumlah elemen kolom
tersebut (hasil dari langkah 1). Lakukan hal yang sama untuk setiap kolom
sehingga akan terbentuk matrik yang baru yang elemen – elemennya
berasal dari hasil pembagian tersebut.
3. Jumlahkan elemen matrik yang baru tersebut menurut barisnya.
4. Bagilah hasil penjumlahan baris (hasil dari langkah 3) dengan total
alternatif agar didapatkan prioritas terakhir setiap elemen dengan total
bobot prioritas sama dengan satu.
Proses yang dilakukan untuk membuat total bobot prioritas sama dengan satu
biasa disebut proses normalisasi.

d. Logical consistency
Salah satu asumsi utama metode AHP yang membedakannya dengan metode
yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Dengan metode

20

AHP

yang

memakai

ketidakkonsistenan itu

persepsi

manusia

mungkin terjadi

sebagai
karena

inputannya

manusia

maka

mempunyai

keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau
membandingkan banyak elemen. Berdasarkan konsisi ini maka manusia dapat
menyatakan persepsinya dengan bebas tanpa harus berpikir apakah
persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Persepsi yang 100 %
konsisten belum tentu memberikan hasil yang optimal atau benar dan
sebaliknya persepsi yang tidak konsisten penuh mungkin memberikan
gambaran keadaan yang sebenarnya atau yang terbaik.
Penentuan nilai preferansi antar elemen harus secara konsisten logis, yang
dapat diukur dengan menghitung Consistency Index (CI) seperti pada rumus
(2.1) dan Consistency Ratio (CR) seperti pada rumus (2.2).
CI =

t−n
...........................................................................................(2.1)
n −1

CR =

CI
...........................................................................................(2.2)
RI

dimana : t = eigenvalue, n = ukuran matriks, RI = Random Index
Untuk mendapatkan nilai t digunakan rumus (2.3) dan (2.4) berikut:
(A).(wT)...............................................................................................(2.3)

t=

1 n elemenke − ipada( A)(wT )
∑ ( elemenke − ipadawT ) ..................................................(2.4)
n i=1

dimana A= matriks perbandingan berpasangan, wT= prioritas lokal
Tabel Random Index untuk matrik berukuran 1 sampai 15 dapat dilihat pada
Tabel 2.4.

21

Tabel 2.4 Random index untuk matrik berukuran 1 sampai 15
N

1,2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

RI 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.54 1.56 1.57 1.59

Untuk metode AHP, tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima adalah
sebesar 10% ke bawah. Jadi apabila nilai CR 0.1 hasil proses AHP tidak valid
sehingga harus diadakan revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang
terlalu besar dapat menjurus pada suatu kesalahan.

e. Penentuan prioritas global
Tahap terakhir dalam AHP adalah proses perhitungan prioritas global untuk
menentukan urutan prioritas dengan cara melakukan operasi perkalian matrik
prioritas lokal yang dimulai dengan mengalikan matrik gabungan prioritas dari
level terbawah dengan level di atasnya sampai pada level hirarki teratas.

2.5 Multi-Attr ibute Utility Theor y (M.A.U.T)
Multi-Attribute Utility Theory digunakan untuk merubah dari beberapa
kepentingan kedalam nilai numerik dengan skala 0-1 dengan 0 mewakili pilihan
terburuk dan 1 terbaik. Hal ini memungkinkan perbandingan langsung
beragam ukuran. Yaitu, dengan alat yang tepat, itu memungkinkan saja untuk
membandingkan apel dengan jeruk. Hasil akhirnya adalah urutan peringkat
dari evaluasi alternatif yang menggambarkan

pilihan

dari

para

keputusan.. Untuk perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

pembuat

22

Dimana v (x) merupakan nilai evaluasi dari sebuah objek ke i dan
wi merupakan bobot yang menentukan nilai dari seberapa penting elemen ke i
terhadap elemen lainnya. Dan n merupakan jumlah elemen. Total dari bobot
adalah 1.
Menggunakan gabungan dua Methode antaha AHP dan MAUT berfungsi
untuk menghitung bobot masing-masing kriteria dan alternatif. Disisi lain metode
AHP sangat akurat untuk menghitung setiap kriteria karena metode AHP tidak
mempunyai nilai mutlak untuk setiap kriteria dan berbanding sedikit demi sedikit
untuk memcapai nilai kriteria yang konsisten. Sedangkan MAUT merupakan
metode pendukung untuk menyempurnakan metode AHP yang dimana metode ini
berfungsi untuk memberikan nilai pada setiap alternatif yang berdasarkan asusmsi
manusia.

23

BAB III
PERANCANGAN SISTEM

3.1

An a lisa Kebutuhan

Penilaian pada setiap kontraktor didasarkan pada kriteria masing-masing
kontraktor, oleh karena itu setiap kontraktor memiliki nilai yang berbeda bagi
pihak PDAM Kota Surabaya tergantung pada bobot kriteria yang dihasilkan
oleh masing-masing kontraktor tersebut. Bagi instansi, bukanlah hal yang
mudah tentunya untuk melakukan penilaian setiap kontraktor dan menentukan
kontraktor terbaik yang akan dipilihnya agar sesuai dengan kriteria yang
dimilikinya. Salah satu kendala yang harus dihadapi adalah komponen
penilaian atau kriteria penilaian dan metode yang jelas dalam memberikan
penilaian terhadap setiap kontraktor. Sehingga dapat membantu instansi dalam
melakukan pemilihan kontraktor terbaik berdasarkan kriteria yang dimilikinya.

3.2

Analisa Data
Dalam perancangan sistem Pendukung keputusan ini diperlukan data-data

agar sistem dapat berjalan, antara lain :
a. Kontraktor
b. Kriteria
c. Bobot kriteria
Dengan

adanya pertimbangan penilaian kriteria yang bervariasi

memungkinkan pihak pimpinan untuk dapat menentukan pilihan yang dianggap
paling sesuai kebutuhan.

24

Tabel 3.1 Tingkat Kepentingan Kriteria
Intensitas
Kepentingan
1

Keterangan

Penjelasan

Dua elemen mempunyai
pengaruh yang sama
besar terhadap tujuan
Pengalaman dan penilaian
Elemen yang satu sedikit lebih sedikit menyokong satu
penting daripada elemen yang lainnya elemen
dibandingkan
elemen lainnya
Pengalaman dan penilaian
Elemen yang satu lebih penting sangat kuat menyokong
satu elemen dibandingkan
daripada elemen yang lainnya
elemen yang lainnya
Satu elemen yang kuat
Satu elemen jelas lebih mutlak
disokong dan dominan
penting daripada elemen yang lainnya
terlihat dalam praktek
Bukti yang mendukung
elemen
yang
satu
Satu elemen mutlak penting daripada terhadap elemen lain
memiliki
tingkat
elemen yang lainnya
penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan
Nilai ini diberikan jika
Nilai – nilai antara dua nilai
ada dua kompromi di
pertimbangan yang berdekatan
antara dua pilihan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan
aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding i
Kedua elemen sama pentingnya

3

5

7

9

2,4,6,8
Kebalikan

Kemudian juga dilakukan pencocokan setiap calon kandidat terhadap
kriteria, berdasarkan format preferensi linguistic terms dengan skala 5 point.
Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.2 Kecocokan Setiap Calon Pada Setiap Kriteria
Nilai Kualitatif
Sangat Tidak Layak
Tidak Layak
Cukup
Layak
Sangat Layak

Nilai Kuantitatif
1
2
3
4
5

25

Sehingga apabila dilakukan kecocokan kandidat pada setiap kriteria dalam
bentuk kualitatif.

3.3

Sistem Flow
Proses penilaian dimulai dengan adanya permintaan penilaian seluruh

kontraktor yang ditujukan pada bagian Admin dari Pimpinan. Admin selanjutnya
melakukan penentuan kriteria, bobot kriteria dan kontraktor yang akan digunakan
dalam penilaian. Hasil penyusunan tersebut ditujukan pada pihak pimpinan untuk
mendapatkan persetujuan, jika tidak mendapatkan persetujuan maka data tersebut
akan dikembalikan pada bagian Admin untuk dilakukan revisi dengan melakukan
konfirmasi, sedangkan jika telah mendapatkan persetujuan maka dilakukan form
penilaian. Masing-masing penilai yang telah menerima form penilaian terhadap
tiap kontraktor dan hasilnya dimasukkan dalam sistem dan dihitung menggunakan
metode AHP dan MAUT. Hasil perhitungan diserahkan pada Pimpinan. Berikut
gambar merupakan rancangan utama sistem pendukung keputusan penilaian
kontraktor terbaik menggunakan metode AHP dan MAUT.

26

Gambar 3.1. Rancangan Utama Sistem Pendukung Keputusan

3.4

Sistem Pendukung

Keputusan Menggunakan Metode AHP dan

MAUT
Dalam pembuatan aplikasi ini digunakan metode AHP yang akan
memproses penghitungan perbandingan kriteria dan metode MAUT yang akan
memproses penghitungan perbandingan alternatif. Namun sistem akan
membutuhkan inputan berupa data kriteria serta data kriteria yang di butuhkan
Dengan inputan tersebut sistem akan menjalankan tugasnya dalam penilaian tiap
kontraktor.

27

Proses yang akan dijalankan selanjutnya adalah memberikan bobot nilai
awal dari masing – masing kriteria yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan
juga pembobotan nilai dari masing – masing kriteria tiap kontraktor. Secara garis
besar tahapan Sistem pendukung keputusan menggunakan

metode AHP dan

MAUT dapat dilihat seperti gambar 3.2

Input

Proses

1. Kontraktor
2. Kriteria

Output

Penilaian Tiap Kriteria
Hasil Penilaian Kontraktor
Terbaik
Hitung Dengan Metode
AHP
Penilaian Tiap Kontraktor
Hitung Dengan Metode
MAUT

Gambar 3.2. Proses Sistem Pendukung Keputusan

Alur proses pada gambar diatas tampak terdapat masukan berupa data
kontraktor dan kriteria. Masukan tersebut untuk selanjutnya dijadikan sebagai
acuan dalam melakukan penilaian pada masing-masing kontraktor. Setelah
penilaian terhadap kontraktor seluruh data diproses dengan menggunakan metode
AHP dan MAUT.
Output yang disajikan, berupa urutan kontraktor terbaik beserta saran
untuk pengambil keputusan (user) dari nilai yang tertinggi sampai dengan nilai
yang terendah.

Sistem lainnya yang
berbasis komputer

28

Data : eksternal dan
internal

Manajemen

Manajemen

Model

data

model

ekster nal

Subsistem
berbasis pengetahuan

Antar muka pengguna

Basis penget ahuan

Manajer (pengguna)

organisasional

Gambar 3.3 Skematik DSS
Aplikasi DSS dapat terdiri dari subsistem seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3 diatas.



Subsistem manajemen data.
Dalam subsistem manajemen data ini akan menyimpan beberapa data

dalam proses pemilihan kontraktor pada PDAM Kota Surabaya. Data-data
tersebut yang akan disimpan dan dikelola oleh DBMS diantaranya yaitu :
1. Data admin
Data admin ini berisi nama user dan hak aksesnya dalam mengakses
aplikasi tersebut.
2. Data kriteria
Data kriteria menyimpan semua kriteria yang akan dipergunakan
untuk memilih kontraktor terbaik dalam lelang yang diadakan oleh
PDAM Kota Surabaya.
3. Data seleksi

29

Data seleksi disini menyimpan nama seleksi dan waktu seleksi
tersebut dilakukan.
4. Data detalternatif
Data detalternatif menyimpan nama kontraktor dan hasil penilaian
berdasarkan semua kriteria yang ada
5. Data detkriteria
Data detkriteria menyimpan nama kriteria dan bobot penilaian.
6. Data nilaialt
Data nilaialt menyimpan skor atas hasil penilaian terhadap kontraktor
7. Data alternatif
Data alternatif menyimpan semua data-data tentang kontraktor yang
mengikuti lelang pada PDAM Kota Surabaya.



Subsistem manajemen model
Merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model keuangan,

statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lainnya yang memberikan
kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. Bahasa-bahasa
pemodelan untuk membangun model-model kustom juga dimasukkan. Perangkat
lunak ini sering disebut sistem manajemen basis model (MBMS). Komponen ini
dapat dikoneksikan ke penyimpanan korporat atau eksternal yang ada pada model.


Subsistem antarmuka pengguna

30

Pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan DSS melalui
subsistem ini. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem. Para
peneliti menegaskan bahwa beberapa kontribusi unik dari DSS berasal dari
interaksi yang intensif antara komputer dan pembuat keputusan. Dalam sistem
aplikasi ini subsistem antarmuka pengguna dapat digambarkan pada penjelasan
sub bab perancangan antar muka pada bab ini juga.


Subsistem manajemen berbasis-pengetahuan
Dalam pembuatan aplikasi ini yang termasuk dalam subsitem manajemen

berbasis pengetahuan yaitu AHP (Analytical Hierarchy Process) dan MAUT
(Multi Attribute Utility Theory), persyaratan dan ketentuan dari PDAM Kota
Surabaya dalam pemilihan kontraktor.


Subsistem manajer (pengguna)
Pengguna dalam aplikasi ini yaitu Pimpinan, Admin dan tim penilai.

3.5

Perancangan Sistem
Dalam tahap ini adalah persiapan untuk rancang bangun hingga

implementasi dari sistem informasi. Untuk menggambarkan algoritma diagram
alir program semua proses yang dijalankan dapat dijelaskan sebagai berikut:

31

3.5.1 Alur Prose s Ran can gan Pen e litian

CR =

CI
RI

CI =

t−n
n −1

Gambar 3.4 Alur Proses Rancangan Penelitian
Alur proses metode AHP dan MAUT dimulai dengan melakukan studi
lapangan yang didukung dengan studi pustaka untuk menentukan kriteria dan
alternatif kontraktor. Setelah penentuan kriteria dan alternatif kontraktor,
selanjutnya akan diolah oleh AHP dan MAUT. Yang akhirnya akan mendapatkan