AKIBAT HUKUM PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM MELAKUKAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS.

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh

:

Aseptya Nur Achmad NPM. 0671010078

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SURABAYA


(2)

PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Disusun Oleh : Aseptya Nur Achmad

NPM. 0671010078

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 09 November 2010

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. H. Sutrisno. S.H., M.Hum (...) NIP. 19601212 198803 1 001

2. Subani S.H., M.Si (...) NIP. 19510504 198303 1 001

3. Hariyo Sulistyantoro, S.H., M.M. (...) NIP. 19620625 199103 1 001

Mengetahui DEKAN


(3)

v Matahari terbit dan tenggelam,

Kemashyuran datang dan pergi, Tetapi mimpi hidup selamanya.

(Sanie B. Kuncoro-Garis Perempuan hal. 129)


(4)

telah memberikan berkah, rahmat, dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul AKIBAT HUKUM PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM MELAKUKAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS. Yang merupakan tugas akhir dari semua mata kuliah yang telah penulis selesaikan serta sekaligus merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, bimbingan dan dorongan oleh berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Hariyo Sulistiyantoro, S.H, M.M. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim, Penanggung Jawab Sementara Wakil Dekan I., dan Dosen Pembimbing Utama yang telah memberi kesempatan mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Dan telah berkenan membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dengan meluangkan tenaga dan waktunya.

2. Bapak Sutrisno,S.H, M.Hum. selaku Wakil Dekan II sekaligus selaku Dosen Wali yang telah memberikan pengarahan selama penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.


(5)

viii ilmu pengetahuan;

6. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional yang telah membantu urusan administrasi dalam pelaksanaan

7. Untuk bapak dan ibu dosen selaku penguji skripsi yang telah memberikan saran serta kritik sehingga skripsi penulis tertata dan ter susun dengan baik.

8. Bapak Chandra Tandya, S.H. selaku pimpinan kantor Notaris dan Bpk. Iswanto, S.H, Bpk. Ismail, S.H, Bpk. Gunawan sutanto, S.H, Bpk. Agus, S.H.yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian skripsi.

9. Untuk Bapak, Ibu dan Adik tercinta yang telah dengan sabar memberikan dorongan baik moril maupun materiil untuk selesainya skripsi ini.

10.Seluruh teman-teman mahasiswa angkatan 2006, khususnya Sahtanta Eka, Ruben selaku HIMAHO management, Renni Agustina dan Nurul Afifah serta semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan motivasi serta memberikan doa yang tulus kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini serta membantu dan memberikan saran sebagai masukan di dalam pembuatan skripsi hingga selesai.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Sehingga dengan lapang penulis dapat menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun guna perbaikan dan penyempurnaan penulisan yang selanjutnya.


(6)

Surabaya , November 2010 Penyusun


(7)

x

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI.. ii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REVISI SKRIPSI... iv

MOTTO... v

SURAT PERNYATAAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

ABSTRAKSI... xiv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1.LATAR BELAKANG ... 1

1.2.RUMUSAN MASALAH... 6

1.3.TUJUAN PENELITIAN... 6

1.4.MANFAAT PENELITIAN... 7

a. Manfaat Teoritis... 7

b. Manfaat praktis ... 7

1.5.KAJIAN PUSTAKA ... 7

1.6.METODE PENELITIAN... 20

a. Pendekatan Masalah... 20


(8)

BAB II. Akibat Hukum Perseroan Terbatas Belum Melakukan Penyesuaian

Anggaran Dasar Terhadap UU No.40 Tahun 2007... 23

2.1.Status Badan Hukum yang Dimiliki Perseroan Terbatas ... 24

2.2.Status Nama Perseroan Terbatas... 36

2.3.Pembubaran Perseroan Terbatas ... 37

BAB III. Kendala Perseroan Terbatas sehingga belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar tehadap UU No.40 Tahun 2007... 41

3.1.Ketidak Pedulian Pengurus... 41

3.2.SABH Membutuhkan Waktu yang Lama... 43

3.3.Melakukan Perubahan Pengurus Tanpa Melakukan Pelaporan Kepada KEMENKUMHAM ... 46

BAB IV. PENUTUP 4.1. Kesimpulan... 49

4.2. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xii

Jenderal Administrasi Hukum Umum, KEMENKUMHAM


(10)

(11)

xiv

NPM : 0671010078

Tempat, Tanggal Lahir : Probolinggo, 20 September 1988

Program Studi : Strata 1 (S1)

Judul Skripsi :

AKIBAT HUKUM PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM MELAKUKAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR TERHADAP UNDANG-UNDANG

NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat hukum PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar terhadap Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan menganalisa yang didasarkan atas gambaran dan pemaparan yang senyatanya. dengan mempelajari dan diperoleh dari peraturan perundang-undangan, literatur, dan pendapat para Sarjana Hukum, dikaitkan dengan permasalahan yang dibahas serta penerapannya dalam praktik yang dirangkum menjadi kesimpulan dalam skripsi.. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap Perseroan Terbatas yang telah berstatus badan hukum dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan harus menyesuaikan anggaran dasarnya. Akibat hukum terhadap PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar terhadap Perseroan Terbatas tersebut antara lain yaitu status badan hukum dan nama Perseroan Terbatas yang hilang dari data base MENKUMHAM, sampai dengan adanya permohonan pihak ketiga atas pembubaran Perseroan Terbatas kepada Pengadilan Negeri. kendala tersebut terjadi atas berbagai faktor baik dari intern karena ketidak pedulian para pengurus maupun faktor sulitnya akses Sistem Administrsi Badan Hukum yang merupakan sarana dalam pelaksanaan penyesuaian Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pemerintah berharap mampu mencegah segala penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan memberikan rasa adil bagi semua pihak yang memiliki kepentingan terhadap Perseroan Terbatas (Selanjutnya disebut PT). dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang PT (selanjutnya ditulis UUPT 1/1995). namun tak dapat disangkal, UUPT 1/1995 ternyata masih mengandung kekurangan dan kelemahan pada pasal-pasalnya dan acap kali diinterprestasikan dengan tidak benar oleh para pelaku usaha.1

Eksistensi bentuk perusahaan perseroan terbatas dalam sistem hukum Indonesia semula diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya ditulis KUHD). PT yang dahulu disebut Naamloze Venotshcap mula-mula diatur dalam KUHD pada Buku Pertama, Titel Ketiga, yang berjudul Tentang PT. Pasal yang mengatur yaitu hanya 26 pasal, mulai dari Pasal 36-56. Namun aturan itu tidak sesuai dengan prinsip ekonomi Indonesia yang berasaskan demokrasi sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, maka dibentuk peraturan baru yang dituangkan dalam UUPT 1/1995. Alasan penggantian menurut konsiderans UUPT 1/1995, antara lain :2

a. Ketentuan yang diatur dalam KUHD dianggap tidak sesuai lagi Peraturan PT yang ditentukan dalam KUHD, tidak sesuai lagi dengan

1

Marisi P. Purba, Aspek Akutansi Undang-undang Perseroan Terbatas, Graha ilmu, Yogyakarta, 2008, h.3


(13)

perkembangan ekonomi dan dunia usaha yang semakin pesat, baik secara nasional maupun internasional.

b. Menciptakan kesatuan hukum dalam PT yang berbentuk hukum (rechtspersoon, legal person, legal entity)

Akan tetapi seiring dengan perkembangan jaman dan perkembangan usaha, UUPT 1/1995 dianggap sudah tidak mampu lagi mengakomodasikan dalam perkembangan jaman dan dunia usaha tersebut. Oleh karena itu Pemerintah Republik Indonesia melakukan perubahan UUPT 1/1995 dengan mengeluarkan Undang Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang PT (selanjutnya ditulis UUPT 40/2007), dengan mengubah beberapa pasal dari Undang-undang tersebut dan lahir dengan mencabut UUPT 1/1995, sehingga seluruh ketentuan dalam UUPT 1/1995 dan dinyatakan tidak berlaku.

Pembaharuan hukum ini dilakukan dengan merumuskan dan mengatur kembali seluruh materi undang-undang UUPT 1/1995 yang meliputi pengesahan kembali norma yang lama kedalam UUPT 40/2007, meniadakan norma lama yang sudah tidak relevan lagi baik yang bersifat pemberian legitimasi hal-hal atau kebiasaan yang terjadi dalam praktek maupun norma yang benar-benar baru karena adanya tuntutan hukum dari masyarakat khususnya dalam dunia usaha. Ini dimaksudkan agar dalam melaksanakan usahanya mampu berfungsi secara sehat, berdaya guna, dan berhasil guna. Disamping itu UUPT 40/2007 bertujuan untuk melindungi kepentingan setiap pemegang saham, kreditur, dan pihak lain yang terkait serta kepentingan PT itu sendiri.

Banyak hal yang masih kurang tentang aturan penyesuaian yang terdapat dalam UUPT 1/1995, seperti halnya tentang Pasal 157 Ayat (3) UUPT


(14)

40/2007 yang mengatur permohonan pembubaran terhadap Perseroan Terbatas yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar, dan ini dapat dikaitkan dengan belum diaturnya apabila tidak terjadinya permohonan pembubaran, sehingga tidak ada aturan yang jelas bagi PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar. dalam masyarakat masih ada PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar tetapi masih menjalankan usahanya sebagai badan hukum.

Badan hukum merupakan pendukung kewajiban dan hak sama seperti manusia pribadi. Sebagai pedukung hak dan kewajiban dan dapat mengadakan hubungan bisnis dengan pihak lain.

Kedudukan PT sebagai badan hukum semata-mata ditentukan oleh pengesahan sebagai badan hukum yang diberikan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut KEMENKUMHAM) dan sejak saat itu PT menjadi subyek hukum yang mampu mendukung hak dan kewajiban dan bertanggung jawab secara mandiri terhadap segala akibat yang timbul atas perbuatan hukum yang telah dilakukan3.

Ini menunjukkan bahwa sebelum suatu PT diakui sebagai badan hukum, maka PT tersebut belum bisa bertindak melakukan perbuatan hukum. Dengan kata lain tidak bisa melakukan kegiatan transaksi seperti melakukan jual-beli, membuat perjanjian dan lain sebagainya

Dengan disahkannya, didaftarkan dan diumumkannya akta pendirian PT, maka Anggaran Dasar PT tidak saja mengikat bagi para pendiri perusahaan, pemegang saham, pengurus, akan tetapi juga bagi para pihak yang hendak melakukan transaksi dengan PT. Mengingat Anggaran Dasar PT adalah hukum positif bagi PT. Disebut demikian, karena maksud dan tujuan , besarnya

3


(15)

modal PT dan hal-hal yang menyangkut tentang PT dijabarkan dalam Anggaran Dasar PT.4

Anggaran Dasar menempati kedudukan yang sangat penting dalam mengatur kegiatan dan kehidupan PT. Kewenangan bertindak Persseroan PT dibatasi oleh Peraturan Perundang-undangan dan Anggaran Dasar, juga dibatasi oleh maksud dan tujuan PT. Maksud dan tujuan PT mempunyai 2 (dua) sisi, pada 1 (satu) sisi merupakan sumber kewenangan bertindak bagi PT, dan di sisi lain menjadi pembatas dari ruang lingkup bertindak dari PT bersangkutan.5

PT yang telah memperoleh status badan hukum berdasarkan UUPT 1/1995, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya UUPT 40/2007 wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya sesuai dengan ketentuan UUPT 40/2007, Dengan pengertian bahwa PT yang mempunyai status Badan Hukum sebelum disahkannya UUPT 40/2007 diberi jangka waktu sebelum tanggal 16 Agustus 2008 atau selambat-lambatnya tanggal 16 September 2008, seluruh PT harus menyesuaikan Anggaran Dasarya. Hal ini sesuai dengan isi dari ketentuan Pasal 157 Ayat (3) UUPT 40/2007, berdasarkan ketentuan tersebut jika PT tidak melakukan penyesuaian Anggaran Dasarya akan ada sanksi bahwa PT akan dibubarkan berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan dalam hal ini pihak ketiga. Hal ini sesuai dengan isi Pasal 157 Ayat (4) UUPT 40/2007.

Sosialisasi tentang penyesuaian hanya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (selanjutnya ditulis Ditjen AHU) KEMENKUMHAM dengan menerbitkan peringatan kepada para Notaris yang bertugas mengurus perubahan Anggaran Dasar PT untuk menyampaikan hal

4

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, Nuansa Aulia, bandung, Indonesia, 2006

5

Ais Chatamarrasjid, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktuan Hukum Perusahaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.


(16)

tersebut kepada PT yang aktanya mereka buat, ataupun kepada perseroan yang ada. Melalui pengumuman tentang batas waktu penyesuaian Anggaran Dasar PT dengan Nomor. AHU.AH.01.02-09 tertanggal 10 September 2008, Ditjen AHU mengingatkan agar PT segera menyesuaikan Anggaran Dasar PT dengan UUPT 40/2007. Jika melewati batas waktu yang telah ditentukan, tepatnya 16 September 2008, perseroan belum juga menyesuaikan Anggaran Dasar PT, resikonya tidak kecil. Jika PT belum menyesuaikan Anggaran Dasar sampai batas waktu yang telah ditentukan maka untuk sementara akses perseroan terbatas melalui Format Isian Akta Notaris Daftar Isian Akta Notaris (DIAN) II SISMINBAKUM ditutup. Penutupan dilakukan untuk ketertiban administrasi pelayanan jasa hukum di bidang PT. Dengan penutupan ini, untuk sementara Notaris tidak bisa meminta pengesahan akta pendirian atau persetujuan akta perubahan Anggaran Dasar ke KEMENKUMHAM, Sebagai tindakan administratif agar tidak berlarut-larut akan tetapi tingkat kepatuhan perseroan tidak juga meningkat untuk melakukan penyesuaian Anggaran Dasar PT. Anehnya, tingkat kepatuhan perseroan tidak juga meningkat.

Penyesuaian Anggaran Dasar terhadap UUPT 40/2007 diikuti dengan penyesuaian PT terhadap Peratuan Perundang-Undangan yang terkait yaitu, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan. Tujuan UUPT 40/2007 diharapkan dapat terwujudnya Good Corporate Government.

Prinsip Responsibilitas merupakan salah satu prinsip yang harus dilaksanakan dalam rangka prinsip good coporate governance kedalam suatu


(17)

perusahaan. Yang ditekankan disini adalah perusahaan haruslah berpegang kepada hukum yang berlaku dan melakukan kegiatan dengan bertanggungjawab kepada seluruh stakeholder dan kepada masyarakat, dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan stakeholder maupun masyarakat tersebut.

PT yang telah didirikan harus melakukan penyesuaian Anggaran Dasar terhadap UUPT 40/2007. Agar status badan hukum PT sah dan diakui oleh UUPT 40/2007. Akan tetapi masih banyak PT belum melakukan penyesuaian terhadap Undang-undang UUPT 40/2007. Dan masih banyak PT yang mengalami kendala tertentu untuk mengadakan penyesuaian Anggaran Dasar dimaksud, sehingga sampai akhir batas waktu penyesuaian tersebut belum juga melakukan penyesuaian atas seluruh Anggaran Dasarnya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Atas dasar uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut :

a. Bagaimana akibat hukum PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar setelah diundangkannya UUPT 40/2007?

b. Apa saja kendala PT sehingga belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar tehadap UUPT 40/2007?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

a. diharapkan dapat menganalisa masalah penyesuaian Anggaran Dasar PT terhadap UUPT 40/2007.


(18)

b. Mengetahui apa yang menjadi kendala para pengurus ataupun organ PT, sehingga belum melakukan penyesuaian.

1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.5.1. Manfaat Teoritis,

a. Penulis dapat menambah wawasan tentang pentingnya suatu PT melakukan penyesuaian anggaran dasarnya berdasarkan UUPT 40/2007.

b. Menambah ilmu pengetahuan tentang penyesuaian Anggaran Dasar terhadap UUPT 40/2007.

1.5.2. Manfaat Praktis,

a. Memberikan pemahaman kepada pelaku usaha PT, tentang pentingnya penyesuaian Anggaran Dasar terhadap UUPT 40/2007 sehingga status badan hukum PT tersebut sah dan nama PT tetap tercantum di dalam data base Ditjen AHU KEMENKUMHAM. b. Memberikan wawasan sekaligus memberikan wacana terhadap

masyarakat tentang berlakunya UUPT 40/2007, dan memberikan pemahaman kepada masyarakat PT berdasarkan UUPT 40/2007. 1.5. KAJIAN PUSTAKA

Judul dari proposal skripsi ini adalah akibat hukum PT yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar terhadap UUPT 40/2007, agar tidak terjadi perbedaan penafsiran tentang judul yang dimaksud, kiranya perlu dijelaskan mengenai maksud dari judul proposal skripsi ini.


(19)

1.5.1. Pengertian Perseroan Terbatas

Pengertian PT menurut ketentuan Pasal 1 Ayat (1) UUPT 40/2007, badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta pelaksanaannya.

PT merupakan wadah untuk melakukan kegiatan usaha, yang membatasi tangung jawab pemilik modal, yaitu sebesar jumlah saham yang dimiliki sehingga bentuk usaha seperti ini banyak diminati, terutama bagi perusahaan dengan jumlah modal yang besar. Kemudahan untuk menarik dana dari masyarakat dengan jalan penjualan saham merupakan satu alasan untuk mendirikan suatu badan usaha berbentuk PT. Undang-undang telah mengatur secara jelas tentang PT dan berkaitan dengan pendiriannya diatur dalam UUPT 40/2007. PT merupakan badan hukum persekutuan modal hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 7 Ayat (1) UUPT 40/2007 yang menjelaskan bahwa PT didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta Notaris yang dibuat dalam bahasa indonesia.

1.5.2. Pengertian Badan Hukum


(20)

a. Soebekti : “Suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti menerima serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat, dan menggugat dimuka hakim.6 b. Rochmat Soemitro : “ Suatu badan yang dapat mempunyai harta

kekayaan, hak serta kewajiban seperti orang-orang pribadi.7

c. Sri Soedewi Masjchoen : “kumpulan orang yang bersama-sama bertujuan mendirikan suatu badan, yaitu berwujud himpunan dan harta kekayaan yang disendirikan untuk tujuan tertentu dan ini dikenal dengan yayasan”8

d. Salim HS : “kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan tertantu, harta kekayaan, han dan kewajiban, serta organisasi.9 Badan Hukum dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu :10 a. Menurut bentuknya, artinya pembagian badan hukum berdasarkan

pendiriannya.

1) Badan Hukum Publik.

Misalnya, Negara, Provinsi, Kota Praja, Majelis-majelis, Lembaga, dan bank Negara.

2) Badan Hukum Pivat.

Misalnya, Perkumpulan-perkumpulan, PT, yayasan, dan sebagainya.

b. Menurut peraturan yang mengaturnya, artinya pembagian badan hukum berdasarkan ketentuan yang mengatur badan hukum tersebut.

1) Badan hukum yang terletak dilapangan Hukum Perdata (BW) Misalnya, perhimpunan, CV, PT, Firma.

2) Badan hukum yang terletak di lapangan hukum perdata adat.

6

Soebekti dalam Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, h.18

7

Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco, bandung, 1993 h. 10

8

Sri Soedewi Masjchoen, opcit, hal.19 9

Salim HS, Hukum Kontrak , Teori dan tehnik penyusunan kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, h.65


(21)

Misalnya, maskapai Andil Indonesia, Perkumpulan Indonesia, Koperasi Indonesia.

c. Menurut sifatnya, ada dua macam, yaitu : 1) Korporasi

2) Yayasan

Suatu badan itu dapat disebut sebagai badan hukum bila memiliki Unsur-unsur badan hukum :11

a. Harta kekayaan yang terpisah, dipisahkan dari kekayaan anggotanya.

b. Tujuan tertentu (bisa idiil/komersial)

c. Punya hak dan kewajiban sendiri, dapat menuntut/dituntut.

d. Punya organisasi yang teratur, tercermin dari Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.

1.5.3. Organ Perseroan

Organ PT merupakan badan hukum, namun ia tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri, sehingga ia harus bertindak dengan perantara orang alamiah (naturelijke persoon), tetapi orang alamiah tersebut tidak bertindak untuk dirinya, melainkan untuk dan atas tanggung jawab badan hukum. Organ PT meliputi :

a. RUPS, atau yang dalam bahasa inggris disebut dengan istilah general shareholders’ meeting dan bahasa belanda disebut dengan Algemene Vergadering van Andeelhouders merupakan salah satu organ perusahaan (coporate body) dalam suatu perseroan terbatas di samping dua organ lainnya berupa direksi dan komisaris.

Yang dimaksud dengan RUPS adalah suatu organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala segala wewenang yang bersifat residual, yaitu wewenang

11


(22)

yang tidak dialokasikan kepada organ perusahaan yang lainnya, yaitu direksi dan komisaris, yang dapat mengambil keputusan setelah memenuhi syarat-syarat tertentu dan sesuai dengan prosedur tertentu sebagaimana diatur dalam Perundang-undangan dan Anggaran Dasar PT.

b. Direksi merupakan organ PT yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan PT untuk kepentingan PT, sesuai dengan maksud dan tujuan PT serta mewakili PT baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan Anggaran Dasar.

Tugas dari pada direksi dapat diketahui dalam Anggaran Dasar PT dan pada umumnya berkisar pada:12

1) Mengurus segala urusan. 2) Menguasai harta kekayaan PT.

3) Melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang dimaksud dalam pasal 1796 KUHPerdata, yaitu:

a) Memindahkan hipotik pada barang-barang tetap; b) Membebankan hipotik pada barang-barang tetap; c) Melakukan dading;

d) Melakukan perbuatan lain mengenai hak milik e) Mewakili perseroan di muka pengadilan.

4) Dalam hubungannya dengan pihak ketiga, direksi masing-masing atau bersama-sama mempunyai hak mewakili perseroan mengenai hal-hal dalam bidang usahayang menjadi tujuan PT.

5) Direksi harus mengurus dan mengusai dengan baik, menginvestasikan secara teliti dan cermat. Segala perbuatan hukum mengenai hak dan kewajiban PT wajib dicatat dalam pembukuan sedemikian rupa sesuai dengan norma-norma pembukuan yang lazim.

6) Melaksanakan pendaftaran dan pengumuman. Jika akta pendirian dan PT sudah mendapat pengesahan atau persetujuan dari KEMENKUMHAM.


(23)

c. Dewan komisaris merupakan Organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan kepada direksi13

1.5.4. Anggaran Dasar

dalam Pasal 15 UUPT 40/2007 menyatakan bahwa Anggaran Dasar merupakan bagian dari akta pendirian yang memuat aturan main dalam PT yang menentukan setiap hak dan kewajiban dari pihak-pihak dalam anggaran dasar, baik PT itu sendiri, pemegang saham, maupun pengurus14.

Anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya : a. Nama dan kedudukan PT;

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha PT; c. Jangka waktu berdirinya PT;

d. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;

e. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

f. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris; g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

13

opcit, h.110 14

Ibnu Arly. Pendirian Perseroan Terbatas sebagai badan hukum menurut Undang-undang No.40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Tesis, Program Kenotariatan, UNAIR, 2008, h.17


(24)

h. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota direksi dan dewan komisaris;

i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden. 1.5.5. Perubahan Anggaran Dasar

Perubahan Anggaran Dasar merupakan persetujuan KEMENKUMHAM. Dalam Undang-undang PT dikenal ada dua macam perubahan Anggaran Dasar yaitu perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan KEMENKUMHAM di daftarkan dalam Daftar Perusahaan dan perubahan tidak menggunakan cara seperti itu.

Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan KEMENKUMHAM dan pendaftaran yang sebagai mana dimaksud tadi adalah yang menyangkut perubahan atas: 15

a. Nama PT dan/atau tempat kedudukan PT; b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha PT; c. Jangka waktu berdirinya PT;

d. Besarnya modal dasar;

e. Modal ditempatkan dan disetor; dan/atau status PT yang tertutup menjadi PT Terbuka atau sebaliknya.

Batas permohonan perubahan Anggaran Dasar mempunyai batas waktu yang telah diatur dalam Pasal 21 Ayat (5), (6), (7), dan (9) UUPT 40/2007. Untuk dapat melakukan perubahan Anggaran Dasar merupakan suatu kekhususan dengan cara ditetapkan oleh Rapat Umum

15


(25)

Pemegang Saham (selanjutnya ditulis RUPS), hal ini diatur dalam Pasal 19 Ayat (1) UUPT 40/2007 Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS. PT harus memenuhi persyaratan yang ditentukan Undang-undang apabila ingin melakukan perubahan Anggaran Dasar. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh RUPS dan usul adanya perubahan Anggaran Dasar dicantumkan dalam surat panggilan atau pengumuman untuk mengadakan RUPS. Perubahan mendasar harus mendapat persetujuan KEMENKUMHAM yang dibuat di dalam akta notaris yang berbahasa Indonesia dan harus didaftarkan di Daftar Perusahaan di kantor tempat pendaftaran perusahaan, serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (selanjutnya ditulis TBNRI).

1.5.6. Syarat dan Proses Penyesuaian Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

Persyaratan yang harus di siapkan dalam melakukan penyesuaian anggaran dasar perseroan terbatas.

a. Asli Risalah Rapat Umum Pemegang Saham tentang penyesuaian Anggaran Dasar sesuai UUPT 40/2007

b. Copy KTP pemegang saham dan pengurus.

c. Copy Akta Pendirian dan akta perubahannya berikut SK KEMENKUMHAM.

d. Copy Domisili atau copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP) e. Copy NPWP Perusahaan.


(26)

Terdapat beberapa hal yang baru dalam UUPT 40/2007 tersebut yang perlu diikuti oleh perusahaan, antara lain:

a. Modal dasar Perseroan diubah menjadi paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), sedangkan kewajiban penyetoran atas modal yang ditempatkan harus penuh.

b. Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah diwajibkan untuk mempunyai Dewan Komisaris dan mempunyai Dewan Pengawas Syariah.

c. Perseroan memiliki kewajiban menyerahkan neraca dan laporan keuangan perseroan kepada KEMENKUMHAM.

d. Ketentuan mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambil alihan dan Pemisahan.

e. Ketentuan tentang Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham f. Kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan

bagi PT yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam.


(27)

1.5.7. Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Menurut UU No.1/1995 a. Kedudukan atau alamat PT belum diatur secara jelas hanya

mengatur kedudukan PT dalam wilayahNegara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar.

b. tidak dicantumkan mengharuskan Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha PT dalam Anggaran Dasar Perseroan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menteri Hukum dan Ham

SKEMA PROSES PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PERSEROAN TERBATAS

Perseroan Terbatas menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham dengan mata acara merubah seluruh

anggaran dasar guna penyesuaian terhadap Undang-undang No.40 tahun 2007, dilaksanakan baik di depan

notaris maupun dengan membuat pernyataan keputusan rapat

• Asli Risalah atau berita acara Rapat Umum Pemegang Saham

• Copy KTP pemegang saham dan pengurus

• Copy Akta Pendirian dan akta perubahannya berikut SK Menkumham

• Copy Domisili atau copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP) • Copy NPWP Perusahaan

keluar surat keputusan menteri Hukum dan Ham

Gambar. 1


(28)

c. Besarnya jumlah modal dasar paling sedikit Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)

d. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS hanya sebatas diadakan di tempat kedudukan PT atau tempat PT melakukan kegiatan usahanya kecuali ditentukan dalam Anggaran Dasar.

e. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden belum diatur secara jelas dan terperinci.

f. Belum diaturnya kewajiban PT yang bergerak dalam bidang syariah mempunyai Dewan Pengawas Syariah

1.5.8. Anggaran Dasar Menurut UU No.40/2007

a. Kedudukan atau alamat PT diatur secara jelas selain mengatur kedudukan PT dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar, diatur pula PT harus mempunyai alamat lengkap sesuai dengan tempat kedudukannya. Dan diatur dalam surat-menyurat, pengumuman yang diterbitkan oleh PT, barang cetakan, dan akta dalam hal PT menjadi pihak harus menyebutkan nama dan alamat lengkap PT.

b. mengharuskan Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha PT dalam Anggaran Dasar PT sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan c. Besarnya jumlah modal dasar paling sedikit Rp.50.000.000,- (lima


(29)

d. Penetapan tempat dan hanya sebatas diadakan di tempat kedudukan PT atau tempat PT melakukan kegiatan usahanya yang utama sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar dan diatur pula PT Terbuka dapat diadakan di tempat kedudukan bursa dimana saham PT dicatatkan.

e. penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan melalui media telekomferensi, video konferensi atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat. f. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden. Sudah diatur

secara jelas dan rinci pada pasal 70 – 73 UUPT 40/2007.

g. PT yang bergerak dalam kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah.

1.5.9. Akibat Hukum

Pengertian akibat hukum adalah akibat-akibat yang timbul karena adanya suatu perbuatan, sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Misalnya, kesepakatan dua belah pihak yang cakap, dapat mengakibatkan lahirnya perjanjian, yang merupakan akhir atau hasil suatu peristiwa16.

16


(30)

1.5.10. Pengertian Sistem Administrasi Badan Hukum

Sistem Administrasi Badan Hukum (selanjutnya disebut SABH) merupakan suatu bentuk pelayanan kepada masyarakat yang diberikan oleh KEMENKUMHAM khususnya DITJEN AHU. Pelayanan ini terutama diberikan dalam hal pengesahan atas suatu akta PT yang dilakukan secara online yang dapat diakses pada http://www.sisminbakum.com. Dalam situs ini selain sebagai sarana untuk memproses pengesahan akta PT, maka dapat pula dilihat berita-berita seputar KEMENKUMHAM khususnya seputar SISMINBAKUM ketentutan mengenai PT baik Undang-undang maupun peraturan dan keputusan yang berlaku.

1.5.11. Dasar Hukum Perseroan Terbatas.

Dasar Hukum yang berkaitan dengan penyesuai PT yaitu : a. UUPT 40/2007 tentang PT

b. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama PT.

c. Peraturan KEMENKUMHAM RI No.M.01.HT.01.10.Th.2007 tanggal 21 September 2007 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar, dan Perubahan Data PT.


(31)

1.6. METODE PENELITIAN 1.6.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam proposal skripsi ini sesuai judul yang diajukan maka skripsi yang akan di angkat nantinya menggunakan metode yuridis normatif, artinya penulisan skripsi menitik beratkan pada analisa Peraturan Perundang-undangan dan Norma-norma hukum yang berlaku serta bersifat mengikat untuk dipergunakan sebagai dasar menjawab semua yang dibahas.

1.6.2. Sumber Bahan Hukum

untuk menunjang penelitian diperlukan melalui bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu:

a. Bahan hukum primer berupa bahan kepustakaan, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan PT.

b. Bahan hukum sekunder atau yang disebut, adalah data yang berasal dari beberapa literatur, bahan kuliah, pendapat para pakar, yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas

1.6.3. Pengumpulan Bahan Hukum

Pelaksanaan pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan cara diperoleh dari buku kumpulan perundang-undangan, membaca dan mempelajari buku-buku, karangan yang ditulis oleh para ahli dibidangnya, yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dan pengolahan bahan hukum dengan


(32)

cara menganalisa dan merangkum secara obyektif, lebih banyak, lebih tepat, yang terpusat dan dapat dipertanggungjawabkan.

1.6.4. Tehnik Analisa Bahan Hukum

Bahan hukum diolah secara deskriptif analisis dengan menganalisa yang didasarkan atas gambaran dan pemaparan yang senyatanya, hal ini digunakan untuk dapat menjawab permasalahan yang dibahas.

1.6.5. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pemahaman hasil penelitian. Penulisan skripsi dibagi dalam 4 (empat) bab, terdapat tiap-tiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab yang saling mendukung. Bab-bab yang tersusun tersebut nantinya merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain.

Bab I, memaparkan latar belakang munculnya permasalahan yang menjadi kajian yang akan dijelaskan secara rinci pada bab-bab berikutnya. Dalam pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan penelitian serta manfaat penelitian itu sendiri, hingga kepada kajian pustaka yang berisi tentang pengertian-pengertian dasar mengenai permasalahan yang diangkat di dalam skripsi. Sedangkan pada bagian metodologi merupakan cara penggunaan metode terkait normatif dalam penyusunan skripsi sebagai laporan penelitian yang dapat dipertanggugjawabkan secara ilmiah.


(33)

Bab II ini membahas tentang permasalahan yang pertama, tentang akibat hukum PT yang belum melakukan penyesuaian terhadap UUPT 40/2007. Dalam bab 2 ini terdiri dari 3 sub bab, yang pertama tentang status badan hukum yang dimiliki PT, yang kedua status nama yang dimiliki PT, yang ketiga pembubaran PT

Bab III Pembahasan terhadap permasalahan yang terakhir karena dalam Bab ini akan membahas tentang kendala yang dihadapi oleh Perseroan Terbatas dalam proses penyesuaian Anggaran Dasar PT Terhadap UUPT. Terbagi dalam 3 sub bab, yang pertama ketidak pedulian pengurus, yang kedua SABH membutuhkan waktu yang lama, dan yang ketiga melakukan perubahan pengurus tanpa pelaporan kepada KEMENKUMHAM.

Bab terakhir dari penulisan ini adalah Bab IV karena dalam Bab ini merupakan kesimpulan dari semua pembahasan permasalahan di atas, dan memberikan saran terhadap semua permasalahan yang telah dibahas oleh penulis, dengan beberapa harapan seta masukan guna mempertegas dari pembahasan permasalahan dalam skripsi.


(34)

BAB II

AKIBAT HUKUM PERSEROAN TERBATAS BELUM MELAKUKAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR TERHADAP UNDANG-UNDANG

NOMOR.40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Pada dasarnya seluruh PT yang berada di Indonesia dan didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya sesuai dengan UUPT 40/2007. Dengan adanya batas waktu penyesuaian Anggaran Dasar maka KEMENKUMHAM dapat menutup data base sehingga otomatis akan diganti dengan data perseroan yang telah melakukan penyesuaian Anggaran Dasar. PT tidak menyesuaikan anggaran dasarnya setelah jangka waktu yang ditentukan, maka PT tersebut menjadi bubar, PT tidak lagi cakap untuk melakukan perbuatan hukum dan KEMENKUMHAM akan menolak setiap perubahan anggaran dasar yang telah lewat waktu. Menurut pasal 157 ayat (3) UUPT 40/2007 ”Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum berdasarkan peraturan Perundang-undangan, dalam jangka waktu 1 tahun setelah berlakunya UUPT 40/2007, wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan UUPT 40/2007.” di dasarkan pada Ketentuan tersebut, Sesuai dengan isi Pasal 157 Ayat (4) UUPT 40/2007 jika PT tidak melakukan penyesuaian Anggaran Dasar paling lambat 15 Agustus 2008 dapat dibubarkan berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan dalam hal ini pihak ketiga..

Selama pihak-pihak tersebut tidak menggunakan haknya itu, maka PT tersebut tetap eksis sebagai badan hukum dan tetap dapat menjalankan aktifitasnya


(35)

sebagai badan hukum sepanjang dilakukan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan UUPT 40/2007. Tanpa adanya penyesuaian, PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum. Maka akibat hukum yang akan terjadi adalah :

2.1. Status Badan Hukum Yang Dimiliki PT

UUPT menyatakan dengan tegas dalam Pasal 1 Ayat (1) UUPT 40/2007 bahwa PT adalah Badan Hukum. Dengan demikian, kedudukan PT sebagai Badan Hukum. Tugas untuk menguruskan pengesahan PT untuk menjadi badan hukum merupakan kewenangan dari pengurus atau pendiri PT (yang biasanya diberikan kuasa kepada Notaris untuk mengurusnya).17

Suatu badan adalah badan hukum jika pertanggungjawabannya itu diletakkan terbatas dengan kekayaan badan itu saja, dan adalah bukan suatu badan hukum, jika pertanggungjawabannya itu diletakkan para sekutunya, secara individual langsung terhadap kekayaan pribadi masing-masing.18

Kedudukan PT sebagai badan hukum semata-mata ditentukan oleh pengesahan sebagai badan hukum yang diberikan oleh KEMENKUMHAM dan sejak itu PT menjadi subyek hukum yang mampu mendukung hak dan kewajiban yang bertanggung jawab secara mandiri terhadap segala akibat yang timbul atas perbuatan hukum yang dilakukannya. Untuk tiap perubahan dalam syarat-syarat pendiriannya, dan dalam hal perpanjangan, harus diperoleh pengesahan yang sama.hal ini kiranya sebagai pemikiran yang logis, sebab jika tidak demikian, maka lembaga pengesahan sebagai lembaga pengontrol itu

17

Sastrawidjaja dan rai mantili, perseroan terbatas menurut tiga undang-undang jilid 1, alumni, bandung, 2008. h. 30

18

Mollengraff, dalam Sastrawidjaja dan rai mantili, perseroan terbatas menurut tiga undang-undang jilid 1, alumni, bandung, 2008. h. 30


(36)

tidak mempunyai kekuatan efektif. Karena itu untuk setiap perubahan Anggaran Dasar harus pula dimintakan pengesahan dan ketentuan perubahan tersebut barulah berlaku efektif manakala perubahan tersebut sudah memperoleh pengesahan.

Tujuan utama dari keharusan PT untuk melakukan penyesuaian Anggaran Dasar adalah agar Anggaran Dasar yang dimiliki PT sesuai dengan UUPT sehingga PT mendapatkan pengesahan badan hukumnya sebagai PT. PT yang belum melakukan Penyesuaian Anggaran Dasar tetap berdiri sebagai PT akan tetapi bisa saja tidak dapat dikatakan sebagai badan hukum,

Syarat mutlak untuk diakui sebagai badan hukum, himpunan / perkumpulan / badan usaha itu harus mendapatkan “pengesahan” dari pemerintah c.q Menteri Kehakiman (d/h Gubernur Jendral psl. 1 stb. 1870. No. 64).19 dalam Pasal 14 UUPT 40/2007 menyatakan bahwa perbuatan hukum atas nama PT yang belum memperoleh status badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua anggota direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota dewan komisaris PT dan mereka semua bertanggung jawab secara renteng atas perbuatan hukum tersebut.

Sebelum perseroan mendapat status badan hukum, kepentingan PT diurus oleh para pendirinya sehingga maju mundurnya perkembangan PT pada waktu belum menjadi badan hukum ditentukan oleh para pendirinya.20

Hal ini menimbulkan dampak :

a. Tidak Dapat Melakukan Perbuatan Hukum Dengan Pihak Ketiga.

19

Titik Triwulan Tutik. Hukum Perdata Dalam sistem hukum Nasional, Jakarta, Kencana, 2008. h. 34

20


(37)

Keharusan PT dalam melakukan penyesuaian Anggaran Dasar, namun dari pihak pengurus PT masih banyak yang tidak memperdulikan hal tersebut, ini diakibatkan karena PTmasih tetap bisa melakukan aktifitas usahanya meskipun PT belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasarnya, ini bisa terjadi ketika belum berakhir jangka waktu berdirinya PT ataupun belum berakhir persyaratan lainnya yang menyangkut sahnya sebagai badan hukum PT, karena dalam melakukan pembaharuan atau perpanjangan harus melakukan penyesuaian Anggaran Dasar terlebih

Dalam Pasal 1320 KUHPerdata mengenai sahnya persetujuan diberlakukan empat syarat yaitu :

1) Sepakat mereka yang mengikat dirinya; 2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3) Suatu hal tertentu;

4) Suatu sebab yang halal.

Dalam pasal di atas dapat disimpulkan bahwa jika tidak terpenuhinya Ayat 1 dan 2 dapat dibalakan dan jika tidak terpenuhinya Pasal 3 dan 4 maka dapat batal demi hukum karena tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Suatu PT dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya selalu berhubungan dengan pihak ketiga seperti melakukan transaksi jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang dan sebagainya. dan apabila pihak ketiga mengharuskan PT melakukan penyesuaian Anggaran Dasar PT sebagai


(38)

prasyarat, maka hubungan hukum PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasarnya dengan pihak ketiga batal demi hukum.

b. Tidak Dapat Melakukan Perpanjangan Dokumen-dokumen PT.

Sesuai dengan undang-undang dasar 1945 Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum pada Garis-garis Besar Haluan Negara ( selanjutnya ditulis GBHN) dan perkembangan kegiatan dibidang ekonomi nasional khususnya yang dewasa ini sudah semakin meningkat, maka dibutuhkannya perlindungan kepada PT yang menjalankan secara jujur dan terbuka merupakan salah satu tujuan utama dari UUPT 40/2007.

PT yang berbadan hukum dari KEMENKUMHAM harus melakukan penyesuaian Anggaran Dasar PT, jika tidak maka PT tidak dapat melakukan perpanjangan dokumen-dokumen yang seharusnya dapat sebagai perlindungan terhadap badan hukum yang telah dimiliki PT. ini dapat mengakibatkan aset-aset yang telah dimiliki atas nama PT baik benda bergerak maupun tak bergerak dapat tidak diaku oleh PT baru yang memakai nama sama yang telah disahkan oleh KEMENKUMHAM, perpanjangan dokumen-dokumen tersebut meliputi :

1) Hak Guna Usaha (selanjutnya disebut HGU) atau Hak Guna Bangunan (selanjutnya ditulis HGB) Pada dasarnya, PT tidak boleh membeli tanah yang berstatus Hak Milik. Cara agar perusahaan tersebut dapat membeli tanah yang bersangkutan, maka status kepemilikan tanah harus diubah dari Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan (HGB) dengan mengajukan permohonan melalui kantor


(39)

BPN setempat. Selanjutnya pihak BPN akan mengubah status kepemilikan tanah dari Hak Milik menjadi HGB ataupun Hak Pakai kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya ditulis PPAT). Sebagai hak atas tanah yang masa berlakunya terbatas untuk jangka waktu tertentu Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai memerlukan kejelasan mengenai beberapa hal, antara lain mengenai persyaratan perolehannya, kewenangan dan kewajiban pemegangnya, dan status tanah dan benda-benda di atasnya sesudah hak itu habis jangka waktunya. Kejelasan itu sangat diperlukan untuk memberikan beberapa kepastian hukum, baik kepada pemegang hak, kepada Pemerintah sebagai pelaksana Undang-undang Pokok Agraria, maupun kepada pihak ketiga.

2) Nomor Pokok Wajib Pajak (selanjutnya ditulis NPWP), Perseroan diwajibkan membuat NPWP pada kantor pelayanan pajak meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak yang bersangkutan. Hal ini dikaitkan dengan ketentuan yang terdapat dalam PP No. PP 35/1983 tentang Pendaftaran, Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Penyampaian Surat Pemberitahuan, Dan Persyaratan Pengajuan Keberatan, tempat pendaftaran diri Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya.

3) Surat Ijin Tempat Usaha (selanjutnya ditulis SITU)/ Tanda Daftar Perusahaan (selanjutnya ditulis TDP) Daftar PT yang merupakan


(40)

sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas dan hal-hal yang menyangkut dunia usaha dan perusahaan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia. Daftar Perusahaan merupakan daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-undang dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap PT, serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan. Pendaftaran wajib dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah perusahaan mulai menjalankan usahanya, hal-hal yang wajib dicantumkan adalah:

a). nama perseroan dan merek perusahaan.

b). tanggal pendirian perseroan dan jangka waktu berdirinya perseroan

c). kegiatan pokok dan kegiatan usaha lain dan ijin usaha yang dimiliki

d). alamat perusahaan, kantor cabang, kantor pembantu dan agen serta perwakilan perseroan pada waktu perseroan didirikan dan setiap perubahannya

e). identitas dan alamat pengurus dan komisaris f). kegiatan usaha pokok

g). tanggal pengesahan menteri


(41)

permintaan pendaftaran

4) Surat Ijin Usaha Perdagangan (selanjutnya ditulis SIUP), dengan maksudnya diadakan Surat Ijin Usaha adalah agar PT yang telah ada dapat terjamin kelangsungan hidupnya, sehingga sektor-sektor bidang usaha yang dianggap telah mengalami kejenuhan pemasarannya, dilarang mendirikan. bahkan untuk perusahaan disektor yang bersangkutan sudah jenuh pemasarannya dilarang untuk melakukan perluasan kecuali dengan izin dari pemerintah. Selanjutnya para pendiri harus membuatan TDP PT ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan (selanjutnya ditulis DISPERINDAG). Hal ini menurut ketentuan yang terdapat dalam UU No. 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan.

Sebagai diketahui bahwa akta yang mendapatkan pengesahan KEMENKUMHAM, yang bertanggungjawab dalam PT adalah para pemegang saham, mereka masing-masing bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tanggungjawab sampai melebihi nilai saham yang diambil.

Jika PT yang telah mendapatkan pengesahan

KEMENKUMHAM tetapi belum melakukan pendaftaran perusahaan dan pengumuman, selama pendaftaran dan pengumuman itu belum dilaksanakan, maka Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum yang dilakukan atas nama PT. Ini bertujuan agar masyarakat , khususnya pihak ketiga dapat mengetahui


(42)

secara ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar PT serta mengetahui keabsahan sebagai badan hukum PT tersebut.

c. Tidak Bisa Melakukan Perubahan Pengurus Perseroan Terbatas.

Pada hakikatnya suatu PT mempunyai dua sisi, yang pertama sebagai suatu badan dan yang kedua pada sisi yang lain adalah suatu wadah atau tempat diwujudkannya kerjasama antara pemegang saham atau pemilik modal. Jelas terlihat bahwa PT merupakan suatu badah hukum yang sengaja diciptakan dengan demikian PT adalah subyek hukum yang mandiri, yang mempunyai hak dan kewajiban, yang pada dasarnya tidak berbeda dengan hak dan kewajiban subyek hukum manusia. Sebagai suatu subyek hukum yang mandiri, maka keberadaan PT tidak bergantung pada keberadaan para pemegang saham, direksi dan dewan komisaris. Pergantian pemegang saham, direksi, atau komisaris tidak mempengaruhi keberadaan PT. maka suatu perbuatan perdata semata-mata tidak dapat menjadikan suatu organisasi menjadi badan hukum, akan tetapi harus berdasarkan undang-undang. Hal ini berbeda dengan yayasan yang menjadi badan hukum berdasarkan sistem terbuka yaitu dengan tidak berdasar pada undang-undang atau dengan undang-undang, tetapi berdasarkan kebiasaan, doktrin, dan mungkin didukung oleh yurisprudensi21. Jika dilihat dari butir 9.0 lampiran III Kepmen Nomor. M.03-PR.08.01 Tahun 1996, tentang tata Cara Penyampaian Laporan Akta

21


(43)

Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas, memang disediakan kolom untuk mengisi perubahan-perubahan Anggaran Dasar dan atau susunan pengurus, tetapi cukup dilakukan dengan “memberitahukan” kepada KEMENKUMHAM.

Tanpa adanya penyesuaian PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum, karena PT yang akan merubah susunan pengurus PT atau ketika direksi dan atau dewan komisaris yang berakhir masa jabatannya Harus memperpanjang masa jabatan dan harus melaporkan kepada KEMENKUMHAM dan itu tidak dapat dilakukan oleh PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasarnya. apabila PT yang akan merubah susunan pengurus atau organ PT yang harus mengajukan persetujuan menteri harus telah melakukan penyesuaian.

d. Perseroan Terbatas Tidak dapat melakukan Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi

Perluasan atau expansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan Ekspansi bisnis dapat dilakukan dalam beberapa metode, yakni : Merger, konsolidasi, akuisisi karena hal ini sangat umum dilakukan agar PT dapat memenangkan persaingan, serta terus tumbuh dan berkembang.

PT selalu ingin agar usaha yang dijalankan mengalami yang sangat cepat, baik berkembangan usaha dalam pangsa pasar, maupun saham, PT tidak akan menghadapi resiko adanya produk baru. Selain itu,


(44)

jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.

Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya dengan meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan PT ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.

Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.

Beberapa PT tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. PT yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.

Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, atau karena beban hutang.


(45)

Berdasarkan Pasal 126 UUPT 40/2007, Perbuatan hukum penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan, harus memperhatikan :

1) Kepentingan Perseroan, Pemegang Saham, Minoritas dan Karyawan Perseroan.

2) Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan.

3) Kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Dari apa yang diuraikan diatas, dapat kita menarik perbedaaan dan pokok diantara ketiga bentuk tersebut, serta dikaitkan dengan adanya Penyesuaian Anggaran Dasar PT terhadap UUPT, yaitu:

1) Merger

Ada satu PT yang eksistensinya tetap ada dan hidup, sedang PT yang lainnya lenyap menggabungkan diri dalam PT yang tetap ada. Pada dasarnya PT yang mengajukan untuk menggabungkan dirinya kepada PT yang lainnya tidak diharuskan untuk melakukan penyesuaian Anggaran Dasar karena pada nantinya PT yang menggabungkan diri akan berakhir karena hukum, akan tetapi pada PT yang masih ada haruslah sudah melakukan Penyesuaian Anggaran Dasar karena salinan akta penggabungan PT dilampirkan pada pengajuan permohonan untuk mendapatkan persetujuan menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (1) UUPT 40/2007 tentang hal perubahan Anggaran Dasar harus mendapat persetujuan Menteri, hal ini diatur dalam Pasal 129 Ayat (1) sub a UUPT 40/2007


(46)

atau cukup penyampaian pemberitahuan kepada Menteri yang diatur dalam Pasal 129 Ayat (2) UUPT 40/2007. Apabila PT yang masih ada belum melakukan Penyesuaian Anggaran dasar terhadap UUPT 40/2007 maka dapat menghambat proses penyampaian permohonan perubahan anggaran dasar karena PT tidak terdaftar dalam data base KEMENKUMHAM.

2) Akuisisi

Eksistensi kedua PT tetap ada dan hidup, tidak ada satupun yang bubar. Hanya saja karena saham dari PT yang satu dikuasai oleh saham dari PT yang lain, maka secara manajemennya terjadi satu kesatuan manajemen. Merupakan hal yang sama seperti merger yaitu, salinan akta pengambilalihan PT wajib dilampirkan pada penyampaian pemberitahuan kepada menteri tentang perubahan Anggaran Dasar hal ini diatur dalam Pasal 131 Ayat (1) UUPT 40/2007. Akan tetapi dalam sahnya sebagai badan hukum kedua PT haruslah sudah melakukan Penyesuaian Anggaran Dasar.

3) Konsolidasi

semua PT yang pernah ada menjadi bubar dan meleburkan diri menjadi satu PT yang baru. Dalam hal ini karena kedua PT menjadi baru atas nama PT yang baru, maka kedua PT dihadapan Pejabat Notaris membuat akta Pendirian PT hasil peleburan diperuntukkan dalam pengesahan sebagai badan hukum yang baru, Pasal 130 UUPT 40/2007 mengatur bahwa “ salinan akta Peleburan


(47)

dilampirkan pada pengajuan permohonan untuk mendapatkan Keputusan Menteri mengenai Pengesahan badan hukum PT hasil Peleburan”. Meskipun Anggaran Dasar PT yang baru sesuai dengan UUPT dalam proses Peleburan, kedua PT yang lama haruslah sudah melakukan Penyesuaian Anggaran Dasar, karena PT yang lama haruslah sudah terdaftar sebagai Badan Hukum dalam arsip KEMENKUMHAM agar jelas asal usul dan data yang jelas terhadap PT yang baru.

Hal ini semua demi berlakuknya kepastian hukum maupun perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang beritikat baik.

2.2. Status Nama dalam SABH

PT merupakan suatu Bentuk Badan Usaha yang paling banyak digunakan oleh para pengusaha sebagai bentuk indentitas organisasi Badan Usaha di Indonesia. PT juga sangat dikenal luas oleh berbagai kalangan masyarakat umum dan mudah kenali karena pemakaian nama perusahaan ini selaku diikuti dengan nama PT.

Sebelum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar, Notaris akan melakukan pengecekan terlebih dahulu untuk mengetahui Nama PT tersebut bisa gunakan atau tidak. Pengecekkan nama dilakukan terlebih dahulu secara terpisah memungkinkan perseroan memperoleh hak memakai suatu nama terlebih dahulu dari perseroan lainnya dan atau agar lebih cepat mendapat kepastian untuk dapat menggunakan nama tersebut. Dapat diajukan secara


(48)

langsung melalui pos atau melalui media lainnya seperti faksimili dan email. Setelah diterima, PT wajib melakukan Penyesuaian Anggaran Dasarnya.

Hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan nama PT yang belum melakukan penyesuaian nama PT bisa saja dapat dipakai oleh pihak lain karena namanya tidak terdaftar lagi dalam data base Ditjen AHU sehingga jika PT yang lama dengan PT yang baru menggunakan nama yang sama, bisa sangat merugikan kelangsungan PT, misalnya saja semua aset baik barang bergerak maupun barang tak bergerak hak kepemilikannya jadi tidak jelas.

PT yang Anggaran Dasarnya belum disesuaikan tersebut dapat dikategorikan telah menggunakan nama PT secara melawan hukum dan dapat dimintakan pertanggungjawaban hukumnya berdasarkan perbuatan melawan hukum karena telah melakukan perbuatan hukum dengan menggunakan nama PT yang sama dengan nama yang telah digunakan oleh PT lain secara sah. Dalam hal ini diatur pula dalam Pasal 16 Ayat (1) sub.a UUPT 40/2007. “Perseroan tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh PT lain atau sama pada pokoknya dengan nama perseroan lain”. Dan Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut hal ini diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata.

2.3. Pembubaran Perseroan Terbatas

PT dari seluruh Indonesia berlomba-lomba untuk melakukan penyesuaian anggaran dasarnya. Penyesuaian tersebut baru dilakukan pada saat-saat terakhir dari batas waktu yang ditentukan. Karena begitu banyaknya


(49)

PT yang mengajukan pada akhir dari batas waktu penyesuaian tersebut, maka pihak KEMENKUMHAM sepertinya merasa perlu untuk membuat aturan khusus demi ketertiban administrasi dan pelaksanaan Pasal 157 Ayat (2) UUPT 40/2007.

Sehubungan dengan hal tersebut, Ditjen AHU KEMENKUMHAM membuat pengumuman Nomor AHU.AH.01.02-09 pada tanggal 10 September 2008 lalu. Inti dari pengumuman dimaksud adalah untuk memberikan kelonggaran ataupun perpanjangan waktu untuk memasukkan data penyesuaian Anggaran Dasar PT maksimum sampai dengan tanggal 16 September 2008. Dengan demikian, melalui pengumuman tersebut di beritahukan bahwa terhitung sejak tanggal 16 September 2008 maka akses PT melalui DIAN II SISMINBAKUM akan ditutup.

Batas waktu tanggal 16 September tersebut adalah merupakan batas waktu diperolehnya Nomor Kendali untuk penyesuaian. Nomor kendali ini adalah nomor dokumen untuk melakukan kegiatan DIAN di SISMINBAKUM. Jadi, apabila notaris sudah memperoleh Nomor Kendali, namun dokumen fisik belum masuk, maka akses nya masih tetap dapat di terima di SISMINBAKUM. Isi dari pengumuman tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bagi PT yang aksesnya sudah ditutup, masih dapat melakukan penyesuaian. Namun, jika akan melakukan penyesuaian Anggaran Dasarnya, Direksi PT yang bersangkutan harus membuat Surat Permohonan yang ditujukan kepada MENKUMHAM dengan melampirkan Pakta Integritas. Pakta Integritas tersebut intinya menyatakan bahwa:


(50)

a. Direksi PT yang bersangkutan taat sepenuhnya pada UUPT 40/2007. b. Direksi bertanggung jawab sepenuhnya atas keterlambatan penyesuaian

anggaran dasar PT nya.

c. Direksi menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat terwujud iklim usaha yang sehat, efisien, transparan, dan mencegah terjadinya KKN d. Meningkatkan pengelolaan usaha dengan prinsip good corporate

governance.

Waktu satu tahun tersebut telah dilampaui sebagai waktu untuk menyesuaikan anggaran dasar perusahaan dengan ketentuan dalam UUPT 40/2007 tersebut. Untuk itu kepada perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang belum menyesuaikan Anggaran Dasarnya dihimbau untuk segera menyesuaikan dan mendaftarkannya ke KEMENKUMHAM karena ini kewajiban yang diamanatkan oleh UUPT 40/2007 meskipun jangka waktu pengajuan penyesuaian anggaran dasar PT telah melewati tanggal 16 Agustus 2008.

Meskipun batas waktu tanggal 16 Agustus 2008 tersebut telah terlampaui, maka PT yang belum menyesuaikan dengan UUPT 40/2007 tidak secara otomatis bubar karena dalam pasal 157 ayat 4 tersebut secara jelas menyatakan bahwa pembubaran PT yang belum menyesuaikan tersebut, hanya bisa dilakukan atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

Artinya, jika tidak ada permintaan kejaksaan atau pihak ketiga dengan putusan Pengadilan Negeri, maka PT tersebut tetap ada. Namun demikian, sejak tanggal 16 Agustus 2008 tersebut, Pengadilan Negeri sudah mulai dapat


(51)

membubarkan suatu PT atas permintaan kejaksaan dan pihak yang berkepentingan, hanya karena lewatnya jangka waktu penyesuaian Anggaran Dasar dimaksud.

Perseroan suatu saat dikhawatirkan dapat dibubarkan apabila ada pihak yang merasa dirugikan karena adanya suatu kelalaian hukum karena belum adanya penyesuaian yang dimaksud. Peluang ini dimungkinkan karena adanya celah hukum yang dapat dimanfaatkan oleh pihak lain disebabkan Anggaran Dasar perusahaan belum dilakukan penyesuaian.


(52)

BAB III

KENDALA PT YANG SEHINGGA BELUM MELAKUKAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR TEHADAP UU NO.40 THN 2007

Suatu PT diyakini sudah menjadi suatu keharusan bagi perusahaan-perusahaan modern mengelola perusahaan-perusahaan tersebut secara baik, benar dan penuh integritas tinggi yang melinggkupi seluruh aspek organisasi, bisnis dan budaya perusahaan dengan mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur atau pihak ketiga, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuannya ialah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Jadi para pengurus PT mengerti dan memahami bagaimana mengambil sikap atau kebijakan dengan baik guna berlangsungnya PT.

3.1. Ketidak Pedulian Pengurus

Kekuatan mengikat Anggaran Dasar tidak dapat dikesampingkan oleh siapapun juga, sekalipun diambil keputusan oleh RUPS dengan secara bulat yang dapat dilakukan dengan sah adalah merobah Anggaran Dasar sesuai dengan prosedur yang diatur dalam Anggaran Dasar yang bersangkutan. Perlu diperhatikan bahwa perubahan Anggaran Dasar tertentu yang berlaku (baru dapat dipakai secara sah) apabila atas perubahan tersebut sudah diperoleh persetujuan dari KEMENKUMHAM. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah maksud dan tujuan PT. maksud dan tujuan PT berlaku sebagai pembatasan


(53)

kewenangan bertindak PT yang bersangkutan. Perbedaan antara manusia dan badan hukum adalah manusia dapat melakukan apa saja yang dilarang oleh hukum, sedangkan badan hukum hanya dapat melakukan apa yang secara eksplisit atau implicit diijinkan oleh hukum dan Anggaran Dasarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan perseroan mempunyai dua segi, disatu pihak merupakan sumber kewenangan bertindak bagi PT dan di pihak lain menjadi pembatasan ruang lingkup kewenangan bertindak PT yang bersangkutan.

UUPT memegang teguh asas hukum bahwa pihak ketiga yang beritikat baik harus dilindungi. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tanpa persetujuan RUPS, tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukum beritikad baik, hal ini diatur dalam Pasal 102 Ayat (4) UUPT 40/2007. dalam Anggaran dasar menetapkan persyaratan pemberian persetujuan atau bantuan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tanpa persetujuan atau bantuan dewan komisaris, perbuatan hukum tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik, hal ini diatur dalam Pasal 117 Ayat (2) UUPT 40/2007. Sekalipun direksi telah melakukan perbuatan hukum tanpa persetujuan RUPS atau Dewan Komisaris sebagaimana diharuskan oleh UUPT atau Anggaran Dasar, namun perbuatan hukum dimaksud tetap mengikat PT sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukumnya tersebut beritikad baik. Dengan demikian, perbuatan hukum yang dilakukan antara PT dengan pihak ketiga tersebut tidak mempunyai akibat keluar dalam arti batal atau dapat dibatalkan.


(54)

Jika dikaitkan dengan perbuatan hukum yang dilakukan PT dengan pihak ketiga. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar, tidak dapat batal demi hukum jika masih ada persetujuan dari pihak ketiga. Dengan arti PT tetap bisa melanjutkan perbuatan hukumnya selama pihak ketiga tidak memberikan syarat yang khusus terkait dengan penyesuaian Anggaran Dasar PT.

Karena ketidak pedulian terhadap keharusan menyesuaikan Anggaran Dasar PT tersebut, direksi (artinya semua anggota direksi) secara pribadi dapat ikut dipertanggungjawabkan atas kerugian yang diderita pihak ketiga karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT.

3.2. SABH Membutuhkan Waktu Yang Lama.

PT adalah suatu bentuk Badan Usaha yang paling banyak digunakan oleh para Pengusaha sebagai bentuk indentitas organisasi badan usaha di Indonesia. PT juga sangat dikenal luas oleh berbagai kalangan masyarakat umum dan mudah kenali karena pemakaian nama perusahaan ini selaku diikuti dengan nama PT.

UUPT 40/2007 telah mengatur secara jelas untuk proses pendiriannya, perubahannya, penggabungannya atau pengambialihannya serta pembubarannya maka Perseroan yang satu ini dirasakan lebih menjaga keamanan bisnis dan investasi para pemilik modal untuk memulai bisnis dan mengembangkan usahanya di Indonesia.

Semakin pesatnya tingkat perkembangan teknologi telah memungkinkan untuk melakukan berbagai transaksi, pembuatan, atau


(55)

penerimaan dokumen dengan sarana elektronik. Guna memberikan landasan dan kepastian hukum mengenai status dari dokumen yang dihasilkan melalui sarana elektronik. Tujuan dari adanya pendaftaran atau pemasukkan nama PT kedalam SABH adalah guna mengetahui apakah nama yang telah dimiliki oleh PT masih terdaftar atau sudah hilang dari data base sehingga nama yang telah dimiliki PT telah digunakan oleh PT lainnya. Dalam melakukan proses memasukkan atau mendaftarkan pada SABH terkadang membutuhkan waktu yang cukup lama, Seperti ini sering terjadi adalah PT berskala kecil yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar terhadap UUPT 1/1995. Sehingga dari pihak PT maupun Notaris kesulitan dalam mendaftarkan nama PT kedalam SABH.

Nama PT yang Anggaran Dasarnya belum disesuaikan dengan ketentuan Undang-undang UUPT 1/1995 tentang PT dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal 7 Maret 1998, dapat dipakai oleh pihak lain. Hal ini diatur dalam pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor. 26 tahun 1998 tanggal 4 Februari 1998 tentang Pemakaian Nama PT.

Meski telah diberlakukan, namun UUPT 40/2007 masih menyisakan polemik. Pasalnya, sejumlah pelaku usaha dan notaris, mempermasalahkan beberapa ketentuan dalam UUPT 40/2007 yang diundangkan sejak 16 Agustus 2007 itu. Salah satunya tentang kesiapan SISMINBAKUM. sebenarnya sudah diatur dalam Keputusan Menteri. Namun, untuk merespon Instruksi Presiden (Inpres) Nomor. 6 tahun 2001 tentang Telematika, maka aturan itu dimasukan ke dalam Undang-undang. Inpres itu menyatakan bahwa aparat pemerintah


(56)

harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good corporate governance dan mempercepat proses demokrasi. penggunaan teknologi informasi yang online kepada seluruh notaris, dapat mencegah dan menghapus korupsi, kolusi, nepotisme dan suap. Selain itu, hal ini juga dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.

UUPT 40/2007 memberikan sinyal kepada pemerintah Indonesia. Dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam penyelesaian permohonan PT dilakukan dengan menggunakan elektronik. Tujuannya untuk menuju kepada e-goverment. namun dari apa yang menjadi tujuan pemerintah belum sepenuhnya terwujud, karena kasus yang dihadapi SISMINBAKUM mengakibatkan ketidak lancaran layanan terhadap akses penyesuaian Anggaran Dasar PT.

Sejak tanggal 5 Januari 2009 lalu memang seluruh akses online sudah tidak berfungsi. Namun, pendaftaran masih bisa dilakukan secara langsung (manual) dengan memasukkan berkas untuk PT yang sudah memperoleh status Tidak Keberatan Menteri (TKM). Demikian juga untuk PT yang tinggal menunggu proses SK. Hal ini dikarenakan masih berfungsinya Intranet, atau saluran komunikasi intern Depkumham. Namun, sejak 8 Januari 2009, kondisinya semakin memburuk. Karena, bahkan untuk memasukkan berkas sudah tidak bisa lagi, karena Intranet pun juga sudah dimatikan. Di loket-loket penerimaan berkas, para petugasnya juga menjawab, tidak mampu berbuat apa-apa, karena sudah tidak berfungsinya sama sekali sistem administrasi on line.


(57)

Namun, untuk kembali menyesuaikan lagi ke sistem manual, masih perlu waktu yang cukup lama.

Dan juga adanya kesulitan melakukan pengiriman dokumen fisik kepada KEMENKUMHAM dalam proses SABH sampai dibuktikan adanya tanda terima dari KEMENKUMHAM yang disebabkan tidak seimbangnya antara jumlah dokumen fisik yang diterima KEMENKUMHAM dengan jumlah pegawai KEMENKUMHAM, oleh karena itu maka cara mengatasi hal ini adalah dengan melakukan pengiriman sampai diterima oleh KEMENKUMHAM walaupun menimbulkan biaya pengeluaran untuk SABH menjadi bertambah tinggi.

3.3. Melakukan Perubahan Pengurus Tanpa Pelaporan Kepada

KEMENKUMHAM.

Pengurusan pada PT harus dilakukan oleh suatu “organ”, artinya tidak oleh pemegang saham melainkan oleh suatu lembaga tersendiri, yang terpisah kedudukannya sebagai pemegang saham. Dalam Pasal 1 Ayat (2) UUPT 40/2007, dinyatakan organ PT adalah RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris.

Perubahan susunan pengurus yang telah mendapatkan surat (dalam hal ini bukan Surat Keputusan) penerimaan pemberitahuan dari KEMENKUMHAM, yaitu perubahan nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris, adalah tidak perlu dimumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Kewajiban pemberitahuan kepada menteri apabila terjadi pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota direksi adalah paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut dan apabila


(58)

tidak dilaksanakan maka menteri menolak setiap permohonan yang diajukan atau pemberitahuan yang disampaikan kepada menteri oleh direksi yang belum tercatat dalam daftar perseroan.

Perubahan nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris termasuk dalam perubahan data perseroan. Berdasarkan Pasal 14 Ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.AH.01.01 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum PT, Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, penyampaian pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar dan perubahan data PT.

Perubahan data PT berupa perubahan nama anggota direksi dan dewan komisaris diberitahukan kepada KEMENKUMHAM. Pemberitahuan tersebut disampaikan oleh notaris selaku kuasa direksi melalui SABH kepada KEMENKUMHAM.

Dalam hal pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian pengurus PT harus harus memberikan pemberitahuan kepada KEMENKUMHAM.

Selain pengesahan dan persetujuan, terdapat juga beberapa cara atau istilah lain yang dapat dipakai oleh UUPT 40/2007 yang pada prinsipnya bersifat pemberitahuan saja kepada KEMENKUMHAM, yaitu sebagai berikut:

a. Mengajukan permohonan kepada Menteri

b. Mengajukan laporan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 21 Ayat 3, dan Pasal 111 Ayat 7 UUPT 40/2007.

c. Mengajukan Pemberitahuan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 147 Ayat (1) huruf b, dan Pasal 42 Ayat 3 UUPT 40/2007.


(59)

d. Mengirimkan Tembusan surat kepada Menteri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 45 Ayat 1 UUPT 40/2007.

e. Dilampirkan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 129 ayat 1 UUPT 40/2007.

Jadi kendala PT ketika melakukan penyesuaian Anggaran Dasar, salah satunya adalah ketika PT tidak melakukan pelaporan perubahan pegurus PT kepada KEMENKUMHAM.


(60)

BAB IV P E N U T U P

4.1.Kesimpulan

a. Pasal 157 dari UUPT 40/2007 tersebut selanjutnya menyatakan bahwa setiap PT yang telah berstatus badan hukum dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini harus menyesuaikan Anggaran Dasarnya/akta pendiriannya dengan Undang-Undang yang baru tsb, dalam hal ini adalah menyesuaikan pasal-pasal dalam akta pendiriannya dengan pasal-pasal yang ditentukan oleh Undang-Undang yang baru terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang ini yaitu tanggal 16 Agustus 2007. Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan menimbulkan berbagai akibat hukum terhadap PT, Dengan demikian ketentuan ini merupakan suatu keharusan bagi PT dalam penyesuaian terhadap UUPT 40/2007.

b. Akibat hukum terhadap PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar dapat timbul berbagai akibat hukum terhadap PT tersebut antara lain yaitu status badan hukum, nama PT yang telah dimiliki dapat hilang dari data base KEMENKUMHAM, berakibat pula pada kelangsungan PT dalam melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga yang dapat mempunyai hal dalam mengajukan permohonan pembubaran PT kepada Pengadilan Negeri.

c. Adanya keharusan PT dalam melakukan penyesuaian Anggaran Dasar masih banyak PT yang belum melaksanakannya, ini diakibatkan karena ketidak


(61)

pedulian pengurus maupun organ PT, masih mengalami kesulitan dalam melakukan pendaftaran nama kedalam SABH dan karena PT yang belum melakukan pelaporan kepada KEMENKUMHAM mengenai perubahan pengurus maupun organ PT.

4.2.Saran

a. pemerintah dengan didukung Para pejabat Notaris harus bersosialisasi tentang berlakunya UUPT 40/2007 dan keharusan PT untuk melakukan penyesuaian Anggaran Dasar PT kepada para pengurus ataupun organ PT maupun kepada masayarakat luas.

b. instansi pemerintahan yang berhubungan dengan penyesuaian PT harus memberikan fasilitas maupun pelayanan yang baik serta memperbaiki system yang seharusnya menjadi sarana kelancaran dalam melakukan penyesuaian Angaran Dasar PT

c. para pengurus maupun organ PT harus melakukan kewajibannya sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya terhadap UUPT 40/2007 dan Anggaran Dasar

d. Dalam menjaga kredibilitas PT sebagai pelaku usaha maka dengan lahirnya UUPT 40/2007 harus benar-benar mampu sebagai alat kontrol sosial sekaligus sebagai acuan di dalam penegakan hukum PT pada khususnya dan hukum ekonomi pada umumnya agar Ikehadiran undang-undang tersebut benar-benar mampu memberikan aspek perlindungan hukum yang memadai bagi pemodal dan pelaku usaha secara keseluruhan.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ais Chatamarrasjid, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktuan Hukum

Perusahaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Budiarto Agus, , Tanggung Jawab Pendirian Perseroan terbatas, Jakarta, Ghalia Indonesia. 2002.

Gatot Supramono, S. H., Hukum Perseroan Terbatas yang Baru, jakarta, Djambatan 2004.

Harahap, M. Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, jakarta, sinar grafika, 2009

Purba, Marisi P., Aspek Akutansi Undang-undang Perseroan Terbatas, Graha ilmu, Yogyakarta, 2008

Raharjo Handri, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009.

Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco, bandung, 1993.

Sembiring Sentosa, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, Nuansa Aulia,

bandung, Indonesia, 2006

Supramono, Gatot, , Hukum Perseroan Terbatas yang Baru, Djambatan. jakarta 2004

Salim, Hukum Kontrak , Teori dan tehnik penyusunan kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003.

Sastrawidjaja dan rai mantili, perseroan terbatas menurut tiga undang-undang jilid 1, alumni, bandung, 2008.

Titik Triwulan Tutik. Hukum Perdata Dalam sistem hukum Nasional, Jakarta, Kencana, 2008. h. 34

Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(63)

Undang-Undang Nomor.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Website

http://herman-notary.blogspot.com/2009/06/apa-akibathukum-bagi-pt-yang-belum.html

www.wikipedia.com Lain-lain

Arly, Ibnu, Pendirian Perseroan Terbatas sebagai badan hukum menurut

Undang-undang No.40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Tesis, Program


(1)

tidak dilaksanakan maka menteri menolak setiap permohonan yang diajukan atau pemberitahuan yang disampaikan kepada menteri oleh direksi yang belum tercatat dalam daftar perseroan.

Perubahan nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris termasuk dalam perubahan data perseroan. Berdasarkan Pasal 14 Ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.AH.01.01 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum PT, Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, penyampaian pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar dan perubahan data PT.

Perubahan data PT berupa perubahan nama anggota direksi dan dewan komisaris diberitahukan kepada KEMENKUMHAM. Pemberitahuan tersebut disampaikan oleh notaris selaku kuasa direksi melalui SABH kepada KEMENKUMHAM.

Dalam hal pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian pengurus PT harus harus memberikan pemberitahuan kepada KEMENKUMHAM.

Selain pengesahan dan persetujuan, terdapat juga beberapa cara atau istilah lain yang dapat dipakai oleh UUPT 40/2007 yang pada prinsipnya bersifat pemberitahuan saja kepada KEMENKUMHAM, yaitu sebagai berikut:

a. Mengajukan permohonan kepada Menteri

b. Mengajukan laporan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 21 Ayat 3, dan Pasal 111 Ayat 7 UUPT 40/2007.

c. Mengajukan Pemberitahuan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 147 Ayat (1) huruf b, dan Pasal 42 Ayat 3 UUPT 40/2007.


(2)

48

d. Mengirimkan Tembusan surat kepada Menteri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 45 Ayat 1 UUPT 40/2007.

e. Dilampirkan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 129 ayat 1 UUPT 40/2007.

Jadi kendala PT ketika melakukan penyesuaian Anggaran Dasar, salah satunya adalah ketika PT tidak melakukan pelaporan perubahan pegurus PT kepada KEMENKUMHAM.


(3)

BAB IV P E N U T U P

4.1.Kesimpulan

a. Pasal 157 dari UUPT 40/2007 tersebut selanjutnya menyatakan bahwa setiap PT yang telah berstatus badan hukum dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini harus menyesuaikan Anggaran Dasarnya/akta pendiriannya dengan Undang-Undang yang baru tsb, dalam hal ini adalah menyesuaikan pasal-pasal dalam akta pendiriannya dengan pasal-pasal yang ditentukan oleh Undang-Undang yang baru terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang ini yaitu tanggal 16 Agustus 2007. Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan menimbulkan berbagai akibat hukum terhadap PT, Dengan demikian ketentuan ini merupakan suatu keharusan bagi PT dalam penyesuaian terhadap UUPT 40/2007.

b. Akibat hukum terhadap PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar dapat timbul berbagai akibat hukum terhadap PT tersebut antara lain yaitu status badan hukum, nama PT yang telah dimiliki dapat hilang dari

data base KEMENKUMHAM, berakibat pula pada kelangsungan PT dalam melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga yang dapat mempunyai hal dalam mengajukan permohonan pembubaran PT kepada Pengadilan Negeri.

c. Adanya keharusan PT dalam melakukan penyesuaian Anggaran Dasar masih banyak PT yang belum melaksanakannya, ini diakibatkan karena ketidak


(4)

50

pedulian pengurus maupun organ PT, masih mengalami kesulitan dalam melakukan pendaftaran nama kedalam SABH dan karena PT yang belum melakukan pelaporan kepada KEMENKUMHAM mengenai perubahan pengurus maupun organ PT.

4.2.Saran

a. pemerintah dengan didukung Para pejabat Notaris harus bersosialisasi tentang berlakunya UUPT 40/2007 dan keharusan PT untuk melakukan penyesuaian Anggaran Dasar PT kepada para pengurus ataupun organ PT maupun kepada masayarakat luas.

b. instansi pemerintahan yang berhubungan dengan penyesuaian PT harus memberikan fasilitas maupun pelayanan yang baik serta memperbaiki system yang seharusnya menjadi sarana kelancaran dalam melakukan penyesuaian Angaran Dasar PT

c. para pengurus maupun organ PT harus melakukan kewajibannya sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya terhadap UUPT 40/2007 dan Anggaran Dasar

d. Dalam menjaga kredibilitas PT sebagai pelaku usaha maka dengan lahirnya UUPT 40/2007 harus benar-benar mampu sebagai alat kontrol sosial sekaligus sebagai acuan di dalam penegakan hukum PT pada khususnya dan hukum ekonomi pada umumnya agar Ikehadiran undang-undang tersebut benar-benar mampu memberikan aspek perlindungan hukum yang memadai bagi pemodal dan pelaku usaha secara keseluruhan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ais Chatamarrasjid, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktuan Hukum Perusahaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Budiarto Agus, , Tanggung Jawab Pendirian Perseroan terbatas, Jakarta, Ghalia Indonesia. 2002.

Gatot Supramono, S. H., Hukum Perseroan Terbatas yang Baru, jakarta, Djambatan 2004.

Harahap, M. Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, jakarta, sinar grafika, 2009

Purba, Marisi P., Aspek Akutansi Undang-undang Perseroan Terbatas, Graha ilmu, Yogyakarta, 2008

Raharjo Handri, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009.

Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco, bandung, 1993.

Sembiring Sentosa, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, Nuansa Aulia,

bandung, Indonesia, 2006

Supramono, Gatot, , Hukum Perseroan Terbatas yang Baru, Djambatan. jakarta 2004

Salim, Hukum Kontrak , Teori dan tehnik penyusunan kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003.

Sastrawidjaja dan rai mantili, perseroan terbatas menurut tiga undang-undang jilid 1, alumni, bandung, 2008.

Titik Triwulan Tutik. Hukum Perdata Dalam sistem hukum Nasional, Jakarta, Kencana, 2008. h. 34

Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(6)

Undang-Undang Nomor.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Website

http://herman-notary.blogspot.com/2009/06/apa-akibathukum-bagi-pt-yang-belum.html

www.wikipedia.com Lain-lain

Arly, Ibnu, Pendirian Perseroan Terbatas sebagai badan hukum menurut Undang-undang No.40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Tesis, Program Kenotariatan, UNAIR. 2008