Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

(1)

AKIBAT HUKUM PEMISAHAN PERSEROAN TERHADAP KREDITUR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SAPTA AGUNG PRASETYA L TOBING NIM: 110200128

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

AKIBAT HUKUM PEMISAHAN PERSEROAN TERHADAP KREDITUR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SAPTA AGUNG PRASETYA L. TOBING NIM: 110200128

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha S.H.,M.Hum NIP. 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution S.H., M.H. Windha S.H., M.Hum. NIP. 195603291986011001 NIP. 197501122005012002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

i ABSTRAK

AKIBAT HUKUM PEMISAHAN PERSEROAN TERHADAP KREDITUR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS Sapta Agung Prasetya*

Bismar Nasution ** Windha ***

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 merupakan sebuah lega l sta nding bagi perseroan terbatas untuk memulai, menjalankan, dan mengkahiri kegiatan perseroan. Undang-undang ini pada akhirnya mengatur mengenai pemisahan perseroan yang sebelumnya sudah terjadi dalam praktik tetapi belum ada ketentuan hukum yang mengaturnya.

Dalam proses pemisahan direksi memiliki peran sentral sebagai wakil perseroan yang meyakinkan para stakeholder untuk menyetujui rencana pemisahan pereroan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini antara lain: bagaimana pengurusan perseroan terbatas dan bagaimana pelaksanaan pemisahan perseroan serta bagaimana akibat hukum permisahan perseroan terhadap kreditur, yang semuanya itu dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Penulisan ini menggunakan metode studi hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan dituangkan dalam bentuk deskriptif.

Hukum positif Indonesia mengatur pemisahan perserroan dalam UUPT. Pada perseroan direksi memiliki peran sentral, yakni sebagai pengurus dan juga wakil perseroan. Dalam menjalankan perannya direksi tidak pernah terlepas dari kepentingan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditur. Pemisahan pereroan harus mendapat persetujuan dari kreditur dan dibahas dalam RUPS. Persetujuan ini sangatlah penting untuk menghindarkan adanya pihak yang dirugikan di kemudian hari karena proses pemisahan ini tentunya menimbulkan akibat hukum bagi kreditur perseroan.

Kata kunci : Direksi, Pemisahan Perseroan, Kreditur. * Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing I


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat karunia yang telah diberikan-Nya kepada penulis selama menyelesaikan perkuliahan selama ini, terlebih dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mempersembahkan skripsi yang berjudul “Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas” kepada dunia pendidikan, guna menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan hukum.

Adapun salah satu tujuan dari disusunnya skripsi ini adalah untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini menguraikan berbagai seluk beluk Pemisahan Perseroan, tujuan lainnya adalah untuk mengembangkan pengetahuan mengenai Hukum Perseroan Terbatas agar dapat dipelajari mahasiswa, kalangan praktisi, maupun masyarakat umum.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

ALLAH BAPA di Surga melalui perantaraan anak-Nya YESUS KRISTUS, yang senantiasa menyalurkan berkat kepada penulis dalam keadaan apapun;

Kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Rudolf Lumbantobing dan Ibu Marsaulina Siagian, serta saudari kandung penulis, yaitu Ruth Golda Kristy


(5)

iii

dan Bella Paskah Lumbantobing. Mereka yang telah menjadi sumber semangat terbesar bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan I, Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Dr.OK. Saidin, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

3. Ibu Windha, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.Hum., selaku

Pembimbing I penulis dalam penulisan skripsi ini;

6. Bapak Azwar Mahyuzar, S.H., selaku Dosen Penasehat Akademik selama penulis mengenyam bangku pendidikan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Seluruh Dosen Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, baik yang masih mengabdikan diri maupun yang sudah pensiun;

8. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;


(6)

9. Margaretha Rosa Anjani, yang telah menjadi sosok spesial bagi penulis dan memberi semangat dalam penyelesaian perkuliahan penulis.

10. Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tempat penulis untuk tumbuh dan berkembang, yang selalu memotivasi dan mengarahkan penulis selama mengenyam bangku kuliah;

11. Sahabat-sahabat penulis selama mengenyam bangku kuliah, Frimanda Ginting, Tulus Nababan, Poltak Sijabat, Jaka Lumbanraja, Alex Simanjuntak, Thresya Situmorang, Bobby Hutagalung, Eko Nainggolan, Jhon Purba;

12. Yayasan Karya Salemba Empat, yang selama 3 tahun terakhir memberikan beasiswa kepada penulis. Semoga kedepan penulis dapat berganti posisi menjadi donator bagi yayasan ini;

13. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. melalui Yayasan Karya Salemba Empat, yang telah menjadi donatur beasiswa bagi penulis dan memberi kesempatan bagi penulis mengikuti pelatihan BISMA Batch VI yang sangat luar biasa;

14. Bank OCBC NISP melalui Yayasan Karya Salemba Empat, yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk mengikuti pelatihan Young Entrepreneurship Spirit selama di Bandung;

15. Rekan-rekan BISMA Batch VI yang ada di seluruh Indonesia, tetaplah berkarya bagi Indonesia;


(7)

v

16. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI); 17. Seluruh teman-teman Mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu; 18. Para penulis buku-buku dan artikel-artikel yang penulis jadikan

referensi data guna penulisan skripsi ini; dan

19. Seluruh orang yang penulis kenal dan mengenal penulis. Semoga Tuhan senantiasa memberikan berkat dan perlindungan-Nya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa hasil penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini dan kiranya skripsi ini tidak hanya berakhir sebagai tumpukan kertas yang tidak berguna, tetapi dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membutuhkan pengembangan pengetahuan mengenai Hukum Perseroan Terbatas. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 6 Juli 2015

Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1

B.Perumusan Masalah ...11

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan ...11

D. Keaslian Penulisan ...12

E. Tinjauan Kepustakaan ...14

F. Metode Penulisan ...15

G. Sistematika Penulisan ...17

BAB II PENGURUSAN PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A.Pengertian Perseroan Terbatas... 19

B.Kedudukan Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum yang Mandiri ... 26

C. Organ-Organ dalam Perseroan Terbatas ... 41

D.Wewenang dan Tanggung Jawab Direksi dalam Pengurusan Perseroan ... 53


(9)

vii

BAB III PELAKSANAAN PEMISAHAN PERSEROAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A.Pengertian Pemisahan Perseroan ... 65 B.Alasan dilakukannya Pemisahan Perseroan ... 69 C.Pelaksanaan Pemisahan Perseroan ... 76

BAB IV AKIBAT HUKUM PEMISAHAN PERSEROAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A.Kedudukan Kreditur dalam Perseroan Terbatas ...87 B.Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur...93 C.Perlindungan Bagi Kreditur Terhadap Pemisahan

Perseroan ...97

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan... 103 B.Saran ... 104


(10)

ABSTRAK

AKIBAT HUKUM PEMISAHAN PERSEROAN TERHADAP KREDITUR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS Sapta Agung Prasetya*

Bismar Nasution ** Windha ***

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 merupakan sebuah lega l sta nding bagi perseroan terbatas untuk memulai, menjalankan, dan mengkahiri kegiatan perseroan. Undang-undang ini pada akhirnya mengatur mengenai pemisahan perseroan yang sebelumnya sudah terjadi dalam praktik tetapi belum ada ketentuan hukum yang mengaturnya.

Dalam proses pemisahan direksi memiliki peran sentral sebagai wakil perseroan yang meyakinkan para stakeholder untuk menyetujui rencana pemisahan pereroan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini antara lain: bagaimana pengurusan perseroan terbatas dan bagaimana pelaksanaan pemisahan perseroan serta bagaimana akibat hukum permisahan perseroan terhadap kreditur, yang semuanya itu dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Penulisan ini menggunakan metode studi hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan dituangkan dalam bentuk deskriptif.

Hukum positif Indonesia mengatur pemisahan perserroan dalam UUPT. Pada perseroan direksi memiliki peran sentral, yakni sebagai pengurus dan juga wakil perseroan. Dalam menjalankan perannya direksi tidak pernah terlepas dari kepentingan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditur. Pemisahan pereroan harus mendapat persetujuan dari kreditur dan dibahas dalam RUPS. Persetujuan ini sangatlah penting untuk menghindarkan adanya pihak yang dirugikan di kemudian hari karena proses pemisahan ini tentunya menimbulkan akibat hukum bagi kreditur perseroan.

Kata kunci : Direksi, Pemisahan Perseroan, Kreditur. * Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing I


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perseroan Terbatas dulu disebut juga dengan Naamloze Vennootschaap (NV), merupakan badan hukum perdata (privat) yang mempunyai status hukum kemandirian (persona standi in judicio) sehingga memiliki identitas hukum tersendiri.

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.1

Perseroan Terbatas adalah subjek hukum yang berhak menjadi pemegang hak dan kewajiban, termasuk menjadi pemilik dari suatu benda atau harta kekayaan tertentu. Hanya subjek hukum yang merupakan individu orang perorangan yang dinilai memiliki kecakapan melakukan perbuatan hukum serta mempertahankan haknya di dalam hukum, juga badan hukum yang merupakan

1

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab I, Pasal 1 angka 1.


(12)

a rtificia l person yaitu sesuatu yang diciptakan oleh hukum untuk memenuhi perkembangan kebutuhan kehidupan masyarakat.2

Secara logis dapat dijelaskan bahwa semakin formal media ekonomi yang digunakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan dari aspek ekonomi maka akan semakin kompleks pula instrumen yang terkait dalam pola usaha tersebut di mata hukum. Kompleksitas itu disebabkan karena banyaknya instrumen baik dari sisi hukum maupun ekonomi yang terlibat didalamnya yang memerlukan perlakuan dan perhatian lebih serius lagi. Dikatakan harus lebih serius lagi bila dibandingkan dengan menjalankan aktifitas ekonomi tanpa wadah yang formal dari mata hukum, karena apabila ada sedikit saja unsur yang salah dalam salah satu wadah yang formal di bidang ekonomi yang telah dijadikan tempat untuk pelaksanaan tujuan ekonomi tentunya akan mengakibatkan gangguan atau bahkan kehancuran bagi sistem atau wadah ekonomi tersebut. Wadah ekonomi yang dimaksud dalam hal ini adalah badan usaha baik yang berstatus badan hukum dan yang berstatus bukan badan hukum.3

Perseroan Terbatas merupakan bentuk usaha yang sangat ideal, karena bentuk usaha ini merupakan konsentrasi modal, tidak mempertimbangkan lagi latar belakang dari pemegang sahamnya terutama pada jenis perseroan terbatas terbuka. Hubungan antar pribadi para pemegang saham bukan lagi menjadi pertimbangan utama, karena yang diutamakan adalah besaran dana yang ditanam dalam perseroan terbatas tersebut. Faktor kelaziman tersebut merupakan salah

2

Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas, (Malang: Visimedia, 2009) hal. 2


(13)

3

satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih pembentukan perseroan terbatas.

Identitas hukum suatu korporasi atau perusahaan terpisah dari identitas hukum para pemegang sehamnya, direksi maupun organ-organ lainnya. Dalam kaidah hukum perdata jelas ditetapkan bahwa suatu perseroan merupakan subjek hukum perdata dapat melakukan aktivitas jual beli, dapat membuat perjanjian atau kontrak dengan pihak lain, serta dapat menuntut dan dituntut di pengadilan dalam hubungan keperdataan. Kegiatan korporasi berlangsung terus-menerus, dalam arti bahwa keberadaannya tidak akan berubah meskipun ada penambahan anggota -anggota baru atau berhentinya atau meninggalnya -anggota--anggota yang telah ada.4

Perlu diingat kembali bila memperhatikan subjek hukum atau rechtpersoon, maka terdapat pembagian secara umum yakni sebagai berikut:5 1. Rechtpersoon yang berstatus badan hukum

Untuk Rechtpersoon yang berstatus badan hukum, bila memperhatikan hukum perdata di Indonesia khususnya di lapangan hukum perseroan dikenal beberapa bentuk yaitu koperasi, yayasan, dan perseroan terbatas.

2. Rechtpersoon yang berstatus bukan badan hukum

Sedangkan untuk Rechtpersoon yang berstatus bukan badan hukum terdiri dari perkumpulan, paguyuban sosial kemanusiaan, persekutuan perdata yang bergerak di bidang agama dan pendidikan, persekutuan perdata di bidang

4

Bismar Nasution, Pertanggungjawa ban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan, Disampaikan pada seminar nasional Menciptakan Good Corporate Governance pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan PT (Persero) BUMN, Jakarta, 2007.

5


(14)

ekonomi misalnya Comanditter Venootschap (CV), firma, usaha dagang (UD), dan bentuk lain yang serupa dengan itu yang berada di luar status badan hukum sebagaimana telah disebutkan diatas.

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis membatasi pembahasan hanya pada rechtpersoon yang berstatus badan hukum terutama bergerak di bidang ekonomi murni yaitu Perseroan Terbatas, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi:

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan pinjaman, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang diterapkan dalam undang-undang ini

serta peraturan pelaksanaannya.”

Sebagaimana diketahui bersama bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan penganut ekonomi Pancasila dimana dalam hal penguasaan aspek-aspek kehidupan ekonomi tidak mutlak berada dalam tangan penyelenggara negara atau seperti layaknya sistem ekonomi komunis, sekaligus bukan pula membiarkan secara liat bagi warga negara untuk melaksanakan aktifitas ekonomi guna pencapaian tujuan ekonominya masing-masing dengan cara menghalalkan segala cara atau seperti halnya sistem ekonomi liberal atau kapitalis. Sistem ekonomi Indonesia ini merupakan jalan tengah dari sitem ekonomi mayoritas yang ada di dunia yang dianut oleh masing-masing negara.6


(15)

5

Dewasa ini terdapat banyak badan usaha yang berstatus badan hukum terutama Perseroan Terbatas (PT) yang telah berkembang menjadi perseroan yang mempunyai banyak unit-unit atau divisi-divisi kegiatan usaha. Unit-unit kegiatan usaha tersebut merupakan suatu bagian yang relaitf independen tetapi dapat juga merupakan suatu bagia yang hanya sebagai pelaksana keputusan dari kantor pusat suatu Perseroan Terbatas (PT). Saat perseroan memberikan adanya tingkat kebebasan (degree of independence) kepada unit-unitnya tersebut, tanpa disadari hal itu dapat membawa dampak negatif bagi perseroan yakni sewaktu -waktu perseroan akan menghadapi kesulitan dalam mengendalikan unit-unit tersebut. Kesulitan tersebut juga dapat timbul karena berkaitan dengan jenis usaha yang beraneka ragam yang masing-masing membutuhkan konsentrasi untuk mengelolanya. Selain itu masalah juga dapat timbul karena kesalahan pada pengambilan keputusan dan pengendalian terhadap jenis usaha yang akan dijalankan oleh suatu perseroan.7

Di samping hal-hal diatas, dalam kegiatan operasionalnya perseroan juga tidak selalu mampu berkembang dengan baik. Kadang-kadang perseroan terpaksa melakukan downsizing untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan perseroan terpaksa membubarkan diri karena kerugian yang terus-menerus dialaminya. Perseroan dapat menghadapi kesulitan baik karena alasan operasional maupun dapat juga karena alasan keuangan. Alasan yang pertama berarti perseroan menanggung biaya operasi yang lebih besar dari penghasilan operasinya. Alasan yang kedua, perseroan menghadapi kesulitan keuangan karena

7


(16)

beban keuangan tetap terlalu besar sehingga mengganggu neraca keuangan perusahaan. Dari sisi operasional bisa saja menghasilkan keuntungan operasi, tetapi laba operasi tersebut tidak mampu untuk diimplementasikan pada perseroan-perseroan kategori under performing.

Dalam kondisi yang demikian, restrukturisasi perseroan menjadi satu-satunya alternatif strategi pemulihan dan peningkatan kerja perseroan. Restrukturisasi perseroan juga merupakan bagian penting dari program reformasi ekonomi. Restrukturisasi perseroan melibatkan restrukturisasi struktur perbandingan hutang dan modal dari perseroan tersebut, yang sejalan dengan kebutuhan cash flow untuk meningkatkan efisiensi, memperbaiki pertumbuhan dan meminimalkan biaya pajak.8

Strategi restrukturisasi digunakan untuk mencari jalan keluar bagi perseroan yang tidak berkembang, sakit atau adanya ancaman bagi organisasi atau industri diambang perubahan yang menuju kearah negatif yang tentunya akan merugikan banyak pihak. Pemilik pada umumnya melakukan perubahan dalam tim unit manajemen, perubahan strategi, atau masuknya teknologi baru dalam perseroan. Strategi restrukturisasi memerlukan tim manajemen yang mempunyai wawasan untuk melihat ke depan, kapan perseroan berada pada titik undervalued atau industri pada posisi yang matang untuk transformasi. Wawasan yang sama diperlukan untuk melakukan turn around pada unit usaha, bahkan bisnis yang tidak familiar.9

8

Ibid, hal. 60.

9


(17)

7

Restrukturisasi dalam perseroan dapat dibedakan menjadi:

1. Restrukturisasi Bisnis yaitu penataan kembali rantai bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan keunggulan dan daya saing (competitive advantage) perseroan. Restrukturisasi bisnis dapat ditempuh melalui berbagai alternatif, yaitu:

a) Regrouping dan konsolidasi. b) Joint Opera tion

c) Stra tegic Allia ncies.

d) Stra tegic Business Unit (SBU). e) Divestasi.

f) Likuidasi.

2. Restrukturisasi Keuangan yaitu penataan kembali struktur keuangan perseroan untuk meningkatkankinerja keuangan perseroan. Restrukturisasi keuangand apat dilakukan dengan beberapa akternatif, yaitu:

a) Menjadwalkan kembali pembayaran bunga dan pokok pinjaman. b) Penjadwalan kembali pembayaran pokok pinjaman.

c) Mengubah utang menjadi modal sendiri (debt equity swap).

d) Menjal non-core business melalui spin off, sell off, atau liquidation. e) Mengundang karyawan dan manajemen untuk membeli saham

perseroan.

f) Penjualan saham kepada publik (go public).

3. Restrukturisasi Manajemen yaitu penataan manajemen dapat dipenuhi dengan melalui beberapa cara, yaitu:


(18)

a) Business Processreenginering, yaitu proses penataan ulang secara radikal manajemen dan bisnis perseroan.

b) Dela ying dan Right Sizing, yaitu pengurangan lapisan-lapisan dalam struktur organisasi perseroan, yang bertujuan untuk mengurangi distorsi informasi terlalu banyaknya jenjang organisasi.

c) Downsizing, yaitu oengurangan jumlah dari karyawan atau lembaga kerja dalam perseroan.

d) Downscoping, yaitu pengecilan bisnis melalui pengurangan unit-unit yang tidak penting dan mempertahankan core business saja.10

4. Restrukturisasi Organisasi, yaitu penataan ulang organisasi dapat dilakukan dengan pergantian komisaris, struktur manajemen atau menyangkut status perseroan. Pada umumnya restrukturisasi organisasi ditempuh melalui konsolidasi internal. Hal ini dilakukan melalui penciutan jumlah cabang, kantor wilayah, atau jaringan distribusi pada suatu perseroan.11

Pemisahan Perseroan merupakan alternatif dari perseroan untuk mempertahankan usaha dari perseroan atau sekedar menjaga nilai harga saham dari perseroan tersebut jika perseroan tersebut merupakan perusahaan terbuka yang sudah listing di bursa saham. Adakalanya jenis usaha dari suatu perseroan yang sedang mengalami penurunan memberikan efek negatif terhadap nilai saham perseroan di bursa saham, padahal di sisi lain pada jenis usaha yang lain

10


(19)

9

memberikan kinerja baik dan memuaskan. Keadaan ini tentunya menjadi pertimbangan bagi pemangku kebijakan yang ada di perseroan, baik itu Direksi, Komisaris, maupun Pemegang Saham untuk menjaga stabilitas harga saham mereka di bursa saham. Pemisahan Perseroan ini kemudian menjadi pilihan agar jenis usaha yang memuaskan tetap dapat berkontribusi signifikan terhadap performa keuangan perseroan.

Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, diatur bahwa:

“Perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib memperhatikan kepentingan:

a. Perseroan, pemegan saham minoritas, karyawan perseroan; b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan

c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.”12

Dari ketentuan tersebut terlihat jelas bahwa kepentingan kreditor dalam hal pemisahan ini tidak dapat diabaikan. Kreditor sebagai pihak yang turut andil dalam pengembangan dan kelangsungan hidup perseroan harus dilibatkan dalam proses pemisahan ini. Kreditor memiliki hak ini dikarenakan kreditor memiliki sejumlah dana yang tertanam di perseroan tersebut.

Pemisahan murni mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut berakhir karena

12

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentnag Perseroan Terbatas, Bab XIII, Pasal 126 ayat 1.


(20)

hukum. Sedangkan Pemisahan tidak murni mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva beralih karena hukum kepada satu perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan berakhir karena hukum.

Sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas bahwa Pemisahan Perseroan dapat mengakibatkan sebagian atau seluruh aktiva dan pasiva dari perseroan beralih karena hukum. Ini berarti Pemisahan Perseroan berdampak bagi semua pihak, termasuk didalamnya kreditor.

Dalam hal pemisahan adakalanya muncul masalah atau indikasi bahwa pemisahan dilakukan bukan untuk pengembangan perseroan ke arah yang lebih baik tetapi untuk membebaskan perseroan dari kewajibannya terhadap kreditor dalam hal pembayaran hutang. Pemisahan Perseroan menjadi celah bagi organ perseroan untuk membebaskan hutangnya terhadap kreditor. Jenis usaha yang dianggap tidak memberikan kontribusi positif terhadap perseroan kemudian dipisahkan. Kemudian seluruh pasiva perseroan dialihkan kepada jenis usaha tersebut, tentunya dengan meyakinkan kreditor dengan sebaik mungkin agar setuju pasiva perseroan tersebut dialihkan kepada perseroan hasil pemisahan. Perseroan yang dipisahkan sejak awal sudah tahu bahwa jenis usaha ini tidak akan berkembang sehingga akan membebani perseroan. Seiring dengan berjalannya waktu, perseroan hasil pemisahan tersebut akan mengajukan kepailitan dengan alasan tidak mampu membayar kewajiban hutangnya terhadap kreditor. Jika sudah demikian tentu kreditor sangat dirugikan.


(21)

11

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, hal tersebutlah yang

membuat penulis tertarik untuk melakukan penulisan ilmiah dengan judul “Akibat

Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas didalam penulisan ini, antara lain :

1. Bagaimana pengurusan Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas?

2. Bagaimana pelaksanaan pemisahan dalam Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ?

3. Bagaimanakah akibat hukum pemisahan perseroan terhadap kreditur menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah:

1. Untuk dapat mengetahui pengurusan Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

2. Untuk dapat mengetahui pelaksanaan pemisahan dalam Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.


(22)

3. Untuk dapat mengetahui akibat hukum pemisahan perseroan terhadap kreditur menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Manfaat yang didapatkan dari penulisan karya imiah ini adalah: 1. Secara teoristis

Secara teoristis, manfaat yang didapatkan dari penulisan karya ilmiah ini adalah dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca mengenai Perseroan Terbatas, terutama memberikan pengetahuan mengenai pemisahan perseroan yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang tentunya dapat memberi manfaat bagi bidang hukum bisnis terrutama dalam perkembangan hukum Perseroan terbatas.

2. Secara praktis

Manfaat secara praktis yang diperoleh dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai bahan bacaan ataupun sebagai salah satu referensi bagi masyarakat maupun kepada mahasiswa secara khususnya, untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai persoalan didalam Perseroan Terbatas dan secara khusus karya ilmiah ini menyajikan suatu tambahan bahan bacaan mengenai penerapan Pasal 135 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang atas pasal tersebut dimungkinkan untuk melakukan pemisahan perseroan dan atas pasal tersebut belum ada peraturan turunan sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang tersebut. Sekiranya karya ilmiah ini dapat


(23)

13

dijadikan sebagai salah satu sumber jawaban, terhadap polemik yang berkaitan dengan pemisahan perseroan Perseroan Terbatas.

D. Keaslian Penulisan

Karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah yang lahir dari buah pikiran penulis sendiri, tanpa ada kemiripan maupun unsur plagiat terhadap karya ilmiah yang lain, yang pernah ada, sehingga keaslian dari penulisan karya ilmiah ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Penulisan karya ilmiah ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh penulis untuk mendapatkan suatu gelar akademik Sarjana Hukum yang akan penulis dapatkan dari Universitas Sumatera Utara.

Judul karya ilmiah ini telah diperiksa oleh pihak Perpustakaan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU. Berdasarkan hasil pemeriksan yang dilakukan oleh pihak Perpustakan dan berdasarkan surat yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh pihak Perpustakan Fakultas Hukum USU, menyatakan bahwa judul skripsi yang penulis angkat tidak pernah dibahas atau diangkat pada tahun-tahun sebelumnya.

Dalam Karya Ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah tertulis atau dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan mencantumkannya di dalam catatan kaki maupun didalam daftar pustaka. Dengan demikian, judul beserta pembahasan yang tertuang didalam Skripsi ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.


(24)

E. Tinjauan Pustaka

Pasal 1 angka 1 UUPT menyatakan bahwa Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan Terbatas, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirkan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta pelaksanannya.

Perseroan Terbatas merupakan suatu istilah yang terdiri dari dua kata, yaitu Perseroan dan Terbatas. Perseroan merujuk kepada modal Perseroan Terbatas yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Adapun kata terbatas merujuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya.

Perbuatan hukum pemisahan yang dikenal dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur bahwa terdapat 2 (dua) jenis pemisahan Perseroan yaitu pemisahan murni dan pemisahan tidak murni. Pasal 135 angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas memberi pengaturan bahwa pemisahan murni berdampak pada seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut berakhir karena hukum. Dalam pasal 135 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas juga dijelaskan bahwa pemisahan tidak murni berdampak pada sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu) perseroan lain yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada..


(25)

15

Pasal 126 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa perbuatan hukum penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan salah satunya adalah kreditur. Berdasarkan ketentuan tersebut diketahui bahwa Perseroan wajib memberitahukan terlebih dahulu setiap rencana pemisahan Perseroan kepada setiap kreditur yang ada untuk memberikan kesempatan bagi kreditur menyampaikan sikapnya terkait rencana Perseroan dalam melakukan pemisahan tersebut. Hal ini penting dilakukan karena kreditur adalah salah satu pihak penting dalam pembiayaan perseroan.

Penyampaian rencana pemisahan kepada kreditur dilakukan sebelum dilakukannya RUPS sehingga para pihak yang merasa keberatan dapat mengajukan keberatannya dalam jangka waktu tertentu sebelum RUPS diadakan.

F. Metode Penulisan

Metode penulisan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif. Pemilihan metode ini, sebagaimana yang ditulis Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-dontrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Oleh karena itu, pilihan metode penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang berkaitan dengan prinsip-prinsip pertanggungjawaban direksi dalam hukum perusahaan di Indonesia. Metode penelitian yang dipakai dapat diuraikan sebagao berikut:


(26)

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan. Perundang-undangan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Penulisan skripsi ini bersifat penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang menjadi objek penelitian yakni perseroan dan kreditur.

2. Data penelitian

Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode, baik secara komersial maupun nonkomersial. Data penelitian tersebut antara lain:

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan dalam hal ini Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul

skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.

c. Bahan hukum tersier, mencakup bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 3. Teknik pengumpulan data


(27)

17

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi pustaka (literature research) dan juga mengambil informasi dengan menggunakan media elektronik yaitu internet.

4. Analisis data

Metode analisis data yang dilakuka penulis adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan :

a. Mengumpulkan bahan hukum premier, sekunder, tersier yang relevan. b. Mengelompokkan bahan-bahan hukum yang relevan secara sistematis c. Mengolah bahan-bahan hukum tersebut sehingga dapat menjawab

permasalahan yang telah disusun.

d. Memaparkan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis terhadap bahan-bahan hukum yang telah diolah tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah , tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan yang dilakukan penulis untuk melakukan penelitian normatif terhadap Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Bab II PENGURUSAN PERSEROAN TERBATAS MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS.


(28)

Bab ini menguraikan pengertian perseroan terbatas, kedudukan hukum perseroan terbatas sebagai badan hukum yang mandiri dan organ-organ dalam perseroan terbatas. Pembahasan pada bab ini akan mengacu pada Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Bab III PELAKSANAAN PEMISAHAN DALAM PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Bab ini menguraikan pengertian pemisahan, alasan dilakukannya pemisahan, dan pelaksanaan pemisahan perseroan. Pembahasan pada bab ini akan mengacu pada Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Bab IV AKIBAT HUKUM PEMISAHAN PERSEROAN TERHADAP

KREDITUR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Bab ini menguraikan kedudukan kreditur dalam perseroan terbatas, akibat hukum pemisahan perseroan terhadap kreditur, dan perlindungan bagi kreditur terhadap pemisahan perseroan.

Bab V PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang merupakan ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, dan juga disertai dengan saran yang penulis ajukan dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.


(29)

19 BAB II

PENGURUSAN PERSEOAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN

TERBATAS

A. Pengertian Perseroan Terbatas

Pada abad ke-17 Adam Smith mengembangkan konsep korporasi sebagai badan usaha yang mengkhususkan diri pada bidang perekonomian dimana kondisi harga ditentukan sendiri berdasarkan demand and supply rule, serta memisahkan negara dari tugasnya untuk memfasilitasi sistem ekonomi.13 Pada masa tersebut merupakan masa kolonialisme dimana interna tiona l economic entity mempresentasikan kepentingan negara asalnya. Sebut saja VOC yang merupakan representasi negara Belanda, sedangkan BEIC adalah representasi dari negara Inggris.14

Korporasi menurut Michael Nwogogu adalah kumpulan hubungan hukum pihak internal dan pihak eksternal dalam suatu badan. Pada badan terdapat hubungan-hubungan kontraktual, baik yang bersifat implisit maupun eksplisit antara pekerja, pemegang saham, manajemen, direksi, emerintah, konsumen, penyedia kebutuhan barang/jasa, pesaing, dan pihak lainnya. Hubungan kontraktual ini timbul dari aktualisasi kebutuhan sosial-ekonomi dari

13

Adam Smith, An Inquiry into The Nature and Cause of The Wealth of Nation. (Project Guttenberg, 2002), http://www.theprojectguttenberg.org, Hal. 45 seperti dikutip oleh Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas: Kewa jiban Pemberitahuan Direksi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 13

14

Indra Surya, Transaksi Benturan Kepentingan di Pasar Modal, (Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Ekonomi FHUI, 2009). Hal. 44-45.


(30)

individu maupun kelompok, baik kebutuhan dasar (perlindungan, makanan, hiburan, keluarga), kebutuhan lanjutan (kemakmuran, keanggotaan dalam grup, pengakuan dalam masyarakat), dan kebutuhan lainnya (kekuasaan, aspirasi politik, tanggung jawab sosial, kedermawanan, pengawasan grup terhadap individu-individu), yang telah menjadikan korporasi dengan apa yang disebut socia l being. Atas hubungan-hubungan kontraktual yang terkait dengan korporasi ini, Indra Surya menyimpulkan bahwa eksistensi korporasi bergantung pada kemampuan mengelola dinamika internal dan eksternal tersebut. Dalam kaitannya dengan memenuhi tujuan perusahaan serta mengikuti kebutuhan (demand/needs) pihak-pihak tersebut.15

Secara etimologi, kata “corporation” diturunkan dari bahasa latin, yaitu corpus, yang berarti suatu badan (body), yang mewakili “a body of people”; that is, a group of people a uthorized to a ct a s a n individua l (oxford english dictiona ry) yang artinya adalah sekelompok orang yang diberi kuasa untuk bertindak sebagai seorang .individu.

Corpora tion menurut Black’s Law Dictionary adalah :

“An entity having a uthority under la w to a ct a single person district from the sha reholders who own a nd ha ving rihts to issue stock a nd a xist indefina tely; a group of succession of persons established in a ccordance with lega l rules into a lega l juristic person tha t ha s lega l persona lity district from the na tura l persons who make it up, exist indefina tely a pa rt for them, a nd ha s the lega l powers tha t its constitution gives it.”

Bila diartikan kedalam Bahasa Indonesia, maka corporation menurut

Black’s Law Dictiona ry adalah sebuah kesatuan yang mempunyai kewenangan


(31)

21

berdasarkan hukum untuk bertindak seperti seseorang secara nyata dari pemegang saham yang memiliki dan mempunyai hak untuk mengeluarkan saham dan eksis untuk jangka waktu yang tidak terbatas; sebuah kelompok pengganti orang yang didirikan berdasarkan aturan hukum ke dalam hukum atau orang yang ahli yang memunyai kepribadian hukum secara nyata dari orang yang mengusahakannya, eksis untuk jangka waktu yang lama terpisah dengan mereka, dan mempunyai kekuatan hukum yang diberikan konstitusi. Rumusan tersebut menunjukan bahwa korporasi adalah badan hukum yang dipersamakan dengan manusia.

Dalam sumber lain dikatakan bahwa yang dinamakan corporation adalah16:

“A collections of many individuals united into one body, under a specia l

denomina tion, ha ving perpetua l succession under a n a rtificia l form, a nd vested, by policy of the la w, with the ca pa city of the a cting, in severa l respects, a s a n individua l, pa rticula rly of taking a nd granting property, of conta cting obliga tions, a nd of suing a nd being sued, of enjoying priviliges a nd immunities in common, a nd of exercising a va riety of politica l rights, more or less extensive, a ccording to the design of its institution, or the powers confered upon it, either a t the time of it crea tion, or a t a ny subsequent period of its existence”

Tidak jauh berbeda dengan rumusan sebelumnya, Kyd menegaskan bahwa yang dinamakan dengan korporasi atau perseroan terbatas adalah kumpulan dari sejumlah manusia dalam suatu kesatuan, dengan jangka waktu eksistensi yang abadi dalam bentuk yang tidak nyata (artificial), memiliki kemampuan bertindak sebagaimana layaknya seorang individu manusia, orang-perorangan dapat memiliki atau melepaskan pemilikan suatu benda, membuat perjanjian dan

16

http//en.wikipedia.org/wiki/corporations diakses pada tanggal 1 Juli 2015 pukul 16.03 WIB


(32)

perikatan, menggugat dan digugat, dan hak-hak lainnya sebagaimana diberikan oleh peraturan yang membentuk dan mengaturnya.17

Dalam beberapa literatur, Perseroan Terbatas ini digunakan dalam berbagai bahasa sebagai berikut :

1. Dalam Bahasa Inggris disebut dengan Limited (Ltd.) Company atau Limited Lia bility Compa ny ataupun Limited Corporation.

2. Dalam Bahasa Belanda disebut dengan Naamloze Vennotschap atau yang sering disingkat dengan NV saja.

3. Dalam Bahasa Jerman terhadap Perseroan Terbatas ini disebut dengan Gesellscha ft mit Beschra nkter Ha ftung.

4. Dalam Bahasa Spanyol disebut dengan Sociedad De Responsabilidad Limita da.18

Terdapat juga definisi-definisi lain yang diberikan kepada suatu Perseroan Terbatas, sebagai berikut:19

1. Manusia Semu (artificial persoon) atau badan hukum (legal entity) yang diciptakan oleh hukum yang dapat saja (sesuai hukum setempat) hanya terdiri dari 1 (satu) orang anggota saja beserta para ahli warisnya, tetapi yang lebih lazim terdiri dari sekelompok individu sebagai anggota, yang oleh hukum badan hukum tersebut dipandang

17

Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris, dan Pemilik PT, (Jakarta: Forum Sahabat, 2008), hal. 7

18

Anwar Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003)

19


(33)

23

terpisah dari para anggotanya dimana keberadaannya tetap eksis terlepas dari bergantinya para anggota, badan hukum mana dapat berdiri untuk jangka waktu yang tidak terbatas (sesuai hukum setempat), atau berdiri untuk jangka waktu tertentu dan dapat melakukan kegiatan sendiri untuk kepentingan bersama dari anggota, kegiatan mana berada dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh hukum yang berlaku.

2. Manusia Semu yang diciptakan oleh hukum, baik oleh 1 (satu) orang anggota yakni disebut dengan perusahaan 1 (satu) orang (corporation sole) maupun yang terdiri dari sekumpulan atau beberapa orang anggota, yakni yang disebut dengan perusahaan banyak orang (corporation agregat).

3. Suatu badan intelektual (intelectual body) yang diciptaan oleh hukum yang terdiri dari beberapa orang individu, yang bernaung dibawah 1 (satu) nama bersama, dimana perseroan tersebut sebagai badan intelektual tetap sama dan eksis meskipun para anggotanya sering berubah-ubah.

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dinyatakan bahwa perseroan terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya


(34)

terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.20

Perseroan merupakan badan usaha dan bersarnya modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti kepemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunai tanggungjawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketenteuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.

Selain dari saham, modal perseroan terbatas dapat pula berasal dari obligasi, yaitu penerbitan surat pengakuan utang perseroan. Keuntungan yang diperoleh pemilik obligasi adalah mereka tetap mendapatkan keuntungan berupa bunga yang tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.

Perseroan terbatas dapat dibedakan antara:21 1. PT biasa

20

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab I, Pasal 1 angka 1.

21

I.G. Rai Wijaya, Hukum Perusahaan, Pemakaian Nama PT, Tata Cara Mendirikan PT, Tata Cara Pendaftaran Perusahaan, TDUP & SIUP, (Jakarta: PT. Megapoin, 2000), hlm. 1.


(35)

25

Yaitu badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UUPT serta peraturan pelaksanaannya.

2. PT PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)

Yaitu penggunaan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun oleh swasta nasional dan swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan atau disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal yang mengatur tentang Modal Asing berdasarkan undang-undang penanaman modal asing.

3. PT PMA (Penanaman Modal Asing)

Yaitu dalam rangka penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang penanaman modal asing dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonsia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

4. PT Persero atau PT Perusahaan Perseroan

Yaitu bentuk usaha negara yang semula berbentuk perusahaan negara atau PN, yang kemudian dengan efisiensi diubah menjadi bentuk PT sesuai dengan UU


(36)

No. 1 Tahun 1995, yang modalnya seluruh atau sebagian merupakan milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.

B. Kedudukan Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum yang Mandiri

Dalam ilmu hukum, subjek hukum terdiri atas dua macam, yaitu orang pribadi (natural persoon atau naturlijk persoon) dan badan hukum (artificial persoon a tau recht persoon). Mengenai pemahaman atas artificia l person, Justice Buckley L. mengilustrasikan bahwa artificial persoon ialah korporasi yang tidak memiliki keberadaan fisik. Keberadaannya hanya dalam kontempelasi hukum, korporasi yang tidak memiliki bagian tubuh maupun hasrat. Korporasi tidak menggunakan senjata maupun ikut dalam perang, korporasi tidak dapat dikatakan loyal atau tidak loyal, maupun melakukan pengkhianatan, korporasi tidak dapat menjadi teman maupun musu. Terlepas dari kepengurusannya, korporasi tidak memiliki pemikiran, harapan maupun niat. Untuk itu korporasi tidak memiliki pemikiran selain pikiran dari pengurusnya.22

Adapun subjek hukum adalah sesuatu yang dapat atau cakap melakukan perbuatan hukum atau melakukan tindakan hukum atau melakukan perikatan. Dengan kata lain batasan suatu perseroan terbatas sebagai badan hukum bahwa perseroan merupakan subjek hukum yang dapat melakukan perbuatan atau tindakan hukum atau membuat perikatan, dan terbatas pada hal-hal yang diatur secara tegas dalam anggaran dasar suatu perseroan.

22


(37)

27

Mengenai pengertian badan hukum, akan digunakan beberapa pendapat sarjana yang mencoba menjelaskan mengenai pengertian badan hukum. Meijers menyatakan badan hukum meliputi sesuatu yang menjadi pendukung hak dan kewajiban. Ia juga menambahkan bahwa badan hukum itu merupakan suatu realitas konkret walaupun tidak dapat diraba dan ini merupakan suatu kenyataaan yuridis.23

Logeman menyatakan bahwa badan hukum sebagai suatu personifikasi atau perwujudan hak dan kewajiban. Sementara itu menurut E. Utrecht, menyatakan bahwa badan hukum adalah badan yang menurut hukum berkuasa menjadi pendukung hak. R. Subekti berpendapat bahwa badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan dapat melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan manusia dan dapat digugat.24

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal-usul badan hukum, teori-teori tersebut antara lain :25

1. Teori Konsesi (Concession Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa kekuatan hukum (legal power) badan hukum diperoleh dari negara. Teori ini muncul karena diperlukan respon negara terhadap masalah bagaimana menjaga kekuatan dari badan hukum tersebut. Untuk itu badan hukum hanya akan mendapat pengakuan dan akseptasi melalui

23

Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010) hal. 43

24

Ibid

25

Hasbullah F. Sjawie, Direksi Perseroan Terbatas Serta Pertanggun jawbaan Pidana Korporasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2013) hal. 63


(38)

proses validasi dari negara melalui pendaftaran dengan sistem yang ditentukan negara.

2. Teori Perjanjian (Contract Theory)

Teori perjanjian memandang badan hukum sebagai asosiasi yang dibentuk berdasarkan perjanjian oleh para pendirinya. Corporate Structure dari badan hukum secara substansi merupakan hasil dari perjanjian antara pendiri dan pengelolanya. Teori ini mempermasalahkan mengapa diperlukan persetujuan dari negara untuk bisa mendirikan badan hukum.

Demikian juga halnya dengan badan hukum, bahwa suatu badan hukum bisa membuat suatu perikatan atau melakukan suatu tindakan hukum atau hubungan hukum seperti halnya manusia. Badan hukum bisa memiliki harta dan juga memiliki piutang maupun utang seperti halnya manusia. Bila seseorang sebagai subjek hukum hendak melakukan suatu tindakan hukum atau perikatan,

maka ia harus memenuhi suatu syarat yang disebut “kecakapan”. Dengan kata lain bahwa subjek hukum harus “cakap”. Salah satu ciri khas yag membedakan subjek

hukum pribadi dengan subjek hukum berupa badan hukum adalah saat lahirnya subjek hukum tersebut, yang pada akhirnya akan menentukan saat lahirnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi masing-masing subjek hukum tersebut.

Dalam pengetahuan tentang badan hukum, dikenal beberapa teori yang menjadi landasan teoritis mengenai eksistensi dari badan hukum itu sendiri, antara lain:26

26

Kurniawan, “Tanggung Jawab Direksi dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas”, Jurnal Mimbar hukum, Vol. 24, No. 2, 2012,


(39)

29

1. Teori Fiksi (fictie theorie)

Teori ini berasal dari Von Savigny yang berpendapat bahwa badan hukum itu semata-mata buatan negara saja. Sebetulnya menurut alam hanya manusia saja sebagai subjek hukum, badan hukum itu hanyalah suatu fiksi, yaitu sesuatu yang sesungguhnya tidak ada tetapi orang menciptakannya dalam bayangannya suatu pelaku (badan) hukum sebagai subjek hukum diperhitungkan sama seperti manusia. Menurut teori ini, badan hukum adalah ciptaan atau rekayasa manusia, merupakan suatu hasil fiksi manusia. Kapasitas badan hukum ini didasarkan pada hukum positif. Oleh karena personalitas badan hukum ini didasarkan pada hukum positif, negara mengakui badan hukum tersebut dengan segala hak dan kewajiban yang dimilikinya, diperlakukan sama dengan manusia. Konsep “legal personality” juga dikenal di negara-negara yang menganut sistem common la w.

2. Teori harta kekayaan bersama bertujuan (doel vermogens theorie)

Dikemukakan oleh Brinz, menurutnya hanya manusia saja yang dapat menjadi subjek hukum. Tetapi juga tidak dapat dibantah adanya hak-hak atas suatu kekayaan, sedangkan tiada manusia pun menjadi pendukung hak-hak itu. Apa yang dinamakan hak-hak dari suatu badan hukum sebenarnya hak-hak yang tidak ada yang mempunyainya dan sebagai penggantinya adalah suatu harta kekayaan yang terikat oleh suatu tujuan.

3. Teori Organ (orgaan theorie)

Berasal dari Otto von Gierke. Badan hukum itu adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada di dalam


(40)

pergaulan hukum. Badan hukum disini tidak hanya merupakan pribadi yang sesungguhnya, tetapi juga mempunyai kehendak atau kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat kelengkapan atau organ-organnya (pengurus, anggota-anggotanya), dan apa yang mereka putuskan adalah kehendak atau kemauan dari badan hukum. Teori ini menggambarkan badan hukum sebagai suatu yang tidak berbeda dengan manusia.

4. Teori kekayaan bersama

Disamping hak milik pribadi, hak milik itu merupakan harta kekayaan bersama (propriete collective theorie; gezamenlijke vermogens theorie) menurut Planiol dan Molengraff. Menurut teori ini, hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban anggota bersama kekayaan bersama. Anggota-anggota badan hukum tidak hanya dapat memiliki masing-masing untuk bagian yang tidak dapat dibagi, tetapi juga sebagai pemilik bersama-sama untuk keseluruhan, sehingga mereka secara pribadi tidak berbersama-sama-bersama-sama semuanya menjadi pemilik. Orang-orang yang berhimpun itu semuanya merupakan suatu kesatuan dan membentuk suatu pribadi, yang dinamakan badan hukum. Atas dasar ini, maka badan hukum itu tidak lain adalah suatu konstruksi yuridis belaka.

Perlu dikemukakan juga bahwa suatu badan dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu badan yang berbentuk bukan badan hukum dan badan yang berbentuk badan hukum.


(41)

31

Termasuk badam yang berbentuk bukan badan hukum adalah sebagai berikut:27

1. Persekutuan Perdata (Maatschaap) yang diatur dalam pasal 1618 s/d 12 KUHPerdata (Burgerlijk Wetboek).

2. Firma, yang diatur dalam pasal 16 s/d 18 dan 22 s/d 35 KUHDagang (Wetboek va n Koopha ndel).

3. Persekutuan Komanditer (Comanditare Venootschap), yang diatur dalam pasal 19 s/d 21 KUHDagang.

Perlu dikemukakan bahwa hukum perdata dalam pengertian sempit adalah KUHPerdata saja, tetapi dalam pengertian yang lebih luas termasuk juga KUHDagang. Dengan demikian, terdapat ketentuan yang secara umum terdapat pada KUHPerdata tetapi secara khusus diatur dalam KUHDagang. Dalam berbagai kasus, kedua undang-undang tersebut saling mengisi.

Berkaitan dengan keberadaan badan yang termasuk “bukan badan hukum”

ini, ketentuan yang melandasi operasionalnya sudah sangat ketinggalan zaman. Oleh karena itu, terdapat dorongan untuk membuat suatu undang-undang tersendiri dan berlaku terhadap seluruh badan yang berbentuk bukan badan hukum, tetapi sampai saat ini hal tersebut belum diatur.

Adapun badan yang merupakan badan hukum, antara lain sebagai berikut:28

1. Badan Hukum Publik, seperti negara/Pemda.

27

Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas: Keberadaan, Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008

28


(42)

2. Perseroan Terbatas, yang diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, termasuk perseroan terbatas terbuka (Tbk.) yang diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang diatur dapam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Termasuk dalam BUMN adalah berikut ini:

a) Perusahaan Persero, diatur juga dalam Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1998, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2001.

b) Perusahaan Umum, diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Jawatan.

c) Perusahaan Jawatan, yang harus diubah pada tanggal 19 Juni 2005 harus telah diubah menjadi Perusahaan Persero atau Perusahaan Umum.

4. Koperasi, diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

5. Yayasan, diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan. 6. Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yang antara lain diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 152 Tahun 2000 untuk Universitas Indonesia dan akan berkembang sesuai dengan perubahan perguruan tinggi yang berubah statusnya menjadi BHMN.

7. Dana Pensiun, diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.


(43)

33

8. Badan Usaha Milik Daerah, diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam hal ini, agar diperhatikan juga Undang-Undang No. Tahun 192 tentang Perusahaan Daerah.

9. Perkumpulan Umum, diatur dalam pasal 1653 s/d 1665 KUHPerdata.

10. Organisasi Politik, yang diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum Indonesia yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan memenuhi persyaratan tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas setidaknya memberikan lima hal pokok yang diberikan dari batasan pengertian Perseroan Terbatas, yaitu :

1. Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum; 2. Didirikan berdasarkan perjanjian;

3. Menjalankan usaha tertentu;

4. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham; 5. Memenuhi persyaratan undang-undang.

Undang-Undang Perseroan Terbatas menegaskan bahwa Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang tercipta karena undang-undang. Aturan ini sejalan dengan dengan konsep common law, di mana Lord Shaw of

Dunfermline’s pada perkara Daimler Co. Ltd. V. Continental Tire & Rubber Co.


(44)

sebagai “It is a crea tion of la w convenient for the purposes of ma na gement, of

holding of property, of the association of individuals in business transaction …”29

Perseroan terbatas sejatinya adalah badan hukum yang terbentuk berdasarkan undang-undang, tepatnya apa yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada dasarnya ada 3 landasan bahwa suatu lembaga dianggap sebagai badan hukum. Dasar demikian dapat ditemui di berbagau teori hukum, yaitu berdasarkan diktrin hukum, berdasarkan undang-undang dan berdasarkan yurisprudensi.

1. Berdasarkan doktrin hukum

Doktrin hukum mengemukakan adanya 4 (empat) unsur suatu badan dianggap sebagai badan hukum :

a. harus ada harta kekayaan yang terpisah, lepas dari kekayaan anggotanya.

b. mempunyai tujuan tertentu.

c. adanya kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh hukum. d. adanya organisasi yang teratur.

Hal yang agak sulit dalam penerapan doktrin hukum ini adalah butir (1) yang menyatakan harus ada kekayaan yang terpisah karena dalam perkembangannya, pengertian terpisah tersebut dapat diartikan dengan berbagai interpretasi yang berbeda. Apakah misalnya arisan di rukun tetangga yang uangnya dikelola oleh pengurus, termasuk badan hukum karena secara hakikat uang anggota arisan yang terpisah dari harta pengurus? Jika arisan


(45)

35

dianggap sebagai badan hukum, kesulitan dalam praktik di lapangan adalah identifikasi nasabah jika pengurus arisan membuka rekening terkait dengan know your customers principa ls.

2. Berdasarkan undang-undang

Berdsasarkan undang-undang pengertiannya adalah bahwa suatu badan dinyatakan sebagai badan hukum oleh undang-undang, tetapi tidak berarti harus ada dalam undang-undang itu sendiri. Suatu badan ditunjuk sebagai badan hukum oleh undang-undang, antara lain sebagai berikut:

a. dinyatakan dengan tegas dalam undang, misalnya undang-undang telah menunjuk berbagai lembaga sebagai badan hukum. Ini dapat dilihat dan dinyatakan dala ketentuan itu sendiri bahwa lembaga itu sebagai badan hukum. Unsur-unsur yang harus dipenuhi juga telah terdapat dalam undang-undang itu sendiri, contoh yang konkret untuk masalah ini adalah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas.

b. melakukan penafsiran, isalnya dengan menarik suatu kesimpulan dari suatu ketentuan bahwa badan itu telah memenuhi syarat berdasarkan ketentuan yabg berlaku dan oleh karena itu dapat dikatakan sebagai badan hukum.

3. Berdasarkan yurisprudensi dan kebiasaan

Terdapat hubungan yang erat sekali antara teori hukum dan hukum positif (dogmatik hukum), sebab teori hukum mengembangkan dirinya yang nantinya dapat diimplementasikan dalam dogmatif hukum. Dengan demikian, tidak


(46)

dapat dikatakan bahwa badan hukum itu hanya yang terdapat dalam ketentuan (undang-undang) saja karena teori hukum akan dapat menggali lebih banyak badan hukum lain diluar yang telah diatur dalam perundang-undangan, termasuk didalamnya adanya yurisprudensi, contohnya seperti yayasan (stichting). Yayasan, baik berdasarkan yurisprudensi, kebiasaan, maupun berdasarkan doktrin telah memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai badan hukum, jauh sebelum berlakunya Undang-Undang No. 17 Tahun 2001, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.

Sejalan dengan hal tersebut, Yahya Harahap menyebutkan bahwa perseroan terbatas sebagai badan hukum adalah makhluk hukum (a creature of la w).30 Hal ini berbeda dengan KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) yang tidak secara tegas menyebutkan suatu perseroan merupakan badan hukum. Suatu perseroan terbatas sebagai badan hukum menurut Ridwan Syahrani mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.31

1. Adanya harta kekayaan yang terpisah

Yaitu bahwa perseroan mempunyai harta kekayaan yang terpisah dari harta pemegang sahamnya dan didapat dari pemasukan pemegang saham yang berupa modal dasar, modal yang ditempatkan, dan modal yang disetor.

2. Mempunyai tujuan tertentu

30

M. Yahya Harahap, Separate Entity, Limited Liability, dan Piercing the Corporate Veil, Jurnal Hukum Bisnis Volume 26, No. 3, Tahun 2007, hal. 44


(47)

37

Yaitu tujuan tertentu dari suatu perseroan dapat diketahui dalam anggaran dasarnya sebagaimana dalam pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Mempunyai kepentingan sendiri

Yaitu hak-hak subjektif sebagai akibat dari peristiwa hukum yang dialami yang merupakan kepentingan yang dilindungi hukum dan dapat menuntut serta mempertahankan kepentingannya terhadap pihak ketiga.

4. Ada organisasi yang teratur

Yaitu badan hukum mempunyai organisasi yang teratur; demikian pua dengan perseroan yang mempunyai anggaran dasar yang terdapat dalam akta pendiriannya yang menandakan adanya organisasi yang teratur.

Dilain pihak, Ray Widjaja menyebutkan bahwa ciri dan sifat yang membedakan Perseroan terbatas dengan badan hukum lainnya adalah sebagai berikut:32

1. saham:

2. Bertanggung jawab hanya pada apa yang disetorkan atau tanggung jawab Perseroan Terbatas adalah asosiasi modal.

3. Kekayaan dan utang Perseroan Terbatas adalah terpisah dari kekayaan dan utang pemegang saham.

a. Pemegang terbatas (limited liability);

32


(48)

b. Tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambil;

c. Tidak bertanggung jawab secara pribadi pada perikatan yang dibuat atas nama perseroan.

4. Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi. 5. Memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas.

6. Kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Namun demikian, secara lebih komprehensif, Bainbridge menjelaskan ciri-ciri suatu Limited Liability Company yang dalam sistem hukum Indonesia dipadankan dengan Perseroan Terbatas, terdiri atas:33

1. Associa tes

Pendirian Limited Liability Company, didasarkan pada berkumpulnya subjek hukum dan berkumpulnya modal.

2. A business purpose

Pendirian dari Limited Liability Company, harus ditujukan untuk kepentingan mencari keuntungan.

3. Continuity of life

Hidupnya Limited Liability Company terpisah dari hidupnya para pengurus (manajemen), pergantian manajemen tidak mengakibatkan kematian dari Limited Liability Company.

4. Centra liza tion of ma na gement

33


(49)

39

Pendiri Limited Liability Company terpisah dari Limited Liability Compa ny sebagai Legal Entity, dalam penyelengaraan kegiatan Limited Lia bility Compa ny, pendiri tidak dapat mencampuri manajemen dari perseroan.

5. Limited lia bility

Limited Lia bility Compa ny sebagai legal entity, memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pendirinya dan bersifat mandiri, oleh karena itu pendiri sebagai pemegang saham terbatas tanggung jawabnya pada saham yang dimiliki

6. Free tra sfera bility of ownership

Kepemilikan atas saham suatu Limited Liability Company adalah tidak diam, tetapi dapat diperdagangkan dan dialihkan kepada pihak lain sehingga kepemilikannya atas saham suatu Limited Liability Company tidak selalu dimiliki oleh pendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan ciri pokok dari perseroan terbatas yaitu mempunyai kekayaan sendiri, ada para pemegang saham yang bertindak sebagai pemasok modal, tanggung jawabnya tidak melebihi modal yang disetor, harus ada pengurus yang teroganisir guna meakili perseroan dalam menjalankan aktivitasnya dalam lalu lintas hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan serta tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan-perikatan yang dibuat oleh perseroan terbatas.

Menurut Henry Hansmann dan Reiner Kraakman, hal yang sangat sentral dalam mendefinisikan korporasi dan membedakan dengan bentuk organisasi yang


(50)

lain prinsip separate legal personality dan limited liability.34 Terhitung sejak memperoleh status badan hukum, maka sejak saat itu hukum memperlakukan pemilik atau pemegang saham dan pengurus atau direksi, terpisah dari korporasi itu sendiri, yaitu sebagai subjek hukum yang mandiri. Menurut Ross Grantham, konsekuensi dari corporate personality tersebut adalah diakuinya korporasi untuk tujuan hukum, korporasi sebagai pengemban hak dan kewajiban yang berbeda dengan hak dan kewajiban yang dimiliki individu untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis korporasi tersebut.35

Konsep legal personality ini pertama kali berasal dari perkara Salomon v. A Salomon & Co. Ltd, yang menyebutkan bahwa entitas hukum bukan manusia telah ada sejak jaman romawi. Kaitannya dengan limited liability, menurut Pettet, pemegang saham tidak bertanggungjawab untuk berkontribusi terhadap aset korporasi melebihi saham yang mereka miliki. Bahkan hukum Inggris melalui Section 74 The Insolvency Act 1986 menyebut prinsip limited liability ini sebagai kekebalan pemegang saham dari hutang korporasi. Oleh karena itu, disimpulkan oleh Ross Grantham bahwa prinsip limited liability adalah “spea ks expressly to sha reholderssedangkan prinsip separate legal personality adalah memberikan secara tidak langsung perlindungan bagi direksi dan juga perlindungan atas investasi dari pemegang saham dalam bisnis korporasi.36

34

Hardijan Rusli, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

35

Teddy, Op. Cit., hal. 18

36


(51)

41

Dengan demikian meskipun orang yang menjalankan perseroan silih berganti, perseroan tetap memiliki identitas yang mandiri. Demikian juga dengan alur kepentingan korporasi yang terus berputar, atau diulang kembali setiap kali terjadi perubahan pemegang saham, direksi, maupun komisaris.

Dalam pelaksanaan di Indonesia, doktrin separate legal personality ini memiliki pengecualian sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas bahwa setelah perseroan memperoleh status badan hukum, pemegang saham hanya tinggal satu orang saja. Dalam jangka waktu enam bulan terhitung sejak berkurangnya pemegang saham tersebut, maka pemegang saham terisisa wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada pihak lain atau mengeluarkan saham baru kepada pihak lain. Jika dalam waktu enam bulan tersebut pemegang saham tetap kurang dari dua atau tidak dilaksanakan ketentuan tersebut, maka doktrin separate legal personality tersebut menjadi terabaikan, sehingga pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala macam perikatan atau kerugian perseroan.

C. Organ-Organ dalam Perseroan Terbatas

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa organ perseroan adalah rapat umum pemegang saham, direksi, dan dewan komisaris.37

37

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab I, Pasal 1 angka 2.


(52)

Tiap-tiap organ perseroan tersebut memiliki fungsi masing-masing, mempunyai kedudukan yang paralel dan yang satu tidak berada di bawah yang lainnya.

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan/atau anggaran dasar.38 Ini merupakan organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris.

RUPS diadakan di tempat kedudukan perseroan melakukan kegiatan usahanya yang utama sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar ataupun di tempat lain di luar tempat kedudukan perseroan yang telah ditetapkan di dalam anggaran dasar tetapi harus terletak di wilayah negara Republik Indonesia. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan.

RUPS terdiri dari 2 (dua) macam yaitu RUPS tahunan dan RUPS lainnya. RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat

38


(53)

43

6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir.39 Dalam RUPS tahunan, harus diajukan semua dokumen dari laporan tahunan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan kepentingan perseroan.

Sebelum menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya, Direksi lebih dahulu melakukan pemanggilan RUPS. Dalam hal tertentu, pemanggilan ini dapat dilakukan oleh dewan komisaris atau pemegang saham berdasarkan penetapan ketua pengadilan negeri. Pemanggilan RUPS adalah kewajiban Direksi. Pemanggilan RUPS dapat dilakukan oleh Dewan Komisaris, antara lain dalam hal Direksi tidak menyelenggarakan RUPS sebagaimana ditentukan dalam Pasal 79 ayat (6) dan pada pasal 81, dalam hal Direksi berhalangan atau terdapat pertentangan kepentingan antara Direksi dan perseroan.

Pemanggilan RUPS tersebut dapat dilakukan atas permintaan satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil ataupun atas permintaan Dewan Komisaris.40

Pemanggilan RUPS dilakukan dengan surat tercatat paling lambat 14 hari sebelum tanggal RUPS diadakan dengan tidak memperhitungkan

39

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 78 ayat (2)

40

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab IV, Pasal 79 ayat (2)


(54)

tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS.41 Maksudnya untuk memastikan panggilan tersebut telah dilakukan dan ditujukan ke alamat pemegang saham. Pemanggilan RUPS untuk Perseroan Terbuka dilakukan dalam dua surat kabar harian.

Bagi Perseroan Terbuka, sebelum pemanggilan RUPS dilakukan wajib didahului dengan pengumuman mengenai akan diadakannya pemanggilan RUPS dengan maksud memberi usul kepada Direksi agar menambah acara RUPS dan pengumuman tersebut dilakukan paling lambat empat belas hari sebelum pemanggilan RUPS.42

Dewan Komisaris wajib melakukan pemanggilan RUPS jika Direksi tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang telah ditentukan, yaitu paling lambat lima belas hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. RUPS ini diselenggarakan hanya untuk membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan permohonan diadakannya RUPS oleh pemegang saham dan Dewan Komisaris. Apabila Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka yang telah ditentukan, maka pemegang saham yang meminta penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan untuk menetapkan

41

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 82 ayat (1)

42


(55)

45

pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut.43

Ketua pengadilan negeri setelah memanggil dan mendengar pemohon, Direksi dan/atau Dewan Komisaris, menetapkan pemberian izin untuk menyelenggarakan RUPS apabila pemohon secara sumir telah membuktikan bahwa persyaratan telah dipenuhi dan pemohon mempunyai kepentingan yang wajar untuk diselenggarakannya RUPS. Penetapan ketua pengadilan negeri tersebut memuat juga ketentuan mengenai:44

a. Bentuk RUPS, mata acara RUPS sesuai dengan permohonan pemegang saham, jangka waktu pemanggilan RUPS, kuorum kehadiran, dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS, serta penunjukan ketua rapat, sesuai dengan atau tanpa terikat pada ketentuan undang-undang atau anggaran dasar. b. Perintah yang mewajibkan Direksi dan/atau Dewan Komisaris untuk

hadir dalam RUPS

Setiap saham yang dikeluarkan di dalam RUPS mempunyai satu hak suara kecuali anggaran dasar menentukan lain, namun hak suara tersebut tidak berlaku untuk:45

a. Saham perseroan yang dikuasai sendiri oleh perseroan;

43

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 80 ayat (1)

44

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VI, Pasal 80 ayat (3).

45

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas , Bab VI, Pasal 84.


(1)

103 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka perlu penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengurusan perseroan terbatas ditentukan oleh direksi perseroan yang memiliki peran sentral dalam pengurusan perseroan. Peran sebagai pengurus perseroan yang dijalankan direksi harus memperhatikan ketentuan tugas dan tanggung jawab direksi baik yang diatur dalam UUPT, anggaran dasar perseroan, maupun keputusan yang dibuat oleh RUPS. Tindakan direksi yang salah atau lalai membuat direksi harus mempertanggung jawabkan tindakan tersebut secara hukum. Peran sebagai wakil perseroan membuat direksi memiliki tugas untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan mengacu pada ketentuan UUPT dan aturan terkait lainnya. 2. Proses pelaksanaan pemisahan perseroan tentunya harus tunduk pada peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Proses ini diawali dengan adanya rancangan pemisahan yang dikeluarkan oleh direksi yang kemudian dilanjutkan dengan pengumuman mengenai rencana pemisahan tersebut kepada pihak ketiga. Pihak ketiga, dalam hal ini kreditur, diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatannya terhadap rencana pemisahan tersebut. Direksi berkewajiban untuk menyelesaikan keberatan tersebut sebelum RUPS yang mengambil keputusan tentang pemisahan dimulai. Jika


(2)

keberatan tersebut tidak dapat diselesaikan oleh direksi, maka keberatan tersebut harus dibawa dalam RUPS untuk diselesaikan. Tanpa adanya penyelesaian terhadap keberatan tersebut maka pemisahan tidak dapat dilaksanakan.

3. Pemisahan dapat mengakibatkan beralihnya aktiva dan pasiva dari perseroan yang melakukan pemisahan. Peralihan ini tentunya dapat diikuti dengan beraihnya kewajiban penyelesaian pasiva terhadap perseroan hasil pemisahan. Peralihan ini harus dilakukan dengan itikad baik untuk menghindari adanya hal yang tidak diinginkan oleh para pihak. Perlindungan hukum bagi kreditur menjadi suatu pegangan bagi kreditur untuk menjamin hak-haknya tidak terabaikan atau malah sengaja diabaikan.

B. Saran

Melihat berbagai kondisi yang ada, melalui tulisan ini penulis mengajukan beberapa saran, yakni:

1. Di harapkan di masa yang akan datang para pembuat Undang-Undang juga memperhatikan proses pelaksanan pemisahan perseroan dengan mengeluarkan regulasi khusus sehingga mampu menampung kepentingan perseroan, karyawan, pemegang saham minoritas dan kreditor yang melakukan pemisahan perseroan sehingga proses pelaksanaan pemisahab perseroan dapat berjalan dengan baik.

3. Sudah seharusnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dilakukan perbaikan agar mengatur secara rigid dan eksplisit hal-hal


(3)

105

mengenai pemisahan perseroan sehingga tidak terjadi penafsiran yang tidak tepat terhadap pengaturan pemisahan perseroan.

2. Pemisahan perseroan menyebabkan akibat hukum terhadap perseroan yang dipisahkan dan kreditur, oleh karena itu pemisahan perseroan harus tetap memperhatikan dan menjunjung tinggi asas perundang-undangan di Indonesia tentang tata kelola perseroan yang baik sehingga tidak merugikan para pihak yang terlibat dalam pemisahan perseroan tersebut.


(4)

Adib, Bahari. Prosedur Cepat Mendirikan Perseroan Terbatas, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010.

Ali, Chaidir. Badan Hukum, Bandung: Alumni, 1999.

Bramantyo, Djohanputro. Restrukturisasi Perseroan Di Indonesia , Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003.

Deliarnov, Ekonomi Politik, Erlangga: Jakarta, 2006.

Fuady, Anwar. Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.

Harahap, Yahya. Hukum Perseroan Terbatas, cet.2, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Hartono, Sunaryati. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia , Bandung: Bina

Cipta, 1998.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Prenanta Media, 2005.

HS, Salim. Hukum Kontrak dan Teori Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.

Ibrahim, Johanes dan Lindawati Sewu, Hukum Bisnis Dalam Perspektif Manusia Modern, Bandung : Refika Aditama, 2007.

Mulhadi. Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia , Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Novel, Dean. Analisis Restrukturisasi Peseroan, Jakarta: Universitas Pancasila, 2002

Ruky, Saiful Menilai Penyertaan Dalam Perseroan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Rusli, Hardijan. Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya , Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.

Sjawie, Hasbullah F. Direksi Perseroan Terbatas Serta Pertanggungjawbaan Pida na Korpora si, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2013.


(5)

107

Sunarmi. Hukum Kepailitan, Jakarta:Penerbit PT. Sofmedia, 2010.

Supramono, Gatot. Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Djambatan, 2009.

Surya, Indra. Transaksi Benturan Kepentingan di Pasar Modal, Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Ekonomi FHUI, 2009.

Wicaksono, Frans Satrio. Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisa ris Perseroa n Terba ta s, Malang: Visimedia, 2009.

Widiyono, Try. Direksi Perseroan Terbatas: Keberada an, Tugas, Wewenang, dan Ta nggung Ja wa b, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008

Widjaja, Gunawan. Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris, dan Pemilik PT, Jakarta: Forum Sahabat, 2008.

B. Peraturan-peraturan

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Putusan MA atas Perkara Perdata No. 419/K/Pdt/1988 tahun 1993 antara PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja v. Setiarko dan KRT Rubianto Argonandi

C. Makalah

Nasution, Bismar. Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan, Disampaikan pada seminar nasional Menciptakan Good Corporate Governance pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan PT (Persero) BUMN, Jakarta, 2007.

Rajagukguk, Erman. New Indonesian Limited Liability Company Law: Liabilitis of Sha reholders and Boa rf of Compa ny, Makalah disampaikan dalam 4th

Asian Law Institute Conference on “Voice from Asia for a Just a nd

Equita ble World”, Fakultas Hukum Unversitas Indonesia, Jakarta, Mei 2007.

D. Jurnal

Harahap, M. Yahya. Separate Entity, Limited Liability, dan Piercing the Corpora te Veil, Jurnal Hukum Bisnis Volume 26, No. 3, Tahun 2007.


(6)

Kurniawan, “Tanggung Jawab Direksi dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas”, Jurnal Mimbar hukum, Vol. 24, No. 2, 2012.

Pramono, Nindyo. Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengurus PT Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Vol. No. 3, Desember 2007.

Surya, Indra. Transaksi Benturan Kepentingan di Pasar Modal, Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Ekonomi FHUI, 2009.

E. Tesis

Qomaruddin, “Penggabungan Perseroan Terbatas dan Akibat yang Timbul Dari Penggabungan Perseroan Terbatas,” Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana, Undip, 2002.

F. Website

http://jurnalhukum.com/asas-asas-perjanjian/ (diakses pada tanggal 5 Juli 2015)