PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VIII MTS SWASTA PAB 3 HELVETIA LABUHAN DELI.

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK

SISWA KELAS VIII MTS SWASTA PAB 3 HELVETIA LABUHAN DELI

Oleh :

Khairun Nisak Nasution NIM. 4111111013

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2015


(2)

(3)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas segala berkah, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalaah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.

5. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika.

6. Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S., selaku Pembimbing Skripsi penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan, dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Syafari, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA) yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.


(4)

v

8. Bapak Mulyono, S.Si, M.Si, Bapak Denny Haris, S.Si, M.Pd dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.

10. Bapak Drs. H. Paino, sebagai Kepala Sekolah yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli. 11. Ibu Sri Nilawati, S.Ag, sebagai guru bidang studi matematika di MTs Swasta PAB 3 dan peserta didik kelas VIII-A dan VIII-B atas kerjasama dan kesediannya dalam membantu penulisan ini.

12. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Almarhum Ayahanda Amlan Nasution dan Ibunda Zaitun, S.Pd untuk setiap tetes keringat dan air mata, untuk kasih sayang yang tak pernah berkurang, untuk harapan yang tak pernah pudar, do’a yang tak henti, yang selalu membanggakan tak peduli berapa kali mengecewakan, dan terima kasih untuk perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis selama ini.

13. Kakakku tersayang Fauziah Nasution, M.Pd, abangku terkasih Fauzan Affan Nasution dan adikku terganteng Muhammad Mu’arif Nasution untuk dukungan, perhatian juga sayang yang begitu besar, dan juga terima kasih untuk pelajaran hidup yang begitu berharga.

14. Kepada keluarga besar saya, ibu, oom, uwak, bou, amangboru, bunde, pakcik, kakak, abang, adik yang telah memberikan do’a, semangat, serta dukungan. 15. Teman seperjuangan Nuriza Hafsyah untuk support dan canda tawa yang

telah dilewati bersama. Love you beb.

16. Seluruh sahabat Matematika DIK-C 2011 yang sangat luar biasa, terima kasih untuk perjuangan bersama yang berat tapi terasa menyenangkan, untuk petualangan bersama yang telah kita lewati, untuk suka dan duka yang tercipta, dan untuk kegilaan yang sulit dilupakan.

17. Khusus kepada sahabat-sahabat tercinta, terkasih, tersayang, Intan Kurniati alias Pompom, Rukiah Harahap alias Kiyak, Eka Rezki Nopianty alias Mbak Eka, Layla Fadhilah alias Dildul, dan Poppy Amalia alias Popay yang dipertemukan untuk berjuang bersama-sama.


(5)

vi

18. Kawan-kawan PPLT SBA Perbaungan 2014 yang pernah menjadi bagian cerita indah dalam hidup penulis.

19. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2011 yang pernah berbagi cerita dan membekaskan kenangan.

20. Bayo Angin.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini. Semoga dukungan dan bantuan yang telah diberikan dirahmati oleh Allah SWT. Akhir kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya yang sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Medan, Juni 2015 Penulis,

Khairun Nisak Nasution NIM 4111111013


(6)

iii

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK

SISWA KELAS VIII MTS SWASTA PAB 3 HELVETIA LABUHAN DELI

Khairun Nisak Nasution (4111111013)

ABSTRAK

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung di kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli Tahun Ajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs PAB 3 Helvetia Labuhan Deli dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A kelas VIII-B sebanyak 61 orang. Jenis penulisan ini adalah eksperimen. Data yang digunakan adalah tes PAM yang diambil dari 15 butir soal UN Sekolah Dasar dan tes kemampuan pemecahan masalah berbentuk uraian sebanyak 4 soal. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas tes dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas tes menggunakan uji F. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil tes PAM kedua sampel berdistribusi normal dan homogen, dengan demikian penulis bisa memberikan perlakuan kepada kedua sampel. Dari hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik yang diberi pembelajaran berbasis masalah adalah dengan simpangan baku dan rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik yang diberi pembelajaran langsung adalah simpangan baku . Untuk uji hipotesis digunakan uji t, dari hasil perhitungan diperoleh dan . Ternyata

, sehingga ditolak dan diterima sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung.


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 6

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 8

1.7 Definisi Operasional 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 9 2.1.2 Masalah Dalam Matematika 11 2.1.3 Pemecahan Masalah Matematika 12 2.1.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 16

2.1.5 Model Pembelajaran 19

2.1.6 Model Pembelajaran Berbasis Masalah 21 2.1.7 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah 22 2.1.8 Karakteristik dan Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah 23 2.1.9 Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah 24


(8)

viii

2.1.10 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah 24 2.1.11 Teori Belajar yang Mendukung PBM 26 2.1.12 Pelaksanaan model dalam Pembelajaran Matematika 28

2.1.13 Pembelajaran Langsung 30

2.1.14 Materi Kubus dan Balok 32

2.2 Penelitian yang Relevan 38

2.3 Kerangka Berikir 40

2.3 Hipotesis Penelitian 41

BAB III METODE PENELITIAN 42

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 42

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 42

3.2.1 Populasi Penelitian 42

3.2.2 Sampel Penelitian 42

3.3 Variabel Penelitian 42

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 42

3.5 Prosedur Penelitian 43

3.6 Instrumen Pengumpul Data 45

3.7 Teknik Analisis Data 45

3.7.1 Uji Normalitas 45

3.7.2 Uji Homogenitas 47

3.7.3 Pengujian Hipotesis 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 50 4.1.1 Deskripsi Hasil Tes PAM Kelas Eksperimen & Kelas Kontrol 50 4.1.2 Deskripsi Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51

4.2 Analisis Data 52

4.2.1 Uji Normalitas Data 52

4.2.2 Uji Homogenitas Data 53

4.2.3 Uji Hipotesis 54


(9)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 58

5.1 Kesimpulan 58

5.2 Saran 58


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Perbandingan Langkah-langkah Pemecahan Masalah 15 Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan

Tahap Pemecahan Masalah Oleh Polya 18 Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah 22

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 43

Tabel 4.1 Data Nilai Tes PAM Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 50 Tabel 4.2 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52 Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data 53 Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas Data 53 Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Tes PAM 54 Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian 55


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kubus 32

Gambar 2.2 Jaring-jaring Kubus 34

Gambar 2.3 Balok 34

Gambar 2.4 Jaring-jaring Balok 36

Gambar 2.5 Kubus 36

Gambar 2.6 Balok 36

Gambar 2.7 Skema Kerangka Berpikir 40 Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian 44 Gambar 4.1 Diagram Rata-rata dan Simpangan Baku Data PAM 51 Gambar 4.2 Diagram Rata-rata dan Simpangan Baku Data Postes 52


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sejak adanya manusia di muka bumi dengan peradabannya maka sejak itu pula pada hakekatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Sugiono, 2009:42):

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, mayarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan kegiatan komunikasi antarmanusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Dengan pendidikan, seseorang akan dapat membekali hidupnya dengan berbagai macam pengalaman.

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan kualitas pendidikan. Banyaknya permasalahan pendidikan yang diungkap di berbagai media menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pendidikan yang belum dapat dicari pemecahannya. Salah satunya berkaitan erat dengan pendidikan matematika.

Lerner (dalam Abdurrahman, 2012:201) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Hudojo (2005:37) menyatakan bahwa matematika suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap anak didik sejak SD bahkan sejak TK. Hal ini dimaksudkan untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan bekerja sama.


(13)

2

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua orang sejak usia dini. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Cornelius (dalam Abdurrahman, 2012:204):

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Selanjutnya Cockroft (1982:1) berpendapat bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Mathematics is regarded by most people as

being essential (matematika dianggap penting oleh kebanyakan orang), (2) Mathematics is only one of many subjects which are included in the school curriculum (matematika merupakan salah satu dari banyak mata pelajaran yang

termasuk dalam kurikulum sekolah), (3) Mathematics provides a means of

communication which is powerful, concise and unambiguous (matematika

merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas), (4) Mathematics can

be used to present information in many ways (matematika dapat digunakan untuk

menyajikan informasi dalam berbagai cara), (5) Develop powers of logical

thinking, accuracy, and spatial awareness (meningkatkan kemampuan berpikir

logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan), dan (6) Give satisfaction to attempt to

solve challenging problems (memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan

masalah yang menantang).

Hal ini menegaskan bahwa betapa pentingnya peranan matematika yaitu sebagai alat untuk memecahkan masalah baik dalam kehidupan kerja atau dalam kehidupan sehari-hari, sebagai ilmu pengetahuan, dan pembentukan pola pikir serta sikap.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 2005,

memaparkan standar matematika sekolah meliputi standar isi atau materi (mathematical content) dan standar proses (mathematical processes). Standar proses meliputi pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), koneksi (connection), komunikasi (communication), dan representasi (representation). Menurut NCTM bahwa baik standar materi maupun standar proses secara bersama-sama merupakan keterampilan dan pemahaman


(14)

3

dasar yang sangat dibutuhkan para siswa pada abad ke-21 ini. NCTM juga menegaskan bahwa pemecahan masalah merupakan integral dalam pembelajaran matematika, sehingga tidak boleh lepas dari pembelajaran matematika.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Dengan demikian, sudah sewajarnyalah pemecahan masalah ini harus mendapat perhatian khusus, mengingat peranannya dalam mengembangkan potensi intelektual siswa. Untuk mencari penyelesaian dari pemecahan masalah matematika para siswa harus memanfaatkan pengetahuannya, dan melalui proses ini mereka akan sering mengembangkan pemahaman matematika yang baru.

Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika ketika siswa mencapai kriteria-kriteria tertentu atau biasa dikenal dengan indikator. Ada empat indikator pemecahan masalah matematika menurut Polya (1973:5), yaitu: 1) Understanding the problem (memahami masalah), yaitu mampu membuat apa (data) yang diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, dan menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan), 2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian), yaitu dengan mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, dan menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur), 3)

Carrying out the plan (melaksanakan rencana), yaitu menjalankan prosedur yang

telah dibuat untuk mendapatkan penyelesaian, dan 4) Looking back (melihat kembali), memeriksa bagaimana hasil itu diperoleh, memeriksa sanggahannya, mencari hasil itu dengan cara yang lain, melihat apakah hasilnya dapat dilihat dengan sekilas dan memeriksa apakah hasil atau cara itu dapat digunakan untuk soal-soal lainnya.


(15)

4

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang. Mereka hanya menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau kemampuan berpikirnya. Trianto (2009:90) menyatakan bahwa sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru. Permasalahan ini juga diungkapkan oleh Sanjaya (2008):

Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, oleh karena itu anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam kesempatan lain, Arends (dalam Trianto, 2009:90) juga mengemukakan bahwa dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

Laporan The Third International Mathematics Science Study (TIMSS) tahun 1999 (dalam Syaiful, 2012:37) menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas dua SMP (eighth grade) Indonesia relatif lebih baik dalam menyelesaikan soal tentang fakta dan prosedur, akan tetapi sangat lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan jastifikasi/pembuktian, pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematis, menemukan generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan.

Nurdalilah, dkk (2011) pada penelitiannya menyatakan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami soal, merumuskan dari apa yang diketahui dari soal, rencana penyelesaian siswa tidak terarah dan proses perhitungan atau strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak benar. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa juga diungkapkan oleh Hoiriyah (2014) dalam penelitiannya, yaitu bahwa dari 40 orang siswa terdapat 70% siswa yang belum mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, 75% siswa belum mampu merencanakan penyelesaian


(16)

5

masalah, 80% siswa belum mampu melakukan perhitungan dengan benar, dan 90% siswa belum bisa memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.

Hasil wawancara peneliti pada tanggal 12 Februari 2015 dengan guru matematika kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia, Labuhan Deli, Ibu Sri Nilawati, menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah tersebut bersifat monoton, guru menyampaikan materi di depan kelas, memberikan contoh soal yang relevan, dan memberikan soal yang cenderung dapat diselesaikan melalui prosedur yang sudah ada sebagai latihan. Beliau tidak menguasai banyak model maupun metode pembelajaran yang ada sehingga selama ini siswa terbiasa diajarkan dengan metode pembelajaran langsung. Beliau juga mengatakan siswanya tidak begitu berminat terhadap pelajaran matematika sehingga siswa mudah lupa dan mengerti hanya ketika ia menjelaskan.

Berdasarkan paparan di atas yang menjadi salah satu masalah utama adalah siswa tidak diajarkan mengenai langkah penyelesaian masalah matematika dan soal yang diberikan adalah soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur yang sudah ada. Dari hal tersebut muncul indikasi bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih tergolong rendah.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut, seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu mempengaruhi pengetahuan mereka.

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa, salah satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Ratumanan (dalam Trianto, 2009:92) menyatakan:

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

Model pembelajaran ini diawali dengan orientasi siswa pada masalah, kemudian mengorganisasikan siswa untuk belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Selanjutnya guru membimbing penyelidikan individual maupun


(17)

6

kelompok untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan pemecahan masalah. Kemudian siswa diminta untuk menyajikan hasil pemecahan masalahnya di depan kelas. Tahap terakhir ialah melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan siswa dan proses pemecahan masalah yang mereka gunakan (Ibrahim dalam Trianto, 2009:98). Peran guru dalam pembelajaran ini adalah menyodorkan berbagai masalah autentik, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memfasilitasai penyelidikan siswa, dan mendukung pembelajaran siswa.

Pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu model pembelajaran yang menggunakan permasalahan yang ada di dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Rusman, 2012:234). Siswa dituntut melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan diri.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan pembelajaran matematika yang sangat penting, dan salah satu pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar menyelesaikan pemecahan masalah matematik adalah pembelajaran berbasis masalah, maka dilakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli”. 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul sebagai berikut:

1. Siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru


(18)

7

3. Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru sehingga menyebabkan siswa lebih cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran

4. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematik 5. Guru jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah 6. Belum adanya penggunaan model pembelajaran berbasis masalah untuk

mengaktifkan siswa agar kemampuan pemecahan masalah matematik siswa meningkat

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi khususnya pada identifikasi masalah nomor 4 dan 6 sehingga peneliti meletakkan fokus penelitian ini pada pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli Tahun Ajaran 2014/2015.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus

permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung di kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli?”.

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung di kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli.


(19)

8

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah: 1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model

pengajaran berbasis masalah dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik.

2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran berbasis masalah ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

1.7. Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran dimana dalam menemukan konsep matematika dilakukan dengan mengajukan masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan mengacu pada lima langkah pokok, yaitu: (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan manyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. b. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.


(20)

58 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung dengan rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematik berturut-turut adalah 64,37 dan 45,38, sehingga terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa di MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli. Hal ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana yaitu .

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada pengajar matematika agar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dan mampu dengan sendirinya memahami dan mempelajari materi yang diajarkan. Selain itu, pengajar harus rutin memberikan soal-soal pemecahan masalah kepada siswa agar siswa terbiasa dalam mengerjakan soal yang menuntut pemecahan masalah dan mampu memberikan kesimpulan atas jawaban yang mereka peroleh.

2. Bagi guru atau calon guru yang akan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah agar memperhatikan alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.


(21)

59

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan

Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Carson, J., (2007), A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without

Teaching Knowledge, The Mathematics Educator, Vol. 17, No. 2, 7–14 [Online] http://www.files.eric.ed.gov./fulltext/EJ841561.pdf, 02 Maret 2015

Cockroft, W. H., (1982), Mathematics Count, Commercial Colour Press, London.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

Hoiriyah, D., (2014), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

dan Self-Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah di MAN

1 Padangsidimpuan, Tesis, FMIPA UNIMED [Online]

http://www.repository.unimed.ac.id, 09 Mei 2015

Kalsum, F., (2013), Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Ekspositori di Kelas VIII SMP Swasta PAB 2 Medan

Helvetia, Skripsi, FMIPA UNIMED [Online]

http://www.repository.unimed.ac.id, 15 Februari 2015

Nasution, H. A., (2013), Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan

Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Langsung pada Siswa SMP, Tesis, FMIPA

UNIMED [Online] http://www.repository.unimed.ac.id, 15 Februari 2015

Nasution, S., (2008), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

NCTM, (2005), Curriculum Focal Points for Prekindergarten through Grade 8

Mathematics, Reston, VA, United States.

Nurdalilah, dkk, (2011), Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika dan

Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan, Jurnal


(22)

60

Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 109-119 [Online] http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-29439-Jurnal%20109-119.pdf, 09 Mei 2015

Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method, Princeton University Press, Princeton.

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme

Guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Kencana Prenada Group, Jakarta.

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D), Alfabeta, Bandung.

Suprijono, A., (2010), Cooperatif Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Syaiful, (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Edumatika Volume

02 Nomor 01 [Online]

http://eprints.uny.ac.id/7201/1/PM-29%20-%20Syaiful.pdf., 07 Februari 2015

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.


(1)

6

kelompok untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan pemecahan masalah. Kemudian siswa diminta untuk menyajikan hasil pemecahan masalahnya di depan kelas. Tahap terakhir ialah melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan siswa dan proses pemecahan masalah yang mereka gunakan (Ibrahim dalam Trianto, 2009:98). Peran guru dalam pembelajaran ini adalah menyodorkan berbagai masalah autentik, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memfasilitasai penyelidikan siswa, dan mendukung pembelajaran siswa.

Pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu model pembelajaran yang menggunakan permasalahan yang ada di dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Rusman, 2012:234). Siswa dituntut melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan diri.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan pembelajaran matematika yang sangat penting, dan salah satu pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar menyelesaikan pemecahan masalah matematik adalah pembelajaran berbasis masalah, maka dilakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli”. 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul sebagai berikut:

1. Siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru


(2)

7

3. Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru sehingga menyebabkan siswa lebih cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran

4. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematik 5. Guru jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah 6. Belum adanya penggunaan model pembelajaran berbasis masalah untuk

mengaktifkan siswa agar kemampuan pemecahan masalah matematik siswa meningkat

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi khususnya pada identifikasi masalah nomor 4 dan 6 sehingga peneliti meletakkan fokus penelitian ini pada pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli Tahun Ajaran 2014/2015.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus

permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung di kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli?”.

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung di kelas VIII MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli.


(3)

8

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah: 1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model

pengajaran berbasis masalah dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik.

2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran berbasis masalah ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

1.7. Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran dimana dalam menemukan konsep matematika dilakukan dengan mengajukan masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan mengacu pada lima langkah pokok, yaitu: (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan manyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. b. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.


(4)

58 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung dengan rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematik berturut-turut adalah 64,37 dan 45,38, sehingga terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa di MTs Swasta PAB 3 Helvetia Labuhan Deli. Hal ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana yaitu .

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada pengajar matematika agar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dan mampu dengan sendirinya memahami dan mempelajari materi yang diajarkan. Selain itu, pengajar harus rutin memberikan soal-soal pemecahan masalah kepada siswa agar siswa terbiasa dalam mengerjakan soal yang menuntut pemecahan masalah dan mampu memberikan kesimpulan atas jawaban yang mereka peroleh.

2. Bagi guru atau calon guru yang akan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah agar memperhatikan alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.


(5)

59

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Carson, J., (2007), A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without Teaching Knowledge, The Mathematics Educator, Vol. 17, No. 2, 7–14 [Online] http://www.files.eric.ed.gov./fulltext/EJ841561.pdf, 02 Maret 2015

Cockroft, W. H., (1982), Mathematics Count, Commercial Colour Press, London.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

Hoiriyah, D., (2014), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Self-Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah di MAN

1 Padangsidimpuan, Tesis, FMIPA UNIMED [Online]

http://www.repository.unimed.ac.id, 09 Mei 2015

Kalsum, F., (2013), Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Ekspositori di Kelas VIII SMP Swasta PAB 2 Medan

Helvetia, Skripsi, FMIPA UNIMED [Online]

http://www.repository.unimed.ac.id, 15 Februari 2015

Nasution, H. A., (2013), Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Langsung pada Siswa SMP, Tesis, FMIPA UNIMED [Online] http://www.repository.unimed.ac.id, 15 Februari 2015

Nasution, S., (2008), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

NCTM, (2005), Curriculum Focal Points for Prekindergarten through Grade 8 Mathematics, Reston, VA, United States.

Nurdalilah, dkk, (2011), Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika dan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan, Jurnal


(6)

60

Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 109-119 [Online] http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-29439-Jurnal%20109-119.pdf, 09 Mei 2015

Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method, Princeton University Press, Princeton.

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Group, Jakarta.

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Alfabeta, Bandung.

Suprijono, A., (2010), Cooperatif Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Syaiful, (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Edumatika Volume 02 Nomor 01 [Online] http://eprints.uny.ac.id/7201/1/PM-29%20-%20Syaiful.pdf., 07 Februari 2015

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.