ANALISIS KAPASITAS FISKAL KABUPATEN LANGKAT.

ABSTRAK
Syaifullah. Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Langkat. Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar pengaruh jumlah
penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan realisasi penerimaan
daerah serta angkatan kerja terhadap kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat
provinsi Sumatera Utara. Dalam mengukur dan menganalisa digunakan data
runtun waktu (time series) pada periode 1990 – 2009. Analisa data menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan antara jumlah penduduk (JUPEN), Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), dan Realisasi Penerimaan Daerah (RPD) terhadap
kapasitas fiskal (FC) di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan
variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kapasitas fiskal di kabupaten Langkat Provinsi Sumatera
Utara. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien variabelvariabel bebas, yakni : 168,1046 untuk variabel jumlah penduduk, 11,11041 untuk
variabel PDRB, 0,00000005 untuk variabel realisasi penerimaan daerah, serta
21,92862 untuk variabel tingkat pasrtisipasi angkatan kerja. Dengan demikian
setiap kenaikan jumlah penduduk sebesar 1 jiwa akan meningkatkan FC sebesar
168,10% ; setiap kenaikan PDRB sebesar Rp. 1, maka FC akan naik sebesar 11,11
persen dan setiap kenaikan RPD sebesar Rp. 100 juta akan meningkatkan FC

sebesar 5,01% serta setiap kenaikan TPAK sebesar 1% akan meningkatkan FC
sebesar 21,93%.

Kata Kunci : Kapasitas Fiskal, Jumlah Penduduk, Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), Realisasi Penerimaan Daerah (RPD), Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

i

ABSTRACT

Syaifullah. Analysis of Fiscal Capasity in Langkat District. The State University
of Medan School of Postgraduate Studies, 2012.

This studies aims to analyze how much influence the population, the Gross
Regional Domestic Product (GDP), and actual revenue and the fiscal capacity of
the labor force in Langkat district of North Sumatera province. Used in measuring
and analyzing time series (time series) in the period 1990 – 2009. Analysis of data
using the method of Ordinary Least Square (OLS). The results showed a
significant effect between the Gross Regional Domestic Product (GDP), Regional

Income Realization (RDP), and the Labor Force Participation Rate (LFPR) of
fiscal capacity (FC) in Langkat District of North Sumatera province. While a
variable number of people (JUPEN1) had no significant effect on the fiscal
capacity in langkat district of North Sumatera province. The magnitude of these
effect is shown by the coefficient of the independent variable, namely : 168,1046
for a variable number of people, 11,11041 for the GDP variable, 0,00000005 for
the realization of revenue, and 21,92862 for the variable rate participation
workforce. The

Keywords : Fiscal Capacity,Total Population, Gross Regional Domestic Product
(GDP), Regional Income Realization (RPD), Labour Force
Participation Rate (LFPR)

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt karena dengan rahmad dan karunia yang
diberikanNya sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dan menyelesaikan
tesis tentang “Analisis Kapasitas Fiskal di Kabupaten Langkat” ini dengan baik.
Penulis sadar bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis

ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd selaku Rektor UNIMED.

2.

Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan kejenjang magister.

3.

Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan atas pelayanan akademik
yang diberikan kepada penulis.

4.


Bapak Dr. H. Dede Rusalan, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr.
Arwansyah, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan perhatian
dan kesabaran dalam membimbing sejak awal hingga selesainya penulisan
tesis ini.

5.

Bapak Dr. H. Muhammad Yusuf, Msi, Indra Maipita, M.Si, Ph.D dan Dr.
Parulian Simanjuntak, M.A selaku dosen penguji atas arahan, masukan dan
perluasan wawasan yang diberikan dalam memberikan nilai tambah terhadap
tesis ini.

6.

Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
penulis menempuh pendidikan di Program Pascasarjana UNIMED.

iii

7.


Bapak Dr. Eko Nugrahadi, M.Si selaku Sekretaris Prodi dan Adi selaku staf
Prodi atas arahan dan petunjuk yang diberikannya demi

kelancaran

penyelesaian studi penulis.
8.

Bapak Alm.H.Asnawi dan ibu Hj.Nurliah, yang telah mendidik dan
membekali penulis sejak lahir di dunia ini sampai sekarang dengan segalanya
yang tak mungkin dapat dibalas dengan apapun.

9.

Untuk istriku Eli Juniar serta anakku tersayang Zahwa dan Zifa yang
senantiasa mendampingi dengan setia, serta memberikan ketenangan di masamasa sulit dan menjadi sumber energi serta spirit dalam menjalani kehidupan
ini.

10. Segenap keluarga besarku dan keluarga besar istriku, yang telah memberikan

dukungan dan bantuannya selama penulis menjalankan studi ini.
11. Rekan-rekan seangkatan di Prodi Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan yang dengan ikhlas dan tanpa rasa

pamrih

membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian ini, juga atas kebersamaan,
setia kawan dan juga kekompakkannya selama mengikuti studi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan hingga penulisan penelitian
ini masih banyak ditemui berbagai kelemahan, baik dalam penyajian maupun
metodologinya. Untuk itu penulis mohon kesediaan pembaca sekalian untuk dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, yang sangat berguna bagi
penulis untuk penulisan-penulisan di masa yang akan datang.
Medan, 14 Agustus 2012
Penulis
SYAIFULLAH

iv

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………………..

i

KATA PENGANTAR ………………………………………………..

iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………...

v

DAFTAR TABEL ……………………………………………………..

vii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….

viii


PENDAHULUAN …………………………………………

1

1.1. Latar Belakang …………………………………….....

1

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………

5

1.3. Tujuan Penelitian ………………………………….....

5

1.4. Manfaat Penelitian …………………………………...

5


TINJAUAN PUSTAKA …………………………………..

7

2.1. Kerangka Teori ……………………………………....

7

2.2. Penelitian Terdahulu …………………………………

42

2.3. Kerangka Penelitian ………………………………….

43

2.4. Hipotesis ……………………………………………..

43


METODE PENELITIAN ………………………………..

44

3.1. Ruang Lingkup Penelitian …………………………...

44

3.2. Jenis dan Sumber Data ………………………………

44

3.3. Pembentukan Model …………………………………

44

3.4. Definisi Operasional …………………………………

46


3.5. Metode Analisis ……………………………………..

47

BAB I

BAB II

BAB III

v

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1.

Beberapa Penelitian Terdahulu Yang Terkait ………………

42

Tabel 3.1.

Kaidah Keputusan Durbin Watson Test …………………….

49

Tabel 4.1.

Hasil Estimasi Model Kapasitas Fiskal ……………………..

64

Tabel 4.2.

Hasil Uji Multikolinearitas …………………………………

66

vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Model Jebakan Populasi Malthus …………………………

24

Gambar 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Langkat
Tahun 1990-2009 ………………………………………….

56

Gambar 4.2. Perkembangan Kepadatan Penduduk Kabupaten Langkat
Tahun 1990-2009 ………………………………………….

57

Gambar 4.3. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tanpa
Migas Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ……………..

58

Gambar 4.4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Langkat
Tahun 1990-2009 ………………………………………….

59

Gambar 4.5. Perkembangan Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten
Langkat Tahun 1990-2009 ………………………………...

61

Gambar 4.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten
Langkat Tahun 1990-2009 ………………………………...

62

viii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat
kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22
tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang mengatur tentang otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya kebijakan ini diperbaharui dengan
dikeluarkannya UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004. Kedua UU ini
mengatur tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Kebijakan ini merupakan tantangan
dan peluang bagi pemerintah daerah (pemda) dikarenakan pemda memiliki
kewenangan lebih besar untuk mengelola sumber daya yang dimiliki secara
efisien dan efektif.
Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian
daerah. Pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasar
aspirasi masyarakat (UU No. 32 tahun 2004). Inti hakekat otonomi adalah adanya
kewenangan daerah, bukan pendelegasian (Saragih, 2003).
Kebijakan pelaksanaan desentralisasi fiskal dilakukan pada saat kurang
tepat mengingat hampir seluruh daerah sedang berupaya untuk melepaskan diri
dari krisis ekonomi yang dimulai pertengahan 1997 (Saragih, 2003). Akibatnya
kebijakan ini memunculkan kesiapan (fiskal) daerah yang berbeda satu dengan
yang lain. Kebijakan ini justru dilakukan pada saat terjadi disparitas pertumbuhan

1

2

(ekonomi) yang tinggi.
Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat,
khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim,
2001). Daerah-daerah yang kapasitas fiskalnya rendah, cenderung mengalami
tekanan fiskal yang kuat. Rendahnya kapasitas ini mengindikasikan tingkat
kemandirian daerah yang rendah. Daerah dituntut untuk mengotimalkan potensi
pendapatan yang dimiliki dan salah satunya dengan memberikan porsi belanja
daerah yang lebih besar untuk sektor-sektor produktif
Untuk melihat kemampuan dan kemandirian pemerintah daerah dalam
menjalankan otonominya, salah satunya bisa diukur melalui kinerja/kemampuan
keuangan daerah. Beberapa variable yang menunjukkan hal tersebut antara lain:
kebutuhan fiskal (fiscal need), kapasitas fiscal (fiscal capacity), upaya fiscal
(fiscal effort), darajat desentralisasi fiskal, serta koefisien elastisitas Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Product Domestic Regional Bruto (PDRB),
(Musgrave & Musgrave, 1980).
Dalam era Otonomi Daerah seperti sekarang ini, good governance menjadi
suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi keberadaannya dan mutlak harus
terpenuhi. Dimana dua variabel terpenting dari good governance adalah
transparansi dan akuntabilitas dalam tingkat kebijakan administratif anggaran.
Semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas menjadi
sangat dominan dalam mewarnai proses penyelenggaraan pemerintah pada
umumnya

dan

proses

Pengelolaan

pengelolaan

keuangan

keuangan

daerah,

daerah

khususnya

pada

aspek

khususnya.
pembiayaan

pembangunan daerah dan pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah,

3

perlu direformasi sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah. Dengan
reformasi tersebut diharapkan pada akhirnya dapat dihasilkan laporan keuangan
pemerintah daerah yang lebih transparan, akuntabel, dan komprehensif yang
mencerminkan kinerja sesungguhnya dari para pengelola keuangan daerah.
Dalam rangka penciptaan good governance dengan akuntabilitas publik
yang kuat, maka laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan tersebut
harus diupayakan untuk dapat secara sederhana dianalisis (akuntable) dan diakses
dengan mudah (transparan) oleh umum (publik). Dalam format yang lebih
sederhana pada setiap variabel sesuai dengan sistem dan standar akuntasi
keuangan pemerintah daerah yang baku.
Kajian ini mencoba menganalisis variabel-variabel yang menjadi tolak
ukur kemandirian fiskal dan derajat otonomi dari Pemda Kabupaten berdasarkan
kinerja Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD), sehingga dengan
adanya kajian ini diharapkan dapat meningkatkan resposibilitas dan partisipasi
masyarakat, pada gilirannya meningkatnya akuntabilitas dan transparansi
Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten.
Secara rinci kompenen-komponen dalam APBD tersebut, dapat dicermati
sebagai berikut: pendapatan daerah (bukan penerimaan daerah), dikelompokkan
dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dana Perimbangan dan Lain-lain
Pendapatan yang Sah. PAD
dipungut berdasarkan

yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang

Peraturan Daerah yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan terdiri atas komponen-komponen pajak daerah, bagian laba
BUMD serta lain-lain PAD. Pada komponen-komponen PAD inilah daerah
otonom memiliki kewenangan yang luas untuk mengkreasikan penerimaannya,

4

baik

secara

ekstensifikasi

maupun

secara

intensifikasi

sumber-sumber

penerimaan. Sedangkan dana perimbangan terdiri atas : bagi hasil, dana alokasi
umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Dana bagi hasil daerah meliputi
pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
(BPHTB) dan penerimaan dari sumber daya alam (SDA). Pada Komponen PAD
ditambah dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (DHBPBP) inilah
yang merupakan indikator kapasitas fiskal. Bagi setiap daerah. Kapasitas fiskal
ini merupakan indikator utama dalam mengukur kemampuan pemerintah daerah
untuk membiayai sendiri kegiatan pemerintahan daerah yang dijalankan, tanpa
tergantung bantuan dari luar, termasuk dari pemerintah pusat.
DAU dan DAK merupakan alokasi pembiayaan yang termuat dalam
APBN yang dimaksudkan untuk membantu pembiayaan pemerintah daerah baik
secara umum, maupun secara khusus. Dimana DAU memiliki tujuan utam untuk
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, sedangkan DAK
dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk membantu pembiayaan daerah
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya.
Lain-lain pendapatan yang sah, dapat berupa dana kontinjensi atau dana
penyeimbang yang dikelola dalam rekening khusus dan ditetapkan dengan
peraturan daerah yang meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing dan komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah. Belanja daerah yang
terdiri atas empat komponen yaitu : belanja aparatur daerah, belanja pelayanan

5

public, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan serta belanja tak terduga.
Belanja aparatur daerah secara operasional dapat dipahami sebagai belanja yang
dialokasikan dan digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan
dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat luas. Sedangkan
belanja pelayanan publik, yakni belanja yang dilokasikan atu digunakan untuk
membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya secara langsung dapat
dinikmati oleh masyarakat luas.

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian tersebut, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai
berikut : “Bagaimana pengaruh jumlah penduduk, PDRB, Realisasi Penerimaan
daerah, dan partisipasi angkatan kerja terhadap kapasitas fiskal ?”

1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh jumlah penduduk, PDRB, penerimaan daerah dan
partisipasi angkatan kerja terhadap kapasitas fiskal.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi Pemda yang
bersangkutan dalam rangka melaksanakan Otonomi Daerah, serta menambah
khasanah kajian empiris di bidang Ekonomi Sektor Publik (Pembiayaan
Pembangunan).
Dengan adanya perhitungan dan analisis penelitian ini, semua pihak yang
menjadi stake holders ( daerah otonom) Kabupaten Langkat akan lebih mudah

6

mengukur kinerja Pemerintah Daerah, secara

resiprokal akan menambah

transparansi dan akuntabilitas Pemerintah daerah, serta tingkat pertisipasi dan
responsibilitas masyarakat. Dalam konteks keilmuan, penelitian ini akan
mempertegas

implementasi

teori

Ekonomi

Publik

(pemerintah

daerah),

keterkaitan antara konsep teori dan kondisi riil akan lebih tergambar dengan jelas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dari persamaan regresi linier dengan
menggunakan model kapasitas fiskal serta pembahasan secara terperinci maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.

Dari nilai koefisien determinasi pada hasil estimasi maka variabel kapasitas
fiskal di Kabupaten Langkat mampu dijelaskan oleh variabel-variabel Jumlah
Penduduk (JUPEN), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Realisasi
Penerimaan Daerah (RPD) serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
mampu dijelaskan dengan model yang digunakan.

2.

Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel kapasitas fiskal
menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Jumlah penduduk,
PDRB, dan realisasi penerimaan daerah berpengaruh positif dan signifikan
sedangkan partisipasi angkatan kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat.

3.

Besarnya nilai koefiasien variabel-variabel yang menjelaskan variabel
kapasitas fiskal, yang terbesar adalah variabel jumlah penduduk sebesar
168,1046 diikuti berturut-turut oleh variabel tingkat partisipasi angkatan
kerja sebesar 21,9286, variabel PDRB sebesar 11,1104 serta variabel realisasi
penerimaan daerah sebesar 0,00000005.

70

71

5.2. Saran
Berdasarkan hasil perhitungan persamaan regresi linier dan bagaimana
variable bebas menjelaskan pengaruh kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat,
disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1.

Untuk meningkatkan kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat tidak hanya
dengan meningkatkan penerimaan daerah, dari hasil penelitian ini bahwa
pengaruh terbesar selain jumlah penduduk, untuk peningkatan kapasitas
fiskal adalah dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dalam hal ini
PDRB. Jadi peningkatan PDRB akan sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat.

2.

Disamping meningkatnya PDRB, untuk meningkatkan kapasitas fiskal di
Kabupaten Langkat juga perlu meningkatkan partisipasi angkatan kerja.
Dengan meningkatnya partisipasi angkatan kerja akan meningkatkan
kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat.

3.

Sesuai hasil estimasi dalam penelitian ini bahwa partisipasi angkatan kerja
mempunyai koefisien terbesar kedua setelah jumlah penduduk, untuk itu
perlu adanya program untuk mengatasi ledakan penduduk usia angkatan kerja
ini sehingga nantinya tidak menjadi beban bagi pemerintah daerah bahkan
mampu memacu pertumbuhan ekonomi daerah dalam menghasilkan tenagatenaga yang terdidik dan menciptakan kesempatan kerja yang sebesarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Keuangan RI (2007). Keputusan Menkeu RI Nomor 225/KMK7 tahun
2007 tentang Penetapan Peta Kapasitas Fiskal Propinsi dan
Kabupaten/Kota Indonesia, Jakarta.
Hamid, Edy Suandi, 2005. Formula Alternatif Dana Alokasi Umum; Upaya
Mengatasi Ketimpangan Fiskal dalam Era Otonomi Daerah, Yogyakarta.
Kuncoro, Mudjarat, 2008. Otonomi dan Pembangunan Daerah ; Reformasi
Perencanaan, Strategi dan Peluang, Penerbit Erlangga, Jakarta
Samuelson, 2005. Ilmu Ekonomi Makro, edisi 17, Penerbit Salemba, Jakarta.
Samuelson, 2005. Ilmu Ekonomi Mikro, edisi 17, Penerbit Salemba, Jakarta.
Mardiasmo, 2005. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Sidik, Machfud, 2006, “Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai
Pelaksanaan sdesentralisasi Fiskal antara Teori dan Aplikasinya di
Indonesia, Makalah Seminar Setahun Implementasi Kebijakan Otonomi
Daerah, Yogyakarta.
Todaro, M. P dan Smith S.C, 2004. Pembangunan di Dunia Ketiga, Alih Bahasa
Harris Munandar dan Puji A.L, Erlangga.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam
Otonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Stine, William. 1994. Is The Local Government Revenue Response to Federal Aid
Symmetrical? Evidence From Pennsylvania County Government in an Era of
Retrenchment, National Tax Journal 47. No. 4. Hal: 799-816.
Simanjuntak, Robert, A. 1999. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal,
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Flatron Untuk Masa depan
Ekonomi Indonesia, Padang.
Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah.
Andi, Jakarta.
Supranto, J. 2000, Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta.
Esther Sri Astuti dan Joko Tri Haryono. 2006. Kemandirian Daerah : Sebuah
Perspektif Dengan Metode Path Analysis. Usahawan No. 03 Th. XXXV.
Maret 2006.

72

73

Elmi Bachrul. 2002. Kebijaksanaan Desentralisasi Fiskal Kaitannya Dengan
Hutang Luar Negeri Pemerintah Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan. Volume 6, Nomor 4.
Firmansyah. 2000. Aplikasi Econometric E-Views 3.0. fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, Semarang.