Politik Tubuh Perempuan dalam Media (Studi Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sri Sumarah Karya Umar Kayam).

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Politik Tubuh Perempuan dalam Media
(Studi Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan dalam Novel
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sri Sumarah Karya

Umar Kayam)

Oleh
Nurike Pudyastiwi Ghaniy
D1211057

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
commit
to user

i

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama

: Nurike Pudyastiwi Ghaniy


NIM

: D1211057

Program Studi

: Ilmu Komunikasi

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Politik Tubuh Perempuan dalam
Media (Studi Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan dalam Novel
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sri Sumarah Karya Umar

Kayam) ini benar-benar hasil karya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang
dikutip dari penulis lain telah diebutkan dalam teks dan dicantumkan ke dalam
commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id

daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat bahwa
skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta,

November 2014

Nurike Pudyastiwi Ghaniy
NIM. D1211057

commit to user

iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id


MOTTO

Wanita Indonesia mestilah berdiri di samping pria, bagi Tanah Air dan Bangsa.
Dalam tangan Wanita, terletak masa depan Indonesia.

Lezing van der Heer Bahder Djohan, “De Positie van de vrouw in de Indonesische
samenleving” (Di Tangan Wanita)

You can’t kill the spirit, she is like a mountain. Old and strong, she goes on and
on and on.

The Greenham Women Incorporate Declaration Song

Even if I feel like I can’t hold on, even if I feel like I can’t keep up, I don’t stop, I
can’t stop.

2PM – Don’t Stop Can’t Stop

Even if we fall hundreds of times, stand up. We’ll go up.


WINNER – Go Up.

commit to user

iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulilah, karya ini penulis persembahkan untuk
yang tersayang:
Mama dan Bapak, orang tua tercinta yang selalu memberikan doa dan
dukungannya. I won’t even imagine to live without you both.
Seluruh keluarga di Sukoharjo, Jakarta, Purworejo dan Kalimantan.
Seluruh teman yang selalu memberikan dukungan dan doa selama penyelesaian
skripsi ini.
Dan sahabat baik yang selalu memberi kekuatan, Fatkhurrahman. Thank you so

much for being a man I can lean on.

commit to user

v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia dan berkahnya, sehingga
penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Politik Tubuh Perempuan dalam
Media (Studi Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan dalam Novel
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sri Sumarah Karya Umar

Kayam).”
Selama proses skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara moril dan materil serta secara langsung maupun tidak

langsung. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1.

Prof. Drs. Pawito, Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2.

Dra. Prahastiwi Utari, Ph. D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
sekaligus Dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan ilmu,
pengetahuan dan masukan untuk kemajuan penulis. Terimakasih.

3.

Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II, yang juga telah
berkenan membimbing dan memberikan pengarahan bagi penulis.

4.

Dra. Hj. Sofiah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.


5.

Mama, Bapak, dan seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.

6.

Fathkhurrahman, sahabat yang selalu membantu dan mendukung penulis
dalam suka dan duka.

commit to user

vi

perpustakaan.uns.ac.id

7.

digilib.uns.ac.id


Oktabilla Ayu Lestari, Okie Rindasih dan Denik Apriyani, teman hidup di
Grha Anindya, teman hidup berbagi segala cerita dan saling memberi
dukungan.

8.

Oktabilla, Oksa Amalia, Safira Rizki, Ita Septriyana, Christian Pandu dan
Adhika Primanisita, teman berjuang dalam jenjang ilmu Komunikasi Non
Reguler ini.

9.

Okie Rindasih, Kori Pratiwi, Prista Iriana, Dini Sefty, Winda, Natalia, dan
Indah, yang meskipun kita sudah tidak satu atap, tapi penulis rasakan
dukungan serta dukungannya selalu mengiringi proses ini.

10. Teman-teman di Komunikasi Non Reguler UNS 2011, semoga semua sukses.
Penulisan skripsi ini belum sempurna, namun penulis memiliki harapan,
semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat. Untuk
kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan suatu masukan yang dapat

membangun penulis untuk bisa lebih baik lagi kedepannya.

Surakarta, November 2014

Penulis

commit to user

vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Nurike Pudyastiwi Ghaniy, D1211057. Politik Tubuh Perempuan dalam
Media (Studi Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan dalam Novel
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sri Sumarah Karya Umar
Kayam). Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pilitik universitas Sebelas Maret

Surakarta. November 2014.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wacana politik
tubuh perempuan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan
Sri Sumarah Karya Umar Kayam. Sesuai dengan tema dalam kedua novel,
peneliti menggunakan pendekatan bagaimana politik budaya terhadap tubuh
perempuan dan bagaimana politik tubuh perempuan tersebut dalam
menghadapinya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
mengemukakan bagaimana politik tubuh perempuan direpresentasikan dalam
kedua novel. Pemilihan data dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu
yang sesuai dengan tujuan penelitian dan rumusan masalah. Dalam analisis,
peneliti menggunakan teknik analisis wacana model Sara Mills. Peneliti memilih
metode ini, karena metode ini sering digunakan dalam penelitian feminis dan
perempuan serta metodenya sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Metode
analisis wacana Sara Mills melihat bagaimana teks dibangun melalui empat posisi,
yaitu posisi objek, subjek, penulis dan pembaca. Dalam posisi objek dan subjek,
penulis menganalisis bagaimana politik tubuh perempuan digambarkan dalam
teks. Dalam posisi penulis, peneliti melihat wacana dari latar belakang penulis.
Sedangkan dalam posisi pembaca, peneliti melihat bagaimana teks diterima oleh
pembaca penikmat novel.
Politik tubuh perempuan adalah cara yang dilakukan perempuan untuk
melepaskan kekuasaan pada tubuhnya. Dalam penelitian ini, tubuh perempuan
digambarkan dikuasai oleh budaya sehingga perempuan tidak dapat bertindak
sesuai dengan keinginan mereka bahkan cenderung dipaksa untuk melakukan
kegiatan yang merugikan perempuan. Namun, dengan pemberdayaan kekuatan
mereka sendiri, akhirnya perempuan dapat terlepas dari kekuasaan tersebut.
Kata Kunci : Perempuan, politik tubuh, analisis wacana, Sara Mills.
commit to user

viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Nurike Pudyastiwi Ghaniy, D1211057. Body Politics of Women in Media
(Studies of Discourse Analysis of Body Politics of Women in Novels Ronggeng
Dukuh Paruk by Ahmad Tohari and Sri Sumarah by Umar Kayam). Thesis,
Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta.
November 2014.
In general, the aims of this research is to determine the political discourse
of women's bodies in the novel Ronggeng Dukuh Paruk and Sri Sumarah. In
keeping with the theme, researchers used the approach of how the political culture
of the female body and how woman face it.
This research is a qualitative research that aims to propose how the body
politics of women represented in both novels. Selection of data is done by
purposive sampling, that accordance with the purposes of research and
formulation of the problem. In the analysis, the researchers used a model of
discourse analysis techniques Sara Mills. Researchers chose this method, because
this method is often used in feminist and women's studies and methods in
accordance with the formulation of research problems. Sara Mills method of
discourse analysis to see how the text is built through four positions, namely the
position of the object, subject, author and reader. In the position of the object and
subject, the authors analyze how the female body politics described in the text. In
the position of the authors, researchers looked at the background of the discourse
of the author. While the position of the reader, the researchers looked at how the
text is received by the reader novel lovers.
Body politics is the way of women to relinquish power to her body. In this
research, described the female body is controlled by the culture so that women can
not act in accordance with their wishes and even tend to be forced to engage in
activities that harm women. However, the strength of their own empowerment,
women can finally be separated from the power.
Keywords : Woman, body politics, discourse analysis, Sara Mills

commit to user

ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................

iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................

v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................

vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................

vii

ABSTRAK ......................................................................................................

ix

ABSTRACT ....................................................................................................

x

DAFTAR ISI ..................................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xi

BAB I

PENDAHULUAN ..........................................................................

1

A. Latar Belakang .........................................................................

1

B. Rumusan Masalah ....................................................................

14

C. Tujuan Penelitian ......................................................................

15

D. Manfaat Penelitian ....................................................................

15

E. Landasan Teori .........................................................................

16

1. Komunikasi Sebagai Proses Produksi dan Pertukaran Makna 16
commit to user
2. Pesan .....................................................................................
x

18

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3. Komunikasi Massa ...............................................................

20

4. Novel Sebagai Komunikasi Massa .......................................

22

5. Novel Sebagai Wacana .........................................................

23

6. Sejarah Sastra Indonesia dan Sastra Perempuan ..................

24

7. Feminisme dan Politik Tubuh Perempuan ...........................

26

8. Representasi..........................................................................

33

F. Kerangka Pemikiran .................................................................

34

G. Konsep ......................................................................................

35

1. Politik Tubuh Perempuan .....................................................

35

2. Kontekstual ...........................................................................

36

3. Analisis Wacana ...................................................................

36

H. Metodologi Penelitian ..............................................................

37

1. Jenis penelitian .....................................................................

37

2. Objek Penelitian ...................................................................

38

3. Sumber Data .........................................................................

39

4. Analisis Wacana ...................................................................

39

5. Teknik Analisis Data ............................................................

43

6. Validitas Data .......................................................................

44

commit to user

xi

perpustakaan.uns.ac.id

BAB II

digilib.uns.ac.id

DESKRIPSI NOVEL ....................................................................

46

A. Ronggeng Dukuh Paruk ...........................................................

46

1. Sinopsis ................................................................................

46

2. Ahmad Tohari dan Ronggeng Dukuh Paruk ........................

49

B. Sri Sumarah ..............................................................................

51

1. Sinopsis ................................................................................

51

2. Umar Kayam dan Sri Sumarah ............................................

52

BAB III ANALISIS DATA..........................................................................

55

A. Posisi Objek..............................................................................

60

1. Perempuan Sebagai Tokoh Simbolis dalam Budaya ............

60

2. Penggunaan Tubuh Perempuan dalam Ritual Adat Budaya

83

B. Posisi Subjek ............................................................................

91

C. Posisi Penulis............................................................................

114

D. Posisi Pembaca .........................................................................

142

E. Hubungan Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan Pada
Level Teks, Penulis dan Pembaca dalam Novel Ronggeng
Dukuh Paruk dan Novel Sri Sumarah ......................................

151

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................

159

A. Kesimpulan ...............................................................................

159

B. Saran .........................................................................................

165

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
commit to user

167

xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Halaman 34

Gambar 2. Diagram Hubungan Empat Posisi
yang Mempengaruhi Terbentuknya
Teks dalam Ronggeng Dukuh Paruk
dan Sri Sumarah

Halaman 158

commit to user

xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Literatur tentang gender dan media menyingkapkan ketidaksetaraan yang
mendasar dalam frekuensi pemuatan wanita dan pria di media. Misalnya dalam
televisi, lebih banyak menggambarkan pria sebagai pemimpin daripada wanita.
Media bisa menjadi saluran mitos dan sekaligus sarana pengukuhan mitos tertentu
tentang gender, wanita dan pria. Gender adalah konstruksi sosial dan kodifikasi
perbedaan antarseks. Konsep ini menunjuk pada hubungan sosial antara
perempuan dan laki-laki. Gender merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat
universal dan memiliki identitas yang berbeda-beda dipengaruhi faktor-faktor
seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, agama, adat istiadat, golongan,
sejarah serta perkembangan teknologi. Tidak jarang alasan kultural memberikan
legitimasi yang kuat kemudian dimasukkan kedalam berbagai pranata sosial dan
adat istiadat yang kemudian mendarah daging. Di Indonesia, khususnya Jawa,
kaum wanita belum sanggup mengembangkan mentalitas kemandiriannya untuk
keluar dari sistem kekuasaan feudal aristokratik (Ibrahim, 2007: 3-7).
Penggambaran wanita dalam media massa, seperti iklan, tabloid, ataupun
majalah tidak jauh dari bentuk badan sebagai daya tariknya. Begitu juga radio,
televisi, sinetron dan film yang juga memberikan gambaran tentang perempuan
yang lemah, hanya di rumah, dan tugas utamanya adalah menyenangkan laki-laki.
Potret perempuan dalam media massa tidak jauh dari stereotipe yang merugikan
commit to user

1

perpustakaan.uns.ac.id

2
digilib.uns.ac.id

yakni perempuan yang pasif, dan laki-laki yang aktif (Ibrahim dan Suranto, 1998:
107-108). Pemaparan perempuan dalam media tidak pernah jauh dari tubuh.
Mulai dari cara berbusana, bentuk tubuh dan ekploitasi tubuh itu sendiri, yaitu
simbol-simbol menggunakan tubuh untuk pengabdian dan seks dimana
pengabdian tersebut kembali lagi yaitu untuk laki-laki (Siregar, 2001: 73).
Eksploitasi tubuh perempuan dalam pencitraan media massa menjadi bagian
refleksi realitas sosial masyarakat bahwa perempuan selalu menjadi subordinat
kebudayaan laki-laki. Perempuan di media massa menjadi “perempuannya lelaki”
dalam realitas sosial (Bungin dalam Aziz, 2010: 115).
Tubuh secara biologis terdiri dari dada, paha, bibir, mata, perut, pusar,
penis, puting, anus, otak, usus dan jantung. Tetapi tubuh tidak hanya berhenti
pada pandangan sistem biologis tersebut. Tubuh dengan bagian-bagiannya dimuati
oleh simbol kultural, positif, negatif, politik, ekonomi, seksual dan moral. Tinggi
dan berat badan, aktivitas makan minum, bercinta, bentuk tubuh dan bahasa tubuh
bukan sekedar fenomena fisik, tetapi juga berdimensi sosial. Bagian tubuh dan
atribut tubuh sesungguhnya bersifat sosial. Usia, gender, dan warna kulit menjadi
identitas sosial dan konsep diri. Tubuh menjadi suatu hal penting yang
mempengaruhi kehidupan sosial. Seperti memperhatikan kecantikan, kegemukan,
wajah, dan seks yang menjadi berpengaruh untuk bekerja atau berteman. Tubuh
menampung sebuah wilayah yang luas dari makna yang terus menerus berubah. Ia
menjadi unsur pokok identitas personal dan sosial (Synnott, 1993: 1-4).
Di dalam tubuh perempuan terkandung daya tarik yang dapat
mengendalikan tingkah laku manusia, terutama laki-laki. Karena hal tersebut,
commit to user

3
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

banyak kepentingan yang bermain di dalamnya. Tubuh perempuan menjadi
simbol identitas moral dan martabat masyarakat sehingga agama dan negara
merasa berkewajiban juga untuk mengatur bagaimana perempuan memperlakukan
tubuhnya (Yuliani, 2010: 98).
Michael

Foucault

dalam

bukunya

The

History

of

Sexuality,

mengungkapkan bahwa tubuh tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan. Yang
pertama yaitu kekuasaan yang memancar dari dalam tubuh itu sendiri yang berupa
kehendak (will) dan hasrat (desire). Hal ini berkaitan dengan passion yang ada
dalam tubuh manusia. Kekuasaan kedua yaitu kekuasaan atas tubuh individu yang
mengatur sikap dan perilaku, dalam hal ini disebut aturan atau norma (law).
Norma ini yang mengatur dan memberikan larangan bagi tubuh sesuai dengan
adat dan kepercayaan yang dianut. Kekuasaan dalam tubuh biasanya menentang
kekuasaan atas tubuh (Foucault, 1978: 82).
Secara implisit dan eksplisit, laki-laki tumbuh dengan perilaku egoistik
yang memaksakan kehendaknya. Perempuan dalam kapasitasnya harus merelakan
eksistensinya untuk hilang dan berusaha menjadi istri yang setia mendampingi
suami serta melayani suami. Tubuh perempuan menjadi objek kuasa yang
dimanipulasi, dilatih, dikoreksi menjadi patuh, bertanggung jawab, menjadi
terampil dan meningkat kekuatannya. Hal tersebut telah memenjarakan otonomi
perempuan atas tubuhnya baik secara fisik dan psikologi (Sutrisno dan Putranto,
2005: 338-339).
Dalam pandangan Barat, tubuh dianggap sebagai mikrokosmos atau
semesta kecil. Namun, dalam pengertian Jawa, tubuh merupakan makrokosmos
commit to user

4
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

atau semesta besar, karena tubuh atau jasad manusia dikuasai oleh nafsu dan
dorongan naluriah (Handayani & Novianti, 2004: 54). Dalam mitos Jawa,
perempuan ibarat bumi yang sanggup menumbuhkan benih, memelihara,
menjaganya hingga bisa menghasilkan buah yang siap petik. Perempuan menjadi
lambang kesuburan. Seperti kodratnya bumi, perempuan harus bisa menjadi
perawat yang baik, yang merawat diri sendiri maupun lingkungannya. Masyarakat
Jawa mempercayai bahwa dengan merawat dunia luar (tubuh) dan dunia dalam
(batin) maka dapat dicapai sebuah keharmonisan. Oleh karenanya, perempuan
yang baik harus dapat merawat tubuhnya (Tilaar, 1999: 23).
Keharusan perempuan Jawa menjaga tubuhnya ini nantinya adalah untuk
kewajiban perempuan dalam berumah tangga, yakni melayani suaminya.
Perempuan dalam budaya Jawa disebut wanita yang berasal dari kata wani ditata
yang artinya berani diatur. Setelah berumah tangga, istri sepenuhnya menjadi
pendamping suami yang nrimo ing pandhum atau pasrah dan menerima apa yang
diinginkan

suaminya,

termasuk

dalam

urusan

berhubungan

badan

(http://blog.rawins.com/2010/04/perempuan-jawa.html diakses 29 Juli 2013).
Politik adalah suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, cara, alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan (Rahayu, 2007: 82). Politik tubuh disini adalah
hal-hal yang berkenaan dengan ketubuhan perempuan yang didominasi oleh
budaya dan patriarki serta dieksplorasi ke berbagai bentuk komoditi. Namun,
politik tubuh tidak hanya tentang bagaimana hal lain dapat menguasai tubuh
perempuan, juga tentang bagaimana perempuan memiliki cara untuk memiliki
kekuasaan penuh atas tubuhnya sendiri.
commit to user

5
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Politik tubuh, menurut Foucault dalam Jurnal Penelitian Humaniora,
adalah prosedur, teknik dan taktik dari kekuasaan dalam menjadikan suatu bentuk
lunak, yaitu tubuh, untuk bergerak dan tampil seolah-olah natural sehingga secara
tidak sadar telah dikonstruksi, digolongkan, dikonstitusikan, ditematisasikan dan
dimanipulasi serta terperangkap dalam suatu hubungan prosedural yang terjadi
karena adanya pemaksaan hak dan kewajiban. Ditambahkan oleh Synnott, politik
tubuh ada dan bergerak di dalam dan di sekitar diri seseorang. Politik tubuh dapat
dilakukan orang kepada orang lain, juga orang pada dirinya sendiri. Synnott dan
Descartes membagi tubuh menjadi dua, yaitu tubuh mekanis dan tubuh mesin.
Tubuh mekanis adalah tubuh yang digerakkan sebagai pekerja yang menjadi
bagian dari mesin produksi, sedangkan tubuh mesin dianggap sebagai seonggok
mayat yang bekerja tanpa jiwa (Purwahida & Sayuti, 2011: 115).
Politik tubuh berkaitan dengan otonomi tubuh. Menurut Harper, otonomi
tubuh adalah upaya untuk menjadikan tubuh utuh dari segala penjajahan dari
pihak manapun dan di mata siapapun. Upaya ini membutuhkan pemaknaan nilai
hidup dan eksistensi diri perempuan itu sendiri, sehingga dirinya bebas
menentukan

segala realitas

hidupnya.

Otonomi

atas

tubuh

perempuan

berhubungan erat dengan kekuasaan. Seorang perempuan dikatakan memiliki
otonomi atas tubuhnya sendiri jika ia dapat melakukan kontrol atas tubuhnya.
Ketidakmampuan perempuan melakukan kontrol atas tubuhnya dapat dilihat
ketika tubuh perempuan dijadikan komoditas oleh pihak lain untuk mendapatkan
keuntungan bagi pihak tersebut (Benedicta, 2011: 145).
commit to user

6
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Feminisme radikal merupakan paham feminisme yang menekankan
kepada permasalahan patriarkis yang fokus pada politics of the “ private” sphere
atau hal-hal yang bersifat privasi seperti seksualitas, motherhood, dan tubuh.
Tujuan utama mereka adalah agar perempuan dapat memiliki kuasa sepenuhnya
terhadap tubuh mereka sendiri untuk meningkatkan nilai tubuh mereka. Untuk
mendapatkan tujuan mereka, feminis radikal akan menggunakan ide, sikap dan
nilai-nilai budaya daripada menggunakan dominasi laki-laki. Feminisme radikal
tidak memperhatikan urusan perempuan dalam hal ekonomi, seperti gaji dan lainlain. Feminisme radikal fokus pada tubuh sebagai hal utama terjadinya penindasan
terhadap kaum perempuan (Beasley, 1999: 57-58).
Sastra menjadi bahasa untuk berkomunikasi dengan bidang-bidang lain
yang berkembang di jaman sastra tersebut hidup. Wujud sastra merupakan
tanggapan penulisnya terhadap fenomena yang ada dalam masyarakat. Apa yang
ingin diungkapkan oleh sastrawan (komunikator) tersebut tidak terlepas dari latar
belakang dan lingkungannya. Karya sastra menjadi suatu proses komunikasi
antara sastrawan sebagai komunikator dan pembaca sebagai komunikan
(http://bahasa.kompasiana.com/ diakses pada tanggal 28 April 2013).
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia, berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, ide, semngat keyakinan, ke dalam suatu bentuk gambaran konkret
dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seorang pengarang ingin menyampaikan
pandangannya tentang kehidupan. Oleh sebab itu, mengapresiasi karya sastra
artinya belajar tentang nilai kehidupan yang tercermin dalam karya sastra tersebut
(Rokhmansyah, 2014: 2).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

7
digilib.uns.ac.id

Ahmad Tohari dan Umar Kayam adalah sastrawan Indonesia yang
mengangkat perempuan ke dalam karya sastranya. Keduanya merupakan
sastrawan angkatan 66 dan berasal dari Jawa. Keduanya juga merupakan
sastrawan yang karyanya tidak hanya diakui di Indonesia, tapi telah diapresiasi
oleh masyarakat dunia. Keduanya pernah mendapatkan SEA Write Award, yaitu
penghargaan penulis se-Asia Tenggara. Umar Kayam mendapatkannya pada tahun
1987 sedang Ahmad Tohari pada tahun 1995 (http://id.wikipedia.org diakses pada
tanggal 15 April 2013). Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Sri Sumarah,
keduanya bercerita mengenai tema yang sama, yakni perempuan pada masa
pergolakan komunis. Ronggeng Dukuh Paruk bercerita tentang seorang
perempuan di Banyumas Jawa Tengah, Srintil, yang karena bakatnya, ia menjadi
terikat oleh budaya di lingkungannya. Budaya tersebut secara tidak langsung
memaksa ia untuk menyerahkan keperawanan beserta harga dirinya. Dalam novel
ini Srintil mencoba untuk keluar dari budaya, menyelamatkan harga dirinya. Sri
Sumarah bercerita mengenai seorang perempuan yang hidup pada masa

kemerdekaan dan G30S PKI. Dia hidup bersama neneknya yang sangat
memegang teguh budaya Jawa. Segala yang ia lakukan haruslah sesuai dengan
yang adat Jawa anggap baik. Dari caranya merawat tubuh, melayani suami hingga
cara dia bersikapun juga tak lepas dari tata santun Jawa.
Tokoh-tokoh perempuan dalam Ronggeng Dukuh Paruk dan Sri Sumarah
merupakan dua perempuan Jawa yang hidupnya tidak lepas dari apa yang mereka
dapat atau yang mereka alami karena tubuh mereka. Berdasarkan hal tersebut,
penulis tertarik untuk meneliti cerita fiksi Ronggeng Dukuh Paruk dan Sri
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

8
digilib.uns.ac.id

Sumarah karena keduanya menggambarkan perempuan yang bergolak untuk

melakukan kontrol atas kuasa pada tubuh mereka sendiri.
Ahmad Tohari mulai dikenal setelah sebuah cerpennya memenangkan
sebuah kincir dari Radio Hilversum, radio di Belanda. Setelah itu, Ahmad Tohari
memenangkan sayembara yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta untuk
penerbitan sebuah karya. Karena keahliannya menulis, ia menjadi sastrawan besar
di Indonesia (Sumardjo, 1991: 79). Sebelum penghargaan SEA Write Award, pada
tahun 1990, Ahmad Tohari mendapatkan penghargaan The Fellow of The
University of Iowa dalam International Writing Programme di Iowa City,

Amerika Serikat.
Ronggeng Dukuh Paruk (1982) adalah novel keduanya setelah novel
Kubah (1980). Ronggeng Dukuh Paruk menarik perhatian pembaca hingga ke

manca negara, hingga kemudian diterbitkan dalam bahasa Jepang, Jerman,
Belanda dan Inggris. Ronggeng Dukuh Paruk telah diangkat menjadi film layar
lebar sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1983 dan tahun 2011, dimana film yang
terbaru ini disutradarai Ifa Isfansyah dengan penulis naskah Salman Aristo dan
meraih 4 penghargaan utama dalam Piala Citra. Sampai tahun 2011, Ronggeng
Dukuh Paruk telah mencapai cetakan yang kedelapan dengan menyatukan dari

ketiga trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera
Bianglala (http://ahmadtohari.com/profile diakses pada tanggal 25 April 2013).

Ahmad Tohari, dalam Proses Kreatif, kumpulan cerita-cerita penulis
Indonesia, Pamusuk Eneste, menceritakan maksud dan tujuannya dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk. Selain sebagai hasil dari jiwanya yang mencintai sastra,
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

9
digilib.uns.ac.id

Ronggeng Dukuh Paruk dianggapnya sebagai pertanggung jawaban moral seorang

Ahmad Tohari sebagai penulis terhadap tragedi besar pada tahun 1965, dimana
pada masa itu hingga tahun 80-an, belum ada laporan yang memadai menyangkut
tragedi tersebut (Eneste, 2009: 118). Pada tahun 1960-an, keberadaan Ronggeng
di Dukuh Paruk merupakan fenomena sosial yang dipuja. Dalam Diskusi “Di
Balik Ronggeng Dukuh Paruk” yang diliput oleh Tempo, Ahmad Tohari
menyampaikan bahwa dengan menulis Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari
ingin membela perempuan yang tertindas. Diacara lain, yaitu “Parade Obrolan
Sastra IV”, Ahmad Tohari menambahkan, bahwa pemilihan tokoh Ronggeng
karena kondisi negara saat itu masih belum berpihak pada sosok perempuan.
Selain itu, Tohari ingin merekam dan mencatat kejadian pemberontakan Partai
Komunis Indonesia yang saat itu ia alami secara langsung (www.tempo.co diakses
pada 6 Mei 2013).
Umar Kayam merupakan sastrawan dengan pandangan yang sangat luas.
Umar Kayam dikatakan sebagai tokoh intelektual dan ilmuwan dalam Sastra
Indonesia. Pentingnya kedudukan Umar Kayam dalam sastra Indonesia adalah
kematangannya dalam teknik menulis di samping kematangan visinya dalam
memandang kehidupan. Kayam menjadi penulis yang ekonomis dalam menyusun
ceritanya. Kayam hanya memberi gambaran situasi tertentu melalui suasana yang
terbias dari batin tokohnya. Gaya cerita Kayam khas dengan nuansa Jawa dan
Barat, yang perfeksionis namun ringan dan mengalir (Sumardjo, 1991: 200-202).
Sri Sumarah merupakan cerpen panjang Umar Kayam yang pertama kali

diterbitkan pada tahun 1975 bersama cerpen panjang Bawuk. Sri Sumarah oleh
commit to user

10
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Harry Aveling, seorang penulis asal Australia, diterjemahkan kedalam bahasa
Inggris kemudian diterbitkan dengan judul Sri Sumarah and Other Stories, yang
kemudian mendapat penghargaan “Anugerah Pengembangan Sastera” di Kuala
Lumpur pada tahun 1991 (http://id.wikipedia.org/ diakses pada tanggal 15 April
2013). Cerpen panjang Sri Sumarah dikelompokkan ke dalam cerpen-cerpen yang
berlatar peristiwa geger politik September 1965. Dengan cerpen tersebut, Umar
Kayam juga mengajak pembaca untuk memahami misteri kemanusiaan di balik
tragedi nasional September 1965 sehingga tidak selalu muncul pemikiran yang
dikotomis benar dan salah (Yudiono, 2010: 266-267).
Karya-karya Umar Kayam dan Ahmad Tohari tentu saja tidak lepas dari
pandangan, pengalaman, dan pengetahuan masing-masing. Sri Sumarah dan
Srintil merupakan dua perempuan dengan latar belakang Jawa yang hidup di
jaman yang bergejolak. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui
wacana politik tubuh perempuan pada keduanya.
Karya sastra merupakan dunia rekaan yang diciptakan oleh pembuatnya.
Dunia rekaan yang di terima oleh pembacanya, membuat proses tersebut menjadi
proses komunikasi. Dalam proses komunikasi semacam ini, sastrawan adalah
pengirim pesan, pembaca adalah penerima pesan dan karya sastranya adalah pesan
(Taryadi, 1999: 238-239).
Pesan dalam ilmu komunikasi adalah keseluruhan dari apa yang
disampaikan oleh komunikator. Pesan memiliki tema yang menjadi pengarah
dalam usaha mempengaruhi komunikan. Pesan merupakan hal yang sangat
commit to user

11
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

penting dalam proses komunikasi, karena pesan merupakan arah tujuan akhir
proses komunikasi tersebut (Widjaja, 2000: 32).
Karya sastra merupakan susunan huruf, kata, kalimat, dan alenia yang
dapat menjadi sebuah dunia hanya jika pembaca secara aktif menafsirkannya.
Dalam proses menafsirkan tersebut terjadi komunikasi langsung antara karya
sastra dengan pembaca, atau komunikasi tidak langsung antara sastrawan dengan
pembaca (Taryadi, 1999: 239).
Proses komunikasi bukanlah proses dimana yang satu aktif dan yang satu
pasif, melainkan sebuah proses yang dinamis. Masing-masing pihak memiliki
posisi untuk menafsirkan dan memaknai pesan. Karenanya, proses komunikasi
pada dasarnya bukan hanya proses pengiriman pesan dan penyebaran pesan, tetapi
proses konstruksi atas pesan. Pengirim akan mengkonstruksi pesan tertentu untuk
disampaikan.

Kemudian,

penerima

tidak

hanya

menerima,

tetapi

juga

mengkonstruksi kembali pesan yang disampaikan pengirim (Eriyanto, 2002: 5253). Apa yang ditulis oleh Ahmad Tohari dan Umar Kayam tidak semata-mata
menghasilkan pendapat yang sama persis antar pembaca. Pemaknaan yang
berbeda tersebut dipengaruhi oleh kemampuan kognitif maupun afektif pembaca
yang berbeda-beda pula. Makna yang dikode oleh pemirsa tersebut bergantung
pada bagaimana individu melakukan dekonstruksi terhadap pesan tersebut, karena
setiap individu memiliki kebebasan menentukan metode interpretasi apa yang
harus digunakan, termasuk kepentingan-kepentingannya dalam melakukan
dekonstruksi (Sobur, 2009: 28).
commit to user

12
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Oleh karena itu, untuk mengetahui representasi politik tubuh perempuan
dalam cerita fiksi Ronggeng Dukuh Paruk dan Sri Sumarah, perlu menggunakan
analisis. Wiradi memberikan definisi bahwa analisis adalah aktivitas yang memuat
sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk
digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian
dicari kaitannya dan ditafsir maknanya (Makinuddin & Sasongko, 2006: 40).
Berdasarkan pengertian diatas, maka tugas analisis adalah mencari dan
memaparkan makna.
Pendekatan analisis wacana terhadap representasi media lebih canggih
dibandingkan dengan analisis lainnya. Tidak hanya kata-kata yang dapat
dikodekan dan dihitung, tetapi struktur wacana yang kompleks pun dapat
dianalisis pada berbagai tataran deskripsi. Wacana disini

sebagai “ucapan”

dimana pembicara/ penulis menyampaikan sesuatu tentang sesuatu kepada
khalayak, dan bahasa sebagai mediasi dalam proses ini (Sobur, 2009: 5-11).
Untuk memahami sebuah karya sastra sebagai sebuah wacana, tidak cukup
hanya mengetahui tentang makna kata-katanya saja, tetapi harus dibekali juga
pengetahuan sosial budaya bahasa yang digunakan, serta pemahaman terhadap
masyarakat pemakai bahasa itu sendiri. Fairclough memandang wacana sebagai
bentuk praktik sosial yang terungkap melalui pemakaian bahasa. Dengan
demikian analisis wacana berusaha menjelaskan bagaimana bahasa (teks)
berfungsi

mengungkapkan

realitas

budaya.

McCarthy dalam

Sumarlam

mengungkapkan bahwa analisis wacana mempelajari bahasa dan menekankan
commit to user

13
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pada hubungan antara bahasa dengan konteks dalam pemakaian bahasa, baik
berkenaan dengan teks tertulis maupun data lisan (Sumarlam, 2003: 8-13).
Sedangkan untuk menganalisisnya, penulis menggunakan konsep analisis
wacana dari Sara Mills. Sara Mills merupakan seorang teoris wacana yang titik
perhatiannya lebih banyak pada wacana-wacana feminisme. Seperti bagaimana
perempuan ditampilkan dalam teks, baik novel, gambar, foto ataupun berita. Titik
perhatian analisis wacana model Sara Mills adalah bagaimana wanita
digambarkan dan dimarjinalkan dalam teks. Sara Mills melihat bagaimana posisiposisi aktor ditampilkan dalam teks, serta bagaimana pembaca mengidentifikasi
dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Dalam posisi subjek-objek,
Mills menekankan bagaimana posisi dari berbagai aktor sosial, posisi gagasan
atau peristiwa ditempatkan dalam teks. Posisi-posisi tersebut pada akhirnya
menentukan bagaimana bentuk teks yang hadir di tengah khalayak. Posisi
pembaca menurut Sara Mills juga sangat penting dan harus dipertimbangkan
dalam pembentukan teks. Mills berpandangan bahwa teks merupakan hasil
negosiasi antara penulis dan pembaca (Eriyanto, 2001: 199-204).
Penulis memutuskan untuk menggunakan analisis wacana model Sara
Mills, karena selain model ini sering digunakan untuk wacana feminisme, model
ini sesuai dengan tema yang penulis angkat, yaitu politik tubuh. Bagaimana
perempuan menjadi objek dan bagaimana perempuan menjadi subjek. Terdapat
kesamaan konsep berfikir antara Sara Mills dan feminisme radikal tentang
penindasan terhadap perempuan.
commit to user

Dokumen yang terkait

Konflik batin tokoh utama dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari serta implikasinya terhadap pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di MTS Al-Mansuriyah, Kec Pinang, Kota Tangerang

4 44 99

Menggali Kearifan Lokal pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari

0 4 16

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

3 14 178

ASPEK GENDER DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH ASPEK GENDER DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA: KAJIAN INTERTEKS.

0 1 10

IDENTITAS PEREMPUAN DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN: (SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN).

3 17 32

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari).

2 7 121

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari).

0 0 121

View of DIKSI SEKSUALITAS DALAM NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

0 0 10

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari)

0 0 25

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari)

0 0 25