IDENTITAS PEREMPUAN DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN: (SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN).

(1)

IDENTITAS PEREMPUAN

DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN

(SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh Citra Resmi NIM 1100672

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

IDENTITAS PEREMPUAN

DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA

AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA

ARTHUR GOLDEN

(SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN)

Oleh Citra Resmi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Citra Resmi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

IDENTITAS PEREMPUAN

DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN

(SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN)

oleh

Citra Resmi 1100672

disetujui dan disahkan dalam skripsi oleh

Pembimbing I,

Yulianeta, M.Pd. NIP 197507132005012002

Pembimbing II,

Nenden Lilis Aisyah, M.Pd. NIP 197109262003122001

diketahui oleh

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002


(4)

vii Citra Resmi, 2015

IDENTITAS PEREMPUAN

DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN

(SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN)

Citra Resmi 1100672

Abstrak

Sebagai artefak budaya, ronggeng dan geisha kerap terdapat dalam karya sastra. Ronggeng dan geisha menjadi sebuah gambaran mengenai posisi perempuan yang terkungkung dalam budaya konservatif. Sebagai bagian dari karya sastra, ronggeng dan geisha memiliki sebuah persejajaran dari segi identitas dan permasalahan perempuan. Persejajaran tersebut tergambar melalui dua novel yang diperbandingkan dalam penelitian ini. Sumber data penelitian ini adalah novel

RDP karya Ahmad Tohari dan novel MOG karya Arthur Golden. Penelitian ini

membandingkan identitas perempuan yang tergambar melalui dua tokoh utama novel. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur novel RDP dan

MOG, memperoleh gambaran mengenai identitas perempuan melalui dua tokoh

utama kedua novel, dan mendapatkan hasil perbandingan gambaran identitas perempuan yang tergambar melalui tokoh ronggeng dan tokoh geisha. Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif komparatif. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sastra bandingan. Adapun teori identitas perempuan dirumuskan dari aspek-aspek identitas menurut Alo Liliweri yakni, identitas pribadi, identitas budaya, dan identitas sosial. Berkaitan dengan identitas budaya dan sosial digunakan teori sosiologi sastra khususnya sastra sebagai cermin masyarakat dan kajian feminisme yang dalam penelitian ini termasuk bagian daripada sosiologi sastra. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa identitas perempuan antara ronggeng dan geisha memiliki kesamaan terutama mengenai identitas budaya dan sosial mereka yang kompleks di masyarakat. Terdapat persamaan yang menarik di antara keduanya yakni inisasi bukak-klambu dan mizuage sebagai kuatnya simbol ideologi patriarki dalam budaya masing-masing. Melalui penelitian ini, posisi perempuan yang digambarkan sangat rendah di bawah sistem patriarki konvensional masyarakat selalu sama meskipun mereka tinggal di negara yang berbeda.


(5)

WOMAN IDENTITY

IN RONGGENG DUKUH PARUK NOVEL BY AHMAD TOHARI AND MEMOIRS OF A GEISHA BY ARTHUR GOLDEN (A COMPARATIVE

LITERATURE ANALYSIS)

Citra Resmi 1100672

Abstract

As a cultural artifacts, ronggeng and geisha often contained in many literature books. Ronggeng and geisha has becoming an image of a woman position shackled by conservative culture. As a part of the literature, ronggeng and geisha has a woman identity and problems parallelization. This parallelization showed through the compared novels in this research. This research compared woman identity which showed within the two novels protagonist. This research purposes finds out RDP and MOG novels structure, acquired woman identity image through the two protagonist novels, and obtained woman identity comparison result through ronggeng and geisha as the protagonist novels. The data sources is RDP novel by Ahmad Tohari and MOG novel by arthur golden. This research methods is descriptive comparative method. Principal theory used in this research is comparative literature. The woman identity theory in this research formulated from the Alo Liliweri identity aspects such as: personal identity, culture identity, and social identity. Related by the culture and social identity, literature sociology used in this research, notably literature as the society mimetics and feminism as the part within. This research invention indicated that woman identity between ronggeng and geisha has a particularly similarity in they complex society culture and social identity. The bizarre similarity in bukak-klambu and mizuage inisiation has becoming the simbolic patriarchy ideology within they culture background. Thorugh this research, woman described with subordinate position under the society conventional patriarchy system has a similarity despite they all living in separated state.


(6)

ix Citra Resmi, 2015

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... v

ABSTRAK... vii

ABSTRACT ...viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ...xiii

DAFTAR TABEL... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2Rumusan Masalah ...4

1.3Tujuan Penelitian...4

1.4Manfaat Penelitian...5

1.5Struktur Organisasi Skripsi ...5

BAB 2 IDENTITAS PEREMPUAN, SASTRA BANDINGAN, DAN SOSIOLOGI SASTRA ...6

2.1 Identitas perempuan ...6

2.1.1 Pengertian ...6

2.1.2 Identitas Perempuan dalam Pandangan Masyarakat Jawa ...9

2.1.3 Identitas Perempuan dalam Pandangan Masyarakat Jepang ...10

2.2 Novel ...14

2.2.1 Pengertian Novel ...14

2.2.2 Struktur Novel ...14

2.2.3 Aspek Sintaksis ...16

2.2.3.1 Pengaluran ...16

2.2.3.2 Alur...17

2.2.4. Aspek Semantik...17

2.2.4.1 Analisis Tokoh ...17


(7)

2.2.4.3 Analisis Waktu ...18

2.2.5. Aspek Pragmatika ...18

2.2.5.1 Sudut Pandang ...18

2.3 Kajian Sastra Bandingan ...19

2.3.1 Sosiologi Sastra ...21

2.4 Sekilas Mengenai Novel Ronggeng Dukuh Paruk ...24

2.5 Sekilas Mengenai Novel Memoirs of A Geisha ...25

BAB 3 METODE PENELITIAN ...27

3.1 Metode Penelitian...27

3.2 Sumber Data ...27

3.3 Teknik Penelitian...28

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ...28

3.3.2 Teknik Pengolahan Data ...28

3.4 Definisi Operasional ...33

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN ...35

4.1 Analisis Struktur Novel RDP ...35

4.1.1 Struktur Alur dan Pengaluran...35

4.1.1.1 Pengaluran ...35

4.1.1.2 Struktur Alur ...70

4.1.2 Analisis Tokoh ...90

1. Srintil ...90

2. Rasus ...91

3. Nyai Kartareja ...93

4. Sakarya ...94

5. Kartareja ...95

6. Bajus ...95

7. Marsusi ...96

4.1.3 Latar Tempat ...97

1. Dukuh Paruk ...97

2. Pasar Dawuan ...98

3. Rumah Kartareja ...99


(8)

xi Citra Resmi, 2015

5. Makam Ki Secamenggala ...100

4.1.4 Latar Waktu ...100

4.2 Analisis Struktur Novel MOG ...103

4.2.1 Struktur Alur dan Pengaluran...103

4.2.1.1 Pengaluran ...103

4.2.1.2 Struktur Alur ...134

4.2.2 Analisis Tokoh ...157

1. Sayuri ...157

2. Mameha ...158

3. Ibu ...159

4. Hatsumomo ...159

5. Nobu ...161

6. Ketua Iwamura ...162

4.2.3 Latar Tempat ...163

1. Desa Yoroido ...163

2. Japan Seafood Coastal Company ...163

3. Distrik Gion ...164

4. Okiya Nitta ...165

5. Rumah Teh (Ochaya) ...165

6. Rumah Arashino ...166

7. Pulau Amami ...166

8. New York City ...166

4.2.4 Latar Waktu ...167

4.2.5 Latar Sosial ...169

4.2.6 Analisis Penceritaan ...173

4.2.6.1 Analisis Kehadiran Pencerita ...174

4.2.6.2 Tipe Penceritaan ...176

1. Wicara yang Dinarasikan ...176

2. Wicara Alihan ...177

3. Wicara yang Dilaporkan ...178

4.3 Analisis Gambaran Identitas Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoirs Of A Geisha ...179


(9)

4.3.1 Kaitan Antara Struktur dan Gambaran Identitas Perempuan ...179

4.3.2 Gambaran Identitas Perempuan Melalui Identitas Budaya ...187

1. Ronggeng Dukuh Paruk ...187

2. Memoirs Of A Geisha ...191

4.3.3 Gambaran Identitas Perempuan Melalui Identitas Sosial ...196

1. Ronggeng Dukuh Paruk ...196

2. Memoirs Of A Geisha ...199

4.4 Perbandingan Antara Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoirs Of A Geisha ...204

4.4.1 Identitas Pribadi ...204

4.4.1.1 Persamaan ...205

4.4.1.2 Perbedaan ...215

4.4.2 Perbandingan Gambaran Identitas Budaya dalam Novel dengan Kenyataan...220

4.4.3 Perbandingan Gambaran Identitas Sosial dalam Novel dengan Kenyataan...223

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...228

5.1 Simpulan...228

5.1.1 Struktur Novel RDP dan MOG ...228

5.1.2 Gambaran Identitas Perempuan dalam Novel RDP dan MOG ...229

5.1.3 Persamaan dan Perbedaan Gambaran Identitas Perempuan pada Novel RDP dan MOG ...230

5.2 Saran ...230

DAFTAR PUSTAKA ...232

LAMPIRAN ...235


(10)

xiii Citra Resmi, 2015

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian ...29

Bagan 4.1 Analisis Pengaluran Novel RDP ...69

Bagan 4.2 Analisis Fungsi Utama Novel RDP ...88

Bagan 4.3 Analisis Pengaluran Novel MOG ...133


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Analisis Struktur...30 Tabel 3.2 Pedoman Analisis Mengenai Identitas Perempuan ...31 Tabel 3.3 Persamaan dan Perbedaan Identitas Perempuan dalam Kedua Novel ...32


(12)

1

Citra Resmi, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Istilah ronggeng bukan merupakan sesuatu yang asing lagi. Di tanah Jawa yang merupakan tempat kelahiran ronggeng sendiri, ronggeng adalah sebuah produk seni dari kebudayaan. Ronggeng erat hubungannya dengan tayub, karena ronggeng secara harfiah berarti penari tayub. Sebagai artefak budaya, ronggeng memiliki sejarah yang sangat panjang. Dalam sejarahnya, ronggeng merupakan sebuah penyimbolan dunia sakral dan menjadi wakil dari kepercayaan mistis budaya Jawa di masa lalu. Sayangnya, pergeseran makna sakral menjadi profan

pada ronggeng telah menjadikan ronggeng sebagai ‘perempuan penghibur’, yang

bukan saja dilekatkan kepada seni tarian, namun justru kepada seksualitas mereka.

Sejajar dengan ronggeng, ‘perempuan penghibur’ juga lahir dalam budaya

Jepang yakni geisha. Geisha pun merupakan sebuah artefak budaya yang lahir dalam sejarah sangat panjang. Ronggeng dan geisha menjadi sebuah simbol dan gambaran perempuan yang menarik disimak karena berbagai kontradiksi dan kompleksitas permasalahan perempuan yang mereka alami. Keduanya amat termasyhur, terutama karena pandangan negatif terhadap mereka yang terbentuk melalui berbagai konstruksi sosial dalam masyarakat. Melalui kemasyhuran ronggeng dan kekentalan nilai seni budaya tersebut, banyak para sastrawan yang mengangkat tema prosa fiksi mereka dengan tema ronggeng juga geisha.

Di Indonesia sendiri prosa fiksi dengan tema ronggeng sebagai tema penceritaan utama terhitung banyak. Salah satu yang terkenal adalah trilogi novel

Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) karya Ahmad Tohari. Geisha pun sebagai sebuah

artefak budaya yang memiliki masa emasnya sebelum perang dunia kedua, banyak diangkat ke dalam literatur. Sama tersohornya dengan RDP novel

Memoirs of A Geisha (MOG) yang ditulis oleh Arthur Golden menjadi salah satu

yang terkenal. Selain novel MOG masih banyak novel lain yang mengangkat tema

geisha, salah satunya adalah novel Snow Country yang ditulis oleh Yasunari

Kawabata. Selain novel, pun terdapat buku semi autobiografi yang ditulis oleh seorang geisha bernama Iwasaki Mineko dengan judul Geisha: A Life. Geisha


(13)

2

Mineko diklaim sebagai sumber inspirasi dari penulisan novel MOG Arthur yang terkenal. Ia pun melahirkan bukunya yang berisikan catatat kehidupannya sebagai geisha full-time dalam buku tersebut.

Terdapat beberapa kesejajaran yang menjadi alasan membandingkan dua novel yang berasal dari dua negara berbeda ini. Kesejajaran yang menjadi dasar penelitian ini terdapat pada jalan cerita kedua novel yang sama-sama mengisahkan kehidupan seorang ronggeng dan geisha dan lika-liku permasalahan perempuan yang mereka alami, terutama karena mereka bukan merupakan perempuan biasa, namun seorang perempuan penghibur. Kesejajaran kedua terletak pada kenyataan bahwa penulis kedua novel yang sama-sama berisikan permasalahan perempuan tersebut merupakan laki-laki. Baik novel RDP dan MOG, keduanya memiliki kesejajaran menarik lainnya karena sama-sama ditulis oleh pengarang laki-laki.

Kesejajaran terakhir terletak pada fenomena penjualan keperawanan mereka yang sangat terkenal yakni bukak-klambu bagi ronggeng dan mizuage bagi geisha. Kesejajaran ini merupakan hal yang mengejutkan, mengingat ronggeng dan

geisha lahir dalam dua budaya yang berbeda. Terdapatnya kesejajaran ini

merupakan penggambaran telak mengenai posisi perempuan dalam budaya yang terkungkung, di mana pun perempuan itu berada. Dua fenomena penjualan keperawanan tersebut juga merupakan gambaran bahwa posisi perempuan tertekan oleh ideologi patriarki dalam masyarakat yang sangat konvensional: Jawa dan Jepang.

Kesejajaran ini tergambar sangat jelas dalam novel RDP dan MOG. Keduanya menceritakan perjalanan hidup tokoh utama yakni Srintil dalam RDP dan Sayuri dalam MOG. Lika-liku permasalahan perempuan keduanya hampir sama. Permasalahan perempuan keduanya lebih menekankan kepada kompleksitas identitas mereka sebagai perempuan. Srintil dan Sayuri begitu sulit menemukan identitas mereka sebagai perempuan yang utuh, terutama karena mereka merupakan perempuan dengan peran ganda. Di satu sisi mereka adalah perempuan biasa yang kerap tertekan ideologi patriarki dalam masyarakat, sedangkan di sisi lain mereka adalah seorang perempuan penghibur yang mampu menerabas dominasi dunia kelelakian. Hal ini juga yang pada akhirnya melahirkan dua peran, yakni mereka di atas panggung dan mereka di luar panggung.


(14)

3

Citra Resmi, 2015

Oleh karena itu, kesejajaran ronggeng dan geisha ini sangat menarik dikaji, mengingat dunia perempuan dan permasalahnnya merupakan fenomena alot yang tak kunjung selesai. Dalam penelitian ini akan dipaparkan mengenai perbandingan novel RDP dan MOG melalui kajian sastra bandingan. Perbandingan ini berupaya untuk melihat secara jelas dan jernih mengenai bagaimana identitas perempuan ronggeng dan geisha yang sangat kabur karena tekanan konstruksi sosial budaya dan nilai idealis patriarki kepada mereka dalam masyarakat.

Penelitian sebelumnya lebih banyak ditemukan pada penelitian mengenai novel RDP yang memfokuskan penelitiannya mengenai gambaran ronggeng. Penelitian tersebut berjudul Gambaran Ronggeng dalam Novel Indonesia: Telaah

atas Novel Ronggeng Dukuh Paruk, Ronggeng, dan Karti Ngeledek Krajek yang

ditulis oleh Yulianeta, pada tahun 2013. Penelitian tersebut lebih menitikberatkan pada gambaran ronggeng pada tiga novel yang bercerita mengenai ronggeng dan menelaah perbedaan represi pengarang terhadap nilai ronggeng yang berbeda-beda pada ketiga novel tersebut.

Kiranya persamaan sekaligus pertentangan antara ronggeng dan geisha melalui dua novel tersohor tersebut menarik. Mengingat menurut peneliti belum terlalu banyak penelitian yang mengupas mengenai ronggeng juga mengupas mengenai geisha secara berdampingan. Terdapat beberapa skripsi dan tesis yang membahasa mengenai kajian interteks terkait MOG dengan novel Indonesia yang berbau Jepang. Salah satunya adalah tesis yang ditulis oleh Titiek Suyatmi pada tahun 2010 yang berjudul Kajian Intertekstual dan Nilai Pendidikan antara Novel

Memoirs Of A Geisha Karya Arthur Golden dengan Novel Kembang Jepun Karya Remy Sylado. Dilihat dari penelitian ini, menekankan pada persamaan struktur

melalui kajian interteks. Sedang persamaan nilai budaya tidak disinggung sama sekali. Rata-rata penelitian yang mengambil novel MOG sebagai perbandingan mengacu kepada novel Indonesia yang memiliki unsur Jepang yang kuat dengan tokoh utama perempuan seperti novel Namaku Hiroko yang ditulis oleh Nh Dini atau Kembang Jepun yang ditulis Remy Sylado.

Penelitian yang mengkaji konteks latar sosial dan budaya ronggeng dan

geisha belum terlalu banyak peneliti temukan. Terutama yang menyangkutpautkan konteks tersebut dengan identitas perempuan yang erat


(15)

4

kaitannya dengan dunia perempuan dan permasalahannya. Atas dasar itulah peneliti memutuskan untuk mengkaji lebih dalam identitas perempuan yang akan mencakup semua permasalahan yang ada dalam peran ronggeng dan geisha.

Juga atas dasar perbedaan konteks sastra yaitu konteks sosial dan budaya yang melatarbelakangi kedua novel, peneliti melakukan perbandingan keduanya melalui kajian sastra bandingan. Sastra bandingan sendiri merupakan pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori sendiri. Boleh dikatakan teori apa pun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan, sesuai dengan objek dan tujuan penelitiannya (Damono, 2011, hlm. 1). Maka atas dasar tersebut peneliti kemudian mengkaji gambaran identitas perempuan yang terkait dengan kontekstual sastra masing-masing melalui kajian sosiologi sastra sebagai kajian pendekatan utama. Selain dengan dukungan teori analisis feminisme dalam beberapa aspek. Pengkajian sosiologi sastra dirasa cocok untuk mengkaji fenomena yang telah disebutkan di atas.

Dalam penelitian ini dapat terlihat perbandingan keduanya memiliki persamaan dan perbedaan yang seimbang. Identitas perempuan yang digambarkan dalam dua novel tersebut bukan suatu fenomena tunggal belaka. Seluruh kompleksitas mengenai peran seni, seksualitas, konteks sosial dan budaya, juga stigma yang melekat akan terangkum secara keseluruhan dalam penelitian ini. Mengingat nilai budaya yang tinggi ini bukan saja berkutat mengenai permasalahan fiksi namun konteks budaya yang masih belum maksimal tergarap dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu, berdasarkan keminiman konteks budaya dalam penelitian sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk menggali lebih dalam permasalahan mengenai identitas perempuan beserta kedudukannya dalam budaya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur novel RDP (Ronggeng Dukuh Paruk) dan MOG (Memoirs of A Geisha)?

2. Bagaimana gambaran identitas perempuan melalui dua tokoh utama dalam masing- masing novel?

3. Bagaimana persamaan dan perbedaan gambaran identitas perempuan dalam kedua novel?


(16)

5

Citra Resmi, 2015

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan umum penelitian ini adalah mengungkapkan bagaimana identitas perempuan yang tergambar melalui ronggeng dan geisha adalah sebuah kompleksitas. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah memperoleh deskripsi tentang:

1. Struktur novel RDP dan MOG.

2. Gambaran mengenai identitas perempuan melalui dua tokoh utama kedua novel.

3. Hasil perbandingan kedua novel tersebut yang menghasilkan persamaan dan perbedaan gambaran identitas perempuan yang tergambar melalui tokoh ronggeng dan tokoh geisha.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bagaimana gambaran identitas perempuan yang kompleks yang dalam peneilitian ini terwakili melalui dua tokoh perempuan masing-masing novel, ronggeng dan geisha. Pun memperoleh hasil perbandingan antara keduanya.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini berjudul Identitas Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh

Paruk Karya Ahmad Tohari dan Memoirs of A Geisha Karya Arthur Golden (Sebuah Kajian Sastra Bandingan) dan terdiri dari lima bab. Adapun sistematika

penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah meliputi sejarah singkat ronggeng dan geisha, penelitian terdahulu, dan alasan melakukan penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II merupakan kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian ini yakni meliputi pengertian identitas perempuan, identitas perempuan dalam pandangan masyarakat Jawa, identitas perempuan dalam pandangan masyarakat Jepang, pengertian novel, struktur novel; aspek sintaksis, semantik, dan pragmatik, kajian sastra bandingan, sosiologi sastra, dan terakhir merupakan sekilas dari novel RDP dan MOG.


(17)

6

BAB III merupakan metode penelitian meliputi sumber data, teknik pengumpulan data, bagan kerangka berpikir penelitian, pedoman analisis struktur, pedoman gambaran identitas perempuan, pedoman perbedaan dan persamaan identitas perempuan, dan definisi operasional.

BAB IV merupakan hasil temuan dan pembahasan meliputi struktur masing-masing novel, kaitan antara struktur dengan gambaran identitas perempuan, identitas perempuan dalam identitas budaya, identitas perempuan dalam identitas sosial, persamaan, dan perbedaan.

BAB V merupakan kesimpulan dari penelitian dan saran, daftar pustaka sebagai sumber rujukan, lampiran, dan riwayat hidup penulis.


(18)

27

Citra Resmi, 2015

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Objek penelitian, dalam hal ini karya sastra, memiliki banyak dimensi, banyak aspek, dan unsur. Untuk memahaminya secara lengkap diperlukan teori dan metode yang sesuai dengan dimensi-dimensi tersebut. Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2003, hlm. 7).

Penelitian ini merupakan kajian sastra bandingan oleh karena itu metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif komparatif. Metode penelitian ini adalah penggabungan dua teknik penelitian yaitu dengan menggunakan cara menguraikan (deskriptif) lalu membandingkan (komparatif). Dalam penelitian ini peneliti akan menguraikan bagaimana struktur novel RDP dan MOG, bagaimana representasi identitas perempuan masing-masing, konteks sosial dan budaya negara asal keduanya, kemudian membandingkannya dengan maksud menemukan persamaan dan perbedaan keduanya.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ada dua sumber utama yaitu:

3.2.1 Novel Ronggeng Dukuh Paruk yang ditulis oleh Ahmad Tohari yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama: Jakarta pada tahun 2003 dengan ketebalan 397 halaman sebagai sumber utama penelitian.

3.2.2 Novel Memoirs of A Geisha yang ditulis oleh Arthur Golden (dialihabahasakan oleh Listiana Srisanti) yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama: Jakarta pada tahun 2003 dengan ketebalan 490 halaman sebagai sumber utama penelitian.


(19)

28

3.3 Teknik Penelitian

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka. Peneliti akan melakukan telaah buku-buku teks sumber, literatur yang mendukung dan berkaitan dengan teori kajian penelitian ini.

3.3.2 Teknik Pengolahan Data

Tahapan teknik pengolahan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Struktur novel RDP dan MOG dianalisis berupa aspek cerita dengan

menggunakan teori kajian analisis stuktur Todorov. Analisis struktur Todorov tersebut akan menganalisi bagian (1) aspek sintaktik, (2) aspek semantik, dan (3) aspek verbal. Aspek pertama untuk meneliti urutan peristiwa secara kronologis dan logis khusus di dalam alur; aspek kedua untuk meneliti tema, tokoh, dan latar, ini sudah berkaitan dengan penafsiran makna atas lambang (verbal, bahasa); dan aspek ketiga untuk meneliti sarana atau alat-alat pengungkapannya seperti sudut pandang, gaya, `atau pengujaran. Dalam penelitian ini, analisis hanya akan dibatasi pada pembahasan: (1) sekuen dan fungsi utama (aspek sintaktik); (2) tokoh dan latar (aspek semantis); dan (3) sudut pandang (aspek verba/pragmatis).

2. Menguraikan bagaimana identitas perempuan dalam masing-masing

novel yang tergambar melalui ronggeng dalam novel RDP dan geisha dalam novel

MOG.

3. Terakhir kedua karya ini dibandingkan dengan pendekatan sastra

bandingan yang memasukan unsur sosiologi sastra untuk mendapatkan perbedaan serta persamaannya.

Teknik pengolahan data yang telah diuraikan di atas, akan dirangkum melalui bagan kerangka berpikir penelitian secara lebih jelas.


(20)

29

Citra Resmi, 2015

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian

1. Kesejajaran pada novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Memoirs of A

Geisha yang tergambar melalui identitas perempuan milik ronggeng

dan geisha.

2. Persamaan inisiasi di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dan

Memoirs of A Geisha yang timbul dalam perbedaan budaya dua

negara.

Struktur novel RDP - Alur

- Pengaluran - Tokoh dan latar - Sudut pandang

Struktur novel MOG - Alur

- Pengaluran - Tokoh dan latar - Sudut pandang

Kajian sastra bandingan dengan pendekatan sosiologi sastra

Persamaan dan Perbedaan identitas perempuan dalam novel ronggeng Dukuh Paruk dan Memoirs of

A Geisha

Identitas perempuan melalui tokoh Ronggeng - Identitas budaya - Identitas sosial

Identitas perempuan melalui tokoh Geisha - Identitas budaya - Identitas sosial


(21)

30

TABEL 3.1 Pedoman Analisis Struktur

No Aspek yang Diteliti Acuan Analisis

1 Tokoh dan

Penokohan

a) Siapakah tokoh utama dalam novel Ronggeng

Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari?

b) Siapakah tokoh utama dalam novel Memoirs of A

Geisha karya Arthur Golden?

c) Siapakah tokoh-tokoh tambahan yang terdapat dalam dua novel tersebut?

d) Bagaimanakah watak setiap tokoh dan dengan teknik apakah pengarang menampilkan tokoh-tokoh tersebut?

2 Alur dan Pengaluran a) Bagaimanakah urutan sekuen dalam dua novel tersebut?

b) Bagaimanakah urutan fungsi utama dalam dua novel tersebut?

3 Latar Tempat dan Latar Waktu

a) Dimanakah peristiwa dalam dua novel tersebut berlangsung?

b) Kapankah peristiwa dalam dua novel tersebut terjadi?

c) Bagaimana latar sosial yang digambarkan melalui dua novel tersebut?

4 Penceritaan a) Menggunakan sudut pandang apakah pengarang dalam dua novel tersebut?

b) Adakah kekhususan sudut pandang tertentu dalam menggambarkan identitas perempuan pada dua novel tersebut?

c) Bagian mana sajakah yang termasuk tipe penceritaan wicara yang dilaporkan, wicara yang dinarasikan dan wicara yang dialihkan dalam dua novel tersebut?


(22)

31

Citra Resmi, 2015

TABEL 3.2 Pedoman Analisis Mengenai Identitas Perempuan

No Aspek yang Diteliti Acuan Analisis

1. Identitas Budaya 1) Apa saja dimensi atau aspek yang menunjukan cakupan identitas budaya yang bersifat personal/pribadi pada tokoh perempuan dalam novel RDP dan MOG? 2) Apakah dimensi atau aspek tersebut menunjukkan pengaruh dari identitas budaya yang terdapat pada latar novel RDP dan MOG?

3) Apakah identitas budaya tersebut mencerminkan identitas budaya masyarakat tersebut dalam kenyataan?

2. Identitas Sosial 1) Apa saja dimensi atau

aspek yang menunjukan cakupan identitas sosial yang bersifat personal/pribadi pada tokoh perempuan dalam novel RDP dan MOG?

2) Apakah dimensi atau aspek tersebut menunjukkan pengaruh dari identitas sosial yang terdapat pada latar novel RDP dan MOG?

3) Apakah identitas sosial tersebut mencerminkan identitas budaya masyarakat tersebut dalam kenyataan?


(23)

32

TABEL 3.3 Persamaan dan Perbedaan Identitas Perempuan dalam Kedua Novel

No Aspek Acuan analisis

1. Identitas pribadi 1) Bagaimana persamaan gambaran identitas pribadi dalam kedua novel? 2) Bagaimana perbedaan gambaran

identitas pribadi dalam kedua novel? 2. Identitas budaya Perbandingan Gambaran Identitas dalam Novel

1) Apa saja persamaan identitas budaya dalam kedua novel?

2) Apa saja perbedaaan identitas budaya dalam kedua novel?

Perbandingan Gambaran Identitas dalam Kenyataan

1) Apa saja persamaan identitas budaya dalam novel dengan kenyataan? 2) Apa saja perbedaan idetitas budaya

dalam novel dengan kenyataan? 3. Identitas sosial Perbandingan Gambaran Identitas Sosial

dalam Novel

1) Apa saja persamaan identitas sosial dalam kedua novel?

2) Apas aja perbedaaan identitas sosial dalam kedua novel?

Perbandingan Gambaran Identitas Sosial dalam Kenyataan

1) Apa saja persamaan identitas sosial dalam novel dengan kenyataan? 2) Apa saja perbedaan idetitas sosial


(24)

33

Citra Resmi, 2015

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian karya ilmiah agar pembaca mendapatkan penggambaran yang jelas. Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu mendeskripsikan istilah atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

1) Identitas Perempuan

Identitas perempuan adalah sebuah acuan untuk memperoleh definisi mengenai identitas perempuan yang utuh di tengah berbagai macam konstruksi sosial dan nilai idealis yang ditekankan kepada mereka di masyarakat. Berdasarkan perumusan konsep dari identitas menurut Alo Liliweri, mengklasifikasikan identitas personal menjadi tiga dimensi yaitu identitas budaya, sosial, dan pribadi. Maka dapat disimpulkan identitas perempuan pun mencakup ketiga dimensi tersebut melalui sudut pandang perempuan serta permasalahan yang dihadapi oleh perempuan sendiri.

2) Novel

Sudjiman (1998, hlm. 53) mengatakan bahwa novel adalah proses rekaan yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengungkapkan aspek-aspek secara kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus.

3) Sastra Bandingan

Sastra bandingan adalah sebuah studi teks accros cultural. Dalam sastra bandingan terdapat upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra baandingan dapat membandingkan dua atau lebih karya sastra dalam periode waktu yang berbeda. Sedang konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan menurut wilayah geografis sastra. Melalui sastra bandingan kita dapat melihat apakah karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lain bersinggungan atau tidak (Endraswara, 2011, hlm. 128).


(25)

34

4) Sosiologi Sastra

Menurut beberapa ahli teori dan konsep sosiologi sastra selalu berangkat dari pendapat bahwa karya sastra tidak berangkat dari kekosongan, dalam hal ini baik itu kekosongan budaya ataupun sosial. Hal ini mempertegas bahwa sastra akan lahir dari seorang sastrawan dengan sifat sastra yang mimetis. Maka hubungan antara sastrawan, sastra, dan masyarakat bukanlah sesuatu yang dicari-cari (Damono, 2010, hlm. 1) melainkan sesuatu yang telah terbentuk secara konkret sejak awal. Dalam sosiologi sastra, sastrawan atau pengarang mengambil tempat sebagai hal yang berhubungan dengan konteks sosial dan kultural sedang sastra sendiri merupakan refleksi yang bersifat mimetis.


(26)

228

Citra Resmi, 2015

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan di bab empat, dapat ditarik simpulan mengenai struktur dan perbandingan identitas perempuan dalam novel

Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) dan Memoirs Of A Geisha (MOG). Adapun

simpulan tersebut adalah sebagai berikut.

5.1.1 Struktur Novel RDP dan MOG

Terdapat 781 sekuen dan 164 fungsi utama dalam novel RDP, terdapat beberapa tiga sekuen kilas balik pada novel RDP, 33 sekuen sorot balik, dan dua sekuen bayangan. Pada novel MOG terdapat 423 sekuen dan 194 fungsi utama, terdapat tujuh sekuen kilas balik dan tujuh sekuen sorot balik. Pada novel MOG terdapat tujuh kilas balik.

Analisis tokoh pada novel RDP menghasilkan dua tokoh utama yakni Srintil dan Rasus dan lima tokoh tambahan yang berperan penting dalam cerita yakni Nyai Kartareja, Sakarya, Kartareja, Bajus, dan Marsusi. Dalam novel MOG, terdapat satu tokoh utama yakni Sayuri dan lima tokoh tambahan yang berperan penting dalam cerita yakni Mameha, Hatsumomo, Ibu, Nobu Toshikazu, dan Katua Iwamura.

Terdapat lima latar ruang yang penting dalam novel RDP yakni Dukuh Paruk, Pasar Dawuan, ruma Kartareja, tempat tahanan komunis, dan makam Ki Secamenggala. Adapun latar waktunya adalah geger politik komunis sepanjang tahun 1960 hingga 1965-an. Pada novel MOG terdapat delapan latar ruang yakni desa Yoroido, Japan Coastal Seafood Company, distrik Gion, okiya Nitta, rumah teh (ochaya), rumah Arashino, pulau Amami, dan New York City. Latar waktu di novel MOG berkisar pada tahun 1930-an, pra PD II, dan pasca PD II.

Novel RDP dan MOG memiliki latar sosial yang hampir serupa yaitu latar sosial yang berhubungan dengan arus pergolakan politik yang menyeret dua tokoh utama novel menuju arus tersebut. Latar sosial lain adalah latar budaya mereka


(27)

229

yang amat pribadi, tanah air mungil mereka yang memiliki corak budaya yang khas, Dukuh Paruk dan Gion.

Adapun kehadiran pencerita dalam novel RDP dan MOG berdasarkan teori Todorov yakni pencerita ekstern dan intern. Dalam novel RDP pencerita itu keduanya hadir bersamaan, intern melalui sudut pandang Rasus dan ekstern melalui pencerita di luar cerita yang memandang dunia lewat Srintil, sedangkan dalam novel MOG hanya terdapat satu pencerita yaitu intern lewat sudut pandang Sayuri. Terakhir adalah tipe penceritaan yang terdapat dalam novel RDP dan MOG ketiganya terdapat di dalamnya secara lengkap yakni wicara yang dilaporkan, wicara yang dinarasikan, dan wicara alihan.

5.1.2 Gambaran Identitas Perempuan dalam Novel RDP dan MOG

Identitas perempuan dalam penelitian ini mengambil acuan dimensi identitas yang dikemukakan oleh Liliweri yakni identitas pribadi, identitas budaya, dan identitas sosial. Dalam identitas budaya dan sosial terdapat beberapa aspek yang dikaitkan dengan identitas perempuan Srintil dan Sayuri yaitu pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, dan keturunan dari suatu kebudayaan. Sama dengan identitas budaya, identitas sosial pun meliputi beberapa aspek yaitu umur, gender, kerja, agama, kelas sosial, dan tempat.

Dalam novel RDP tidak seluruh aspek dalam identitas tersebut dapat berkaitan, maka dalam identitas budaya Srintil aspek tersebut hanya berkisar kepada dua aspek yakni pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi serta keturunan dari suatu kebudayaan. Pada novel MOG aspek identitas budaya mengalami tambahan selain yang terkait dengan Srintil yakni penerimaan tradisi dan sifat bawaan. Dalam identitas sosial pun hanya terdapat beberapa aspek bagi Srintil aspek itu adalah umur, gender, kerja, kelas sosial dan tempat, yang memiliki kesamaan pada identitas sosial Sayuri.

Pada aspek identitas budaya, pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi serta keturunan dari suatu kebudayaan membentuk sebuah gambaran ideal bagi Srintil dan Sayuri sebagai ronggeng dan geisha, di bawah nilai idealis kaum laki-laki. Identitas budaya mereka berkisar di dalam tanah air kecil mereka, Srintil di


(28)

230

Citra Resmi, 2015

Dukuh Paruk dan bagi Sayuri adalah okiya Nitta, sedangkan identitas sosial mereka berkisar di luar tanah air mereka yakni masyarakat Jawa dan Jepang secara universal.

Gambaran identitas yang didapatkan dari kedua tokoh tersebut adalah sama;

identitas mereka sebagai perempuan dan sebagai ‘perempuan penghibur’

sangatlah kabur sehingga terjadi kompleksitas. Konstruksi sosial telah meniadakan identitas keperempuanan mereka yang utuh dan kerap menghubungkan mereka dengan dunia prostitusi. Selain menjadi korban kelelakian melalui pelanggeng ideologi patriarki seperti Nyai dan Ibu, keduanya juga memiliki kuasa untuk memecah dominasi laki-laki dengan membuat kelelakian itu tergila-gila kepada kecantikan mereka.

5.1.3 Persamaan dan Perbedaan Gambaran Identitas Perempuan pada Novel RDP dan MOG

Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan terkait dengan identitas pribadi tokoh Srintil dan Sayuri sebagai pribadi yang kompleks. Persamaan itu meliputi inisiasi bukak-klambu dan mizuage yang sama-sama meletakkan posisi Srintil dan Sayuri sebagai subjek yang diperjual-belikan, bentuk perlawanan yang sama dari keduanya melalui sebuah kesadaran akan hak mereka yang direnggutkan. Mereka sadar bahwa mereka telah terlalu dibatasi, hal ini terutama dimanifestasikan melalui kesadaran mereka yang tidak bisa memilih lelaki yang mereka cintai. Sebagai bentuk perlawanan yang bertahan hingga akhir cerita, keduanya tetap memilih untuk tetap mencintai kedua laki-laki itu.

Terakhir adalah keterlibatan kedua tokoh dengan dunia politik yang pada hakikatnya menggambarkan kuasa mereka memecah dominasi laki-laki di dunia tersebut meskipun ada bentuk penderitaan karena kuatnya sistem patriarki yang ada. Perbedaan yang terdapat di antara keduanya merupakan sebuah wujud perbedaan budaya yang menjembatani mereka, meskipun pada dasarnya budaya tersebut sama-sama meletakkan keperempuan mereka dalam posisi yang rendah.


(29)

231

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.

1) Penelitian sastra bandingan merupakan penelitian yang menarik karena ada berbagai aspek yang dapat ditemukan dalam penelitian. Namun, dalam penelitian ini aspek yang tergali lebih dalam hanya aspek dari segi budaya dan sosial saja. Isu perempuan seperti dunia perempuan dan segala permasalahan perempuan yang berkaitan dengan feminisme belum dapat tergali dengan baik dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti berharap pada penelitian selanjutnya isu feminis yang ada pada sosok ronggeng dan geisha dapat dikaji lebih dalam, sebagai bagian daripada kajian feminisme.

2) Berkaitan dengan saran sebelumnya, selama melakukan penelitian ini peneliti menemukan permasalahan yang berkaitan dengan kajian feminis yakni mengenai permasalahan eksploitasi perempuan. Penjualan keperawanan ronggeng dan geisha merupakan sebuah inisiasi yang mengejutkan karena secara kasar hal tersebut bisa dianggap sebagai sebuah eksploitasi. Keperawanan mereka diperdagangkan secara paksa. Eksploitasi tersebut bukan saja digambarkan melalui bukak-klambu dan mizuage saja, namun dari budaya memperjualbelikan perempuan yang terlihat melalui transaksi seksual yang mereka alami. Namun karena keterbatasan peneliti, hal ini tidak dapat tergali secara lebih dalam. Oleh karena itu, peneliti berharap pada penelitian selanjutnya, permasalahan mengenai eksploitasi perempuan ini dapat dijadikan sebagai sebuah objek penelitian.


(30)

232

Citra Resmi, 2015

Daftar Pustaka

Anwar, A. (2009). Genelogi feminis: Dinamika pemikiran feminis dalam

novel pengarang perempuan Indonesia 1933-2005. Jakarta: Penerbit

Republika.

Barnhouse, R. T. (1992). Identitas wanita: Bagaimana mengenal dan

membentuk citra diri. Yogyakarta: Kanisius.

Budiati, C. A. (2010). Aktualisasi diri perempuan dalam sistem budaya Jawa (persepsi perempuan terhadap nilai-nilai budaya Jawa dalam mengaktualisasikan diri) dalam Pamator, 3 (1), hlm. 51—59.

Caturwati, E. (2008). Sinden penari di atas dan di luar panggung. Bandung: Sunan Ambu Press.

Dalby, L. C. (1983). Geisha. Los Angeles: University of California Press. Damono, S. D. (2011). Sastra bandingan. Kompleks Dosen UI: Editum. Damono, S. D. (2010). Sosiologi sastra: pengantar ringkas. Kompleks

Dosen UI: Editum.

Danandjaja, S. (1997). Folklor Jepang dilihat dari kacamata Indonesia. Pustaka Utama Grafiti: Jakarta.

Djajanegara, S. (2000). Kritik sastra feminis: Sebuah pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Downer, L. (2001). Geisha: The secret history of a vanishing world. London: Headline Book Publishing.

Endaswara, S. (2011). Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: CAPS. Golden, A. (2003). Memoirs of a geisha. Jakarta: Gramedia.

Greenwood, J. (2013). Geisha: A history of an empowered group.

University of Guelphs: Undergraduate Feminist Journal, (6), hlm.

97—106.

Hellwig, T. (2003). In the shadow of change: citra perempuan dalam sastra

Indonesia. Depok: Desantara.

Liliweri, A. (2002). Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya. Yogyakarta: LkiS.


(31)

Lockard, L. (2009). Geisha behind the painted smile. Honors Research

Advisory Seminar, Winter Term February 2009.

Okada, M. (2003). Prolegomenon to geisha as a cultural the gion school and

representation of a “traditional” japan. Paper of a lecture Cornell University on February 24. hlm. 218—224.

Okamura, M. (1983). Peranan wanita jepang. Yogyakarta: UGM Press. Ratna, N. K. (2004). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, N. K. (2003). Paradigma sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjiman, P. (1984). Kamus istilah sastra. Jakarta: Gramedia.

Surur, M. (2005). Perempuan multikultural. Jakarta: Desantara Utama. Suyatmi, T. (2010). Kajian intertekstual dan nilai pendidikan antara novel

memoirs of a geisha karya Arthur Golden dengan novel kembang jepun karya Remy Sylado. (Tesis). Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sebelas Maret.

Stanton, R. (2012). Teori fiksi Robert Stanton. Diterjemahkan oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Todorov, T. (1985). Tata sastra. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia

oleh Okke K.S. Zaimar, dkk. Jakarta: Djambatan.

Teeuw, A. (1988). Sastra dan ilmu sastra, pengantar teori sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Tohari, A. (2003). Ronggeng dukuh paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Underwood, E. (2000). The life of geisha. Singapore: Berkeley Books. Purba, A. (2010). Sastra indonesia kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pratita, I. I. (2005). Menguak kehidupan kaum wanita Jepang”. LENTERA,

Jurnal Studi Perempuan, 1 (2), hlm. 135—146.

Wasono, S. (2001). Memahami masyarakat lewat sastra: Catatan ringkas atas trilogi ronggeng dukuh paruk karya Ahmad Tohari. Seminar


(32)

234

Citra Resmi, 2015

Wellek, dan Austin W. (1990). Teori kesusteraan, Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Yulianeta. (2013). Representasi ronggeng dalam novel Indonesia: Telaah

atas novel ronggeng dukuh paruk, ronggeng, dan karti ngeledek ngrajek. Bandung: Laporan Penelitian Pembinaan.

Yulianeta. (2014). Membaca jejak ronggeng dalam prosa fiksi Indonesia. Bandung: Unpad Press.

Zaimar, O. K. S. (1991). Menelusuri makna ziarah karya Iwan S. seri ILDEP. Jakarta: Intermasa.

Zaimar, O. K. S. (2008). Semiotik dan penerapannya dalam karya sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.


(1)

229

yang amat pribadi, tanah air mungil mereka yang memiliki corak budaya yang khas, Dukuh Paruk dan Gion.

Adapun kehadiran pencerita dalam novel RDP dan MOG berdasarkan teori Todorov yakni pencerita ekstern dan intern. Dalam novel RDP pencerita itu keduanya hadir bersamaan, intern melalui sudut pandang Rasus dan ekstern melalui pencerita di luar cerita yang memandang dunia lewat Srintil, sedangkan dalam novel MOG hanya terdapat satu pencerita yaitu intern lewat sudut pandang Sayuri. Terakhir adalah tipe penceritaan yang terdapat dalam novel RDP dan MOG ketiganya terdapat di dalamnya secara lengkap yakni wicara yang dilaporkan, wicara yang dinarasikan, dan wicara alihan.

5.1.2 Gambaran Identitas Perempuan dalam Novel RDP dan MOG

Identitas perempuan dalam penelitian ini mengambil acuan dimensi identitas yang dikemukakan oleh Liliweri yakni identitas pribadi, identitas budaya, dan identitas sosial. Dalam identitas budaya dan sosial terdapat beberapa aspek yang dikaitkan dengan identitas perempuan Srintil dan Sayuri yaitu pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, dan keturunan dari suatu kebudayaan. Sama dengan identitas budaya, identitas sosial pun meliputi beberapa aspek yaitu umur, gender, kerja, agama, kelas sosial, dan tempat.

Dalam novel RDP tidak seluruh aspek dalam identitas tersebut dapat berkaitan, maka dalam identitas budaya Srintil aspek tersebut hanya berkisar kepada dua aspek yakni pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi serta keturunan dari suatu kebudayaan. Pada novel MOG aspek identitas budaya mengalami tambahan selain yang terkait dengan Srintil yakni penerimaan tradisi dan sifat bawaan. Dalam identitas sosial pun hanya terdapat beberapa aspek bagi Srintil aspek itu adalah umur, gender, kerja, kelas sosial dan tempat, yang memiliki kesamaan pada identitas sosial Sayuri.

Pada aspek identitas budaya, pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi serta keturunan dari suatu kebudayaan membentuk sebuah gambaran ideal bagi Srintil dan Sayuri sebagai ronggeng dan geisha, di bawah nilai idealis kaum laki-laki. Identitas budaya mereka berkisar di dalam tanah air kecil mereka, Srintil di


(2)

230

Dukuh Paruk dan bagi Sayuri adalah okiya Nitta, sedangkan identitas sosial mereka berkisar di luar tanah air mereka yakni masyarakat Jawa dan Jepang secara universal.

Gambaran identitas yang didapatkan dari kedua tokoh tersebut adalah sama;

identitas mereka sebagai perempuan dan sebagai ‘perempuan penghibur’

sangatlah kabur sehingga terjadi kompleksitas. Konstruksi sosial telah meniadakan identitas keperempuanan mereka yang utuh dan kerap menghubungkan mereka dengan dunia prostitusi. Selain menjadi korban kelelakian melalui pelanggeng ideologi patriarki seperti Nyai dan Ibu, keduanya juga memiliki kuasa untuk memecah dominasi laki-laki dengan membuat kelelakian itu tergila-gila kepada kecantikan mereka.

5.1.3 Persamaan dan Perbedaan Gambaran Identitas Perempuan pada Novel RDP dan MOG

Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan terkait dengan identitas pribadi tokoh Srintil dan Sayuri sebagai pribadi yang kompleks. Persamaan itu meliputi inisiasi bukak-klambu dan mizuage yang sama-sama meletakkan posisi Srintil dan Sayuri sebagai subjek yang diperjual-belikan, bentuk perlawanan yang sama dari keduanya melalui sebuah kesadaran akan hak mereka yang direnggutkan. Mereka sadar bahwa mereka telah terlalu dibatasi, hal ini terutama dimanifestasikan melalui kesadaran mereka yang tidak bisa memilih lelaki yang mereka cintai. Sebagai bentuk perlawanan yang bertahan hingga akhir cerita, keduanya tetap memilih untuk tetap mencintai kedua laki-laki itu.

Terakhir adalah keterlibatan kedua tokoh dengan dunia politik yang pada hakikatnya menggambarkan kuasa mereka memecah dominasi laki-laki di dunia tersebut meskipun ada bentuk penderitaan karena kuatnya sistem patriarki yang ada. Perbedaan yang terdapat di antara keduanya merupakan sebuah wujud perbedaan budaya yang menjembatani mereka, meskipun pada dasarnya budaya tersebut sama-sama meletakkan keperempuan mereka dalam posisi yang rendah.


(3)

231

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.

1) Penelitian sastra bandingan merupakan penelitian yang menarik karena ada berbagai aspek yang dapat ditemukan dalam penelitian. Namun, dalam penelitian ini aspek yang tergali lebih dalam hanya aspek dari segi budaya dan sosial saja. Isu perempuan seperti dunia perempuan dan segala permasalahan perempuan yang berkaitan dengan feminisme belum dapat tergali dengan baik dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti berharap pada penelitian selanjutnya isu feminis yang ada pada sosok ronggeng dan geisha dapat dikaji lebih dalam, sebagai bagian daripada kajian feminisme.

2) Berkaitan dengan saran sebelumnya, selama melakukan penelitian ini peneliti menemukan permasalahan yang berkaitan dengan kajian feminis yakni mengenai permasalahan eksploitasi perempuan. Penjualan keperawanan ronggeng dan geisha merupakan sebuah inisiasi yang mengejutkan karena secara kasar hal tersebut bisa dianggap sebagai sebuah eksploitasi. Keperawanan mereka diperdagangkan secara paksa. Eksploitasi tersebut bukan saja digambarkan melalui bukak-klambu dan mizuage saja, namun dari budaya memperjualbelikan perempuan yang terlihat melalui transaksi seksual yang mereka alami. Namun karena keterbatasan peneliti, hal ini tidak dapat tergali secara lebih dalam. Oleh karena itu, peneliti berharap pada penelitian selanjutnya, permasalahan mengenai eksploitasi perempuan ini dapat dijadikan sebagai sebuah objek penelitian.


(4)

Daftar Pustaka

Anwar, A. (2009). Genelogi feminis: Dinamika pemikiran feminis dalam

novel pengarang perempuan Indonesia 1933-2005. Jakarta: Penerbit

Republika.

Barnhouse, R. T. (1992). Identitas wanita: Bagaimana mengenal dan

membentuk citra diri. Yogyakarta: Kanisius.

Budiati, C. A. (2010). Aktualisasi diri perempuan dalam sistem budaya Jawa (persepsi perempuan terhadap nilai-nilai budaya Jawa dalam mengaktualisasikan diri) dalam Pamator, 3 (1), hlm. 51—59.

Caturwati, E. (2008). Sinden penari di atas dan di luar panggung. Bandung: Sunan Ambu Press.

Dalby, L. C. (1983). Geisha. Los Angeles: University of California Press. Damono, S. D. (2011). Sastra bandingan. Kompleks Dosen UI: Editum. Damono, S. D. (2010). Sosiologi sastra: pengantar ringkas. Kompleks

Dosen UI: Editum.

Danandjaja, S. (1997). Folklor Jepang dilihat dari kacamata Indonesia. Pustaka Utama Grafiti: Jakarta.

Djajanegara, S. (2000). Kritik sastra feminis: Sebuah pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Downer, L. (2001). Geisha: The secret history of a vanishing world. London: Headline Book Publishing.

Endaswara, S. (2011). Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: CAPS. Golden, A. (2003). Memoirs of a geisha. Jakarta: Gramedia.

Greenwood, J. (2013). Geisha: A history of an empowered group.

University of Guelphs: Undergraduate Feminist Journal, (6), hlm.

97—106.

Hellwig, T. (2003). In the shadow of change: citra perempuan dalam sastra

Indonesia. Depok: Desantara.

Liliweri, A. (2002). Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya. Yogyakarta: LkiS.


(5)

Lockard, L. (2009). Geisha behind the painted smile. Honors Research

Advisory Seminar, Winter Term February 2009.

Okada, M. (2003). Prolegomenon to geisha as a cultural the gion school and

representation of a “traditional” japan. Paper of a lecture Cornell University on February 24. hlm. 218—224.

Okamura, M. (1983). Peranan wanita jepang. Yogyakarta: UGM Press. Ratna, N. K. (2004). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, N. K. (2003). Paradigma sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjiman, P. (1984). Kamus istilah sastra. Jakarta: Gramedia.

Surur, M. (2005). Perempuan multikultural. Jakarta: Desantara Utama. Suyatmi, T. (2010). Kajian intertekstual dan nilai pendidikan antara novel

memoirs of a geisha karya Arthur Golden dengan novel kembang jepun karya Remy Sylado. (Tesis). Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sebelas Maret.

Stanton, R. (2012). Teori fiksi Robert Stanton. Diterjemahkan oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Todorov, T. (1985). Tata sastra. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia

oleh Okke K.S. Zaimar, dkk. Jakarta: Djambatan.

Teeuw, A. (1988). Sastra dan ilmu sastra, pengantar teori sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Tohari, A. (2003). Ronggeng dukuh paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Underwood, E. (2000). The life of geisha. Singapore: Berkeley Books. Purba, A. (2010). Sastra indonesia kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pratita, I. I. (2005). Menguak kehidupan kaum wanita Jepang”. LENTERA,

Jurnal Studi Perempuan, 1 (2), hlm. 135—146.

Wasono, S. (2001). Memahami masyarakat lewat sastra: Catatan ringkas atas trilogi ronggeng dukuh paruk karya Ahmad Tohari. Seminar


(6)

Wellek, dan Austin W. (1990). Teori kesusteraan, Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Yulianeta. (2013). Representasi ronggeng dalam novel Indonesia: Telaah

atas novel ronggeng dukuh paruk, ronggeng, dan karti ngeledek ngrajek. Bandung: Laporan Penelitian Pembinaan.

Yulianeta. (2014). Membaca jejak ronggeng dalam prosa fiksi Indonesia. Bandung: Unpad Press.

Zaimar, O. K. S. (1991). Menelusuri makna ziarah karya Iwan S. seri ILDEP. Jakarta: Intermasa.

Zaimar, O. K. S. (2008). Semiotik dan penerapannya dalam karya sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

Konflik batin tokoh utama dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari serta implikasinya terhadap pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di MTS Al-Mansuriyah, Kec Pinang, Kota Tangerang

4 44 99

KAJIAN STILISTIKA ASPEK BAHASA FIGURATIF NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

0 7 14

Menggali Kearifan Lokal pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari

0 4 16

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

3 14 178

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari).

2 7 121

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari).

0 0 121

IDENTITAS PEREMPUAN DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN: (SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN) - repository UPI S IND 1100672 Title

0 0 3

View of DIKSI SEKSUALITAS DALAM NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

0 0 10

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari)

0 0 25

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari)

0 0 25