Pembekalan Kemampuan Merancang Proyek Untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif Mahasiswa Melalui Perkuliahan Mikrobiologi Berbasis Proyek.

(1)

i DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Operasional ... 12

BAB II. Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Mata Kuliah Mikrobiologi Untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif ... 14

A.Kurikulum di Perguruan Tinggi ... 14

B. Pengelompokan mata kuliah di Perguruan Tinggi ... 16

C. Pembelajaran di Perguruan Tinggi ... 20

D.Pembelajaran berbasis proyek ... 24

1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek ... 26

2. Tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek ... 27

3. Merancang Kegiatan Praktikum dalam Pembelajaran ... 31

E. Berpikir kreatif ... 35

F. Pembelajaran Mikrobiologi ... 40

G.Penelitian Relevan ... 44

BAB III. Metodologi Penelitian ... 45

A. Paradigma Penelitian ... 45

B. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 47

C. Desain Penelitian ... 48

D. Instrumen Penelitian ... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 59

F. Pengolahan dan Analisa Data ... 59

BAB IV. Hasil Penelitian, Pembahasan, dan Keterbatasan ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Hasil studi Pendahuluan ... 67

2. Hasil Tes penguasaan Konsep pada Kelas Uji Terbatas dan Kelas Implementasi ... 68


(2)

ii

4. Tahapan Kegiatan Merancang Proyek ... 101

5. Hasil Berpikir Kreatif ... 103

6. Tanggapan Terhadap Program Pembelajaran ... 112

7. Keunggulan dan Kelemahan Program Pembelajaran ... 117

8. Temuan Penelitian ... 117

9. Keterbatasan Penelitian ... 118

B. Pembahasan ... 118 1. Pembelajaran di Perguruan Tinggi ... 118

2. Kegiatan Merancang Proyek Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kreatif Mahasiswa ... 122

3. Proses Merancang Proyek ... 123

4. Penilaian berbasis proyek ... 125

BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI ... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 128

C. Rekomendasi ... 128

Daftar Pustaka ... 129


(3)

iii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Indikator Pembangunan Manusia di NTB ... 4

Tabel 2.1 Mata kuliah yang diterapkan pada jurusan pendidikan biologi ... 19

Tabel 2.2 Perbedaan Teacher Centered Learning dan Student Centered Learning ... 23

Tabel 2.3 Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Berbasis Proyek ... 26

Tabel 2.4 Perbandingan tahapan pembelajaran berbasis proyek ... 31

Tabel 2.5 Perbedaan Berpikir Kritis dan Kreatif ... 40

Tabel 2.6 Road map penelitian ... 44

Tabel 3.1 Tema Rancangan Produk Pada Uji terbatas Program ... 54

Tabel 3.2 Ema Rancangan Produk Pada Implementasi Program ... 57

Tabel 3.3 Kriteria Gain Penguasaan Konsep dan Berpikir Kreatif ... 60

Tabel 3.4 Kisi-kisi soal fermentasi ... 63

Tabel 3.5 Teknik pengumpulan data pembelajaran berbasis proyek pada mikrobiologi ... 65

Tabel 3.6 Penskoran rancangan proyek ... 66

Tabel 4.1 Analisis SAP Pendidikan Biologi ... 69

Tabel 4.2 Respon mahasiswa pada pembelajaran mikrobiologi ... 71

Tabel 4.3 Respon mahasiswa terhadap LKMM ... 72

Tabel 4.4 Hasil refleksi rancangan proyek mahasiswa pada kelas uji terbatas 78 Tabel 4.5 Penilaian presentasi hasil proyek pada kelas uji terbatas ... 87

Tabel 4.6 Self assessment dan peer assessment pada kelas uji terbatas ... 87

Tabel 4.7 Hasil refleksi rancangan proyek mahasiswa pada kelas implementasi ... 91

Tabel 4.8 Penilaian dalam presentasi hasil proyek pada kelas implementasi .. 100

Tabel 4.9 Self assessment dan peer assessment pada kelas implementasi ... 100

Tabel 4.10 Bentuk kreativitas pada kelas uji terbatas dan kelas implementasi ... 108

Tabel 4.11 Tanggapan mahasiswa terhadap program pembelajaran ... 113

Tabel 4.12 Respon Mahasiswa terhadap Pembelajaran Berbasis Proyek ... 115


(4)

iv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1 Persebaran potensi alam di beberapa provinsi ... 2

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian ... 49

Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 61

Gambar 3.3 Tahapan kegiatan merancang proyek sebelum dan yang akan dikembangkan ... 62

Gambar 4.1 Skor penguasaan konsep fermentasi ... 73

Gambar 4.2 Rata-rata Gain penguasaan konsep fermentasi ... 73

Gambar 4.3 Kategori kemampuan penguasaan konsep mahasiswa ... 73

Gambar 4.4 Hasil modifikasi produk fermentasi pada kelas uji terbatas ... 83

Gambar 4.5 Hasil pembuatan produk fermentasi pada kelas implementasi ... 99

Gambar 4.6 Kategori jawaban mahasiswa pada kelas uji terbatas ... 107

Gambar 4.7 Kategori jawaban mahasiswa pada kelas implementasi ... 107

Gambar 4.8 Tahapan kegiatan merancang berbasis proyek ... 109

Gambar 4.9 Tahapan Merancang Proyek melalui Pembelajaran Berbasis Proyek ... 110

Gambar 4.10 Peningkatan berpikir kreatif ... 111

Gambar 4.11 Rata-rata Gain berpikir ... 111


(5)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Angket kegiatan pembelajaran Mikrobiologi ... 134

Lampiran 2 Lembar Kegiatan Merancang Mahasiswa pada studi pendahuluan ... 135

Lampiran 3 Pertanyaan penguasaan konsep ... 136

Lampiran 4 Pertanyaan berpikir kreatif ... 142

Lampiran 5 Skor pre test dan post test penguasaan konsep pada kelas uji terbatas ... 143

Lampiran 6 Skor pre test dan post test berpikir kreatif pada kelas uji terbatas ... 144

Lampiran 7 Skor pre test dan post test penguasaan konsep pada implementasi ... 145

Lampiran 8 Skor pre test dan post test berpikir kreatif pada implementasi ... 146

Lampiran 9 Lembar Kegiatan Merancang untuk kelas uji terbatas ... 147

Lampiran 10 Lembar penilaian presentasi ... 148

Lampiran 11 Lembar Kegiatan Merancang untuk kelas implementasi ... 149

Lampiran 12 Angket self assessment dan peer assessment... 150

Lampiran 13 Jawaban pada pre test dan post test kelas uji terbatas ... 151

Lampiran 14 Jawaban pada pre test dan post test kelas implementasi ... 155

Lampiran 15 Rancangan proyek mahasiswa pada kelas uji terbatas ... 161

Lampiran 16 Rancangan proyek mahasiswa pada kelas implementasi ... 195


(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Berbicara tentang sumber daya alam, sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, jumlahnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia, letak geografis yang strategis menunjukkan betapa Indonesia kaya akan sumber daya alam dengan segala flora dan faunanya (dapat dilihat pada gambar peta). Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi. Sebagai negara agraris, pertanian menjadi mata pencaharian terpenting bagi sebagian besar masyarakat Indonesia (Portal Nasional Republik Indonesia, 2010).

Blunden dan Sumaatmadja (Maryani, 2009) menjelaskan sumber daya sebagai segala sesuatu yang ada dalam geosystem, bernilai apabila diolah dan digunakan oleh manusia, karena dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu didukung oleh sumber daya. Sumber daya meliputi benda mati dan materi hidup yang dapat dimanfaatkan dan dikelola oleh segala kemampuan manusia. Sumber daya meliputi sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sumber daya manusia mencakup segala kemampuan dan potensi yang ada dalam diri manusia (tenaga, keahlian atau kemampuan intelektual dan kepribadian), sedangkan sumber daya alam merupakan komponen-komponen yang ada di alam yaitu tanah, air, udara, mineral, hewan dan tumbuhan.


(7)

2

Gambar 1.1. Peta Indonesia dan sebaran potensi alamnya (Sumber: Portal Nasional R.I; 2010)

Peta di atas menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi alam di berbagai bidang diantaranya pertanian, kelautan, kehutanan, dan pertambangan. Di bidang pertanian, komoditas yang banyak dikembangkan antara lain padi, kacang-kacangan, umbi-umbian, cabe, bawang merah, bawang putih, mangga, pisang, dan nanas. Di bidang kelautan, NTB mempunyai potensi sumber daya pesisir dan laut dengan prioritas pada budidaya rumput laut, budidaya tambak, kerang, mutiara, lobster, kerapu dan budidaya ikan karang lainnya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Di bidang kehutanan, terdapat produksi hasil hutan berupa kayu jati, rotan, madu, asam, bambu, dan akar lontoh. Di bidang peternakan, NTB merupakan salah satu daerah produsen dan pemasok utama ternak potong dan bibit untuk kebutuhan berbagai daerah di Indonesia seperti sapi, kerbau, kambing dan kuda. Di bidang pertambangan, NTB memiliki sumber daya mineral dan energi. Terdapat enam jenis bahan galian mineral logam, yang telah memperoleh izin baik segi eksplorasi maupun eksploitasi seperti emas, perak, tembaga, dan timbal atau timah hitam. Komoditas-komoditas yang telah disebutkan di atas oleh masyarakat NTB Keterangan:

Persebaran Potensi Alam di Indonesia


(8)

3

beberapa diproduksi dan sebagian dikirim ke luar daerah NTB (Portal Nasional Republik Indonesia, 2010).

Komoditas yang dihasilkan dari berbagai bidang seperti yang telah dijelaskan di atas jarang dikelola oleh masyarakat NTB tetapi dikelola oleh orang luar NTB, salah satu penyebabnya karena sumber daya manusia di NTB masih rendah terutama dari segi pendidikan. Menurut Firmansyah (2011) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB tahun 2009 berada di posisi ke 32 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, ini berarti NTB memiliki kualitas pembangunan manusia yang masih sangat rendah dibandingkan provinsi lainnya. Salah satu indikator IPM adalah pendidikan, dari segi pendidikan ini ternyata masih banyak anak-anak yang putus sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah bahkan ditingkat perguruan tinggi. Penyebab anak-anak putus sekolah karena permasalah-an ekonomi, keluarga tidak spermasalah-anggup untuk memenuhi kebutuhpermasalah-an sekolah, bahkpermasalah-an tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (Harian Republika, 2011). Setelah putus sekolah, mereka tidak tahu apa yang mesti dilakukan untuk mengisi kekosongan hidupnya dan akhirnya menjadi pengangguran. Viva News (2010) melaporkan hasil survey Badan Pusat Statistik per Februari 2010 angka pengangguran totalnya mencapai 8,59 juta yang terdiri dari lulusan Universitas 14,24%, SMK 13,81%, SMA 11,9%, SMP 7,55%, dan SD ke bawah 3,71%. Melihat keadaan dirinya yang demikian, banyak diantara mereka berinisiatif menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI), buruh (buruh bangunan atau buruh tani), pembantu rumah tangga bahkan menikah diusia muda dengan tujuan untuk membantu perekonomian keluarga dan memenuhi kebutuhan hidupnya


(9)

sehari-4

hari. Banyaknya orang dewasa dan anak-anak di NTB memiliki tingkat pendidikan rendah dan keahlian yang kurang menyebabkan mereka memilih bermigrasi untuk bekerja dengan keinginan meringankan perekonomian keluarga (Hasan, 2008). Dasgupta, et al., (2006) mengungkapkan bahwa tiap tahun puluhan ribu perempuan, laki-laki baik dewasa maupun anak-anak di NTB merantau untuk mencari kerja ke daerah lain di Indonesia dan ke luar negeri, anak perempuan jauh lebih sedikit mengenyam pendidikan dibanding anak laki-laki, dengan tingkat melek huruf dan lama di sekolah untuk perempuan 10% poin lebih rendah dari rata-rata nasional, data disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Indikator Pembangunan Manusia di NTB

No Indikator Gender

Laki-laki Perempuan

1 Tingkat melek huruf 83,9% 72,4%

2 Lama bersekolah 6,6 tahun 5,2 tahun

Sumber: Dasgupta, et al., 2006

Persoalan putus sekolah tampaknya akan semakin rumit jika melihat situasi ekonomi saat ini. Apabila dikaitkan dengan semakin rapuhnya industri sehingga mengancam terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak mustahil angka putus sekolah akan semakin meningkat. Untuk menghadapi persoalan yang demikian perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas baik dari segi fisik, cara berpikir maupun cara bersikap terhadap lingkungannya melalui pendidikan. Pendidikan merupakan upaya untuk mempersiapkan mahasiswa agar memiliki kemampuan intelektual, emosional, spritual, dan sosial yang bermutu tinggi. Kompetensi yang dikembangkan adalah keterampilan dan


(10)

5

keahlian bertahan hidup dalam perubahan dan kesulitan yang dialami dalam kehidupan (Rustaman, 2002; Maryani, 2009).

Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa dan mengantarkan mereka untuk dapat memahami lingkungan serta mengelolanya dengan baik. Dengan demikian, konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran harus seirama dengan kemajuan sains dan teknologi, salah satunya melalui pembelajaran Sains. Sains merupakan konsep pembelajaran tentang alam dan terkait dengan kehidupan manusia, sehingga sains bermanfaat untuk memecahkan masalah kehidupannya sehari-hari (Rutherford & Ahlgren,1990). Pembelajaran sains sangat berperan untuk membangkitkan minat seseorang dalam memahami tentang alam semesta serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu asumsi dasar dalam standarisasi pendidikan sains adalah pembelajaran sains ditujukan pada kebutuhan peserta didik, terlibat dalam proses pembelajaran dan mampu mempelajari sains (NRC, 1996). Dengan pembelajaran sains, peserta didik dapat berpikir secara logis dan melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Menurut Liliasari (2011), pendidikan sains dapat menolong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan kebiasaan berpikir untuk dirinya sendiri dan bangsanya.

Pembelajaran di sekolah mestinya diorientasikan untuk membekali kemampuan menerapkan materi pelajaran tersebut dalam kehidupan. Rutherford & Ahlgren (1990); Rustaman (2006) menyatakan bahwa untuk melatihkan kemampuan hidup di masyarakat, sekolah perlu melakukan orientasi kurikulum agar menghasilkan warga negara yang produktif. Hal ini sesuai dengan standar


(11)

6

kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan yaitu Standar kompetensi lulusan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dirumuskan tujuan pendidikan dasar dan menengah. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (BSNP, 2006).

Pada umumnya, pengajar di LPTK menerapkan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi, jarang sekali menggunakan strategi pembelajaran yang membuat mahasiswa aktif dan kreatif. Pola proses pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif ini efektifitasnya rendah, dan tidak dapat menumbuh-kembangkan proses partisipasi aktif dalam pembelajaran (Dikti, 2008). Teori tersebut juga didukung oleh hasil dari need assessment yang telah dilakukan di salah satu perguruan tinggi di Mataram melalui penyebaran angket yang diberikan ke mahasiswa tentang proses pembelajaran (Mikrobiologi). Sebagian (71,1%) mahasiswa menyatakan bahwa perkuliahan Mikrobiologi menggunakan ceramah, diskusi dan tanya jawab. Untuk kegiatan praktikum Mikrobiologi, sebagian besar (78,1%) mahasiswa menyatakan praktikum dilakukan sesuai dengan petunjuk praktikum yang dibuat oleh pengampu mata kuliah. Rutherford & Ahlgren (1990) mengemukakan bahwa proses pembelajaran sains, matematika, dan teknologi harus berlangsung dengan efektif. Belajar secara efektif yang dimaksudkan adalah mahasiswa belajar dengan cara membangun pengetahuannya sendiri, belajar


(12)

7

melalui pengalaman langsung secara konkrit, serta mahasiswa belajar dengan melakukan pemecahan masalah dalam kelompok. Menurut Suderajat (2003) pembelajaran yang dikembangkan di lembaga pendidikan memiliki kecenderung-an kecenderung-antara lain (1) pengulkecenderung-angkecenderung-an dkecenderung-an hapalkecenderung-an, (2) kurkecenderung-ang mendorong mahasiswa untuk berpikir kreatif, dan (3) kurang dilatihkan cara pemecahan masalah. Akibatnya, mahasiswa kurang mampu menerapkan konsep materi pelajaran untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, jika dilatihkan berpikir divergen maka mahasiswa bisa memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Selain itu, mahasiswa nantinya diharapkan mempunyai pengalaman belajar yang bermakna baik berupa bekal keterampilan, sikap, maupun nilai-nilai moral yang relevan dengan profesi yang akan diembannya (Rustaman, 2000).

Nusa Tenggara Barat termasuk memiliki sumber daya alam yang melimpah (Gambar 1.1) namun apalah artinya jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya alam mencakup segala sesuatu yang tersedia di alam dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia berupa sumber pangan nabati dan hewani. Ke dua sumber pangan tersebut mengandung senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang dapat diolah menjadi aneka produk makanan dan minuman. Oleh karena itu, LPTK seyogianya memberikan bekal berupa keterampilan-keterampilan agar mereka bisa mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya, salah satnya dengan menerapkan strategi pembelajaran yang dapat melatih berpikir kreatif mahasiswa melalui perkuliahan. Salah satu strategi pembelajaran dalam dunia pendidikan adalah pembelajaran berbasis proyek.


(13)

8

Pembelajaran berbasis proyek merupakan pedagogi yang terstruktur, melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian atau penggalian (inquiry) menggunakan pertanyaan yang otentik, membuat produk mulai dari merencanakan, merancang, membuat produk, dan merefleksi penciptaan produk sehingga mahasiswa mengalami pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna (Gaer, 1998; Doppelt, 2005; Dikti 2008). Hal ini sesuai dengan kompetensi lulusan perguruan tinggi yaitu memberi bekal lulusan agar mempunyai keluasan dalam memilih bidang kehidupan serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Melalui pembelajaran sains, pendidik Indonesia seyogianya mengalami belajar biologi sebagai suatu kebutuhan, sebagai suatu bekal untuk dapat hidup di lingkungannya, bagaimana setiap warga negara merasakan pentingnya belajar biologi, bukan sekedar dibebani hapalan yang kurang bermakna. Agar menjadi lebih bermakna, proses pembelajaran yang digunakan dimulai dari pertanyaan menantang tentang suatu fenomena, kemudian menugasi mahasiswa untuk melakukan suatu aktivitas, memusatkan pada pengumpulan dan penggunaan bukti, bukan sekedar penyampaian informasi secara langsung dan penekanan pada hapalan (Lawson, 1995; Depdiknas, 2002).

Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan mahasiswa memperluas wawasan pengetahuan dari suatu mata kuliah atau pelajaran tertentu. Pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih bermakna dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, karena pengetahuan itu bermanfaat baginya untuk lebih mengapresiasi lingkungannya, lebih memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari. Tujuan diberikan pembelajaran berbasis proyek adalah


(14)

9

agar para mahasiswa bisa merancang, dan menciptakan sendiri sebuah karya dengan kreativitas yang tinggi dan mempunyai nilai ekonomis. Karya tersebut tentunya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya, dalam hal ini mengolah hasil-hasil komoditas pertanian karena penduduk di NTB kebanyakan hidup dari pertanian (Dasgupta et al, 2006). Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu usaha untuk menciptakan praktek-praktek pembelajaran baru yang relevan dengan melibatkan aspek lingkungan tempat mahasiswa berada dan belajar. Dengan mempertimbangkan bahwa mahasiswa kependidikan nantinya akan mengajar di sekolah baik pada tingkat dasar dan menengah, maka mahasiswa perlu diberikan metode pembelajaran berbasis proyek yaitu membekalkan mahasiswa kemampuan merancang proyek (merancang produk) yang disisipkan pada materi pelajaran tertentu, selain itu para siswa dan mahasiswa bisa menerapkannya untuk mengatasi permasalahan khususnya masalah ekonomi.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi kajian penelitian ini adalah “Bagaimana membekali kemampuan merancang proyek yang dapat meningkatkan berpikir kreatif mahasiswa melalui perkuliahan mikrobiologi pada sub mikrobiologi pangan dan industri?” berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik merancang proyek melalui perkuliahan mikrobiologi untuk meningkatkan berpikir kreatif mahasiswa?


(15)

10

2. Apakah mahasiswa dapat merancang proyek pada sub mikrobiologi pangan dan industri?

3. Apakah dengan merancang proyek untuk mikrobiologi pangan dan industri dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa?

4. Apakah merancang proyek untuk mikrobiologi pangan dan industri dapat meningkatkan berpikir kreatif mahasiswa?

5. Bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran yang diterapkan?

6. Keunggulan dan kelemahan apa saja yang ada pada pembelajaran berbasis proyek?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengembangkan program pembekalan kemampuan merancang proyek melalui perkuliahan mikrobiologi pada sub mikrobiologi pangan dan industri yang dapat meningkatkan berpikir kreatif mahasiswa yang sudah diuji coba. Secara lebih rinci, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menemukan karakteristik rancangan proyek melalui perkuliahan mikrobiologi berbasis proyek untuk meningkatkan berpikir kreatif mahasiswa.

2. Melatih kemampuan mahasiswa dalam merancang proyek pada perkuliahan mikrobiologi berbasis proyek.

3. Mengetahui peningkatan penguasaan konsep mahasiswa setelah melakukan kegiatan merancang proyek.


(16)

11

4. Mengetahui peningkatan berpikir kreatif mahasiswa setelah melakukan kegiatan merancang proyek.

5. Memperoleh tanggapan dari dosen dan mahasiswa tentang pembelajaran berbasis proyek.

6. Menemukan keunggulan dan kelemahan pembelajaran berbasis proyek.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis terutama memberikan sumbangan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar mengajar

1. Manfaat teoritis (a) hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang proses pembelajaran berbasis proyek khususnya pada perkuliahan mikrobiologi, (b) hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengembangan materi dalam pendidikan biologi khususnya pembelajaran yang ada praktikumnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pendidik (1) memberikan wawasan terhadap pentingnya suatu strategi pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa, (2) menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran dalam mata kuliah yang melibatkan praktikum khususnya untuk mengembang-kan kreativitas mahasiswa.

b. Bagi mahasiswa calon guru, pembekalan pembelajaran berbasis proyek ini dapat diterapkan atau dibekalkan nanti pada siswa-siswanya dan


(17)

12

dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal untuk memecahkan permasalahan misalnya berwirausaha.

E.Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, dipandang perlu untuk memberikan batasan-batasan terhadap beberapa istilah yang dikemukakan dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Pembekalan Kemampuan Merancang Proyek

Pembekalan kemampuan merancang proyek merupakan pembelajaran yang membekalkan kemampuan pada mahasiswa untuk merancang proyek diawali dengan pertanyaan yang nyata dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, mahasiswa mengidentifikasi dan mencari sendiri sumber pangan yang bisa diolah menjadi sebuah produk makanan atau minuman dengan melakukan observasi, membuat sebuah rancangan proyek setelah mendapatkan satu solusi dari solusi alternatif yang dipilih, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan mencantumkan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan produk yang akan dibuat.

2. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar berupa penguasaan konsep tentang fermentasi yang diperoleh selama perkuliahan mikrobiologi pada sub mikrobiologi pangan dan industri. Penguasaan konsep tersebut diperoleh dengan menggunakan pertanyaan dalam


(18)

13

bentuk pertanyaan menjodohkan sebanyak 10 soal, pilihan ganda sebanyak 27 soal, dan isian singkat sebanyak 4 soal.

3. Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif dalam penelitian ini merupakan kemampuan berpikir alternatif mahasiswa dalam merancang proyek berdasarkan berpikir kreatif yang dikemukakan Starko (2005), pada saat kegiatan merancang proyek secara berkelompok, dan pada saat menjawab tes berpikir kreatif. Untuk mengetahui berpikir kreatif mahasiswa, ada dua soal yang diajukan yaitu (1) menyebutkan jenis pangan yang ada di sekitar mereka dan memilih salah satu dari beberapa yang disebutkan, kemudian mahasiswa diminta merancang pembuatan produk fermentasi sesuai jenis pangan yang dipilih. (2) ada tiga gambar produk makanan yang ditampilkan dalam soal, mahasiswa diminta untuk merancang sebuah produk makanan dari salah satu gambar yang dipilih. Pada kedua soal tersebut, mahasiswa menuliskan komponen-komponen rancangan proyek meliputi judul rancangan, permasalahan, solusi, tujuan, metode; alat, bahan, dan cara kerja.


(19)

45 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan pola pikir gagasan penelitian yang dikembangkan. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan mahasiswa dalam merancang proyek yang berhubungan dengan materi mikrobiologi pangan dan industri untuk meningkatkan berpikir kreatif mahasiswa. Alur paradigma penelitian disajikan dalam gambar 3.1.

1. Kurikulum di LPTK

Kurikulum pendidikan tinggi menurut S.K Mendiknas No. 232/U/2000 adalah seperangkat rencana, isi, cara penyampaian (proses belajar) dan penilaian (evaluasi) yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi, keempat unsur tersebut berkaitan erat satu sama lain (Sukmadinata, 2001; Dikti 2008). Dalam sistem pembelajaran di perguruan tinggi, kompetensi di LPTK yang perlu dirumuskan adalah proses belajar yang memungkinkan para mahasiswa memiliki pengalaman belajar yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi tersebut (Depdiknas-Dikti, 2003).

Kurikulum yang diimplementasikan di perguruan tinggi (LPTK) terdiri atas kelompok-kelompok mata kuliah yaitu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK), Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKKB), Mata Kuliah Perilaku Berkarya


(20)

46

(MKPB), serta Mata Kuliah Berkehidupan Bersama (MKBB). Hal ini juga menjadi landasan bahwa ketika kurikulum diimplementasikan sedapat mungkin mengintegrasikan materi dan proses pembelajaran. Integrasi ini diharapkan dapat memberikan contoh konkret kepada mahasiswa sehingga dapat menjadi suatu pembekalan yang penting ketika kelak mereka menjadi seorang guru (Beauchamp; Zulfiani, 2007).

2. Proses Belajar

Proses belajar pada mata kuliah mikrobiologi meliputi penyampaian materi dan pelaksanaan praktikum yang terdiri dari 3 sks. Proses belajar mikrobiologi saat ini masih berorientasi pada teacher centered learning yang didominasi dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab untuk penyampaian materinya dan praktikum yang bersifat “buku resep”. Metode yang diterapkan dalam proses belajar tidak membekalkan mahasiswa untuk membiasakan berpikir divergen namun lebih ke berpikir konvergen. Oleh karena itu, perlu diberikan sebuah strategi pembelajaran pada mata kuliah mikrobiologi untuk melatih berpikir divergen mahasiswa, salah satunya melalui pembelajaran berbasis proyek. Dari strategi pembelajaran ini, bisa dikembangkan metode pembelajaran untuk perbaikan proses belajar berikutnya.

Pembelajaran berbasis proyek lebih menekankan pada kegiatan merancang proyek. Merancang proyek berawal dari identifikasi sumber daya alam yang ada di sekitar mahasiswa, kemudian membuat sebuah produk makanan atau minuman fermentasi. Pembekalan kemampuan merancang


(21)

47

proyek pada mata kuliah mikrobiologi ini dapat melatihkan kebiasaan berpikir kreatif mahasiswa.

B. Subyek dan Lokasi Penelitian

Subyek penelitian adalah mahasiswa semester V yang sedang mengambil mata kuliah mikrobiologi. Lokasi penelitian di dua LPTK yaitu pendidikan biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di kota Mataram dan

Kurikulum di LPTK

Mata kuliah keahlian berkaya (MKBK)

Mata kuliah Mikrobiologi

Sub mikrobiologi pangan dan industri

Konsep Fermentasi

Proses belajar

Teori dan Praktikum

Strategi pembelajaran

Berpikir kreatif

Pembekalan Kegiatan Merancang Proyek untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif Mahasiswa

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian

Lulusan

Pembelajaran berbasis proyek


(22)

48

pendidikan biologi di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) di kota Selong.

C.Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan metode Research and Development

(R&D) yang diadopsi dari Borg and Gall. Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) Define merupakan studi pendahuluan yang meliputi studi literatur dan studi lapangan, (2) Design merupakan perancangan program, dan (3) Develop

merupakan pengembangan program yang terdiri dari uji terbatas program pembekalan kemampuan merancang proyek pada mahasiswa FKIP, refleksi dan revisi program pembekalan kemampuan merancang proyek dari hasil uji coba terbatas, dan hasil refleksi dan revisi program tersebut diimplementasikan pada mahasiswa STKIP di Selong, alur penelitian secara keseluruhan disajikan dalam Gambar 3.2.

1. Define (Studi Pendahuluan)

Studi pendahuluan merupakan tahap awal yang bertujuan untuk mengetahui kondisi, sarana, dan program pembelajaran Mikrobiologi yang dilaksanakan oleh LPTK, dilakukan pada studi lapangan dan studi literatur. Studi lapangan meliputi: (a) analisis SAP mikrobiologi jurusan pendidikan biologi di LPTK, (b) observasi perkuliahan mikrobiologi dan kegiatan praktikum, (c) identifikasi sumber pangan di lingkungan tempat tinggal mahasiswa.


(23)

49

Studi literatur meliputi: (a) studi kurikulum di LPTK, (b) studi tentang pembelajaran berbasis proyek dan hasil-hasil penelitian internasional terkait dengan pembelajaran berbasis proyek dan berpikir kreatif, serta (c) materi tentang fermentasi makanan.

2. Design (Perancangan Program)

Penelitian ini dirancang untuk membuat program pembelajaran berupa pembekalan kemampuan merancang proyek yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif pada mata kuliah Mikroiologi khususnya untuk sub materi Mikrobiologi Pangan dan Industri. Rancangan program meliputi: a) penyusunan satuan acara perkulihan (SAP), penyusunan SAP dimaksudkan sebagai panduan dalam pelaksanaan pembelajaran mikrobiologi pangan dan industri. b) materi mikrobiologi pangan dan industri (MPI), menyusun materi-materi pokok yang diajarkan pada mikrobiologi pangan dan industri dengan mengkaji cara fermentasi dan mikroba yang terlibat dalam fermentasi makanan dan minuman. c) lembar kegiatan merancang mahasiswa (LKMM), LKMM ini diberikan sebagai panduan dalam menyusun rancangan proyek. d) menyusun soal-soal penguasaan konsep fermentasi dan berpikir kreatif.

Strategi pembelajaran dikembangkan berdasarkan metode pembelajaran berbasis proyek dari Doppelt (2005). Pada proses pengembangannya, peneliti mengubah beberapa tahapan kegiatan merancang proyek yang diajukan oleh Doppelt (2005) yaitu pada tahap refleksi untuk diujicobakan pada uji terbatas, tujuannya untuk mengetahui berpikir kreatif mahasiswa. Pada saat proses


(24)

50

pembelajaran berlangsung, mahasiswa didorong untuk berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan, baik di dalam maupun di luar kelas.

3. Develop (Pengembangan Program)

Uji coba program ini menggunakan single-group design yaitu One-Group Pretest-Postest Design (Borg, et al., 2003) untuk mengetahui pelaksanaan program pembekalan kemampuan merancang proyek, penguasaan konsep dan berpikir kreatif mahasiswa pada konsep fermentasi. Karakteristik kedua perguruan tinggi yang digunakan sama (mahasiswa-mahasiswa kependidikan). Bentuk desainnya adalah:

O1= Pre test penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif (sebelum pelaksanaan pembekalan kemampuan merancang proyek).

X= Perlakuan dengan pembekalan kemampuan merancang proyek.

O2= Posttest penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif (setelah pembekalan kemampuan merancang proyek).

a. Validasi Instrumen

Validasi ahli (expert judgment), pada pelaksanaan validasi ahli diperlukan dua bidang keahlian yaitu bidang keahlian materi subjek fermentasi dan keahlian dalam pembelajaran. Untuk validasi ahli menggunakan tiga orang ahli untuk menilai kelayakan rumusan pembelajaran pada konsep fermentasi yang akan dikembangkan.Validasi pembelajaran dilakukan terhadap rancangan perencanaan pengajaran, tingkat kognitif penguasaan konsep, dan tahapan merancang proyek. Validasi terhadap materi pembelajaran dilakukan pada konsep fermentasi, O1 X O2


(25)

51

soal-soal penguasaan konsep dan berpikir kreatif. Dari hasil validasi ahli diperoleh beberapa catatan perbaikan, kemudian dilakukan penyempurnaan terhadap rumusan pembelajaran maupun materi pembelajaran.

b. Uji Coba Program Pembekalan Kemampuan Merancang Proyek Hasil rancangan yang telah divalidasi berdasarkan pendapat para ahli, kemudian diuji coba di lingkungan yang sesungguhnya pada mata kuliah mikrobiologi di LPTK. Pada pelaksanaan uji terbatas, semua aspek baik proses maupun hasil pembelajaran diamati sesuai dengan indikator dan instrumen yang telah dipersiapkan.

Tahapan-tahapan merancang proyek yang dimodifikasi dari Doppelt (2005) disajikan pada Gambar 3.3. Dalam uji coba program pembekalan kemampuan merancang proyek dilakukan pre test dan post test untuk melihat peningkatan hasil belajar, proses kegiatan merancang proyek tentang fermentasi, dan menguji hasil rancangan proyek (praktikum). Kuesioner dan pengisian angket diberikan kepada mahasiswa dan dosen setelah pembelajaran selesai.

1) Uji Terbatas Program Pembekalan Kemampuan Merancang Proyek

Uji terbatas program pembekalan kemampuan merancang proyek pada mahasiswa semester V pendidikan biologi FKIP di kota Mataram yang sedang mengambil mata kuliah mikrobiologi, mahasiswa terdiri dari satu kelas yang berjumlah 28 orang. Sebelum melakukan kegiatan merancang proyek, terlebih dahulu dibentuk kelompok mahasiswa menjadi tujuh kelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang


(26)

52

per kelompok. Penelitian ini difokuskan pada kegiatan merancang proyek, beberapa tahapan dilakukan dalam kegiatan ini. Pertama, pembagian format LKMM dan penentuan sumber pangan; setiap kelompok diberikan format LKMM dan sumber pangan dipilih oleh tiap kelompok. Sumber pangan yang ditawarkan untuk diolah menjadi produk fermentasi adalah ketan, susu kedelai, sayur-sayuran, air kelapa, kacang kedelai, kelapa, dan ikan. Kedua, observasi; setelah diketahui sumber pangan yang akan diolah, mahasiswa melakukan observasi. Observasi ini dimaksudkan untuk mencari informasi dari berbagai sumber seperti langsung bertanya ke ahli pembuatan produk yang ingin dibuat, mencari informasi di internet, dan membaca buku-buku yang relevan sehingga mahasiswa mendapatkan berbagai solusi-solusi alternatif. Ketiga, kegiatan merancang proyek; mahasiswa diberi kesempatan satu minggu untuk menyusun rancangan proyek dengan mengisi komponen-komponen rancangan (1) mengajukan permasalah-an, (2) mengajukan solusi-solusi alternatif dan memilih salah satu diantara solusi alternatif, (3) menetapkan tujuan, dan (4) langkah-langkah pelaksanaan proyek meliputi menyebutkan alat dan bahan yang dibutuhkan, menyusun cara kerja sesuai solusi yang dipilih, menuliskan jadwal pelaksanaan proyek, dan menyebutkan rincian biaya yang dibutuhkan untuk pembelian bahan-bahan pembuatan produk. Untuk kriteria rancangan dapat dilihat pada Tabel 3.7. Keempat, refleksi rancangan; kegiatan refleksi ini dimaksudkan untuk memeriksa


(27)

53

kelengkapan, kesesuaian dalam mengisi komponen rancangan, dan ada tidaknya modifikasi dalam pembuatan produk fermentasi berdasarkan sumber pangan dan solusi alternatif yang dipilih. Pada tahap refleksi ini, hasil rancangan yang dibuat selanjutnya diberi umpan balik oleh dosen. Berdasarkan hasil refleksi rancangan pertama, ke tujuh kelompok masih ada yang belum lengkap dan belum sesuai mengisi komponen rancangan, serta belum menunjukkan adanya modifikasi atau pembuatan produk fermentasi dari sumber pangan yang dipilih. rancangan proyek yang dibuat dikembalikan untuk diperbaiki sesuai umpan balik yang diberikan oleh dosen. Hasil revisi rancangan proyek pertama dikumpulkan kembali untuk diberi umpan balik, kegiatan ini dilakukan sampai hasil rancangan sesuai dengan komponen rancangan yang diinginkan. Dari tujuh kelompok yang terbentuk, dua diantaranya membuat rancangan proyek dari sumber pangan yang belum pernah dibuat sebelumnya, dan lima kelompok membuat rancangan proyek dengan memodifikasi sumber pangan, tema rancangan proyek ke tujuh disajikan pada Tabel 3.1. Kelima, pelaksanaan proyek; pelaksanaannya dilakukan di rumah. Namun ada juga yang melakukan di laboratorium karena membutuhkan alat seperti inkubator. Keenam, presentasi hasil proyek; masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya di kelas untuk menunjukkan kepada dosen dan anggota kelompok lainnya bagaimana proses kegiatan yang telah dilakukan. Presentasi ini dilakukan agar para mahasiswa dan dosen mengetahui bahwa ada


(28)

54

kemungkinan produk yang dibuat bisa dimodifikasi dari sumber pangan yang sama. Setiap kelompok mendapatkan kesempatan mempresentasi-kan hasil kegiatannya selama 30 menit dengan rincian 10 menit untuk menyampaikan hasil kegiatan yang dilakukan selama merancang produk, 20 menit untuk diskusi dan tanya jawab. Selama presentasi, observer menilai anggota kelompok yang menjawab pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya. Ketujuh, penilaian; kegiatan penilaian dilakukan untuk menilai: 1) hasil belajar mahasiswa tentang penguasaan konsep fermentasi dan berpikir kreatif, 2) rancangan proyek setiap refleksi, 3) presentasi hasil proyek, 4) penilaian produk, dan 5) keaktifan mahasiswa selama kegiatan merancang proyek dan kegiatan uji hasil rancangan proyek (praktikum) dalam bentuk self assessment

dan peer assessment.

Tabel 3.1. Tema Rancangan Proyek Pada Kelas Uji Terbatas

Kelompok Sumber pangan Produk yang dibuat

1 Ketan Tape ketan ungu

2 Susu kedelai Soyghurt khasiat obat (Soycredu)

3 Sayuran Kimchi kangkung

4 Air kelapa Nata de coco pandan

5 Kacang Kedelai Soyghurt rasa pisang kepok 6 Ikan air tawar Peda belut

7 Kelapa Minuman skim kelapa rasa jahe

2) Implementasi Program Pembekalan Kemampuan Merancang Proyek

Implementasi program ini merupakan hasil dari refleksi dan revisi program pada uji terbatas. Implementasi program dilaksanakan pada mahasiswa semester V pendidikan biologi STKIP di kota Selong yang sedang mengambil mata kuliah mikrobiologi dengan jumlah mahasiswa


(29)

55

34 orang. Sebelum melakukan kegiatan merancang proyek, terlebih dahulu dibentuk kelompok menjadi delapan kelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang per kelompok.

Berdasarkan hasil refleksi dan revisi program pada uji terbatas, didapatkan beberapa perubahan tahapan pembekalan kemampuan merancang proyek untuk diimplementasikan. Hasil refleksi dan revisi adalah sebagai berikut. Pertama, pemodelan; pembelajaran dimulai dengan penjelasan tentang pembelajaran berbasis proyek dan bagaimana memahami komponen-komponen dalam lembar kegiatan merancang mahasiswa (LKMM) yang telah dibagikan. Untuk sumber pangan yang akan diolah menjadi produk fermentasi, mahasiswa mengidentifikasi dan mencari sendiri sesuai dengan sumber pangan yang ada di sekitar mereka. Kedua, observasi; setelah mahasiswa mengidentifikasi sumber pangan yang akan diolah, mahasiswa melakukan observasi. Observasi ini dimaksudkan untuk mencari informasi dari berbagai sumber seperti langsung bertanya ke ahli pembuatan produk yang ingin dibuat, mencari informasi di internet, dan membaca buku-buku yang relevan sehingga mahasiswa mendapatkan berbagai solusi-solusi alternatif. Ketiga, kegiatan merancang proyek; mahasiswa diberi kesempatan satu minggu untuk menyusun rancangan proyek dengan mengisi komponen-komponen rancangan (1) mengajukan permasalahan, (2) mengajukan solusi-solusi alternatif dan memilih salah satu diantara solusi alternatif, (3) menetapkan tujuan, dan (4) menetapkan langkah-langkah pelaksanaan


(30)

56

proyek meliputi menyebutkan alat dan bahan yang dibutuhkan, menyusun cara kerja sesuai solusi yang dipilih, menuliskan jadwal pelaksanaan proyek, dan menyebutkan rincian biaya yang dibutuhkan untuk pembelian bahan-bahan pembuatan produk. Keempat, refleksi rancangan; kegiatan refleksi ini dimaksudkan untuk memeriksa kelengkapan, kesesuaian dalam mengisi komponen rancangan, dan ada tidaknya pembuatan produk yang benar-benar baru sesuai hasil identifikasi sumber pangan yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil refleksi rancangan pertama, ke delapan kelompok masih ada yang belum lengkap mengisi komponen rancangan namun produk yang dibuat sudah menunjukkan pembuatan produk fermentasi yang baru dari hasil identifikasi terhadap sumber pangan yang ada di sekitar tempat tinggal mahasiswa. Pada tahap refleksi ini, hasil rancangan pertama tetap diberi umpan balik seperti pada mahasiswa di uji terbatas. Kelima, diskusi hasil refleksi rancangan; rancangan produk kelompok mahasiswa yang telah diberi umpan balik kemudian didiskusikan dengan dosen, dalam diskusi ini mahasiswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahami pada hasil umpan balik rancangan proyek. Berdasarkan hasil refleksi rancangan dan diskusi hasil refleksi rancangan, kedelapan kelompok membuat rancangan produk dari bahan yang dicari dan dipilih sendiri yaitu jagung, kentang, ubi jalar, talas, kacang hijau, kacang komak, kembang kol dan teri. Produk fermentasi yang dibuat disajikan pada Tabel 3.2. Keenam, pelaksanaan proyek (praktikum); pelaksanaan


(31)

57

dilakukan di rumah. Ketujuh, presentasi hasil proyek; masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya di kelas untuk menunjukkan kepada dosen dan anggota kelompok lainnya bagaimana proses kegiatan yang telah dilakukan. Setiap kelompok mendapatkan kesempatan mempresentasikan hasil kegiatannya selama 30 menit dengan rincian 10 menit untuk menyampaikan hasil kegiatan yang dilakukan selama merancang produk, 20 menit untuk diskusi dan tanya jawab. Selama presentasi, observer menilai anggota kelompok yang menjawab pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya. Kedelapan, penilaian; kegiatan penilaian dilakukan untuk menilai: 1) hasil belajar mahasiswa tentang penguasaan konsep fermentasi dan berpikir kreatif, 2) rancangan proyek, rancangan yang dibuat oleh mahasiswa diberi skor setelah tiap refleksi, penskoran rancangan dapat dilihat pada Tabel 3.7. 3) presentasi hasil proyek, 4) penlaian produk, dan 5) keaktifan mahasiswa selama kegiatan merancang proyek dan kegiatan uji hasil rancangan proyek (praktikum) dalam bentuk self assessment dan peer assessment.

Tabel 3.2. Tema Rancangan Proyek Pada Kelas Implementasi

Kelompok Sumber pangan Produk yang dibuat

1 Jagung Tape jagung

2 Kentang Tape kentang

3 Ubi jalar Tape ubi jalar

4 Talas Tape talas

5 Kacang hijau Tempe kacang hijau

6 Kacang komak Tempe kacang komak

7 Kembang kol Asinan sayur kembang kol


(32)

58 D.Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa jenis instrumen guna membantu peneliti dalam memperoleh data. beberapa instrumen dalam penelitian ini adalah:

1. SAP sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran.

2. Materi fermentasi, merupakan konsep dasar yang diberikan kepada mahasiswa pada saat diskusi hasil refleksi. Sebelumnya, materi tersebut sudah diberikan untuk dicopy dalam bentuk handout.

3. Tes penguasaan konsep fermentasi; untuk memperoleh peningkatan hasil belajar mahasiswa, bentuk tes yang diajukan adalah (Selected Responses Assessment): menjodohkan (10 soal), pilihan ganda (27 soal) dan isian singkat (4 soal). Kisi-kisi penguasaan konsep tentang fermentasi disajikan pada Tabel 3.5 dan bentuk pertanyaan pada penguasaan konsep disajikan pada Lampiran 3. 4. Tes berpikir kreatif berupa kemampuan merancang sebuah produk untuk setiap

mahasiswa dalam bentuk pertanyaan berpikir kreatif disajikan pada Lampiran 4. Tes penguasaan konsep dan berpikir kreatif diberikan secara bersamaan, sebelum dan sesudah pembelajaran berbasis proyek, komponen rancangan sama dengan komponen rancangan dalam LKMM.

5. Lembar kegiatan merancang mahasiswa (LKMM), digunakan sebagai panduan untuk membuat rancangan proyek. LKMM untuk kelas uji terbatas dan implementasi disajikan pada Lampiran 9 dan 11.


(33)

59

6. Angket self assessment dan peer assessment; dalam angket ini, mahasiswa menilai keaktifan diri sendiri dan menilai teman dalam kelompoknya selama kegiatan merancang produk dan pelaksanaan proyek.

7. Kuesioner berupa tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran; tujuannya untuk mendapatkan tanggapan tentang pembelajaran berbasis proyek yang telah dilaksanakan selama perkuliahan.

E.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi pembelajaran Mikrobiologi, tes penguasaan konsep, tes berpikir kreatif, kegiatan merancang proyek, penilaian presentasi kelompok, self asssessment, peer assessment, dan kuesioner. Data yang diperoleh dari berbagai kegiatan disajikan pada Tabel 3.6.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif dilakukan terhadap data hasil observasi, dan kuesioner/tanggapan dari dosen. Sedangkan pengolahan data kuantitatif digunakan untuk mengolah data hasil pre test dan post test penguasaan konsep dan berpikir kreatif, refleksi rancangan produk, presentasi hasil proyek, dan angket Self asssessment dan peer asssessment. Analisis data untuk data kualitatif dan kuantitatif adalah analisis data deskriftif yaitu menganalisis dengan cara menguraikan serta menghubungkan data dan informasi dengan berpedoman


(34)

60

pada indikator berkaitan dengan kebutuhan dalam pengembangan pembelajaran, permasalahan, pertanyaan penelitian, dan membuat kesimpulan.

Peningkatan penguasaan konsep fermentasi dan berpikir kreatif mahasiswa dianalisis dengan menghitung gain setiap mahasiswa (Savinem & Scott, 2002).

= –

Ket: g = skor peningkatan Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal Smax = skor maksimum

Berdasarkan hasil skor Gain yang diperoleh selanjutnya dikategorikan ke dalam kriteria-kriteria (Savinem & Scott, 2002) yang disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel. 3.3. Kriteria Gain Penguasaan Konsep dan Berpikir Kreatif

No Skor gain Kategori

1 g < 0,3 Rendah

2 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang


(35)

61

Identifikasi sumber pangan

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Validasi ahli; instrumen pembelajaran, instrumen evaluasi, dan instrumen pendukung

D

ef

in

e

Analisis Kebutuhan

Studi literatur Studi lapangan

Analisis temuan-temuan penelitian Analisis berpikir kreatif Analisis SAP mikrobiologi Observasi pembelajaran mikrobiologi Konsep Fermentasi Strategi pembelajaran Indikator berpikir kreatif Rancangan Instrumen: D es ig n

Uji terbatas program pembekalan kemampuan merancang proyek

Implementasi program pembekalan kemampuan merancang proyek berdasarkan uji terbatas

Refleksi dan revisi program pembekalan kemampuan merancang proyek berdasarkan uji terbatas

D ev el o p

Instrumen pembelajaran:

SAP, Materi fermentasi, Tahapan merancang proyek, Format LKMM.

Instrumen Evaluasi:

Tes Penguasaan Konsep Fermentasi, Tes Berpikir Kreatif, Penilaian Rancangan Proyek

Instrumen Pendukung:

Self assessment & Peer assessment, Kuesioner (tanggapan terhadap pembelajaran)

Instrumen program berdasarkan hasil revisi dan masukan ahli

Tahapan-tahapan merancang proyek pada mata kuliah mikrobiologi berbasis proyek


(36)

62

Tahapan sebelum dikembangkan* 1. Tujuan desain

2. Inkuiri

3. Solusi-solusi alternatif 4. Memilih salah satu alternatif 5. Langkah-langkah pelaksanaan 6. Evaluasi

Tahapan yang dikembangkan pada uji coba program** 1. Mengajukan permasalahan

2. Observasi

3. Solusi-solusi alternatif

4. Memilih salah satu dari solusi alternatif 5. Langkah-langkah pelaksanaan

6. Refleksi

7. Pelaksanaan proyek 8. penilaian

Gambar 3.3. Tahapan kegiatan merancang proyek sebelum dikembangkan dan yang akan dikembangkan

Keterangan=* tahapan merancang berbasis proyek dari Doppelt


(37)

63

Tabel.3.4. Kisi-Kisi Soal Fermentasi

Bagian Jenis tes Konsep Indikator Ranah kognitif

No soal

C1 C2 C3 C4 C5 C6

I Menjodohkan Nama-nama mikroba Mikroba pada berbagai macam makanan fermentasi 1 -10

II Pilihan Ganda Fermentasi Proses fermentasi 1

Persamaan reaksi fermentasi alkohol 2

Tujuan fermentasi 3

Cara kerja pembuatan tempe 5

Mikroba pada fermentasi Starter ragi pada tempe 5

Mikroba pada tempe 6

Jenis mikroba 7

Fungsi mikroba pada fermentasi susu 8

Tujuan penambahan bakteri 9

Penyebab roti mengembang 10

Peranan mikroba 11

Nutrisi mikroba Peranan nutrisi bagi mikroba 12

Nutrisi mikroba 13, 14

Faktor lingkungan (suhu) fermentasi

3 faktor lingkungan pembuatan tempe 15

Faktor suhu menghasilkan kadar alkohol pada tapai ketan 16

Faktor suhu rendah dalam proses fermentasi 17

Tempe menjadi lunak 18

Pelubangan pada pembungkusan tempe 19

Fermentasi alami Fungsi garam pada kecap ikan dan terasi 20

Timbulnya aroma dan rasa pada kecap ikan dan terasi 21

Contoh makanan fermentasi alami 23 22

6


(38)

64

Bagian Jenis tes Konsep Indikator Ranah kognitif

No soal

C1 C2 C3 C4 C5 C6

Kerusakan makanan fermentasi

Penyebab kerusakan makanan fermentasi 24

Manfaat tempe rusak 25

Roti ditumbuhi jamur 26

Manfaat roti yang sudah rusak 27

III Isian Singkat Fermentasi dan respirasi Perbedaan fermentasi dan respirasi 1

Fermentasi dan pengawetan

Prinsip fermentasi dan pengawetan 2

Suhu fermentasi Faktor suhu dingin dalam fermentasi 3

Pertumumbuhan mikroba

3 macam kondisi lingkungan mikroba 4

IV Berpikir

kreatif Bag A

Fermentasi Menyebutkan sumber pangan 1

Merancang produk makanan fermentasi berdasarkan sumber pangan yang dipilih

2 Berpikir

kreatif Bag B

Mengolah sisa makanan Menyebutkan gambar 1

Merancang produk berdasarkan gambar yang disebutkan 2

6 4 L a n ju ta n T a b el 3 .4


(39)

65

Tabel 3.5. Teknik pengumpulan data pembelajaran berbasis proyek pada mikrobiologi

No Kegiatan Instrumen Data yang diperoleh Sumber data Keterangann

1 Observasi pembelajaran

Angket Data kegiatan pembelajaran

mikrobiologi

Mahasiswa dan dosen

Studi pendahuluan, saat pembelajaran

2 Tes penguasaan konsep

Pertanyaan tentang konsep fermentasi

Skor pre test dan post tes Mahasiswa Sebelum dan sesudah

pembelajaran 3 Tes berpikir

kreatif

Pertanyaan untuk merancang produk

Skor pre test dan post tes Mahasiswa Sebelum dan sesudah

pembelajaran 4 Merancang proyek Format lembar kegiatan

merancang mahasiswa (LKMM)

Rancangan alternatif pembuatan produk fermentasi

Mahasiswa Selama proses

pembelajaran 5 Presentasi hasil

proyek

Lembar penilaian presentasi

Skor kelompok dalam

mempresentasikan hasil proyek

Mahasiswa Selama proses presentasi 6 Self asssessment Angket tentang

penilaian keaktifan anggota kelompok selama berlangsungnya kegiatan merancang dan melakukan praktikum

Keaktifan selama

berlangsungnya kegiatan merancang proyek dan pelaksanaan proyek

Mahasiswa Akhir pembelajaran, di luar waktu perkuliahan

7 Peer assessment Keaktifan selama

berlangsungnya kegiatan merancang proyek dan pelaksanaan proyek

Mahasiswa Akhir pembelajaran, di luar waktu perkuliahan

8 Menjaring

tanggapan tentang pembelajaran

Kuesioner Tanggapan tentang program

pembelajaran yang dikembangkan

Mahasiswa dan dosen

Akhir pembelajaran, di luar jam perkuliahan

6


(40)

66

Tabel 3.6. Penskoran Rancangan Proyek

Komponen Isi rancangan Skor

1 2 3 4

Permasalahan Mengajukan permasalahan Permasalahan tidak relevan Permasalahan relevan tetapi tidak original/umum Permasalahan relevan, tetapi kurang menunjukkan keaslian yang tinggi/ modifikasi

Permasalahan relevan dan menunjukkan tingkat keaslian yang tinggi

Solusi Mengumpulkan

solusi-solusi alternatif

Menyebutkan solusi tetapi kurang tepat; Solusi tidak cocok dengan permasalahan dan tujuan

Menyebutkan solusi dengan benar tetapi hanya

mengkombinasikan ide-ide yang sudah ada (umum)

Menyebutkan solusi dengan benar; Menunjukkan modifikasi ide-ide yang sudah ada

Menyebutkan solusi dengan benar; Menunjukkan produk yang benar-benar baru (asli dan tidak

terduga) Tujuan Menyebutkan tujuan Tujuan tidak sesuai

dengan permasalahan dan solusi yang dikemukakan

Tujuan sesuai dengan permasalahan dan solusi yang dikemukakan

Tujuan sesuai dengan permasalahan dan solusi yang dikemukakan

Tujuan sesuai dengan permasalahan dan solusi yang dikemukakan Cara kerja Menyusun cara kerja/

kegiatan praktikum

Menuliskan cara kerja tetapi tidak sistematis

Menuliskan cara kerja dengan sistematis tetapi kurang jelas

Menuliskan cara kerja dengan sistematis dan jelas (hanya

menyebutkan langkah kerja saja)

Menuliskan cara kerja dengan sangat

sistematis dan sangat jelas

Di adaptasi dari Starko,A.J. (2005). Creativty In The Classroom

6


(41)

110 BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

A.KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: ada tiga tahap dalam kegiatan merancang proyek mikrobiologi melalui pembelajaran berbasis proyek yakni: Tahap Awal meliputi: a) pemodelan, dan b) observasi. Tahap Merancang Proyek mencakup: a) mengemukakan permasalahan, b) solusi-solusi alternatif dan memilih salah satu solusi-solusi alternatif, c) langkah-langkah pelaksanaan, d) refleksi rancangan, dan e) diskusi hasil refleksi rancangan. Tahap Akhir terdiri dari: a) pelaksanaan proyek, b) presentasi hasil proyek, dan c) penilaian.

Kegiatan merancang proyek untuk mikrobiologi pangan dan industri dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa.

Mahasiswa dapat merancang proyek pada mikrobiologi pangan dan industri walaupun dilakukan beberapa kali refleksi dan diskusi.

Walaupun masih mengandung kelemahan, pembelajaran mikrobilogi berbasis proyek mempunyai keunggulan dalam hal membuat mahasiswa aktif bertanya dan melakukan kegiatan merancang proyek dan ditanggapi positif oleh dosen dan mahasiswa.


(42)

111 B.SARAN

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian pengembangan ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran berbasis proyek direncanakan dengan baik seperti alokasi waktu, materi yang akan diproyekkan, dan pengenalan model pembelajaran di awal pertemuan.

2. Memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk memilih sendiri jenis pangan yang akan diolah menjadi sebuah produk.

3. Pelaksanaan proyek (praktikum) diadakan di laboratorium agar kinerja mahasiswa bisa dinilai.

C.REKOMENDASI

Pembelajaran berbasis proyek perlu diterapkan pada pendidikan formal namun materi perlu disesuaikan dengan jenjang pendidikan untuk melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.


(43)

129 Daftar Pustaka

Akbar, A.I. (2009). Pendidikan Berbasis Hard Skill dan Soft Skill. [On Line]. Tersedia di http://www.analisadaily.com/ [16 Juni 2009].

Anderson, L.W & Krathwol, D.R (eds). (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.

Asiska. (2008) . Belajar Berbasis Proyek. [On Line]. Tersedia di http://tpers.net. [16 Juli 2009].

Awang, H., dan Ishak, R. (2008). Creative Thinking Skill Approach through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in The Engineering Classroom. International Journal of Social Sciences 3:1 (18-23).

Borg, W.R., et.al. (2003). Educational Research an Introduction; Seventh Edition. New York: Longman Inc.

Boud, D. (1995). Enhancing Learning through Self Assessment. London. Kogan Page.

BSNP. (2006)a. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Proyek Desentralisasi Pendidikan Dasar (ADB)-Kota Mataram.

BSNP. (2006)b. Standar Isi. Proyek Desentralisasi Pendidikan Dasar (ADB)-Kota Mataram.

Buck Institut of Education (BIE). (2007). What Is Project Based Learning?. [On Line]. Tersedia di http://www.bie. [28 Februari 2010].

Costa, A.L. (1985). Teacher Behaviors that Enable Student Thinking (in) Costa, A.L (Eds), Developing Mind: A Resource book for teaching thinking.

Alexandria ASDC.

Dasgupta, et.al. (2006). Ketika Mereka Dijual: Perdagangan Perempuan dan Anak di 15 Propinsi di Indonesia. Jakarta. Intenational Catholik Migration Commision Indonesia (ICMC) dan American Center for Internatonal Labor Solidarity (ACILS).

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Life Skills Pendidikan Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas.


(44)

130 Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang

Depdiknas.

Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Jakarta. (2008). Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum); Sub Direktorat KPS (Kurikulum dan Program Studi).

Doppelt, Y. (2005). Assessment of Project-Based Learning in a Mechatronics Context. Journal of Technology Education Volume 16 Number 2 Spring 2005. [On Line]. Tersedia: http://scholar.lib.vt.edu./ejournals/JTE. [30 Mei 2009].

Dyer, et.al. (2009). The Innovator’s DNA. [On Line]. Tersedia: www.hbr.org. [30 April 2011].

Evans, J.R. (1991). Creative Thinking in the Decision and Management Sciences. Cincinnati: South-Western Publishing Co.

Fardiaz, S. (2006). Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Firmansyah. (2011). Rendahnya Kualitas Pembangunan Manusia di NTB. [On

Line]. Tersedia di http://infopublik.depkominfo.go.id. [6 maret 2011]. Gaer, S. (1998). What is Project-Based Learning?. [On Line]. Tersedia:

http://members.aol.com. [19 Juni 2009].

Gul, E. O., dan Sarah E. R. (2006). A Project-Based Approach to Entrepreneurial

Leadership Education. [On Line]. Tersedia di

www.elsevier.com/locate/technovation. [19 Juni 2009].

Harian Republika. (2011) 5.578 Murid SD di NTB Putus Sekolah. [On Line]. Tersedia di http://www.republika.co.id. [6 maret 2011].

Hasan. (2008). Angka Putus Sekolah Masih Tinggi. [On Line]. Tersedia di

http://www.kompas-tv.com/. [28 Februari 2010].

Herron, S., Douglas, M., & Paula, G. (2008). The Wheel Garden: Project-Based Learning For Cross Curriculum Education. International Journal of Social Sciences 3:1 (44-51).

Hidayat, N, et.al. (2006). Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hidayatullah, M.F. (2007). Mengantar Calon Pendidik Berkarakter Dimasa


(45)

131 Hung, D.W., & Wong, A.F.L. (2000). Activity Theory as a Framework for Project

Work in Learning Environment. Educational Technology. 40 (2), 33-37. Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna, Terjemahan: Ibnu.

Kari, V., Mariana, B., & Dan, M. (2007). Project-Based Learning in Assistive Technology Education. 1st International Conference on Advancements of Medicine and Health Care through TechNology, Meditech 2007; 27-29th September, 2007, Cluj-Napoca-Romania.

Kiswandono, I. (2000). Berpikir Kreatif Suatu Pendekatan Menuju Berpikir Arsitektural. Dimensi Teknik Arsitektur, 28, (1), Juli 2000: 8 – 16.

Koray, O. & Mustafa, S.K. (2009). The Effect of Creative and Critical Thinking Based Laboratory Applications on Creative and Logical Thinking Abilities of Prospective Teachers. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 10, issue 1, Article 2, p.1.

Lawson,A.E. (1995). Science Teaching and The Development of Thinking.Wadswort: California.

Liliasari. (2011). Membangun Masyarakat Melek Sains Berkarakter Bangsa Melalui Pembelajaran. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA Tahun 2011 “Membangun Masyarakat Melek (Literate) Sains Yang Berbudaya Berkarakter Bangsa Melalui Pembelajaran Sains”. Semarang 16 April 2011.

Maryani, E. (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks Pendidikan IPS. Bandung.

McGregor, D. (2007). Developing Thinking; Developing Learning a Guide to Thinking Skill in Education. Enggland . Mc Graw Hill.

Munandar, S.C.U. (2009). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

NRC. (1996). National Science Education Standars. Washington: National Academy Press.

Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S. (2008). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Portal Nasional RI. (2010). Sumber Daya Alam Provinsi Nusa Tenggara Barat. [On Line]. Tersedia di http://www.indonesia.go.id/index.php. [16 maret 2011].


(46)

132 Rahayu, G. R.(2005). Assessment Methods for Measuring Clinical Competence.

Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. Vol 1 (1). Renata, H. (2008). Effective Teaching Methods Project Based Learning in

Physics. US-China Education Review.

Rustaman, N,Y. (1995). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi. Bahan Pelatihan bagi Teknisi dan Laboran Perguruan Tinggi. Kerjasama FPMIPA IKIP Bandung dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bandung: FPMlPA IKIP.

---. (2000). Arah Pendidikan Biologi Pra-Universitas Di Indonesia. “Makalah disajikan pada Simposium Biologi dalam Seminar Nasional Biologi XVI dan Kongres Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XU”. Seminar Nasional Biologi Xvi Kongres Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia. Institut Teknologi Bandung, Bandung, 25-27 Juli 2000.

---. (2002). Perencanaan dan Penilaian Praktikum di Perguruan Tinggi.Disiapkan untuk Program Applied Approach Bagi Dosen UPI Tahun 2002.

---. (2006). Penilaian Otentik dan Penerapannya dalam Pendidikan Sains. Makalah seminar nasional II HISPIPAI. Bandung, 22 – 23 Juli.

Rutherford F.J, & Ahlgren A. (1990). Science for All America. Oxford University Press, New York.

Santiasa, I. W. (2006). “Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NoS”. Makalah disajikan dalam Seminar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura di Semarapura.

Savinem, A & Scott, P. (2002). The Force Concept: A Tool For Monitoring Student Learning. Physics Education. 39 (1), 45-42.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Starko, A.J. (2005). Creativity in the Classroom: Schools of Curious Delight, Third edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers.

Suastra, I.W. (2003). Implementasi Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiri di SLTP. Laporan Penelitian Research Grand IKIP Singaraja. Tidak diterbitkan. Sukmadinata, N.S. (2001). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik.


(47)

133 Sutrisno, J. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [On Line]. Tersedia di http://www.tblog.com/. [07 Februari 2010].

Suwandi, S. (2010). Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: penerbit Yuma Pustka.

The George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional Module Project Based Learning. [On Line]. Tersedia di http://www.edutopia.org [10 Juli 2007].

Thomas, J. W., et al. (1999). Project Based Learning: A Handbook of Middle and High School Teacher. Novato CA: The Buck Institute For Education.

UNESCO. (1998). Higher Education in the Twenty-first Century: Vision and Action. World Conference on Higher Education. Paris, 5-9 Oktober 1998. Viva News. (2010). Lebih dari 1,2 Juta Sarjana jadi Penganggur. [On Line].

Tersedia di http://www.vivanews.com/. [6 maret 2011].

Yasemin, G., & Hasan T. (2006). Implementing Project-Based Learning and E-Portfolio Assessment in an Undergraduate Course. Journal of Research on TechNology in Education. Spring 2006: 38 (3).

Yudha, A.S. (2004). Berpikir Kreatif Pecahkan Masalah. [On Line]. Tersedia di

http://www.kompas.co.id/. [16 Januari 2010].

Zainuddin, M. (1996). Panduan Praktikum dalam Mengajar di Perguruan Tinggi.

Bagian Empat. Program Applied Approach. Jakarta: PAU-PPAI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pp. 13-1-13-45.

Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Ditjen Dikti Depdiknas.

Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.

Zulfiani. (2006). Pengembangan Program Pembelajaran Bioteknologi untuk Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Calon Guru. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.


(1)

111 B. SARAN

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian pengembangan ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran berbasis proyek direncanakan dengan baik seperti alokasi waktu, materi yang akan diproyekkan, dan pengenalan model pembelajaran di awal pertemuan.

2. Memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk memilih sendiri jenis pangan yang akan diolah menjadi sebuah produk.

3. Pelaksanaan proyek (praktikum) diadakan di laboratorium agar kinerja mahasiswa bisa dinilai.

C. REKOMENDASI

Pembelajaran berbasis proyek perlu diterapkan pada pendidikan formal namun materi perlu disesuaikan dengan jenjang pendidikan untuk melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.


(2)

129 Daftar Pustaka

Akbar, A.I. (2009). Pendidikan Berbasis Hard Skill dan Soft Skill. [On Line]. Tersedia di http://www.analisadaily.com/ [16 Juni 2009].

Anderson, L.W & Krathwol, D.R (eds). (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational

Objectives. New York: Longman.

Asiska. (2008) . Belajar Berbasis Proyek. [On Line]. Tersedia di http://tpers.net. [16 Juli 2009].

Awang, H., dan Ishak, R. (2008). Creative Thinking Skill Approach through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in The Engineering Classroom. International Journal of Social Sciences 3:1 (18-23).

Borg, W.R., et.al. (2003). Educational Research an Introduction; Seventh Edition. New York: Longman Inc.

Boud, D. (1995). Enhancing Learning through Self Assessment. London. Kogan Page.

BSNP. (2006)a. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Proyek Desentralisasi

Pendidikan Dasar (ADB)-Kota Mataram.

BSNP. (2006)b. Standar Isi. Proyek Desentralisasi Pendidikan Dasar (ADB)-Kota Mataram.

Buck Institut of Education (BIE). (2007). What Is Project Based Learning?. [On Line]. Tersedia di http://www.bie. [28 Februari 2010].

Costa, A.L. (1985). Teacher Behaviors that Enable Student Thinking (in) Costa, A.L (Eds), Developing Mind: A Resource book for teaching thinking. Alexandria ASDC.

Dasgupta, et.al. (2006). Ketika Mereka Dijual: Perdagangan Perempuan dan Anak di 15 Propinsi di Indonesia. Jakarta. Intenational Catholik Migration Commision Indonesia (ICMC) dan American Center for Internatonal Labor Solidarity (ACILS).

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Life Skills Pendidikan Kecakapan


(3)

130 Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang

Depdiknas.

Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Jakarta. (2008). Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan

Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum); Sub Direktorat KPS

(Kurikulum dan Program Studi).

Doppelt, Y. (2005). Assessment of Project-Based Learning in a Mechatronics

Context. Journal of Technology Education Volume 16 Number 2 Spring

2005. [On Line]. Tersedia: http://scholar.lib.vt.edu./ejournals/JTE. [30 Mei 2009].

Dyer, et.al. (2009). The Innovator’s DNA. [On Line]. Tersedia: www.hbr.org. [30 April 2011].

Evans, J.R. (1991). Creative Thinking in the Decision and Management Sciences. Cincinnati: South-Western Publishing Co.

Fardiaz, S. (2006). Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Firmansyah. (2011). Rendahnya Kualitas Pembangunan Manusia di NTB. [On

Line]. Tersedia di http://infopublik.depkominfo.go.id. [6 maret 2011]. Gaer, S. (1998). What is Project-Based Learning?. [On Line]. Tersedia:

http://members.aol.com. [19 Juni 2009].

Gul, E. O., dan Sarah E. R. (2006). A Project-Based Approach to Entrepreneurial

Leadership Education. [On Line]. Tersedia di

www.elsevier.com/locate/technovation. [19 Juni 2009].

Harian Republika. (2011) 5.578 Murid SD di NTB Putus Sekolah. [On Line]. Tersedia di http://www.republika.co.id. [6 maret 2011].

Hasan. (2008). Angka Putus Sekolah Masih Tinggi. [On Line]. Tersedia di http://www.kompas-tv.com/. [28 Februari 2010].

Herron, S., Douglas, M., & Paula, G. (2008). The Wheel Garden: Project-Based Learning For Cross Curriculum Education. International Journal of Social Sciences 3:1 (44-51).

Hidayat, N, et.al. (2006). Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hidayatullah, M.F. (2007). Mengantar Calon Pendidik Berkarakter Dimasa


(4)

131 Hung, D.W., & Wong, A.F.L. (2000). Activity Theory as a Framework for Project

Work in Learning Environment. Educational Technology. 40 (2), 33-37. Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna, Terjemahan: Ibnu.

Kari, V., Mariana, B., & Dan, M. (2007). Project-Based Learning in Assistive

Technology Education. 1st International Conference on Advancements of

Medicine and Health Care through TechNology, Meditech 2007; 27-29th September, 2007, Cluj-Napoca-Romania.

Kiswandono, I. (2000). Berpikir Kreatif Suatu Pendekatan Menuju Berpikir Arsitektural. Dimensi Teknik Arsitektur, 28, (1), Juli 2000: 8 – 16.

Koray, O. & Mustafa, S.K. (2009). The Effect of Creative and Critical Thinking Based Laboratory Applications on Creative and Logical Thinking Abilities of Prospective Teachers. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 10, issue 1, Article 2, p.1.

Lawson,A.E. (1995). Science Teaching and The Development of

Thinking.Wadswort: California.

Liliasari. (2011). Membangun Masyarakat Melek Sains Berkarakter Bangsa

Melalui Pembelajaran. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan

IPA Tahun 2011 “Membangun Masyarakat Melek (Literate) Sains Yang Berbudaya Berkarakter Bangsa Melalui Pembelajaran Sains”. Semarang 16 April 2011.

Maryani, E. (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks Pendidikan IPS. Bandung.

McGregor, D. (2007). Developing Thinking; Developing Learning a Guide to

Thinking Skill in Education. Enggland . Mc Graw Hill.

Munandar, S.C.U. (2009). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan

Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

NRC. (1996). National Science Education Standars. Washington: National Academy Press.

Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S. (2008). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Portal Nasional RI. (2010). Sumber Daya Alam Provinsi Nusa Tenggara Barat. [On Line]. Tersedia di http://www.indonesia.go.id/index.php. [16 maret 2011].


(5)

132 Rahayu, G. R.(2005). Assessment Methods for Measuring Clinical Competence.

Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. Vol 1 (1).

Renata, H. (2008). Effective Teaching Methods Project Based Learning in

Physics. US-China Education Review.

Rustaman, N,Y. (1995). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi. Bahan Pelatihan bagi Teknisi dan Laboran Perguruan Tinggi. Kerjasama FPMIPA IKIP Bandung dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bandung: FPMlPA IKIP.

---. (2000). Arah Pendidikan Biologi Pra-Universitas Di Indonesia. “Makalah disajikan pada Simposium Biologi dalam Seminar Nasional Biologi XVI dan Kongres Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XU”. Seminar Nasional Biologi Xvi Kongres Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia. Institut Teknologi Bandung, Bandung, 25-27 Juli 2000.

---. (2002). Perencanaan dan Penilaian Praktikum di Perguruan

Tinggi.Disiapkan untuk Program Applied Approach Bagi Dosen UPI Tahun

2002.

---. (2006). Penilaian Otentik dan Penerapannya dalam

Pendidikan Sains. Makalah seminar nasional II HISPIPAI. Bandung, 22 –

23 Juli.

Rutherford F.J, & Ahlgren A. (1990). Science for All America. Oxford University Press, New York.

Santiasa, I. W. (2006). “Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NoS”. Makalah disajikan dalam Seminar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura di Semarapura.

Savinem, A & Scott, P. (2002). The Force Concept: A Tool For Monitoring

Student Learning. Physics Education. 39 (1), 45-42.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Starko, A.J. (2005). Creativity in the Classroom: Schools of Curious Delight, Third edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers.

Suastra, I.W. (2003). Implementasi Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiri di SLTP. Laporan Penelitian Research Grand IKIP Singaraja. Tidak diterbitkan. Sukmadinata, N.S. (2001). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik.


(6)

133 Sutrisno, J. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran. [On Line]. Tersedia di http://www.tblog.com/. [07

Februari 2010].

Suwandi, S. (2010). Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: penerbit Yuma Pustka.

The George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional Module Project

Based Learning. [On Line]. Tersedia di http://www.edutopia.org [10 Juli

2007].

Thomas, J. W., et al. (1999). Project Based Learning: A Handbook of Middle and

High School Teacher. Novato CA: The Buck Institute For Education.

UNESCO. (1998). Higher Education in the Twenty-first Century: Vision and

Action. World Conference on Higher Education. Paris, 5-9 Oktober 1998.

Viva News. (2010). Lebih dari 1,2 Juta Sarjana jadi Penganggur. [On Line]. Tersedia di http://www.vivanews.com/. [6 maret 2011].

Yasemin, G., & Hasan T. (2006). Implementing Project-Based Learning and E-Portfolio Assessment in an Undergraduate Course. Journal of Research on

TechNology in Education. Spring 2006: 38 (3).

Yudha, A.S. (2004). Berpikir Kreatif Pecahkan Masalah. [On Line]. Tersedia di http://www.kompas.co.id/. [16 Januari 2010].

Zainuddin, M. (1996). Panduan Praktikum dalam Mengajar di Perguruan Tinggi. Bagian Empat. Program Applied Approach. Jakarta: PAU-PPAI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pp. 13-1-13-45.

Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Applied Approach Mengajar di

Perguruan Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk peningkatan dan

pengembangan aktivitas instruksional. Ditjen Dikti Depdiknas.

Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.

Zulfiani. (2006). Pengembangan Program Pembelajaran Bioteknologi untuk

Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Calon Guru. Disertasi Doktor pada