PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 7

1.3.Batasan Masalah ... 8

1.4.Variabel Penelitian ... 9

1.5.Definisi Operasional ... 9

1.6.Tujuan Penelitian ... 11

1.7.Manfaat Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek ... 12

2.2.Hasil Belajar Kognitif ... 22

2.2.1. Ranah Kognitif ... 23

2.3.Keterampilan Berpikir Kreatif ... 28

2.4.Kalor ...33

2.4.1.Pengertian Kalor ... 33

2.4.1.1. Satuan Kalor ... 33

2.4.1.2. Kalor Jenis ... 33

2.4.1.3. Kapasitas Kalor ... 34

2.4.1.4. Kalor Lebur ... 34

2.4.1.5. Kalor Uap ... 35

2.4.2.Perubahan Wujud Zat ... 35

2.4.2.1. Perubahan Wujud Padat Menjadi Gas ... 35

2.4.2.2. Perubahan Wujud Padat Menjadi Cair ... 36

2.4.2.3. Perubahan Wujud Cair Menjadi Gas ... 36


(2)

2.4.3.1. Konduksi ... 38

2.4.3.2. Konveksi ... 39

2.4.3.3. Radiasi ... 40

2.5.Penelitian Relevan ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 43

3.2. Desain Penelitian ... 43

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

3.4. Langkah-langkah Penelitian ... 45

3.5. Instrumen Penelitian ... 51

3.5.1. Jenis Instrumen Penelitian ... 51

3.5.1.1. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Guru .... 51

3.5.1.2. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Siswa .... 51

3.5.1.3. Tes Hasil Belajar Kognitf ... 52

3.5.1.4. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 52

3.5.1.5. Angket Tanggapan Guru dan Siswa terhadap Pembelajaran ... 53

3.5.2. Analisis Instrumen dan Pengolahan Data ... 53

3.5.2.1. Validitas Soal ... 54

3.5.2.2. Reliabilitas Tes ... 55

3.5.2.3. Daya Pembeda Soal ... 56

3.5.2.4. Tingkat Kemudahan ... 58

3.6.Pengolahan Data... 60

3.6.1.Pemberian Skor ... 60

3.6.2.Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Guru ... 61

3.6.3.Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Siswa .. 62

3.6.4.Perhitungan Gain dinormaliasi ... 62

3.6.5.Pengolahan Angket Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ... 65

4.1.1. Pelaksanaan Penelitian ... 65

4.1.2. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 66

4.1.2.1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru ... 66

4.1.2.2. Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Siswa ... 67

4.1.3. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 70

4.1.3.1. Secara Umum ... 70

4.1.3.2. Hasil Belajar Kognitif pada Setiap Aspek Kognitif ... 71

4.1.4. Ketera mpilan Berpikir Kreatif ... 74

4.1.4.1. Secara Umum ... 74

4.1.4.2. Aktivitas Keterampilan Berpikir Kreatif ... 76


(3)

4.2. Temuan dan Pembahasan ... 82

4.2.1. Pelaksanaan Penelitian ... 82

4.2.2. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 84

4.2.3. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 89

4.2.4. Tanggapan Guru dan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 96

5.2.Saran dan Rekomendasi ... 97


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sintak Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 14

Tabel 2.2. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pembelajaran Tradisional ... 20

Tabel 2.3. Aspek Hasil belajar Kognitif dan Indikatornya ... 26

Tabel 2.4. Keterampilan Berpikir Kreatif dan Indikatornya ... 28

Tabel 2.5. Matrik Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 32

Tabel 3.1. Klasifikasi Reliabilitas Tes ... 55

Tabel 3.2. Kriteria Daya Pembeda ... 57

Tabel 3.3. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kreatif .... 57

Tabel 3.4. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Hasil Belajar Kognitif ... 57

Tabel 3.5. Kriteria Tingkat Kemudahan ... 58

Tabel 3.6. Hasil Analisis Tingkat Kemudahan Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 58

Tabel 3.7. Hasil Analisis Tingkat Kemudahan Soal Hasil Belajar Kognitif ... 59

Tabel 3.8. Kriteria Keterlaksanaan Model ... 61

Tabel 3.9. Kriteria Gain yang dinormalisasi <g> ... 62

Tabel 3.10. Kriteria Angket Tanggapan Guru dan Siswa terhadap Pembelajaran . 64 Tabel 4.1. Pesentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek oleh Guru ... 66

Tabel 4.2. Pesentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek oleh Siswa ... 66


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model project-based learning oleh Barron ... 12

Gambar 2.2. Model Berpikir Kreatif ... 31

Gambar 2.3. Diagram Perubahan Wujud Zat ... 37

Gambar 2.4. Perpindahan Kalor secara Konduksi ... 39

Gambar 2.5. Perpindahan Kalor secara Konveksi ... 40

Gambar 2.6. Perpindahan Kalor secara Radiasi ... 41

Gambar 3.1. Desain Penelitian OneGroup Pretest-Posttest ... 44

Gambar 3.2. Alur Penelitian Pemebelajaran Berbasis Proyek ... 50

Gambar 4.1. Diagram Batang Rata-rata Skor Tes Awal, Rata-rata Skor Tes Akhir Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Hasil Belajar Kognitif71 Gambar 4.2. Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Skor Tes Awal, Rata-rata Skor Tes Akhir Setiap Aspek Kognitif ... 72

Gambar 4.3. Diagram Batang Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Setiap Aspek Kognitif ... 73

Gambar 4.4. Diagram Batang Rata-rata Skor Tes Awal, Rata-rata Skor Tes Akhir Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Keterampilan Berpikir Kreatif ... 75

Gambar 4.5. Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Skor Tes Awal, Rata-rata Skor Tes Akhir Setiap Aktivitas Keterampilan Berpikir Kreatif ... 77

Gambar 4.6. Diagram Batang Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Setiap Aktivitas Keterampilan Berpikir Kreatif ... 78


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A:

1. Silabus ... 103

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Panduan Tugas Proyek Pertemuan Pertama ... 104

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Panduan Tugas Proyek Pertemuan Kedua ... 113

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Panduan Tugas Proyek Pertemuan Ketiga ... 122

Lampiran B: 1. Rancangan Instrumen Penelitian ... 130

2. Soal Uji Coba Konsep Kalor (PG) ... 131

3. Lembar Jawaban Soal Uji Coba Konsep Kalor (PG) ... 144

4. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Konsep Kalor (PG) ... 145

5. Soal Uji Coba Keterampilan Berpikir Kreatif (Uraian) ... 146

6. Lembar Jawaban Soal Uji Coba Keterampilan Berpikir Kreatif (Uraian) ... 151

7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Keterampilan Berpikir Kreatif (Uraian) ... 152

8. Soal prestest-posttest Konsep Kalor (PG) ... 155

9. Lembar Jawaban Soal prestest-posttest Konsep Kalor (PG) ... 164

10.Kunci Jawaban Soal prestest-posttest Konsep Kalor (PG ... 165

11.Soal prestest-posttest Keterampilan Berpikir Kreatif (Uraian) .... 166

12.Lembar Jawaban Soal prestest-posttest Keterampilan Berpikir Kreatif (Uraian) ... 170

13.Kunci Jawaban Soal prestest-posttest Keterampilan Berpikir Kreatif (Uraian) ... 171


(7)

Lampiran C:

1. Angket Tanggapan Guru terhadap Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek ... 174 2. Angket Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek ... 176 3. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Oleh Guru ... 178 4. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Oleh Siswa ... 179 5. Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek

... 180 6. Penilain Judment Instrumen Hasil Belajar Kognitif oleh Ahli ... 181 7. Penilain Judment Instrumen Keterampilan Berpikir Kreatif oleh Ahli ... 199 8. Lembar Validitas Soal Secara Validitas Isi (Judment) Oleh Ahli 207

Lampiran D:

1. Analisis Perhitungan Reliabilitas Tes Instrumen Hasil Belajar Kognitif ... 208 2. Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Instrumen Hasil Belajar Kognitif ... 213 3. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal Instrumen Hasil Belajar Kognitif ... 218 4. Contoh Perhitungan tingkat Kesukaran Soal Instrumen Hasil Belajar Kognitif ... 220 5. Analisis Perhitungan Reliabilitas Tes Instrumen Keterampilan Berpikir Kreatif ... 222 6. Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Instrumen Keterampilan Berpikir Kreatif ... 225 7. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal Instrumen Keterampilan Berpikir Kreatif ... 228


(8)

8. Contoh Perhitungan tingkat Kesekaran Soal Instrumen Keterampilan Berpikir Kreatif ... 230

Lampiran E:

1. Rekapitulasi Analisis Tes Awal Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen ... 232 2. Rekapitulasi Analisis Tes Akhir Hasil Belajar Kognitif Kelas

Eksperimen ... 233 3. Rekapitulasi Analisis gain yang dinormalisasi <g> Kelas Eksperimen Hasil Belajar Kognitif ... 234 4. Rekapitulasi Analisis Tes Awal Setiap Aspek Kognitif Kelas Eksperimen ... 235 5. Rekapitulasi Analisis Tes Akhir Setiap Aspek Kognitif Kelas Eksperimen ... 239 6. Rekapitulasi Analisis Gain yang dinormalisasi <g> untuk Setiap Aspek kognitif Kelas Eksperimen ... 243 7. Rekapitulasi Analisis Tes Awal Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 247 8. Rekapitulasi Analisis Tes Akhir Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 248 9. Rekapitulasi Analisis gain yang dinormalisasi <g> Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 249 10.Rekapitulasi Analisis Tes Awal Setiap Aktivitas Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 250 11.Rekapitulasi Analisis Tes Akhir Setiap Aktivitas Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 254 12.Rekapitulasi Analisis Gain yang dinormalisasi <g> Setiap Aktivitas Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 258 13.Analisis Data Angket Tanggapan Guru terhadap Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek ... 262


(9)

14.Analisis Data Angket Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek ... 265 15.Pengolahan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek oleh Guru ... 267 16.Pengolahan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek oleh Siswa ... 268

Lampiran F:

1. Jadual Pelaksanaan Penelitian ... 269 2. Foto-Foto Kegiatan Penelitian ... 270 3. Surat Keterangan Ijin Penelitian dari SPs UPI ... 275 4. Surat Keterangan Telah melaksanakan Penelitian dari SMA

Negeri 1 Bae Kab. Kudus, Prov. Jawa Tengah ... 276 5. Riwayat Hidup Penulis ... 277


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA yang merupakan ilmu dasar yang dikembangkan berdasarkan hasil penemuan ilmiah terkait peristiwa alam yang terjadi dalam keseharian. Sesuai dengan sifatnya maka orientasi pembelajaran IPA lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, pengembangan keterampilan sains, dan pengembangan keterampilan berpikir, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip.

Sund dan Trowbribge (1973) merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone (1969) menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint".

Sains sebagai proses merujuk langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut meliputi merumuskan masalah, merumuskan


(11)

hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi, artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Kelompok mata pelajaran sains, termasuk di dalamnya fisika, diselenggarakan di sekolah dalam rangka mengenalkan sains secara utuh baik proses maupun produk kepada para peserta didik. Pendidikan fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: 1) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 3) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan berpikir sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya; 4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi (Depdiknas, 2006).

Agar mata pelajaran fisika di sekolah dapat memenuhi tuntutan dalam mencapai tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka tidak dapat ditawar lagi bahwa pembelajaran fisika harus dikonstruksi sedemikian rupa, sehingga proses pendidikan dan pelatihan berbagai kompetensi tersebut dapat benar-benar terjadi


(12)

dalam prosesnya. Menurut KTSP SMA, Pembelajaran IPA termasuk di dalamnya fisika sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (Wenning, 2010).

Akan tetapi pelaksanaan pembelajaran fisika yang terjadi di lapangan masih sangat jauh dari yang diharapkan oleh KTSP SMA. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Henry Setya Budhi di salah satu sekolah negeri di kabupaten Demak (2011), menunjukkan bahwa: pertama, pembelajaran fisika yang dilakukan di sekolah yang diteliti, pada umumnya masih bersifat tradisional, dimana pembelajaran cenderung berpusat pada guru dengan proses cenderung bersifat transfer pengetahuan; kedua, rata-rata capaian hasil belajar fisika siswa pada aspek yang dievaluasi tergolong rendah, bahkan pada tataran kognitif sekali pun. Keadaan demikian telah membuat siswa terkesan bosan dan jenuh dengan pembelajaran fisika dan pada akhirnya minat dan motivasi belajar fisika mereka cenderung menurun; ketiga, proses pembelajaran yang dilakukan di kelas lebih sering didominasi oleh guru, dan kurang memfasilitasi siswa dalam proses penemuan konsep.

Proses pembelajaran seperti itu terjadi pula di salah satu SMA negeri di kabupaten Kudus yang menjadi tempat penelitian, hal tersebut teramati oleh peneliti pada saat melakukan observasi langsung terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru fisika di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa proses pembelajaran fisika didominasi oleh metode ceramah. Pembelajaran


(13)

dengan metode ini berpusat pada guru dan lebih menekankan pada proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa sehingga tidak memfasilitasi siswa untuk aktif dalam mengembangkan keterampilan berpikir melalui proses penyelidikan untuk menemukan konsep. Pembelajaran dengan metode ceramah kurang memenuhi tuntutan tujuan mata pelajaran IPA saat ini. Tuntutan pendidikan IPA, dalam hal ini fisika, tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan konsep saja, tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Pembelajaran dengan metode tradisional telah berdampak pada rendahnya motivasi dan hasil belajar yang diperoleh siswa. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran agar siswa terlibat aktif dalam proses penyelidikan ilmiah secara langsung untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya. Pembelajaran fisika yang hanya menampilkan produk IPA berupa rumus-rumus fisika yang rumit akan membuat siswa cenderung takut dan tidak menyukai fisika.

Fisika telah mendasari perkembangan berbagai produk teknologi yang memudahkan kehidupan manusia. Namun hal ini jarang sekali terkomunikasikan kepada siswa. Jarang sekali pembelajaran di kelas mengaitkan antara konsep yang dipelajari dengan produk teknologi yang telah dikembangkan atas dasar konsep yang dipelajari tersebut. Kebanyakan mereka tidak sadar bahwa produk teknologi yang mereka gunakan, dasarnya adalah konsep fisika yang mereka pelajari. Dalam pembelajaran juga jarang sekali mengajak siswa untuk belajar mengaplikasikan konsep fisika yang dipelajari dalam membuat suatu karya. Padahal ketika siswa tahu bahwa konsep fisika yang dipelajarinya sangat berguna dan besar perannya


(14)

dalam mengembangkan berbagai produk teknologi, maka sudah tentu motivasi siswa untuk mempelajari fisika akan tumbuh. Ketika motivasi siswa meningkat maka sudah tentu mereka akan terlibat dalam pembelajaran fisika secara sungguh-sungguh dan antusias. Sangatlah penting untuk senantiasa memberikan motivasi kepada siswa pada setiap awal pelaksanaan pembelajaran fisika. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk memotivasi siswa agar mau belajar fisika secara antusias. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran adalah berupa pemberian stimulus berupa pengajuan tantangan dari guru. Tantangan yang diajukan dapat berupa tugas menyelesaikan masalah, tugas menjelaskan fenomena alam, tugas menjelaskan pengalaman fisis yang dialami dalam keseharian siswa, atau berupa tugas proyek membuat prakarya dengan menggunakan dasar konsep fisika yang dipelajari (Yalcin: 2009).

Salah satu model pembelajaran yang menyajikan tantangan berupa tugas proyek di awal pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis proyek. Misalnya proyek membuat termos air sederhana, proyek membuat kipas angin sederhana, proyek merancang instalasi listrik suatu bangunan sesuai yang diinginkan, dan lain-lain. Model pembelajaran berbasis proyek menyajikan lima tahapan pembelajaran. Tahap pertama adalah penyajian tugas proyek, pada tahapan ini guru mengajukan tugas proyek sebagai dasar untuk tantangan atau motivasi kepada siswa. Tahap kedua, adalah pengorganisasian siswa untuk belajar, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Selanjutnya tahap ketiga adalah penanaman pemahaman konsep, prosesnya bisa melalui kegiatan eksperimen. Tahap keempat, adalah pembuatan dan penyajian


(15)

tugas proyek. Sesuai dengan namanya pada tahapan ini siswa mengerjakan tugas proyek dan menyajikan hasilnya di depan kelas untuk dievaluasi. Tahap kelima adalah penguatan dan tindak lanjut belajar. Pada tahap ini guru melakukan refleksi terkait pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, siswa mengerjakan soal-soal latihan dan guru memberikan tugas terstruktur berupa pengayaan dan pemantapan pemahaman konsep melalui membaca literatur dari internet tentang aplikasi dari konsep-konsep Kalor dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran fisika telah dilakukan oleh beberapa orang peneliti. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Simons (1996), menyatakan bahwa belajar konstruktif melalui proyek harus dilakukan dengan menumbuhkan upaya siswa membangun pemahaman memori, yang menunjukkan tingkat terhubungan yang kuat antara pengetahuan semantik, episodik, dan tindakan. Selain itu didukung hasil penelitian Renata (2008), diperoleh kesimpulan bahwa Project-based learning can be development of thinking skills and understanding the other science. Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan meningkatkan pemahaman sains. Hasil penelitian senada juga dilakukan oleh Samuel (2010), menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek dapat meningkatkan pemahaman keterampilan membaca dan minat siswa”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi pembelajaran berbasis proyek untuk melihat dampaknya terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan


(16)

keterampilan berpikir kreatif siswa dengan mengangkat judul ”Penerapan model pembelajaran berbasis fisika proyek untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif”.

Materi fisika yang ditinjau dalam penelitian ini adalah materi Kalor dan pengaruhnya terhadap zat. Peneliti memilih materi ini untuk diterapkan dalam model pembelajaran berbasis proyek karena materi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, namun pada kenyatannya siswa masih banyak kesulitan dalam memahami konsep dan memecahkan permasalahan yang timbul.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

“Sejauhmana penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA?”

Rumusan masalah di atas secara spesifik dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebagai dampak penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa sebagai dampak penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek?

3. Bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dalam pembelajaran materi Kalor?


(17)

1.3. Batasan Masalah

Agar lingkup masalah yang diteliti lebih fokus, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa dimaksudkan sebagai perubahan hasil belajar kognitif siswa ke arah yang lebih baik antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Kategori peningkatan kemampuan kognitif siswa ditentukan oleh rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g>.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa dimaksudkan sebagai perubahan keterampilan berpikir kreatif siswa kearah yang lebih baik antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Kategori peningkatan kemampuan kognitif siswa ditentukan oleh rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g>.

3. Materi fisika yang ditinjau pada penelitian ini adalah materi Kalor kelas X SMA yang terdiri dari tiga sub materi yaitu: pengaruh Kalor terhadap perubahan suhu, wujud, dan bentuk; azas black; dan perpindahan Kalor. 4. Hasil belajar kognitif siswa yang ditinjau pada penelitian ini dibataskan

hanya mencakup pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4) pada ranah kognitif taksonomi Bloom. Pembatasan ini dikarenakan pada penelitian ini keempat aspek kognitif C1, C2, C3, dan C4 dapat difasilitasi dalam penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek.


(18)

5. Keterampilan berpikir kreatif siswa yang ditinjau pada penelitian ini dibataskan hanya mencakup aktivitas keterampilan bertanya, keterampilan menerka sebab-sebab suatu kejadian, keterampilan menerka akibat-akibat suatu kejadian, dan keterampilan memperbaiki hasil keluaran. Pembatasan dikarenakan pada penelitian ini keempat aktivitas keterampilan ini dapat difasilitasi dalam penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek.

1.4. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran fisika berbasis proyek, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif.

1.5. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian secara operasional sebagai berikut :

1. Pembelajaran fisika berbasis proyek didefinisikan sebagai pola atau desain instruksional yang memiliki tahapan-tahapan, yaitu diawali dengan penyajian proyek sebagai motivasi, dilanjutkan dengan kegiatan penanaman konseptual melalui kegiatan eksperimen, dan diakhiri dengan proses penyajian, evaluasi dan penilaian proyek. Keterlaksanaan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran konsep Kalor diamati melalui kegiatan observasi oleh beberapa orang observer dengan panduan lembar observasi.


(19)

2. Hasil belajar kognitif didefinisikan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2009). Aspek hasil belajar kognitif meliputi beberapa tingkatan menurut Benjamin S. Bloom yaitu, pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Pada penelitian ini, aspek hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran di ukur dengan tes hasil belajar kognitif yang berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda.

3. Keterampilan berpikir kreatif didefinisikan sebagai bagian dari berpikir tingkat tinggi yang secara spesifik difokuskan pada pencarian banyak ide, pemunculan berbagai aktivitas kemampuan yaitu bertanya, menerka sebab-sebab suatu kejadian, menerka akibat-akibat suatu kejadian, memperbaiki hasil keluaran, kegunaan luar biasa, dan meramalkan. Menurut Torrance (1990) keterampilan berpikir kreatif dimaksudkan kemampuan berpikir dengan menggunakan berbagai operasi mental, yaitu kelancaran, kelenturan, keaslian, dan pengungkapan ide untuk menghasilkan sesuatu yang asli, baru dan bernilai. Pada penelitian ini, keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran di ukur dengan tes berpikir kreatif yang berbentuk tes tertulis jenis uraian.


(20)

1.6. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebagai dampak penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek. 2. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan keterampilan berpikir kreatif

siswa sebagai dampak penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek.

3. Mendapatkan gambaran tentang tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dalam pembelajaran pada materi Kalor.

1.7. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti tentang potensi model pembelajaran fisika berbasis proyek dalam meningkatan hasil belajar kognitif, dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA, yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk berbagai kepentingan, seperti: guru-guru sekolah menengah, para mahasiswa di LPTK, praktisi pendidikan dan lain-lain.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab ini dipaparkan tentang metode dan desain penelitian, subyek dan lokasi penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian serta teknik pengolahan dan analisis data penelitian.

3.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen awal atau pre-experiment. Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang hanya ingin melihat dampak penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa, tidak sampai pada pengujian efektivitasnya jika dibanding dengan penggunaan model pembelajaran lain.

3.2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain one-group pretest-posttest

(Millan, 2001). Dengan desain seperti ini, subyek penelitian adalah satu kelas eksperimen tanpa pembanding. Dalam desain one-group pretest-posttest

kelompok subjek tunggal diberi pretest/tes awal (O), perlakuan (X), dan

posttest/tes akhir (O). Instrumen pada saat pretest dan posttest sama, tetapi diberikan dalam waktu yang berbeda. Bentuk desainnya seperti pada Gambar 3.1.


(22)

Gambar 3.1. Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest

Keterangan:

O : Tes Awal (pretest) sama dengan Tes Akhir (posttest)

X : Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA di Kabupaten Kudus semester genap tahun ajaran 2011/2012. Sedangkan sampelnya adalah kelas X.5 dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang yang diambil secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan pemilihan kelas tersebut sebagai sampel penelitian adalah karena berdasarkan informasi dari guru fisika di sekolah tersebut bahwa aktivitas, respon belajar, antusiasme dan partisipasi siswa kelas X.5 dalam pembelajaran fisika cukup bagus, sehingga proses penelitian diharapkan dapat berjalan dengan lancar tanpa banyak kendala teknis seperti siswa kurang serius, siswa kurang antusias dan cenderung main-main. Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian juga dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. SMA tempat penelitian merupakan Rintisan Sekolah Bertandar Internasional (RSBI), sehingga memerlukan bahan untuk digunakan sebagai model pembelajaran rujukan.

O X O Pretest Perlakuan Posttest


(23)

2. Guru fisika sedang mengembangkan model pembelajaran, sehingga dapat dijadikan rekan dalam penelitian.

3. Fasilitas laboratorium fisika yang dimiliki SMA ini sudah cukup memadai, namun belum teroptimalkan.

4. Kemampuan siswa dalam prestasi bidang karya ilmiah yang cukup menonjol, sehingga menarik untuk diteliti terkait keterampilan berpikir kreatif.

3.4. Langkah-langkah Penelitian

Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tujuh langkah, yaitu: studi pendahuluan, studi literatur, pembuatan instrumen, uji coba instrumen, implementasi, teknik pengumpulan data, dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pembelajaran konsep Kalor di salah satu SMA negeri di Kabupaten Kudus. Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mewawancarai guru fisika mengenai pembelajaran konsep Kalor. Hasilnya ditemukan bahwa hasil belajar siswa masih cukup rendah, dan keterampilan berpikir kreatif siswa yang belum diketahui. Padahal di SMA tersebut siswanya berprestasi dalam bidang karya ilmiah, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar keterampilan berpikir kreatif siswa di SMA tersebut. Selain hal itu, pemanfaatan model pembelajaran fisika berbasis proyek juga belum berkembang. Selanjutnya, model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai


(24)

pijakan untuk mengembangkan model pembelajaran pendekatan konstruktivisme.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Studi ini juga dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep fisika terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditentukan. Selain itu, yang berhubungan dengan teori-teori pengembangan penelitian. Dari kajian terhadap SK dan KD akan diperoleh konsep-konsep Kalor yang akan dituangkan dalam materi pokok melalui penjabaran indikator-indikator. Keterampilan berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran juga dijabarkan dalam kriteria-kriteria penilaian keterampilan berpikir kreatif. Hasil studi literatur, selanjutnya, digunakan sebagai landasan mengembangkan pembelajaran fisika berbasis proyek.

3. Penyusunan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen

Hasil-hasil yang diperoleh dari studi literatur dan pendahuluan, digunakan untuk pembuatan produk awal (draft). Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan panduan mengerjakan proyek kemudian mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan pembelajaran dengan baik di kelas. Setelah itu, hasil-hasil analisis terhadap SK, KD, dan indikator-indikator mengenai hasil-hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa yang diharapkan muncul


(25)

setelah pembelajaran fisika berbasis proyek dilakukan. Diawali dengan pembuatan lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa. Selanjutnya dari indikator-indikator hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dibuat instrumen penilaian. Instrumen penilaian hasil belajar kognitif dibuat berupa tes tertulis jenis pilihan ganda dan Instrumen penilaian keterampilan berpikir kreatif berupa tes tertulis jenis uraian. Setelah dilakukan penyusunan instrumen penelitian maka dilakukan judgement oleh pakar untuk mengetahui validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian.

4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sebelum digunakan, dilakukan uji reliabilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kemudahan. Pengujian instrumen penelitian dengan teknik test-retest yang diujicobakan pada siswa kelas XI. 6 dan XI. 5 di salah satu SMA negeri di Kabupaten Kudus. Dari hasil uji coba butir soal yang tidak memenuhi syarat, dapat diperbaiki atau direvisi. Hasil perbaikan (revisi) butir soal yang tidak memenuhi syarat, tidak dilakukan uji coba lagi atau langsung digunakan untuk mengambil data tes awal dan tes akhir.

5. Tahap Implementasi

Penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek.yang dirancang, kemudian diimplementasikan dalam pembelajaran fisika berbasis proyek pada siswa kelas X di salah satu SMA negeri di Kabupaten Kudus oleh instruktur. Pada saat implementasi model ini dilakukan observasi dengan menggunakan lembar keterlaksanaan model. Setelah implementasi ini selesai, maka


(26)

dilakukan pengisian angket tanggapan oleh siswa dan oleh guru tentang pembelajaran berbasis proyek yang telah dilakukan. Selain itu, juga dilakukan penilaian tentang hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar keterlaksanaan model pembelajaran, tes hasil belajar kognitif, tes keterampilan berpikir kreatif dan angket tanggapan oleh guru dan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.

a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru

Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru ini memuat daftar keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilaksanakan.

b. Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Siswa

Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa ini memuat daftar keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilaksanakan.

c. Tes Hasil Belajar Kognitif

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan hasil belajar kognitif siswa yang dicapai siswa setelah diterapkannya model pembelajaran fisika berbasis proyek.


(27)

d. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif

Tes digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa yang dicapai siswa setelah diterapkannya model pembelajaran fisika berbasis proyek.

e. Angket Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran

Angket tanggapan guru terhadap pembelajaran ini memuat daftar pertanyaan tentang pelaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang telah dilaksanakan.

f. Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran

Angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran ini memuat daftar pertanyaan tentang pelaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang telah dilaksanakan.

7. Tahap Analisis Data dan Pembahasan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data yang telah didapatkan serta menganalisis lembar keterlaksanaan model pembelajaran. Kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut dan seterusnya dilakukan pembahasan dan dilakukan pengambil kesimpulan. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 3.2.


(28)

Gambar 3.2. Alur Penelitian Pembelajaran FisikaBerbasis Proyek.

REVISI Studi Literatur

Model Pembelajaran fisika Berbasis Proyek, Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Kelas Eksperimen Observasi Keterlaksanaan Model Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Perumusan Masalah dan

Pertanyaan Penelitian Penyusunan Instrumen Analisis Data Tes Akhir (Posttest) Tes Awal (Pretest) Kesimpulan Pembahasan Tes Hasil Belajar

Kognitif

JUDGMENT

Validitas Tes

Uji Coba dan Analisis Instrumen Tes: Uji Tingkat Kesukaran, Uji Daya

Pembeda, dan Uji Realibilitas Angket Penyusunan Perangkat Model Pembelajaran Berbasis Proyek Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran


(29)

3.5. Instrumen Penelitian

3.5.1. Jenis Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 3.5.1.1. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru

Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru ini memuat daftar keterlaksanaan model pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang diterapkan. Pada lembar obsrvasi ini juga terdapat kolom catatan keterangan untuk mencatat kekurangan-kekurangan dalam setiap fase pembelajaran. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran C.3. 3.5.1.2. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Siswa

Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa ini memuat daftar keterlaksanaan model pembelajaran berbasis proyek yang dilaksanakan. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran fisika berbasis proyek yang diterapkan. Pada lembar ini juga terdapat kolom catatan keterangan untuk mencatat kejadian-kejadian yang dilakukan siswa dalam setiap fase pembelajaran. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4.


(30)

3.5.1.3. Tes Hasil Belajar Kognitif

Tes hasil belajar kognitif yang berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif konsep Kalor. Tes ini mencakup jenjang kognitif pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4), terkait konsep Kalor Tes hasil belajar kognitif dikonstruksi dalam bentuk tes objektif jenis pilihan ganda dengan alternatif pilihan sebanyak empat buah.

Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal (tes awal) dan akhir (tes akhir) perlakuan. Tes awal digunakan untuk melihat kondisi awal subyek penelitian. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif siswa konsep Kalor dapat dikembangkan melalui penerapan pembelajaran fisikaberbasis proyek.

3.5.1.4. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif

Tes ini mencakup keterampilan bertanya, katerampilan menerka sebab-sebab suatu kejadian, katerampilan menerka akibat-akibat suatu kejadian, dan keterampilan memperbaiki hasil keluaran terkait materi Kalor Tes keterampilan berpikir kreatif dikonstruksi dalam bentuk tes tertulis jenis tes uraian.

Tes keterampilan berpikir kreatif diberikan sebanyak dua kali, yaitu di awal (tes awal) dan akhir (tes akhir) sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan. Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes awal digunakan untuk melihat kondisi awal subyek penelitian berakaitan keterampilan berpikir kreatif. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> digunakan untuk melihat


(31)

peningkatan keterampilan berpikir kreatif apa yang dapat dikembangkan melalui penerapan pembelajaran fisikaberbasis proyek.

3.5.1.5. Angket Tanggapan Guru dan Siswa terhadap Pembelajaran

Angket ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dalam pembelajaran konsep Kalor. Angket ini memuat daftar pertanyaan terkait penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilaksanakan. Instrumen angket tanggapan ini memuat kolom sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan dan sangat tidak setuju (STS). Siswa diminta memberikan tanda cek (√) pada pernyataan yang terdapat pada angket. Angket tanggapan guru dan siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1 dan Lampiran C.2.

3.5.2. Analisis Instrumen dan Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan ke dalam data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah skor tes siswa, data keterlaksanaa model pembelajaran guru dan siswa dan data angket tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran. Skor tes terdiri dari skor tes awal dan tes akhir, sedangkan data keterlaksanaa model pembelajaran guru dan siswa diperoleh melalui lembar keterlaksanaa model pembelajaran yang diisi oleh observer, dan data angket tanggapan guru dan siswa diperoleh melalui angket. Hasil observasi dan angket ini akan dinyatakan dalam persentase untuk dideskripsikan.

Analisis instrumen meliputi validitas soal, reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan tingkat kemudahan soal. Hasil analisis instrumen secara lengkap terdapat


(32)

pada Lampiran D.1. sampai Lampiran D.8. Penjabarannya secara lengkap adalah sebagai berikut:

3.5.2.1. Validitas Soal

Pengujian validitas soal dilakukan secara validitas isi dengan cara meminta pertimbangan (judgement) oleh ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun sudah mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Para ahli diminta memberikan tanggapan pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli memberikan pendapat: instrumen yang disusun tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan dalam validitas soal ini adalah tiga orang, terdiri dari satu orang bergelar guru besar (profesor) pendidikan fisika, dan dua orang bergelar doktor fisika. Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (SK dan KD) dan indikator hasil belajar kognitif serta indikator keterampilan berpikir kreatif.

Hasilnya dari ketiga tenaga ahli yang diminta pertimbangan (judgement), diperoleh kesimpulan bahwa instrumen hasil belajar kognitif dan instrumen keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor yang disusun sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Tetapi ada beberapa hal terkait redaksi yang perlu diperbaiki. Hasil pertimbangan (judgement) oleh ahli validitas isi untuk tes hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6. dan hasil pertimbangan (judgement) oleh ahli validitas isi untuk keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7. Selain itu, beberapa catatan dari tenaga ahli sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan instrumen, catatan ini selengkapnya dapat dilihat pada lembar pengesahan judgement oleh ahli pada halaman 207.


(33)

3.5.2.2. Reliabilitas Tes

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara eksternal dengan test-retest. Instrumen diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen beberapa kali pada responden yang berbeda. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya berbeda dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2009).

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah-ubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan teknik korelasi

product moment angka kasar (Sugiyono, 2009):

(

)

− − − = } ) ( }{ { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

rXY .... 3.1)

Keterangan:

rXY = koefisien korelasi

X = skor rata-rata tes pertama (kelas XI 5) Y = skor rata-rata tes kedua (kelas XI 6) N = jumlah subyek

Kriteria:

Tabel 3.1.

Klasifikasi Reliabilitas Tes

Interval Kategori

0,80< r11<1,00 Sangat tinggi 0,60< r11<0,79 Tinggi 0,40< r11<0,59 Cukup 0,20< r11<0,39 Rendah


(34)

Berdasarkan persamaan 3.1, maka setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh koefisien reliabilitas keseluruhan tes hasil belajar kognitif berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda diperoleh rxy sebesar 0,96. Kemudian rxy

dikonsultasikan dengan rtabel pada Tabel 3.1. berada diantara rentang 0,80< r11<1,00 sehingga didapatkan instrumen penelitian tersebut memiliki

reliabilitas pada kategori sangat tinggi. Perhitungan reliabilitas untuk tes hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.1.

Untuk tes keterampilan berpikir kreatif yang berbentuk tes tertulis jenis uraian, diperoleh rxy sebesar 0,97. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian tersebut juga memiliki reliabilitas pada kategori sangat tinggi. Perhitungan reliabilitas keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.5.

3.5.2.3. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah (Sugiyono, 2009). Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus berikut:

B P A P B J

B B A J

A B

DP= − = − .... 3.2)

Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal itu benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar


(35)

Kriteria:

Tabel 3.2.

Kriteria Daya Pembeda Soal (DP)

DP Kriteria

-1,00 < DP < 0,00 0,00 < DP ≤ 0,20

0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00

jelek sekali jelek cukup

baik baik sekali

Perhitungan daya pembeda untuk tes hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.2. dan D.3. Sedangkan perhitungan daya pembeda untuk keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.6. dan D.7. Berdasarkan persamaan 3.2. maka harga DP dapat dihitung dan hasilnya dirangkum pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4. sebagai berikut:

Tabel 3.3.

Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kreatif

Nomor

Soal DP Kategori Keterangan

Nomor

Soal DP Kategori Keterangan

1 0,11 Baik Dipakai 6 0,12 Cukup Dipakai

2 0,21 Cukup Dipakai 7 0,12 Baik Dipakai

3 0,21 Baik Dipakai 8 0,07 Baik Dipakai

4 0,12 Cukup Dipakai 9 0,09 Cukup Dipakai

5 0,22 Baik Dipakai 10 0,07 Cukup Dipakai

Tabel 3.4.

Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Hasil Belajar Kognitif

Nomor

Soal DP Kategori Keterangan

Nomor

Soal DP Kategori Keterangan

1 0,23 Baik Dipakai 16 0,20 Baik Dipakai

2 0,30 Cukup Dipakai 17 0,17 Cukup Dipakai

3 0,17 Cukup Dipakai 18 0,23 Cukup Dipakai

4 0,23 Cukup Dipakai 19 0,37 Cukup Dipakai

5 0,53 Baik Dipakai 20 0,20 Cukup Dipakai

6 0,50 Baik Dipakai 21 0,53 Baik Dipakai

7 0,23 Cukup Dipakai 22 0,17 Cukup Dipakai

8 0,30 Cukup Dipakai 23 0,30 Cukup Dipakai

9 0,33 Cukup Dipakai 24 0,13 Baik Dipakai

10 0,33 Baik Dipakai 25 0,37 Cukup Dipakai

11 0,20 Baik Dipakai 26 0,27 Cukup Dipakai

12 0,23 Cukup Dipakai 27 0,23 Cukup Dipakai

13 0,23 Cukup Dipakai 28 0,30 Baik Dipakai

14 0,23 Cukup Dipakai 29 0,17 Baik Dipakai


(36)

3.5.2.4. Tingkat Kemudahan Soal

Tingkat kemudahan soal adalah persentase jumlah siswa yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal (Sugiyono, 2009). Besarnya indeks dapat dihitung dengan rumus:

.... 3.3) Keterangan:

TK = Tingkat kemudahan soal

JS = Banyaknya responden yang mengikuti tes Kriteria:

Tabel 3.5.

Kriteria Tingkat Kemudahan Soal (TK)

Perhitungan daya pembeda untuk tes hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.2. dan D.4. Sedangkan perhitungan daya pembeda untuk keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.6. dan D.8. Berdasarkan rumus 3.3. maka harga TK dapat dihitung dan hasilnya dirangkum pada Tabel 3.6. dan Tabel 3.7. sebagai berikut:

Tabel 3.6.

Hasil Analisis Tingkat Kemudahan Soal Keterampilan Berpikir Kreatif

Nomor

Soal TK Kategori Keterangan

Nomor

Soal TK Kategori Keterangan

1 0,48 Sedang dipakai 6 0,63 Sedang Dipakai

2 0,62 Sedang dipakai 7 0,46 Sedang Dipakai

3 0,47 Sukar dipakai 8 0,43 Sukar Dipakai

4 0,47 Sedang dipakai 9 0,37 Sedang Dipakai

5 0,52 Cukup dipakai 10 0,49 Sedang Dipakai

TK Kriteria

TK < 27 % 27 % < TK < 72 %

TK > 72 %

Sukar Sedang Mudah Banyaknya siswa yang menjawab benar

TK = X 100 % JS


(37)

Tabel 3.7.

Hasil Analisis Tingkat Kemudahan Soal Hasil Belajar Kognitif

Nomor

Soal TK Kategori Keterangan

Nomor

Soal TK Kategori Keterangan

1 0,82 Mudah Dipakai 16 0.87 Sukar Dipakai

2 0,68 Sedang Dipakai 17 0,65 Sedang Dipakai

3 0,92 Mudah Dipakai 18 0,55 Sedang Dipakai

4 0,88 Sukar Dipakai 19 0,78 Mudah Dipakai

5 0,47 Sedang Dipakai 20 0,70 Sedang Dipakai

6 0,45 Sedang Dipakai 21 0,47 Sukar Dipakai

7 0,85 Mudah Dipakai 22 0,68 Sedang Dipakai

8 0,32 Sedang Dipakai 23 0,68 Sedang Dipakai

9 0,50 Sedang Dipakai 24 0,90 Mudah Dipakai

10 0,83 Mudah Dipakai 25 0,62 Sedang Dipakai

11 0,90 Sukar Dipakai 26 0,80 Mudah Dipakai

12 0,85 Mudah Dipakai 27 0,85 Mudah Dipakai

13 0,65 Sedang Dipakai 28 0,72 Sukar Dipakai

14 0,78 Mudah Dipakai 29 0,75 Mudah Dipakai

15 O,87 Sukar Dipakai 30 0,67 Sedang Dipakai

Berdasarkan analisis uji instrumen yang meliputi validitas soal, reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan tingkat kemudahan soal dari jumlah 40 soal instrumen hasil belajar kognitif yang memenuhi kriteria sebanyak 30 soal. Seperti telah dikemukakan pada bagian pembatasan masalah pada Bab I, jenjang kemampuan kognitif siswa yang ditinjau hanya meliputi jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Intrumen hasil belajar kognitif yang dikonstruksi pada awalnya mencakup jenjang-jenjang kognitif ini dengan jumlah soal yang cukup berimbang, akan tetapi setelah dilakukan ujicoba, ternyata ada beberapa soal yang dibuang. Pembuangan soal ini menyebabakan jumlah soal yang dipakai untuk kegiatan penelitian untuk setiap jenjangnya menjadi tidak berimbang, yaitu untuk jenjang C1 sebanyak 9 soal, jenjang C2 sebanyak 11 soal, jenjang C3 sebanyak 4 soal dan untuk jenjang C4 sebanyak 6 soal.


(38)

Sedangkan untuk instrumen keterampilan berpikir kreatif dari jumlah 14 soal instrumen yang di uji coba setelah dilakukan analisis uji instrumen yang meliputi validitas soal, reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan tingkat kemudahan soal dan memenuhi kriteria sebanyak 10 soal. Aktivitas keterampilan berpikir kreatif siswa yang ditinjau hanya meliputi aktivitas bertanya, menerka sebab-sebab, menerka akibat-akibat, dan memperbaiki hasil keluaran. Instrumen keterampilan berpikir kreatif yang dikonstruksi pada awalnya mencakup aktivitas-aktivitas keterampilan berpikir kreatif ini dengan jumlah soal yang cukup berimbang, akan tetapi setelah dilakukan ujicoba, ternyata ada beberapa soal yang dibuang. Pembuangan soal ini menyebabkan jumlah soal yang dipakai untuk kegiatan penelitian untuk setiap aktivitas menjadi tidak berimbang, yaitu untuk aktivitas bertanya sebanyak 2 soal, menerka sebab-sebab sebanyak 5 soal, menerka akibat-akibat sebanyak 2 soal, dan memperbaiki hasil keluaran sebanyak 1 soal.

3.6. Pengolahan Data 3.6.1.Pemberian Skor

Penskoran hasil tes hasil belajar kognitif siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor satu jika jawaban tepat, dan skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang diberikan.


(39)

Penskoran hasil tes keterampilan berpikir kreatif siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes uraian yaitu menggunakan rubrik penskoran. Rubrik penskoran instrumen uji coba dan pretest-posttes keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.7. dan Lampiran B.13.

3.6.2. Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru

Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek merupakan data yang diambil dari observasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran fiika berbasis proyek. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:

1. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format keterlaksanaan model pembelajaran.

2. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:

observer menjawab ya atau tidak

% Keterlaksanaan Model = 100%

observer seluruhnya ×

…. 3.4)

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilakukan oleh guru, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8.

Kriteria Keterlaksanaan Model

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana


(40)

3.6.3. Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Oleh Siswa

Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis proyek oleh siswa merupakan data yang diperoleh dari observasi. Data tersebut dianalisis dengan menghitung persentase dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk menganalisis data hasil keterlaksanaan model pembelajaran pada guru. Kriteria penilaian keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5.

3.6.4. Perhitungan Gain yang dinormalisasi

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan secara hierarkhi statistik. Data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakuan, dianalisis dengan cara membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus faktor gain (g) yang dikembangkan oleh Hake (1999) dengan rumus: pre maks pre post S S S S g − −

= ... 3.5)

Keterangan :

Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal Smaks = skor maksimum Kriteria:

Tabel 3.9.

Kriteria Gain dinormalisasi

G Kriteria

g ≥ 0,7 0,3 ≤ g < 0,7

g < 0,3

tinggi Sedang rendah


(41)

Pengolahan dan analisis data rata-rata skor gain dinormalisasi hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor menggunakan uji statistik dengan tahapan sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g>

Peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor oleh siswa yang dikembangkan melalui pembelajaran dihitung berdasarkan rata-rata skor gain dinormalisasi <g> (Hake, 1999).

> < − > < > < − > < >= < pre maks pre post S S S S

g .... 3.6)

Keterangan :

<Spost > = rata-rata skor tes akhir <Spre> = rata-rata skor tes awal <Smaks> = rata-rata skor maksimum

Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis secara statistik dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2007.

3.6.5. Pengolahan Angket Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek

Data mengenai penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek merupakan data yang diambil dari observasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:

1. Menghitung jumlah jawaban “SS” dan “S” atau “TS” dan “STS” yang observer isi pada format angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran.


(42)

2. Melakukan perhitungan persentase angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:

…. 3.7)

Untuk mengetahui kategori angket model pembelajaran fisika berbasis proyek oleh guru dan siswa, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10.

Kriteria Angket Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran

ATGS (%) Kriteria

ATS = 0 Tak satu responden

0 < ATS < 25 Sebagian kecil responden 25 < ATS < 50 Hampir setengah responden

ATS = 50 Setengah responden

50 < AT S< 75 Sebagian besar responden 75 < AT S< 100 Hampir seluruh responden

ATS = 100 Seluruh responden

∑ Responden yang menjawab (SS/S) atau (TS/STS)

% Tanggapan Responden =


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dikemukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar kogitif konsep Kalor siswa SMA. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g>sebesar 0,44 yang termasuk dalam kategori sedang. Secara umum terdapat peningkatan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> pada setiap aspek kognitif. Peningkatan masing-masing aspek dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut yaitu: aspek pemahaman (C2) sebesar 0,54 (kategori sedang), aspek analisis (C4) sebesar 0,47 (kategori sedang), aspek penerapan (C3) sebesar 0,27 (kategori rendah) dan aspek pengetahuan (C1) sebesar 0,24 (ketegori rendah).

2. Penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor siswa siswa SMA. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0,44 yang termasuk dalam kategori sedang. Secara umum terdapat peningkatan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> pada setiap aktivitas keterampilan berpikir kreatif. Peningkatan masing-masing aktivitas dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut yaitu: aktivitas menerka akibat-akibat dari suatu kejadian sebesar 0,47 (kategori sedang), aktivitas bertanya sebesar 0,43


(44)

dan aktivitas memperbaiki hasil keluaran sebesar 0,43 (ketegori sedang) dan aktivitas menerka sebab-sebab dari suatu kejadian sebesar 0,41 (kategori sedang).

3. Seluruh guru memberikan tanggapan setuju dengan persentase sebesar 100% dan hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju dengan persentase sebesar 94% terhadap penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilaksanakan. Guru dan siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan membantu siswa mengkonstruksi sendiri konsep yang dipelajari dan memfasilitasi menajamkan keterampilan berpikir kreatif, serta memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

5.2. Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan dasar dalam mengajar, dan merancang pembelajaran yang telah disusun kemudian diujicobakan sehingga pada saat pelaksanaannya setiap fase pada model pembelajaran fisika berbasis proyek dapat terlaksana sesuai dengan rencana.

2. Diperlukan pemantauan terhadap hasil belajar kognitif ataupun aktivitas keterampilan berpikir kreatif sehingga adanya kontrol terhadap siswa yang telah selesai melaksanakan eksperimen dan tugas proyek.


(45)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan bahwa perlu diadakan penelitian lanjutan terkait penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dengan menggunakan kelas kontrol untuk melihat efektivitasnya dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Alamaki, A. (1999). How to Educate Students for a Technological Future: Technology Education in Early Childhood and Primary Education.

Annales: Universitatis Turkuensis. [Online]. Tersedia http://www.iteaconnect.org/Conference/PATT/PATT10/Alamaki.pdf [8 Juni 2012].

Anderson. L. W. (2010). Pembelajaran Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barron et al. (1998). Doing With Understanding:Lessons From Research on Problem and Project-Based Learning. The journal of the learning sciences, 7 (3&4), 271-311.

Bereiter, C., & Scardamalia, M. (1993). Surpassing ourselves: An inquiry into the Nature and implication of expertise. La Salle, IL: Open Court.

Blumenfeld, et al. (1991). Motivating project-based learning: sustaining the doing, supporting the learning. Educational Psychologist, 26(3&4), 369-398.

Budhi, H. S. (2011). Laporan Mata Kuliah Studi Kasus. Laporan tidak diterbitkan. Bandung: SPs UPI.

Chanlin, L. Juan. (2008). Technology Integration applied to Project-Based Learning in Science. Innovations in Education and Teaching International Journal Taylor & Fraricis, Vol. 45 (1), 55—65. [Online]. Tersedia http://www. informaword.com/ [16 April 2012].

Cord. (2001). Contextual Learning Resource. [Online]. Tersedia: http://www.cord.org/lev2.cfm/65. [13 April 2012].

Chu W. K. S. (2010). Collaborative Inquiry Project-Based Learning: Effects on Reading Ability and Interests. [Online]. Tersedia: http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id=104578635&url=cf8fd0773285dde4 f1facfcdfd3966ac. [16 April 2012].

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 : Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas. Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berfikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:


(47)

Gaer, S. 1998. What is Project-Based Learning? [Online]. Tersedia http://members.aol.com/CulebraMom/pblprt.html. [8 Juni 2012].

Ginting, A. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humainora.

Gipps, C. (1994). What We Know about Effective Primary Teaching. Dalam Jill Bourne (Ed.). Thinking Through Primary Practice. London: The Open University.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [12 April 2012].

Hung, D.W. & Chen, D.T. (2000). Appropriating and Negotiating Knowledge. Educational Technology. Education Resources Information Center 40(3), 29—32.

Hung, D.W. & Wong, A.F.L. (2000). Activity Theory as a Framework fo Project Work in Learning Environments. Educational Technology, Education Resources Information Center. 40(2), 33—37.

Karim, S. dkk. (2009). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Koswara, T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP.

Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Kuslan, L. & A.H. Stone. (1969). Teaching children science: an inqury approachs. California. Wadsworth: Publishing Company, Inc.

Margo, M. C. (1997), Science and Technology, Manila. The Book Media Press. Martin, M. O. et al. (2000). TIMSS 1999. International Science Report. Boston:

Boston University.

Maxwell, N., Bellisimo, Y. & Mergendoller, J. (1999). Problem-Based Learning: Modifying the Medical School Model for Teaching High School Economics. Journal The Social Studies, 92 (2), 73-78.

Mayer, R. E. (1992). Cognition and Instruction : Their Historic Meeting Within Educational Psychology. Journal of Educational Psychology, 84(4) 405-412.


(48)

Mergendoller, J. R. & Thomas, J. W. (2000). Managing Project Based Learning: Principles from the Field. Novato, CA: Buck Institute for Education. Millan Mc. J. (2001). Research in Education a Conseptual Introduction. New

York & London: Longman.

Nickerson, R. S. (1985). The Teaching of Thinking, New Jersey: Lawrence Erbaum Associate Publishers.

Nursito. (2000). Kiat Menggali Kreativitas. Yokyakarta: Mitra Gama Widya Press J. H. (1987). Rahasia Sehari-Hari Penemuan dalam Alam dan Bidang

Teknik. Bandung: Angkasa

Pullaila, A. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: SPs UPI.

Ravitz, J. (2009). Introduction: Summarizing Findings and Looking Ahead to a New Generation of PBL Research. Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning: 3 (24), 4-11.

Renata, H. (2008). “Effective Teaching Methods Project-based Learning in Physics”. US-China Education Review: USA. [Online]. Tersedia http://www.keepandshare.com/.../pbl-physics-pdf-fe [12 Desember 2011]. Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Simon, B. (1996). Toward a Model of Workplace Learning : The Learning Curriculum. Studies in Continuing Education, 18 (1), 43-58.

Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sund R. R. dan Trowbrbge, L. W. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School, 22nd ed. Ohio: Charles E., Merill Pub. Company, A Bell & howell Company.

Suwarna, I. P. (2005). Model Pembelajaran Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tesis, Bandung: PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Suparno, Paul. (2009). Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.


(49)

Thomas, J. W. (2000). A review of Research on PBL. Vol/2,). [Online]. Tersedia http://www.bobpearlman.org/BestPractices/PBLResearch.pdf [2 April 2012).

Thomas, J. W. Mergendoller, J. R. & Michaelson, A. (1999). Project-Based Learning: A Handbook for Middle and High School teachers. [Online]. Tersedia http://www. Bgsu.edu/organization/ctl/proj.html. [8 Juni 2012]. Torrance, E. P. (1990). The Torrance tests of creative thinking norms-technical

manual figural (streamlined) forms A & B. Bensenville, IL: Scholastic Testing Service, Inc.

Torrance, EP. & Safter, H.T. (1999). Making the Creative Leap and Beyond. Buffalo, NY: Creative Education Foundation Press.

Vancleave J. (2003). A+ Proect in Physics Winning Experiments for Scinece Fairs and Extra Credit. Bandung: Pakar Raya.

Yalcin. A. et al. (2009). The Effect of Project Based Learning on Science Undergraduates’ Learning of Electricity, Attitude towards Physics and Scientific Process Skills. International Online Journal of Educational Sciences, 1 (1), 81-105.

Wenning, J. (2010). ”Level Of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Scinece”. Journal Physic Teacher Online. Vol/no:5/4. [Online]. Tersedia http://www.phy.ils tu.edu/jpeteo [12 November 2011].


(1)

97

dan aktivitas memperbaiki hasil keluaran sebesar 0,43 (ketegori sedang) dan aktivitas menerka sebab-sebab dari suatu kejadian sebesar 0,41 (kategori sedang).

3. Seluruh guru memberikan tanggapan setuju dengan persentase sebesar 100% dan hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju dengan persentase sebesar 94% terhadap penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek yang dilaksanakan. Guru dan siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan membantu siswa mengkonstruksi sendiri konsep yang dipelajari dan memfasilitasi menajamkan keterampilan berpikir kreatif, serta memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

5.2. Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan dasar dalam mengajar, dan merancang pembelajaran yang telah disusun kemudian diujicobakan sehingga pada saat pelaksanaannya setiap fase pada model pembelajaran fisika berbasis proyek dapat terlaksana sesuai dengan rencana.

2. Diperlukan pemantauan terhadap hasil belajar kognitif ataupun aktivitas keterampilan berpikir kreatif sehingga adanya kontrol terhadap siswa yang telah selesai melaksanakan eksperimen dan tugas proyek.


(2)

98

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan bahwa perlu diadakan penelitian lanjutan terkait penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek dengan menggunakan kelas kontrol untuk melihat efektivitasnya dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya.


(3)

99

DAFTAR PUSTAKA

Alamaki, A. (1999). How to Educate Students for a Technological Future: Technology Education in Early Childhood and Primary Education.

Annales: Universitatis Turkuensis. [Online]. Tersedia http://www.iteaconnect.org/Conference/PATT/PATT10/Alamaki.pdf [8 Juni 2012].

Anderson. L. W. (2010). Pembelajaran Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barron et al. (1998). Doing With Understanding:Lessons From Research on Problem and Project-Based Learning. The journal of the learning sciences, 7 (3&4), 271-311.

Bereiter, C., & Scardamalia, M. (1993). Surpassing ourselves: An inquiry into the Nature and implication of expertise. La Salle, IL: Open Court.

Blumenfeld, et al. (1991). Motivating project-based learning: sustaining the doing, supporting the learning. Educational Psychologist, 26(3&4), 369-398.

Budhi, H. S. (2011). Laporan Mata Kuliah Studi Kasus. Laporan tidak diterbitkan. Bandung: SPs UPI.

Chanlin, L. Juan. (2008). Technology Integration applied to Project-Based Learning in Science. Innovations in Education and Teaching International Journal Taylor & Fraricis, Vol. 45 (1), 55—65. [Online]. Tersedia http://www. informaword.com/ [16 April 2012].

Cord. (2001). Contextual Learning Resource. [Online]. Tersedia: http://www.cord.org/lev2.cfm/65. [13 April 2012].

Chu W. K. S. (2010). Collaborative Inquiry Project-Based Learning: Effects on

Reading Ability and Interests. [Online]. Tersedia:

http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id=104578635&url=cf8fd0773285dde4 f1facfcdfd3966ac. [16 April 2012].

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 : Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas. Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berfikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:


(4)

100

Gaer, S. 1998. What is Project-Based Learning? [Online]. Tersedia http://members.aol.com/CulebraMom/pblprt.html. [8 Juni 2012].

Ginting, A. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humainora.

Gipps, C. (1994). What We Know about Effective Primary Teaching. Dalam Jill Bourne (Ed.). Thinking Through Primary Practice. London: The Open University.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [12 April 2012].

Hung, D.W. & Chen, D.T. (2000). Appropriating and Negotiating Knowledge. Educational Technology. Education Resources Information Center 40(3), 29—32.

Hung, D.W. & Wong, A.F.L. (2000). Activity Theory as a Framework fo Project Work in Learning Environments. Educational Technology, Education Resources Information Center. 40(2), 33—37.

Karim, S. dkk. (2009). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Koswara, T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP.

Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Kuslan, L. & A.H. Stone. (1969). Teaching children science: an inqury approachs. California. Wadsworth: Publishing Company, Inc.

Margo, M. C. (1997), Science and Technology, Manila. The Book Media Press. Martin, M. O. et al. (2000). TIMSS 1999. International Science Report. Boston:

Boston University.

Maxwell, N., Bellisimo, Y. & Mergendoller, J. (1999). Problem-Based Learning: Modifying the Medical School Model for Teaching High School Economics. Journal The Social Studies, 92 (2), 73-78.

Mayer, R. E. (1992). Cognition and Instruction : Their Historic Meeting Within Educational Psychology. Journal of Educational Psychology, 84(4) 405-412.


(5)

101

Mergendoller, J. R. & Thomas, J. W. (2000). Managing Project Based Learning: Principles from the Field. Novato, CA: Buck Institute for Education. Millan Mc. J. (2001). Research in Education a Conseptual Introduction. New

York & London: Longman.

Nickerson, R. S. (1985). The Teaching of Thinking, New Jersey: Lawrence Erbaum Associate Publishers.

Nursito. (2000). Kiat Menggali Kreativitas. Yokyakarta: Mitra Gama Widya Press J. H. (1987). Rahasia Sehari-Hari Penemuan dalam Alam dan Bidang

Teknik. Bandung: Angkasa

Pullaila, A. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: SPs UPI.

Ravitz, J. (2009). Introduction: Summarizing Findings and Looking Ahead to a New Generation of PBL Research. Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning: 3 (24), 4-11.

Renata, H. (2008). “Effective Teaching Methods Project-based Learning in

Physics”. US-China Education Review: USA. [Online]. Tersedia

http://www.keepandshare.com/.../pbl-physics-pdf-fe [12 Desember 2011]. Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Simon, B. (1996). Toward a Model of Workplace Learning : The Learning Curriculum. Studies in Continuing Education, 18 (1), 43-58.

Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sund R. R. dan Trowbrbge, L. W. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School, 22nd ed. Ohio: Charles E., Merill Pub. Company, A Bell & howell Company.

Suwarna, I. P. (2005). Model Pembelajaran Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tesis, Bandung: PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Suparno, Paul. (2009). Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.


(6)

102

Thomas, J. W. (2000). A review of Research on PBL. Vol/2,). [Online]. Tersedia http://www.bobpearlman.org/BestPractices/PBLResearch.pdf [2 April 2012).

Thomas, J. W. Mergendoller, J. R. & Michaelson, A. (1999). Project-Based Learning: A Handbook for Middle and High School teachers. [Online]. Tersedia http://www. Bgsu.edu/organization/ctl/proj.html. [8 Juni 2012]. Torrance, E. P. (1990). The Torrance tests of creative thinking norms-technical

manual figural (streamlined) forms A & B. Bensenville, IL: Scholastic Testing Service, Inc.

Torrance, EP. & Safter, H.T. (1999). Making the Creative Leap and Beyond. Buffalo, NY: Creative Education Foundation Press.

Vancleave J. (2003). A+ Proect in Physics Winning Experiments for Scinece Fairs and Extra Credit. Bandung: Pakar Raya.

Yalcin. A. et al. (2009). The Effect of Project Based Learning on Science Undergraduates’ Learning of Electricity, Attitude towards Physics and Scientific Process Skills. International Online Journal of Educational Sciences, 1 (1), 81-105.

Wenning, J. (2010). ”Level Of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Scinece”. Journal Physic Teacher Online. Vol/no:5/4. [Online]. Tersedia http://www.phy.ils tu.edu/jpeteo [12 November 2011].