PENGARUH ORIENTASI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA SISWA SLTA PADA PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Asumsi ... 15

F. Hipotesis ... 15

G. Metode Penelitian ... 16

H. Lokasi Penelitian ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Budaya Politik ... 18

1. Pengertian Budaya Politik ... 18

2. Tipe-Tipe Budaya Politik ... 20

3. Budaya Politik di Indonesia ... 24

A. Orientasi Politik ... 26

C. Partisipasi Politik ... 29

1. Karakteristik Partisipasi Politik ... 29


(2)

3. Fungsi Partisipasi Politik ... 39

4. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik ... 40

C. Perilaku Politik Pemilih Pemula ... 48

D. Pemilihan Umum Kepala Daerah ... 52

E. Penelitian Terdahulu ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 60

B. Prosedur Penelitian ... 61

C. Populasi dan Sampel ... 64

D. Definisi Operasional ... 67

E. Variabel Penelitian ... 68

F. Teknik Pengumpulan Data ... 71

G. Teknik Analisis Data ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 87

1. Sejarah Kabupaten Cianjur ... 87

2. Profil Kabupaten Cianjur ... 91

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 93

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 168

B. Rekomendasi ... 170

DAFTAR PUSTAKA ... 174 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Bentuk-bentuk Partisipasi Politik ... 35

Tabel 3.1 Jumlah Populasi ... 64

Tabel 3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 66

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 69

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 74

Tabel 3.5 Hasil Uji Daya Beda Variabel X1 ... 77

Tabel 3.6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Variabel X 1 ... 77

Tabel 3.7 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81

Tabel 3.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 82

Tabel 4.1 Penafsiran Data ... 93

Tabel 4.2 Kondisi Orientasi Kognitif Pemilih Pemula Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 104

Tabel 4.3 Descriptive Statistics Kondisi Orientasi Kognitif Pemilih Pemula Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 105

Tabel 4.4 Kondisi Orientasi Afektif Pemilih Pemula Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 119

Tabel 4.5 Descriptive Statistics Kondisi Orientasi Afektif Pemilih Pemula Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 120

Tabel 4.6 Kondisi Orientasi Evaluatif Pemilih Pemula Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 129

Tabel 4.7 Descriptive Statistics Kondisi Orientasi Evaluati Pemilih Pemula Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 130

Tabel 4.8 Jumlah Responden Yang Mengikuti Diskusi dan Debat Politik Peserta Pemilukada Kabupaten Cianjur Tahun 2011 ... 133

Tabel 4.9 Kondisi Partisipasi Politik Pemilih Pemula Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 138

Tabel 4.10 Descriptive Statistics Kondisi Partisipasi Politik Pemilih Pemula Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 139


(4)

Tabel 4.11 Korelasi Antar Variabel ... 141

Tabel 4.12 Korelasi Berganda ... 142

Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi ... 144


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Piramida Partisipasi Politik ... 33

Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian ... 63

Gambar 3.2 Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 68

Gambar 3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 83

Gambar 4.1 Diagram Pengetahuan Responden Tentang Negara ... 94

Gambar 4.2 Diagram Pengetahuan Responden Tentang Wilayah Negara Indonesia ... 95

Gambar 4.3 Diagram Pengetahuan Responden Tentang Sistem Politik Indonesia ... 96

Gambar 4.4 Diagram Pengetahuan Responden Tentang Pemimpin Negara ... 98

Gambar 4.5 Diagram Pengetahuan Responden Tentang Pemimpin Daerah Jawa Barat... 99

Gambar 4.6 Diagram Pengetahuan Responden Tentang Sistem Pemilukada ... 101

Gambar 4.7 Diagram Pengetahuan Responden Tentang Pelaksanaan Pemilukada Kabupaten Cianjur Tahun 2011 ... 102

Gambar 4.8 Diagram Pengetahuan Responden Tentang Peserta Pemilukada Kabupaten Cianjur Tahun 2011 ... 103

Gambar 4.9 Diagram Kondisi Orientasi Kognitif Pemilih Pemula Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 105

Gambar 4.10 Diagram Perasaan Responden Terhadap Kekuasaan Negara ... 107

Gambar 4.11 Diagram Perasaan Responden Terhadap Kondisi Politik Negara ... 108

Gambar 4.12 Diagram Perasaan Responden Terhadap Sosialisasi Pemilukada ... 109


(6)

Gambar 4.13 Diagram Perasaan Responden Terhadap Kampanye

Pemilukada ... 110 Gambar 4.14 Diagram Perasaan Responden Terhadap Pelaksanaan

Pemilukada ... 112 Gambar 4.15 Diagram Perasaan Responden Terhadap Hasil

Pemilukada ... 113 Gambar 4.16 Diagram Perasaan Responden Terhadap Pemimpin

Negara ... 115 Gambar 4.17 Diagram Perasaan Responden Terhadap Peserta

Pemilukada ... 116 Gambar 4.18 Diagram Perasaan Responden Terhadap Pemenang

Pemilukada ... 118 Gambar 4.19 Diagram Kondisi Orientasi Afektif Pemilih Pemula

Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 119 Gambar 4.20 Diagram Kriteria Pilihan Responden Untuk Sosialisasi

Pemilukada ... 121 Gambar 4.21 Diagram Kriteria Pilihan Responden Untuk Kampanye

Pemilukada ... 122 Gambar 4.22 Diagram Kriteria Pilihan Responden Untuk Pelaksanaan

Pemilukada ... 124 Gambar 4.23 Diagram Kriteria Pilihan Responden Untuk Pemimpin

Negara ... 126 Gambar 4.24 Diagram Kriteria Pilihan Responden Untuk Peserta

Pemilukada ... 127 Gambar 4.25 Diagram Kriteria Pilihan Responden Untuk Pemenang

Pemilukada ... 128 Gambar 4.26 Diagram Kondisi Orientasi Evaluatif Pemilih Pemula


(7)

Gambar 4.27 Diagram Jumlah Responden Yang Memberikan Suara Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten

Cianjur Tahun 2011... 132 Gambar 4.28 Diagram Jumlah Responden Yang Menyaksikan

Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten

Cianjur Tahun 2011... 135 Gambar 4.29 Diagram Jumlah Responden Yang Bergabung Dengan

Organisasi Untuk Mendukung Salah Satu Peserta

Pemilukada Kabupaten Cianjur Tahun 2011 ... 136 Gambar 4.30 Diagram Jumlah Responden Yang Mengikuti Pemilukada Kabupaten Cianjur Tahun 2011 Karena Kesadaran

Sendiri ... 137 Gambar 4.31Diagram Kondisi Partisipasi Politik Pemilih Pemula

Siswa SLTA di Kabupaten Cianjur ... 139 Gambar 4.32 Gambar Hasil Analisis Regresi ... 144 Gambar 4.33 Gambar Hasil Analisis Kontribusi ... 146 Gambar 4.34 Diagram Pengaruh Orientasi Politik Terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula Siswa SLTA ... 164


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan sistem demokrasi. Pada sistem demokrasi, rakyat memiliki peran penting di dalam urusan negara atau kekuasaan pemerintah berada di tangan rakyat. Hal ini sesuai dengan pendapat Abraham Lincoln yang mengatakan bahwa “demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.

Dalam negara yang berkedaulatan rakyat atau demokrasi, setiap warga negara berhak untuk ikut serta atau berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan politik, baik secara langsung maupun melalui perwakilan. Hal ini karena kepentingan warga negara menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintah negara yang demokrasi.

Salah satu indikator implementasi penyelenggaraan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat (demokrasi), yaitu adanya partisipasi politik dalam bentuk keterlibatan rakyat pada pesta demokrasi (pemilu). Semakin tinggi partisipasi politik menunjukkan bahwa rakyat terlibat dalam kegiatan negara, sebaliknya semakin rendah partisipasi politik menunjukkan bahwa rakyat kurang berminat dalam kegiatan negara.

Sehubungan dengan hal tersebut, Huntington dan Nelson (1994: 25) menjelaskan bahwa:


(9)

2

Peranan partisipasi politik dalam masyarakat merupakan suatu fungsi dari prioritas-prioritas yang diberikan kepada variabel-variabel dan tujuan-tujuan dan dari strategi pembangunan secara keseluruhan. Keterlibatan politik adalah baik bagi masyarakat, hal itu membuat demokrasi lebih bermakna dan membuat pemerintah lebih tanggap, itu merupakan hal yang baik secara individu, karena akan membuat berkembang menjadi individu yang bermoral dan warga negara yang bertanggung jawab dalam masyarakat.

Keterlibatan politik itu dapat diwujudkan dalam bentuk kontrak sosial yang dibuat oleh rakyat melalui perwakilannya untuk mendelegasikan kekuasaannya kepada pemerintah yang dipilihnya. Pembuatan kontrak sosial tersebut pada tingkat nasional dilakukan melalui Pemilihan Umum (Pemilu) dan untuk tingkat lokal dilakukan melalui Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Pemilu di tingkat nasional merupakan sarana demokrasi untuk memilih presiden, wakil presiden, dan anggota DPR. Adapun pemilukada untuk memilih gubernur, wakil gubernur, bupati/walikota, wakil bupati/wakil walikota dan anggota DPRD.

Pemilihan umum merupakan salah satu indikator stabil dan dinamisnya demokratisasi suatu bangsa. Sebagai konsekuensi negara demokrasi, Indonesia telah menyelenggarakan sepuluh kali pemilu secara periodik, yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009. Akan tetapi penyelenggaraan pemilu yang benar-benar dianggap memenuhi standar demokrasi global, yaitu pemilu tahun 1999. Hal ini karena pemilu tahun 1999 dilaksanakan di era Reformasi setelah proses demokratisasi pemilu-pemilu sebelumnya tidak mampu menghasilkan nilai-nilai demokrasi yang matang akibat sistem politik yang otoriter.


(10)

3

Partisipasi politik rakyat tidak lepas dari kondisi atau sistem politik yang sedang berproses. Sistem kepolitikan bangsa Indonesia hingga dewasa ini telah berkali-kali mengalami perubahan, mulai dari Orde Baru sampai pada Reformasi. Disadari bahwa reformasi sering dimaknai sebagai era yang lebih demokratis. Tingkat partisipasi politik di Indonesia pada Pemilu 1955 mencapai 91,4%, Pemilu 1971 mencapai 96,6%, Pemilu 1977 dan Pemilu 1982 mencapai 96,5%, Pemilu 1987 mencapai 96,4%, Pemilu 1992 mencapai 95,1%, Pemilu 1997 mencapai 93,6%, Pemilu 1999 mencapai 92,6%, Pemilu 2004 mencapai 84,1%, dan Pemilu 2009 mencapai 70,9% (www.kpu.com diakses pada tahun 2010).

Tahapan demokrasi bangsa Indonesia kembali diuji pada pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) langsung yang dilaksanakan sejak 2005, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Sebagai proses dari transformasi politik, makna pemilukada selain merupakan bagian dari penataan struktur kekuasaan makro agar lebih menjamin berfungsinya mekanisme check and balances di antara lembaga-lembaga politik dari tingkat pusat sampai daerah, masyarakat mengharapkan pula agar pemilukada dapat menghasilkan kepala daerah yang akuntabel, berkualitas, legitimate, dan peka terhadap kepentingan masyarakat.

Dalam konteks pemilukada, negara memberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah untuk menentukan sendiri segala bentuk kebijaksanaan yang menyangkut harkat dan martabat masyarakat di daerah. Masyarakat di daerah yang selama ini hanya sebagai penonton proses politik pemilihan yang


(11)

4

dipilih oleh DPRD, saat ini menjadi pelaku atau voter (pemilih) yang akan menentukan terpilihnya gubernur dan wakil gubernur, walikota dan wakil walikota serta bupati dan wakil bupati.

Sistem pemilukada langsung lebih menjanjikan dibandingkan sistem yang telah berlaku sebelumnya. Pemilukada langsung diyakini dapat memperluas partisipasi politik masyarakat di daerah sehingga mereka memiliki kesempatan untuk memilih secara bebas pemimpin daerahnya tanpa suatu tekanan, intimidasi, floating mass (massa mengambang), kekerasan politik, dan penekanan jalur birokrasi. Hal ini dapat dikatakan bahwa pemilukada merupakan momentum yang cukup tepat munculnya berbagai varian preferensi pemilih yang menjadi faktor dominan dalam melakukan tindakan atau perilaku politiknya.

Salah satu karakteristik yang menandai sistem politik demokrasi adalah adanya partisipasi politik yang berkualitas yaitu dengan pemberian suara secara cerdas oleh warga negara dalam pemilu maupun pemilukada. Gaffar (2006:8) menyatakan bahwa:

Dalam suatu negara demokrasi, pemilu dilaksanakan secara teratur. Setiap warga negara yang sudah dewasa mempunyai hak untuk memilih dan dipilih dan bebas menggunakan haknya tersebut sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Dia bebas untuk menentukan partai atau calon mana yang akan didukungnya, tanpa ada rasa takut atau paksaan dari orang lain. Pemilih juga bebas mengikuti segala macam aktivitas pemilihan, termasuk di dalamnya kegiatan kampanye dan menyaksikan perhitungan suara.

Namun, dalam kondisi warga negara saat ini tidak dengan mudah untuk bisa mewujudkan partisipasi yang berkualitas cerdas tersebut, dikarenakan


(12)

5

keadaan pemilih atau warga negara Indonesia masih banyak yang belum paham akan hakikat hak dan kewajiban politik sebagai warga negara yang sesungguhnya. Kemudian hal tersebut diperparah dengan kondisi pengetahuan warga negara yang masih minim yang berimplikasi kepada sikap politik yang mudah dipengaruhi orang lain. Hal ini terutama terjadi di kalangan pemilih pemula.

Pemilih pemula yaitu mereka yang merupakan kelompok warga negara yang baru pertama kali mengikuti pemilihan, yang rentang usianya antara 17-21 tahun dan berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, serta pekerja muda. Biasanya partisipasi pemilih pemula dalam pemilu maupun pemilukada masih hanya sekadar memilih atau asal ikut tanpa diikuti dengan kepahaman, kesadaran, dan tidak lebih dari sekedar aksi ritual yang lebih mensyaratkan untuk digugurkan dan tanpa makna. Sehingga penggunaan hak politiknya terkesan tidak diiringi dengan pendidikan politik (political education) yang memadai yang dikhawatirkan akan memicu lahirnya eksploitasi politik dikalangan pemilih pemula ini.

Kekeliruan pandangan umum tentang politik di kalangan remaja yang tergolong sebagai pemilih pemula tampaknya dapat kita pahami, karena kekaburan pandangan politik menjadi besar karena pengalaman-pengalaman di masa lalu dalam praktek kehidupan politik yang lebih menampilkan aspek negatif sehingga menumbuhkan citra yang negatif pula, seperti masih ada fenomena politik uang (money politic) atau politik praktis yang memaksakan kehendak untuk kepentingan sesaat bagi golongan politik tertentu. Selain itu,


(13)

6

politik selalu diidentikan sebagai urusan yang pelajar ataupun mahasiswa tidak perlu tahu, karena tugas utama mereka hanya belajar tanpa harus memikirkan nasib bangsa. Jika hal seperti ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan memicu lahirnya eksploitasi politik di kalangan pemilih pemula yang implikasinya dikemudian hari menyebabkan tidak akan tercapainya negara yang sejahtera yang selalu memperhatikan aspirasi warga negaranya.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rosmiati (2005) yang menunjukkan bahwa pengetahuan siswa terhadap pemilu umumnya melihat pemilu sebagai bagian dari demokrasi yang harus bersifat luber (langsung umum bebas rahasia) dan jurdil (jujur adil), tetapi sebagian besar dari mereka tidak mengetahui secara jelas mengenai peraturan dan mekanisme Pemilu 2004 dibandingkan pemilu sebelumnya. Pengetahuan sebagian besar yang terbatas berkaitan dengan sumber informasi terbesar yang mereka miliki, yaitu sekolah. Informasi ini dianggap tidak cukup, karena siswa menganggap bahwa pemilu dan politik pada umumnya hanya dibahas secara normatif dari pada menganalisis kenyataan dan peristiwa politik yang terjadi di sekitar mereka, sehingga mengakibatkan pemahaman pemilu sebagai hakekat dari pembelajaran politik tidak diperoleh siswa. Sebagian besar informasi pemilu diperoleh dari media massa yang memberikan informasi pemilu, tidak hanya berkaitan secara normatif dan teknis, tetapi memberikan gambaran proses politik yang terkait dengan Pemilu 2004, sehingga kaitan normatif dengan konteks sosial politik yang aktual memberikan pengaruh yang positif terhadap penerapan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap isu Pemilu 2004.


(14)

7

Pada Tanggal 10 Januari 2011 yang lalu masyarakat Kabupaten Cianjur telah melaksanakan pemilukada untuk memilih bupati dan wakil bupati periode 2011-2016. Terdapat enam pasang calon bupati dan wakil bupati, yang terdiri dari lima pasangan diusung partai politik dan satu pasangan dari jalur perseorangan (independen). Keenam pasang calon tersebut menurut data dari KPU Kabupaten Cianjur (2011), yaitu sebagai berikut:

1. Pasangan Hidayat Atori - U Suherlan (Hidayah) secara perseorangan atau independen;

2. Pasangan Dadang Sufianto - RK Dadan (Dangdan) yang diusung koaliasi PKS, Hanura, Gerindra, dan PKPB;

3. Pasangan Hidayat Makbul - Sumitra (Hamas) yang diusung PDIP beserta 12 parpol non parlementer;

4. Pasangan Ade Barkah - Kusnadi Sundjaja (Abadi) yang diusung Partai Golkar;

5. Pasangan Tjetjep Muchtar Soleh - Suranto (Cerdas) yang diusung koalisi Partai Demokrat, PBB, PAN, serta PPRN; dan

6. Pasangan Maksana Sumitra - Ade Sanoesi (Maksad) yang diusung koalisi PPP dan PKB.

Dalam Pemilukada Kabupaten Cianjur 2011 ini, terdapat 2.228.146 daftar pemilih tetap (DPT) yang dapat menggunakan hak pilihnya di 3.740 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di 33 Kecamatan dan 348 desa. Dari jumlah 2.228.146 DPT, terdapat 724.827 orang pemilih pemula atau


(15)

8

pemilih yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya (KPU Kabupaten Cianjur, 2011).

Hasil penghitungan suara KPU Kabupaten Cianjur dalam rapat pleno pemungutan suara, memutuskan bahwa suara terbanyak diperoleh pasangan Tjetjep Muchtar Soleh - Suranto (Cerdas) dengan memperoleh suara 40,58% dari total suara. Urutan kedua diperoleh pasangan Dadang Sufianto - RK Dadan (Dangdan) dengan raihan suara 26% dan ketiga diperoleh pasangan Ade Barkah - Kusnadi Sundjaja (Abadi) dengan raihan suara 18%. Namun pemilukada ini harus diulang karena pasangan nomor urut 1 yaitu pasangan Hidayat Atori - U Suherlan (Hidayah), pasangan no urut 2 yaitu pasangan Dadang Sufianto - RK Dadan (Dangdan), dan pasangan no urut 6 yaitu pasangan Maksana Sumitra - Ade Sanoesi (Maksad) menggugat hasil penghitungan suara KPU Cianjur ke Mahkamah Konstitusi (MK). Dalam gugatannya mereka meminta dilakukan pemilihan ulang dengan alasan banyaknya terjadi kecurangan terutama dalam masalah jumlah daftar pemilih tetap. Akhirnya MK mengabulkan pemilihan ulang di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Cianjur, Kecamatan Cipanas, Kecamatan Pacet, dan Kecamatan Mande.

Pemungutan suara ulang pun akhirnya dilaksanakan secara serentak di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Cianjur, Kecamatan Cipanas, Kecamatan Pacet, dan Kecamatan Mande pada tanggal 21 Maret 2011 yang lalu. Berdasarkan hasil perhitungan suara KPU Kabupaten Cianjur, diperoleh pasangan Tjetjep Muchtar Soleh - Suranto (Cerdas) masih menguasai perolehan suara dalam pemilihan ulang. Dari empat kecamatan yang melaksanakan pemilihan ulang, pasangan


(16)

9

Tjetjep Muchtar Soleh - Suranto menguasai di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Cianjur dan Kecamatan Pacet. Sehingga telah diputuskan bahwa pemenang Pemilukada Kabupaten Cianjur tahun 2011 adalah pasangan Tjetjep Muchtar Soleh – Suranto yang akan menjabat sebagai bupati dan wakil bupati Kabupaten Cianjur untuk periode 2011 hingga 2016.

Berdasarkan dua kali pemilukada yang telah dilaksanakan di Kabupaten Cianjur tahun 2011, ternyata diketahui hanya sekitar 60% saja masyarakat yang berpartisipasi dalam pemilukada. Menurut Kepala Satuan Divisi Pemilihan dan Sosialisasi Kabupaten Cianjur yaitu Saiful Ulum menyatakan bahwa “dari beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS), tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada ini menurun dibandingkan dengan pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) yang lalu. Partisipasi pemilih pada Pemilukada Cianjur ini diperkirakan hanya 60 persen saja” (KPU Kabupaten Cianjur, 2011).

Dengan diketahui jumlah partisipasi Pemilukada Kabupaten Cianjur tahun 2011 yang diperkirakan hanya 60%, maka dapat diketahui bahwa jumlah golput dalam Pemilukada Kabupaten Cianjur tahun 2011 diperkirakan sekitar 40%. Hal ini tentu saja tergolong adanya penambahan jumlah golput jika dibandingkan dengan angka golput pada Pemilukada Kabupaten Cianjur periode sebelumnya yaitu tahun 2006, dimana jumlah golput mencapai 35%. Selain itu jika dibandingkan dengan angka golput Pilkada Bandung dan Pilkada Kabupaten Karawang tahun lalu yang jumlah golputnya hanya mencapai 25% saja, golput Pemilukada Kabupaten Cianjur tahun 2011 masih terbilang tinggi..


(17)

10

Ulum (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi politik masyarakat dalam pelaksanaan pemilukada Kabupaten Cianjur tahun 2011, yaitu salah satunya adalah ketidakpercayaan terhadap para calon atau peserta pemilukada. Lebih jelasnya lagi Ulum (2011) menyatakan bahwa:

Ketidakpercayaan terhadap pemimpin karena tidak adanya perubahan pembangunan setelah memilih. Masyarakat yang apriori, faktornya banyak, faktor ketidakpercayaan terhadap pemimpin karena tidak ada perubahan setelah memilih, jenuh, orang-orang yang tidak puas dengan penyaluran politik sebelumnya itu bisa mempengaruhi. Selain itu, partisipasi politik masyarakat juga dipengaruhi oleh kebudayaan politik masyarakat atau orientasi politik.

Orientasi politik menurut Almond dan Verba (1990:16) menyatakan bahwa orientasi politik mencakup aspek-aspek sebagai berikut :

(1) Orientasi kognitif, yaitu pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala kewajibannya, serta input, dan outputnya; (2) Orientasi afektif, yaitu perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor dan penampilannya; (3) Orientasi evaluatif, yaitu keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi, dan perasaan. Dari pendapat Almond dan Verba tersebut dapat diketahui bahwa orientasi politik itu terdiri atas orientasi kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan politik, orientasi afektif berhubungan dengan perasaan sistem politik, dan orientasi evaluatif berhubungan dengan keputusan politik. Semua orientasi politik tersebut akan berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat termasuk partisipasi politik pemilih pemula.

Dalam Studi hasil temuan Tim Litbang Bali Post (2004) dalam jajak pendapat terhadap 150 siswa kelas tiga pada beberapa SMA Negeri di Denpasar


(18)

11

yang telah mengikuti simulasi pemilu menjelang Pemilu 2004 yang lalu, setidaknya bisa memberikan gambaran orientasi politik mereka sebagai pemilih pemula pada Pemilu 2004 yang lalu. Hasilnya adalah orientasi politik kognitif pemilih pemula ternyata tidak mengenal calegnya, baik yang duduk di DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota dimana persentase ketidaktahuannya itu mencapai lebih dari 80%. Sedangkan untuk orientasi politik afektif pemilih pemula ternyata perasaan terhadap sistem politik terutama perasaan terhadap simulasi politik, sebanyak 45,6% menyatakan bahwa simulasi politik membantu mempermudah teknis pencoblosan mereka. Dalam orientasi politik evaluatif pemilih pemula tentang keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik hasilnya adalah sebanyak 35,8% merasa tidak yakin dan 44% merasa ragu akan apa yang dipilih mereka nanti bisa menyelesaikan persoalan ekonomi, politik dan keamanan.

Berdasarkan kondisi Pemilukada Kabupaten Cianjur Tahun 2011 yang dilaksanakan sebanyak dua kali karena terjadi pemungutan suara ulang di empat kecamatan dengan tingkat partisipasi yang tidak terlalu besar, baik dalam pemungutan suara pertama dan kedua yang tingkat partisipasinya hanya sekitar 60%, serta hasil penelitian Rosmiati (2005) dan studi hasil temuan Tim Litbang Bali Post (2004), maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh orientasi politik terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011.


(19)

12 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka penulis mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu : "Bagaimanakah orientasi politik mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011?"

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh orientasi kognitif terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Cianjur Tahun 2011?

2. Bagaimana pengaruh orientasi afektif terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Cianjur Tahun 2011?

3. Bagaimana pengaruh orientasi evaluatif terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Cianjur tahun 2011?

4. Bagaimana pengaruh antara orientasi politik terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Cianjur tahun 2011?


(20)

13 C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara orientasi politik mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan partisipasi politik bagi pemilih pemula siswa SLTA. Tujuan umum tersebut dijabarkan kedalam tujuan secara khusus, yaitu untuk:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam bagaimanakah pengaruh orientasi kognitif terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Cianjur Tahun 2011.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam bagaimanakah pengaruh orientasi afektif terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Cianjur Tahun 2011.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam bagaimanakah pengaruh orientasi evaluatif terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Cianjur Tahun 2011.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam bagaimanakah pengaruh orientasi politik terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa


(21)

14

SLTA pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Cianjur Tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bersifat teoritik dan praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Teoritik

Penelitian ini sebagai salah satu kajian politik dan pemerintahan, terutama berkaitan dengan orientasi politik, budaya politik dan partisipasi politik warga negara.

2. Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai bahan untuk mengetahui pengaruh orientasi politik terhadap partisipasi politik pemilih pemula, sehingga dapat meningkatkan pendidikan politik pemilih pemula melalui Pendidikan Kewarganegaraan di tingkat persekolahan.

b. Bagi pemilih pemula, penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan politik dan partisipasi politik, sehingga akan tercipta orientasi politik yang baik dan partisipasinya dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah tidak hanya sekedar memilih atau asal ikut dan tidak lebih dari sekedar aksi ritual yang lebih mensyaratkan untuk digugurkan, tetapi diikuti dengan kepahaman dan berpolitik yang baik.


(22)

15

c. Bagi Pemerintah, Komisi Pemilihan Umum dan Partai Politik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran agar senantiasa memberikan pendidikan politik dan sosialisasi politik khususnya kepada pemilih pemula, sehingga demokrasi tidak hanya menjadi milik orang dewasa tetapi milik semua pihak.

E. Asumsi

Asumsi-asumsi merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti. Asumsi-asumsi ini diperlukan untuk memperkuat permasalahan, membantu peneliti dalam menjelaskan penetapan objek penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengumpulan data. Penelitian ini dilaksanakan atas dasar asumsi bahwa orientasi politik yang terdiri dari orientasi kognitif, afektif dan evaluatif dapat mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA.

F. Hipotesis

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, telah ditetapkan hipotesis sebagai berikut.

Hipotesis Mayor

“Orientasi politik berpengaruh terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA”


(23)

16 Hipotesis Minor

1. Orientasi kognitif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011.

2. Orientasi afektif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011.

3. Orientasi evaluatif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011.

4. Orientasi politik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011.

G. Metode Penelitian

Menurut jenis pendekatan, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berupa angka-angka. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan teknik survey. Metode deskriptif-analitis dalam penelitian dioperasionalkan dengan menggunakan statistik inverensial yaitu untuk menganalisis data sampel dan hasilnya digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil. (Sugiyono, 2001:14).


(24)

17

Metode deskriptif analitis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik survey, karena mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan angket sebagai alat pengukur data pokok. Mc Millan dan Schumacher (2001: 304) menyatakan bahwa “dalam penelitian survey, peneliti menyeleksi suatu sampel dari responden dan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi terhadap variabel yang menjadi perhatian peneliti. Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari populasi tertentu”. Kerlinger (2002: 267) juga menyatakan bahwa “para peneliti survey mengambil sampel dari banyak responden yang menjawab sejumlah pertanyaan. Mereka mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman, atau karakteristik dari suatu fenomena”.

Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan instrumen angket. Adapun teknik pengumpulan data pendukung yang digunakan adalah observasi lapangan, dan studi dokumentasi sesuai kebutuhan. Hasil kedua teknik tersebut digunakan untuk memperdalam atau memperkuat data yang diperoleh melalui angket.

H. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri, SMK Negeri dan MA Negeri yang berada di Kabupaten Cianjur dimana siswa kelas XII-nya telah mengikuti pelaksanakan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011.


(25)

60 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang dilambangkan dengan simbol matematik atau angka-angka, dan dibantu dideskripsikan secara kuantitatif (Nawawi, 1991: 150). Dalam penelitian ini pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur banyak variabel dan membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman, atau karakteristik dari suatu fenomena.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif dan metode survey. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. Disamping itu, penelitian ini juga menggunakan teori-teori, data-data dan konsep-konsep sebagai kerangka acuan untuk menyelesaikan hasil penelitian, menganalisis dan sekaligus menjawab persoalan yang diteliti.


(26)

61

Adapun metode survey karena mengambil sampel berdasarkan populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengambilan data. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Mc Millan & Schumaker (2001: 304) yang menyatakan bahwa “dalam penelitian survey, peneliti menyeleksi suatu sampel dari responden dan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi terhadap variabel yang menjadi perhatian peneliti”. Kerlinger (2002: 267) juga menyatakan bahwa “para peneliti survey mengambil sampel dari banyak responden yang menjawab sejumlah pertanyaan. Mereka mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman, atau karakteristik dari suatu fenomena”.

Dengan demikian penelitian ini memiliki karakteristik sebagaimana diungkapkan Singleton dan Straits yaitu : 1) sejumlah besar responden dipilih melalui prosedur sampling probabilitas untuk mewakili sampling; 2) kuesioner sistematik digunakan untuk bertanya mengenai sesuatu mengenai responden, dan mencatat jawaban-jawaban mereka; dan 3) jawaban-jawaban tersebut dikode secara numerik dan dianalisis dengan bantuan teknik statistik.

B. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, prosedur penelitiannya dibedakan atas tahapan persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan.


(27)

62 1. Persiapan

Tahapan persiapan dalam penelitian ini meliputi: a. Merumuskan masalah penelitian

b. Pengembangan teori-teori yang berhubungan dengan orientasi politik dan partisipasi politik pemilih pemula.

c. Pembuatan hipotesis

d. Pembuatan instrumen penelitian

e. Penentuan unit analisis penelitian, yaitu SLTA di Kabupaten Cianjur, seperti SMA, MA, dan SMK

2. Pengumpulan Data

a. Data dari KPU Kabupaten Cianjur

b. Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur c. Data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur d. Penyebaran kuesioner pada responden

3. Analisis Data

Analisis data berupa analisis deskripsi, uji statistik regresi sederhana dan korelasi sederhana, uji statistik regresi ganda dan korelasi ganda.

4. Kesimpulan

a. Perumusan temuan penelitian


(28)

63

Bagan alur penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Gambar 3.1. Alur Prosedur Penelitian

Perumusan Masalah Penelitian

Pengembangan Teori Orientasi Politik dan Partisipasi

Politik Pemilih Pemula

Pembuatan Hipotesis Penelitian

Penyusunan Instrumen Penelitian

Penentuan Unit Analisis Penelitian

Pengumpulan Data

KPU Dinas Pendidikan Badan Pusat Statistik Kuesioner

Analisis Data

Regresi Sederhana dan Berganda

Korelasi Sederhana dan Berganda

Hasil Penelitian dan Kesimpulan


(29)

64 C. Populasi dan Sampel

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cianjur. Alasan pemilihan lokasi di Kabupaten Cianjur karena di Kabupaten Cianjur telah melaksanakan Pemilihan Umum Kepala Daerah sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 10 Januari 2011 dan pemungutan suara ulang dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2011 untuk pemilihan bupati dan wakil bupati periode 2011-2016. 1. Populasi

Istilah populasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu population yang artinya jumlah penduduk. Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. (Bungin, 2001: 101). Populasi dalam penelitian ini yaitu pemilih pemula yang berstatus sebagai siswa kelas XII SLTA di Kabupaten Cianjur yang meliputi SMA Negeri, MA Negeri, dan SMK Negeri karena rata-rata usia mereka sekitar 17-18 tahun yang sudah memenuhi persyaratan untuk mengikuti pemilukada, Adapun jumlah siswa kelas XII SLTA adalah 6.375 orang. Adapun rincian populasi dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.1. Jumlah Populasi

No Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Siswa

1 SMA Negeri 13 2790

2 MA Negeri 3 523

3 SMK Negeri 20 3062

JUMLAH 36 6375


(30)

65 2. Sampel

Sampelnya yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

Sampel penelitian ini adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel dengan cara menghitung jumlah sampel yang sesuai untuk mewakili populasi. Untuk menentukan jumlah sampel, digunakan rumus penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Issac dan Michael (Sugiyono, 2009: 128).

Tahapan pengambilan sampelnya dirinci sebagai berikut.

a. Pemilihan sekolah sebagai unit analisis dengan cara cluster sampling. Sekolah ditentukan berdasarkan pembagian wilayah pembangunan, yaitu Cianjur Utara, Cianjur Tengah, dan Cianjur Selatan.

b. Pembagian kategori SLTA yang meliputi SMA, MA, dan SMK di setiap wilayah pembangunan.

c. Penentuan jumlah sampel secara simple random sampling berdasarkan jumlah populasi siswa kelas XII SLTA yang diambil secara merata.


(31)

66

Tabel 3.2. Teknik Pengambilan Sampel

No Sumber Data Teknik

Sampling Hasil

1 Unit analisis : SLTA Negeri yang ada di Kabupaten Cianjur. Populasi : Siswa kelas XII SMA, MA, dan SMK Negeri se Kabupaten Cianjur yang berjumlah 6.375 orang.

Cluster Sampling

Dari 36 SLTA Negeri di Kabupaten Cianjur, diambil sampel berdasarkan wilayah pembanungan, dengan rincian: • Wilayah Cianjur Utara : 2 SMA,

1 MA dan 2 SMK.

• Wilayah Cianjur Tengah : 1 SMA, 1 MA dan 1 SMK.

• Wilayah Cianjur Selatan : 1 SMA dan 1 SMK

2 Jumlah sampel responden menggunakan tabel Issac dan Michael dalam Sugiono (2003, 99) untuk tingkat kesalahan 10% dari 6.375 yang dibulatkan jadi 7.000 sampelnya sebanyak 261 orang.

Simple Random Sampling

Sampel responden siswa terpilih dari tiap 10 SLTA tersebut dengan jumlah total 261 orang dengan rincian :

• SMAN 1 Cianjur : 36 orang. • SMAN 2 Cianjur: 35 orang. • SMAN 1 Sukanagara : 22 orang • SMAN 1 Sindangbarang : 21

orang.

• MAN Cianjur : 24 orang • MAN Tanggeung : 17 orang. • SMKN 1 Cianjur : 39 oraang. • SMKN 1 Pacet : 31 orang. • SMKN Pagelaran : 25 orang • SMKN 1 Cijati : 11 orang. Sumber : Hasil analisis,2011


(32)

67 D. Definisi Operasional

1. Orientasi Politik

Orientasi politik merupakan suatu cara pandang dari suatu golongan masyarakat dalam suatu struktur masyarakat. Orientasi politik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orientasi politik yang dikemukakan oleh Almond dan Verba (1990: 16), yaitu :

a. Orientasi kognitif, yaitu pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya; b. Orientasi afektif, yaitu perasaan terhadap sistem politik, peranan,

keberadaan aktor dan penampilannya; dan

c. Orientasi evaluatif, yaitu keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik yang melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan.

2. Partisipasi Politik

Partisipasi politik secara harfiah dapat diartikan sebagai keterlibatan atau keikutsertaan dalam kegiatan politik. Keterlibatan ini biasanya dilakukan dalam rangka memperoleh kebijakan-kebijakan pemerintah. Huntington dan Nelson membuat batasan partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuat keputusan oleh pemerintah. Partisipasi politik dilakukan orang dalam posisinya sebagai warga negara, bukan politikus ataupun pegawai negeri. Sifat partisipasi politik ini adalah sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara ataupun partai yang berkuasa pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik.


(33)

68 3. Pemilih pemula

Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali memilih. Jika dikaitkan dengan umur maka pemilih pemula ini diartikan sebagai pemilih yang ketika penyelenggaraan pemilu atau pilkada berusia 17 sampai 21 tahun. Pemilih pemula dicirikan antara lain berusia 17-20 tahun, baik itu yang masih duduk dibangku SLTA, perguruan tinggi (mahasiswa tingkat I dan tingkat II), serta orang yang sudah bekerja maupun belum bekerja yang berusia 17-21 tahun. Dalam penelitian ini, pemilih pemula yang diambil adalah siswa SLTA kelas XII baik siswa SMA, MA maupun SMK.

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, orientasi politik sebagai variabel bebas (X) yang terdiri dari orientasi kognitif (X1), orientasi afektif (X2), dan orientasi evaluatif (X3). Sedangkan yang menjadi variebel terikat (Y) adalah partisipasi politik. Adapun keterkaitan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut.

››

Gambar 3.2. Hubungan Antar Variabel Penelitian ORIENTASI KOGNITIF

(Variabel X1) ORIENTASI AFEKTIF

(Variabel X2)

ORIENTASI EVALUATIF (Variabel X3)

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA


(34)

69

Adapun rincian sub variebel dan indikator dapat dilihat pada tabel 3.3. sebagai berikut.

Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel

Penelitian Dimensi Indikator Alat Ukur

Orientasi Kognitif (Variabel X1)

1.Pengetahuan tentang negara dan sistem politik

1.Pengetahuan tentang definisi negara.

2.Pengetahuan tentang fungsi dan tujuan negara

3.Pengetahuan tentang wilayah negara Indonesia.

4.Pengetahuan tentang sistem politik Indonesia.

Tes Pilihan Ganda

2.Pengetahuan tentang elit politik

1.Pengetahuan tentang pemimpin negara. 2.Pengetahuan tentang

pemimpin daerah. Tes pilihan Ganda 3.Pengetahuan tentang sistem pemilihan umum kepala daerah (pemilukada)

1.Pengetahuan tentang sistem pemilukada.

2.Pengetahuan tentang pelaksanaan pemilukada. 3.Pengetahuan tentang calon

peserta pemilukada.

Tes Pilihan Ganda

Orientasi Afektif (Variabel X2)

1.Perasaan terhadap negara dan sistem politik.

1.Perasaan terhadap kekuasaan negara.

2.Perasaan terhadap kondisi politik negara.

Skala Sikap Likert

2.Perasaan terhadap pemilukada.

1.Perasaan terhadap sosialisasi pemilukada.

Skala Sikap Likert


(35)

70

2.Perasaan terhadap kampanye politik pemilukada.

3.Perasaan terhadap pelaksanaan pemilukada. 4.Perasaan terhadap hasil

pemilukada. 3.Perasaan terhadap

pemimpin / elit politik.

1.Perasaan terhadap pemimpin negara.

2.Perasaan terhadap peserta pemilukada.

3.Perasaan terhadap pemenang pemilukada.

Skala Sikap Likert

Orientasi Evaliatif (Variabel X3)

1.Kriteria pilihan dalam pemilukada.

1.Kriteria pilihan untuk sosialisasi pemilukada. 2.Kriteria pilihan untuk

kampanye politik pemilukada.

3.Kriteria pilihan untuk pelaksanaan pemilukada.

Skala Sikap Likert

2.Kriteria pilihan untuk pemimpin / elit politik.

1.Kriteria pilihan untuk pemimpin negara.

2.Kriteria pilihan untuk peserta pemilukada.

3.Kriteria pilihan untuk pemenang pemilukada. Skala Sikap Likert Partisipasi Politik (Variabel Y) Partisipasi Konvensional

1.Memberikan suara dalam pemilukada.

2.Mengikuti diskusi dan debat politik peserta pemilukada.

Skala Guttman


(36)

71

3.Mengikuti kampanye politik peserta pemilukada.

4.Membentuk organisasi untuk mendukung salah satu

peserta pemilukada.

Partisipasi Otonom Melakukan partisipasi politik dalam pemilukada karena keinginan dan kesadaran sendiri.

Skala Guttman

Sumber : Hasil analisis, 2011

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan instrumen angket (sumber data primer) didukung dengan observasi dan studi dokumentasi (sumber data sekunder). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada reponden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009: 199). Begitu juga Sudjana (1986: 7) mengungkapkan bahwa angket atau Quesionaire adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau pertanyaan yang telah disiapkan dan sisusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat. Dan dengan didukung observasi langsung ke lapangan dan studi dokumentasi, semoga peneliti mendapatkan data maupun informasi yang sahih untuk diolah.


(37)

72 1. Alat Ukur Penelitian

Variabel orientasi kognitif (X1) menggunakan angket soal tes pilihan ganda umum. Melalui angket ini diharapkan siswa dapat menjawabnya dengan pengetahuan yang mereka miliki. Jawaban yang tepat atau benar akan diberi bobot 1 dan jawaban yang salah akan diberi bobot nol.

Variabel orientasi afektif (X2) dan orientasi evaluatif (X3) diukur dengan menggunakan skala sikap Liker dengan empat option jawaban, yaitu : (a) sangat setuju; (b) setuju; (c) tidak setuju; dan (d) sangat tidak setuju. Jawaban diberi bobot atau skor 4,3,2,1. Keunggulan skala model ini adalah tidak mengukur aspek kemampuan seseorang untuk menjawab, sebab yang dituntut dalam skala ini bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal ini dengan benar berdasakann pengetahuannya, melainkan bagaimana perasaan mereka mereka terhadap suatu hal.

Variabel prtisipasi politik (Y) diukur dengan menggunakan skala Guttman dengan dua option jawaban saja, yaitu (a) ya; dan (b) tidak. Jawaban diberi boobot atau skor 1 untuk jawaban ya dan skor nol untuk jawaban tidak. Keunggulan skala model ini adalah akan mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

2. Uji Instrumen

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak


(38)

73

diukur. Prinsip suatu tes adalah valid dan tidak universal (Sukardi, 004: 112). Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Uji validitas angket dihitung dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment (Pearson), yaitu :

{

2 2

}{

2 2

}

) ( ) ( ) )( ( i i i i i i i i xy Y Y n X X n Y X Y X n r Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = keterangan :

rxy = koefisien korelasi

n = jumlah responden uji coba X = skor tiap item

Y = skor seluruh item responden uji coba

Sedangkan Uji signifikansi terhadap validitas dilakukan dengan menggunakan uji-t, yaitu :

) 1 ( ) 2 ( 2 xy xy hit r n r t − − =

dengan kriteria : Jika thitung > ttabel (alpha=5%, derajat kebebasan=n-2), maka butir item valid dan signifikan.

Instrumen dalam penelitian ini berupa angket yang disusun dari kisi-kisi yang telah dikembangkan. Sebelum angket ini digunakan, diujicobakan pada 30 siswa untuk mengukur validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas terhadap variabel Orientasi Kognitif (X1) dapat diketahui bahwa dari 22 pertanyaan, terdapat 15 pertanyaan yang valid dan 7 pertanyaan yang tidak valid,


(39)

74

yaitu pertanyaan no 2, 5, 9, 10, 12, 14, dan 16. Sedangkan perhitungan uji validitas terhadap variabel Orientasi Afektif (X2) diketahui bahwa dari 26 pertanyaan, terdapat 18 pertanyaan yang valid dan 8 pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan no 23, 27, 28, 30, 31, 33, 35, dan 36. Untuk variabel Orientasi Evaluatif (X3) hasil perhitungan uji validitasnya adalah dari 24 pertanyaan, terdapat 20 pertanyaan yang valid dan 4 pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan no 49,53, 55 dan 57. Dan untuk variabel Partisipasi Politik (Y) hasil perhitungan uji validitasnya adalah dari 18 pertanyaan, terdapat 15 pertanyaan yang valid dan 3 pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan no 73, 74, dan 90. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 3.4. Hasil Validitas Instrumen

Variabel Dimensi Variabel No. Soal Valid No. Soal Tidak Valid

Orientasi Politik (X)

Orientasi Kognitif (X1)

1,3,4,6,7,8,9,11,13,15,

16,17,18,19,20,21,22. 2,5,9,10,12,14,16. Orientasi Afektif

(X2)

24,25,26,29,32,34,37,38, 39,40,41,42,43,44,45,46, 47,48. 23,27,28,30,31,33, 35,36. Orientasi Evaluatif

(X3)

50,51,52,54,56,58,59,60, 61,62,63,64,65,66,67,68, 69,70,71,72. 49,53,55,57 Partisipasi Politik (Y) 75,76,77,78,79,80,81,82,

83,84,85,86,87,88,89 73,74,90 Sumber : Hasil penelitian, 2011

Adapun untuk soal yang tidak valid setelah melalui konsultasi dengan dosen pembimbing di sarankan soal tetap dipertahankan dengan perbaikan redaksi kalimat yang lebih disederhanakan sehingga mudah dipahami siswa dan option jawaban juga diperbaiki.


(40)

75

Syarat lainnya yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konisten dalam mengukur apa yang hendak diukur. Ini berarti semakin reabel suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa hasil yang sama jika dilakukan tes kembali. Dengan kata lain, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunkan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Untuk menentukan reliabilitas tes, hasil jawaban siswa dibagi dua kelompok, nomor ganjil dan genap, lalu dikorelasikan dengan menggunakan rumus korelasi Product Momen Pearson, untuk selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus Spearman- Brown seperti dibawah ini.

(

1212

)

2 1 2 1 11 1 2 r r r + × = Keterangan :

r1 = reliabilitas instrument

2 1 2 1

r = rxy = indeks korelasi ganjil genap.

Rxy dihitung dengan rumus korelasi Product Momen Pearson dalam Arikunto, (1987; 72).

(

) ( )( )

(

)

( )

(

(

)

( )

)

(

2 2 2 2

)

− − − = Y Y N X X N Y X XY N rxy


(41)

76 Keterangan :

rxy = Korelasi antara skor X dengan Y X = Jumlah skor tiap butir soal Y = Skor total

X = Jumlah nilai-nilai X

Y = Jumlah nilai-nilai Y

2

X = Jumlah kuadrat nilai-nilai X

2

Y = Jumlah kuadrat niali-nilai Y

Pedomannya adalah pemberian interpretasi terhadap reliabilitas pada umumnya digunakan patokan reliabiliatas (r1) uji coba sama dengan atau lebih dari 0,70 berarti hasil uji coba tesnya memiliki reliabilitas tinggi. Reliabilitas (r1) uji coba kurang dari 0,70 berarti hasil uji coba tesnya memiliki reliabilitas kurang (un-reliable).

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman- Brown dapat diketahui bahwa variabel orientasi kognitif (X1) diperoleh nilai 0,738. Untuk variabel orientasi afektif (X2) diperoleh nilai 0,853. Sedangkan untuk variabel orientasi evaluatif (X3) diperoleh nilai 0,850. Dan untuk variabel partisipasi politik (Y) diperoleh nilai 0,747. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa instrument variabel X1, X2, X3, maupun variabel Y termasuk instrument yang reliabel karena nilainya lebih dari 0,70.


(42)

77 b. Uji Daya Beda

Hasil uji daya beda terhadap variabel X1, yaitu vaiabel orientasi kognitif yang terdiri dari 22 pertanyaan dapat diketahui dalam tabel berikut.

Tabel 3.5. Hasil Uji Daya Beda Variabel X1

Kriteria Jumlah Pertanyaan Persentase Nomor Pertanyaan

Kurang 6 27,3% 2,5,9,10,12,16

Cukup 7 31,8% 1,3,4,11,14,20,22

Baik 9 40,9% 6,7,8,13,15,17,18,19,21

Jumlah 22 100% -

Sumber :Hasil penelitian, 2011

Berdasarkan hasil perhitungan uji daya beda, dapat diketahui bahwa terdapat 6 pertanyaan yang dianggap memiliki daya beda yang kurang, 7 pertanyaan dianggap cukup dan 9 pertanyaan dianggap baik.

c. Uji Tingkat Kesukaran

Hasil uji tingkat kesukaran terhadap variabel X1, yaitu vaiabel orientasi kognitif yang terdiri dari 22 pertanyaan dapat diketahui dalam tabel berikut.

Tabel 3.6. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Variabel X1

Kriteria Jumlah Pertanyaan Persentase Nomor Pertanyaan Mudah 12 54,5% 2,3,4,5,8,9,11,12,14,18,20,22

Sedang 9 40,9% 1,6,7,10,13,15,17,19,21

Sukar 1 4,5% 16

Jumlah 22 100% -

Sumber :Hasil penelitian, 2011

Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran tersebut dapat diketahui bahwa dari 22 pertanyaan, terdapat 12 pertanyaan atau sekitar 54,5% termasuk kategori mudah, 40,9% termasuk kategori sedang, dan sisanya yaitu 4,5% termasuk kategori sukar.


(43)

78 G. Teknik Analisis Data

Semua data yang kembali perlu dinilai secara tepat dan konsisten, karena setiap angket merefleksikan sosok individu yang telah memberikan kontribusi dan berpartisipasi dalam menjawab angket yang peneliti sebar.

Arikunto (2006: 235) menyatakan bahwa “setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera diolah. Ada tiga langkah dalam mengolah data, yaitu tahap persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan peneliti.

Kegiatan dalam analisi data adalah : mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Analisis data penelitian ini menggunakan statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipoteis dengan menggunakan teknik analisis korelasai dan regresi (Sugiyono, 2001: 14).

Untuk menguji hipotessis yang diajukan, selanjutnya digunakan langkah-langkah sebagai berikut :


(44)

79

1. Perubahan dari data ordinal ke data interval

Data harus merupakan data interval. Instrumen penelitian menggunakan data ordinal, oleh karena itu perlu digunakan perubahan data dari ordinal ke interval dengan menggunakan Methods Successive Interval (MSI).

2. Uji normalitas data

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat sejauh mana data yang diperoleh berdasarkan uji berdistribusi normal. Untuk menguji tingkat kenormalan dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov Tes. Dalam melakukan pengujian normalitas distribusi populasi ini, diajukan hipotesis sebagai berikut:

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengujian NPar Test Kolmogorov Smirnov memperlihatkan bahwa nilai Asymp.sig. (2-tailed) variabel X dan Y masing-masing nilainya sebagai berikut : X1 = 0,051; X2 = 0,200; X3 = 0,206; dan Y = 0,052. Hasil ini memperlihatkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai Asymp.sig. (2-tailed) > alpha (α). Dengan demikian, hasil pengujian menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini berarti data yang berasal dari populasi berdistribusi normal. Untuk hasil perhitungan yang lebih lengkap, dapat dilihat dalam lampiran.

Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Ha : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.


(45)

80 3. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett untuk variabel bebas X1, X2, dan X3. Kriteria homogenitas ditentukan dengan membandingkan nilai χ2 tabel dengan χ2 hitung. Kriteria homogen adalah jika χ2 tabel > χ2 hitung , maka dapat dikatakan bahwa variabel penelitian homogen.

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas dengan uji Bartlett menghasilkan nilai χ2 hitung = -20,36 sedangkan χ2 tabel = 3,84χ2 hitung < χ2 tabel dengan demikian variabel bebas penelitian adalah homogen. Untuk hasil perhitungan yang lebih lengkap, dapat dilihat dalam lampiran.

4. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance.

Pedoman untuk menentukan model regresi bebas multikolinieritas adalah: a. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1.


(46)

81

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS diperoleh data hasil sebagai berikut. Tabel 3.7. Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics

Tollerance VIF

Orientasi Kognitif 0,948 1,055

Orientasi Afektif 0,984 1,016

Orientasi Evaluatif 0,933 1,071

Sumber : Hasil penelitian 2011

Berdasarkan hasil perhitungan uji multikolinieritas tersebut, angka VIF pada semua variabel independent adalah di sekitar angka 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut mengalami bebas multikolinieritas.

5. Uji autokorelasi

Uji autokorelas menggunakan uji Durbin Watson dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi diantara data atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir memiliki varians tidak minimum, dan uji t tidak dapat digunakan karena akan menberikan kesimpulan yang salah. Mendeteksi autokorelasi dapat dilihat dari besaran Durbin Watson. Secara umum bisa diambil patokan :

• Angka D-W di bawah -2 berati ada autokorelasi positif.

• Angka D-W di antara -2 sampai +2 berati tidak ada autokorelasi. • Angka D-W di atas +2 berati ada autokorelasi negtif


(47)

82

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh data hasil uji autokorelasi sebagai berikut.

Tabel 3.8. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,511a ,261 ,253 2,128 2,079

a. Predictors: (Constant), Orientasi Evaluatif, Orientasi Afektif, Orientasi Kognitif b. Dependent Variable: Partisipasi Politik

Pada bagian Model Summary, terlihat angka Durbin-Watson sebesar +2,079. Hal ini berarti model regresi diatas tidak terdapat masalah autokorelasi 6. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah variasi redusial absolute sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Apabila asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas ini tidak dapat terpenuhi, maka penafsiran menjadi tidak efisien dan estimasi koefisien menjadi kurang akurat. Analisis uji heteroskedastisitas ini menggunkkn korelsai rank dari Spearman. Pedoman yang dilakukan yaitu jika chart menunjukkan adanya pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu, seperti titk-titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS diperoleh data sebagai berikut.


(48)

83

Gambar 3.3.Hasil Uji Heteroskedastisitas

7. Anaisis Korelasi

Anaisis korelasi yaitu suatu teknik pengujian hipotesis untuk menyatakan derajat tingkat hubungan antar variabel penelitian, yaitu hubungan antara variabel X1 dengan Y, dan X2 dengan Y, serta X3 dengan Y, yang secara simultan X dengan Y.

Uji hipotsis hubungn antar variabel penelitian dilakukan melalui uji korelasi sederhana (zero order), parsial, dan majemuk dengan teknik analisis Pearson Correlations. Interpretasi terhadap hubungan antar variabel , dilakukan bukan saja dengan mengkaji signifikansi hubungan antar vaariabel tetapi juga dengan menelaah kuat atau lemahnya korelasi.


(49)

84

a. Menghitung koefisien korelasi Product Moment.

r

=

(Sugiyono, 2009: 255) Keterangan :

r = koefisien korrelasi

= jumlah skor nilai butir faktor dari seluruh uji coba

= jumlah skor total seluruh butir atau kedua faktor dari keseluruhan responden uji coba

n = jumlah sampel

Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka dalam penelitian ini digunakan uji dua pihak, yaitu uji signifikan korelasi Product Moment dengan menggunakan formulasi sebagai berikut.

(Sugiyono, 2009: 257) Keterangan :

t = uji dua pihak korelasi Product Moment r = koefisien korelasi Product Moment n = ukuran atau jumlah sampel


(50)

85 b. Menghitung regresi sederhana

Yaitu suatu teknik analisis untuk melakukan prediksi seberapa jauh nilai variabel terikat bila nilai variabel bebas dirubah, dengan rumus :

Y = a + bX Keterangan :

Y = nilai yang diprediksikan a = konstanta atau bila harga X=0 b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen dimana :

Keterangan :

y = nilai variabel Y yang akan diramalkan x = nilai variabel x

a = perpotongan garis regresi nilai y bila nilai x = 0

b = koefisien regresi, yaitu besarnya penambahan yang terjadi pada y bila terjadi perubahan pada x


(51)

86 8. Analisis kontribusi

Untuk mengkaji sejauh mana derajat kemampuan menerangkan dari variabel bebas terhadap variabel terikat, digunakan analisis Koefisien Kontribusi (R2). Koefisien ini akan menunjukkan kekuatan hubungan antara variabel X dan variabel Y. Nilai R2 adalah 0 – 1 (0<R2<1), dengan ketentuan bila R2 semakin mendekati nilai 1 maka hubungan antar variebal bebas dengan variabel terikat semakin erat, sebaliknya jika R2 menjauihi nilai 1, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat semakin renggang.


(52)

168 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka secara umum penelitian ini diitujukan untuk menjawab hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan hasil penelitian terhadap hipotesis yang diajukan adalah :

1. Orientasi kognitif berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011. Orientasi kognitif yang mempengaruhi partisipasi politik adalah pengetahuan individu terhadap suatu sistem politik, termasuk pengetahuan tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pengetahuan itu bisa berasal dari lingkungan keluarga terutama dari orang tua; sekolah melalui Pendidikan Kewarganegaraan; media massa seperti televisi, radio, koran, majalah, tabloid; dan lingkungan masyarakat seperti ikut serta dalam organisasi kepemudaan, organisasi non-pemerintah, organisasi sosial, dan partai politik. Pengetahuan ini memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kesadaran politik seseorang, karena dengan memiliki pengetahuan atau informasi yang cukup akan mendorong seseorang berpartisipasi lebih aktif, salah satunya berpartisipasi dalam kegiatan pemilihan umum kepala daerah.


(53)

169

2. Orientasi afektif berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011. Orientasi afektif yang mempengaruhi partisipasi politik adalah kecenderungan emosi dan perasaan terhadap sistem politik, peranannya, keberadaan para aktor dan penampilannya. Alasan emosional, yaitu alasan yang berdasarkan atas kebencian atau sukacita terhadap suatu ide, organisasi, partai atau individu merupakan salah satu alasan terjadinya partisipasi politik yang berhubungan dengan orientasi afektif. 3. Orientasi evaluatif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011. Orientasi evaluatif yang mempengaruhi partisipasi politik adalah pertimbangan terhadap sistem politik menyangkut keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan.

4. Orientasi politik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011. Dalam realitas kehidupan, ketiga komponen orientasi politik (kognitif, afektif, dan evaliatif) ini tidak terpisah-pisah secara tegas. Adanya perbedaan tingkat pemahaman tentang perkembangan masyarakat pada setiap individu menyebabkan ketiga komponen tersebut saling berkaitan atau sekurang-kurangnya saling mempengaruhi. Untuk dapat membentuk suatu penilaian tentang seorang


(54)

170

pemimpin, seorang warga negara harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang si pemimpin. Pengetahuannya itu sudah dipengaruhi oleh perasaannya sendiri sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap sistem politik secara keseluruhan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti merumuskan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki kepentingan terhadap hasil penelitian ini, yang diantaranya adalah:

1. Meningkatkan pendidikan politik melalui Pendidikan Kewarganegaraan, terutama pemberian pengetahuan tentang hakikat dari pemilihan umum maupun pemilihan umum kepala daerah. Karena pengetahuan sebagai indikator dari orientasi kognitif berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA.

2. Dikembangkan sarana-sarana sosialisasi kesadaran berpartisipasi politik selain Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu seperti keluarga, kelompok bermain/bergaul, lingkungan masyarakat, media massa, dan lainnya. Norma-norma, nilai-nilai, dan kaidah-kaidah dalam masyarakat diperkenalkan dan diajarkan melalui beberapa sarana diatas sehingga dapat menunjang terbentuknya warga negara yang berpartisipasi aktif dalam perpolitikan secara cerdas, bernalar, dan bertanggung jawab.

3. Menambah fokus penelitian pada kinerja Komisi Pemilihan Umum dan partai politik dalam hal sosialisasi pemilihan umum. Karena berdasarkan temuan


(55)

171

dalam penelitian ini diketahui bahwa sosialisasi dari KPU maupun partai politik dapat mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula yang pada dasarnya masih awam dalam pelaksanaan pemilihan umum.

4. Penelitian ini masih memiliki sejumlah keterbatasan dalam lingkup metode penelitian, fokus permasalahan, dan setting penelitian. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat mengeksplorasi secara mendalam dan holistik terhadap persepsi pemilih pemula siswa SLTA dalam memaknai partisipasi politik mereka, serta apa yang tidak terungkap di permukaan. Diharapkan adanya pengembangan hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian lain yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan dan mengaplikasian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana untuk meningkatkan partisipasi politik.

5. Pengembangan subjek penelitian pada tingkat pemilih pemula yang berstatus sebagai mahasiswa. Karena pola pikir, pengetahuan dan pengalaman pemilih pemula yang berstatus mahasiswa akan lebih kompleks dibandingkan dengan siswa SLTA, sehingga akan lebih mengembangkan hasil penelitian.

6. Pengembangan permasalahan penelitian pada pelaksanaan pemilihan umum presiden dan anggota legislatif, karena biasanya dalam pelaksanaan pemilihan umum masyarakat tidak mengetahui profil dari anggota legislatif yang akan mereka pilih saat pemilihan umum berlangsung.


(56)

172 DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Agustino, L. (2009). Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Almond, G. A. dan Verba. (1990). Budaya Politik (Judul Asli : The Civic Culture), Diterjemahkan Oleh Sahat Simamora. Jakarta : Bumi Aksara. Amiri. (1981). Demokrasi Selayang Pandang. Jakarta : Padya Paramitra. Budiardjo, M. (1991). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia. Budiardjo, M. (1982). Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Gramedia.

Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : Airlangga University Press.

Firmansyah. (2007). Marketing Politik : antara pemahaman dan realitas. Jakarta : Yayasan Obor

Dahl, R.A. (1992). Demokrasi dan Pengkritiknya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Damsar. (2010). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Darmawan, C. (2009). Memahami Demokrasi: Perspektif Teoretis dan Empiris. Bandung : Pustaka Aulia Press.

Gaffar, A. (2006). Politik Indonesia : Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Huntington, P.S. dan Nelson, J. (1994). Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta : Rineka Cipta.

Huntington, P.S. (1994) Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan politik Dunia. Jakarta : Qalam.

Kalidjernih, F.K. (2010). Penulisan Akademik. Bandung : Widya Aksara Press. Kantaprawira, R. (2004). Sistem Politik Indonesia: Suatu Model Pengantar.


(57)

173

Kerlinger, F. N. (2000). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Penterjemah Landung. R. Simatupang. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Pers.

Mas’oed, M. (2003). Negara Kapital dan Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mc Millan, J.H. dan Schumacher, S.S. (2001). Research in Education : A Conceptual Introduction. New York : Addison Wesley Longman, Inc. Millan, J.H., dan Scumacher.S., Research In Education : A Conceptual

Introduction. New York : Longman.

Plano, C.J., Rigs, E.R. dan Robin. S.H. (1985). Kamus Analisa Politik. Jakarta : CV. Rajawali.

Prihatmoko, J.J. (2005). Pemilihan Kepala Daerah Langsung : Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rush, M. dan Althoff, P. (2003). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sahid, K. (2011). Memahami Sosiologi Politik. Bogor : Ghalia Indonesia. Sastroatmodjo, S. (1995). Perilaku Politik. Semarang : IKIP Semarang Press. Sudjiono, S. (1995). Perilaku Politik. Semarang : IKIP Semarang Press. Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administratif. Bandung : Alfabeta.

Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Widiaswara Suseno, F.M. (1997). Etika Politik, Prinsip-Prinsip Modal Dasar Kenegaraan

Modern. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Jurnal

Suryadi, K. (2008). Partai Politik, Civic Literacy dan Mimpi Kemakmuran Rakyat, Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan vol 1, no. 2, April, pp. 147, issn 1978-8428.

Sitompul, M. (2005). Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilu Presiden 2004 (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2003). Jurnal Wawasan, Juni 2005, Volume 11, Nomor 1.


(58)

174 Penelitian-Penelitian

Amik, F. (2008). Pengaruh Pendidikan Politik Melalui Surat Kabar Terhadap Pembentukan Kesadaran Politik Siswa SMA di Kota Cilegon. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Hertianto dan Mukhlis, M. (2009). Orientasi Politik Pemilih Pemula Perkotaan Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Ibrahim, M. (2007). Pengaruh Pendidikan Politik Melalui Kesadaran Politik dan Kepercayan Kepada Pemerintah Terhadap Partisipasi Politik di Kabupaten Karawang. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Kadir, M.K. (2007). Pengaruh Perilaku Partai Politik Terhadap Partisipasi Politik Pemilih Di Kabupaten Bekasi. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Komalasari, K. (2008). Pengaruh Pembelajaran Konstektual Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP. Bandung : Tesis Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Meilany, L. (2008). Partisipasi Politik Mahasiswa Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum 2004 di Universitas Pasundan Bandung. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Poerwantika, R.T. (2008). Partisipasi Politik Masyarakat Kabupaten Bandung Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung Di Kabupaten Bandung 2005. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Rofik, A.W. (2007). Pendidikan Politik Dalam Meningkatkan Kesadaran Politik Mahasiswa (Studi Observasi Partisipasi di Organisasi Mahasiswa KM

UPI). Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Rosmiati, Y. (2005). Pemahaman Konsep Pemilihan Umum Bagi Pemilih Pemula di Sekolah Menengah Atas Negeri Bandung (Studi Pada Beberapa SMA Negeri di Bandung). Tesis Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Slamet, A. (2007). Komunikasi Politik Paguyuban Pasundan Dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran


(1)

170

pemimpin, seorang warga negara harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang si pemimpin. Pengetahuannya itu sudah dipengaruhi oleh perasaannya sendiri sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap sistem politik secara keseluruhan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti merumuskan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki kepentingan terhadap hasil penelitian ini, yang diantaranya adalah:

1. Meningkatkan pendidikan politik melalui Pendidikan Kewarganegaraan, terutama pemberian pengetahuan tentang hakikat dari pemilihan umum maupun pemilihan umum kepala daerah. Karena pengetahuan sebagai indikator dari orientasi kognitif berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi politik pemilih pemula siswa SLTA.

2. Dikembangkan sarana-sarana sosialisasi kesadaran berpartisipasi politik selain Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu seperti keluarga, kelompok bermain/bergaul, lingkungan masyarakat, media massa, dan lainnya. Norma-norma, nilai-nilai, dan kaidah-kaidah dalam masyarakat diperkenalkan dan diajarkan melalui beberapa sarana diatas sehingga dapat menunjang terbentuknya warga negara yang berpartisipasi aktif dalam perpolitikan secara cerdas, bernalar, dan bertanggung jawab.

3. Menambah fokus penelitian pada kinerja Komisi Pemilihan Umum dan partai politik dalam hal sosialisasi pemilihan umum. Karena berdasarkan temuan


(2)

171

dalam penelitian ini diketahui bahwa sosialisasi dari KPU maupun partai politik dapat mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula yang pada dasarnya masih awam dalam pelaksanaan pemilihan umum.

4. Penelitian ini masih memiliki sejumlah keterbatasan dalam lingkup metode penelitian, fokus permasalahan, dan setting penelitian. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat mengeksplorasi secara mendalam dan holistik terhadap persepsi pemilih pemula siswa SLTA dalam memaknai partisipasi politik mereka, serta apa yang tidak terungkap di permukaan. Diharapkan adanya pengembangan hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian lain yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan dan mengaplikasian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana untuk meningkatkan partisipasi politik.

5. Pengembangan subjek penelitian pada tingkat pemilih pemula yang berstatus sebagai mahasiswa. Karena pola pikir, pengetahuan dan pengalaman pemilih pemula yang berstatus mahasiswa akan lebih kompleks dibandingkan dengan siswa SLTA, sehingga akan lebih mengembangkan hasil penelitian.

6. Pengembangan permasalahan penelitian pada pelaksanaan pemilihan umum presiden dan anggota legislatif, karena biasanya dalam pelaksanaan pemilihan umum masyarakat tidak mengetahui profil dari anggota legislatif yang akan mereka pilih saat pemilihan umum berlangsung.


(3)

172 DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Agustino, L. (2009). Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Almond, G. A. dan Verba. (1990). Budaya Politik (Judul Asli : The Civic Culture), Diterjemahkan Oleh Sahat Simamora. Jakarta : Bumi Aksara. Amiri. (1981). Demokrasi Selayang Pandang. Jakarta : Padya Paramitra. Budiardjo, M. (1991). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia. Budiardjo, M. (1982). Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Gramedia.

Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : Airlangga University Press.

Firmansyah. (2007). Marketing Politik : antara pemahaman dan realitas. Jakarta : Yayasan Obor

Dahl, R.A. (1992). Demokrasi dan Pengkritiknya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Damsar. (2010). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Darmawan, C. (2009). Memahami Demokrasi: Perspektif Teoretis dan Empiris. Bandung : Pustaka Aulia Press.

Gaffar, A. (2006). Politik Indonesia : Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Huntington, P.S. dan Nelson, J. (1994). Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta : Rineka Cipta.

Huntington, P.S. (1994) Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan politik Dunia. Jakarta : Qalam.

Kalidjernih, F.K. (2010). Penulisan Akademik. Bandung : Widya Aksara Press. Kantaprawira, R. (2004). Sistem Politik Indonesia: Suatu Model Pengantar.


(4)

173

Kerlinger, F. N. (2000). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Penterjemah Landung. R. Simatupang. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Pers.

Mas’oed, M. (2003). Negara Kapital dan Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mc Millan, J.H. dan Schumacher, S.S. (2001). Research in Education : A Conceptual Introduction. New York : Addison Wesley Longman, Inc. Millan, J.H., dan Scumacher.S., Research In Education : A Conceptual

Introduction. New York : Longman.

Plano, C.J., Rigs, E.R. dan Robin. S.H. (1985). Kamus Analisa Politik. Jakarta : CV. Rajawali.

Prihatmoko, J.J. (2005). Pemilihan Kepala Daerah Langsung : Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rush, M. dan Althoff, P. (2003). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sahid, K. (2011). Memahami Sosiologi Politik. Bogor : Ghalia Indonesia. Sastroatmodjo, S. (1995). Perilaku Politik. Semarang : IKIP Semarang Press. Sudjiono, S. (1995). Perilaku Politik. Semarang : IKIP Semarang Press. Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administratif. Bandung : Alfabeta.

Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Widiaswara Suseno, F.M. (1997). Etika Politik, Prinsip-Prinsip Modal Dasar Kenegaraan

Modern. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Jurnal

Suryadi, K. (2008). Partai Politik, Civic Literacy dan Mimpi Kemakmuran Rakyat, Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan vol 1, no. 2, April, pp. 147, issn 1978-8428.

Sitompul, M. (2005). Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilu Presiden 2004 (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP USU Angkatan 2003). Jurnal Wawasan, Juni 2005, Volume 11, Nomor 1.


(5)

174 Penelitian-Penelitian

Amik, F. (2008). Pengaruh Pendidikan Politik Melalui Surat Kabar Terhadap Pembentukan Kesadaran Politik Siswa SMA di Kota Cilegon. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Hertianto dan Mukhlis, M. (2009). Orientasi Politik Pemilih Pemula Perkotaan Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Ibrahim, M. (2007). Pengaruh Pendidikan Politik Melalui Kesadaran Politik dan Kepercayan Kepada Pemerintah Terhadap Partisipasi Politik di Kabupaten Karawang. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Kadir, M.K. (2007). Pengaruh Perilaku Partai Politik Terhadap Partisipasi Politik

Pemilih Di Kabupaten Bekasi. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas

Padjajaran.

Komalasari, K. (2008). Pengaruh Pembelajaran Konstektual Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP. Bandung : Tesis Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Meilany, L. (2008). Partisipasi Politik Mahasiswa Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum 2004 di Universitas Pasundan Bandung. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Poerwantika, R.T. (2008). Partisipasi Politik Masyarakat Kabupaten Bandung Dalam

Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung Di Kabupaten Bandung 2005. Tesis

Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Rofik, A.W. (2007). Pendidikan Politik Dalam Meningkatkan Kesadaran Politik Mahasiswa (Studi Observasi Partisipasi di Organisasi Mahasiswa KM UPI). Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran.

Rosmiati, Y. (2005). Pemahaman Konsep Pemilihan Umum Bagi Pemilih Pemula di Sekolah Menengah Atas Negeri Bandung (Studi Pada Beberapa SMA Negeri di Bandung). Tesis Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Slamet, A. (2007). Komunikasi Politik Paguyuban Pasundan Dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Tesis Program Studi Ilmu Sosial Universitas Padjajaran


(6)

175 Undang-Undang

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

PP No. 6 Tahun 2006 Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Sumber Lainnya

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur KPU Kabupaten Cianjur

www.kpu.com www.kompas.com