Perbandingan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I Dan II Tahun 2010 Di Kecamatan Medan Denai
PE
DALA
MEDAN
F
ERBAND
AM PEMI
N PUTAR
D
FAKULTA
UNI
DINGAN P
ILIHAN U
RAN I DA
ME
NURU
DEPARTE
AS ILMU
IVERSITA
PARTISI
UMUM K
AN II TAH
EDAN DE
Oleh :
UL ASYU
0709060
EMEN ILM
U SOSIAL
AS SUMA
2011
IPASI MA
KEPALA
HUN 2010
ENAI
:
URAINI
045
MU POLI
DAN ILM
ATERA U
ASYARA
DAERAH
0 DI KEC
I
TIK
MU POLIT
UTARA
AKAT
H KOTA
CAMATA
TIK
A
AN
(2)
Daftar Isi
Daftar Isi... i
Daftar Tabel... iii
Kata Pengantar... v
Abstraksi...viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1
1.2Rumusan Masalah... 6
1.3Pertanyaan Penelitian... 6
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7
1.5Kerangka Teori... 8
1.5.1 Partisipasi Politik... 8
1.5.2 Jenis-Jenis Partisipasi Politik... 9
1.5.3 Perilaku dan Budaya Politik... 11
1.5.4 Aturan Pilkada Daerah Penelitian... 12
1.6Definisi Konsep... 14
1.7Definisi Operasional... 15
1.7.1 Perbandingan... 15
1.7.2 Partisipasi Politik... 16
1.7.3 Pemilukada... 16
1.8Metodologi Penelitian... 17
1.8.1 Jenis Penelitian... 17
1.8.2 Tempat Penelitian... 17
1.8.3 Populasi dan Sampel... 17
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data... 18
1.8.5 Teknik Analisa Data... 19
1.9Sistematika Penulisan... 19
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum... 21
2.2 Keadaan Geografis... 22
2.3 Demografi... 23
(3)
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
3.1 Karakteristik Responden... 33 3.2 Identifikasi Peserta Pemilukada... 41 3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pada Pemilukada
Kota Medan Putaran I... 45 3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pada Pemilukada
Kota Medan Putaran II... 54 BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan... 66 4.2 Saran... 69 Daftar Pustaka... 70
(4)
Daftar Tabel
Tabel 1 Bentuk Partisipasi Menurut Gabriel Almond... 10
Tabel 2 Komposisi Penduduk Bedrasarkan Tingkat Pendidikan... 24
Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan... 25
Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku... 26
Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama... 27
Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 33
Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 34
Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama... 35
Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku... 36
Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 36
Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan...37
Tabel 12 Jawaban Responden Tentang Peran Pendidikan Politik Dalam Membuat Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilukada... 38
Tabel 13 Jawaban Responden Atas Informasi Lebih Dalam Tentang Pemilukada... 39
Tabel 14 Jawaban Responden Tentang Perlunya Informasi Dari Media Massa... 40
Tabel 15 Proporsi Keikutsertaan Responden Dalam Pemilu... 41
Tabel 16 Proporsi Responden Mengenal Pasangan Calon Dalam Pemilukada Kota Medan 2010... 42
Tabel 17 Proporsi Kondisi Responden Mengenal Pasangan Calon... 43
Tabel 18 Jawaban Responden Terhadap Kesesuaian Keinginan Atas Kepala Daerah Terpilih... 43
Tabel 19 Proporsi Pilihan Responden Pada Pemilukada Putaran I... 44
Tabel 20 Proporsi Pilihan Responden Pada Pemilukada Putaran II... 45
Tabel 21 Media Responden Mendapat Informasi Tentang Pemilukada Putaran I... 46
Tabel 22 Distribusi Partisipasi Responden Pada Pemilukada Kota Medan Putaran I... 47
Tabel 23 Partisipasi Yang Dilakukan Responden Menjelang Pemilukada Kota Medan Putaran I... 47
Tabel 24 Partisipasi Yang Dilakukan Responden Saat Pemilukada Kota Medan Putaran I... 48
(5)
Tabel 25 Motivasi Responden Melakukan Partisipasi Pada Pemilukada
Putaran I... 49 Tabel 26 Alasan Responden Tidak Berpartisipasi Pada Pemilukada
Kota Medan Putaran I... 50 Tabel 27 Alasan Responden Berpartisipasi Memberikan Suara Pada Pemilukada
Kota Medan Putaran I... 51 Tabel 28 Distribusi Tingkat Cerminan Pemilukada Kota Medan Putaran I
Terhadap Aspirasi Responden... 52 Tabel 29 Intensitas Responden Mengikuti Kampanye Pada Pemilukada
Kota Medan Putaran I... 53 Tabel 30 Jawaban Atas Kesesuaian Pilihan Responden Dengan Kampanye
Yang Diikuti Pada Pemilukada Putaran I... 54 Tabel 31 Media Responden Mendapat Informasi Tentang Pemilukada
Putaran II... ...55 Tabel 32 Distribusi Partisipasi Responden Pada Pemilukada Kota Medan
Putaran II... 57 Tabel 33 Partisipasi Yang Dilakukan Responden Menjelang Pemilukada
Kota Medan Putaran II... 57 Tabel 34 Partisipasi Yang Dilakukan Responden Saat Pemilukada
Kota Medan Putaran II...58 Tabel 35 Motivasi Responden Melakukan Partisipasi Pada Pemilukada
Putaran II... 59 Tabel 36 Alasan Responden Tidak Berpartisipasi Pada Pemilukada
Kota Medan Putaran II... 60 Tabel 37 Alasan Responden Berpartisipasi Memberikan Suara Pada Pemilukada
Kota Medan Putaran II... 62 Tabel 38 Distribusi Tingkat Cerminan Pemilukada Kota Medan Putaran II
Terhadap Aspirasi Responden... 63 Tabel 39 Intensitas Responden Mengikuti Kampanye Pada Pemilukada
Kota Medan Putaran II... 64 Tabel 40 Jawaban Atas Kesesuaian Pilihan Responden Dengan Kampanye
(6)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, semata karena segala berkat kemudahan dan curahan rahmat serta hidayah-Nya Penulis dapat menjalani masa perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir ini.
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi kriteria kelulusan di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah “PERBANDINGAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH KOTA MEDAN PUTARAN I DAN II TAHUN 2010 DI KECAMATAN MEDAN DENAI”, yaitu dengan terlebih dahulu meninjau perbandingan partisipasi yang terjadi kemudian mendefinisikan faktor-faktor penunjang partisipasi tersebut.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini Penulis mengalami banyak kendala. Namun berkat bantuan berupa bimbingan, motivasi maupun semangat dari berbagai pihak maka kendala tersebut dapat teratasi. Karenanya, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Warjio,SS,MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Indra Fauzan,SHI,M.Soc,Sc selaku dosen pembaca yang telah memberikan masukan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP
USU yang telah memberikan izin tugas akhir ini dipertahankan di dalam sidang.
4. Bapak Heri Kusmanto,MA selaku mantan Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU yang telah memberikan izin penulisan tugas akhir ini.
5. Ibu Evi Novida Ginting,MSP selaku dosen wali Penulis yang telah memberikan dukungan dan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini. 6. Bapak Prof. Dr. Badaruddin,M.Si selaku Dekan FISIP USU dan Bapak
Prof. Dr. Arif Nasution selaku mantan Dekan FISIP USU serta Bapak dan Ibu Pembantu Dekan I, II dan III FISIP USU yang telah mempermudah Penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini.
(7)
7. Camat Kecamatan Medan Denai dan seluruh pegawai di Kecamatan Medan Denai, terutama warga Kecamatan Medan Denai, terima kasih atas bantuannya ketika Penulis mengumpulkan data.
8. Ketua KPU Medan beserta seluruh pegawai KPU Medan yang telah membantu Penulis dalam mengumpulkan data.
9. Seluruh staf dosen dan pegawai di lingkungan Departemen Ilmu Politik FISIP USU. Bang Faisal, Bang Ibnu, Bang Husnul, Bang Didi, Bang Hendra, Bang Dana, Bang Rudi, Bang Walid, Bang Fuad, Bang Rusdi, Kak Uci dan Kak Emma yang telah banyak membantu Penulis selama menjalani masa perkuliahan.
10.Mamaku Hj. Meiniwita Deliana Siregar, A.Md terima kasih atas kehidupan yang indah yang selalu berusaha mama berikan. Papa terima kasih banyak.
11.Opung Papa H. Amron Aman Siregar dan Opung Mama Hj. Mahyar Diana Lubis, terima kasih telah memberi kasih sayang yang tiada tara sehingga Penulis tidak pernah merasa kekurangan.
12.Mamak Ucok, Nantulang Oni, Uak Hasnah, Alm. Uak Salman, Almh. Ujing Ani, Ujing Tati, Uda Gunawan, terima kasih untuk semua pelajaran hidup, motivasi dan dukungan yang diberikan selama ini.
13.Gilang, Nabilah, Alm. Hafiz, Salli, M.Ghifari, Ghita, Ghiyats, Ghaida, adik-adikku terima kasih selalu menjadi penguat dan penghibur hati Penulis.
14.Muhammad Ali Ibrahim Pasaribu, terima kasih atas bantuannya yang tak terhingga, semangat dan pengorbanan yang tanpa kenal lelah.
15.Seluruh teman-teman Ilmu Politik 2007, teristimewa untuk Oya, Asty, Dini, Irwan, Hendra dan Dino, terima kasih untuk semuanya yang pernah kita lalui bersama.
16.Ujing Butet, Uak Sori dan Ujing Maini terima kasih atas bantuan yang diberikan saat Penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
17.Guru-guru dan teman seperjuangan di SD Harapan 2 Medan, SMP Harapan 1 Medan, SMAN 6 Medan, Pengajian Muda-Mudi Sairussalam, Staf Pengajar Madrasah Sairussalam, serta santri-santri Madrasah Sairussalam terima kasih untuk ilmu yang telah diberikan dan kebersamaan yang sudah kita jalani.
(8)
Akhirnya kepada seluruh keluarga yang telah memacu Penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga segala perhatian, bantuan serta do’a yang telah diberikan kepada Penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, tentunya dalam tugas akhir ini pun tidak luput dari berbagai kekurangan, baik yang menyangkut teknis, penyusunan, tata bahasa, maupun isinya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang mengarah kepada perbaikan sangat diharapkan adanya.
Akhir kata Penulis berharap apa yang terkandung dalam tugas akhir ini dapat memberikan manfaat.
Medan, 8 Februari 2011
Penulis
(9)
ABSTRAKSI
Partisipasi masyarakat dalam Pemilukada yang menjadi tolak ukur utama demokrasi adalah memberikan suara pada saat Pemilukada berlangsung. Di Kota Medan pada tahun 2010 telah dilakukan Pemilukada Langsung untuk yang kedua kalinya setelah tahun 2005 silam. Pada tahun 2010 Pemilukada berlangsung dua putaran. Dari putaran I dan II terdapat perbedaan jumlah partisipasi masyarakat, maka perbedaan itu diperbandingkan dan diteliti faktor penyebab terjadinya perbedaan tersebut. Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Denai yang terdiri dari enam Kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 186.133 jiwa dimana 148.178 jiwa diantaranya terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap di 281 TPS.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Dari sejumlah populasi tersebut, penarikan sampel dilakukan melalui rancangan sampel menurut teknik stratified proportional sampling, kemudian setelah diketahui komposisi sampel untuk masing-masing kelurahan maka penarikan sampel untuk tiap Kelurahan yang akan dijadikan responden diambil dengan teknik accidental sampling. Dengan menggunakan Bentuk Partisipasi Politik dan Budaya Politik dari Gabriel Almond penelitian ini dianalisis dengan teknik deskriptif.
Hasilnya didapati bahwa Partisipasi Politik masyarakat Kecamatan Medan Denai pada Pemilukada Kota Medan Putaran II cenderung meningkat 4 % dibandingkan pada Pemilukada Kota Medan Putaran I. Faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan tersebut dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya adalah usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan serta intensitas mengikuti Pemilihan Umum. Sementara faktor eksternalnya adalah ketersediaan informasi, pengaruh yang diberikan orang lain, hubungan kekeluargaan dengan pasangan calon serta pengaruh uang. Kedua jenis faktor tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap partisipasi masyarakat dalam Pemilukada Kota Medan baik dalam bentuk memberikan suara, ikut berkampanye atau menjadi simpatisan pasangan calon.
(10)
ABSTRAKSI
Partisipasi masyarakat dalam Pemilukada yang menjadi tolak ukur utama demokrasi adalah memberikan suara pada saat Pemilukada berlangsung. Di Kota Medan pada tahun 2010 telah dilakukan Pemilukada Langsung untuk yang kedua kalinya setelah tahun 2005 silam. Pada tahun 2010 Pemilukada berlangsung dua putaran. Dari putaran I dan II terdapat perbedaan jumlah partisipasi masyarakat, maka perbedaan itu diperbandingkan dan diteliti faktor penyebab terjadinya perbedaan tersebut. Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Denai yang terdiri dari enam Kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 186.133 jiwa dimana 148.178 jiwa diantaranya terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap di 281 TPS.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Dari sejumlah populasi tersebut, penarikan sampel dilakukan melalui rancangan sampel menurut teknik stratified proportional sampling, kemudian setelah diketahui komposisi sampel untuk masing-masing kelurahan maka penarikan sampel untuk tiap Kelurahan yang akan dijadikan responden diambil dengan teknik accidental sampling. Dengan menggunakan Bentuk Partisipasi Politik dan Budaya Politik dari Gabriel Almond penelitian ini dianalisis dengan teknik deskriptif.
Hasilnya didapati bahwa Partisipasi Politik masyarakat Kecamatan Medan Denai pada Pemilukada Kota Medan Putaran II cenderung meningkat 4 % dibandingkan pada Pemilukada Kota Medan Putaran I. Faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan tersebut dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya adalah usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan serta intensitas mengikuti Pemilihan Umum. Sementara faktor eksternalnya adalah ketersediaan informasi, pengaruh yang diberikan orang lain, hubungan kekeluargaan dengan pasangan calon serta pengaruh uang. Kedua jenis faktor tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap partisipasi masyarakat dalam Pemilukada Kota Medan baik dalam bentuk memberikan suara, ikut berkampanye atau menjadi simpatisan pasangan calon.
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemilukada adalah satu bagian penting dalam demokrasi. Secara sederhana, Pemilukada adalah cara individu warga negara yang mendiami suatu daerah tertentu melakukan kontrak politik dengan orang atau partai politik yang diberi mandat menjalankan sebagian hak kewarganegaraan pemilih.
Demokrasi memiliki makna yang variatif karena sifatnya yang interpretatif. Setiap penguasa negara berhak menyebut negaranya sebgai negara demokrasi meskipun nilai yang dianut atau dalam praktek politiknya jauh dari konsep awal demokrasi.1 Dalam UUD 1945 dikatakan bahwa “Kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”, hal ini merupakan defenisi normatif dari demokrasi yang dianut oleh Indonesia.2
Sebagai salah satu amanat demokrasi maka dilaksanakan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 merupakan Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan yang telah kedua kalinya diselenggarakan secara langsung setelah sebelumnya Pemilihan Walikota Medan Tahun 2005 dimenangkan oleh pasangan Abdillah-Ramli .
Pelaksanaan Pemilukada sesungguhnya merupakan tradisi politik dan manifestasi dianutnya paham demokrasi dalam sistem pemerintahan negara kita, serta adanya otonomi daerah yang mengizinkan setiap warga negara yang telah memiliki hak pilih di masing – masing daerah di wilayah Indonesia untuk dapat
1
Suhelmi, Ahmad, Pemikiran Politik Barat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 298
2
Gafar, Afan, Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999, hal. 4
(12)
menentukan kepala daerahnya seperti yang tertuang dalam Pasal 24 ayat (5) UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yaitu “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan”.3
Sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2005 Tentang Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Untuk Kelancaran Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, kemudian dilanjutkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2005 maka Pelaksanaan Pemilukada sepenuhnya diserahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Provinsi atau Kota/Kabupaten dan pendanaan penyelenggaraan Pemilukada tersebut dibebankan kepada Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah tersebut.4
Proses demokrasi akan terus berjalan setelah terbentuknya sebuah pemerintahan demokratis lewat mekanisme pemilu demokratis, dimana negara wajib membuka saluran-saluran demokrasi.5 Sebuah kehidupan bangsa yang demokratis selalu dilandasi prinsip bahwa rakyatlah yang berdaulat sehingga berhak terlibat dalam aktifitas politik, walau disadari betul partisipasi rakyat secara penuh dalam seluruh proses politik mustahil dilakukan pada masa sekarang ini akibat dari lambannya proses perbaikan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat sehingga menimbulkan kejenuhan bagi pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan 2010 Putaran I di ikuti oleh 10 pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota yang berasal dari berbagai kalangan. Dari kesepuluh pasangan calon tersebut tidak ada satu pun pasangan calon yang
3
Undang-Undang Otonomi Daerah Terbaru, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005, hal. 28
4
Peraturan Lengkap Pilkada, Jakarta : Sinar Grafika, 2006, hal. 153-162
5
Ubaedillah, A dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta : ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2008, hal. 40
(13)
mampu meraih 30 % suara masyarakat. Sehingga dengan demikian diambillah 2 pasangan calon yang meraih suara terbanyak dari pilihan masyarakat di Putaran I untuk mengikuti Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan 2010 Putaran II. Kedua pasangan calon tersebut adalah Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin yang memperoleh total 22,20 % suara dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti yang memperoleh total 20,72 % suara pada Putaran I. 6 Pemilukada Putaran II ini sedikit banyak menimbulkan efek pada tingkat partisipasi masyarakat. Efek negatif yang ditimbulkannya yaitu kejenuhan di masyarakat karena hanya berselang beberapa bulan masyarakat harus kembali datang ke TPS untuk memberikan hak suaranya sehingga antusiasme masyarakat untuk memberikan suara berkurang, hal ini dikhawatirkan akan menambah angka golongan putih. Sementara di lain pihak ada juga efek positifnya karena pasangan calon yang maju pada putaran kedua ini berasal dari Suku, Agama, serta Ras yang berbeda maka masyarakat berbondong-bondong datang ke TPS untuk memberikan suaranya kepada pasangan yang memiliki kesamaan dengan pemilih agar pasangan calon tersebut memenangkan Pemilukada.
Partisipasi Politik berhubungan erat dengan stabilitas politik. Semakin tinggi partisipasi politik masyarakat maka pelembagaan politiknya akan semakin baik sehingga tercipta stabilitas politik. Dalam jangka pendek kestabilan politik lebih banyak ditentukan oleh kewibawaan pemerintah. Maka partisipasi itu sangat penting untuk menciptakan kewibawaan pemerintah, yaitu komposisi pemerintah yang paling banyak didukung masyarakat akan semakin memiliki wibawa. Jika masyarakat
6
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa-lainnya/2010/05/17/brk,2010. Diakses 02/11/2010 Pukul 17.55 WIB
(14)
kurang berpartisipasi atau bahkan menjurus kepada Apatis maka pemerintah kekurangan dukungan dan wibawanya akan hancur.7
Dengan mengikuti tipologi model Almond dan Verba, maka Orientasi Politik pemilih ini dapat dikembangkan menjadi tiga. Pertama, Orientasi Politik Kognitif, yaitu pengetahuan tentang dan kepercayaan pada Calon Kepala Daerah yang dalam hal ini adalah Walikota Medan. Pada tataran ini, sebagian besar dari kelompok pemilih ternyata tidak mengenal Calon Kepala Daerah tersebut. Kedua, Orientasi Politik Afektif, yakni perasaan terhadap simulasi pemilu, pengaruh luar (eksternal) pada saat penentuan pilihan, dan antusiasme pada Pemilukada 2010. Ketiga, Orientasi Politik Evaluatif, yaitu keputusan dan pendapat pemilih terhadap pasangan calon pilihan; penyelesaian persoalan ekonomi, politik dan keamanan oleh Walikota terpilih; keamanan, ketertiban dan kerahasiaan pemilu; serta keterlibatan dalam kampanye Pemilukada 2010.8
Adanya kecenderungan Orientasi Politik seperti itu merupakan peringatan bagi partai politik dan pasangan calon untuk lebih meningkatkan pelaksanaan beberapa fungsinya yang selama ini terabaikan dan hanya di jalankan menjelang pelaksanaan pemilu. Salah satunya adalah pembenahan sistem perekrutan anggota partai politik, agar kader yang dimiliki benar-benar berkualitas dan berbakat sebagai pemimpin. Proses ini semestinya dilakukan jauh sebelum pelaksanaan Pemilukada, agar para Calon Kepala Daerah yang diikutkan dalam Pemilukada lebih memasyarakat.
Kecamatan Medan Denai yang terletak di wilayah Tenggara Kota Medan dengan batas-batas, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota dan Kecamatan Medan Area, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang,
7
Sanit, Arbi, Sistem Politik Indonesia, Jakarta : Rajawali, 2000, hal.20-21
8
Almond, Gabriel A & Sidney Verba, The Civic Culture, New Jersey : Princeton University Press, 1963, hal.13
(15)
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung memiliki luas wilayah sebesar 11,19
km².9 Kecamatan Medan Denai adalah wilayah Timur Kota Medan yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Deli Serdang, dengan penduduknya berjumlah 186.133 jiwa. Dari jumlah penduduk itu Kecamatan Medan Denai memiliki 148.178 pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap yang tersebar di 281 Tempat Pemungutan Suara.10
Kecamatan Medan Denai terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari Mandala I, Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Kelurahan Denai, Kelurahan Binjai dan Kelurahan Medan Tenggara. Masing-masing Kelurahan tersebut memiliki ciri khas Suku, Ras dan Agama yang berbeda dan masyarakatnya sangat memegang teguh kekhasannya tersebut sehingga dapat diamati kecendrungan partisipasi politik masyarakatnya dan sekaligus mencermati apa saja faktor yang mempengaruhi partisipasi politik tersebut.
Pemilukada Kota Medan Putaran I yang telah dilaksanakan pada 12 Mei 2010 lalu hanya diikuti oleh 29,77 % masyarakat Kecamatan Medan Denai yang terdaftar dalam DPT. Sedangkan pada Pemilukada Kota Medan Putaran II yang juga telah dilaksanakan pada 19 Juni 2010 lalu diikuti oleh 33,79 % pemilih di Kecamatan Medan Denai.11 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa partisipasi politik masyarakat Kecamatan Medan Denai cenderung naik meskipun dalam angka 4,02 %. Melihat dari kenaikan angka partisipasi ini dapat dikatakan bahwa efek negatif yang ditimbulkan oleh Pemilukada Kota Medan yang dilaksanakan 2 Putaran di
9
http://www.pemkomedan.go.id/mdnden.php Diakses 02/11/2010 Pukul 17.40 WIB
10
Daftar Jumlah Penduduk, DPT, dan TPS Kecamatan Medan Denai
11
Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemilukada Kota Medan Putaran I dan II di Kecamatan Medan Denai KPU Kota Medan
(16)
Kecamatan Medan Denai tidak begitu mempengaruhi masyarakat dan masyarakat tetap tertarik untuk datang ke TPS dan berpartisipasi memberikan hak suaranya.
Untuk itu, penulis melihat perlunya penelitian tentang bagaimana perbandingan partisipasi masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Medan Denai dalam kegiatan politik khususnya pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010 yang berlangsung dua putaran serta apa sajakah faktor yang mempengaruhi para pemilih dalam mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan partisipasi politik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini ditekankan pada sejauh mana tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Medan Denai terhadap Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010 yang dilakukan dalam dua putaran dan apa saja faktor yang menyebabkan partisipasi tersebut dilakukan.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka pertanyaan dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbandingan tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Medan Denai terhadap Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010 Putaran I dan II ?
2. Apakah faktor yang menyebabkan masyarakat Kecamatan Medan Denai memberikan partisipasi dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010 Putaran I dan II ?
(17)
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perbandingan tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Medan Denai pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010 Putaran I dan II.
2. Memahami faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Kecamatan Medan Denai berpartisipasi dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010 pada Putaran I dan II.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada ilmu politik, peneliti dan masyarakat umum, yaitu,
1. Bagi ilmu politik, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru tentang faktor penyebab partisipasi politik masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat perbatasan dalam Pemilihan Kepala Daerah atau Pemilihan Umum sebagai bagian dari sistem politik demokrasi yang dianut oleh Negara Indonesia.
2. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan tentang partisipasi politik masyakarat multikultural agar dapat meminimalisasi terjadinya golongan putih.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang partisipasi pemilih yang berasal dari daerah perbatasan Kota Medan dengan Kabupaten Deliserdang yang memiliki Suku, Agama dan Ras yang berbeda dan dipegang sangat kuat oleh masyarakatnya, sehingga masyarakat perbatasan tersebut dapat dimaksimalkan partisipasi politiknya dan diserap
(18)
aspirasinya sehingga mereka tidak merasa terpinggirkan dan meminimalisir golongan putih.
1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Partisipasi Politik
Istilah Partisipasi Politik mengacu pada semua kegiatan orang dari semua tingkat sistem politik, misalnya pemilih (pemberi suara) berpartisipasi dengan memberikan suaranya dalam pemilihan umum, menteri luar negeri berpartisipasi dalam menetapkan kebijaksanaan luar negeri, dan sebagainya. Dengan demikian, Partisipasi Politik dapat diartikan sebagai penentuan sikap dan keterlibatan setiap individu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka mencapai cita-cita bangsanya.12
Beberapa pengertian partisipasi politik menurut para ahli:
Herbert McClosky, Partisipasi Politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung terlibat dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum. 13
Norman H. Nie dan Sidney Verba, Partisipasi Politik adalah kegiatan pribadi warga Negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat Negara dan/atau tindakan-tindakan yang mereka ambil. 14
12
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 52
13
McClosky, Herbert dalam Michael Rush & Philiph Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1986, hal. 123-125
14
Nie, Norman H. & Sidney Verba dalam Gabriel A. Almond, The Study of Comparative Politic, Boston : Little Brown & Company, 1974, hal. 48
(19)
Prof. Miriam Budiardjo, Partisipasi Politik merupakan kegiatan seseorang dalam partai politik. Partisipasi Politik mencakup semua kegiatan sukarela melalui mana seseorang turut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum. 15
Samuel P. Huntington & Nelson, Partisipasi Politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi – pribadi yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi politik juga bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, serta efektif atau tidak efektif.16
1.5.2 Jenis – Jenis Partisipasi Politik
Secara sederhana menurut Almond, jenis Partisipasi Politik terbagi menjadi dua: Pertama, partisipasi secara Konvensional di mana prosedur dan waktu partisipasinya diketahui publik secara pasti oleh semua warga. Kedua, partisipasi secara Non Konvensional, artinya prosedur dan waktu partisipasi ditentukan sendiri oleh anggota masyarakat yang melakukan partisipasi itu sendiri.17
Jenis partisipasi yang pertama, terutama pemilu dan kampanye. Keikutsertaan dan ketidakikutsertaan dalam pemilu menunjukkan sejauh mana tingkat partisipasi konvensional warga negara. Seseorang yang ikut mencoblos dalam pemilu, secara sederhana, menunjukkan komitmen partisipasi warga. Tapi orang yang tidak menggunakan hak memilihnya dalam pemilu bukan berarti ia tak punya kepedulian
15
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 52
16
Imawan, Riswadha, “Pemilu Sebagai Mekanisme Demokrasi Politik di Indonesia”, Prospektif, No. 2 Vol. 3 (1991), hal. 117
17
Budiardjo, Miriam, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1982, hal. 177
(20)
terhadap masalah-masalah publik. Bisa jadi ia ingin mengatakan penolakan atau ketidakpuasannya terhadap kinerja elite politik di pemerintahan maupun partai dengan cara menjadi golongan putih.
Sementara bentuk partisipasi politik yang kedua biasanya terkait dengan aspirasi politik seseorang yang merasa diabaikan oleh institusi demokrasi maka ia menyalurkannya melalui protes sosial atau demonstrasi. Wujud dari protes sosial seperti boikot, mogok, petisi, dialog, turun ke jalan, bahkan merusak fasilitas umum.
Tabel 1
Bentuk Partisipasi Politik Menurut Gabriel Almond
Konvensional Non Konvensional
Pemberian suara (voting) Pengajuan petisi
Diskusi politik Berdemonstrasi
Kegiatan berkampanye Konfrontasi
Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan
Mogok
Komunikasi individual dengan
pejabat politik/administratif
Kekerasan politik terhadap harta benda: perusakan, bom, pembakaran
Kekerasan politik terhadap manusia:
penculikkan, pembunuhan, perang gerilya/revolusi 18
Dari jenis partisipasi politik di atas, penelitian ini melihat Partisipasi Politik Konvensional masyarakat Kecamatan Medan Denai pada Pemilu Kepala Daerah
18
Adaptasi dari Gabriel A. Almond, The Study of Comparative Politic, Boston : Little Brown & Company, 1974, dalam Mochtar Mas’oed & Collin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1989, hal. 47
(21)
Kota Medan 2010, yang meliputi bagaimana pemberian suara rakyat dalam konteks Partisipasi Politik Konvensional tersebut.
1.5.3 Perilaku dan Budaya Politik
Pemahaman Perilaku Politik (Political Behavior) yaitu perilaku politik dapat dinyatakan sebagai keseluruan tingkah laku aktor politik dan warga negara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara lembaga-lembaga pemerintah, dan antara kelompok masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik.
Menurut Almond Budaya Politik (Political Culture) merupakan sikap individu terhadap sistem politik dan komponen-komponennya dan juga sikap individu terhadap peranan yang dimainkan oleh sistem politik. Atau dengan kata lain, bahwa Budaya Politik adalah orientasi psikologis terhadap objek sosial, dalam hal ini sistem politik yang selanjutnya akan mengalami proses internalisasi ke dalam bentuk orientasi yang bersifat kognitif, afektif dan evaluatif.19
Klasifikasi Budaya Politik menurut Gabriel A. Almond yaitu :
a. Budaya Politik Parokial (Parochial Political Culture) adalah tingkat partisipasi sangat rendah yang disebabkan faktor kognitif seperti tingkat pendidikan yang rendah.
b. Budaya Politik Kaula (Subject Political Culture) yakni masyarakat bersangkutan sudah relatif maju sosial ekonominya, akan tetapi masih bersifat pasif.
c. Budaya Politik Partisipasi (Participant Political Culture) yakni budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang tinggi.20
19
Almond, Gabriel A & Sidney Verba, Budaya Politik : Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, Jakarta : Bumi Angkasa, 1990, hal. 13
20
(22)
Dengan orientasi kognitif, afektif dan evaluatif yang disebutkan Almond maka terbentuklah Budaya Politik yang berbeda.
Menurut Kantaprawira bahwa yang di artikan dengan Budaya Politik adalah, pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota / masyarakat sistem politik.21
Menurut Miriam Budiardjo konsep Budaya Politik berdasarkan keyakinan bahwa setiap politik itu di dukung oleh suatu kumpulan kaedah, perasaan dan orientasi terhadap tingkah laku politik.22
Menurut B.N. Marbun bahwa Budaya Politik adalah pandangan politik yang mempengaruhi sikap, orientasi, dan pilihan politik seseorang. Budaya Politik lebih mengutamakan dimensi psikologis dari suatu sistem politik yaitu sikap, sistem kepercayaan, simbol yang dimiliki individu dan yang dilaksanakannya dalam masyarakat.23
1.5.4 Aturan Pilkada Daerah Penelitian
Pilkada, meskipun di dalam undang-undang 32 tahun 2004 yang terdapat dalam pasal 56-119 tidak memberikan definisi yang tegas tentang Pilkada, tetapi menurut hemat penulis definisi Pilkada dapat kita sebutkan, bahwa Pilkada adalah singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Gubernur dan Wakilnya di tingkat provinsi dan Bupati/Walikota dan Wakilnya ditingkat kabupaten/kota), Pilkada dapat juga diartikan sebagai proses pergantian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang secara sah diakui hukum, serta momentum bagi rakyat untuk secara langsung menentukan Pasangan Kepala Daerah dan Wakil
21
Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia : Suatu Model Pengantar, Bandung : Sinar Baru, 1988, hal. 13
22
Budiardjo, Miriam, Masalah Kenegaraan, Jakarta: PT Gramedia, 1982, hal. 17
23
(23)
Kepala Daerah sesuai dengan aspirasi/keinginan rakyat. Dalam hal ini Pilkada, meskipun salah satu produk negara yang berlandaskan hukum (Rechtstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtstaat) namun bukan berarti Pilkada merupakan parameter yang mutlak dalam rangka memberikan suatu penilaian apakah momentum pilkada benar-benar demokratis, disisi lain Pilkada merupakan demokrasi yang prosedural dan belum menyentuh asas demokrasi yang substansial, yakni lahirnya kualitas kepemimpinan yang bersih, jujur, dan lain sebagainya.
Keterlibatan masyarakat dalam momentum Pilkada Langsung menjadi landasan dasar bagi bangunan demokrasi. Bangunan demokrasi tidak akan kokoh manakala kualitas partisipasi masyarakat diabaikan. Karena itu, proses demokratisasi yang sejatinya menegakkan kedaulatan rakyat menjadi semu dan hanya menjadi ajang rekayasa bagi mesin-mesin politik tertentu. Format demokrasi pada aras lokal (Pilkada) meniscayakan adanya kadar dan derajat kualitas partisipasi masyarakat yang baik. Apabila demokrasi yang totalitas bermetamorfosis menjadi kongkrit dan nyata, atau semakin besar dan baik kualitas partisipasi masyarakat, maka kelangsungan demokrasi akan semakin baik pula. Demikian juga sebaliknya, semakin kecil dan rendahnya kualitas partisipasi masyarakat maka semakin rendah kadar dan kualitas demokrasi tersebut.
Pentingnya pendidikan demokrasi memungkinkan setiap warga negara dapat belajar demokrasi melalui praktek kehidupan yang demokratis, dan untuk membangun tatanan dan praksis kehidupan demokrasi yang lebih baik di masa mendatang.24
Dalam sejarah perkembangan Peraturan Perundang-undangan Pemerintah Daerah sejak tahun 1945 mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan
24
Saripudin U, Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi (Disertasi), UPI : Program Pascasarjana, 2001
(24)
dimaksudkan untuk mencari bentuk yang dapat mencerminkan aspirasi masyarakat dan hingga sejak reformasi lahirlah UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan tidak lama kemudian disempurnakan lagi oleh UU No. 32 Tahun 2004. Dari dua perubahan terakhir mengalami perubahan yang cukup mendasar dibandingkan dengan Peraturan Perundang-undangan Pemerintahan Daerah sebelumnya. Mencermati berbagai Perubahan Perundang-undangan Pemerintahan yang pernah terjadi, jika belum sesuai dengan aspirasi masyarakat, maka yang perlu dipertanyakan kemudian mungkin sistem perundang-undangan ataukah memang mungkin dari tingkat kesadaran masyarakat sebagian belum memahaminya. Berikut disebutkan “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil” Pasal 56 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 yang kemudaian diatur pendukung peraturan perundangan lain seperti Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2005 & Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.25
1.6 Definisi Konsep
Definisi konsepsional merupakan pembatasan pengertian tentang hal-hal yang perlu diamati. Sedangkan pengertian konsep itu sendiri adalah suatu pemikiran umum mengenai suatu masalah atau persoalan.26 Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan pembatasan terhadap variabel-variabel penelitian untuk menentukan indikator-indikator yang akan diteliti.
25
Undang-Undang 2005. Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan PERPU Nomor 3 Tahun 2005
26
(25)
Dengan demikian definisi konsepsional pada Perbandingan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I dan II Tahun 2010 di Kecamatan Medan Denai adalah suatu sikap yang menentukan adanya kepedulian terhadap budaya politik yang baik dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam memaknai pembelajaran berpolitik dalam kondisi multikultural dan memanfaatkannya dengan sikap pengendalian diri melalui pengembangan pengalaman multikulturalisme yang didapatkan masyarakat untuk bekal bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
1.7 Definisi Operasional
Menurut Koentjaraningrat, definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan pengertian tentang cara mengubah konsep-konsep yang berupa konstruksi dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku gejala yang dapat diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh orang lain.27
1.7.1 Perbandingan
Perbandingan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perimbangan antara beberapa perkara. 28 Dalam hal ini merupakan perimbangan antara Pemilukada Kota Medan Putaran I dan II. Membandingkan hasil perolehan suara yang didapat Pasangan Calon Kepala Daerah pada putaran I dan putaran II yaitu memperoleh hasil yang cenderung naik.
1.7.2 Partisipasi Politik
Partisipasi Politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Partisipasi Politik itu merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam
27
Ibid hal. 50
28
(26)
proses pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah. Huntington dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Partisipasi Politik di Negara Berkembang mendefinisikan Partisipasi Politik sebagai kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.29
Budiardjo secara umum mengartikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).30
1.7.3 Pemilukada
Pemilukada merupakan rekrutmen politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah, baik itu Gubernur/Wakil Gubernur, maupun Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota. Dalam kehidupan politik di daerah, Pemilukada merupakan salah satu kegiatan yang nilainya equivalen dengan Pemilihan Anggota DPRD. Equivalensi tersebut ditunjukkan dengan kedudukan yang sejajar antara Kepala Daerah dan DPRD. Aktor utama sistem Pemilukada adalah rakyat, partai politik, dan calon kepala daerah. Ketiga aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian tahapan-tahapan kegiatan Pemilukada Langsung.31
Karena Pemilukada Langsung merupakan implementasi demokrasi partisipatoris, maka nilai-nilai demokrasi menjadi parameter keberhasilan pelaksanaan proses kegiatan. Nilai-nilai tersebut diwujudkan melalui azas-azas Pemilukada Langsung yang umumnya terdiri dari langsung, umum, bebas, rahasia,
29
Sastroatmodjo, Sudijono, Perilaku Politik, Semarang : IKIP Semarang Press, 1995, hal. 68
30
Ibid hal.68
31
Prihatmoko, Joko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar, 2005, hal.203
(27)
jujur dan adil. Sebagai implikasinya proses pelaksanaan tahapan-tahapan kegiatan itu harus menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai objektivitas, keterbukaan, keadilan dan kejujuran.32
1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dn data yang ada. Data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan dan kemudian dianalisa. Penelitian deskriptif ini bukan hanya menjabarkan tetapi juga memadukan atau menganalisa.
1.8.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.
1.8.3 Populasi dan Sampel
Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Medan Denai yang termasuk dalam DPT dan ikut serta memberikan hak suaranya dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 Putaran I dan II . Dengan populasi masyarakat warga Kecamatan Medan Denai yang termasuk dalam DPT sebanyak 148.178 orang akan diambil sampel sebanyak 100 orang, sampel ini diambil dari Rumus 33 :
.
32
Ibid hal.204
33
(28)
dimana n = jumlah sampel N = jumlah populasi
d = galat pendugaan sebesar 10 % maka,
.
. , , ,
Pengambilan sampel dilakukan melalui rancangan sampel menurut teknik
stratified proporsional sampling. Teknik pengambilan sampel ini digunakan agar diperoleh sampel yang mempunyai karakteristik tertentu dengan proporsi tertentu yang sesuai dengan penyebaran karakteristik dalam populasi. Untuk mendapatkan sampel digunakan cara :
Sampel Total Populasi Total SampelPopulasi
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka perhitungan komposisi jumlah sampel adalah sebagai berikut :
Kel. Tegal Sari Mandala I .. , →
Kel. Tegal Sari Mandala II .. , →
Kel. Tegal Sari Mandala III ..
Kel. Denai .. , →
(29)
Kel. Medan Tenggara ..
Kemudian untuk mengambil 100 orang sampel yang akan dijadikan responden maka digunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih unsur yang paling mudah diperoleh dan memiliki karakterisrik yang sesuai dengan penelitian.
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam penelitian ini, akan dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:
a. Library Research, yaitu suatu penelitian dengan cara mempelajari dan mengumpulkan berbagai bahan bacaan atau literatur, dokumen serta media massa yang ada hubungannya dengan penulisan penelitian.
b. Field Work Research, yaitu mengumpulkan data dari penelitian yang dilakukan secara langsung di lapangan. Teknik yang dilakukan menggunakan metode Interview dan Kuesioner. Menurut Hadi interview adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara sepihak, yang dikerjakan dengan sistematis, logis, metodologis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.34 Adapun bentuk wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini melalui kuisioner, metode ini digunakan untuk mendapatkan alasan-alasan yang tepat terhadap partisipasi masyarakat Kecamatan Medan Denai dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 Putaran I dan II .
1.8.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu analisa yang memberikan gambaran yang rinci berdasarkan data dan fakta yang terdapat di lapangan. Data yang ada dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabel lalu
34
(30)
dianalisis dengan uraian. Secara analitis lalu ditarik kesimpulan terhadap hasil penelitian.
1.9 Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi Lokasi Penelitian berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan profil daerah tempat penulis melaksanakan penelitian.
BAB III : Penyajian dan Analisis Data
Penyajian dan Analisis Data berisi tentang gambaran secara garis besar hasil penelitian sekaligus menganalisa data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian.
BAB IV : Penutup
Penutup adalah bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta berisi saran-saran yang berguna di masa yang akan datang.
(31)
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1 Gambaran Umum
Pada Tahun 1918, Medan dijadikan Kotapraja, tetapi tidak termasuk di dalamnya Kota Maksum dan daerah sungai Kera yang tetap berada di bawah kekuasaan Kesultanan Deli. Ketika itu penduduk Medan berjumlah 43.826 jiwa dan terdiri dari 409 orang bangsa Eropa, 25.000 orang bangsa Indonesia, 8.269 orang bangsa Cina dan 130 orang bangsa Asia lainnya.
Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU, terhitung mulai tanggal 21 September 1951, daerah Kota Medan diperluas tiga kali lipat. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Kota, Medan Timur, Medan Barat dan Medan Baru dengan 59 Kepenghuluan.35
Kemudian melalui Undang-Undang Darurat No.7 Tahun 1956, dibentuk Propinsi Sumatera Utara daerah-daerah tingkat II, antara lain Kabupaten Deliserdang dan Kotamadya Medan.36 Pada Undang-Undang Darurat No.8 Tahun 1956 Pasal 1 disebutkan bahwa ‘Medan, dengan nama Kota Besar Medan, dengan batas-batas yang meliputi wilayah “Stadsgemeente” Medan’ dahulu (Staatsblad 1983 No.715)
termasuk Staatsblad 1921 No.772 setelah diubah dengan Ketetapan Gubernur Propinsi Sumatera Utara tanggal 14 Nopember 1951 No. 66/III/PSU’.37
35
Buku Kerja Pemerintah Kota Medan 2006 hal. 16
36
UUDarurat No.7 Tahun 1956 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 hal.400
37
(32)
Selanjutnya wilayah Kotamadya Medan diperluas melalui Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1973 sehingga memiliki luas sebesar 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan, dimana Kecamatan Medan Denai meliputi Kampung Bandar Selamat, Kampung Bantan, Kampung Tembung, Kampung Tegalsari, Kampung Denai, Kampung Binjai dan Kampung Amplas.38 Dengan Surat Persetujuan Mendagri No.140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986 jumlah Kelurahan di Kotamadya Medan menjadi 144 Kelurahan, hal ini mengakibatkan Kecamatan Medan Denai menjadi 14 Kelurahan. Tetapi itu tidak berlangsung lama karena terjadi beberapa kali perubahan yaitu melalui Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 1991 yang memekarkan Kotamadya Medan dari 11 Kecamatan menjadi 19 Kecamatan, kemudian melalui Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1992 yang kembali memekarkan Kotamadya Medan dari 19 Kecamatan menjadi 21 Kecamatan yang masing-masing menyatakan bahwa Kecamatan Medan Denai terdiri dari 5 Kelurahan.39 Kemudian pada Peraturan Daerah Kota Medan No.7 Tahun 2001 ditetapkan bahwa Kecamatan Medan Denai meliputi 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Denai, Kelurahan Binjai, Kelurahan Medan Tenggara, Kelurahan Tegal Sari Mandala I, Kelurahan Tegal Sari Mandala II dan Kelurahan Tegal Sari Mandala III.40
2.2 Keadaan Geografis
Kecamatan Medan Denai adalah salah satu dari Kecamatan yang ada di Kota Medan yang terdiri dari 6 Kelurahan. Luas wilayah Kecamatan Medan Denai yaitu 11,19 km2, dengan jarak 9 km dari pusat Kota Medan. Kecamatan Medan Denai mencakup 4,22 % dari keseluruhan wilayah Kota Medan.41
38
PP No.22 Tahun 1973 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 hal.181
39
Op.cit, hal.16-18
40
Perda Kota Medan No.7 Tahun 2001 hal.2
41
(33)
Kecamatan Medan Denai berbatasan langsung dengan, Sebelah Utara : Kecamatan Medan Kota dan
Kecamatan Medan Area Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat : Kecamatan Medan Amplas Sebelah Timur : Kecamatan Medan Tembung
2.3 Demografi
Penduduk Kecamatan Medan Denai berjumlah 186.133 jiwa. Jumlah kepala keluarga sebanyak 30.823 keluarga. Jumlah penduduk yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap untuk Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 adalah sebanyak 148.178 jiwa dengan 281 TPS. Agar lebih jelas komposisi penduduk Kecamatan Medan Denai dapat dilihat berdasarkan pendidikan, pekerjaan, suku dan agama.
a. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu faktor utama yang akan menunjang peningkatan kesejahteraan penduduk. Dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan yang cukup dapat membantu penduduk untuk mengenyam pendidikan yang memadai sehingga tercapai kesejahteraan yang dimaksud.
Klasifikasi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut,
(34)
Tabel 2
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Persentase
1. SD / Sederajat 42.744 36,83
2. SMP / Sederajat 33.766 29,1
3. SMA / Sederajat 34.512 29,74
4. S1 4.489 3,86
5. S2 542 0,47
Jumlah 116.053 100
Sumber : Profil Kecamatan Medan Denai
Pada Tabel 2 terlihat bahwa masyarakat yang berpendidikan Sekolah Dasar paling banyak di Kecamatan ini. Hal ini dimungkinkan oleh banyaknya penduduk berusia tua yang dulunya tidak banyak melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi.
Tetapi dapat diamati pula bahwa penduduk yang berpendidikan SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat tidak sedikit dan cukup berimbang yaitu 29,1 % dan 29,74 % . Kemudian untuk penduduk yang berpendidikan S1 dan S2 jumlahnya sangat sedikit dibandingkan jenjang pendidikan yang lain yaitu hanya 3,86 % dan 0,47 %. Tidak sampai 10 % dari jumlah penduduk Kecamatan Medan Denai yang berpendidikan hingga Perguruan Tinggi. Hal ini berarti bahwa hampir seluruh penduduk Kecamatan Medan Denai rata-rata berpendidikan SMP dan SMA yang dapat dikategorikan belum terlalu tinggi.
(35)
b. Pekerjaan
Kecamatan ini merupakan wilayah padat penduduk yang terletak di pinggiran Kota Medan yaitu perbatasan antara Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang sehingga wajar jika di Kecamatan ini lebih dilihat sumber daya manusianya daripada sumber daya alamnya meskipun terdapat beberapa sumber daya alam yang diolah penduduk dalam bentuk pertanian yang jumlahnya sangat minim dibanding pekerjaan di sektor lainnya. Untuk melihat klasifikasi penduduk berdasarkan pekerjaan terdapat dalam Tabel 3 berikut,
Tabel 3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah Persentase
1. Pegawai Negeri Sipil 4644 9,3
2. TNI 172 0,3
3. POLRI 654 1,3
4. Petani 107 0,2
5. Pedagang 8177 16,3
6. Wiraswasta 36.378 72,6
Jumlah 50.132 100
Sumber : Profil Kecamatan Medan Denai
Dilihat dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa hampir seluruh penduduk Kecamatan Medan Denai bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 72,6 % dari jumlah seluruh penduduk yang bekerja. Disisi lain dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 50.132 orang dari 186.133 orang penduduk Kecamatan Medan Denai. Penduduk yang bekerja di Kecamatan Medan Denai hanya 27 %.
(36)
c. Suku
Beberapa suku utama yang terdapat di Kecamatan Medan Denai komposisi yang menganutnya dapat dilihat pada Tabel 4,
Tabel 4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku
No. Suku Jumlah Persentase
1. Batak 77.264 41,5
2. Melayu 17.495 9,4
3. Jawa 41.854 22,5
4. Minang 35.734 19,2
5. Keturunan 13.100 7,03
6. Lain-lain 686 0,37
Jumlah 186.133 100
Sumber : Profil Kecamatan Medan Denai
Penduduk dari suku Batak mendominasi Kecamatan ini yaitu sebesar 41,5 % hampir setengah dari jumlah penduduk Kecamatan Medan Denai, kemudian diikuti oleh suku Jawa sebanyak 22,5 % dan suku Minang dengan 19,2 % yang sebarannya kurang merata di masing-masing Kelurahan. Selebihnya adalah suku Melayu, Keturunan Tionghoa dan lain-lainnya seperti suku Karo dan Aceh sebanyak 0,37 %. Keturunan Tionghoa terbanyak terdapat di Kelurahan Tegal Sari Mandala I dan II sedangkan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III dan Binjai sama sekali tidak terdapat Keturunan Tionghoa disana.
(37)
d. Agama
Mayoritas penduduk Kecamatan Medan Denai menganut agama Islam sekitar 68,5 % yaitu berjumlah 127.628 orang. Untuk gambaran lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut ini,
Tabel 5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah Persentase
1. Islam 127.628 68,5
2. Protestan 43.555 23,4
3. Katolik 8.341 4,5
4. Hindu 130 0,1
5. Budha 6.479 3,5
Jumlah 186.133 100
Sumber : Profil Kecamatan Medan Denai
Penduduk yang memeluk agama Hindu sangat sedikit yaitu hanya 0,1 % atau sekitar 130 orang. Sementara untuk pemeluk agama Katolik dan Budha hampir sama jumlahnya yaitu 4,5 % dan 3,5 % sebanyak 8.341 dan 6.479 orang. Agama Protestan menempati posisi kedua setelah agama Islam dengan 23,4 % atau 43.555 orang.
2.4 Pasangan Peserta Pemilukada
a. Pasangan Peserta Pemilukada Putaran I
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan menetapkan 10 Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan dari 12 pasangan bakal calon yang telah mendaftarkan diri. Dua pasangan bakal calon yang dinyatakan tidak lulus verifikasi masing-masing
(38)
pasangan Deni Ihlam Panggabean-Iyanto MS dan Rudolf M Pardede-Afifuddin Lubis.
Pasangan Deni Ihlam Panggabean-Iyanto MS dinyatakan tidak lulus verifikasi karena tidak mendapat restu Partai Demokrat. Partai Demokrat telah mengusung Dzulmi Eldin sebagai calon Wakil Walikota Medan berpasangan dengan Rahudman Harahap sebagai calon Walikota Medan perwakilan Partai Golkar. Sementara pasangan Rudolf Pardede-Afifuddin Lubis terpaksa menelan kekecewaan akibat terganjal persyaratan pendaftaran, yakni tidak bisa memperlihatkan ijazah asli tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pasangan yang dinyatakan lulus verifikasi dari jalur partai politik masing-masing pasangan Maulana Pohan-Ahmad Arif, Ajib Shah-Binsar Situmorang, Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin, Sigit Pramono Asri-Nurlisa Ginting dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti. Sedangkan pasangan dari jalur independen yang dinyatakan lulus verifikasi masing-masing pasangan Bahdin Nur Tanjung- Kasim Siyo, Syahrial R. Anas-Yahya Sumardi, Prof. Arif Nasution-Supratikno, Joko Susilo-Amir Mirza Hutagalung dan Indra Sakti-Delyuzar. Berdasarkan Surat Keputusan KPU Kota Medan No. 59 Tahun 2010 Tentang Penetapan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan Pada Pemilukada Kota Medan 2010. Berikut nomor urut Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan 2010 beserta profil singkatnya,42
1. Syahrial R. Anas – Yahya Sumardi
Pasangan ini berangkat dari jalur independen. Syahrial adalah seorang dokter yang pernah menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan selama beberapa periode. Syahrial terbukti mampu mengurus sebuah rumah sakit yang menjadi tempat pelayanan kesehatan utama warga Medan.
42
http://www.waspadaonline.co.id/berita-pasangan-calon-yang-lolos-pilkada-medan-putaran-1/ Diakses pada 03/02/11 Pukul 11.25 WIB
(39)
Sementara Yahya adalah seorang aparat pemerintahan yang berkedudukan di kelurahan yaitu Lurah. Sebagai Lurah Yahya cukup mengetahui wilayah Kota Medan dengan baik.
2. Sigit Pramono Asri – Nurlisa Ginting
Pasangan ini adalah perpaduan antara politisi dan birokrat yang handal di bidangnya masing-masing. Sigit yang merupakan politisi dari Partai Keadilan Sejahtera dan sedang duduk di DPRD Kota Medan. Sigit juga telah menjadi anggota DPRD Kota Medan selama dua periode sehingga dia memahami kondisi politik saat ini. Nurlisa pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara dan Staf Pengajar di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Nurlisa telah merintis pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri Sipil sejak awalnya sehingga dia mengetahui benar bagaimana suka dan dukanya sebagai Pegawai Negeri Sipil.
3. Indra Sakti – Delyuzar
Indra merupakan seorang politisi yang juga sudah malang melintang didunia politik, sehingga dia mengetahui bagaimana cara menarik suara masyarakat. Delyuzar adalah seorang dokter yang berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya,dia sering mengadakan bakti sosial pengobatan murah bahkan gratis bagi masyarakat miskin atau kurang mampu.
4. Bahdin Nur Tanjung – Kasim Siyo
Bahdin adalah seorang akademisi yang masih aktif, jabatan terakhir yang dipegangnya adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sementara Kasim adalah seorang birokrat yang sudah menduduki jabatan-jabatan penting bukan hanya di Provinsi Sumatera utara, Kota Medan, tetapi juga di daerah-daerah lain di lingkungan Sumatera Utara. Jabatan terakhirnya
(40)
adalah sebagai Asisten Setdaprovsu, hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi pasangan ini karena telah banyak memiliki pengalaman mengurus pemerintahan.
5. Joko Susilo – Amir Mirza Hutagalung
Joko seorang perwira polisi yang juga merintis usaha toko kue yang gerainya telah tersebar di berbagai lokasi di Medan ini. Sebagai seorang polisi tentunya Joko memiliki kemampuan menyusun strategi yang jitu untuk pertahanan dan keamanan. Sedangkan Amir adalah seorang pengusaha yang telah lama merintis usahanya sehingga menjadi maju pesat.
6. Rahudman Harahap – Dzulmi Eldin
Pasangan ini adalah pasangan birokrat yang berasal dari suku berbeda yang mendominasi Kota Medan. Rahudman yang pernah menjabat sebagai Pejabat Walikota Medan disaat Walikota dan Wakil Walikota Medan yang terpilih dinonaktifkan. Semasa menjabat Rahudman telah menunjukkan banyak perubahan di Kota Medan. Sementara Dzulmi adalah birokrat yang juga telah banyak menduduki jabatan penting di berbagai daerah di Provinsi Sumatera Utara. Saat mereka menduduki jabatannya masing-masing mereka telah memberikan yang terbaik pada masyarakatnya.
7. Prof Arif Nasution – Supratikno
Arif adalah seorang akademisi yang berasal dari Universitas Sumatera Utara. Jabatan terakhir yang diemban olehnya adalah seorang Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Sebagai pendidik Arif adalah seorang pendidik yang pantas memimpin, hal ini telah dibuktikan dengan diangkatnya Arif menjadi Dekan. Sedangkan Supratikno adalah salah satu tokoh Pujakesuma yang juga memiliki banyak pengalaman organisasi.
(41)
8. Maulana Pohan – Ahmad Arif
Maulana adalah birokrat yang pernah mencalonkan diri menjadi Walikota Medan pada tahun 2005 sehingga telah memahami seluk beluk Pemilukada. Sementara Ahmad adalah seorang politisi dari Partai Amanat Nasional yang juga seorang anggota dewan. Ahmad telah lama berkecimpung dibidang politik hal ini dapat dilihat dari lamanya Ahmad merintis posisi di partainya tersebut hingga mampu menempati posisi yang sebagai ketua. 9. Ajib Shah – Binsar Situmorang
Ajib adalah kader penting dari sebuah organisasi kepemudaan besar yaitu Pemuda Pancasila. Ajib didukung oleh keluarga yang juga cukup ternama diantaranya adalah Rahmad Shah yang merupakan Konsulat Jenderal Kehormatan Turki di Provinsi Sumatera Utara serta Anif Shah. Sedangkan Binsar adalah seorang akademisi yang telah mendapat gelar Doktor di bidang teknik.
10.Sofyan Tan – Nelly Armayanti
Pasangan ini adalah pasangan yang cukup fenomenal karena pasangan ini berasal dari latar belakang yang sangat berbeda. Pasangan ini disebut pasangan pelangi, hal ini karena Sofyan adalah seorang dokter yang berasal dari Etnis Tionghoa sedangakan Nelly adalah seorang mantan Ketua KPU Kota Medan yang berasal dari suku minang. Sofyan memiliki sekolah dengan basis multikultural yang berada di pinggir Kota Medan. Sedangkan Nelly kepemimpinannya tidak lagi diragukan karena telah teruji saat menjadi Ketua KPU Kota Medan yang lalu.
(42)
b. Pasangan Peserta Pemilukada Putaran II
Pemilukada Kota Medan dilakukan dalam dua putaran sesuai UU No 12 Tahun 2008 Perubahan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Karena tidak ada pasangan calon yang mendapatkan suara mayoritas yaitu minimal 30 % dari jumlah suara sah maka diambillah dua pasangan calon yang mendapat suara terbanyak yaitu pasangan nomor urut 6, Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin yang mendapat 21,40 % suara. Sedang pasangan nomor urut 10, Sofyan Tan-Nelly Armayanti di urutan kedua dengan 20,87 % suara.43 Berdasarkan Penetapan Perolehan Suara Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2010 di Komisi Pemilihan Umum Kota Medan maka selanjutnya nomor urut peserta Pemilukada kota Medan Putaran II yaitu,44
1. Rahudman Harahap – Dzulmi Eldin 2. Sofyan Tan – Nelly Armayanti
43
Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemulikada Kota Medan Putaran I Tahun 2010 di Kecamatan Medan Denai KPU Kota Medan
44
http://www.waspadaonline.co.id/peserta-pilkada-medan-putaran-2/ Diakses pada 03/02/11 Pukul 11.35 WIB
(43)
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini akan disajikan data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang diberikan kepada responden di Kecamatan Medan Denai yang berjumlah 100 orang, kemudian data tersebut dianalisis secara desktiptif. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Medan Denai yang terdaftar dalam DPT untuk Pemilukada Kota Medan Putaran I dan II. Data yang disajikan dan dianalisis adalah karakteristik umum responden, tingkat perbandingan partisipasi dalam Pemilukada Kota Medan Putaran I dan II serta faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi tersebut.
3.1 Karakteristik Responden
Berikut ini disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden antara lain, usia,jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir dan pekerjaan.
Tabel 6
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Jumlah Persentase
1. 18 – 27 33 33
2. 28 – 37 25 25
3. 38 – 47 19 19
4. 48 – 58 16 16
5. 58 keatas 7 7
Jumlah 100 100
(44)
Pada Tabel 6 terlihat bahwa responden yang berusia antara 18 hingga 27 tahun paling banyak jumlahnya, ini dapat diartikan bahwa pada Pemilukada Kota Medan 2010 lalu lebih didominasi oleh pemilih pemula. Kemudian yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah yang tejadi pada responden yang berusia lanjut karena dapat dilihat bahwa sangat sedikit jumlahnya dibandingkan rentang usia yang lainnya. Sebaran responden pada penelitian ini cukup merata karena seluruh rentang usia dapat diwakili, hal ini dapat mewakili pandangan pemilih dari berbagai sudut usia.
Tabel 7
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki-laki 44 44
2. Perempuan 56 56
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Perbedaan jenis kelamin sebenarnya juga sangat mempengaruhi partisipasi masyarakat. Untuk itu perimbangan sebaran jumlah responden menurut jenis kelamin penting dilakukan agar penelitian ini tidak bias. Data yang berhasil dikumpulkan ternyata responden penelitian ini lebih banyak perempuan. Meskipun begitu perbandingan jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh. Maka komposisi responden berdasarkan jenis kelamin masih dapat dikatakan berimbang seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7.
(45)
Tabel 8
Karakteristik Responden Berdasarkan Agama No. Agama Jumlah Persentase
1. Islam 75 75
2. Katolik 4 4
3. Protestan 16 16
4. Hindu 1 1
5. Budha 4 4
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa responden mewakili seluruh agama yang diakui di Indonesia, meskipun penyebarannya tidak merata yaitu hanya didominasi oleh masyarakat yang beragama Islam. Kemudian diikuti oleh Agama Kristen Protestan sebagai agama terbanyak kedua yang dipeluk masyarakat. Sementara untuk Agama Kristen Katolik, Hindu dan Budha merupakan agama dengan penganut yang minoritas.(Tabel 8)
Suku adalah salah satu indikator penting yang akan mempengaruhi partisipasi seorang warga, maka dari itu penting untuk melihat penyebaran suku agar penelitian ini tetap berimbang. Berdasarkan suku responden terdapat lebih dari 6 suku, dimana jumlah responden dari Suku Batak/Mandailing lebih banyak dibandingkan dengan suku-suku lainnya. Sementara untuk Suku Jawa dan Minang memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda. Di Kecamatan Medan Denai ini terdapat sejumlah warga Keturunan Tionghoa. Kemudian terdapat beberapa suku yang minoritas yaitu Suku Aceh, Karo serta Bangsa Arab. Dari keseluruhan data yang didapat terlihat bahwa penyebaran suku cukup merata.(Tabel 9)
(46)
Tabel 9
Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
No. Suku Jumlah Persentase
1. Batak / Mandailing 37 37
2. Melayu 5 5
3. Jawa 21 21
4. Minang 23 23
5. Keturunan Tionghoa 10 10
6. Lain-lain 4 4
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian Tabel 10
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No. Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
1. SD/Sederajat 14 14
2. SMP/Sederajat 27 27
3. SMA/Sederajat 46 46
4. S1 10 10
5. S2 3 3
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Tingkat pendidikan yang didapat akan memberikan pengaruh besar terhadap partisipasi seseorang, sehingga pendidikan terakhir yang diterima oleh responden perlu diidentifikasi agar penelitian ini tidak bias. Seperti yang digambarkan oleh Tabel 10 responden lebih banyak yang pendidikan terakhirnya berada pada tingkat
(47)
SMA/Sederajat dan SMP/Sederajat. Sementara untuk S1 dan S2 jumlahnya sangat sedikit. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan responden dapat dikatakan cukup mapan. Kemapanan dalam pendidikan akan berdampak pada rasionalitas pilihan yang diambil pemilih. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin rasional pemilih dalam menentukan pilihannya. Sementara semakin rendah pendidikan pemilih maka akan semakin tidak rasional dalam menentukan pilihannya.
Tabel 11
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah Persentase
1. Tidak Bekerja 10 10
2. PNS 8 8
3. TNI/POLRI 2 2
4. Pegawai Swasta 15 15
5. Petani 1 1
6. Pedagang 7 7
7. Wiraswasta 35 35
8. Ibu Rumah Tangga 22 22
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Responden memiliki pekerjaan yang berbeda-beda diantaranya PNS,Pegawai Swasta, Petani, Pedagang, Wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga. Perbedaan latar belakang pekerjaan ini akan melatarbelakangi perbedaan pilihan responden, karena mereka memiliki kepentingan yang berbeda bahkan bertolak belakang. Pilihan yang dijatuhkan pasti berdasarkan kepentingan mereka. Kepentingan tersebut adalah
(48)
orientasi pemilih terhadap Calon Walikota yang dianggapnya sesuai dengan harapannya. (Tabel 11)
Tabel 12
Jawaban Responden Tentang Peran Pendidikan Politik Dalam Membuat Partisipasi Masyarakat Pada Pemilukada
No. Jawaban Jumlah Persentase
1. Sangat Berperan 30 30
2. Cukup Berperan 36 36
3. Kurang Berperan 12 12
4. Tidak Berperan 22 22
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Sebagian besar responden menilai bahwa pendidikan politik cukup bahkan sangat berperan dalam membuat para responden berpartisipasi dalam Pemilukada Kota Medan 2010 lalu (Tabel 12). Pendidikan yang diberikan antara lain penyuluhan tentang bagaimana cara mempergunakan hak suara, apa pentingnya menggunakan hak pilih yang dimiliki serta apa manfaatnya bagi mereka jika mereka ikut memberikan suara dalam Pemilukada Kota Medan itu. Sementara sebagian kecil lainnya beranggapan bahwa pendidikan politik itu kurang bahkan sama sekali tidak berperan dalam membuat reponden berpartisipasi dalam Pemilukada Kota Medan 2010 lalu. Menurut mereka tanpa adanya pendidikan politik mereka tetap berpartisipasi dalam Pemilukada asalkan mereka diberitahu kapan dan dimana tempat pemungutan suaranya. Persoalan bagaimana caranya, apa pentingnya dan manfaatnya bagi mereka itu tidak menjadi masalah bagi mereka karena nantinya pasti ada yang mengajari mereka bagaimana cara memberikan suara di tempat
(49)
pemungutan suara atau mereka akan bertindak sesuai keinginan mereka sendiri, tidak penting bagi mereka suara mereka itu sah atau tidak.
Tabel 13
Jawaban Responden Atas Informasi Lebih Dalam Tentang Pemilukada
No. Jawaban Jumlah Persentase
1. Sangat Memerlukan 37 37
2. Cukup Memerlukan 36 36
3. Kurang Memerlukan 15 15
4. Tidak Memerlukan 12 12
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Responden mayoritas menilai bahwa mereka cukup dan sangat memerlukan informasi yang lebih dalam lagi tentang Pemilukada Kota Medan 2010 (Tabel 13). Informasi yang mereka perlukan itu berupa program kerja, riwayat hidup, riwayat pekerjaan dan terutama kesalahan yang pernah dilakukan oleh pasangan calon yang ikut dalam Pemilukada Kota Medan 2010. Karena dari kesalahan yang dibuat itulah masyarakat mengetahui apakah mereka pantas memimpin kota ini atau tidak. Sementara yang lainnya menyatakan bahwa mereka kurang dan tidak membutuhkan informasi yang lebih dalam lagi tentang Pemilukada Kota Medan 2010 karena sebagian dari mereka telah mengetahui dengan jelas segala hal yang berkaitan dengan Pemilukada Kota Medan dan sebagian lagi merasa bahwa informasi itu tidak penting karena mereka telah menetapkan pilihannya sendiri.
(50)
Tabel 14
Jawaban Responden Tentang Perlunya Informasi Dari Media Massa
No. Jawaban Jumlah Persentase
1. Sangat Memerlukan 40 40
2. Cukup Memerlukan 34 34
3. Kurang Memerlukan 11 11
4. Tidak Memerlukan 15 15
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Media massa adalah salah satu elemen terpenting dalam pelaksanaan Pemilukada, sebagai pintu utama mengalirnya informasi dari penyelenggara Pemilukada kepada masyarakat. Sehingga perlu juga ditinjau peranan media massa dimata masyarakat dalam penyebaran informasi tentang Pemilukada Kota Medan 2010. Seperti yang digambarkan pada Tabel 14, hampir seluruh responden berpendapat bahwa mereka cukup dan sangat memerlukan informasi tentang Pemilukada dari media massa. Pada umumnya media massa tersebut berbentuk koran, televisi dan radio. Sementara responden lainnya berpendapat bahwa mereka tidak memerlukan informasi dari media massa tentang Pemilukada, hal ini lebih disebabkan karena mereka memang tidak pernah berhubungan dengan media massa tersebut. Mereka tidak pernah dan tidak sempat membaca koran atau mendengarkan siaran radio, kalaupun mereka pernah menyaksikan siaran televisi bukan tentang Pemilukada tetapi siaran yang berisi hiburan saja.
(51)
Tabel 15
Proporsi Intensitas Keikutsertaan Responden Dalam Pemilu No. Intensitas Jumlah Persentase
1. > 3 kali 61 61
2. 3 kali 13 13
3. 2 kali 15 15
4. 1 kali 11 11
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Intensitas keikutsertaan responden dalam Pemilihan Umum juga akan menjadi indikator yang mempengaruhi responden untuk berpartisipasi, sehingga perlu digambarkan proporsi intensitas keikutsertaan responden dalam Pemilihan Umum agar hasil analisis yang disampaikan berimbang. Dapat diketahui hampir seluruh responden telah lebih dari tiga kali berpartisipasi dalam Pemilihan Umum, hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki pengalaman yang cukup matang dalam memberikan hak suaranya saat Pemilihan Umum. Tetapi disini juga terdapat beberapa responden yang baru pertama kalinya ikut serta dalam Pemilihan Umum. Hal ini tentu akan mempengaruhi cara responden tersebut dalam berpartisipasi.
3.2 Identifikasi Peserta Pemilukada
Dalam pelaksanaan Pemilukada tentunya terdapat beberapa peserta Pemilukada yang berkompetisi untuk memenangkan Pemilukada untuk menjadi Kepala Daerah. Pada Tabel 16 akan digambarkan apakah responden mengenal salah satu pasangan calon dalam Pemilukada Kota Medan 2010.
(52)
Tabel 16
Proporsi Pesponden Mengenal Pasangan Calon Dalam Pemilukada Kota Medan 2010
No. Jawaban Jumlah Persentase
1. Sangat Mengenal 19 19
2. Cukup Mengenal 37 37
3. Kurang Mengenal 19 19
4. Tidak Mengenal 25 25
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Banyaknya responden yang sangat dan cukup mengenal pasangan calon yang berkompetisi dalam Pemulikada Kota Medan 2010 hampir sama jumlahnya dengan responden yang kurang atau sama sekali tidak mengenal pasangan calon tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena sosialisasi yang kurang mengena bagi para pemilih pada waktu itu atau juga karena masyarakat sebagai pemilih tidak terlalu peduli dengan siapa dan bagaimana pasangan calon tersebut. Seperti yang dijelaskan di Tabel 13 dan Tabel 14 bahwa hampir 30 % responden merasa kurang bahkan tidak membutuhkan informasi tentang Pemilukada terutama yang berasal dari media massa.
Berikut adalah kondisi dimana responden mengenal pasangan calon yang ikut serta dalam Pemilukada Kota Medan 2010. Media massa merupakan media yang paling banyak menjadi pilihan responden untuk dapat mengenal pasangan calon, sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada media massa sebagai penyedia informasi tentang Pemilukada yang diperlukan oleh sebanyak 74 % responden. Kemudian kampanye juga menjadi media yang tepat menurut responden untuk mengenal
(53)
pasangan calon. Tetapi yang tidak kalah penting adalah perkenalan melalui hubungan keluarga yang tentunya akan sangat mempengaruhi pilihan responden.
Tabel 17
Proporsi Kondisi Responden Mengenal Pasangan Calon
No. Kondisi Jumlah Persentase
1. Kampanye 25 33
2. Hubungan Keluarga 5 7
3. Media Massa 45 60
Jumlah 75 100
Sumber : Kuesioner Penelitian Tabel 18
Jawaban Responden Terhadap Kesesuaian Keinginan Atas Kepala Daerah Terpilih
No. Jawaban Jumlah Persentase
1. Sangat Sesuai 15 15
2. Cukup Sesuai 24 24
3. Kurang Sesuai 27 27
4. Tidak Sesuai 34 34
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Dari Tabel 18 digambarkan bahwa lebih banyak responden yang merasa bahwa Kepala daerah yaitu Walikota Medan yang telah terpilih itu tidak sesuai dengan keinginan mereka. Sementara yang mengatakan bahwa Kepala Daerah terpilih sangat sesuai dan cukup sesuai jumlahnya lebih sedikit dibandingkan yang mengatakan kurang sesuai. Artinya bahwa hasil yang dicapai dari Pemilukada ini belum sesuai dengan keinginan responden.
(54)
Tabel 19
Proporsi Pilihan Responden Pada Pemilukada Putaran I
No. Pasangan Calon Jumlah Persentase
1. Syahrial-Yahya 3 3
2. Sigit-Nurlisa 15 17
3. Indra-Delyuzar 1 1
4. Bahdin-Kasim 4 5
5. Joko-Amir 4 5
6. Rahudman-Dzulmi 28 32
7. Arif-Supratikno 4 5
8. Maulana-Arif 10 12
9. Ajib-Binsar 1 1
10. Sofyan-Nelly 16 19
Jumlah 86 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Berdasarkan Tabel 19 terlihat proporsi sebaran pilihan responden pada Putaran I Pemilukada Kota Medan, dimana Pasangan Rahudman-Dzulmi memimpin kemudian disusul Pasangan Sofyan-Nelly. Lalu perolehan suara terbesar selanjutnya dipegang oleh Pasangan Sigit-Nurlisa dan Maulana-Arif. Sedangkan keenam pasangan lainnya hanya mendapatkan suara yang sangat sedikit yaitu hanya dibawah 10 %. Distribusi perolehan suara ini sesuai dengan data yang didapat dari KPU Kota Medan tentang Rekapitulasi Hasil Suara Pemilukada Kota Medan Putaran I yang dilanjutkan dengan Putaran II, berikut sebaran pilihan responden pada Pemilukada Kota Medan Putaran II.
(55)
Tabel 20
Proporsi Pilihan Responden Pada Pemilukada Putaran II
No. Pasangan Calon Jumlah Persentase
1. Rahudman-Dzulmi 63 70
2. Sofyan-Nelly 27 30
Jumlah 90 100
Sumber : Kuesioner Penelitian
Hasil pada Tabel 20 menunjukkan bahwa Rahudman-Dzulmi telah merebut suara responden sebanyak 70 % dan memenangkan Pemilukada Kota Medan 2010.
3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pada Pemilukada Kota Medan Putaran I
Partisipasi responden pada Pemilukada Kota Medan Putaran I dilakukan dalam berbagai cara. Tentunya responden juga memiliki alasan tersendiri dalam melakukan partisipasi tersebut dan banyak pula faktor yang mempengaruhi partisipasi responden tersebut. Maka berikut akan dijabarkan bentuk partisipasi, alasan dan faktor yang mempengaruhi responden untuk berpartisipasi pada Pemilukada Kota Medan Putaran I.
Media yang menyalurkan informasi kepada responden tentang Pemilukada Kota Medan Putaran I terdiri dari keluarga, teman, media elektronik, media cetak, serta beberapa media langsung lainnya. Media elektronik yang dimaksud responden adalah televisi dan radio, baik itu berita tentang Pemilukada dan pasangan calon maupun iklan kampanye pasangan calon tersebut. Media ini paling banyak dipilih oleh responden untuk mengetahui informasi tentang Pemilukada. Televisi dan radio dipilih responden karena menurut mereka media ini tidak banyak menyita waktu,
(1)
yang usianya sudah tidak muda lagi sehingga pekerjaanya hanya seorang ibu rumah tangga. Sementara masyarakat yang pendidikannya tinggi lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki dari berbagai usia dengan pekerjaan yang cukup baik. Faktor berikutnya adalah intensitas mengikuti Pemilihan Umum, semakin tinggi intensitas seseorang mengikuti Pemilihan Umum maka mereka semakin malas dalam berpartisipasi, sementara bagi para pemuda yang baru beberapa kali mengikuti Pemilihan Umum lebih antusias dalam berpartisipasi. Kemudian faktor internal yang berperan penting dalam partisipasi adalah suku dan agama. Seperti yang terjadi pada Pemilukada Kota Medan Putaran II faktor ini sangat mempengaruhi pilihan masyarakat, masyarakat lebih memilih pasangan calon yang seagama atau sesuku dengan mereka, ternyata primordialitas masih sangat berlaku pada kasus ini. Masing-masing agama dan suku mengklaim dukungannya kepada salah satu pasangan calon, apalagi persaingan pada Pemilukada Kota Medan Putaran II ini cukup tajam antara agama mayoritas dan agama minoritas serta antara suku mayoritas dan suku minoritas. Disinilah peran suku dan agama menjadi faktor penentu pilihan masyarakat pada Pemilukada Kota Medan Putaran II. Sementara pada Pemilukada Kota Medan Putaran I, hal ini tidak terlalu menonjol karena masih banyak pilihan pasangan calon yang akan dipilih yang berasal dari beragam suku, agama serta pekerjaan.
Faktor eksternal yang juga memiliki pengaruh yang sangat besar bagi partisipasi masyarakat dalam Pemilukada Kota Medan adalah ketersediaan informasi, pengaruh yang diberikan orang lain, hubungan kekeluargaan dengan pasangan calon serta pengaruh uang.
Informasi yang didapatkan masyarakat tentang Pemilukada ini cukup beragam baik dari media elektronik, media cetak dan media langsung. Informasi ini
(2)
tentunya sangat berguna untuk membuat masyarakat berpartisipasi dalam Pemilukada Kota Medan baik Putaran I maupun II. Menurut masyarakat informasi yang diberikan sudah cukup memadai untuk menjadi referensi mereka dalam memilih pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan.
Kemudian pada Pemilukada Kota Medan Putaran I intensitas pemberian pengaruh isu maupun uang tidak terlalu banyak, meskipun hal itu cukup memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pilihan masyarakat. Tetapi pada Pemilukada Kota Medan Putaran II pengaruh isu yang diiringi pengaruh uang sangat gencar diberikan, sehingga pada umumnya masyarakat termobilisasi oleh pengaruh tersebut untuk memberikan suaranya.
Faktor lainnya adalah hubungan kekeluargaan yang dimiliki pasangan clon dengan masyarakat, pada Pemilukada Kota Medan Putaran I hubungan kekeluargaan ini lebih memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pilihan masyarakat dari pada ketika Pemilukada Kota Medan Putaran II. Karena pada Pemilukada Kota Medan Putaran II pengarug isu lebih besar pengaruhnya.
Faktor terbesar adalah kesadaran masyarakat untuk memberikan suara, hal ini disebabkan informasi yang tersampaikan dengan baik, rasionalitas pemilih yang semakin tinggi serta tidak lupa peran pendidikan politik.
Dalam hal ini pendidikan politik cukup berperan penting dalam membuat masyarakat memberikan hak pilihnya. Pendidikan politik ini disampaikan oleh aparat lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakat yang dibantu oleh penyuluh dari KPU Kota Medan maupun dari tim sukses masing-masing pasangan calon.
(3)
4.2 Saran
Bagi masyarakat disarankan agar lebih merasionalkan pilihannya pada Pemilihan Umum yang akan datang. Tentunya hal itu akan didapat jika masyarakat bersedia menerima segala informasi yang ada tentang Pemilihan Umum dan pesertanya, dengan mengetahui segala sesuatu tentang peserta Pemilihan Umum tersebut maka masyarakat dapat menilai dan menentukan pilihannya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh orang lain lagi sehingga tidak ada lagi partisipasi masyarakat yang dimobilisasi oleh kelompok tertentu dan dengan imbalan tertentu.
Bagi Penyelenggara Pemilu sebaiknya memberikan sosialisasi lebih dini kepada masyarakat tentang Pemilihan Umum khususnya apabila terdapat perubahan metode dalam Pemilihan Umum tersebut sehingga masyarakat tidak canggung dalam memilih nantinya. Jika Penyelenggara Pemilihan Umum terlambat maka tim sukses pasangan calon akan lebih dulu turun menjelaskannya kepada masyarakat sekaligus mencuri waktu kampanye, hal ini tentu akan merusak reputasi Penyelenggara Pemilihan Umum karena dapat dianggap tidak mampu menjalankan tugasnya.
Bagi peserta Pemilihan Umum hendaknya bersikap bijak dalam mempengaruhi masyarakat, jangan lagi menyuguhkan uang atau mempergunakan isu-isu yang menyinggung untuk menarik dukungan masyarakat, hal ini hanya akan mencederai ketulusan demokrasi dan membuat pemilih tidak dewasa dalam menentukan pilihannya.
(4)
Daftar Pustaka
Almond, Gabriel A & Sidney Verba, The Civic Culture, New Jersey : Princeton University Press, 1963
Almond, Gabriel A &Sidney Verba, Budaya Politik : Tingkah Laku Politik dan
Demokrasi di Lima Negara, Jakarta : Bumi Angkasa, 1990
Budiardjo, Miriam, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1982
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005
Budiardjo, Miriam, Masalah Kenegaraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1982
Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Prenada Media, 2005 Gafar, Afan, Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1999
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1990
Imawan, Riswadha, “Pemilu Sebagai Mekanisme Demokrasi Politik di Indonesia”,
Prospektif, No. 2 Vol. 3, 1991
Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia : Suatu Model Pengantar, Bandung : Sinar Baru, 1988
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1980
Marbun, B.N, Kamus Politik, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005
McClosky, Herbert dalam Michael Rush & Philiph Althoff, Pengantar Sosiologi
(5)
Nie, Norman H. & Sidney Verba dalam Gabriel A. Almond, The Study of
Comparative Politic, Boston : Little Brown & Company, 1974
Peraturan Lengkap Pilkada, Jakarta : Sinar Grafika, 2006
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976
Prihatmoko, Joko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar, 2005
Sanit, Arbi, Sistem Politik Indonesia, Jakarta : Rajawali, 2000
Saripudin U, Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik
Pendidikan Demokrasi (Disertasi), UPI : Program Pascasarjana, 2001
Sastroatmodjo, Sudijono, Perilaku Politik, Semarang : IKIP Semarang Press, 1995 Suhelmi, Ahmad, Pemikiran Politik Barat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001 Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian
STKIP Kuningan, 1995
Suyanto, Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif
Pendekatan, Jakarta: Kencana, 2005
Ubaedillah, A dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewargaan (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta : ICCE UIN
Syarif Hidayatullah, 2008
Undang-Undang Otonomi Daerah Terbaru, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005
Undang-Undang 2005. Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan PERPU Nomor 3 Tahun 2005
(6)
Website :
http://www.pemkomedan.go.id/mdnden.php Diakses pada 02/11/2010 Pukul 17.40 WIB
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa-lainnya/2010/05/17/brk,2010 Diakses pada 02/11/2010 Pukul 17.55 WIB
http://www.waspadaonline.co.id/ Diakses pada 03/02/11 Pukul 11.25 WIB
Dokumentasi :
Buku Kerja Pemerintah Kota Medan 2006
Daftar Jumlah Penduduk, DPT, dan TPS Kecamatan Medan Denai Medan Dalam Angka 2007
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.22 Tahun 1973 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973
Perda Kota Medan No.7 Tahun 2001
Profil Umum Kependudukan Kecamatan Medan Denai
Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemilukada Kota Medan Putaran I dan II di Kecamatan Medan Denai KPU Kota Medan
Undang-Undang Darurat No.7 Tahun 1956 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Undang-Undang Darurat No.8 Tahun 1956 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956