PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI PENDEKATAN SINEKTIK DALAM PENGAJARAN BAHASA JEPANG KEPARIWISATAAN : Penelitian Eksperimen Mata Kuliah Bahasa Jepang pada Mahasiswa semester III STP Trisakti Jakarta.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI PENDEKATAN SINEKTIK DALAM PENGAJARAN BAHASA JEPANG KEPARIWISATAAN ( Penelitian Eksperimen Mata Kuliah Bahasa Jepang pada Mahasiswa semester III STP

Trisakti Jakarta )

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

Rita Agustina Karnawati ( 1009504 )

Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia


(2)

ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Pendekatan Sinektik dalam Pengajaran Bahasa Jepang Kepariwisataan

Penelitian ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Pendekatan Sinektik dalam Pengajaran Bahasa Jepang Kepariwisataan”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan Sinektik dalam meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa pada mata kuliah bahasa Jepang dan untuk mengetahui efektifitas penggunaan pendekatan Sinektik yang diterapkan dalam mata kuliah bahasa Jepang pada siswa semester 3 di Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen murni dengan desain “The Pre-Post Test Control Group Design”. Sampel atau sumber data penelitian ini adalah mahasiswa semester 3 di STP Trisakti pada kelas A,B,C,D dan Kelas E,F,G. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan angket.

Dari hasil analisis data diketahui bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan berbicara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini ditunjukan dengan perolehan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 82.86 dan nilai rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 69.29. Selain itu, dari hasil analisis data angket , diketahui bahwa penggunaan pendekatan Sinektik mendapat respon positif dari mahasiswa karena dalam pembelajaran dengan pendekatan sinektik mahasiswa menjadi lebih percaya diri untuk berbicara dan kemampuan berbicara mengalami peningkatan

Kata kunci : Pendekatan Sinektik


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ...ii

PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI...iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...8

E. Hipotesis...10

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Kemampuan Berbicara...11

B. Pendekatan Sinektik...12

1. Teori Sinektik...13

2. Langkah-langkah Kegiatan Sinektik...16

C. Pengajaran Kaiwa di STP Trisakti...23


(4)

E. KKNI ( PP no: 8, 2012) ...25

F. Bahan Ajar / Materi...26

G. Metode Pengajaran Mata Kuliah Bahasa Jepang Yang Berlangsung Saat Ini...27

H. Permasalahan Dalam Pengajaran Bahasa Jepang di STP Trisakti...27

I. Permasalahan Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jepang di STP Trisakti...28

J. Penerapan Pembelajaran Bahasa Jepang Dengan Pendekatan Sinektik di STP Trisakti………...31

1. Pra kegiatan ( pembuka)...31

2. Kegiatan...32

3. Pasca kegiatan (penutup)...37

K. Penelitian Terdahulu...38

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian...40

B. Tehnik Pengumpulan Data...41

C. Tehnik Analisa Data...41

D. Tempat Dan Waktu Penelitian...42

E. Variabel Penelitian... 42

F. Instrumen Penelitian...42

1. Angket...42

2. Tes Lisan...45


(5)

b. Tes Menyimak Menjadi Rragam Lisan………...45

G. Populasi...48

H. Data dan Sumber Data...49

I. Rancangan Penulisan...49

J. Prosedur Penulisan... 53

K. Hasil Uji Coba Tes...54

L. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data...57

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan kegiatan Eksperimen...59

1. Peertemuan pertama...59

2. Pertemuan kedua...60

3. Pertemuan ketiga...63

4. Pertemuan keempat...65

5. Pertemuan kelima...67

B. Hasil Analisa Data...69

1. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol...73

2. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol...74

3. Uji – T Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol...76

4. Uji – T Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol…...77

5. Kriteria Efektifitas Pembelajaran…………... 79

6. Penyajian Data Angket...81


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...105 B. Saran – Saran ...106 DAFTAR PUSTAKA...107 LAMPIRAN


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan berbagai bidang pendidikan, kemampuan berkomunikasi merupakan tujuan utama dalam pembelajaran suatu bahasa. Salah satu komponen keterampilan berbahasa yang harus dimiliki adalah berbicara yaitu berbicara yang baik dengan menggunakan tata bahasa yang benar. Untuk memiliki ketrampilan tersebut diperlukan suatu upaya dari pengajar bahasa sehingga dapat memfasilitasi pencapaian tujuan tersebut, dengan demikian mahasiswa diharapkan dapat berkomunikasi secara baik dan benar.

Tarigan (1983: 15) menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata – kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan gagasan dan perasaan. Sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau penyimak.

Courtillon (2003: 63) menyatakan bahwa ketrampilan berbicara merupakan aspek terlemah dalam pembelajaran bahasa. Penguasaan ini juga dirasakan oleh para pendidik sebagai hal yang paling sukar dalam hal pemberian tugas atau latihannya.


(8)

Tagliante menyebutkan bahwa berbicara dalam bahasa asing sering membingungkan. Hal ini dapat dimengerti karena ketrampilan berbicara merupakan proses yang panjang, dimulai dari mahasiswa menerima input yang sama sekali berbeda, kemudian mencoba mengulang bunyi – bunyi asing sambil mereka – reka makna yang terkandung di dalamnya tanpa dapat membedakan bunyi – bunyi yang mengawali atau mengakhiri sebuah kata baru. Selanjutnya mahasiswa mencoba memproduksi ujaran dan mengendapkan dalam memori bunyi – bunyi yang telah didengar, tahap berikutnya mereka akan merangkai bunyi – bunyi tersebut dalam bentuk tulisan dan merangkai dalam kalimat. (Enggriani, 2009:4), setelah itu mahasiswa dituntut untuk dapat memproduksi ujaran yang bermakna dan berkaitan dengan situasi komunikasi tertentu.

Persyaratan mendasar aspek apapun dari ketrampilan manusia adalah komunikasi, saling tukar informasi, pandangan, gagasan, sikap, pertimbangan, dan sebagainya antara dua orang atau lebih. Leslie menyebutkan bahwa tanpa komunikasi maka tidak ada interaksi antara manusia dan itu akan mengakibatkan musnahnya ketrampilan manusia, semua itu akan berlangsung melalui penggunaan bahasa (Soepardjo, 2012: 171). Manusia berkomunikasi dengan bermacam – macam cara dan pendekatan, semua pendekatan wajib untuk dipraktekan, di dalam pembelajaran keterampilan berbicara, peserta didik perlu diberi ruang dan waktu untuk mengimplementasikan bahasa yang dipelajarinya, mereka butuh kesempatan berbicara, kebiasaan untuk membangun karakter mereka.


(9)

Menjadikan pembelajaran percakapan disukai oleh peserta didik dan tidak menyulitkan, merupakan tugas guru / dosen profesional. Bagaimana mungkin kompetensi berbicara peserta didik dapat meningkat kalau guru / dosen saja tidak pernah berbicara dalam bahasa yang mereka ajarkan, karena itu guru / dosen diharapkan mencari metode yang tepat dalam proses pembelajaran percakapan sehingga proses pembelajaran menjadi tepat sasaran dan menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Tujuan pembelajaran bahasa asing dari tamatan STP Trisakti khususnya jurusan perhotelan adalah :

1. Saat memasuki lapangan kerja di industri pariwisata mampu mengembangkan sikap profesional, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri,

2. Menjadi tenaga kerja yang memenuhi kebutuhan pasar industri pariwisata saat ini dan masa yang akan datang.

Keahlian khusus yang harus dimiliki program perhotelan adalah: 1. Mampu menyambut tamu di hotel atau restoran,

2. Mampu mengarahkan tamu ke tempat yang akan dituju,

3. Mampu menjelaskan fasilitas – fasilitas yang ada di hotel atau kamar hotel atau restoran,

4. Mampu melayani pembayaran di hotel atau restoran, 5. Mampu memberi saran kepada tamu,

6. Mampu mengatasi masalah yang mungkin terjadi saat memberikan pelayanan kepada tamu hotel.


(10)

Berkaitan dengan kepariwisataan ini maka kurikulum di STP Trisakti menyertakan mata kuliah bahasa Jepang sebagai bahasa asing pilihan yang tujuannya, dengan pembelajaran bahasa Jepang diharapkan mahasiswa mampu berbicara atau berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa Jepang khususnya dalam bidang pariwisata, industri pariwisata yang meliputi bisnis perhotelan, restoran, perjalanan wisata. Selain itu mahasiswa juga diharapkan mampu memberikan dan menerima informasi serta mengatasi masalah secara lisan dalam bahasa Jepang dengan struktur kalimat dan pilihan kata yang tepat.

Industri pariwisata sangat pesat perkembangannya, tuntutan persaingan global dalam bisnis pariwisata tentu saja menuntut Sumber Daya Manusia Profesional yang mampu bersaing secara global pula. Berbagai kemampuan wajib dimiliki seseorang agar dapat bersaing di dunia Profesional. Salah satu kemampuan yang dimaksud adalah bahasa asing. Kriteria mampu berbahasa asing tentu saja memiliki ketrampilan berbicara dalam bahasa tersebut sebab kemampuan berbicara atau berkomunikasilah yang akan membedakan seseorang dikatakan menguasai atau tidak suatu bahasa.

Ketatnya persaingan di era globalisasi, daya saing SDM Pariwisata di arena internasional dan regional, jenis keahlian SDM yang dibutuhkan di sektor kepariwistaan, menjadi tantangan besar bagi STP Trisakti atau Pemerintah RI, karena itu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, telah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri, Nomor: Kep.30/Men/III/2010, tentang penetapan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) sektor jasa pendidikan sub sektor jasa pendidikan swasta lainnya bidang jasa


(11)

pendidikan bahasa Jepang untuk hotel. SKKNI adalah cikal bakal Asean Common Competency Standards Tourism Professionals (ACCSTP). SKKNI adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menduduki jabatan tertentu. Standar kompetensi adalah pernyataan yang menguraikan ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang harus dilakukan saat bekerja serta penerapannya, sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh tempat kerja (Kepmen no 30 : 2009). Dilanjutkan dengan (PP no 8: 2012) tentang KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) di dalam KKNI tertuang deskripsi spesifikasi yang berlaku khusus untuk setiap jenjang kualifikasi kerja bidang keahlian tertentu yang mengacu pada generik level. Standar kompetensi lulusan bahasa Jepang untuk hotel pada jabatan kerja junior front liner dan senior front liner sesuai dengan KKNI pada level III.

Standard kompetensi lulusan yang telah tertuang dalam KKNI untuk bidang jasa bahasa Jepang untuk hotel, maka kompetensi berbicara dalam industri pariwisata terutama bahasa asing sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan memenuhi standard kompetensi lulusan yang telah tertuang dalam KKNI berdasarkan generik level. Fakta menunjukan bahwa penguasaan ketrampilan berbicara bahasa Jepang mahasiswa STP Trisakti masih belum sesuai harapan. Ketatnya persaingan di industri pariwisata, tamatan institusi ini diharapkan menjadi tenaga terampil dan kompetitif di bidang jasa pariwisata. Sejumlah kendala menjadi penyebabnya yaitu alokasi waktu yang terbatas, materi yang terlalu padat,


(12)

terbatasnya penguasaan kosakata, kurangnya pemahaman terhadap tata bahasa yang telah diajarkan, motivasi yang rendah dalam belajar bahasa Jepang, dan metode pembelajaran yang monoton dan kurang variatif.

Bahasa Jepang merupakan mata kuliah bahasa asing pilihan yang diajarkan di jurusan perhotelan dan jurusan usaha perjalanan wisata, mata kuliah bahasa Jepang diberikan di semester dua dan semester tiga, total tatap muka pembelajaran bahasa Jepang selama dua semester yaitu (24 kali tatap muka sebanyak 72 jam). Buku ajar yang digunakan disesuaikan dengan silabus yang telah ditetapkan oleh institusi yaitu Bahasa Jepang Kepariwisataan, dimana goi banyak menggunakan istilah – istilah perhotelan atau pariwisata.

Ketika pengajar memberikan latihan kepada mahasiswa pada saat pembelajaran bahasa Jepang yang berlangsung selama ini di STP Trisakti, mahasiswa ditugaskan untuk membuat kalimat dalam bahasa Jepang dan kemudian mempresentasikannya, mahasiswa kebanyakan hanya mengganti kata sesuai dengan contoh yang diberikan oleh pengajar, gagasan atau kreatifitas dari mahasiswa untuk membuat contoh kalimat baru masih kurang dan cenderung pasif.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran bahasa Jepang selama ini di STP Trisakti, penulis mencatat beberapa hal penting yang dapat mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran pengajaran antara lain: kemampuan pengajar, sikap profesionalisme pengajar, latar belakang pendidikan pengajar, pengalaman mengajar, pengajar dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran yang tepat, dan menggunakan strategi


(13)

yang di dalamnya terdapat pendekatan, metode yang tujuannya untuk memudahkan mahasiswa mempelajari bahasa Jepang.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian yang tujuannya adalah bagaimana pembelajar bahasa Jepang di STP Trisakti dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam bahasa Jepang dengan menggunakan metode pembelajaran yang efektif yaitu menggunakan pendekatan sinektik. Sinektik merupakan pendekatan untuk perkembangan kreatifitas mahasiswa dengan bermain analogi. Dengan bermain analogi mahasiswa diharapkan menjadi lebih kreatif. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif metode pengajaran dalam pembelajaran mata kuliah bahasa Jepang di STP Trisakti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah umum dalam penelitian ini adalah: “Apakah pendekatan sinektik dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang pada mahasiswa STP Trisakti?”. Sutedi (2009: 57), mengidentifikasi dan membatasi masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian. Banyak masalah yang dirumuskan dari tema atau judul penelitian, tetapi peneliti perlu membatasinya pada hal – hal yang dianggap penting saja. Dari masalah tersebut, penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan berbicara bahasa Jepang mahasiswa STP Trisakti sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran dengan pendekatan sinektik?


(14)

2. Adakah perbedaan signifikan dalam berbicara bahasa Jepang mahasiswa setelah penerapan pembelajaran dengan pendekatan sinektik?

3. Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap penerapan pembelajaran bahasa Jepang dengan pendekatan sinektik?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis akan membatasi masalah – masalah yang dibahas, yaitu:

1. Penelitian ini hanya mengkaji peningkatan signifikan dalam berbicara bahasa Jepang mahasiswa setelah penerapan pembelajaran dengan pendekatan sinektik.

2. Penelitian ini hanya mengkaji tentang tanggapan mahasiswa terhadap penerapan pembelajaran bahasa Jepang dengan pendekatan sinektik. 3. Penelitian ini hanya mengkaji tentang keefektifan dari pendekatan

sinektik dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang mahasiswa.

D.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini di antaranya adalah untuk:

1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara bahasa Jepang pada mahasiswa setelah penerapan pendekatan sinektik.

2. Memberikan tanggapan mahasiswa terhadap penerapan pembelajaran dengan pendekatan sinektik.


(15)

3. Mendeskripsikan efektifitas pembelajaran dengan pendekatan sinektik dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis untuk kemajuan bahasa Jepang di STP Trisakti.

Secara teoritis, manfaat hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi, dan informasi baru terhadap pengajaran mata kuliah bahasa jepang di STP Trisakti.

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, pengajar dan penelitian selanjutnya. Bagi mahasiswa hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat dan memberikan kepercayaan diri ketika berinteraksi dengan orang Jepang dalam kegiatan job training. Bagi pengajar hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat metode yang tepat pada saat mengajarkan mata kuliah bahasa Jepang kepariwisataan. Bagi peneliti lanjutan hasil penulisan ini dapat memberikan acuan topik yang relevan dengan penelitian ini.


(16)

E. Hipotesis

Rumusan hipotesis diuji dengan menggunakan kriteria yang meliputi sebagai berikut

Hk : Terdapat perbedaan terhadap peningkatan kemampuan berbicara bahasa Jepang setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sinektik

Ho : Tidak terdapat perbedaan terhadap peningkatan kemampuan berbicara bahasa Jepang setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sinektik

Jika nilai thitung < ttabel atau jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima Hk ditolak.

Jika nilai thitung > ttabel atau jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak Hk diterima.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni yang memenuhi persyaratan. Yang dimaksud persyaratan disini adalah adanya kelompok lain yang disebut kelompok pembanding atau kelompok kontrol, maka perbedaanya dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan perlakuan. Sutedi (2009: 18), menyatakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian murni, karena didalamnya kegiatan mengontrol, manipulasi, dan observasi semuanya dilakukan.

Dalam bahasa Jepang eksperimen ini bisa dilakukan dalam bentuk uji coba metoda pengajaran, media pembelajaran, bentuk latihan (drill) dan sebagainya, yang tujuannya untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses dan hasil kegiatan belajar mengajar. Uji coba bisa dilakukan bermula dari suatu ide, gagasan atau suatu teori pengajaran tertentu untuk diterapkan ke dalam pengajaran lainnya. Misalnya, dalam pengajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang bisa diuji cobakan metoda bahasa kedua atau bahasa asing lainnya yang dianggap berhasil.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif (Quantitative research), Sutedi (2009: 19) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa angka-angka yang diolah dengan menggunakan metoda statistik. Dasar penelitian kuantitatif adalah filosofi positivisme yang menekankan bahwa setiap fenomena bersifat tetap, berdimensi tunggal dan


(18)

fragmental, sehingga dianggap tidak akan mengalami perubahan ketika penelitian sedang berlangsung. Oleh karena itu dapat disusun suatu rancangan penelitian yang pasti dan tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung. Posisi peneliti, terlepas dari objek yang diteliti, penggunaan statistik sebagai alat ukur yang digunakan untuk menjaga keobjeketifannya.

B. Tehnik Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh dengan melakukan pre test dan post test, untuk mengukur pemahaman mahasiswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sinektik.

C. Tehnik Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penulisan ini dianalisis dengan

menggunakan statistik deskriptif, dalam penelitian bahasa Jepang statistik deskriptif ( SPSS 21) ini bisa digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya. Pengujian dilakukan melalui uji t dengan α= 0,05 yaitu untuk mengetahui perbedaan nilai antara kelas eksperimen yang mendapat perlakuan

pembelajaran dengan pendekatan sinektik dan kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan.


(19)

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada mata kuliah pengajaran bahasa Jepang di STP Trisakti, Jalan IKPN (Veteran) Tanah Kusir, Bintaro, Jakarta Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian kurang lebih satu bulan pada semester ganjil awal bulan November 2012 sampai akhir November 2012

E. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 169) dalam penelitian yang mempelajari pengaruh suatu treatment, terdapat variabel penyebab (X) atau variabel bebas (independent variabel) dan variabel akibat (Y) atau variabel terikat, tergantung, atau dependent variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), sebagai berikut :

1. Variabel bebas ( X): Pendekatan Sinektik

2. Variabel terikat (Y): pembelajaran mata kuliah bahasa Jepang. F. Instrument Penelitian

1. Angket

Sutedi (2009: 133) menyatakan bahwa angket merupakan salah satu instrumen pengumpul data penelitian yang diberikan pada responden (manusia sebagai objek penelitian). Teknik angket ini dilaksanakan dengan cara pengumpulan datanya melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan keterangan dari responden.

Faisal (1981: 2) menyatakan bahwa dilihat dari sifat keleluasaan responden dalam memberikan jawabannya, angket dapat digolongkan ke dalam angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertutup yaitu angket yang


(20)

alternatif jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, sehingga responden tidak memiliki keleluasaan untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan padanya. Sebaliknya Angket Terbuka, responden diberikan keleluasaan untuk menjawabnya, karena hanya berupa daftar pertanyaan saja. Jawaban dari angket terbuka berupa jawaban singkat atau uraian bebas termasuk ke dalam angket terbuka.

Angket ini digunakan untuk memperoleh informasi respon dari mahasiswa terhadap pembelajaran bahasa Jepang dengan menggunakan pendekatan sinektik. Angket ini dilaksanakan setelah proses pembelajaran dengan pendekatan sinektik berakhir, yaitu setelah dilaksanakan posttest.

Model angket ini terdiri dari 10 pertanyaan, 8 pertanyaan berupa pertanyaan sikap mahasiswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sinektik berupa angket tertutup yang telah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih, 2 pertanyaan berupa angket terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Dalam pembuatan angket sebelumnya dibuat kisi-kisi pertanyaan dalam angket.


(21)

Tabel 3.1

Kisi – kisi Pertanyaan Angket

Sikap Indikator Nomor

Ya Tidak

Sikap terhadap pembelajaran mata kuliah dengan menggunakan pendekatan Sinektik

(angket tertutup )

Menunjukan kesukaan terhadap mata kuliah bahasa jepang dengan menggunakan

pendekatan sinektik

13 1

Menunjukan

peningkatan motivasi dalam pembelajaran bahasa Jepang dengan pendekatan Sinektik

12 2

Menunjukan persetujuan, pendekatan Sinektik dapat meningkatan kemampuan berbicara bahasa Jepang

14 0

Menunjukan

pendekatan Sinektik dapat meningkatkan interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa , mahasiswa dengan dosen

14 0

Sikap terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sinektik

( angket terbuka)

Menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran bahasa Jepang dengan menggunakan pendekatan Sinektik

12 2

Menunjukan kendala terhadap aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sinektik


(22)

2. Tes Lisan

Instrumen peningkatan kemampuan berbicara yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk tes lisan yaitu :

a. membuat teks monolog dan mentransfer menjadi ragam lisan. b. mentransfer menyimak menjadi ragam lisan.

Menurut Djiwandono (2007: 120) sesuai dengan hakekat dan sifat kegiatan berbicara sebagai penggunaan kemampuan bahasa yang aktif dan produktif, test kemampuan berbicara ini paling tepat dilaksanakan bukan sebagai test objektif melainkan sebagai test subjektif. Seperti dimaklumi dalam penyelenggaraan tes subjektif bukan kunci jawaban dengan daftar jawaban yang diperlukan, melainkan rambu-rambu penskoran (scoring guide), itu semua demi terjaminnya validitas tes dan sekaligus upaya tercapainya tingkat reliabilitas yang tinggi, bila perlu menugaskan lebih dari satu orang penilai.

Tabel 3. 2

Rincian Kemampuan Berbicara

No Unsur kemampuan

berbicara

Rincian kemampuan 1 Isi yang relevan Isi wacana lisan sesuai dan relevan

dengan topik yang dimaksudkan untuk dibahas

2 Organisasi yang sistematis Isi wacana disusun secara sistematis menurut suatu pola tertentu

3 Penggunaan bahasa yang baik dan benar

Wacana diungkapkan dalam bahasa dengan susunan kalimat yang gramatikal, pilihan kata yang tepat, serta intonasi yang sesuai dan pelafalan yang jelas


(23)

3. Kisi – kisi Instrumen Penelitian

Tabel 3.3

Kisi – kisi Instrument Penelitian

No Indikator Aspek ketrampilan berbicara Instrumen

1 Isi dari topik ( ー 話題 内容:面

白 た 知 い情報 あ た )

Tes lisan

2. Pola kalimat ( 文法, 語彙, 表現) Tes lisan

3. Pelafalan 大 いさ ー

発音

Tes lisan

4. Keluwesan

5. そ 他 写真 地図

Aspek – aspek yang dinilai dan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model 木 田 真 理 小 玉 話 こ 教 え :47 .Kriteria

penilaian dalam peningkatan berbicara bahasa Jepang difokuskan pada lima aspek dengan total nilai 100, yaitu :

1. ー 話題 内容 :面白 た 知 い情報あ た

Nilai berkisar 1 – 40

Isi dari topik atau tema yang dibuat oleh mahasiswa apakah dapat memberikan informasi tentang hal yang belum diketahui, kemudian isi dari tema yang dibicarakan menarik atau tidak.

2. 文法 語彙 表現

Nilai berkisar 1 – 30


(24)

3. 話 方: 大 いさ 発音 ー Nilai berkisar 1 – 20

a. Kejelasan suara,

b. Aksen, dalam bahasa Jepang memiliki aksen tertentu dalam setiap katanya.

c. Intonasi ( tanda baca ) naik turunnya bunyi atau nada ujaran dalam suatu kalimat untuk menyatakan berbagai makna atau perasaan disebut intonasi.

d. Kecepatan pengucapan.

4. ン ー ョン

Nilai berkisar 1 – 5

Kata diatas bermakna, hubungan antara orang yang satu dengan yang lain, tetapi dalam hal penelitian ini tidak terjadi interaksi antara mahasiswa dengan tamu Jepang, kata interaksi ini diterjemahkan dalam penilaian ini ke dalam kata keluwesan.

5. そ 他:写真 地図

Nilai berkisar 1 – 5 Penggunaan media


(25)

Aspek – aspek yang dinilai dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Tabel 3.4

Nama mahasiswa

Aspek - aspek penilaian Total

Isi dari topik 40 Pola kalimat 30 Pelafalan 20 Keluwesan 5 Media

5 100

G. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian. Dalam hal ini adalah mahasiswa – mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, mata kuliah bahasa Jepang, semester III. Sample penelitian ini adalah mahasiswa / mahasiswi di dua kelas yang berbeda. Dimana kelas yang pertama adalah kelas eksperimen yang mendapat perlakuan, sedangkan kelas yang kedua sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang tidak mendapat perlakuan.

Tabel 3.5 Populasi

No Jurusan Semester Jumlah

1 Perhotelan ( kelas A,B,C,D ) III 25

2 Perhotelan ( kelas E,F, G) III 15

Jumlah 40

Penarikan sample dalam penulisan ini menggunakan purpose random sampling, sample penulisan ini ditetapkan pada Jurusan Perhotelan kelas (A, B, C, D) sebanyak 14 orang dan pada Jurusan Perhotelan kelas ( E, F, G)


(26)

sebanyak 14 orang. Sample didasarkan atas pertimbangan kepentingan analisis data, maka jumlah sample adalah 27 orang, dengan prestasi mahasiswa yang homogen.

H. Data dan Sumber data

Arikunto (2010: 172) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa angket dan tes lisan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data – data yang dapat memberikan keberhasilan serta ketidakberhasilan penelitian. Penelitian ini bersifat kuantitatif dalam bentuk pre test dan pos test, sedangkan sumber datanya adalah mahasiswa STP Trisakti Jurusan Perhotelan semester III, Jl IKPN Bintaro, Jakarta Selatan.

I. Rancangan Penulisan

Penulisan dilakukan dengan menggunakan dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu dengan menggunakan pendekatan sinektik, sedangkan kelas lain sebagai kelas kontrol tidak mendapat perlakuan.

Di akhir penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan post test untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pendekatan sinektik di kelas eksperimen dan untuk membandingkan tingkat pemahaman mahasiswa di kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan.

Sutedi(2009: 126) menyatakan bahwa dalam penelitian kependidikan termasuk pengajaran bahasa Jepang, tes sering digunakan untuk mengevaluasi hasil


(27)

belajar mahasiswa. Artinya alat ukur seperti tes digunakan untuk mengorek informasi dari mahasiswa, tentang kemampuannya setelah mengalami suatu proses pembelajaran. Karena itu, instrumen tes sering digunakan dalam berbagai jenis penelitian, baik penelitian deskriptif maupun penelitian eksperimental. Tes merupakan alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar mahasiswa setelah selesai satu program pengajaran tertentu, jadi penelitian yang memberikan perlakuan pada mahasiswa (penelitian eksperimental) umumnya akan diukur dengan menggunakan test (post test). Agar penelitian yang diperoleh melalui tes benar- benar layak sebagai data penelitian, tes tersebut harus memiliki validitas dan realibilitas yang cukup terandalkan.

Untuk menguji hipotesa yang menyatakan ada tidaknya perbedaan antara dua variabel atau lebih yang sedang diteliti. Tehnik ini juga dapat dipakai untuk mengolah data dalam penelitian eksperimental, misalnya setelah suatu perlakuan diberikan pada kelas experimen (variabel X) dan kelas kontrol (variabel Y), kemudian diukur melalui test pada kedua kelas tersebut. Hasil test itu dibandingkan dan dicari ada tidaknya perbedaan yang signifikan berdasarkan nilai rata rata pada mean dari kedua kelas tersebut. Jika nilai rata rata yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dan ternyata memiliki perbedaan yang signifikan, maka disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan perlakuan pada kelas kontrol.


(28)

Rumus yang digunakan untuk mencari ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara variabel yang diteliti tadi, yaitu dengan menggunakan uji t test (uji t tabel)

1. Mencari nilai thitung dengan rumus berikut

Untuk mencari nilai t - hitung harus diketahui terlebih dahulu nilai rata – rata (mean) dan standard deviasi dari setiap variabel (X dan Y) tersebut. Salah satu rumus sederhana dalam mencari mean dan standard deviasi, antara lain sebagai berikut

2. Mencari mean variabel x dengan rumus berikut

3. Mencari mean variabel y dengan rumus berikut

4. Mencari standar deviasi dari variabel X dengan rumus berikut


(29)

6. Mencari standar error mean variabel X dengan rumus berikut

7. Mencari standar error mean variabel Y dengan rumus berikut

8. Mencari standar error perbedaan mean X dan Y dengan rumus berikut

9. Mencari signifikan dengan derajat kebebasan

db = (Nx + Ny) – 1

10.Kriteria Efektifitas Pembelajaran

Untuk menentukan tingkat efektifitas pembelajaran, terlebih dahulu dicari gain yang dinormalisasi (normalized gain) dari data pre test dan post test, rumusnya

Keterangan :

[g] = normalized gain T1 = Pre-test

T2 = Post-test


(30)

J. Prosedur Penulisan

Tahapan tentang penulisan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sinektik dimulai dengan observasi di lapangan. Rancangan kegiatan penulisan tersusun sebagai berikut :

1. Tahap observasi awal

Pada tahap ini hal yang akan penulis lakukan adalah melakukan pengajaran bahasa Jepang tanpa melakukan dengan metoda pendekatan sinektik, mengulang kosakata, tata bahasa dan menganalisa kesulitan yang terjadi pada mahasiswa.

2. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini penulis akan melakukan beberapa langkah – langkah seperti

a. Menganalisa langkah – langkah pembelajaran bahasa Jepang dengan menggunakan pendekatan sinektik

b. Membuat satuan acara perkuliahan c. Mengembangkan instrument untuk tes

3. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini penulis akan menerapkan langkah langkah pembelajaran bahasa jepang dengan menggunakan pendekatan sinektik strategi dua, pembelajaran ini dilakukan dalam 4 kali tatap muka dan diakhiri dengan mengadakan postest pada kelas eksperimen yang mendapat perlakuan menggunakan pendekatan sinektik dan pada kelas kontrol yang tidak mendapat


(31)

perlakuan. Dalam pelaksanaan penulis menentukan target kompetensi yaitu kemampuan berbicara bahasa Jepang yaitu:

a. Mengekspresikan ungkapan- ungkapan yang terkait dengan materi sebagai petugas di hotel atau di restoran, memperkenalkan kosa kata baru dan berlatih pola kalimat yang akan digunakan dalam pembelajaran.

b. Sinektik merupakan kegiatan beranalogi, maka penulis mempersiapkan beberapa analogi sesuai dengan materi rencana pembelajaran.

c. Kompetensi berbicara yang akan dinilai adalah: isi dari topik, pola

kalimat( 語彙 文法 表現) , ketepatan ( 大 さ 発音 ー ),

keluwesan (etika, bahasa tubuh), そ 他 写真 地図

K.Hasil Uji Coba Tes

Sebagai langkah analisa empiris untuk mengetahui validitas dan realibilitas tes, maka penulis mengujicobakan instrument test pada 10 mahasiswa STP Trisakti pada kelas eksperimen.

1. Uji validitas

Djiwandono (2008 : 164) menyatakan bahwa tes bahasa yang valid sebagai alat ukur kemampuan bahasa memusatkan pengukurannya pada kemampuan bahasa peserta tes, kemampuan berbicara memusatkan pengukuran kemampuan pada kemampuan mengungkapkan diri melalui berbicara bukan secara tertulis.


(32)

2. Reliabilitas tes esai

Djiwandono (2008: 170) menyatakan bahwa tes diharapkan untuk menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg, konsisten, tidak berubah-ubah, dapat dipercaya dan diandalkan, atau singkatnya reliabel.

Suherman dan Sukjaya (1990) menyatakan bahwa uji reliabilitas diperlukan untuk melengkapi syarat valid sebuah alat evaluasi. Untuk mengetahui apakah sebuah tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang,atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya. Adapun untuk hasil perhitungan koefisien reliabilitas diinterpretasikan dengan klasifikasi koefisien reliabilitas

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien

Reliabilitas

Interpretasi

r11 ≤ 0,20 Sangat rendah 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah 0,40 < r11 ≤ 0,60 Sedang 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Untuk menguji reliabilitas soal bentuk esai dapat digunakan rumus koefisien Alpha Cronbach (Nurgiantoro 1995 : 129 ) sebagai berikut


(33)

r=

Keterangan :

r : angka koefisien reliabilitas yang dicari K : Jumlah butir soal

: Jumlah varian seluruh butir soal ( mulai dari , soal 1,2,3 dst )

: Varian total

Hasil uji reliabilitas bisa dilihat pada tabel berikut Tabel 3.7

Koefisien Reliabilitas Cronbach's Alpha N of Items

0,761 10

Berdasarkan tabel berikut diketahui bahwa nilai reliabilitas sebesar 0.761 dan termasuk ke dalam interpretasi tinggi.


(34)

L.Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data

Enggriani (2009: 54), menyatakan bahwa, tujuan pemeriksaan keabsahan data adalah agar data yang dikumpulkan selama proses penelitian dapat dipercaya dengan bentuk :

1. Kredibilitas, peneliti melakukan pengamatan, mengumpulkan data dengan cermat, ketekunan dalam mengamati, pengecekan dokumen pada partisipan lain dan penyempurnaan dan perbandingan.

2. Transferabilitas, pencatatan dan pengumpulan data secara rinci

3. Dependabilitas, data yang benar dilakukan pengecekan terhadap beberapa sumber.

4. Konfirmabilitas, data yang objektif melalui pengecekan dan pemeriksaan data.

5. Auditing, merupakan proses akhir dari pemeriksaan keabsahan data. Setelah semua data terkumpul, data tersebut perlu dicek kembali atau dikonsultasikan kembali bila terdapat hal-hal yang meragukan atau data yang perlu direvisi atau barangkali ada data yang perlu diabaikan.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Keberhasilan pembelajaran bahasa Jepang di STP Trisakti Jakarta yang

ditandai dengan peningkatan kemampuan berbicara ternyata dapat

ditingkatkan melalui pendekatan sinektik. Hal ini dapat dilihat dari hasil

post test terdapat peningkatan secara signifikan.

2. Kemampuan mahasiswa STP Trisakti dalam berbicara bahasa Jepang

sebelum diberikan pembelajaran menggunakan pendekatan sinektik

dikategorikan rendah. Adapun kemampuan mahasiswa STP Trisakti dalam memahami berbicara bahasa Jepang setelah diberikan

pembelajaran menggunakan pendekatan sinektik dikategorikan tinggi.

3. Pendekatan sinektik efektif diterapkan dalam pembelajaran bahasa

Jepang pada mahasiswa STP Trisakti. Hal ini dinyatakan berdasarkan perolehan nilai yang dapat dicermati berdasarkan hasil statistik

inferensial uji – t yang menunjukkan bahwa thitung lebih besar

dibandingkan t tabel yang berarti hipotesis penulisan ini diterima (Hk).

4. Penerapan pembelajaran bahasa Jepang dengan pendekatan sinektik

dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang mahasiswa STP Trisakti.


(36)

B. Saran – saran

1. Bagi pengajar

Bagi pengajar khususnya di STP Trisakti, diharapkan benar-benar

memahami langkah – langkah pembelajaran bahasa Jepang dengan

menggunakan pendekatan sinektik. Pengajar disarankan untuk

mengembangkan kreatifitas mahasiswa dalam berbicara dengan situasi yang menyenangkan. Pengajar harus menguasai materi dan mempersiapkan RPP dan materi bahan ajar sebelum memulai

pembelajaran dengan pendekatan sinektik.

2. Bagi institusi

Waktu pembelajaran bahasa Jepang sebaiknya ditambah atau tidak dijadikan satu kali tatap muka dalam satu minggu, apabila diberikan langsung (60 menit x 3) maka pembelajar akan merasa bosan. Kegiatan berbicara membutuhkan waktu yang cukup sehingga apabila dalam dua

semester hanya disediakan 24 kali tatap muka saja, maka LO (learning

outcomes) yang telah tertuang dalam KKNI, sulit untuk tercapai.

3. Bagi peneliti

Kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sejenis, pendekatan sinektik ini bisa diterapkan dalam kompetensi menulis. Karena dapat membuat mahasiswa pada pembelajaran menulis kreatif.


(37)

Daftar Pustaka

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Bruce Joyce, Marsha Weil. 1986. Model of Teaching. Prentice/ Hall

International. Inc

Courtillon Janine. 2003. Elaborer un Cours de FLE. Paris : Hachette Livre Danasasmita Wawan, 2009. Metodologi Pembelajaran bahasa Jepang, Bandung :

Rizqi Press.

Djiwandono Soenardi. 2008. Tes Bahasa. Malang : Macanan Jaya Cemerlang Enggriani Mimi. 2009. Tesis, Pendekatan berbicara bahasa Perancis melalui

pendekatan Sinektik, Jakarta : UNJ

Hadley. 1993. Teaching Language In Contex. USA: Heinle & Heinte Publishes Hapsari Eki Kusuma. 2012. Seminar Internasional. Bali : ASPBJI

Juariah. 2012. Tehnik Pengajaran Kaiwa Tingkat Menengah di Unsada, dengan Menggunakan “Manga”Sebagai Media Pengajaran.dalam Seminar

Internasional, hal 40. Bali : ASPBJI

Isono, Koichi. 2003. Japanese for Hotel Staff. Tokyo: JAL Academy

Kida. 2007. Hanasu Koto o Oshieru. Tokyo: Kokusai Kouryuukikin Nihonggo Kyouikuho Shiriizu.

KKNI. 2012. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Konsorsium Bahasa Jepang: Jakarta

Mina Kobayashi. 1998. Yoku wakaru Kyoujuhou, Tokyo: Space.alc Muneo Kimura. 1988. Kyoujuhou Nyumon, Tokyo: Bojinsha.


(38)

Sutedi Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang ( Panduan bagi guru dan calon guru dalam meneliti bahasa Jepang

danpengajarannya ),Bandung:Humaniora.

Sumiko Taniguchi. 2007. Nihonggo Kyouikugaku o Manabu Hito No Tameni. Tokyo : Bojinsha

Seminar 2012, Prosiding. Bali : ASPBJI

Soepardjo Djojok. 2012. Aisatsu Sebagai Komponen Bahasa Untuk Meningkatkan Kompetensi Percapakan dalam : Seminar Internasional , hal 172 . Bali : ASPBJI

Sugihartono.2012. Model 3W+3S dalam Pembelajaran Bahasa Jepang dalam: Seminar Internasional, hal 307. Bali: ASPBJI

Semiawan Cony. 1984. Memupuk bakat dan kreativitas mahasiswa, Jakarta :Gramedia.

SKKNI. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, KEPMEN Tenaga Kerja dan Transmigrasi : Jakarta

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Tarigan Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai suatu ketrampilan berbahasa,

Bandung : Percetakan Angkasa

Tarigan, Henry Guntur 1983: Menyimak; sebagai suatu keterampilan Berbahasa. Bandung : Percetakan Angkasa


(39)

Tarigan, Henri Guntur .1991. Metodologi Pengajaran Bahasa Asing. Bandung: Percetakan Angkasa

Tarigan Henry Guntur. 2009. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung : Percetakan Angkasa


(1)

57 L.Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data

Enggriani (2009: 54), menyatakan bahwa, tujuan pemeriksaan keabsahan data adalah agar data yang dikumpulkan selama proses penelitian dapat dipercaya dengan bentuk :

1. Kredibilitas, peneliti melakukan pengamatan, mengumpulkan data dengan cermat, ketekunan dalam mengamati, pengecekan dokumen pada partisipan lain dan penyempurnaan dan perbandingan.

2. Transferabilitas, pencatatan dan pengumpulan data secara rinci

3. Dependabilitas, data yang benar dilakukan pengecekan terhadap beberapa sumber.

4. Konfirmabilitas, data yang objektif melalui pengecekan dan pemeriksaan data.

5. Auditing, merupakan proses akhir dari pemeriksaan keabsahan data. Setelah semua data terkumpul, data tersebut perlu dicek kembali atau dikonsultasikan kembali bila terdapat hal-hal yang meragukan atau data yang perlu direvisi atau barangkali ada data yang perlu diabaikan.


(2)

105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Keberhasilan pembelajaran bahasa Jepang di STP Trisakti Jakarta yang ditandai dengan peningkatan kemampuan berbicara ternyata dapat ditingkatkan melalui pendekatan sinektik. Hal ini dapat dilihat dari hasil post test terdapat peningkatan secara signifikan.

2. Kemampuan mahasiswa STP Trisakti dalam berbicara bahasa Jepang sebelum diberikan pembelajaran menggunakan pendekatan sinektik dikategorikan rendah. Adapun kemampuan mahasiswa STP Trisakti dalam memahami berbicara bahasa Jepang setelah diberikan pembelajaran menggunakan pendekatan sinektik dikategorikan tinggi. 3. Pendekatan sinektik efektif diterapkan dalam pembelajaran bahasa

Jepang pada mahasiswa STP Trisakti. Hal ini dinyatakan berdasarkan perolehan nilai yang dapat dicermati berdasarkan hasil statistik inferensial uji – t yang menunjukkan bahwa thitung lebih besar dibandingkan t tabel yang berarti hipotesis penulisan ini diterima (Hk). 4. Penerapan pembelajaran bahasa Jepang dengan pendekatan sinektik

dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang mahasiswa STP Trisakti.


(3)

106 B. Saran – saran

1. Bagi pengajar

Bagi pengajar khususnya di STP Trisakti, diharapkan benar-benar memahami langkah – langkah pembelajaran bahasa Jepang dengan menggunakan pendekatan sinektik. Pengajar disarankan untuk mengembangkan kreatifitas mahasiswa dalam berbicara dengan situasi yang menyenangkan. Pengajar harus menguasai materi dan mempersiapkan RPP dan materi bahan ajar sebelum memulai pembelajaran dengan pendekatan sinektik.

2. Bagi institusi

Waktu pembelajaran bahasa Jepang sebaiknya ditambah atau tidak dijadikan satu kali tatap muka dalam satu minggu, apabila diberikan langsung (60 menit x 3) maka pembelajar akan merasa bosan. Kegiatan berbicara membutuhkan waktu yang cukup sehingga apabila dalam dua semester hanya disediakan 24 kali tatap muka saja, maka LO (learning outcomes) yang telah tertuang dalam KKNI, sulit untuk tercapai.

3. Bagi peneliti

Kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sejenis, pendekatan sinektik ini bisa diterapkan dalam kompetensi menulis. Karena dapat membuat mahasiswa pada pembelajaran menulis kreatif.


(4)

107 Daftar Pustaka

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Bruce Joyce, Marsha Weil. 1986. Model of Teaching. Prentice/ Hall

International. Inc

Courtillon Janine. 2003. Elaborer un Cours de FLE. Paris : Hachette Livre Danasasmita Wawan, 2009. Metodologi Pembelajaran bahasa Jepang, Bandung :

Rizqi Press.

Djiwandono Soenardi. 2008. Tes Bahasa. Malang : Macanan Jaya Cemerlang Enggriani Mimi. 2009. Tesis, Pendekatan berbicara bahasa Perancis melalui

pendekatan Sinektik, Jakarta : UNJ

Hadley. 1993. Teaching Language In Contex. USA: Heinle & Heinte Publishes Hapsari Eki Kusuma. 2012. Seminar Internasional. Bali : ASPBJI

Juariah. 2012. Tehnik Pengajaran Kaiwa Tingkat Menengah di Unsada, dengan Menggunakan “Manga”Sebagai Media Pengajaran.dalam Seminar

Internasional, hal 40. Bali : ASPBJI

Isono, Koichi. 2003. Japanese for Hotel Staff. Tokyo: JAL Academy

Kida. 2007. Hanasu Koto o Oshieru. Tokyo: Kokusai Kouryuukikin Nihonggo Kyouikuho Shiriizu.

KKNI. 2012. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Konsorsium Bahasa Jepang: Jakarta

Mina Kobayashi. 1998. Yoku wakaru Kyoujuhou, Tokyo: Space.alc Muneo Kimura. 1988. Kyoujuhou Nyumon, Tokyo: Bojinsha.


(5)

108

Sutedi Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang ( Panduan bagi guru dan calon guru dalam meneliti bahasa Jepang

danpengajarannya ),Bandung:Humaniora.

Sumiko Taniguchi. 2007. Nihonggo Kyouikugaku o Manabu Hito No Tameni. Tokyo : Bojinsha

Seminar 2012, Prosiding. Bali : ASPBJI

Soepardjo Djojok. 2012. Aisatsu Sebagai Komponen Bahasa Untuk Meningkatkan Kompetensi Percapakan dalam : Seminar Internasional , hal 172 . Bali : ASPBJI

Sugihartono.2012. Model 3W+3S dalam Pembelajaran Bahasa Jepang dalam: Seminar Internasional, hal 307. Bali: ASPBJI

Semiawan Cony. 1984. Memupuk bakat dan kreativitas mahasiswa, Jakarta :Gramedia.

SKKNI. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, KEPMEN Tenaga Kerja dan Transmigrasi : Jakarta

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Tarigan Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai suatu ketrampilan berbahasa,

Bandung : Percetakan Angkasa

Tarigan, Henry Guntur 1983: Menyimak; sebagai suatu keterampilan Berbahasa. Bandung : Percetakan Angkasa


(6)

109

Tarigan, Henri Guntur .1991. Metodologi Pengajaran Bahasa Asing. Bandung: Percetakan Angkasa

Tarigan Henry Guntur. 2009. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung : Percetakan Angkasa