PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERMUATAN TEKNOLOGI NANO UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA MELALUI MODEL REKONSTRUKSI PENDIDIKAN.

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERMUATAN TEKNOLOGI NANO UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA MELALUI

MODEL REKONSTRUKSI PENDIDIKAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Jurusan Program Studi Pendidikan IPA

Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjutan

Oleh :

RETZY NOER AZIZAH 0907580

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG BERMUATAN TEKNOLOGI NANO UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA MELALUI

PENDEKATAN MODEL REKONSTRUKSI PENDIDIKAN

Oleh :

RETZY NOER AZIZAH 0907580

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 196612111991031002

Pembimbing II

Dr. Yayan Sunarya, M.Si. NIP. 196102081990031004

Mengetahui Ketua Program Studi

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si NIP. 195807121983032002


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG BERMUATAN TEKNOLOGI NANO UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA MELALUI PENDEKATAN MODEL REKONSTRUKSI PENDIDIKAN” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan


(4)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu bahan ajar mengenai perkembangan teknologi nano dalam kehidupan sehari-hari, terutama penjelasan tentang struktur grafena, dalam upaya mencapai literasi sains siswa. Selain itu juga untuk mengetahui prakonsepsi siswa dan tanggapan guru mengenai nanosains dan nanoteknologi. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode

Educational Reconstruction (MER), yang secara khusus difokuskan pada (a)

klarifikasi materi subjek, (b) prakonsepsi siswa, dan (c) tanggapan guru mengenai pengenalan topik nanoteknologi dalam pembelajaran. Dalam analisis struktur konten, dilakukan elementarisasi bahan ajar yang dikembangkan melalui tahapan-tahapan analisis wacana, serta mengkonstruksi bahan ajar dengan topik grafena dan nanoteknologi yang sesuai untuk pembelajaran di SMA. Sampel penelitian ini adalah 15 orang siswa kelas XII di sebuah SMA swasta di Kota Bandung dan 5 orang guru dari komunitas guru Kimia online. Penjaringan data dilakukan melalui teknik wawancara kepada siswa yang terdiri dari tiga jenis pertanyaan (pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban, skala sikap, dan pertanyaan terbuka). Sementara tanggapan guru diperoleh melalui kuesioner. Nilai rata-rata CVI yang diperoleh dari bahan ajar yang dikembangkan adalah sebesar 0,83. Hal ini berarti bahwa bahan ajar tersebut tergolong kategori sangat sesuai untuk digunakan oleh siswa dalam pembelajaran kimia. Berdasarkan analisis hasil pertanyaan terbuka menunjukkan bahwa prakonsepsi siswa mengenai nanosains dan nanoteknologi cukup baik. Kemudian dari analisis skala sikap siswa diperoleh rata-rata sebesar 4,24 dengan persentase sebesar 86,7% (kategori baik sekali). Berdasarkan analisis jenis pertanyaan terbuka menunjukkan bahwa prakonsepsi siswa sudah cukup baik mengenal nanosains dan nanoteknologi, namun belum spesifik. Ini berarti,

secara kualitatif siswa sudah mulai “melek sains”, hanya perlu lebih digali dan

dikembangkan lebih lanjut. Sementara minat siswa untuk mempelajari materi tersebut sangat tinggi (100%). Dari hasil kuesioner guru, topik nanosains dan nanoteknologi sudah dapat dikenalkan kepada siswa yang penyajiannya disesuaikan dengan materi yang relevan, namun tidak perlu dijadikan topik khusus. Penelitian ini menunjukkan perlunya pengembangan bahan ajar dengan topik grafena dan nanoteknologi dalam pembelajaran untuk mencapai literasi sains siswa.

Kata kunci: pengembangan bahan ajar, nanosains dan nanoteknologi, model


(5)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan


(6)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Penjelasan Istilah ... 9

BAB II PENGEMBANGAN BUKU AJAR TOPIK GRAFENA DAN TEKNOLOGI NANO UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA MELALUI PENDEKATAN MODEL REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ... 11

A. Bahan Ajar ... 11

1. Pengertian Bahan Ajar ... 13

2. Jenis Bahan Ajar ... 12

3. Mengembangkan dan Memilih Bahan Ajar ... 13

4. Bahan Ajar Cetak ... 13

5. Karakteristik Bahan Ajar Berbasis Literasi Sains ... 15

B. Analisis Wacana ... 19

1. Struktur Keilmuan Menurut Analisis Wacana ... 19

2. Model Representasi Mengajar (Struktur Makro) ... 22


(7)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Literasi Sains ... 29

1. Definisi dan Penjelasan ... 29

2. Asesmen ... 31

3. Pembelajaran Sains untuk Meningkatkan Literasi Sains ... 33

E. Deskripsi Materi Ikatan Kimia ... 35

F. Konteks Pembelajaran: Grafena ... 39

G. Model Rekonstruksi Pendidikan (Model of Educational Reconstruction) . 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

A. Metode Penelitian ... 49

1. Prosedur Penelitian ... 50

2. Alur Penelitian ... 53

3. Instrumen Penelitian ... 54

B. Analisis Data ... 55

1. Validasi Bahan Ajar ... 55

2. Analisis Wawancara Siswa ... 57

3. Analisis Kuesioner Guru ... 55

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Rekonstruksi Bahan Ajar Pengenalan Nanoteknologi ... 63

B. Karakteristik Bahan Ajar ... 64

C. Prakonsepsi Siswa dan Tanggapan Guru mengenai Nanoteknologi ... 81

1. Wawancara siswa ... 81

2. Kuesioner guru ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN ... 100


(8)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Interaksi fundamental dari variabel pembelajaran ... 45

Tabel 3.1 Instrumen penelitian ... 55

Tabel 3.2 Penskoran data skala sikap siswa ... 57

Tabel 3.3 Penafsiran persentase ... 58

Tabel 3.4 Penafsiran data kualitatif ... 58

Tabel 3.5 Panduan wawancara siswa ... 59

Tabel 3.6 Kuesioner guru ... 60

Tabel 4.1 Perbandingan antara KTSP dengan kurikulum 2013 untuk materi Ikatan Kimia ... 65

Tabel 4.2 Indikator dan tujuan pembelajaran buku ajar ... 66

Tabel 4.3 Format analisis wacana ... 69

Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil validasi bahan ajar oleh para ahli ... 76

Tabel 4.5 Hasil validasi bahan ajar dengan metoda CVR ... 79

Tabel 4.6 Hasil rekapitulasi wawancara siswa jenis 2 pilihan jawaban ... 83

Tabel 4.7 Hasil rekapitulasi wawancara siswa jenis skala Likert ... 86

Tabel 4.8 Hasil rekapitulasi wawancara siswa jenis pertanyaan terbuka ... 87


(9)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 2.1 Hubungan antara aspek sintaktikal dan aspek substantif

menurut Gardner (1976) ... 21

Gambar 2.2 Model representasi mengajar (struktur makro) ... 23

Gambar 2.3 Awan elektron yang menyelimuti ion positif logam ... 39

Gambar 2.4 Struktur grafena ... 40

Gambar 2.5 GNR tipe armchair dan tipe zigzag ... 42

Gambar 2.6 Tahapan model Educational Reconstruction ... 46


(10)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains atau IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Cain dan Evans (1990) menyatakan bahwa sains mengandung empat hal yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi (Depdiknas, 2008).

Sains sebagai konten dan produk mengandung arti bahwa di dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Sains sebagai sikap berarti bahwa sains dapat berkembang karena adanya sikap tekun, teliti, terbuka, dan jujur. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan. Jika sains mengandung keempat hal tersebut, maka dalam pendidikan sains di sekolah seyogyanya siswa dapat mengalami keempat hal tersebut, sehingga pemahaman siswa terhadap sains menjadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hidupnya (Depdiknas, 2008).

Tahun ini, pemerintah mengembangkan Kurikulum 2013. Kurikulum ini dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi yang sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia


(11)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Kemdikbud, 2013).

Adapun tujuan dari Kurikulum 2013 ini adalah untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia (Kemdikbud, 2013).

Karakteristik peradaban dunia moderen abad 21 salah satunya adalah semakin banyak ditemukan alat-alat canggih yang berbasis nanoteknologi. Generasi yang akan datang harus mampu mengoperasikan alat-alat canggih tersebut. Selain itu mereka juga dituntut untuk memahami bagaimana cara merawat serta mendaur ulang alat-alat canggih tersebut. Agar mereka mampu mengoperasikan, merawat, dan mendaur ulang peralatan canggih tersebut, mereka harus mengerti dan memahami prinsip dari nanoteknologi, serta dampak dari teknologi tersebut. Oleh karena itu, mereka harus mengenal dan mengetahui nanoteknologi dari bangku sekolah terutama dalam pembelajaran sains sehingga pembelajaran sains saat ini harus mampu menghasilkan peserta didik yang siap berkompetisi dan berwawasan luas sehingga dapat berkiprah dalam peradaban dunia moderen.

Pendidikan sains memiliki tiga tujuan. Pertama, untuk mempersiapkan siswa dalam mempelajari sains pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kedua, untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja dan meniti karir. Ketiga, untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang „melek sains‟


(12)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(scientifically literate). Urutan prioritas dan susunan dari ketiga tujuan ini mungkin berbeda-beda untuk setiap negara dan kebudayaan (Staver, 2007).

Pendidikan sains memiliki potensi yang besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini akan dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan jaman (Mudzakir, 2002 dalam Hernani

et al., 2009).

Pembelajaran sains di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk serta teknologi sains dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada sikap siswa setelah mempelajari sains (Puskur, 2003 dalam Yuliastuti, 2009).

Kimia sebagai salah satu mata pelajaran sains, seperti juga matematika dan fisika, tidak begitu popular di mata siswa. Kimia dianggap terlalu sulit untuk dipelajari, bersifat abstrak, dan jauh dari kehidupan sehari-hari. Banyak siswa menganggap bahwa mereka tidak perlu melakukan apa-apa mengenai pelajaran Sains atau Kimia, atau memanfaatkannya di luar sekolah. Oleh


(13)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena itu, penting bagi mereka untuk mengerti bagaimana pengaruh sains dalam kehidupan manusia dan bagaimana sains dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan yang menyangkut masalah sosial, teknologi, dan ekonomi. Untuk menarik minat siswa dan memotivasi mereka, maka suatu strategi yang baik mungkin dapat dimulai dengan membahas topik-topik sains terkini dan mutakhir (Ambrogi et al., 2008).

Banyak siswa yang tidak memilih berkarir yang berkaitan dengan sains ketika mereka masuk perguruan tinggi (Seymour, 2001 dalam Hutchinson, 2007). Hasil statistik dari National Science Board (2006) menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah mahasiswa yang tertarik pada jurusan ilmu fisika pada dua dekade terakhir, meskipun ada sedikit peningkatan pada tiga tahun terakhir. Oleh karena itu, dengan mengintegrasikan sains dan nanoteknologi dalam pembelajaran di sekolah menengah diharapkan dapat meningkatkan jumlah mahasiswa yang memilih jurusan sains melalui peningkatan minat mereka terhadap sains (Hutchinson, 2007).

Salah satu kemajuan di bidang sains dan teknologi mutakhir adalah teknologi nano. Teknologi ini sedang banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa, Amerika, Australia, Kanada, dan beberapa negara di Asia seperti Jepang, Taiwan, Korea, RRC dan Singapura. Dalam sebuah artikel online pada situs http://www.nano.lipi.go.id/, istilah „nanoteknologi‟ pertama kali dipopulerkan oleh peneliti Jepang, Norio Taniguchi pada tahun 1974. Nanoteknologi merupakan rekayasa sistem fungsional pada skala molekuler. Pengertian yang terkandung dalam kata "nanoteknologi" yang berkembang saat ini lebih dari sekadar miniaturisasi dalam skala nanometer (sepermiliar meter = 10-9 m), tetapi suatu istilah dari teknologi dengan aplikasi yang sangat luas melingkupi hampir di seluruh kehidupan manusia.


(14)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sains dan teknologi nano menggabungkan aspek kimia, fisika, biologi, dan teknologi untuk menciptakan bidang ilmu antardisiplin. Manfaat utama dari teknologi ini diantaranya adalah meningkatnya metode manufaktur, sistem pemurnian air, sistem energi, kesehatan (operasi plastik, rekayasa genetika, implan syaraf, dan sebagainya), obat-obatan, metode produksi makanan dan nutrisi yang lebih baik, serta fabrikasi otomatis berskala besar. Dengan teknologi nano, ukuran yang sangat kecil akan mempermudah proses otomatisasi yang sebelumnya sulit dilakukan karena keterbatasan fisik, sehingga teknologi nano dapat mengurangi jumlah tenaga kerja, lahan, dan biaya kesejahteraan karyawan.

Melihat betapa pentingnya manfaat yang telah diberikan oleh teknologi nano dalam kehidupan, maka dibutuhkan suatu populasi dengan tingkat literasi sains yang tinggi. Sudah menjadi tanggung jawab institusi pendidikan lokal, provinsi, dan nasional untuk menyiapkan „persilangan‟ yang lebih besar antara populasi manusia dengan ilmu sains dan teknologi yang dibutuhkan untuk dapat dimanfaatkan dalam masyarakat teknologi tinggi dan untuk menjamin keunggulan dalam penemuan dan inovasi yang akan mendukung kemakmuran ekonomi bangsa.

Hasil penelitian menyarankan bahwa siswa semakin termotivasi dan meningkat hasil belajarnya ketika guru menerapkan praktik-praktik dan topik-topik yang merangsang minat siswa (Sandoval, 1995 dalam Hutchinson, 2007). Minat siswa muncul ketika topik yang mereka pelajari sangat relevan dengan kehidupan mereka dan bersifat baru, seperti topik farmakologi (Schwartz-Bloom dan Halpin, 2003 dalam Hutchinson, 2007). Melalui teknologi nano, banyak aplikasi moderen dan produk yang telah dihasilkan, seperti kain dan cat anti noda, yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran


(15)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam kelas konvensional. Produk-produk moderen ini mungkin menarik bagi siswa karena produk tersebut nyata terdapat dalam kehidupan mereka. Topik-topik yang biasanya disampaikan secara konvensional pun dapat diajarkan melalui teknologi nano. Contohnya konsep bagaimana cicak dapat berjalan di dinding dapat menjelaskan gaya antarmolekular. Konsep seperti ini sangat berpotensi dapat meningkatkan minat siswa terhadap sains dan pembelajaran. Teknologi nano bersifat baru, terintegrasi, dan memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan, sehingga dapat dijadikan sebuah pendekatan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa terhadap sains, yang selanjutnya akan meningkatkan hasil belajar dan keinginan untuk menggali dan mempelajari sains (Hutchinson, 2007).

Menurut Laugksch (2000) dalam Gardner et al. (2010), perkembangan siswa yang melek sains merupakan salah satu tujuan paling penting dalam seluruh domain dan tingkatan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM = Science, Technology, Engineering and Mathematics). Pendidikan STEM dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan sains dan teknologi, membahas situasi sehari-hari dengan melibatkan sains dan teknologi, serta berperan aktif dan kritis dalam wacana sains dan teknologi, terutama mengenai isu-isu sosial yang bersifat kontroversi. Tambahan lagi, bagi para siswa yang berencana menjadi ilmuwan atau insinyur perlu untuk mengerti implikasi sosial dari profesinya kelak. Selain itu juga harus memiliki kompetensi dalam mendorong terjadinya dialog dengan komunitas non-sains mengenai isu-isu penelitian dan pengembangan.

Dalam konteks PISA (Programme for International Student

Assesment), literasi sains (scientific literacy) didefinisikan sebagai kapasitas


(16)

pertanyaan-Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan, dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah akan meneruskan mempelajari sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan tuntutan warga negara, bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan literasi sains sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan teknologis (Rustaman, 2006).

Skor literasi sains siswa Indonesia pada PISA 2009 adalah 383, dengan rerata skor dari negara-negara OECD adalah 501 (OECD, 2009). Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, skor literasi sains siswa Indonesia pada PISA 2009 ini menduduki nilai terendah. Menurut analisis yang dilakukan oleh OECD, skor literasi sains dalam rentang antara 335 ≤ 409 poin termasuk dalam kategori kecakapan level 1 atau lebih rendah dari itu. Kecakapan siswa pada level ini memiliki pengetahuan sains yang terbatas dan hanya bisa diterapkan pada beberapa situasi saja. Siswa pada level ini dapat memberikan penjelasan ilmiah yang mudah dan mengikuti bukti-bukti yang diberikan secara eksplisit (OECD, 2009). Pengenalan teknologi nano dalam pembelajaran diharapkan dapat melatih siswa untuk dapat mengidentifikasi isu-isu sains terkini, menjelaskan fenomena alam secara ilmiah, dan menggunakan bukti-bukti ilmiah sehingga literasi sains siswa tercapai.

Salah satu materi yang ada dalam mata pelajaran kimia di SMA terkait dengan aplikasi sains dan teknologi nano adalah materi Struktur Atom, Sistem Periodik, dan Ikatan Kimia pada kelas X semester 1, khususnya materi Ikatan Kimia. Alasan pemilihan materi ini adalah karena ada contoh penerapan dari


(17)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ikatan kimia yang cukup menarik, yaitu teori mengenai grafena, yang merupakan kemajuan mutakhir dalam bidang sains dan teknologi nano. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai bagaimana karakteristik bahan ajar untuk mengenalkan sains dan teknologi nano melalui pembelajaran kimia dalam materi Ikatan Kimia untuk mencapai literasi sains siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan utama dalam penelitan ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah buku ajar yang sesuai dan dapat mengenalkan sains dan teknologi nano melalui materi pokok ikatan kimia agar literasi sains siswa tercapai?”

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model rekonstruksi pendidikan dalam pengembangan bahan ajar pengenalan nanoteknologi untuk pembelajaran kimia SMA?

2. Bagaimana karakteristik buku ajar bermuatan nanoteknologi melalui materi pokok ikatan kimia untuk mencapai literasi sains siswa SMA menggunakan model rekonstruksi pendidikan?

3. Bagaimana prakonsepsi siswa dan tanggapan guru mengenai nanosains dan nanoteknologi?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan buku ajar yang dapat mencapai literasi sains siswa SMA pada materi ikatan kimia. Model penelitian


(18)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang digunakan adalah model rekonstruksi pendidikan. Model rekonstruksi pendidikan terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1) analisis struktur konten, 2) penelitian mengajar dan belajar, dan 3) implementasi dan evaluasi dari desain pembelajaran. Penelitian ini dibatasi hanya pada komponen 1 (proses klarifikasi materi subjek) dan 2 (perspektif siswa dan tanggapan guru).

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu bahan ajar mengenai perkembangan teknologi nano dalam kehidupan sehari-hari, terutama melalui penjelasan mengenai struktur grafena, dalam rangka mencapai literasi sains siswa. Secara khusus, tujuan tersebut diperinci lagi menjadi sebagai berikut:

1. Menunjukkan bahwa model rekonstruksi pendidikan sesuai untuk digunakan dalam menerapkan pengenalan nanoteknologi dalam pembelajaran kimia di SMA.

2. Mengembangkan suatu buku ajar kimia dengan topik sains dan teknologi nano yang mampu mencapai literasi sains siswa SMA menggunakan model rekonstruksi pendidikan.

3. Memperoleh informasi mengenai prakonsepsi siswa dan tanggapan guru tentang nanosains dan nanoteknologi.


(19)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan kimia. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru.

Penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada guru sebagai tenaga pendidik dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar di kelas.

2. Bagi siswa.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dampak positif dalam mencapai literasi sains siswa melalui pengenalan aplikasi sains dan teknologi nano.

3. Bagi peneliti lain.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan untuk melakukan penelitian lain dengan materi yang berbeda yang dapat menggali kemampuan literasi sains siswa.

F. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan, diantaranya:

1. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan yang


(20)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Majid, 2008).

2. Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan ilmiah, untuk mengidentifikasi pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah untuk memahami dan mengambil keputusan mengenai alam dan perubahannya yang terjadi akibat aktifitas manusia (OECD, 1999). 3. STL (Scientific and Technological Literacy) adalah suatu pembelajaran

tentang bagaimana memahami dan menerapkan konsep, keterampilan proses, sikap, dan nilai-nilai sehingga seseorang mampu menghubungkan sains dan teknologi dalam kehidupan mereka sehari-hari (UNESCO, 1999).

4. Teknologi nano adalah pembuatan dan pemanfaatan bahan-bahan yang memiliki ciri yang sengaja direkayasa sehingga menyerupai ciri suatu bahan berskala atom atau molekul, atau kurang dari 100 nanometer (Davies, 2006).

5. Aspek konten sains adalah salah satu dari dimensi literasi sains yang merujuk pada konsep-konsep esensial dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD, 2009).

6. Aspek proses sains adalah salah satu dari dimensi literasi sains yang merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan, termasuk didalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti yang diperlukan dalam suatu penyelidikan


(21)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang ada (OECD, 2009).

7. Aspek konteks merupakan salah satu indikator literasi sains yang dapat menilai pemahaman dan kemampuan siswa dalam sains serta sikap-sikap yang harus dimiliki siswa pada akhir masa wajib belajar. Konteks aplikasi sains mengandung pengertian situasi yang ada hubungannya dengan penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains (OECD, 2009).

8. Sikap terhadap sains adalah sikap ilmiah yang mencakup inkuiri sains, kepercayaan diri sebagai seseorang yang belajar sains, tertarik terhadap sains, dan bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan (OECD, 2009).


(22)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian yang dilakukan memuat aspek kualitatif juga kuantitatif. Menurut Syaodih (2011) dalam Nurfebriyani (2013), penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar, ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

Penelitian ini mengadopsi model rekonstruksi pendidikan (educational

reconstruction). Model penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan

yang lebih mendalam mengenai pendidikan sains yang bersifat antardisiplin (Duit, 2007). Model ini memiliki tiga komponen, diantaranya: 1) analisis struktur konten, 2) penelitian pada proses pembelajaran, dan 3) pengembangan dan evaluasi terhadap desain pembelajaran. Penelitian ini dibatasi hanya pada komponen 1 (proses klarifikasi materi subjek) dan 2 (perspektif siswa dan tanggapan guru).

Untuk menjaring prakonsepsi siswa, dilakukan wawancara terhadap siswa kelas XII SMA, di SMA PGII 1, Kota Bandung. Adapun jumlah siswa yang diwawancara adalah 15 orang, yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan. Siswa dipilih dengan cara purposive sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan kebutuhan dan sampel dianggap representatif.


(23)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

Sekolah ini dipilih karena sekolah ini mendukung inovasi pengembangan bahan ajar dan juga ingin agar siswanya lebih “melek” sains. Hal ini sesuai dengan visi sekolah yaitu, “Bersama membentuk generasi IDOLA (Imannya mantap serta ibadahnya ikhlas, Dirinya unik, Otaknya cerdas, memiliki Life skill, dan Akhlaknya karimah. Diharapkan jika literasi sains siswa tercapai, maka siswa menjadi lebih cerdas dan life skill-nya pun meningkat.

1. Prosedur penelitian

a. Klarifikasi materi subjek

Pada tahap ini, dilakukan analisis struktur dari konteks yang dipilih, yaitu grafena dan teknologi nano. Pemilihan konteks ini berdasarkan pada pesatnya perkembangan dan semakin besarnya peran masyarakat dalam bidang nanosains dan teknologi nano.

Langkah pertama adalah telaah literatur. Telaah literatur ini meliputi tiga hal, diantaranya: 1) telaah mengenai standar isi dari materi pembelajaran yang akan dikaitkan dengan konteks nanoteknologi (materi ikatan kimia), 2) telaah kepustakaan mengenai literasi sains, terutama dimensi literasi sains, dan 3) telaah mengenai sains dan nanoteknologi.

Kemudian dilakukan analisis wacana. Analisis wacana dilakukan melalui pengumpulan bahan dari berbagai sumber, seperti buku teks, artikel-artikel ilmiah, internet, dan sebagainya, untuk selanjutnya disusun dari teks aslinya, kemudian dihaluskan sehingga menjadi teks keluaran dari bahan ajar yang dikonstruksi. Dalam model rekonstruksi pendidikan, proses ini disebut proses “elementarisasi”. Proses elementarisasi ini merekonstruksi struktur konten secara


(24)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

keilmuan menjadi struktur konten untuk pengajaran. Inilah inti dari “rekonstruksi pendidikan” (Duit, 2007).

Proses elementarisasi konten ini sangat terkait dengan pengembangan bahan ajar dari teks aslinya dalam buku teks atau sumber lainnya. Cara pengembangan bahan ajar dilakukan melalui analisis wacana. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat sebagai berikut:

 Analisis wacana

Analisis wacana dilakukan dengan mengumpulkan teks-teks mengenai topik grafena dan nanoteknologi dari berbagai macam sumber, seperti buku teks, artikel-artikel ilmiah, internet, dsb. Teks-teks dari sumber aslinya disusun sedemikian rupa agar alurnya sesuai dengan pendekatan deduktif. Setelah disusun alurnya, teks asli tersebut diterjemahkan (jika teks aslinya berbahasa asing), kemudian diperhalus sehingga menghasilkan teks keluaran yang diharapkan lebih mudah dipahami siswa dan sesuai dengan tingkat kognitif dan indikator pembelajaran. Proses penghalusan ini dapat berupa penyederhanaan istilah, tata ulang kalimat atau paragraf, penambahan atau penghilangan kata, dsb.

 Penyusunan struktur makro dan mikro

Dari teks dasar dilakukan analisis untuk menurunkan proposisi mikro dan proposisi makro. Proposisi mikro langsung dibentuk dari teks dasar. Proposisi ini memiliki tingkat abstraksi paling rendah. Dari proposisi mikro ini ditarik proposisi yang lebih makro. Beberapa proposisi makro dapat menghasilkan proposisi lebih makro lagi yang disebut dengan proposisi utama. Proposisi makro dapat diturunkan berkali-kali sesuai dengan tingkat abstraksi yang


(25)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52

diinginkan. Semakin tinggi proposisi makronya semakin tinggi tingkat abstraksinya. Dalam penelitian ini dilakukan tiga kali penurunan, yakni untuk pembentukan Makro 1, Makro 2, dan Makro 3.

Setelah itu, disusun lesson sequence map untuk topik grafena dan nanoteknologi. Lesson sequence map ini dibuat dengan menggunakan pendekatan STL (Scientific and Technology

Literacy).  Buku ajar

Teks-teks hasil penghalusan divalidasi oleh para ahli, kemudian direvisi sesuai dengan masukan dari para ahli. Setelah itu hasil validasi direkapitulasi dan dianalisis. Setelah direvisi, teks hasil penghalusan tersebut digabung menjadi buku ajar dengan judul “Grafena dan Nanoteknologi”. Buku ajar ini kemudian divalidasi oleh para ahli, kemudian direvisi sesuai dengan masukan dari para ahli. Validasi terhadap buku ajar didasarkan pada tiga komponen, diantaranya: 1) kesesuaian menurut pandangan ahli materi subjek, 2) kesesuaian dengan tingkat kognitif siswa, dan 3) kesesuaian terhadap standar pendidikan nasional/indikator pembelajaran (SK/KD).

b. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Mewawancarai siswa kelas XII IPA sebanyak 15 orang untuk menjaring prakonsepsi serta untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap sains dan nanoteknologi.


(26)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

2) Menyebarkan kuesioner secara online kepada guru Kimia SMA mengenai konsep nanosains dan nanoteknologi di sekolah.

3) Mengembangkan dan menyusun buku ajar hasil konstruksi.

c. Tahap Penyelesaian

Pada tahap penyelesaian, dilakukan beberapa tahap yaitu: 1) Pengumpulan data hasil penelitian.

2) Pengolahan data hasil penelitian. 3) Analisis data hasil penelitian. 4) Penyimpulan hasil penelitian.


(27)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

2. Alur penelitian

(1) Analisis struktur konten Telaah literatur:

Telaah standar isi materi pembelajaran Telaah kepustakaan literasi sains Telaah tentang sains dan teknologi nano

Klarifikasi teks asli: Modifikasi teks: Elementarisasi Konteks Konten Penghalusan teks sumber Penyisipan Penghapusan Analisis konten ikatan kimia Analisis dimensi literasi sains Analisis konteks grafena

Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek

kognitif

(3) Konstruksi bahan ajar

(2) Studi empiris Prakonsepsi siswa melalui wawancara Tanggapan guru melalui kuesioner Lesson sequence map Komposit konten-konteks

Bahan ajar topik grafena dan nanoteknologi


(28)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55 Gambar 3.1 Alur penelitian


(29)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

3. Instrumen penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Pedoman wawancara siswa

Pedoman wawancara ini diadaptasi dari pedoman wawancara siswa yang disusun oleh Laherto (2012) dalam disertasinya. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara terstruktur yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai prakonsepsi siswa, diantaranya untuk mengetahui sejauh mana kesadaran siswa terhadap teknologi nano, baik mengenai definisi, aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, serta dampak dari teknologi nano. Selain itu pula, wawancara ini bertujuan untuk mengetahui minat dan sikap siswa terhadap sains dan teknologi nano. Jumlah pertanyaan pada wawancara ini ada 18 butir pertanyaan dengan komposisi sebagai berikut: a) pertanyaan dengan bentuk 2 pilihan jawaban (5 butir), b) pernyataan skala sikap/skala Likert (6 butir), dan c) pertanyaan terbuka (7 butir). Pedoman wawancara siswa ini dapat dilihat pada tabel 3.5.

b. Kuesioner guru

Kuesioner guru yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil adaptasi dari kuesioner guru yang dibuat oleh Laherto (2011) dalam penelitiannya. Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengetahui pandangan guru mengenai perlunya pengenalan topik nanoteknologi serta prospeknya dalam pembelajaran di sekolah tingkat menengah. Lima pertanyaan pertama menjaring informasi mengenai latar belakang responden. Pertanyaan-pertanyaan berikutnya bersifat terbuka dan luas. Pertanyaan dalam kuesioner bertujuan untuk


(30)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

membantu responden merenungkan masalah yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian dari beberapa sudut pandang: mengenai kondisi saat ini, kebutuhan, isi, sumber daya, dan kendala untuk pengajaran nanoteknologi di sekolah menengah. Kuesioner ini disebarkan secara

online ke komunitas guru Kimia di sebuah media sosial. Kuesioner

guru ini dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.1 Instrumen penelitian

No. Instrumen Deskripsi Target

1. Bahan ajar dengan topik “Grafena dan

Nonteknologi”

Bahan ajar yang disusun merupakan bagian dari materi utama, yaitu ikatan kimia.

Bahan ajar ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan motivasi siswa mengenai grafena dan nanoteknologi dalam rangka mencapai literasi sains mereka. 2. Kuesioner guru Kuesioner untuk

mengetahui pandangan guru mengenai perlunya pengenalan topik nanoteknologi serta prospeknya dalam pembelajaran di sekolah tingkat menengah

Pendapat guru mengenai pengenalan nanoteknologi

3. Wawancara (interviu terstruktur)

Interviu terstruktur karena pertanyaan sudah disusun terlebih dahulu

Prakonsepsi, sikap, dan minat siswa mengenai nanoteknologi


(31)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

B. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang berupa kuesioner guru, wawancara siswa, dan penilaian para ahli. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Validasi bahan ajar

Bahan ajar yang telah disusun divalidasi oleh para ahli. Para ahli yang mevalidasi berjumlah 7 orang yang diantaranya adalah 2 orang ahli dalam bidang pendidikan dan pelatihan guru (widyaiswara), 3 orang guru SMA yang mengajar Kimia, dan 2 orang dosen. Lembar validasi bahan ajar serta biodata dari para ahli ini terdapat pada lampiran. Hasil validasi dari para ahli ini kemudian direkapitulasi dan ditindaklanjuti sesuai dengan masukan dari para ahli.

Data hasil validasi dikelompokkan dan diolah. Hasil pengolahan data kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan alat untuk menilai kualitas bahan ajar yang dikembangkan dan untuk memperbaiki buku ajar sehingga pada tahap akhir dihasilkan bahan ajar yang sudah direvisi. Validator yang menilai bahan ajar yang dikembangkan berjumlah tujuh orang.

Data hasil validasi diolah menggunakan metode CVR (content

validity ratio) atau yang dikenal dengan rumus Lawshe (1975). Rumusnya

adalah sebagai berikut:


(32)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59

ne = jumlah pakar yang sepakat

N = jumlah pakar yang memvalidasi Ketentuan:

a. Saat jumlah responden yang menyatakan “Ya” kurang dari ½ total responden maka nilai CVR = -

b. Saat jumlah responden yang menyatakan “Ya” ½ dari total responden maka nilai CVR = 0

c. Saat seluruh responden menyatakan “Ya” maka nilai CVR = 1 (hal ini diatur menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden)

d. Saat jumlah responden yang menyatakan “Ya” lebih dari ½ total responden maka nilai CVR = 0 – 0.99

Setelah menghitung nilai CVR, langkah berikutnya adalah menghitung nilai CVI (content validity index). CVI merupakan rata-rata nilai CVR untuk untuk sub pertanyaan yang dijawab “Ya”.

Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa rasio angka 0 sampai dengan 1. Angka tersebut dikategorikan sebagai berikut:

0,00 – 0,33 = tidak sesuai 0,34 – 0,67 = sesuai 0,68 – 1,00 = sangat sesuai

2. Analisis Wawancara Siswa

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui prakonsepsi, sikap, dan minat siswa terhadap nanoteknologi. Pertanyaan yang diajukan dalam


(33)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60

wawancara ini terdiri dari 18 butir pertanyaan. Jumlah siswa yang diwawancara sebanyak 15 orang siswa, yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan. Daftar hadir siswa yang diwawancara dapat dilihat pada lampiran.

Dalam wawancara ini, ada tiga jenis pertanyaan yang diberikan, diantaranya: 1) pertanyaan dengan bentuk 2 pilihan jawaban, seperti: “pernah/tidak pernah”, “ya/tidak”, “tahu/tidak tahu”, atau “ada/tidak ada”; 2) pernyataan dengan bentuk skala Likert; dan 3) pertanyaan terbuka. Pertanyaan dengan skala Likert memiliki 5 alternatif jawaban. Ada lima skor dalam pertanyaan skala sikap ini yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2 Penskoran data skala sikap siswa

Skor Indikator

5 Sangat setuju

4 Setuju

3 Ragu-ragu

2 Kurang setuju

1 Tidak setuju

Setelah penskoran, kemudian data diubah dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 3.3 Penafsiran persentase (Arikunto, 2006) Persentase (%) Tafsiran kualitatif

80 – 100 Baik sekali


(34)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

56 – 65 Cukup

40 – 55 Kurang

0 – 39 Kurang sekali

Kemudian hasil penafsiran tersebut dianalisis secara statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009).

Hasil tanggapan sikap siswa dibuat persentase dengan menggunakan menggunakan rumus sebagai berikut:

tanggapan

Tabel 3.4 Penafsiran data kualitatif (Koentjoroningrat dalam Eliyawati, 2010)

Persentase (%) Tafsiran kualitatif

0 Tak seorang pun

1 – 24 Sebagian kecil 25 – 49 Hampir setengahnya

50 Setengahnya

51 – 74 Sebagian besar 75 – 99 Hampir seluruhnya

100 Seluruhnya

Pada tabel berikut adalah panduan wawancara siswa yang digunakan dalam penelitian ini.


(35)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62 PANDUAN WAWANCARA SISWA

1. Pernahkah Anda mendengar atau membaca tentang nanosains atau nanoteknologi (NST)? 2. Dari mana anda mendengar / membaca tentang NST?

3. Pernahkan Anda mempelajari tentang NST?

4. Menurut pendapat Anda, bidang ilmu sains apa yang terkait dengan NST? 5. Menurut pendapat Anda, apa pengertian NST?

Ketika responden telah menanggapi pertanyaan 5, pewawancara memberikan definisi sederhana dari NST: "nanosains dan nanoteknologi berhubungan dengan penelitian, manipulasi dan penciptaan struktur yang sangat kecil. Menurut definisi umum, struktur NST berada dalam kisaran ukuran 1-100 nanometer, setidaknya memiliki satu dimensi (panjang, lebar atau ketebalan). Satu nanometer adalah sepersejuta milimeter. Ini berarti bahwa struktur NST hanya sebesar beberapa molekul atau atom saja. Pada skala ini, materi memiliki sifat baru yang bergantung pada ukurannya. Sifat-sifat ini misalnya sifat listrik, mekanik,

atau optik.”

6. Apakah Anda tahu beberapa aplikasi atau produk yang menerapkan nanoteknologi?

7. Kita telah berbicara tentang nanosains dan nanoteknologi. Menurut Anda, apakah ada perbedaan antara nanosains dan nanoteknologi?

8. Menurut Anda, secara umum apa manfaat iringan dari nanoteknologi? 9. Kerugian dan risiko apa yang akan muncul akibat nanoteknologi? 10. Mana yang Anda anggap lebih penting, manfaat atau kerugian / resiko?

Setelah responden menjawab pertanyaan 10, pewawancara mengatakan: "Akhirnya, saya akan membaca beberapa pernyataan. Silakan menanggapi pada skala 1 s.d 5 tergantung pada seberapa besar Anda setuju dengan pernyataan itu. ‘1’ berarti Anda tidak setuju sama

sekali, dan ‘5’ berarti Anda sangat setuju. Anda juga dapat merespon ‘Saya tidak bisa mengatakan’.”

11. Keputusan tentang pemanfaatan NST dalam kehidupan sehari-hari harus dilakukan atas dasar pandangan dan nasihat ahli.

12. Keputusan tentang pemanfaatan NST dalam kehidupan sehari-hari harus didasarkan pada pengetahuan ilmiah tentang risiko dan manfaat.


(36)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

63 14. Masyarakat harus diberitahu tentang NST dan mampu mengambil keputusan secara

independen apakah mereka ingin menggunakan produk yang dikembangkan dengan teknologi ini.

15. Meskipun nanoteknologi mungkin mengandung risiko yang belum diketahui, namun pasti akan menjadi bagian dari masa depan kita, jadi kita harus memastikan bahwa produk tersebut dimanfaatkan seaman mungkin.

16. NST harus diatur dan diawasi lebih ketat oleh pemerintah dari sebelumnya. 17. Saya tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang NST.

18. Manakah yang paling menarik perhatian Anda mengenai NST Anda?

3. Analisis Kuesioner Guru

Kuesioner dibagi menjadi dua bagian yang totalnya terdapat 12 pertanyaan. Bagian pertama terdiri dari lima pertanyaan untuk mengetahui latar belakang responden. Bagian kedua terdiri dari tujuh pertanyaan untuk mengetahui tanggapan dan pandangan guru mengenai nanosains dan nanoteknologi, terutama di sekolah.

Kuesioner disebarkan dengan cara mengundang secara khusus melalui komunitas online guru-guru kimia yang ada pada suatu jejaring sosial. Komunitas ini dikelola secara resmi sehingga peneliti yakin bahwa latar belakang responden sesuai dengan target penelitian dan memiliki keseragaman dalam hal pengalaman. Sedangkan jumlah responden yang mengisi kuesioner ini berjumlah lima orang yang seluruhnya guru Kimia SMA/SMK. Tabel berikut adalah kuesioner guru yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.6 Kuesioner guru (diadaptasi dari Laherto, 2011) KUESIONER GURU


(37)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

64

Informasi Responden

1. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

2. Usia*) : 20-29 / 30-39 / 40-49 / 50-59/ 60+ tahun 3. Pengalaman mengajar: _______ tahun

4. Pada tahun ajaran terakhir, Anda mengajar mengajar di tingkat/kelas: ______________

5. Mata pelajaran yang Anda ajar: (mohon diurutkan dari mata pelajaran yang paling sering Anda ajar)

___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________

Konsep Nanosains dan Nanoteknologi di Sekolah

6. Hingga sejauh mana Anda menjelaskan mengenai nanosains dan nanoteknologi kepada siswa?

___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ 7. Menurut Anda, perlukah topik mengenai nanosains dan nanoteknologi disampaikan

kepada siswa sekolah menengah? Jika perlu, mengapa?

___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ Jika tidak perlu, mengapa?

___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ 8. Menurut Anda, sebaiknya topik mengenai nanosains dan nanoteknologi disampaikan

di kelas berapa?

___________________________________________________________________ 9. Menurut Anda, apakah sebaiknya topik nanosains dan nanoteknologi dimasukkan


(38)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

65 sebagai topik baru di sekolah?

Jika ya, mengapa?

___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ Jika tidak, mengapa?

___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ 10. Isu atau permasalahan saja apa yang perlu dibahas dalam topik nanosains dan

nanoteknologi?

___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ 11. Menurut perkiraan Anda, bagaimana kondisi sumber daya yang ada, baik itu guru, konten/materi, maupun bahan ajar, dalam mempersiapkan pengajaran terkait isu-isu mengenai nanosains dan nanoteknologi? Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan sumber daya tersebut?

___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ 12. Apakah ada saran atau masukan lain mengenai pengajaran topik nanosains dan

nanoteknologi di sekolah?

___________________________________________________________________

___________________________________________________________________

Hasil kuesioner bersifat kualitatif, serta direkapitulasi dan dibahas secara deskriptif.


(39)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Model rekonstruksi pendidikan sangat sesuai untuk mengenalkan topik nanosains dan nanoteknologi dalam pembelajaran, karena model penelitian ini mengacu pada kebutuhan untuk menyejajarkan antara isu-isu terkait konten sains dengan isu pendidikan ketika tahapan pembelajaran dirancang dengan tujuan meningkatkan pemahaman sains, sehingga dapat mendorong perkembangan tingkat literasi sains siswa. Model ini secara teoritis mampu menganalisis pentingnya nanosains dan nanoteknologi dalam pembelajaran dengan menggambarkan karakteristik dan implikasi dari nanosains dan nanoteknologi.

2. Buku ajar yang disusun memiliki karakeristik sebagai berikut:

a. Memuat aspek pedagogik dalam mengorganisasi konten grafena dan nanoteknologi yang disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa agar proses pembelajaran memenuhi kriteria mudah diajarkan dan mudah

dijangkau.

b. Mengkompositkan (menggabungkan) materi Ikatan Kimia dengan konteks aplikasi yang ada pada kehidupan sehari-hari siswa. Konteks yang dipilih sesuai dengan isu sosio-ilmiah yang diangkat pada pembelajaran berupa pengenalan grafena (struktur, sifat dan karakteristiknya, serta aplikasinya dalam nanoteknologi). Konteks ini juga disesuaikan dengan kurikulum yang mengacu berdasarkan topik utamanya yaitu Ikatan Kimia.


(40)

94

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Buku ajar menggunakan tahapan pembelajaran STL yang telah dilengkapi tahap decision making.

Dari analisis hasil validasi dengan metode CVR, diperoleh nilai rata-rata CVI sebesar 0,83 untuk bahan ajar yang dikembangkan. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar tersebut sangat sesuai untuk digunakan kepada siswa dalam pembelajaran di kelas.

3. Secara umum prakonsepsi serta literasi sains siswa mengenai nanosains dan nanoteknologi sudah cukup baik. Wawasan mereka terhadap perkembangan teknologi dan sains juga sudah cukup terbuka. Sikap mereka terhadap nanosains dan nanoteknologi juga terlihat cukup baik. Terbukti dengan minat mereka untuk mempelajari nanoteknologi yang mereka nilai sangat menarik. Topik nanosains dan nanoteknologi juga sudah dapat dikenalkan dalam pembelajaran di kelas. Dari hasil penelitian, rata-rata skor angket siswa adalah sebesar 4,24 dengan persentase sebesar 86,7%. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap topik nanosains dan nanoteknologi adalah baik sekali.

Pendapat guru mengenai pengenalan topik nanosains dan nanoteknologi dalam pembelajaran di kelas adalah bahwa siswa perlu untuk dikenalkan mengenai nanosains dan nanoteknologi ini, karena dengan mengenalkan topik ini kepada siswa dapat meningkatkan wawasan dan minat siswa dalam mempelajari sains pada umumnya. Namun para guru perlu untuk mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki dan mempelajari nanoteknologi secara lebih mendalam, baik melalui pencarian informasi dari internet, melalui pelatihan, atau media lainnya, sebelum mengenalkan topik nanosains dan nanoteknologi di kelas.


(41)

95

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan temuan di lapangan dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang disusun masih perlu pengembangan agar mampu meningkatkan kemampuan siswa dari segi konten dan sikap sains.

2. Bahan ajar yang dikembangkan ini masih perlu untuk dievaluasi lebih lanjut, terutama untuk mengetahui apakah buku ajar yang dikonstruksi ini sudah memenuhi kriteria mudah diajarkan dan mudah dijangkau, serta mendapat masukan langsung dari siswa dan guru mengenai kekurangan yang perlu ditambahkan dari bahan ajar tersebut.

3. Buku ajar yang dikonstruksi tidak hanya dapat digunakan untuk menjelaskan konsep ikatan kimia saja, tetapi juga konsep kimia unsur dan struktur atom (perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut).

4. Sebaiknya guru kimia senantiasa selalu berinisiatif mengembangkan pengetahuan dan wawasannya terutama mengenai perkembangan sains dan teknologi, sehingga dapat memberikan pembelajaran yang lebih bermakna, kontekstual, dan dapat lebih memotivasi siswa di kelas.

5. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam terutama mengenai peningkatan aspek kognitif dan pengaruhnya terhadap literasi sains siswa secara kuantitatif setelah mengenalkan topik nanosains dan nanoteknologi. 6. Penelitian ini merupakan tahap awal dari penelitian dengan model

rekonstruksi pendidikan, sehingga masih dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif dan mendalam.


(42)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ambrogi, P., Caselli, M., Montalti, M., and Venturi, M. (2008). Make sense of nanochemistry and nanotechnology. Chem. Educ. Res. Pract., 9, 5-10. Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Revisi. Cetakan

ke-10. Bumi Aksara, Jakarta.

Bradley, P. (2011). Everyday Applications of Nanotechnology. [Online]. Tersedia:

http://www.ccweek.com/news/templates/template.aspx?articleid=2737&zon

eid=7. [17 Juli 2013].

Davies, J.C. (2006). Managing the Effects of Nanotechnology. Paper for Woodrow Wilson International Center for Scholars: Project on Emerging Nanotechnologies.

Depdiknas. (2008). Strategi Pembelajaran MIPA. Dirjen PMPTK Direktorat Tenaga Kependidikan, Jakarta.

Duit, R. (2007). Science education research internationally: conceptions, research methods, domains of research. Eurasia Journal of Mathematics, Science &

Technology Education, 3 (1), 3-15.

Duncan, K.A., Johnson, C., McElhinny, K., Ng, S., Cadwell, K.D., Petersen, G.M.Z., Johnson, A., Horoszweski, D., Gentry, K., Lisensky, G., and Crone, W.C. (2010). Arts as an avenue to science literacy: teaching nanotechnology through stained glass. Journal of Chemical Education, 87 (10), 1031-1038.


(43)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Eliyawati. (2013). Multimedia Pembelajaran Sel Volta Bermuatan Sains dan

Teknologi Nano pada Konteks Sel Surya untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa. Tesis Magister pada Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Firman, H. (2007). Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional

Tahun 2006. Puspendik, Jakarta.

Gardner, G., Jones, G., Taylor, A., Forrester, J., and Robertson, L. (2010).

Students’ risk perceptions of nanotechnology applications: implications for

science education. International Journal of Science Education, 32 (14), 1951-1969.

Grafena. http://id.wikipedia.org/wiki/Grafena (diakses pada bulan April 2011). Hamalik, O. (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Cetakan ke-4. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Hernani, Mudzakir, A., Aisyah, S. (2009). Membelajarkan konsep sains Kimia dari perspektif sosial untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP. Jurnal

Pengajaran MIPA, 13 (1).

Holbrook, J. (2005). Making chemistry teaching relevant. Chemical Education

International. 6 (1), 1-12.

Hutchinson, Kelly. (2007). Secondary Students’ Interests in Nanoscale Science and Engineering Concepts and Phenomena. Tesis Magister pada Purdue

University: tidak diterbitkan.

Hutchinson, K., Shin, N., Stevens, S.Y., Yunker, M., Delgado, C., Giordano, N., and Bodner, G. (2000). Exploration of Student Understanding and Motivation in Nanoscience. Paper submitted to the annual meeting of the


(44)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

National Association for Research in Science Teaching, New Orleans, Lousiana.

Katmannn, U., Duit, R., Gropengießer, H., Komorek, M. (1995). A Model of Educational Reconstruction. Paper presented at the Annual Meeting of the National Association of Research in Science Teaching (NARST), San Franscisco.

Kemdikbud, (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. BPSDMPMP, Jakarta.

Laherto, A. (2010). An analysis of the educational significance of nanoscience and nanotechnology in scientific and technological literacy. Science

Education International, 21 (3), 160-175.

Lucariello, J. (2013). How Do My Students Think: Diagnosing Student Thinking. [Online]. Tersedia: http://www.apa.org/education/k12/student-thinking.aspx. [13 Agustus 2013].

Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Cetakan ke-4. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

New Story: Top 10 Reasons for Using Nanotech in Food.

http://www.nanotech-now.com/news.cgi?story_id=32231 (diakses pada bulan Mei 2011).

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemie im

Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium


(45)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurfebriyani, W. (2013). Konstruksi Buku Ajar Interaksi Antar-Molekul

Menggunakan Konteks Printer Inkjet untuk Mencapai Literasi Sains Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework: Key Competencies in

Reading, Mathematics, and Science. OECD.

Press Release: Natural Milk Protein Could Lead to Super Nutritious Foods.

http://www.nanotech-now.com/news.cgi?story_id=20805 (diakses pada

bulan Mei 2011).

Ramsden, J.J. (2009). Nanoteknologi Terapan: Konversi dari Hasil Penelitian

Menjadi Produk. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rustaman, N.Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003. Makalah

perkuliahan (diunduh dari

http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN%20IPA /195012311979032%20-%20NURYANI%20RUSTAMAN/ (bulan Januari 2011).

Siregar, Nelson. (1998). Penelitian Kelas: Teori, Metodologi, dan Analisis. Cetakan pertama. IKIP Bandung Press. Bandung.

Staver, J.R. (2007). Teaching Science. Educational Practices Series 17. International Academy of Education. UNESCO. Geneva.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


(46)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Toharudin, U., Hendrawati, S., Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains

Peserta Didik. Cetakan pertama. Humaniora, Bandung.

Uno, H.B. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Cetakan pertama. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Yuliastuti, M. (2009). Peningkatan Aspek Literasi Sains dan Teknologi melalui

Penerapan Model Pembelajaran Sains Bervisi SETS (Science, Environment, Technology, Society) di SMP. Skripsi Sarjana pada FMIPA UNNES


(1)

95

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan temuan di lapangan dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang disusun masih perlu pengembangan agar mampu meningkatkan kemampuan siswa dari segi konten dan sikap sains.

2. Bahan ajar yang dikembangkan ini masih perlu untuk dievaluasi lebih lanjut, terutama untuk mengetahui apakah buku ajar yang dikonstruksi ini sudah memenuhi kriteria mudah diajarkan dan mudah dijangkau, serta mendapat masukan langsung dari siswa dan guru mengenai kekurangan yang perlu ditambahkan dari bahan ajar tersebut.

3. Buku ajar yang dikonstruksi tidak hanya dapat digunakan untuk menjelaskan konsep ikatan kimia saja, tetapi juga konsep kimia unsur dan struktur atom (perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut).

4. Sebaiknya guru kimia senantiasa selalu berinisiatif mengembangkan pengetahuan dan wawasannya terutama mengenai perkembangan sains dan teknologi, sehingga dapat memberikan pembelajaran yang lebih bermakna, kontekstual, dan dapat lebih memotivasi siswa di kelas.

5. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam terutama mengenai peningkatan aspek kognitif dan pengaruhnya terhadap literasi sains siswa secara kuantitatif setelah mengenalkan topik nanosains dan nanoteknologi. 6. Penelitian ini merupakan tahap awal dari penelitian dengan model

rekonstruksi pendidikan, sehingga masih dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif dan mendalam.


(2)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ambrogi, P., Caselli, M., Montalti, M., and Venturi, M. (2008). Make sense of nanochemistry and nanotechnology. Chem. Educ. Res. Pract., 9, 5-10. Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Revisi. Cetakan

ke-10. Bumi Aksara, Jakarta.

Bradley, P. (2011). Everyday Applications of Nanotechnology. [Online]. Tersedia:

http://www.ccweek.com/news/templates/template.aspx?articleid=2737&zon eid=7. [17 Juli 2013].

Davies, J.C. (2006). Managing the Effects of Nanotechnology. Paper for Woodrow Wilson International Center for Scholars: Project on Emerging Nanotechnologies.

Depdiknas. (2008). Strategi Pembelajaran MIPA. Dirjen PMPTK Direktorat Tenaga Kependidikan, Jakarta.

Duit, R. (2007). Science education research internationally: conceptions, research methods, domains of research. Eurasia Journal of Mathematics, Science &

Technology Education, 3 (1), 3-15.

Duncan, K.A., Johnson, C., McElhinny, K., Ng, S., Cadwell, K.D., Petersen, G.M.Z., Johnson, A., Horoszweski, D., Gentry, K., Lisensky, G., and Crone, W.C. (2010). Arts as an avenue to science literacy: teaching nanotechnology through stained glass. Journal of Chemical Education, 87 (10), 1031-1038.


(3)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Eliyawati. (2013). Multimedia Pembelajaran Sel Volta Bermuatan Sains dan

Teknologi Nano pada Konteks Sel Surya untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa. Tesis Magister pada Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Firman, H. (2007). Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional

Tahun 2006. Puspendik, Jakarta.

Gardner, G., Jones, G., Taylor, A., Forrester, J., and Robertson, L. (2010). Students’ risk perceptions of nanotechnology applications: implications for science education. International Journal of Science Education, 32 (14), 1951-1969.

Grafena. http://id.wikipedia.org/wiki/Grafena (diakses pada bulan April 2011). Hamalik, O. (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Cetakan ke-4. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Hernani, Mudzakir, A., Aisyah, S. (2009). Membelajarkan konsep sains Kimia dari perspektif sosial untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP. Jurnal

Pengajaran MIPA, 13 (1).

Holbrook, J. (2005). Making chemistry teaching relevant. Chemical Education

International. 6 (1), 1-12.

Hutchinson, Kelly. (2007). Secondary Students’ Interests in Nanoscale Science and Engineering Concepts and Phenomena. Tesis Magister pada Purdue

University: tidak diterbitkan.

Hutchinson, K., Shin, N., Stevens, S.Y., Yunker, M., Delgado, C., Giordano, N., and Bodner, G. (2000). Exploration of Student Understanding and Motivation in Nanoscience. Paper submitted to the annual meeting of the


(4)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

National Association for Research in Science Teaching, New Orleans, Lousiana.

Katmannn, U., Duit, R., Gropengießer, H., Komorek, M. (1995). A Model of Educational Reconstruction. Paper presented at the Annual Meeting of the National Association of Research in Science Teaching (NARST), San Franscisco.

Kemdikbud, (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. BPSDMPMP, Jakarta.

Laherto, A. (2010). An analysis of the educational significance of nanoscience and nanotechnology in scientific and technological literacy. Science

Education International, 21 (3), 160-175.

Lucariello, J. (2013). How Do My Students Think: Diagnosing Student Thinking. [Online]. Tersedia: http://www.apa.org/education/k12/student-thinking.aspx. [13 Agustus 2013].

Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Cetakan ke-4. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

New Story: Top 10 Reasons for Using Nanotech in Food. http://www.nanotech-now.com/news.cgi?story_id=32231 (diakses pada bulan Mei 2011).

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemie im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel, Jerman.


(5)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurfebriyani, W. (2013). Konstruksi Buku Ajar Interaksi Antar-Molekul

Menggunakan Konteks Printer Inkjet untuk Mencapai Literasi Sains Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework: Key Competencies in

Reading, Mathematics, and Science. OECD.

Press Release: Natural Milk Protein Could Lead to Super Nutritious Foods.

http://www.nanotech-now.com/news.cgi?story_id=20805 (diakses pada bulan Mei 2011).

Ramsden, J.J. (2009). Nanoteknologi Terapan: Konversi dari Hasil Penelitian

Menjadi Produk. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rustaman, N.Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003. Makalah

perkuliahan (diunduh dari

http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN%20IPA /195012311979032%20-%20NURYANI%20RUSTAMAN/ (bulan Januari 2011).

Siregar, Nelson. (1998). Penelitian Kelas: Teori, Metodologi, dan Analisis. Cetakan pertama. IKIP Bandung Press. Bandung.

Staver, J.R. (2007). Teaching Science. Educational Practices Series 17. International Academy of Education. UNESCO. Geneva.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


(6)

Retzy Noer Azizah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Toharudin, U., Hendrawati, S., Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains

Peserta Didik. Cetakan pertama. Humaniora, Bandung.

Uno, H.B. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Cetakan pertama. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Yuliastuti, M. (2009). Peningkatan Aspek Literasi Sains dan Teknologi melalui

Penerapan Model Pembelajaran Sains Bervisi SETS (Science, Environment, Technology, Society) di SMP. Skripsi Sarjana pada FMIPA UNNES