REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA.

(1)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA

SMA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

SUCI MARYAM AZMI L 1201240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

SUCI MARYAM AZMI L

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA

SMA

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. H. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 196611211991031002

Pembimbing II

Dr. Yayan Sunarya, M.Si NIP. 196102081990031004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sekolah Pascasarjana Pendidikan Kimia

Dr. H. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 196611211991031002


(3)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA

SMA

Oleh:

Suci Maryam Azmi L

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kimia

Sekolah Pasca Sarjana

© Suci Maryam Azmi L 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Rekonstruksi Bahan Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa SMA” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, November 2014 Yang membuat pernyataan


(5)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(6)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk merekonstruksi bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik untuk mencapai literasi sains siswa SMA. Penelitian mengacu pada

Model of Educational Reconstruction (MER) yang dibatasi pada tahap analisis

struktur konten dan tinjauan perpektif siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran pre-konsepsi siswa dan perspektif saintis terhadap keramik, ikatan kimia dan hubungan keduanya, mengetahui karakteristik bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains, dan menemukan penilaian ahli terhadap rancangan bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman wawancara yang terdiri dari 30 butir pertanyaan, lembar analisis konsep, lembar validasi indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dan aspek afektif, lembar validasi analisis konsep ikatan kimia dan keramik, dan lembar validasi rancangan bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains. Data penelitian yang diperoleh berupa transkripsi wawancara 10 orang siswa kelas X, hasil analisis konsep, hasil validasi indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dan aspek afektif, hasil validasi analisis konsep ikatan kimia dan keramik, dan hasil validasi rancangan bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains. Hasil penelitian berupa pre konsepsi siswa terhadap keramik, ikatan kimia, dan hubungan keduanya masih sangat sempit namun 90% memiliki ketertarikan dalam pembelajaran sains menggunakan konteks sehari-hari. Rancangan bahan ajar yang dibuat berdasarkan kesesuaian kompetensi ilmiah Pisa 2012, kurikulum 2013, tingkat kognitif siswa, dan urutan pengajaran dan pemebelajaran STL memperoleh nilai CVI sebesar 0,88 setelah divalidasi oleh ahli. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar yang dihasilkan layak untuk siswa SMA.


(7)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

The study was conducted to reconstruct the teaching material on chemical bonding using the context of ceramic to reach scientific literacy of high school students. The study refers to the Model of Educational Reconstruction (MER), which is limited at this stage of the structural analysis of the content and review the student perspective. The purpose of this study was to obtain an overview of pre-conceptions students and scientists perspective on ceramics, chemical bonds and relations between them, knowing the characteristics of the teaching materials of chemical bonds using context of ceramics based on scientific literacy, and find an expert assessment of the design chemical bonding teaching material using context of ceramic based on scientific literacy. The instruments used were interview form consisting of 30 of the questions, concept analysis, validation of indicators at cognitive and affective aspects, validation concept analysis of chemical bonding and ceramics, and validation of design chemical bonding teaching materials using the context of ceramic based on scientific literacy. The research data obtained in the form of an interview transcript 10 students of class X, the results of concept analysis, result of validation indicators at cognitive and affective aspects, result of validation concept analysis of chemical bonding and ceramics, and result of validation design chemical bonding teaching materials using the context of ceramic based on scientific literacy. The results of the study in the form of pre-conceptions students of ceramics, chemical bonds, and their relationship was still very narrow, but 90% have an interest in learning science using everyday contexts. The design of instructional materials that are based on the suitability of the scientific competence of Pisa in 2012, the curriculum in 2013, students' cognitive level, and sequence of teaching and learning log STL acquire CVI value of 0.88 after being validated by an expert. This suggests that the teaching materials available for high school students.


(8)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian ... 4

C. Pembatasan Masalah Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Penjelasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Literasi Sains ... 8

B. Pembelajaran Literasi Sains dan Teknologi ... 11

C. Model Rekonstruksi Pembelajaran ... 12

D. Eksplanasi Ilmiah dan Eksplanasi Pedagogik ... 14

E. Reduksi Didaktik ... 17

F. Kajian Studi Miskonsepsi Terkait Ikatan Kimia ... 21

G. Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Terkain Konten Ikatan Kimia ... 24


(9)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

A. Desain Penelitian ... 26

B. Prosedur Penelitian ... 28

C. Sampel Penelitian ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Analisis Data Penelitian ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Pre-konsepsi Siswa Mengenai Konteks Keramik, Konten Ikatan Kimia, dan Hubungan Keduanya ... 35

B. Perspektif Saintis Mengenai Konteks Keramik, Konten Ikatan Kimia, dan Hubungan Keduanya ... 44

C. Rancangan Bahan Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik ... 49

D. Hasil Penilaian Ahli Terhadap Desain Bahan Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(10)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk Materi Ikatan Kimia ... 24

Tabel 3.1. Instrumen Penelitian ... 29

Tabel 3.2. Pengumpulan Data ... 31

Tabel 4.1. Keterhubungan Konten dengan Konteks ... 48

Tabel 4.2. Buku Teks yang Digunakan pada Analisis Konten Ikatan Kimia ... 50

Tabel 4.3. Struktur penyajian buku teks Chemistry The Molecular Nature of Matter. ... 50

Tabel 4.4 Buku Teks Sumber yang Digunakan untuk Menyusun Konteks Keramik ... 51

Tabel 4.5. Keunggulan Buku Teks Sumber yang Digunakan untuk Menyusun Konteks Keramik ... 52

Tabel 4.6. Kompetensi dan Kategori Proses Sains pada PISA 2012 ... 53

Tabel 4.7. Aspek Sikap Terhadap Isu Sains dalam PISA 2012 ... 53

Tabel 4.8. Kompetensi Isi dan Kompetensi Dasar Materi Ikatan Kimia ... 54

Tabel 4.9. Indikator dan Tujuan Pembelajaran Bahan Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Aspek pada Aspek Kognitif ... 56

Tabel 4.10. Indikator dan Tujuan Pembelajaran Bahan Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Aspek pada Aspek Afektif . 57 Tabel 4.11. Contoh Penghalusan Teks Konten Ikatan Kimia ... 62

Tabel 4.12. Contoh Penyusunan Teks Asli Konteks Keramik ... 63

Tabel 4.13. Contoh Penghalusan Teks Konteks Keramik... 63

Tabel 4.14. Contoh Wacana untuk Penggabungan Konten Ikatan Kimia dan Konteks Keramik ... 65

Tabel 4.15. CVI Penilaian Bahan Ajar Berdasarkan Tujuan Pembelajaran ... 69


(11)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Asesmen Sains PISA 2009 ... 9

Gambar 2.2. Tiga Komponen Rekonstruksi Pendidikan ... 13

Gambar 2.3. Hubungan Eksplanasi Ilmiah dan Eksplanasi Pedagogi ... 16

Gambar 2.4. Model Struktur Makro ... 21

Gambar 2.5. Miskonsepsi Terkait Garam dan Larutan Garam ... 22

Gambar 2.6. Model Mental Siswa Terkait Larutan Garam Dapur Sebelum, Selama, dan Setelah Evaporasi) ... 23

Gambar 3.1. Model of Educational Reconstruction ... 26

Gambar 3.2. Skema desain penelitian yang dimodifikasi ulang dari Duit ... 27

Gambar 4.1. Grafik Penggolongan Kategori Pertanyaan untuk Wawancara ... 37

Gambar 4.2. Contoh Keramik Klasik dan Keramik Modern ... 46


(12)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

A.1. Format wawancara ... 79

A.2. Indikator dan Tujuan Pembelajaran Aspek Kognitif dan Afektif ... 81

A.3. Teks Sekuence Map ... 96

A.4. Lembar Validasi Analisis Konsep ... 97

A.5. Format Analisis Teks ... 108

A.6. Penghalusan Konten Ikatan Kimia ... 113

A.7. Penghalusan Konteks Keramik ... 132

A.9. Lembar Validasi Bahan Ajar ... 146

A.10 Format Uji Keterbacaan Siswa ... 182

B.1. CVR Aspek Kognitif ... 208

B.2. CVR Aspek Afektif ... 218

B.3. CVR Analisis Konsep... 222

B.4. CVR Bahan Ajar ... 223

B.5. Transkripsi wawancara ... 226


(13)

1

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran sains bagi siswa berguna untuk mempelajari alam sekitar dan pengembangannya yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran sains, siswa dapat memiliki pemahaman yang luas mengenai sains dan teknologi sehingga mampu berkontribusi dalam lingkungan sekitarnya. Melek sains bagi siswa dapat menjadi jembatan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam lingkungan sekitar yang berhubungan dengan sains dan teknologi, sehingga dengan pembelajaran sains tersebut, siswa akan mampu bersaing di dunia nyata (OECD, 2012).

Bagi kebanyakan orang, pelajaran sains (Ilmu pengetahuan Alam, IPA), baik itu kimia, fisika, dan biologi, merupakan mata pelajaran yang membosankan dan membingungkan. Pemikiran seperti ini pun berlaku bagi kebanyakan siswa. Padahal sains adalah ilmu yang sangat berkaitan dengan wawasan tentang lingkungan di sekelilingnya. Ketidaktertarikan siswa dalam pelajaran sains menyebabkan pelajaran sains tidak ada dalam keseharian mereka. Penekanan mereka terhadap sains pun akhirnya hanya terlihat menjelang waktu-waktu ujian. Siswa akhirnya tidak mampu mengaitkan dan menggunakan konsep-konsep sains yang dipelajari untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan mereka (Hoolbrook, 2005) karena menurut mereka sains terpisah jauh dari kehidupan sehari-hari.

Bukti tak terbantahkan dari fakta bahwa kebanyakan siswa Indonesia memandang sains terpisah dari kehidupan mereka adalah suatu hasil studi yang dilakukan

Program for International Student Assesment (PISA) terhadap Indonesia. Studi

tersebut memperlihatkan bagaimana tingkatan kemampuan literate akan sains. Kemampuan literate sains itu biasa disebut dengan literasi sains adalah suatu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidenifikasi isu-isu ilmiah,


(14)

2

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah dalam rangka proses untuk memahami alam (OECD, 2012). Hasil dari studi PISA 2012 memperlihatkan bahwa kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun di bidang sains dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia masih rendah. Berdasarkan hasil PISA 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam studi. Penilaian yang dipublikasikan The Organization for

Economic Cooperation and Development (OECD) pada April 2012 menunjukkan

Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Peru yang berada di ranking terbawah. Rata-rata skor sains anak-anak Indonesia adalah 382. Padahal rata-rata skor OECD untuk sains adalah 501 (OECD, 2012). Hasil studi PISA Indonesia menurun apabila dibandingkan dengan studi pada tahun 2009.

Hasil PISA 2012 untuk kemampuan literasi sains siswa Indonesia memperlihatkan bahwa pada level 1 yaitu level tentang keterbatasan pengetahuan sains siswa yang hanya bisa diaplikasikan pada sedikit situasi yang familiar dengannya, Indonesia hanya mencapai 41,9%. Pada level 2 yang menjelaskan tentang kemampuan siswa menjelaskan pengetahuan sains dengan dilengkapi kesimpulan berdasarkan pencarian informasi yang sederhana mencapai 26,3% dan level 3 yang menjelaskan tentang kemampuan siswa menginterpretasikan konsep sains menggunakan fakta dan membuat kesimpulan berdasarkan pengetahuan sains mencapai 6,5%. Level paling tinggi yang dapat dijangkau adalah level 4. Level ini menjelaskan kemampuan siswa dalam merefleksikan kegiatan mereka dan mengkomunikasikan kesimpulan menggunakan pengetahuan sains. Namun pencapaian Indonesia pada level 4 hanya sebesar 0,6% saja (OECD, 2012). Hasil studi menunjukan tidak ada siswa Indonesia yang mencapai level 5 dan 6. Level 5 menuntut kemampuan siswa mengidentifikasi komponen sains yang rumit di dalam kehidupan, menggunakan konsep sains dan ilmu pengetahuan tentang sains serta dapat membandingkan dan memilih usaha apa yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah sains yang rumit, sedangkan level 6 menuntut siswa mengidetifikasi secara konsisten, menjelaskan, dan menggunakan pengetahuan sains di dalam situasi lingkungan yang rumit.


(15)

3

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

Ketidakmampuan siswa dalam mengaitkan dan menggunakan konsep-konsep sains yang dipelajari untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan mereka menyebabkan penurunan kemampuan literasi sains (Hoolbrook, 2005). Rendahnya tingkat literasi sains siswa Indonesia seperti terungkap studi PISA perlu dipandang sebagai masalah serius dan dicarikan jalan pemecahannya dengan baik dan komprehensif. Menurut Firman (2007) dan Hayat dan Yusuf (2010) rendahnya tingkat literasi sains siswa Indonesia diduga karena kurikulum (dan bahan ajar), proses pembelajaran, dan asesmen yang dilakukan tidak mendukung pencapaian literasi sains. Ketiganya masih menitikberatkan pada dimensi konten (knowledge of science) yang bersifat hafalan seraya melupakan dimensi konten lainnya (knowledge about science), proses/kompetensi (ketrampilan berpikir) dan konteks aplikasi sains.

Guru-guru sains pada umumnya sangat bergantung pada buku teks untuk membantu tugas pokok mereka. Guru juga sangat didikte oleh dokumen kurikulum (bahan ajar) (McComas, 2002). Usaha yang dapat dilakukan untuk membangun kemampuan literasi sains siswa pada konteks bahwa guru sangat bergantung pada kurikulum dan buku teks antara lain adalah dengan merelevansikan materi subjek yang nyata dengan kehidupan masyarakat dan secara langsung melibatkan siswa (melalui pengembangan bahan ajar). Dibutuhkan bahan ajar yang diarahkan pada penggunaan konteks aplikasi sains sebagai wahana untuk meningkatkan literasi sains siswa (Show-Yu, 2009).

Hasil studi PISA juga digunakan oleh penyusun kurikulum 2013 sebagai salah satu alasan perlunya dilakukan pembaharuan kurikulum. Salah satu topik yang menjadi tuntutan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kimia di SMA pada kurikulum 2013 adalah topik ikatan kimia. Materi ikatan kimia ini merupakan konsep kimia yang abstrak. Hal inilah yang mungkin menjadi penyebab mengapa materi ikatan kimia ini banyak sekali menimbulkan miskonsepsi. Salah satu miskonsepsi yang banyak terjadi adalah pemahaman siswa terhadap larutan garam dapur. Siswa mengganggap bahwa garam dapur


(16)

4

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

akan terionisasi menjadi Na+ dan Cl- dalam larutan air. Jika larutan garam dapur diuapkan, banyak siswa mengganggap akan terbentuk “molekul” NaCl yang padat (Barke, et al. 2009). Untuk mencapai kestabilan seperti gas mulia, atom Na berkecenderungan melepaskan satu elektron valensinya membentuk ion Na+. Atom Cl yang memiliki tujuh elektron valensi juga berkeinginan stabil seperti gas mulia dengan cara menarik satu elektron membentuk ion Cl-. Interaksi elektrostatik antara Na+ dengan Cl- ini dikenal sebagai ikatan ionik (Barke, et al. 2009). Miskonsepsi ini terjadi karena pembelajaran ikatan ion hanya dikaitkan dengan proses serah terima elektron, tanpa mengkaitkannya dengan struktur kristal NaCl yang melibatkan banyak interaksi elektrostatis antara Na+ dengan Cl-. Pembahasan struktur kristal NaCl untuk membelajarkan ikatan ionik dapat dilakukan bersamaan dengan membahas konteks material keramik.

Konteks kimia keramik merupakan salah satu pembahasan yang dapat dikaitkan dengan konten ikatan kimia. Dari berbagai jenis keramik, baik itu sejak zaman tradisional dahulu sampai zaman modern seperti sekarang, keramik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik itulah yang dapat digunakan untuk menjelaskan ikatan-ikatan kimia yang terjadi di dalam keramik tersebut. Keramik juga merupakan material yang sangat dekat dengan siswa, karena pemanfaatan keramik banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menempatkan keramik sebagai konteks dalam pembelajaran ikatan kimia, materi yang dapat diberikan diantaranya adalah jenis ikatan kimia, elektronegativitas, material berhidrat dan kerapatan (Baehr, et al. 1995). Siswa dapat lebih termotivasi untuk mempelajari ikatan kimia dan lebih dapat memahaminya.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijabarkan, maka beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1.Kebanyakan siswa berpandangan bahwa sains adalah ilmu yang terpisah jauh dengan kehidupan sehari-hari.


(17)

5

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

2.Pencapaian literasi sains siswa di Indonesia masih rendah dan bahkan menurun dari tahun sebelumnya.

3.Bahan ajar yang berkembang di Indonesia belum relevan dengan proses dan produk sehari-hari.

4.Materi ikatan kimia di sekolah masih banyak meninggalkan miskonsepsi bagi siswa.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana rekonstruksi bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik untuk mencapai literasi sains

siswa SMA?”

Permasalahan dalam penelitian ini kemudian dirumuskan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pre-konsepsi siswa terhadap keramik, ikatan kimia dan hubungan keduanya?

2. Bagaimana perspektif saintis (berdasarkan teks yang ada) terhadap keramik, ikatan kimia dan hubungan keduanya?

3. Bagaimana rancangan bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains?

4. Bagaimana hasil penilaian ahli terhadap desain bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains?

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada konteks keramik. Model desain penelitian yang digunakan adalah model rekonstruksi pendidikan. Model ini terdiri atas 3 komponen, yaitu: 1). Analisis struktur konten (Analysis of Content Structure); 2). Studi empiris (Empirical Investigations); dan 3). Konstruksi pengajaran (Construction of Instruction) (Duit, et al. 2012). Pelaksanaan penelitian ini dibatasi pada tahap analisis struktur konten dan studi empiris perspektif siswa.


(18)

6

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik berbasis literasi sains. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi berkaitan dengan:

1. gambaran pre-konsepsi siswa terhadap keramik, ikatan kimia dan hubungan keduanya.

2. gambaran perspektif saintis (berdasarkan teks yang tersedia) terhadap keramik, ikatan kimia dan hubungan keduanya.

3. karakteristik bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains.

4. hasil penilaian ahli terhadap rancangan bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains.

E. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Untuk Siswa

Sebagai alat bantu belajar dan latihan bagi peserta didik dalam membangun literasi sains peserta didik serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam pembelajaran kimia khususnya pada konsep ikatan kimia.

2. Untuk Guru

Tersedianya buku ajar ikatan kimia berbasis konteks dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas agar guru mampu membekali siswa pengetahuan yang kontekstual.

3. Untuk Sekolah

Memberi masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran kimia khususnya dan pada mata pelajaran lain pada umumnya. 4. Peneliti Lain

Penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk penelitian pengembangan desain pembelajaran pada mata pelajaran kimia dengan tema yang lain.


(19)

7

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

Memberi masukan dalam pengembangan kebijakan pendidikan pada umumnya.

F. Penjelasan Istilah

Untuk menyamakan persepsi terhadap beberapa pengertian dalam penelitian ini, maka penjelasan istilah diuraikan sebagai berikut.

1. Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching

material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh kompetensi

yang akan dikuasai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran (Dick and Carey, 1996).

2. Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. Literasi sains terdiri atas empat aspek yang berkaitan, yaitu konteks, konten, kompetensi, dan sikap. Konteks dapat mengenalkan situasi kehidupan dengan melibatkan sains dan teknologi. Konten untuk memahami alam melalui pengetahuan sains, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang alam dan pengetahuan tentang sains itu sendiri. Kompetensi menunjukkan pencapaian ilmiah berupa kapasitas untuk meningkatkan sumber kognitif dan non-kognitif pada berbagai konteks. Sikap untuk mengindikasikan ketertarikan sains, mendukung penyelidikan ilmiah dan motivasi untuk bertindak penuh tanggung jawab (OECD, 2012).

3. Keramik adalah material anorganik nonlogam dan tahan panas (refraktori). Keramik meliputi produk tanah liat (gerabah) hingga keramik modern yang terbuat dari senyawa oksida, karbida dan nitrida murni (Baehr, et al. 1995). 4. Model of Educational Reconstruction (MER) adalah suatu kerangka untuk

meningkatkan perencanaan pengajaran dan penelitian pembelajaran. Model ini terdiri atas 3 komponen yang meliputi, analisis struktur konten (Analysis of

Content Structure), studi empiris (Empirical Investigations), dan konstruksi


(20)

26

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan Model of Educational Reconstruction (MER). Model ini dikembangkan pada pertengahan 1990-an oleh Reinders Duit, Harald Gropengiesser, Ulrich Kattman dan Michael Komorek. Salah satu ide dasar dari model ini menyatakan bahwa struktur konten untuk pengajaran tidak dapat diambil langsung dari struktur konten keilmuan, tetapi harus khusus dibangun kembali dengan memperhatikan tujuan pendidikan serta aspek kognitif dan perspektif afektif siswa (Duit et al., 1997; Duit, 2007; Komorek dan Duit, 2004). Berdasarkan model ini, materi konten sains dan konsepsi siswa harus sama-sama dibawa dan dijabarkan secara hati-hati kemudian dihubungkan bersama (Duit, 2007)

Gambar 3.1. Model of Educational Reconstruction (Duit, 2007)

(1)

Analisis struktur konten

 Klarifikasi materi subjek  Analisis signifikansi pendidikan

Struktur konten sains struktur konten untuk pengajaran

elementarisasi Konstruksi struktur konten

Ide dasar suatu konten

(2)

Penelitian pada pengajaran dan pembelajaran

 Perspektif siswa (pandangan, gagasan, dan variabel afektif  Proses belajara dan pembelajaran  Pandangan dan gagasan guru

(3) Pengembangan dan evaluasi pembelajaran

 Isu nyata dari pengajaran dan pembelajaran dengan


(21)

27

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu (1) Analisis Struktur Konten

Gambar 3.1 menunjukkan tiga komponen dari MER, yaitu: 1) analisis struktur konten, 2) penelitian pada pengajaran & pembelajaran, dan 3) pengembangan dan evaluasi pembelajaran. Dalam model rekonstruksi pendidikan, pengetahuan yang didapat di salah satu komponen mempengaruhi kemajuan dalam dua komponen lainnya. Hal ini dikarenakan siklus yang digunakan pada model ini adalah siklus yang dapat berulang (recursive).

Penelitian yang dilakukan dibatasi pada tahap kedua, sehingga yang dilakukan adalah analisis struktur konten dan penelitian pada pembelajaran dan pengajaran. Sehingga desain penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Gambar 3.2. Skema desain penelitian yang dimodifikasi ulang dari Duit (1995). Analisis Literatur

Telaah KI dan KD mata pelajaran kimia Telaah kepustakaan literasi sains Telaah tentang keramik Analisis konten ikatan kimia Analisis dimensi literasi sains Analisis konteks keramik

Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dan sikap yang berbasis literasi sains dan

kurikulum yang berlaku

Klarifikasi Teks Asli

Elementarisasi

Konten Konteks

Modifikasi Teks

Penghapusan Penyisipan Penghalusan teks sumber

(2) Studi Empiris

Perspektif siswa terhadap keramik

(3) Konstruksi bahan ajar Text sequence map Komposit konten-konteks Bahan ajar ikatan kimia


(22)

28

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

B.Prosedur Penelitian

Berdasarkan skema desain penelitian, berikut adalah rincian dari tahapan yang dilakukan.

1. Analisis literatur

Pada tahapan analisis literatur, hal-hal yang dilakukan meliputi:

a. telaah kompetensi isi dan kompetensi dasar mata pelajaran kimia SMA

b. telaah kepustakaan mengenai literasi sains c. telaah mengenai keramik

d. analisis dimensi literasi sains yang mencakup konten ikatan kimia, konteks aplikasi, proses, dan sikap sains siswa pada konsep keramik. e. perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dan

afektif yang berbasis literasi sains dan kurikulum yang berlaku 2. Studi empiris

Studi empiris ditujukan untuk mengetahui perspektif siswa terhadap keramik. Studi empiris dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan pada 10 siswa kelas X dengan pertanyaan sebanyak 30 butir. Hasil dari studi empiris menjadi dasar penyusunan peta teks sekuensi (text sequence map) dan juga untuk perbaikan penyusunan indikator dan tujuan yang sebelumnya telah disusun.

3. Analisis Perspektif Saintis

Analisis ini dilakukan dengan menganalisis perspektif saintis yang terdapat di dalam buku teks mengenai keramik, ikatan kimia, dan hubungan keduanya.

4. Penyusunan peta teks sekuensi

Penyusunan ini didasarkan pada hasil dari persfektif siswa terhadap keramik dan perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dan afektif yang berbasis literasi sains dan kurikulum yang berlaku Peyusunan ini dilakukan dengan menggunakan tahapan STL (Literasi Sains dan Teknologi).


(23)

29

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

5. Klarifikasi teks asli

Proses ini merupakan proses elementarisasi konteks dan konten. Hasil elementarisasi tersebut menjadi dasar penyusunan peta teks sekuensi. 6. Modifikasi teks

Peta teks sekuensi yang sudah disusun menjadi dasar modifikasi teks. Modifikasi teks merupakan proses penghalusan teks sumber yang terdiri dari proses penghapusan teks dan atau penyisipan teks. Penghalusan yang dilakukan yaitu pada teks konten ikatan kimia dan konteks keramik. Setelah teks konten ikatan kimia dan konteks keramik menjadi halus, konten dan konteks kemudian dikompositkan sehingga dihasilkanlah bahan ajar yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran.

C.Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini terdiri atas objek dan subjek penelitian. Objek pada penelitian ini adalah tiga buah buku teks, sedangkan subjek penelitian ini adalah sepuluh orang siswa SMA. Buku teks yang dijadikan sebagai rujukan utama dalam melakukan rekonsruksi buku ajar, yakni:

1. Chemistry The Molecular Nature of Matter oleh Brady, et al.

2. Ceramics Windows to the Future oleh Baehr, et al.

3. Ceramics materials: processes, properties, and applications oleh Philippe

Boch and Jean-Claude Niepce

Buku teks terdiri dari satu buku teks kimia untuk universitas (Chemistry The

Molecular Nature of Matter) sebagai teks sumber konten dan dua buku teks

tentang keramik (Ceramics Windows to the Future dan Ceramics materials:

processes, properties, and applications)sebagai teks sumber konteks.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berdasarkan pada tujuan penelitian.

Tabel 3.1. Instrumen Penelitian


(24)

30

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

Gambaran pre-konsepsi siswa terhadap keramik

Pedoman wawancara yang terdiri dari 30 butir pertanyaan

Gambaran perspektif saintis (berdasarkan teks yang tersedia) terhadap keramik, ikatan kimia dan hubungan keduanya.

Format analisis teks keramik, ikatan kimia, dan hubungan keduanya

Karakteristik bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains

Lembar validasi indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif

Lembar validasi indikator dan tujuan pembelajaran aspek afektif

Hasil penilaian ahli terhadap desain bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains

Lembar validasi analisis konsep ikatan kimia dan keramik

Lembar validasi rancangan bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains

1. Lembar Validasi

Validasi merupakan kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk efektif dalam mengatasi masalah yang ada. Validasi dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai rancangan produk tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatan (Sugiyono, 2012). Hasil dari validasi oleh para pakar tersebut dihitung menggunakan indeks Content validity Ratio (CVR).

Untuk menilai kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek kognitif dan afektif berdasarkan KI, KD, konten, konteks dan kompetensi PISA 2012, validator terdiri dari empat orang dosen ahli dan satu orang guru kimia. Sedangkan untuk validasi kesesuaian bahan ajar, validator terdiri dari tiga guru SMA dan dua orang dosen ahli. Pada validasi bahan ajar, validator didominasi oleh guru SMA dengan pertimbangan karena adanya pembahasan mengenai kesesuaian materi dengan kemampuan siswa SMA pada lembar format validasi dan diasumsikan bahwa dengan pengalaman mengajar yang sudah cukup lama, guru-guru kimia SMA mampu memperkirakan apakah cakupan materi tersebut dapat dijangkau (accessible) oleh siswa.


(25)

31

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh secara langsung perspektif dan ketertarikan siswa mengenai keramik serta bagaimana ketersedian bahan ajar kimia di sekolah. Pedoman wawancara dibuat dengan mengadaptasi disertasi Laherto (2012) dari University of Helsinki.

3. Format Analisis Teks

Format analisis teks digunakan untuk mengetahui perspektif saintis terhadap keramik, ikatan kimia, da hubungan keduanya. Analisis dilakukan dengan mengutip pernyataan-pernyataan saintis yang terdapat di dalam buku teks.

E.Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan pada tujuan penelitian, data yang harus dikumpulkan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2. Pengumpulan Data

Tujuan penelitian Data yang dikumpulkan Gambaran pre-konsepsi siswa terhadap

keramik

Hasil wawancara 10 orang siswa kelas X

Gambaran perspektif saintis (berdasarkan teks yang tersedia) terhadap keramik, ikatan kimia dan hubungan keduanya.

Hasil analisis teks keramik, ikatan kimia, dan hubungan keduanya

Karakteristik bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains

Hasil validasi indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif Hasil validasi indikator dan tujuan pembelajaran aspek afektif

Hasil penilaian ahli terhadap desain bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains

Hasil validasi analisis konsep ikatan kimia dan keramik

Hasil validasi rancangan bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains

F. Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh pada hasil penelitian ini bertujuan untuk menjawab 4 pertanyaan penelitian tentang: (1) Bagaimana pre-konsepsi siswa terhadap keramik, ikatan kimia dan hubungan keduanya? (2) Bagaimana perspektif saintis


(26)

32

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

(berdasarkan teks yang ada) terhadap keramik, ikatan kimia dan hubungan keduanya? (3) Bagaimana rancangan bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains? (4) Bagaimana hasil penilaian ahli terhadap desain bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang berbasis literasi sains?

Perolehan data untuk pertanyaan penelitian pertama diperoleh dari wawancara. Sampel yang dijadikan sebagai subjek wawancara adalah sepuluh orang siswa SMA kelas X. Hasil wawancara kemudian di transformasi dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus berikut ini.

% tanggapan = x 100%

Kemudian hasil penafsiran tersebut dianalisis secara statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009).

Perolehan data untuk pertanyaan penelitian kedua berasal dari studi literatur (kepustakaan), telaah kurikulum, dan validasi yang dilakukan oleh para pakar sebanyak lima orang panelis. Instrumen yang divalidasi pada pertanyaan penelitian kedua ini adalah lembar validasi kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek kognitif dan afektif. Perolehan hasil validasi selanjutnya dihitung dengan menggunakan CVR (Content Validity Ratio).

Perolehan data untuk pertanyaan penelitian ketiga diperoleh dari validasi yang dilakukan oleh para pakar sebanyak lima orang panelis. Instrumen yang divalidasi pada pertanyaan penelitian ketiga ini adalah rancangan bahan ajar secara keseluruhan yang merujuk pada tahapan STL, perumusan indikator dan tujuan


(27)

33

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang telah divalidasi, dan peta teks sekuensi. Hasil validasi tersebut selanjutnya dihitung dengan menggunakan CVR (Content Validity Ratio).

Indeks untuk menyatakan keshahihan berdasarkan validasi isi secara kuantitatif dapat diukur dengan CVR. Validasi isi berkenaan dengan kevalidan suatu alat ukur dipandang dari segi isi (content) materi pelajaran yang melibatkan para panelis untuk menilai. Adapun rumus CVR adalah :

CVR =

Keterangan :

ne : banyaknya pakar yang sepakat N : banyaknya pakar yang memvalidasi

(Lawshe.1975: 576). Karakteristik penilaian CVR adalah sebagai berikut.

a. Ketika kurang dari setengah panelis yang menjawab “ya (essensial) ”, maka

nilai CVR akan negatif

b. Ketika setengah panelis menjawab “ ya” dan setengah lagi menjawab “tidak”

maka perolehan nilai CVR adalah 0

c. Ketika seluruh panelis menjawab ”ya” maka perolehan nilai CVR adalah 1.

Ketika jumlah panelis yang menjawab “ya” lebih dari setengah maka nilai CVR berkisaran antara 0-0,99.

Setelah mengidentifikasi sub pertanyaan pada lembar validasi dengan menggunakan CVR, kemudian dihitunglah CVI (Content Validity Index). Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab Ya. Perhitungan CVI diperoleh dengan menggunakan rumus :

CVI =

(Alahyari. 2011:10).

Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa rasio angka 0-1. Sesuai tidaknya suatu unit yang divalidasi bergantung kepada tercapainya nilai kritis CVR.


(28)

34

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan tabel nilai kritis CVR yang telah dikalkulasi ulang untuk lima

validator (α=0,1) (Wilson et al, 2012), nilai kritis adalah 0,573. Artinya hanya

unit yang nilai CVR nya > 0,573 yang dinyatakan valid, sedangkan yang unit yang lain memerlukan perbaikan.


(29)

72

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Pre-Konsepsi Siswa Mengenai Keramik, Ikatan Kimia dan Hubungan Keduanya

Siswa memiliki pre-konsepsi yang sempit mengenai keramik dan pemanfaatannya. Dalam menghubungkan prinsip ilmu kimia dengan keramik, seluruh siswa disimpulkan masih kebingungan. Siswa menunjukkan ketertarikan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembelajaran sains yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga penyisipan aplikasi kehidupan sehari-hari perlu dilakukan.

2. Perspektif Saintis Mengenai Keramik, Ikatan Kimia dan Hubungan Keduanya

Menurut perspektif saintis, keramik adalah bahan yang terdiri dari bahan anorganik biasanya merupakan kombinasi dari unsur logam dan non logam dan memiliki dua jenis mekanisme ikatan yaitu ionik dan kovalen. Keramik saat ini banyak digunakan di bidang penerbangan, pekakas sehari-hari, otomotif, kesehatan, militer, komputer, komunikasi, dan industri lainnya juga laboratorium. Keramik terdiri dari keramik klasik dan keramik modern.

Definisi ikatan kimia berdasarkan perpektif saintis adalah suatu keadaan ketika terdapat 2 atom atau ion yang saling berikatan, kita katakan bahwa terdapat ikatan kimia diantara keduanya. Secara umum, terdapat 3 jenis ikatan kimia, ionik, kovalen, dan logam.

Adanya korelasi yang jelas antara keramik dengan ikatan kimia, menghasilkan suatu perpektif ahli bahwa konteks keramik dapat digunakan untuk menjelaskan mengenai ikatan kimia.


(30)

73

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

3. Rancangan Bahan Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik yang Berbasis Literasi Sains

Bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikembangkan telah disesuaikan dengan aspek berikut:

1. Kompetensi ilmiah PISA 2012.

2. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013. 3. Tingkat perkembangan kognitif siswa yang dapat memenuhi kriteria

accesible.

4. Learning sequence (urutan kegiatan pembelajaran) dalam proyek Chemie im

Kontext (ChiK) dan pembelajaran Literasi Sains dan Teknologi (STL, Science and Technological Literacy).

4. Hasil Penilaian Ahli Terhadap Desain Bahan Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik yang Berbasis Literasi Sains

Penilaian ahli yang dilakukan terhadap bahan ajar didasarkan pada 6 kriteria penilaian, yakni ketepatan pengintegrasian materi ikatan kimia dan keramik untuk tiap paragraf, kesesuaian antara tujuan pembelajaran dan materi/bahan ajar, kesesuaian penggunaan bahasa/kalimat dalam setiap paragraf dengan kemampuan membaca siswa, ketepatan penggunaan ilustrasi/gambar/simbol/sketsa dalam membantu pemahaman konsep siswa, kesesuaian materi/bahan ajar dengan isu yang berkembang saat ini, dan kemudahan bagi guru untuk mengajarkannya kepada siswa. Berdasarkan keenam kriteria penilaian tersebut bahan ajar yang dihasilkan layak untuk siswa SMA di Indonesia.

B.Saran

Untuk menghindari terjadinya miskonsepsi terkait ikatan ionik, guru disarankan menggunakan keramik sebagai konteks pembelajaran ikatan kimia. Bahan ajar yang telah disusun juga disarankan untuk diujicobakan bukan hanya sekedar menggunakan uji keterbacaan tetapi dengan proses pengajaran di kelas. Hal ini


(31)

74

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

sesuai dengan tahapan MER yang selanjutnya dan juga dilakukan proses pengembangan dan evaluasi pembelajaran.


(32)

75

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Allahyari, T., Rangi, N.H., Khosravi, Y., and Zayeri, F. 2011. Development and

Evaluating of A New Questionnaire for Rating of Cognitive Failures at Work. IJOH.3:6-11.

Anwar, S. (2013). Pengolahan Bahan Ajar. Handout Perkuliahan. Tidak diterbitkan

Baehr, G., Jerald, D., Laurel, D., Diane, F., Elizabeth, O., John, J. (1995).

Ceramics Windows to the Future. Urbana-Champaign: University of

Illinois

Barke, H., Al, H., Sileshi Y. (2009). Misconceptions in Chemisty. Varlag Berlin: Springer

Boch, P and Jean, C. (2007). Ceramic Materials Processes, Properties and

Applications. United Kingdom. ISTE

Brady, J., Jesperson, D., and A. Hyslop. (2011). Chemistry The Molecular Nature

of Matter. New York: Mc Graw Hill

Brown, T., Eugene, H., Bruce, E., Catherine, J., Patrick, M (2009). Chemistry

Contexts Edisi 11. Australia : Pearson Education Australia

Chang, R. and Jason, O. (2011). General Chemistry : The Essensial Concept. New York: Mc Graw Hill

Dick, W and Carey L. (1996). The Systematic Design of Instruction. 3rd Ed, Glenview, IL : Scott, Foresman and company.

Duit, R. (1995). A Model of Educational Reconstruction. San Fransisco : Paper of Research in Sains Teaching (NARST).

Duit, R. (2007). Science Educational Research Internationally: Conception, Research method, Domain research. Eurasia jurnal of mathematics. ISSN:1305-8223.

Duit, R., Gropengierber, H., Kattmann, U., Komorek, M., Parchmann, I. (2012).

The Model of Eductional Reconstruction - A Framework for Improving Teaching and Learning Science. Sci. Educ. Res. and Pract. in Europe:


(33)

76

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains berdasarkan hasil PISA

Nasional tahun 2006. Puspendik

Gerlach, V. (2004). Teaching and Media: A Systematic Approach. Englemood Cliffs: Prentice Hall

Ginsburg and Sandra. (2004). SES, Ethnic, and Gender Differences in Young Children's Informal Addition and Subtraction: A Clinical Interview Investigation. Journal of Applied Developmental Psychology. 26. 171-192

Hayat, B dan Yusuf, S.(2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hempel, C. (1966). Philosophy of Natural Science. New Jersey: Prentice Hall Inc

Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical

Education International.6(1), 1-12.Holbrook, J. (2005). ”Making

Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1),

1-12.

Holbrook, J dan Rannikmae, M. (2009). The Meaning of Scientific Literacy. [online].Tersedia:http://www.ut.ee/BG/miia_rannikmae/Publications/The_ Meaning_ of_Scientific_Literacy.pdf [7 Januari 2014]

Kemendikbud. (2013). Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Kattman, U., M, Esther. van Dijk. (1995). A Research Model for The Study of Science Teacher PCK and Improving Teacher Education. Teaching and

Teacher Education. 23. 885-897

Korpan, C.A., Bisanz, G.L., Bisanz, J., and Henderson, J. (1997). Assesing

Literacy in Science: Evaluation of Scientific News Briefs. Science

Education; 81. 515-532.

Laherto, A. (2012). Opportunities and challenges in secondary school and in out-of-school settings. Nanoscience Education for scienctific Literacy. Acadeic Dissertation. Helsinki.

Lawshe. (1975). A Quantitative Approach to Content Validity. Journal Personnel

Psycology. 28, 563-575.

McCoComas. (2002) . The nature of Science in Science Education Rationales and


(34)

77

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemie im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium

Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

Niebert, K and Gropengiesser. (2013). The Model of Educational Reconstruction: A Framework for the Design of Theory-based Content Specific Interventions. The Example of Climate Change. Educational Design

Research. Netherlands: SLO

OECD (2012). PISA 2012 Assessment Framework Key competencies in reading,

mathematics and science. [online]. Tersedia:http://

http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/46962580.pdf [6 Januari 2014].

Setiadi, R. dan Agus, A. (2004). Dasar-Dasar Pemrograman Software

Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show-Yu, L. (2009). Chemical Literacy and Learning Sources of Non-Science Major Undergraduates on Understandings of Environmental Issues.

Chemical Education Journal (CED). 13, (1) Registration No 13-3.

Shwartz, Y., Ben-Zvi, R., and Hofdtein, A.(2006). The Use of Scientific Literacy Taxonomy for Assessing the Development of Chemical Literacy among High-school Students. The Royal Society of Chemistry. Chemistry education research and practice, 2006, 7(4), 203-225.

Siregar, N. (1998). Penelitian Kelas : Teori, Metodologi dan Analisis. Bandung: IKIP bandung press.

Sitepu. (2012). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(1)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Pre-Konsepsi Siswa Mengenai Keramik, Ikatan Kimia dan Hubungan Keduanya

Siswa memiliki pre-konsepsi yang sempit mengenai keramik dan pemanfaatannya. Dalam menghubungkan prinsip ilmu kimia dengan keramik, seluruh siswa disimpulkan masih kebingungan. Siswa menunjukkan ketertarikan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembelajaran sains yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga penyisipan aplikasi kehidupan sehari-hari perlu dilakukan.

2. Perspektif Saintis Mengenai Keramik, Ikatan Kimia dan Hubungan Keduanya

Menurut perspektif saintis, keramik adalah bahan yang terdiri dari bahan anorganik biasanya merupakan kombinasi dari unsur logam dan non logam dan memiliki dua jenis mekanisme ikatan yaitu ionik dan kovalen. Keramik saat ini banyak digunakan di bidang penerbangan, pekakas sehari-hari, otomotif, kesehatan, militer, komputer, komunikasi, dan industri lainnya juga laboratorium. Keramik terdiri dari keramik klasik dan keramik modern.

Definisi ikatan kimia berdasarkan perpektif saintis adalah suatu keadaan ketika terdapat 2 atom atau ion yang saling berikatan, kita katakan bahwa terdapat ikatan kimia diantara keduanya. Secara umum, terdapat 3 jenis ikatan kimia, ionik, kovalen, dan logam.

Adanya korelasi yang jelas antara keramik dengan ikatan kimia, menghasilkan suatu perpektif ahli bahwa konteks keramik dapat digunakan untuk menjelaskan mengenai ikatan kimia.


(2)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

3. Rancangan Bahan Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik yang Berbasis Literasi Sains

Bahan ajar ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikembangkan telah disesuaikan dengan aspek berikut:

1. Kompetensi ilmiah PISA 2012.

2. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013. 3. Tingkat perkembangan kognitif siswa yang dapat memenuhi kriteria

accesible.

4. Learning sequence (urutan kegiatan pembelajaran) dalam proyek Chemie im Kontext (ChiK) dan pembelajaran Literasi Sains dan Teknologi (STL, Science and Technological Literacy).

4. Hasil Penilaian Ahli Terhadap Desain Bahan Ajar Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik yang Berbasis Literasi Sains

Penilaian ahli yang dilakukan terhadap bahan ajar didasarkan pada 6 kriteria penilaian, yakni ketepatan pengintegrasian materi ikatan kimia dan keramik untuk tiap paragraf, kesesuaian antara tujuan pembelajaran dan materi/bahan ajar, kesesuaian penggunaan bahasa/kalimat dalam setiap paragraf dengan kemampuan membaca siswa, ketepatan penggunaan ilustrasi/gambar/simbol/sketsa dalam membantu pemahaman konsep siswa, kesesuaian materi/bahan ajar dengan isu yang berkembang saat ini, dan kemudahan bagi guru untuk mengajarkannya kepada siswa. Berdasarkan keenam kriteria penilaian tersebut bahan ajar yang dihasilkan layak untuk siswa SMA di Indonesia.

B.Saran

Untuk menghindari terjadinya miskonsepsi terkait ikatan ionik, guru disarankan menggunakan keramik sebagai konteks pembelajaran ikatan kimia. Bahan ajar yang telah disusun juga disarankan untuk diujicobakan bukan hanya sekedar menggunakan uji keterbacaan tetapi dengan proses pengajaran di kelas. Hal ini


(3)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

sesuai dengan tahapan MER yang selanjutnya dan juga dilakukan proses pengembangan dan evaluasi pembelajaran.


(4)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Allahyari, T., Rangi, N.H., Khosravi, Y., and Zayeri, F. 2011. Development and

Evaluating of A New Questionnaire for Rating of Cognitive Failures at Work. IJOH.3:6-11.

Anwar, S. (2013). Pengolahan Bahan Ajar. Handout Perkuliahan. Tidak diterbitkan

Baehr, G., Jerald, D., Laurel, D., Diane, F., Elizabeth, O., John, J. (1995).

Ceramics Windows to the Future. Urbana-Champaign: University of

Illinois

Barke, H., Al, H., Sileshi Y. (2009). Misconceptions in Chemisty. Varlag Berlin: Springer

Boch, P and Jean, C. (2007). Ceramic Materials Processes, Properties and

Applications. United Kingdom. ISTE

Brady, J., Jesperson, D., and A. Hyslop. (2011). Chemistry The Molecular Nature

of Matter. New York: Mc Graw Hill

Brown, T., Eugene, H., Bruce, E., Catherine, J., Patrick, M (2009). Chemistry

Contexts Edisi 11. Australia : Pearson Education Australia

Chang, R. and Jason, O. (2011). General Chemistry : The Essensial Concept. New York: Mc Graw Hill

Dick, W and Carey L. (1996). The Systematic Design of Instruction. 3rd Ed, Glenview, IL : Scott, Foresman and company.

Duit, R. (1995). A Model of Educational Reconstruction. San Fransisco : Paper of Research in Sains Teaching (NARST).

Duit, R. (2007). Science Educational Research Internationally: Conception, Research method, Domain research. Eurasia jurnal of mathematics. ISSN:1305-8223.

Duit, R., Gropengierber, H., Kattmann, U., Komorek, M., Parchmann, I. (2012).

The Model of Eductional Reconstruction - A Framework for Improving Teaching and Learning Science. Sci. Educ. Res. and Pract. in Europe:


(5)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains berdasarkan hasil PISA

Nasional tahun 2006. Puspendik

Gerlach, V. (2004). Teaching and Media: A Systematic Approach. Englemood Cliffs: Prentice Hall

Ginsburg and Sandra. (2004). SES, Ethnic, and Gender Differences in Young Children's Informal Addition and Subtraction: A Clinical Interview Investigation. Journal of Applied Developmental Psychology. 26. 171-192 Hayat, B dan Yusuf, S.(2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hempel, C. (1966). Philosophy of Natural Science. New Jersey: Prentice Hall Inc

Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical

Education International.6(1), 1-12.Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1),

1-12.

Holbrook, J dan Rannikmae, M. (2009). The Meaning of Scientific Literacy. [online].Tersedia:http://www.ut.ee/BG/miia_rannikmae/Publications/The_ Meaning_ of_Scientific_Literacy.pdf [7 Januari 2014]

Kemendikbud. (2013). Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud. Kattman, U., M, Esther. van Dijk. (1995). A Research Model for The Study of Science Teacher PCK and Improving Teacher Education. Teaching and

Teacher Education. 23. 885-897

Korpan, C.A., Bisanz, G.L., Bisanz, J., and Henderson, J. (1997). Assesing

Literacy in Science: Evaluation of Scientific News Briefs. Science

Education; 81. 515-532.

Laherto, A. (2012). Opportunities and challenges in secondary school and in out-of-school settings. Nanoscience Education for scienctific Literacy. Acadeic Dissertation. Helsinki.

Lawshe. (1975). A Quantitative Approach to Content Validity. Journal Personnel

Psycology. 28, 563-575.

McCoComas. (2002) . The nature of Science in Science Education Rationales and


(6)

SUCI MARYAM AZMIL, 2014

REKONSTRUKSI BAHAN AJAR IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMAUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

|perpustakaan.upi.edu

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemie im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium

Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

Niebert, K and Gropengiesser. (2013). The Model of Educational Reconstruction: A Framework for the Design of Theory-based Content Specific Interventions. The Example of Climate Change. Educational Design

Research. Netherlands: SLO

OECD (2012). PISA 2012 Assessment Framework Key competencies in reading,

mathematics and science. [online]. Tersedia:http://

http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/46962580.pdf [6 Januari 2014].

Setiadi, R. dan Agus, A. (2004). Dasar-Dasar Pemrograman Software

Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show-Yu, L. (2009). Chemical Literacy and Learning Sources of Non-Science Major Undergraduates on Understandings of Environmental Issues.

Chemical Education Journal (CED). 13, (1) Registration No 13-3.

Shwartz, Y., Ben-Zvi, R., and Hofdtein, A.(2006). The Use of Scientific Literacy Taxonomy for Assessing the Development of Chemical Literacy among High-school Students. The Royal Society of Chemistry. Chemistry education research and practice, 2006, 7(4), 203-225.

Siregar, N. (1998). Penelitian Kelas : Teori, Metodologi dan Analisis. Bandung: IKIP bandung press.

Sitepu. (2012). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: