REHABILITASI PECANDU NARKOTIK MELALUI PENDEKATAN KEAGAMAAN: Studi Kasus Di Pondok Inabah I Pondok Pesantren Suryalaya.
REHABILITASI PECANDU NARKOTIK MELALUI
PENDEKATAN KEAGAMAAN
(Studi Kasus Di Pondok Inabah I Pondok Pesantren Suryalaya)
T e
s
i s
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
RUSYAI PADMAW1PJAJA
No. Pokok: 375/D/XV-7
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1999
DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING
PROF. DR. H. SUDARDJA ADIWIKARTA, MA
Pembimbing I
PROF. DR. H. ENDANG SUMANTRI, M.Ed.
Pembimbing II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1999
A
B S T R A K
Tesis ini berjudul "REHABILITASI PECANDU NARKOTIK
MELALUI PENDEKATAN. KEAGAMAAN." dengan sub judul "STUDI KA
SUS DI PONDOK. INABAH I, PONDOK PESANTREN. SURYALAYA" .
Di dalam tesis ini dibahas "model" kegiatan rehabi-
litasi pecandu narkotik yang dilakukan melalui cara-cara
"tradisional" pendidikan pesantren, tanpa melalui cara-ca
ra perawatan medis, di Pondok Inabah, lembaga rehabilitasi
pecandu narkotik binaan Pondok Pesantren Suryalaya, salah
satu pondok pesantren terkemuka di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Masalah yang diteliti difokuskan pada seberapa jauh
cara perawatan tersebut dapat memulihkan kesehatan pecandu,
sebagaimana yang tertampilkan pada kondisi fisik, sikap dan
perilakunya selama dalam perawatan. Penelitian dimaksudkan
untuk mendapatkan keterangan mengenai gejala-gejala perkem-
bangan pulihnya kesehatan pecendu yang diamati sebagai wujud
keberhasilan cara perawatan di atas,
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan "kualitatif" melalui studi kasus tentang kegiatan rehabi
litasi tersebut di Pondok Inabah I, Inabah "induk" (pemula)
binaan Pondok Pesantren Suryalaya yang kini berperan sebagai
VI
tempat perawatan pecandu narkotika (putra) yang tergolong
parah. Lembaga rehabilitasi ini terletak di desa Cibeureum,
kecamatan Panjalu, kabupaten Ciamis, sekitar 7 km arah Timur Pondok Pesantren Suryalaya yang terletak di desa Tanjung-
kerta, kecamatan Pagerageung, Tasikmalaya.
Pengumpulan data dilalcukan melalui teknik utama observasi partisipatif dan wawancara
dengan sasaran utama kli-
en kasus yang menjadi obyek penelitian. Klien kasus yang di•teliti berjumlah 10 (sepuluh) orang. Pengamatan perkembangan
kesehatannya dilakukan secara "longitudinal" dari sejak mereka dirawat sarapai keluar dan dinyatakan sembuh oleh lembaga
perawatan tersebut.
Prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan melalui ta-
hapan-tahapan kegiatan (1) studi pendahuluan yang mencakup
kegiatan identifikasi masalah dan penentuan kasus ; (2) eksplorasi masalah dan pengumpulan data ; (3) analisis dan interpretasi data ; dan (4) tahap penulisan laporan pemelitian.
Secara geris besar, penelitian ini memperoleh temuantemuan penelitian, sebagai berikut
:
1. Kegiatan perawatan dan rehabilitasi pecandu narkotik di
Pondok Inabah dilakukan melalui cara-cara perlakuan (tre
atment) praktek ibatat keagamaan, khususnya ibadat sembah-
VI1
yang, berdasarkan ajaran Islam. Dalam hubungan ini, Pon
dok Inabah, melakukannya melalui cara yang dikenal seba
gai metode "dzikrullah" (the dzikir method),, berdasarkan
ajaran Thoreqat Qodiriyyah Naqsabandiyyah. Kegiatannya se
cara spesifik adalah membawa dan membina klien untuk ber-
serah diri dan "ingat hati" sepenuhnya kepada ALLAH SWT.,
dengan mengucapkan secara bersama-sama serta dengan suara
keras, kalimah
"LAA ILAAHA ILLALLAAH" sebanyak paling se-
dikit 165 kali, setiap setelah sembahyang wajib ataupun
sunat.
Kegiatan pokok lainnya adalah apa yang disebut :
"Talqin" (peringatan guru kepada murid/klien) dan "mandi
Taubat" (mandi keramas tengah malam) .
2, Semua klien yang diteliti menderita gangguan keracunan dan
ketergantungan narkotik. Sebagian besar menderita gangguan
adiktif kronis yang tertampilkan dalam kondisi fisik dan
tingkah lakunya ketika masuk pondok perawatan. Kondisi ke-
pribadiannya secara teoritik memperlihatkan gejala ganggu
an kepribadian yang sosiopatis dengan ciri-ciri sikap dan
perilaku "pemberontakan" dan atau ketidak sanggupan untuk
menuruti kehendak dan tata cara kehidupan masyarakat (non
conformist). Perilakunya merupakan suatu bentuk "pelarian"
karena tidak s&nggup menghadapi tekanan-tekanan kenyataan.
3. Terdapat perubahan-perubahan kearah pulihnya kesehatan kli
en yang diteliti, yang teramati dalam kondisi fisik dan
viil
tingkah lakunya selama dalam proses perawatan. Gejala ter
sebut terjadi bervariasi, banyak ditentukan oleh gangguan
"awal" penderitaannya serta oleh faktor intern pribadi pe
candu sendiri, antara lain oleh faktor kesadaran dan dorongan anthusiaa pecandu untuk ingin sembuh serta oleh kesung-
guhan dan aktivitas klien (pecandu) dalam melakukan tugastugas kegiatan perawatan, yang lahir selama proses perawatan.
Gejala-gejala perkembangan pulihnya kesehatan pecandu terja-
di berhubungan erat dengan kondisi psikis-emosional pecan
du. Tumbuhnya kualitas-kualitas seperti rasa senang, rasa
aman, rasa segar, rasa tenang, rasa puas, rasa dihargai dan
disayangi, memiliki pengaruh yang konstruktif terhadap pemulihan kesehatan dirinya.
4. Klien yang dinyatakan sehat, memperlihatkan gejala normalitas kondisi fisik dan psikis yang "relevan" dengan apa yang
secara teoritik disebut "sehat/normal", tdrutama sebagaima
na yang dituntut dari suatu usaha perawatan/rehabilitasi pe
candu narkotika pada umumnya.
5. Diperlukan usaha-usaha lebih Ianjut, termasuk penelitian
lanjutan, mengenai seberapa jauh kondisi kesehatan klien
tersebut, khususnya mengenai aspek ketergantungannya, da
pat "bertahan" dalam arti tidak kembali kecanduan.
IX
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN TIM PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
ii
iii
vi
DAFTAR ISI
*
DAFTAR TABEL
xi'i
DAFTAR BAGAK
xiii
BAB I PENDAHULUAN.
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah
8
C. Tujuan Penelitian
13
D. Manfaat/Kegunaan Penelitian
14
E. Asumsi Yang Digunakan
15
F. Metode Penelitian
16
G. Lokasi Penelitian
17
BAB II TINJAUAN TEORITIS SEKITAR MASALAH KECANDUAN.
NARKOTIKA DAN. USAHA REHABILITASINYA
19
A. Narkotika Dan Efek Penyalahgunaannya
19
B. Pola Sebab Penyalahgunaan Narkotika
29
C. Pendekatan Konseptual Sekitar Rehabilitasi
Pecandu Narkotika
36
Halaman
BAB III METODE PENELITIAN
54
A. Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan
Data
BAB
54
B. Obyek Penelitian
58
C. Prosedur Penelitian
59
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
63
A. Identitas Pondok Inabah Sebagai Lembaga
Rehabilitasi Pecandu Narkotik
BAB V
67
B. Deskripsi Dan Pembahasan Klien Kasus ....
102
C. Temuan-temuan Hasil Penelitian
225
.,
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
228
A. Kesimpulan
228
B. Rekomendasi
••• 2*3
DAFTAR PUSTAKA
24°
RIWAYAT HIDUP
2k2
XI
BAB I
PENDAEULUAK
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan pembinaan kehidupan masyarakat, khusus-
nya di bidang pendidikan akhlak, pesantren menunjukan peranan-
nya yang cukup penting. Partisipasi pondok pesantren tidak ha-
nya menyangkut usaha pendidikan dan da'wah (syiar Islam), melainkan pula dalam lapangan-lapangan pelayanan kesejahteraan
sosial, termasuk aktivitasnya dalam menanggulangi masalah-masalah aktual kehidupan.
Salah satu di antara kegiatan pondok pesantren yang pen-
ting dan cukup menarik, adalah partisipasinya dalam kegiatan
rehabilitasi pecandu narkotika, sebagaimana kini dilakukan Pon
dok Pesantren Suryalaya, di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kegiatan tersebut telah dirintis Pondok Pesantren Sur
yalaya secara insidental sejak tahun 1972, kemudian dilembaga-
kan dengan dibangunnya pondok perawatannya secara khusus, pada
tahun 1979'. Lembaga rehabilitasi ini dikenal dengan nama "Ina
bah", katavArab, yang berarti "kembali ke jalan yang diridlai
Allah ( Anang Syah, 1986).
Pondok Inabah pertama didirikan di desa Cibeureum, ke
camatan Panjalu, kabupaten Giamis. Pondok perawwJ
-1-
2
kini dikenal sebagai Pondok Inabah I, tempat rehabilitasi pe
candu narkotika (putra) yang tergolong parah Cm. Zaianl Abidin
Anwar, 1986),
Untuk dapat menampung penderita (pecandu) yang makin
banyak, sejumlah pondok Inabah didirikan di beberapa tempat
seperti di fflanjarsari, Ciceuri (khusus putri), dan Sukamulya
(putri) di kabupaten Ciamis ; Tanjungkerta, Rajapolah (Tasik-
malaya) ; Malangbong (Garut) ; Pacet, Babakan Ciparay (Bandung);
Ciputat (Tangerang) ; kemudian juga di Tegal, Yogyakarta dan
di Kedah, Malaysia (H.Zainal Abidin Anwar, 1986).
Dii Pondok Inabah, kegiatan rehabilitasi pecandu; narkotik
tidak dilakukan menurut prosedur dan cara-cara perawatan medis,
sebagaimana biasa dilakukan di rumah-rumah sakit dan atau pada
panti-panti rehabilitasi medis sejenisnya, melainkan melalui
cara-cara "tradisional" pendidikan pesantren yang berintikan
pembinaan- akhlak, berlandaskan ajaran agama Islam. Dalam hubungan ini, Pondok Pesantren Suryalaya, melakukannya melalui caracara "spesifik", yang dikenal sebagai metode "dzikrullah" ber
dasarkan ajaran tasawuf Islam : "Thoreqat Qodiriyyah Naqsaban-
diyah" (Anang Syah, 1986). Program rehabilitasi dimaksudkan un
tuk merawat dan membina pecandu menuju taqwa kepada Alloh SWT,
dengan cara mendekatkan diri dan ingat hati sepenuhnya kepada-
NYA (dzikrullah).
Program tersebut direalisasikan dalam kegi
atan pembinaan dengan membimbing pecandu melakukan dzikir kepa-
da Alloh, Tuhan ME, yakni dengan menyebut kalimah : Laa Ilaa-
ha Illallaah, dengan suara keras (dzikir jahar) dan atau dila
kukan Dalam Hati (dzikir khofi) dalam setiap kegiatan ibadat
keagamaan (Anang Syah, 1986).
Dari beberapa keterangan, metode tersebut menunjukan ha-
sil yang memuaskan. Data keluaran (out put) Pondok Inabah I mencatat lebih dari 1200 pecandu narkotik dapat disembuhkan. Bila
dihitung dengan keluaran pondok Inabah lainnya, sekitar 3.000
(tiga ribu) pecandu narkotik, putra dan putri, berhasil disem
buhkan, dengan prosentase kejangkitan kembali, sekitar 3 ^ (H.
Zainal Abidin Anwar, 1986).
Keberadaan pondok Inabah sebagai lembaga rehabilitasi
pecandu narkotik dengan cara perawatan dan keberhasilannya itu
perlu diketahui dan dikaji keberraaknaannya secara menyeluruh,
sehubungan dengan usaha menanggulangi bahaya penyalahgunaan nar
kotika* khususnya di bidang kegiatan perawatan dan rehabilitasi
para korban (pecandu narkotik), hingga kini masih merupakan ma
salah yang belum banyak terpecahkan.
Penyalahgunaan narkotika (drug misuse, drug abuse) dan
korban yang diakibatkannya, akhir-akhir ini menunjukan gej^ala
yang makin membahayakan. Bukan hanya karena melipatgandanya jum
lah korban, melainkan juga karena korban tersebut menimpa para
remaja, putra dan putri generasi penerus. Korban yang dimaksud,
4
tidak hanya terdiri dari kalangan keluarga ekonomi mampu, melainkan pula mereka yang tergolong kurang mampu, di kota-kota
maupun di daerah-daerah•pedesaan.
Pecandu narkotik adalah penderita yang memerlukan pera
watan segera dan intensif. Perilaku kecanduannya dapat menimbulkan gangguan-gangguan kriminalitas, moralitas dan gangguan
ketertiban umum lainnya di lingkungan kehidupan keluarga dan
masyarakat. Keracunan narkotik dapat berakibat gangguan abnor-
malitas tubuh pecandu (fisik-mental) dengan ancaman kematian.
Perawatan secara medis (medical treatment) yang dilakukan seba
gai pilihan utama untuk pemulihan (rehabilitasi) para korban kecanduan narkotika, masih tertumbuk pada banyak kendala. Di sam-
ping menyangkut pembiayaan yang relatif mahal, penderita kembali kecanduan narkotik setelah ia dinyatakan sehat/normal. Cara
perawatan yang efektif dan efisien hingga kini masih belum di-
temukan (Soedjono, D, SH.,1977,h.l6l).
Dari hasil pertemuan nasional maupun internasional ten
tang penanggulangan bahaya penyalahgunaan narkotika tersimpul-
kan, mengenai sangat perlunya pembinaan akhlak (mental) di samping hal-hal yang sifatnya fisik-material. Salah satu di antara-
nya diungkapkan tentang sangat perlunya pendidikan keagamaan bagi individu yang bermasalah.
Agama sebagai pedoman hidup, berperan amat penting da
lam pembinaan diri seseorang. Prof.DR.Zakiah Daradjat , dalam
bukunya yang berjudul "Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental"
(1970) menjelaskan, bahwa agama berperan tidak hanya dalam hal
pembentukan dan pertumbuhan diri individui yang integrated, mela-
inkan pula sebagai "kekuatan" yang mampu menetralisir dan menyembuhkan berbagai gangguan kepribadian, baik yang sifatnya fisik,
maupun psikis.
Clarence W. Hall, dalam tulisannya yang berjudul : "Where
Religion and Psychiatry Join Hands" ('Readers Digest, Vol.9, No.
49, 1967) mengatakan
:
"Religion has taught medical science that there is a dimen
sion to human personality that is not explainable solely on
scientific evidence, yet a great deal to do with man's beha
vior, that sound religious faith can be a powerful factor in
the rehabilitation of the whole man, supporting him in crisis,
giving meaning and purpose to his life".
(Agama telah mengajarkan kepada ilmui kedokteran, bahwa ada
suatu segi kepribadian manusia yang tak dapat diterangkan
semata-mata dengan bukti ilmu pengetahuan, meskipun demikian mempunyai banyak hubungan yang erat dengan watak dan tingkah laku manusia, bahwa suara kepercayaan agama dapat meru
pakan faktor yang kuat dalam merehabilitier manusia dalam kekeseluruhannya, membantunya dalam suatu saat yang genting,
memberikan makna dan tujuan hidup) (WT.Husain Rifa'i Hamzah) .
Menurut Prof.Dr. Basri Saanin Tan Pariaman (1976), tingkah laku
menyalahgunakan narkotika merupakan manifestasi dari gangguan; ke
pribadian dasar (gangguan watak). Penyembuhannya memerlukan pera
watan yang menyeluruh, terutama yang menyangkut faktor psikis.
Dalam hubungan ini, pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya, K.H.
Shohibul Wafa Tajul'Arifin, dalam bukunya " Miftahus Shudur "
C1970) dan " Akhlakul Kharimah " (1971) menerangkan, bahwa pe-
rilaku beragama yang dilandasi upaya mendekatkan diri dan ingat
hati sepenuhnya kepada ALLAHi SWT (dzikrullah) dengan mengucapkan; kalimat"LAA ILAAHA ILLALLAE" secara ikhlas dan benar, meru*
pakan. cara yang dapat membersihken hati yang "kotor", menentramkan jiwa dan mendatangkan rasa bahagia yang hakiki, suatu kondi
si yang dapat membangun pribadi yang sehat/normal dan utuh (in
tegrated) , serta dapat berfungsi kuratif (penyembuh) segenap pe-
nyakit hati. Cqalb).
Pecandu narkotik adalah penderita yang mengidap gangguan
kepribadian, keracunan dan ketergantungan zat-zat narkotik
de
ngan efek gangguan organisme tubuh; fisik-mental. Keberhasilam
pondok Inabah dalam memulihkan (merehabilitier) pecandu narko
tik melalui cara-cara perawatannya itu, perlu kejelasan.
Masa-
lahnya secara garis besar terfokus pada dua hal, yakni bagaimana cara perawatan dilakukan serta bagaimana hasil perawatannya
terwujudkan sebagai suatu kesembuhan klien terbina (pecandu nar
kotik) .
Makna efektivitas dan efesiensi metode perawatan yang
dimaksud diharapkan tampak lebih jelas bila dilakukan (dikenakan) pada penderita gangguan berat (kronis). Pondok Inabah I,
Cibeureum, kecamatan Panjalu, kabupaten Ciamis, dimungkinkan
dapat dijadikan obyek studi yang relevan sebagai kasus yang dipelajari.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan
yang diselenggarakan di luar sekolah. Menurut Peraturan Pemerin-
7
tah RI, No. 73, Tahun 1991, Tentang Pendidikan Luar Sekolah,
lembaga pendidikan tersebut merupakan salah satu jenis pendi
dikan luar sekolah yang "mempersiapkan warga belajar untuk da
pat menjalankan peranan yang menuntut perluasan khusus tentang
ajaran agama yang bersangkutan". Bertujuan, untuk :
" 1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang ... sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat
dan mutu kehidupannya ;
2. Wembina warga belajar agar memiliki pengetahuan, ketrarapilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, ... ;
3. Wemenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah " (pasal 2, Peraturan Pemerintah, No.73, Tahun 1991). Pengembangan peran serta peningkatan fungsi lembaga pendidikan
tersebut, termasuk masalah-masalah dalam pelaksanaan programnya
yang relevan dengan hakikat tujuan pendidikan nasional, perlu
ditunjang berbagai pihak, khususnya Bidang Pendidikan Luar SekolaMn. Partisipasi Pondok Pesantren Suryalaya dalam kegiatan
re- •
habilitasi pecandu narkotik, merupakan salah satui langkah pengem
bangan fungsi dan peran lembaga pendidikan tersebutt dalam bidang
pembinaan kepribadian (akhlak) warga belajar (subyek didik) gu
na meningkatkan martabat dan mutui kehidupannya!
Penyalahgunaan narkotika yang makin meluas dilakukan oleh
kalangan para remaja, merupakan problem kehidupan sosial. Penye-
bab dan cara penanggulangannya tertumpu pada masalah-masalah ke
hidupan masyarakat sebagai lapangan garapan bidang pendidikan
luar sekolah.
8
B. Peromusan Masalah
•Dengan memperhatikan deskripsi permasalahan di atas,
maka untuk keperluan pengamatan dan studi lebih Ianjut, ma
salah yang diteliti difokuskan pada rumusan sebagai berikut :
"Bagaimana gejala perkembangan "kesehatan" pecandu narko
tik terwujudkan setelah mengalami perawatan dan pembina
an di Pondok Inabah
Pondok Pesantren Suryalaya"
Perkembangan kesehatan yang dimaksud adalah perubahan-peru
bahan gejala
"kesembuhan" pecandu narkotik sebagai klien ter
bina yang terwujudkan dalam sikap dan perilakunya. Pondok Ina
bah yang dimaksud, adalah Pondok Inabah I, Cibeureum, kecamat
an Panjalu, kabupaten Ciamis, sebagai kasus yang dipelajari.
Dari masalah utama ini diturunkan beberapa masalah spe-
sifik untuk dipelajari secara khusus, sebagai berikut :
1. Bagaimana pecandu narkotik (klien terbina) dirawat dan dibina di Pondok Inabah ?
2. Bagaimana hasil perawatan dan pembinaan tersebut terwujudkan
pada pribadi klien terbina ?
3. Jenis perlakuan binaan (rehabilitasi) yang bagaimana yang
menunjang keberhasilan perawatan ?
Deskripsi masalah tersebut dimaksudkan sebagai penuntun
dalam mengeksplorasi dan menganalisis perkembangan "kesembuhan"
klien yang diamati. Pertanyaan yang diajukan itu bersifat open-
9
question, dalam arti Kemungkinan berkembang pertanyaan lain
yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.
Untuk keperluan eksplorasi data berkenaan dengan per
masalahan di atas, diterjunkan beberapa pertanyaan peneliti
an yang akan dipergunakan sebagai pedoman dalam upaya mengum-
pulkan data, sehingga melalui langkah ini diharapkan dapat diperoleh temuan-temuan penelitian yang relevan,sesuai masalah.
Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
.1. Masalah pelaksanaan cara perawatan (rehabilitasi)
(1) Bagaimana status dan fungsi kelembagaan pondok Inabah,
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatannya ?
(2) Fasilitas-fasilitas perawatan apa saja yang tersedia. dan
seberapa jauh pemanfaatan fungsinya ?
(3) Klien terbina yang bagaimana yang dirawat (.jenis kelamin,
umur, jenis penderitaan, dan lain-lain identitas klien) ?
(4) Bagaimana keadaan pembinaanya (identitas pembina) serta
seberapa jauh perannya dalam kegiatan pembinaan ?
(5) Materi dan perlakuan binaan apa saja yang diberlakukan
dalam kegiatan perawatan/pembinaan ?
(6) Aturan-aturan apa saja yang dijalankan untuk keperluan
pembinaan, serta bagaimana aturan-aturan itu difungsikan
dalam kegiatan pembinaan ?
10
(7) Apakah perlakuan binaan itu diberlakukan ternadap seti
ap klien ?
(8) Adakah perlakuan tersebut disesuaikan dengan keadaan penderitaan dan atau kesehatan klien ?
(9) Bagaimana interaksi dan inter-relasi klien -pembina serta
antara sesama klien terjadi dalam pelaksanaan pembinaan ?
(10) Apakah klien melaksanakan setiap kegiatan perawatan ?
(11) Dalam keadaan di mana klien tidak melakukan kegiatan pe
rawatan dan atau melanggar aturan kegiatan perawatan %
tindakan bagaimana yang dilakukan para pembina ?
(12) Dalam keadaan klien menderita penyakit di luar kecandu-
an narkotik, apakah klien diobati/dirawat secara medis ?
(13) Bagaimana dan seberapa jauh, tuntutan-tuntutan kebutuhan klien dipenuhi ?
(14) Bagaimana hubungan klien dengan keluarganya berlangsung
selama klien dalam pembinaan
(15) Adakah terjadi permusuhan dan atau perkelahian di antara
klien selama dalam pembinaan ?
(16) Adakah kegiatan perawatan yang dilakukan di luar pondok
rehabilitasi Inabah ?
(17) Bagaimana kegiatan perawatan/pembinaan diberlakukan ter-
hadap klien yang mengalami gangguan kesadaran dan atau
yang menderita sakit ?
11
(18). Apakah ada tahapan pembinaan ? Bila ada bagaimana
dilaksanakannya ?
2. Masalah perkembangan keberhasilan yang dialami
kliens.
(1). Kriteria yang bagaimana yang diberlakukan di pondok
Inabah, bahwa seseorang (kliens) menunjukkan tanda-
tanda sembuh (normal, sehat) ?
(2).
Seberapa jauh ciri perkembangah kesembuhannya itu tampak pada segi fisik (jasmaniah) dan aspek-mental'.(psi-.
kis) klien ?
(3).
Bagaimana gejala kesembuhan tersebut terwujudkan dalam
Sikap dan perilakunya ? Adakah tahapan perkembangannya ?
(4).
Aspek mana yang dalam perkembangan kesehatannya paling
menonjol serta aspek mana yang paling lambat ?
(5).
Apakah perkembangan kesehatan klien ini bervariasi ?
(6).
Dalam kondisi yang bagaimana, kliens dinyatakan sehat
sehingga diperbolehkan pulang ?
3. Masalah perlakuan yang menun.jang keberhasilan
(1).
Apakah fasilitas yang tersedia, cukup mendukung pe
laksanaan pembinaan ?
(2).
Macam/jenis perlakuan yang bagaimana ;yang mendorong
\'J
perkembangan kesehatan klien ?
(3) Seberapa jauh, fasilitas perawatan di Inabah berperan
serta menunjang perkembangan kesehatan klien ?
(4) Adakah hubungan partisipasi klien dalam melakukan tugastugas perawatan/pembinaan dengan perkembangan kesehatannya ?
(5) Seberapa jauh hubungan (interaksi, inter-relasi) antara
klien-pembina-klien lainnya, memperlihatkan pengaruhnya
mendorong perkembangan kesehatannya ?
(6) Adakah hubungan antara kunjungan orang tua/keluarganya de
ngan perkembangan kesehatannya ?
(7) Seberapa jauh variabel klien sendiri turut mempengaruhi
perkembangan kesehatannya ?
C
Tujuan Penelitian
Relevan dengan permasalahan di atas, penelitian ini ber-
maksud untuk memahami keberhasilan cara perawatan yang dilaku
kan di Pondok Inabah, Pondok Pesantren Suryalaya, di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Secara operasional, penelitian ini bertujuan memperoleh
keterangan tentang
:
1, Prosedur dan cara perawatan/pembinaan (rehabilitasi) pecandu
narkotik yang dilakukan di Pondok Inabah I, Cibeureum, keca
matan" Panjalu, kabupaten Ciamis, sebagai kasus yang dipela
jari.
14
2. -Partisipasi klien terbina dalam pelaksanaan kegiatan re
habilitasi.
3. Gejala-gejala pulihnya kondisi klien, baik pisik ataupun
psikis.
4. Faktor-faktor penunjang
keberhasilan rehabilitasi dan atau
yang tidak menunjang dengan fokus pemahaman gejala-gejala
"kesembuhan" (pulihnya kondisi kepribadian) dari klien.
D. Manfaat/Kegunaan Penelitian.
Bertolak dari kerangka permasalahan dan tujuan peneli
tian di ataa, penelitian ini mengandung beberapa segi manfaat.
1. Ditinjau dari aspek praktis, hasil penelitian ini diharap
kan dapat memberikan urunan positif bagi usaha menanggula
ngi perawatan/pembinaan (rehabilitasi) korban penyalahguna
an narkotika yang hingga kini masih merupakan masalah yang
belum banyak terpecahkan. Di samping aspek kuratif, dari pe
nelitian ini juga diharapkan dapat menunjang langkah-lang-
kah prepentif, khususnya dalam rangka memfungsikan peranan
keluarga sebagai lembaga pertama dan utama dalam pembinaan
mental/akhlak para remaja.
2. Ditinjau dari aspek teoritik,
dari penelitian ini diharap
kan diperoleh prinsip-prinsip. konsep/gagasan, metode-meto-
de/cara-cara baru dan atau yang dimodifikasl dalam bidang
pendidikan, khususnya dalam pembinaan mental para remaja.
Dalam hubungan ini pula
diharapkan dapat memperoleh
ma-
sukan mengenai peran pondok pesantren dalam pembinaan ke-
15
hidupan masyarakat, khususnya dalam pembinaan kesehatan
jiwa (akhlak), termasuk peran sertanya dalam menanggula
ngi maBalah-maaalah aktual kehidupan.
3. Dilihat dari segi pengembangan pribadi peneliti, melalui
penelitian ini, penulis diharapkan dapat memperoleh penga-
laman baru, terutama dalam mengintegrasikan berbagai pengetahuan teoritik dengan hasil pengamatan yang dlperoleh da
ri penelitian. Pengalaman ini amat berharga untuk mening
katkan kemampuan diri peneliti.
E» Asumsl Yang Djgunakan
Sehubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian di
atas, studi/penelitian ini berpegang pada asumsi-asumsi sebagai
berikut
:
1. Pribadi manusia merupakan kesatuan potensi jasmaniah-rokhani-
ah yang utuh (kesatuan psiko-blologis) yang raemiliki daya un
tuk tumbuh dan berkembang, baik selaku makhluk individut, makh-
luk sosial, makhluk susila, maupun selaku" makhlukoberagama.
2. Untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, manusia memiliki
dorongan-dorongan, baik yang berupa dorongan biologis maupun
dorongan psikis-sosial. Hambatan terhadap dorongan-dorongan
hidup ini dapat menjadi sumber penyebab gangguan kepribadian.
3. Manusia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal bila lingkungan menunjangnya serta memiliki daya mempertahankan diri
untuk kelangsungan hidupnya.
16
4. Gangguan terhadap kesehatan seseorang dapat disembuhkan.
5. Kesehatan seseorang dapat terlihat dari ciri-ciri kepribadiannya yang tertampilkan, baik dari segi gejala fisik atau-
pun aspek mentalnya (fikir, rasa, kemauan, perbuatan).
6. Keyakinan dan keimanan kepada TUHAN YME. dapat menentramkan
hati.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah me
tode penelitian kasus (studi kasus) yang melibatkan pendekatan
"kualitatif".
Penelitian dilakukan secara longitudinal untuk mengungkap
permasalahan perubahan-perubahan gejaaLa kesembuhan klien terbina
sebagai kasus yang dipelajari.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipatif dan wawancara. Di samping itu juga digunakan angket dan
studi dokumenter.
Metode yang digunakan ini tidak menguji hipotesis, raelain-
kan dikembangkan dengan berpola "grounded -theory" di mana teori
dikembangkan dari bawah (Bogdan & Biklen, 1982),,
Metode penelitian dan teknik pengumpulan data yang diaju
kan, dikembangkan seperti tergambar pada bagan sebagai berikut :
17
Bagan
; Pengembangan Teori Melalui Studi Kualitatif
Permasalahan
hi
Data
Deskripsi
Data
\
Analisis
Landasan Teori
Data
Melalui data yang ditemukan, studi ini diharapkan da
pat menambah perbendaharaan pengetahuan untuk keperluan praktis, termasuk dalam menyikapi dan menata kebenaran teoritis.
G. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Inabah I, Pondok Pe
santren Suryalaya. Pondok Inabah tersebut, terletak di desa
Cibeureum, kecamatan Panjalu, kabupat:* n Ciamis.
Lokasi penelitian tersebut dipil h dengan pertimbangan,
sebagai berikut
:
1. Pondok Inabah yang dimaksud merupakan pondok Inabah yang
pertama kali didirikan dan dibina Pondok Pesantren Surya-
18
laya, sebagai lembaga rehabilitasi pecandu narkotika.
2. Pondok Inabah tersebut memiliki fasilitas perawatan yang
relatif paling lengkap dengan out put hasil binaan yang
paling banyak.
Sejak merintis kegiatan perawatannya ta
hun 1972. (dilembagakan tahun 1979), sekitar 1200 pecandu
narkotik telah berhasil "disembuhkan" di Pondok Inabah ini.
Kini, pondok Inabah tersebut digunakan untuk merawat pecan
du narkotika(putra) yang tergolong parah.
3. Ditinjau dari segi efektivitas dan eflsiensi penelitian,
lokasi ini merupakan pondok Inabah yang memberi kemudahan
kepada peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian, sehu
bungan dengan lokasinya yang mudah dijangkau peneliti.
4. Sesuai dengan predikatnya itu, pondok Inabah tersebut dimungkinkan memiliki kelengkapan dan kekayaan data yang diperlukan peneliti*
5. Kredibilitas Pondok Inabah I ini cukup dikenal, kalangan
masyarakat dan ilmuwan, termasuk para dokter dan psikiater,
dari dalam maupun luar negeri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Yang Digunakan
Sebagaimana telah dikemukakan pada bab terdahulu, me
tode penelitian ini menggunakan pendekatan "kualitatif" me
lalui studi kasus, tentang pelaksanaan kegiatan rehabilita
si pecandu narkotik yang dilakukan di Pondok Inabah, Pondok
Pesantren Suryalaya. Pendekatan ini dipilih didasarkan atas
beberapa pertimbangan, antara lain
:
a. Masalah rehabilitasi pecandu narkotik dan keberhasilannya
yang menjadi fokus utama penelitian, melibatkan sejumlah
faktor (internal-eksternal, fisik-psikis) yang memerlukan
penjelasan berbagai aspek secara menyeluruh.
b. Aspek "kesembuhan" klien terbina, terutama yang berhubungan
dengan masalah kepribadian, berkaitan erat dengan faktorfaktor kualitas "intra psikis',' . Gejala ini memerlukan pen
jelasan, bukan hanya dalam ikhwal wujud "kesehatannya" se
cara fisik-mental, melainkan pula dalam proses (tahapan)
perubahan ke arah perkembangan kesehatannya itu.
-54-
55
c. Kepribadian manusia,di samping memiliki gejala-gejala
yang bersifat umum (common traits), juga bersifat "unik"
dan individual (unique pattern individuality) .-, d. Perilaku manusia yang tertampilkan, di samping memiliki
sifat keunikan dan keragaraan, juga bersifat "holistik",
dalam arti bahwa setiap aspek perilaku yang ditarapilkan-
nya merupakan penjabaran dari keseluruhan kepribadiannya.
e. Masalah sikap dan perilaku ketergantungan narkotika, le
bih bersifat afektif,"pemunculannya berhubungan erat de
ngan segi kualitas kepribadiannya.
Oleh karena itu dalam studi kasus ini, peneliti men-
coba mempelajari keberhasilan pelaksanaan program rehabili
tasi pecandu narkotik di Pondok Inabah itu dengan tekanan
pada usaha memahami permasalahan setiap klienJkasus yang di
pelajari. Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud mempe
lajari kecenderungan perkembangan kesehatan klien yang diduga sebagai hasil perlakuan binaan di Pondok Inabah.
Metode studi kasus yang dikembangkan ini tidak mengu-
ji hipotesis. Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan,
digunakan sebagai rarabu-rarabu dalam rangka mengeksplorasi da
ta yang berhubungan dengan permasalahan. Studi ini berpola,
di mana data dipandang sebagai sumber teori yang memberi penjelasan terhadap suatu fenomena.
56
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik utama yang digunakan dalam penelitian ini,
adalah observasi partisipatif dan wawancara kasus.
Mela
lui teknik ini, peneliti dimungkinkan dapat menjalin hu
bungan dengan klien kasus ataupun dengan subyek lainnya
secara langsung, terbuka, akrab, intensif dan wajar, ti
dak manipulatif, sehingga dapat diperoleh informasl yang
lebih akurat, tidak dibuat-buat.
Pelaksanaan observasi ini dilakukan peneliti dengan
terjun langsung peneliti bersama klien dalam berbagai ke
giatan pembinaan. Dengan kata lain, peneliti terjun sebagai
klien terbina serta berusaha memperlakukan diri dalam sta
tus sama seperti mereka (klien).
Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu oleh dua
orang pembantu peneliti, berstatus pembimbing dan selaku Staf
Pembina Inabah. Pengamatan dilakukan setiap saat dengan sa
saran perubahan-perubahan^ perkembangan kesembuhan klien da
lam berbagai aspek, baik yang berupa gejala fisik raaupu psi
kis.
Teknik observasi dan wawancara ini dijalankan searah,
saling menunjang dan melengkapi informasi data yang ditemukan. Langkah wawancara ditujukan agar dapat mengungkap data
lebih "dalam" tentang kehidupan klien, termasuk permasalahannya.
57
Dalam wawancara juga diusahakan untuk tidak mengganggu kewajaran, mengungkap sejauh mungkin kenyataan yang ter
jadi. Wawancara dilakukan pada tempat dan saat-saat yang me
nurut peneliti merupakan kesempatan yang bisa bebas menguta-
rakan; keadaan nyata. Khusus mengenai hasil yang menampak, wa
wancara tidak saja dilakukan terhadap unit kasus, melainkan
pula kepada orang lain yang berhubungan, mengetahui dan atau
menyaksikan gejala-gejala perbaikannya, serta kemudian diama
ti gejala-gejala itu secara kontinyu melalui observasi.
Angket juga dilakukan sebagai langkah penunjang. Di
lakukan terhadap pembina, kliens dan keluarganya. Angket ter
hadap kliens dimaksudkan juga sebagai alat untuk bisa menjaring pikiran, pemahaman, perasaan, kehendak, sikap dan keya
kinan-keyakinan kliens, dihubungkan dengan sasaran penelitian.
Mengisi angket dengan benar dan wajar, sudah merupakan salah
satu gejala (indikator) perkembangan pribadinya.
Studi dokumenter dilakukan peneliti, terutama mengenai
data keluaran, sebagai rambu-rambu untuk bahan bandingan dalam
pengumpulan data.
Acuan pengamatan, khususnya mengenai perubahan-peru
bahan gejala "sembuh" kliens, diturunkan bersandar pada indi
kator teoritis, acuan yang digunakan Inabah serta pengamatan
ewpirik peneliti.
Sebagai penunjang pengumpulan data, peneliti juga pergunakan alat-alat tave recorder dan photdgrafer. .
58
B. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Inabah I, lembaga
rehabilitasi pecandu narkotika binaan Pondok Pesantren Sur
yalaya. Pondok Inabah ini terletak di desa Cibeureum, keca
matan Panjalu, kabupaten Ciamis.
Obyek penelitian menyangkut ikhwal kelembagaan, pelak
sanaan cara perawatan serta
aspek keberhasilannya yang di
peroleh. Keberhasilan yang dimaksud adalah hasil binaan/pe
rawatan yang terwujudkan pada gejala "kesembuhan" klien (pe
candu narkotik). Ke dalam obyek penelitian ini juga terma
suk lembaga-lembaga, pihak-pihak dan atau kondisi yang ber
hubungan dengan permasalahan penelitian.,
Sumber data primer adalah klien kasus yang dipelajari
yang peneliti peroleh dengan cara memasukan klien yang baru
datang (penderita baru) menjadi obyek penelitian. Sumber sekunder adalah para pembina Inabah, orang tua/keluarga klien
kasus, klien lain, pihak-pihak dan kondisi-kondisi yang mem
beri keterangan tentang masalah yang diteliti,
Sasaran penelitian adalah -kondisi yang secara spesifik menerangkan tentang cara dan keberhasilan perawatan yang
dilakukan, baik dalam bentuk gejala-gejala fisik ataupun psi
kis, yang tertampilkan klien kasus.
59
C. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan kegiat
an yang secara garis besar menyangkut tahapan (1) studi pen
dahuluan, (2) eksplorasi data, (3) analisis dan interpreta-
si data, dan (4) tahap penulisan laporan penelitian.
Tahap studi pendahuluan, mencakup langkah-langkah ke
giatan identifikasi masalah dan penentuan kasus penelitian.
Dalam tahap ini pula kegiatan dilakukan dengan mengunjungi
Pondok Pesantren Suryalaya dan Inabah, bermaksud mengumpul-
kan informasi untuk menentukan obyek penelitian. Penentuan
obyek, sasaran dan lokasi penelitian, dilakukan berdasarkan
tinjauan-tinjauan teoritis, praktis serta pertimbangan/saran
dari para pembina Pondok Pesantren Suryalaya.
Setelah obyek
penelitian ditentukan (Pondok Inabah I, Clbeureum), dilaku
kan pengamatan seperlunya, khususnya yang berhubungan dengan
sumber-sumber informasi yang diperlukan*.
Tahap eksplorasi data, menyangkut kegiatan-kegiatan
pengumpulan data. Kegiatan utama eksplorasi data ini dilaku
kan melalui observasi partisipatif dan wawancara. Pemilihan
klien kasus dalam tahapan ini dilakukan dengan cara mengam-
bil penderita (klien) yang baru masuk sebagai klien kasus.
Dalam tahapan ini, peneliti dibantu oleh dua orang pembantu
peneliti yang juga selaku pembimbing (staf pembina Inabah).
Bersama peneliti, pembimbing mengamati dan mencatat data klien
60
kasus dalam perubahan-perubahan perkembangan kesehatannya
setiap saat dalam masa penelitian. Gejala-gejala perubahan
yang dimunculkan, diklasifikasi dan ditinjau dari berbagai
aspek secara menyeluruh yang secara gradual dapat dipandang
sebagai gejala yang raenandai "kesembuhan". Data yang menun
jukan gejala perubahan kesehatannya Itu dicatat, dianalisis
dan dibandingkan dengan gejala-gejala lain (aspek lain) yang
ditemukan. Setiap klien kasus memiliki Kartu; Data Perawatan
yang disimpan/diarsipkan di Kantor Pembinaan.
Untuk sebagai
penunjang eksplorasi data, dilakukan wawancara dengan pembi
na Inabah, pembimbing,terutama yang secara sukarela membantu
peneliti, dengan keluarga klien kasus, serta dengan klien la-
innya sebagai kawan dekat dari klien kasus.
Data hasil pengamatan peneliti dan pembimbing didiskusi-
kan dengan pembina Inabah. Setelah mengalami pengamatan "ulang"
dan proses "uji" sikap dan tingkah laku klien yang diprogramkan Inabah, disertai keterongan teoritis, dicatat . sebagai ge
jala perubahan yang menandai perkembangan kesehatan klien kasus,
Proses pencatatan gejala perubahan dari klien kasus, di-
kerjakan peneliti dan pembimbing Inabah (pembantu peneliti) de
ngan konsultasi Pembina Inabah'. Eksplorasi data ini dilakukan
sekitar 4 (empat) bulan, dari bulan Juni s/d September 1986.
61
Sebagai acuan dalam kegiatan eksplorasi dan interpretasi data yang relevan dengan masalah penelitian, peneliti
terjunkan bagan
lagan
penelitian sebagai berikut
:
: Ctojala Perkembangan Kesembuhan Klien Ditlnjau
Dari Aspek Kepribadian
Indikator
Masuk
Dalam Perawatan
Keluar
Gejala Fisik
Afektif-Emo
sional
Intelektual
(sense of reali
ty, sense of
tte
identity)
Social respon
sibility
Walaupun gejala kesehatan/kesembuhan klien merupakan
suatu kesatuan yang tak terpisahkan, indikator gejala kese
hatan diatas diperlukan sebagai rambu-rambu peneliti dalam
mengeksplorasi data penelitian.
62
Perkembangan kesehatan tiap klien dapat berbeda, di sam
ping variabel klien, kondisi proses pembinaan juga dapat mempengaruhi. Gejala tersebut dapat tergambarkan pada bagan berikut
BAGAN. :t Pola Perkembangan Kesehatan Klien Dalam Proses
Perawatan
PROSES
INPUT
OUTPUT
Pembinaan Inabah
Talkin
dzikir
Kla —
» '
K1b
K1c
K2a
• '
K2b
K2c
K3a
' '
K3b
K3c
ast
• '
dst
perkembangan kondisi ge
jala "sembuh"
K10a —
' »
K10c
K10b
Keterangan
K1 s/d K10
Kliens terbina sebagai unit kasus yang dipelajari
a
Kliens awal masuk
b
Kliens setelah
c
Kliens keluar dari Inabah.
"Talkin Dzikir"
BAB V
KESMPULAN DAN REKOMENDASI
A *. Kesimpulan
Pecandu narkotika yang dirawat di Pondok Inabah I Ci
beureum, Pondok Pesantren Suryalaya, memiliki identitas diri
dan latar belakang penderitaan yang beragam. Sebagian besar
di antara mereka adalah para remaja, berusia antara 17 dan 24
tahun, berstatus pelajar dan mahasiswa di berbagai lembaga pen
didikan di kota-kota Besar, dengan latar belakang kehidupan so
sial-ekonomi keluarga berkecukupan.
Hampir seluruh klien (penderita) yang diteliti, datang
ke Pondok Inabah I ini, menderita gangguan keracunan narkotik
yang berat dengan gejala-gejala abnormalitas fisik-mental, se
perti yang ditunjukkan pada gejala-gejala : dellirium, halusi
nasi, weakness (kelemahan fisik-mental) dan drowsiness (inko
herensi jalan pikiran). Mereka mencandui narkotika rata-rata
lebih dari dua tahun serta telah mengalami perawatan medis di
rumah sakit.
Kejangkitannya berhubungan dengan gangguan kepribadian
dasar (watak) dan kelainan-kelainan psikis*emosional yang texy
bentuk
dari hasil interaksi( pengalaman) belajarnya dengan ling
kungan. Dari hasil tes diagnosa paramedis, pengamatan (diagnosa,
-228-
229
prognosa) Pembina Inabah
serta hasil observasi peneliti,
para pecandu menunjukan gejala-gejala : bingung, gelisah,
ketidak matangan emosional, toleransi yang rendah terhadap
tegangan-tegangan (stress), menolak autoritas dan disiplin,
kurang sanggup menerima nilai-nilai etik, kurang sanggup me
narik pelajaran dari kesalahan dirinya, ketidak sanggupan raengorbankan kesenangan segera untuk memperoleh keuntungan yang
lebih besar, keimpulsivan yang egosentris, rasa ingin bebas,
rasa tertekan, kurang tanggung jawab dan cenderung tidak hen
dak mempertimbangkan konsekwensi-konsekwensi tingkah lakunya
serta kecenderungan timbulnya tingkah laku yang menjurus ke
pada mencari sensasi, kepuasan, kesenangan, melalui cara-cara
berdusta, mengingkari nilai moral dan menghindarkan hukuman.
Semua pecandu yang beragam penderitaan kecanduannya
itu, dirawat di suatu lingkungan pondok perawatan yang relatif
terpisahkan dengan lingkungan kehidupan masyarakat di sekitar
nya. Pondok tersebut dilengkapi fasilitas-fasilitas seperti :
kamar-kamar penginapan (pecandu), ruangan makan bersama, ruang
tanu, kamar pembina, ruang sekretariat/dokumentasi, mesjid,
kamar-kamar mandi, ruang/tempat khusus mandi malam (mandi tau
bat), lapangan senam/olah raga, balai istirahat, dapur umum,
gudang, juga lapangan parkir.
Setelah melalui langkah "diagnosis" yang dilakukan Pem
bina Inabah terhadap pecandu, melalui pengamatan langsung dari
230
gejala-gejala fisik-mental pecandu, dilengkapi keterangan-kete-
rangan dari hasil wawancara "partisipatif" bersama pecandu dan
keluarganya, termasuk penelaahan dari dokumen hasil perawatan
sebelumnya, pecandu dibawa masuk pondok pembinaan dengan diperiksa segala barang-barang yang dibawanya. Barang yang diperkenankan dibawa masuk ditentukan oleh Pembina Inabah.
Tindakan pertama yang dilakukan adalah membawa pecandu
mandi keramas, mengganti pakaian dengan pakaian khas pondok Ina
bah, menempatkannya di kamar binaan dan sekaligus mewajibkannya
ikut serta berpartisipasi dalam prosedur perawatan/pembinaan pa
da jadwal-jadwal yang diberlakukan.
Perawatan dilakukan melalui cara-cara yang non farmakolo
gis. bahkan untuk penyakit dengan indikasi di luar keracunan nar
kotik sekalipun. Gangguan dengan ancaman kematian (kronis) dila
kukan atas kerjasama antara Pembina Inabah, keluarga pecandu dan
tim medis (Anang Syah,1986). Perawatan tersebut tak lain berupa
praktekbibadat keagamaan Islam, khususnya ibadat sembahyang wa
jib dan,sunat. Pelaksanaan ibadat tersebut dilakukan dengan me
lalui metode Zikrullah (ingat hati dan berserah diri sepenuhnya
kepada ALLOH SWT, melalui hati, ucapan dan perbuatan) berdasar
kan ajaran Thoreqat Qoodiriyvah Naqsyabandiyah dari Pondok Pesan
tren Suryalaya.
Perubahan-perubahan perkembangan kesehatan/normalitas
klien terbina di Inabah banyak ditentukan oleh aktivitas parti-
231
sipasi klien sendiri dalam kegiatan pembinaan. Tumbuhnya penya
daran pecandu atas penderitaannya itu, serta tumbuhnya semangat
dan itikad diri untuk menyembuhkannya dengan berusaha meminta
bantuan orang lain disertai sikap-sikap yang anthusias, sebagai
mana diungkapkan Prof Dr. Basri Saanin (1979), adalah kondisi
yang mempercepat kesembuhan (normalitas) pecandu. Treatment zikrullah yang dilakukan dengan suara keras, bersama-sama dengan .
ritme tertentu, menunjukkan daya kuat dalam merehabilitir pecan
du secara integratif (observasi dan pengakuan klien terbina).
Talqin Zikir yang dilakukan Pembina Pondok Pesantren Suryalaya
(K.H.A. Shohibul Wafa Tajul 'Arifin) terhadap pecandu yang dalam
pelaksanaannya sebagian besar pecandu nangis, memiliki pengaruh
kuat dalam usaha menyadarkan pecandu (observasi dan pengakuan
klien terbina). Ungkapan kasih sayang Pembina Inabah terhadap
pecandu, sikap penerimaan, penghargaan, kebersamaan,dan sepenang-
gungan yang dilakukan secara tulus, wajar, tidak dibuat-buat,
memiliki pengaruh efektif dalam menumbuhkan rasa percaya diri,
rasa bebas, rasa senang dan sikap anthusias pecandu.
Mandi malam (mandi taubat) dan kewajiban rutin ibadat
keagamaan (sembahyang wajib, sunat) menunjukan pengaruhnya yang
besar bagi kesegaran jasmani-rokhani klien. Melalui ibadat ini,
klien belajar memahami aturan, nilai-nilai dan norma-norma kehi
dupan. Klien yang telah sehat, menyadari dan mengakui aktivitas
232
melakukan ibadat keagamaan tersebut berpengaruh besar terhadap
penyadaran dirinya (observasi dan wawancara). Proses penyadaran
klien juga ditunjang dengan tumbuhnya "suportive group psychotherapi". Rasa takut dan penyesalan klien tumbuh, ketika klien me
ngenai betapa besar akibat yang ditimbulkan racun narkotik bagi
seseorang di pondok tersebut. Beberapa klien yang telah sehat,
membantu secara sukarela dalam tugas-tugas pembinaan, menunjuk
an pengaruhnya yang efektif dalam memotivasi keinginan sembuh
bagi klien terbina.
Sikap kasih sayang orang tua dan keluarga klien selama
klien (pecandu) dalam pembinaan, antara lain diperlihatkan de
ngan sikap perhatian dan kasih sayangnya ketika setiap saat ber
kunjung ke tempat pembinaan (pondok Inabah), merupakan kondisi
yang menunjang perkembangan kesehatan pecandu.
Latar belakang gangguan kepribadian (masalah kepribadian)
dan kadar keracunan (dosis, jenis, lama dan efeknya) mempengaru-
hi perkembangan kesehatannya. Keracunan kronis narkotik dengan
akibat-akibat kerusakan fisiologis, dalam waktu yang lama, tan
pa perawatan yang intensif, memerlukan waktu dan aktivitas pem
binaan yang lama bila dibandingkan dengan pecandu dengan taraf
keracunan dan -ketergantungan yang lebih ringan.
Kontrol, perhatian dan pemahaman Pembina Inabah atas ma
salah-masalah pemulihan pecandu yang dipertunjukkan dalam berba
gai-- kegiatan pembinaan, merupakan kondisi yang secara fungsional
menunjang kemajuan perkembangan kesehatan klien.
233
B. Rekomendasi
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa implikasi teori
tik praktis, termasuk implikasinya untuk penelitian lebih lan
jut, sebagai berikut
1.
:
Secara garis besar, penelitian kasus ini menunjang bukti-
bukti teoritis, bahwa kecanduan seseorang terhadap narkotika ber
hubungan erat dengan gangguan kepribadian dasar yang dideritanya.
Gangguan tersebut menunjukan gangguan watak (psikopat, sosiopat),
suatu gangguan struktur kepribadian yang ditandai suatu defek
atau gangguan penyesuaian diri yang berat terhadap lingkungan
dan keteraturan masyarakat dan sebagai akibatnya dia selalu akan
menderita oleh karena perkembangan struktur kepribadian.yang ti
dak harmonis. Defak penyesuaian dalam hubungan ini diartikan ter
hadap tuntutan dan kehendak masyarakat, lingkungan dan juga ter
hadap diri sendiri. Penyesuaian adalah suatu kesanggupan, suatu
fungsi rokhani, memiliki tujuan dan guna tertentu ke arah optimalisasi kehidupan.
Kajian-kajian teoritik dan diagnosa medik menunjukan se
cara garis besar penyebab gangguan tersebut terfokus pada dua hal,
yakni faktor konstitusional dan faktor psikologis,(Prof Dr.Basri
Saanin,1979).
Faktor konstitusional berorientasi gangguan organ
khususnya gangguan neurologis otak yang menyebabkan orang tidak
sanggup memperkembangkan kontrol yang normal terhadap tingkah-
23^
lakunya. Gangguan fungsi "hambatan" yang normal dari pusati»pusat
otak, mengurangi kesanggupan seseorang untuk mengekang aktivitas
impulsif.
Keracunan narkotik dengan efek yang merusak susunan
syaraf dan jaringan-jaringan organ fital tubuh, fisik maupun psi
kis, dapat menunjang penderitaan kecanduan lebih berat.
Kajian psikologis menjelaskan, bahwa gangguan penyesuaian diri
di atas disebabkan karena perkembangan kepribadian yang tidak
normal di lingkungannya, khususnya lingkungan keluarga. Bebera
pa kondisi kehidupan keluarga pecandu narkotik yarig"ditelitivdi
Pondok Inabah X Cibeureum, Pondok Pesantren Suryalaya adalah se
bagai berikut :
a. Kehidupan rumah tangga keluarga yang emosional dingin
dan pecandu merasa ditolak, tidak. diingini, dikasihi, merasa dihina dan dikukum. Pecandu dalam kondisi ini berada dalam situasi
bermusuhan dengan orang tuanya serta berada dalam situasi perkem
bangan kepribadian yang selalu diwarnai kehilangan kasih sayang
dan pemuasan emosional.
b. Kehidupan rumah tangga keluarga yang terlalu memperturutkan semua kehendak pecandu, dan malah melampaui apa yang dikehendakinya. Pecandu dalam kondisi ini cenderung berada pada
tingkat egosentris infantil. Pecandu kurang dapat mengekang im
puls-impuls atau menangguhkan pemuasan, toleransi yang rendah
terhadap aturan dan tuntutan lingkungan . Hambatan-hambatan ni-
lai, aturan dan disiplin, adalah batu-batu karang baginya.
235
c. Kehidupan rumah tangga keluarga yang-pecan berantakan,
baik karena perceraian ataupun "semu", seperti orang tua yang se
lalu disibukan oleh kegiatan-kegiatan di luar rumah.
Keadaan se
perti ini, menandai sebagian besar kehidupan pecandu serta belum
menunjukan perbaikan menjelang pecandu keluar (dinyatakan sehat)
dari Inabah. Keberlangsungan kehidupan keluarga seperti
di atas,
dapat mempengaruhi proses identifikasi pecandu dalam lingkungan
nya . Peran orang tua dalam proses sosialisasi anak1 terhambat dan
tercemari. Di samping karena kasih sayang orang tua "hilang",
perkembangan jiwa anak (pecandu) secara normal (sesuai norma-norma lingkungan) terganggu.
d. Kehidupan rumah tangga keluarga yang materialis dan individualis, dengan kecenderungan kehidupan beragama yang lemah.
80 %• klien yang diteliti mengakui tidak mengetahui aturan dan
bacaan-bacaan sembahyang, tidak pernah seharipun berpuasa. di ban
ian Ramadhan serta tidak bisa membaca Al Our'an (pecandu terca-
tat beragama Islam).
Kehidupan rumah tangga keluarga yang ditan
dai gejala-gejala kehidupan di atas, merupakan kondisi yang da
pat menjauhkan anggota keluarga (antara lain pecandu) dari nilainilai kehidupan beragama. Hasil penelitian ini sekaligus membuk-
tikan, sebagaimana diungkapkan sejumlah Psikiater terkenal, bah
wa agama merupakan "benteng" dan sekaligus terapi gangguan jiwa.
Di samping kehidupan lingkungan keluarga, lingkungan ke
hidupan masyarakat memiliki andil yang menentukan terjerumusnya
pecandu ke "jurang" penyalahgunaan narkotika.
236
Di antara kondisi lingkungan yang menunjang/memberi pe-
luang terjadinya penyalahgunaan narkotika yang dilakukan klien
yang diteliti, adalah
:
a. Kemudahan pecandu mendapatkan narkotika (alami, sinte-
tis) di lingkungannya. Semua klien (pecandu) yang diteliti, ter
masuk keluarganya, mengakui begitu gampangnya mendapatkan benda/
obat narkotik yang secara ilegal menyebar di berbagai tempat, wa
laupun harus dibell dengan uang yang relatif mahal. Tersedianya
dengan mudah berbagai jenis narkotika di lingkungan kehidupan ma
syarakat, baik di tangan para pengedar ataupun di lembaga-lemba
ga resmi seperti di toko-toko obat/apotek dan para medis, meru
pakan kondisi yang bukan hanya memperlancar, melainkan pula memotivasi meluasnya penyalahgunaan narkotika."
b. Lingkungan yang membuat seseorang prustasi, rasa gagal
dan buntu harapan.
Semua kl
PENDEKATAN KEAGAMAAN
(Studi Kasus Di Pondok Inabah I Pondok Pesantren Suryalaya)
T e
s
i s
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
RUSYAI PADMAW1PJAJA
No. Pokok: 375/D/XV-7
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1999
DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING
PROF. DR. H. SUDARDJA ADIWIKARTA, MA
Pembimbing I
PROF. DR. H. ENDANG SUMANTRI, M.Ed.
Pembimbing II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1999
A
B S T R A K
Tesis ini berjudul "REHABILITASI PECANDU NARKOTIK
MELALUI PENDEKATAN. KEAGAMAAN." dengan sub judul "STUDI KA
SUS DI PONDOK. INABAH I, PONDOK PESANTREN. SURYALAYA" .
Di dalam tesis ini dibahas "model" kegiatan rehabi-
litasi pecandu narkotik yang dilakukan melalui cara-cara
"tradisional" pendidikan pesantren, tanpa melalui cara-ca
ra perawatan medis, di Pondok Inabah, lembaga rehabilitasi
pecandu narkotik binaan Pondok Pesantren Suryalaya, salah
satu pondok pesantren terkemuka di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Masalah yang diteliti difokuskan pada seberapa jauh
cara perawatan tersebut dapat memulihkan kesehatan pecandu,
sebagaimana yang tertampilkan pada kondisi fisik, sikap dan
perilakunya selama dalam perawatan. Penelitian dimaksudkan
untuk mendapatkan keterangan mengenai gejala-gejala perkem-
bangan pulihnya kesehatan pecendu yang diamati sebagai wujud
keberhasilan cara perawatan di atas,
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan "kualitatif" melalui studi kasus tentang kegiatan rehabi
litasi tersebut di Pondok Inabah I, Inabah "induk" (pemula)
binaan Pondok Pesantren Suryalaya yang kini berperan sebagai
VI
tempat perawatan pecandu narkotika (putra) yang tergolong
parah. Lembaga rehabilitasi ini terletak di desa Cibeureum,
kecamatan Panjalu, kabupaten Ciamis, sekitar 7 km arah Timur Pondok Pesantren Suryalaya yang terletak di desa Tanjung-
kerta, kecamatan Pagerageung, Tasikmalaya.
Pengumpulan data dilalcukan melalui teknik utama observasi partisipatif dan wawancara
dengan sasaran utama kli-
en kasus yang menjadi obyek penelitian. Klien kasus yang di•teliti berjumlah 10 (sepuluh) orang. Pengamatan perkembangan
kesehatannya dilakukan secara "longitudinal" dari sejak mereka dirawat sarapai keluar dan dinyatakan sembuh oleh lembaga
perawatan tersebut.
Prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan melalui ta-
hapan-tahapan kegiatan (1) studi pendahuluan yang mencakup
kegiatan identifikasi masalah dan penentuan kasus ; (2) eksplorasi masalah dan pengumpulan data ; (3) analisis dan interpretasi data ; dan (4) tahap penulisan laporan pemelitian.
Secara geris besar, penelitian ini memperoleh temuantemuan penelitian, sebagai berikut
:
1. Kegiatan perawatan dan rehabilitasi pecandu narkotik di
Pondok Inabah dilakukan melalui cara-cara perlakuan (tre
atment) praktek ibatat keagamaan, khususnya ibadat sembah-
VI1
yang, berdasarkan ajaran Islam. Dalam hubungan ini, Pon
dok Inabah, melakukannya melalui cara yang dikenal seba
gai metode "dzikrullah" (the dzikir method),, berdasarkan
ajaran Thoreqat Qodiriyyah Naqsabandiyyah. Kegiatannya se
cara spesifik adalah membawa dan membina klien untuk ber-
serah diri dan "ingat hati" sepenuhnya kepada ALLAH SWT.,
dengan mengucapkan secara bersama-sama serta dengan suara
keras, kalimah
"LAA ILAAHA ILLALLAAH" sebanyak paling se-
dikit 165 kali, setiap setelah sembahyang wajib ataupun
sunat.
Kegiatan pokok lainnya adalah apa yang disebut :
"Talqin" (peringatan guru kepada murid/klien) dan "mandi
Taubat" (mandi keramas tengah malam) .
2, Semua klien yang diteliti menderita gangguan keracunan dan
ketergantungan narkotik. Sebagian besar menderita gangguan
adiktif kronis yang tertampilkan dalam kondisi fisik dan
tingkah lakunya ketika masuk pondok perawatan. Kondisi ke-
pribadiannya secara teoritik memperlihatkan gejala ganggu
an kepribadian yang sosiopatis dengan ciri-ciri sikap dan
perilaku "pemberontakan" dan atau ketidak sanggupan untuk
menuruti kehendak dan tata cara kehidupan masyarakat (non
conformist). Perilakunya merupakan suatu bentuk "pelarian"
karena tidak s&nggup menghadapi tekanan-tekanan kenyataan.
3. Terdapat perubahan-perubahan kearah pulihnya kesehatan kli
en yang diteliti, yang teramati dalam kondisi fisik dan
viil
tingkah lakunya selama dalam proses perawatan. Gejala ter
sebut terjadi bervariasi, banyak ditentukan oleh gangguan
"awal" penderitaannya serta oleh faktor intern pribadi pe
candu sendiri, antara lain oleh faktor kesadaran dan dorongan anthusiaa pecandu untuk ingin sembuh serta oleh kesung-
guhan dan aktivitas klien (pecandu) dalam melakukan tugastugas kegiatan perawatan, yang lahir selama proses perawatan.
Gejala-gejala perkembangan pulihnya kesehatan pecandu terja-
di berhubungan erat dengan kondisi psikis-emosional pecan
du. Tumbuhnya kualitas-kualitas seperti rasa senang, rasa
aman, rasa segar, rasa tenang, rasa puas, rasa dihargai dan
disayangi, memiliki pengaruh yang konstruktif terhadap pemulihan kesehatan dirinya.
4. Klien yang dinyatakan sehat, memperlihatkan gejala normalitas kondisi fisik dan psikis yang "relevan" dengan apa yang
secara teoritik disebut "sehat/normal", tdrutama sebagaima
na yang dituntut dari suatu usaha perawatan/rehabilitasi pe
candu narkotika pada umumnya.
5. Diperlukan usaha-usaha lebih Ianjut, termasuk penelitian
lanjutan, mengenai seberapa jauh kondisi kesehatan klien
tersebut, khususnya mengenai aspek ketergantungannya, da
pat "bertahan" dalam arti tidak kembali kecanduan.
IX
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN TIM PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
ii
iii
vi
DAFTAR ISI
*
DAFTAR TABEL
xi'i
DAFTAR BAGAK
xiii
BAB I PENDAHULUAN.
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah
8
C. Tujuan Penelitian
13
D. Manfaat/Kegunaan Penelitian
14
E. Asumsi Yang Digunakan
15
F. Metode Penelitian
16
G. Lokasi Penelitian
17
BAB II TINJAUAN TEORITIS SEKITAR MASALAH KECANDUAN.
NARKOTIKA DAN. USAHA REHABILITASINYA
19
A. Narkotika Dan Efek Penyalahgunaannya
19
B. Pola Sebab Penyalahgunaan Narkotika
29
C. Pendekatan Konseptual Sekitar Rehabilitasi
Pecandu Narkotika
36
Halaman
BAB III METODE PENELITIAN
54
A. Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan
Data
BAB
54
B. Obyek Penelitian
58
C. Prosedur Penelitian
59
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
63
A. Identitas Pondok Inabah Sebagai Lembaga
Rehabilitasi Pecandu Narkotik
BAB V
67
B. Deskripsi Dan Pembahasan Klien Kasus ....
102
C. Temuan-temuan Hasil Penelitian
225
.,
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
228
A. Kesimpulan
228
B. Rekomendasi
••• 2*3
DAFTAR PUSTAKA
24°
RIWAYAT HIDUP
2k2
XI
BAB I
PENDAEULUAK
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan pembinaan kehidupan masyarakat, khusus-
nya di bidang pendidikan akhlak, pesantren menunjukan peranan-
nya yang cukup penting. Partisipasi pondok pesantren tidak ha-
nya menyangkut usaha pendidikan dan da'wah (syiar Islam), melainkan pula dalam lapangan-lapangan pelayanan kesejahteraan
sosial, termasuk aktivitasnya dalam menanggulangi masalah-masalah aktual kehidupan.
Salah satu di antara kegiatan pondok pesantren yang pen-
ting dan cukup menarik, adalah partisipasinya dalam kegiatan
rehabilitasi pecandu narkotika, sebagaimana kini dilakukan Pon
dok Pesantren Suryalaya, di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kegiatan tersebut telah dirintis Pondok Pesantren Sur
yalaya secara insidental sejak tahun 1972, kemudian dilembaga-
kan dengan dibangunnya pondok perawatannya secara khusus, pada
tahun 1979'. Lembaga rehabilitasi ini dikenal dengan nama "Ina
bah", katavArab, yang berarti "kembali ke jalan yang diridlai
Allah ( Anang Syah, 1986).
Pondok Inabah pertama didirikan di desa Cibeureum, ke
camatan Panjalu, kabupaten Giamis. Pondok perawwJ
-1-
2
kini dikenal sebagai Pondok Inabah I, tempat rehabilitasi pe
candu narkotika (putra) yang tergolong parah Cm. Zaianl Abidin
Anwar, 1986),
Untuk dapat menampung penderita (pecandu) yang makin
banyak, sejumlah pondok Inabah didirikan di beberapa tempat
seperti di fflanjarsari, Ciceuri (khusus putri), dan Sukamulya
(putri) di kabupaten Ciamis ; Tanjungkerta, Rajapolah (Tasik-
malaya) ; Malangbong (Garut) ; Pacet, Babakan Ciparay (Bandung);
Ciputat (Tangerang) ; kemudian juga di Tegal, Yogyakarta dan
di Kedah, Malaysia (H.Zainal Abidin Anwar, 1986).
Dii Pondok Inabah, kegiatan rehabilitasi pecandu; narkotik
tidak dilakukan menurut prosedur dan cara-cara perawatan medis,
sebagaimana biasa dilakukan di rumah-rumah sakit dan atau pada
panti-panti rehabilitasi medis sejenisnya, melainkan melalui
cara-cara "tradisional" pendidikan pesantren yang berintikan
pembinaan- akhlak, berlandaskan ajaran agama Islam. Dalam hubungan ini, Pondok Pesantren Suryalaya, melakukannya melalui caracara "spesifik", yang dikenal sebagai metode "dzikrullah" ber
dasarkan ajaran tasawuf Islam : "Thoreqat Qodiriyyah Naqsaban-
diyah" (Anang Syah, 1986). Program rehabilitasi dimaksudkan un
tuk merawat dan membina pecandu menuju taqwa kepada Alloh SWT,
dengan cara mendekatkan diri dan ingat hati sepenuhnya kepada-
NYA (dzikrullah).
Program tersebut direalisasikan dalam kegi
atan pembinaan dengan membimbing pecandu melakukan dzikir kepa-
da Alloh, Tuhan ME, yakni dengan menyebut kalimah : Laa Ilaa-
ha Illallaah, dengan suara keras (dzikir jahar) dan atau dila
kukan Dalam Hati (dzikir khofi) dalam setiap kegiatan ibadat
keagamaan (Anang Syah, 1986).
Dari beberapa keterangan, metode tersebut menunjukan ha-
sil yang memuaskan. Data keluaran (out put) Pondok Inabah I mencatat lebih dari 1200 pecandu narkotik dapat disembuhkan. Bila
dihitung dengan keluaran pondok Inabah lainnya, sekitar 3.000
(tiga ribu) pecandu narkotik, putra dan putri, berhasil disem
buhkan, dengan prosentase kejangkitan kembali, sekitar 3 ^ (H.
Zainal Abidin Anwar, 1986).
Keberadaan pondok Inabah sebagai lembaga rehabilitasi
pecandu narkotik dengan cara perawatan dan keberhasilannya itu
perlu diketahui dan dikaji keberraaknaannya secara menyeluruh,
sehubungan dengan usaha menanggulangi bahaya penyalahgunaan nar
kotika* khususnya di bidang kegiatan perawatan dan rehabilitasi
para korban (pecandu narkotik), hingga kini masih merupakan ma
salah yang belum banyak terpecahkan.
Penyalahgunaan narkotika (drug misuse, drug abuse) dan
korban yang diakibatkannya, akhir-akhir ini menunjukan gej^ala
yang makin membahayakan. Bukan hanya karena melipatgandanya jum
lah korban, melainkan juga karena korban tersebut menimpa para
remaja, putra dan putri generasi penerus. Korban yang dimaksud,
4
tidak hanya terdiri dari kalangan keluarga ekonomi mampu, melainkan pula mereka yang tergolong kurang mampu, di kota-kota
maupun di daerah-daerah•pedesaan.
Pecandu narkotik adalah penderita yang memerlukan pera
watan segera dan intensif. Perilaku kecanduannya dapat menimbulkan gangguan-gangguan kriminalitas, moralitas dan gangguan
ketertiban umum lainnya di lingkungan kehidupan keluarga dan
masyarakat. Keracunan narkotik dapat berakibat gangguan abnor-
malitas tubuh pecandu (fisik-mental) dengan ancaman kematian.
Perawatan secara medis (medical treatment) yang dilakukan seba
gai pilihan utama untuk pemulihan (rehabilitasi) para korban kecanduan narkotika, masih tertumbuk pada banyak kendala. Di sam-
ping menyangkut pembiayaan yang relatif mahal, penderita kembali kecanduan narkotik setelah ia dinyatakan sehat/normal. Cara
perawatan yang efektif dan efisien hingga kini masih belum di-
temukan (Soedjono, D, SH.,1977,h.l6l).
Dari hasil pertemuan nasional maupun internasional ten
tang penanggulangan bahaya penyalahgunaan narkotika tersimpul-
kan, mengenai sangat perlunya pembinaan akhlak (mental) di samping hal-hal yang sifatnya fisik-material. Salah satu di antara-
nya diungkapkan tentang sangat perlunya pendidikan keagamaan bagi individu yang bermasalah.
Agama sebagai pedoman hidup, berperan amat penting da
lam pembinaan diri seseorang. Prof.DR.Zakiah Daradjat , dalam
bukunya yang berjudul "Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental"
(1970) menjelaskan, bahwa agama berperan tidak hanya dalam hal
pembentukan dan pertumbuhan diri individui yang integrated, mela-
inkan pula sebagai "kekuatan" yang mampu menetralisir dan menyembuhkan berbagai gangguan kepribadian, baik yang sifatnya fisik,
maupun psikis.
Clarence W. Hall, dalam tulisannya yang berjudul : "Where
Religion and Psychiatry Join Hands" ('Readers Digest, Vol.9, No.
49, 1967) mengatakan
:
"Religion has taught medical science that there is a dimen
sion to human personality that is not explainable solely on
scientific evidence, yet a great deal to do with man's beha
vior, that sound religious faith can be a powerful factor in
the rehabilitation of the whole man, supporting him in crisis,
giving meaning and purpose to his life".
(Agama telah mengajarkan kepada ilmui kedokteran, bahwa ada
suatu segi kepribadian manusia yang tak dapat diterangkan
semata-mata dengan bukti ilmu pengetahuan, meskipun demikian mempunyai banyak hubungan yang erat dengan watak dan tingkah laku manusia, bahwa suara kepercayaan agama dapat meru
pakan faktor yang kuat dalam merehabilitier manusia dalam kekeseluruhannya, membantunya dalam suatu saat yang genting,
memberikan makna dan tujuan hidup) (WT.Husain Rifa'i Hamzah) .
Menurut Prof.Dr. Basri Saanin Tan Pariaman (1976), tingkah laku
menyalahgunakan narkotika merupakan manifestasi dari gangguan; ke
pribadian dasar (gangguan watak). Penyembuhannya memerlukan pera
watan yang menyeluruh, terutama yang menyangkut faktor psikis.
Dalam hubungan ini, pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya, K.H.
Shohibul Wafa Tajul'Arifin, dalam bukunya " Miftahus Shudur "
C1970) dan " Akhlakul Kharimah " (1971) menerangkan, bahwa pe-
rilaku beragama yang dilandasi upaya mendekatkan diri dan ingat
hati sepenuhnya kepada ALLAHi SWT (dzikrullah) dengan mengucapkan; kalimat"LAA ILAAHA ILLALLAE" secara ikhlas dan benar, meru*
pakan. cara yang dapat membersihken hati yang "kotor", menentramkan jiwa dan mendatangkan rasa bahagia yang hakiki, suatu kondi
si yang dapat membangun pribadi yang sehat/normal dan utuh (in
tegrated) , serta dapat berfungsi kuratif (penyembuh) segenap pe-
nyakit hati. Cqalb).
Pecandu narkotik adalah penderita yang mengidap gangguan
kepribadian, keracunan dan ketergantungan zat-zat narkotik
de
ngan efek gangguan organisme tubuh; fisik-mental. Keberhasilam
pondok Inabah dalam memulihkan (merehabilitier) pecandu narko
tik melalui cara-cara perawatannya itu, perlu kejelasan.
Masa-
lahnya secara garis besar terfokus pada dua hal, yakni bagaimana cara perawatan dilakukan serta bagaimana hasil perawatannya
terwujudkan sebagai suatu kesembuhan klien terbina (pecandu nar
kotik) .
Makna efektivitas dan efesiensi metode perawatan yang
dimaksud diharapkan tampak lebih jelas bila dilakukan (dikenakan) pada penderita gangguan berat (kronis). Pondok Inabah I,
Cibeureum, kecamatan Panjalu, kabupaten Ciamis, dimungkinkan
dapat dijadikan obyek studi yang relevan sebagai kasus yang dipelajari.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan
yang diselenggarakan di luar sekolah. Menurut Peraturan Pemerin-
7
tah RI, No. 73, Tahun 1991, Tentang Pendidikan Luar Sekolah,
lembaga pendidikan tersebut merupakan salah satu jenis pendi
dikan luar sekolah yang "mempersiapkan warga belajar untuk da
pat menjalankan peranan yang menuntut perluasan khusus tentang
ajaran agama yang bersangkutan". Bertujuan, untuk :
" 1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang ... sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat
dan mutu kehidupannya ;
2. Wembina warga belajar agar memiliki pengetahuan, ketrarapilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, ... ;
3. Wemenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah " (pasal 2, Peraturan Pemerintah, No.73, Tahun 1991). Pengembangan peran serta peningkatan fungsi lembaga pendidikan
tersebut, termasuk masalah-masalah dalam pelaksanaan programnya
yang relevan dengan hakikat tujuan pendidikan nasional, perlu
ditunjang berbagai pihak, khususnya Bidang Pendidikan Luar SekolaMn. Partisipasi Pondok Pesantren Suryalaya dalam kegiatan
re- •
habilitasi pecandu narkotik, merupakan salah satui langkah pengem
bangan fungsi dan peran lembaga pendidikan tersebutt dalam bidang
pembinaan kepribadian (akhlak) warga belajar (subyek didik) gu
na meningkatkan martabat dan mutui kehidupannya!
Penyalahgunaan narkotika yang makin meluas dilakukan oleh
kalangan para remaja, merupakan problem kehidupan sosial. Penye-
bab dan cara penanggulangannya tertumpu pada masalah-masalah ke
hidupan masyarakat sebagai lapangan garapan bidang pendidikan
luar sekolah.
8
B. Peromusan Masalah
•Dengan memperhatikan deskripsi permasalahan di atas,
maka untuk keperluan pengamatan dan studi lebih Ianjut, ma
salah yang diteliti difokuskan pada rumusan sebagai berikut :
"Bagaimana gejala perkembangan "kesehatan" pecandu narko
tik terwujudkan setelah mengalami perawatan dan pembina
an di Pondok Inabah
Pondok Pesantren Suryalaya"
Perkembangan kesehatan yang dimaksud adalah perubahan-peru
bahan gejala
"kesembuhan" pecandu narkotik sebagai klien ter
bina yang terwujudkan dalam sikap dan perilakunya. Pondok Ina
bah yang dimaksud, adalah Pondok Inabah I, Cibeureum, kecamat
an Panjalu, kabupaten Ciamis, sebagai kasus yang dipelajari.
Dari masalah utama ini diturunkan beberapa masalah spe-
sifik untuk dipelajari secara khusus, sebagai berikut :
1. Bagaimana pecandu narkotik (klien terbina) dirawat dan dibina di Pondok Inabah ?
2. Bagaimana hasil perawatan dan pembinaan tersebut terwujudkan
pada pribadi klien terbina ?
3. Jenis perlakuan binaan (rehabilitasi) yang bagaimana yang
menunjang keberhasilan perawatan ?
Deskripsi masalah tersebut dimaksudkan sebagai penuntun
dalam mengeksplorasi dan menganalisis perkembangan "kesembuhan"
klien yang diamati. Pertanyaan yang diajukan itu bersifat open-
9
question, dalam arti Kemungkinan berkembang pertanyaan lain
yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.
Untuk keperluan eksplorasi data berkenaan dengan per
masalahan di atas, diterjunkan beberapa pertanyaan peneliti
an yang akan dipergunakan sebagai pedoman dalam upaya mengum-
pulkan data, sehingga melalui langkah ini diharapkan dapat diperoleh temuan-temuan penelitian yang relevan,sesuai masalah.
Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
.1. Masalah pelaksanaan cara perawatan (rehabilitasi)
(1) Bagaimana status dan fungsi kelembagaan pondok Inabah,
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatannya ?
(2) Fasilitas-fasilitas perawatan apa saja yang tersedia. dan
seberapa jauh pemanfaatan fungsinya ?
(3) Klien terbina yang bagaimana yang dirawat (.jenis kelamin,
umur, jenis penderitaan, dan lain-lain identitas klien) ?
(4) Bagaimana keadaan pembinaanya (identitas pembina) serta
seberapa jauh perannya dalam kegiatan pembinaan ?
(5) Materi dan perlakuan binaan apa saja yang diberlakukan
dalam kegiatan perawatan/pembinaan ?
(6) Aturan-aturan apa saja yang dijalankan untuk keperluan
pembinaan, serta bagaimana aturan-aturan itu difungsikan
dalam kegiatan pembinaan ?
10
(7) Apakah perlakuan binaan itu diberlakukan ternadap seti
ap klien ?
(8) Adakah perlakuan tersebut disesuaikan dengan keadaan penderitaan dan atau kesehatan klien ?
(9) Bagaimana interaksi dan inter-relasi klien -pembina serta
antara sesama klien terjadi dalam pelaksanaan pembinaan ?
(10) Apakah klien melaksanakan setiap kegiatan perawatan ?
(11) Dalam keadaan di mana klien tidak melakukan kegiatan pe
rawatan dan atau melanggar aturan kegiatan perawatan %
tindakan bagaimana yang dilakukan para pembina ?
(12) Dalam keadaan klien menderita penyakit di luar kecandu-
an narkotik, apakah klien diobati/dirawat secara medis ?
(13) Bagaimana dan seberapa jauh, tuntutan-tuntutan kebutuhan klien dipenuhi ?
(14) Bagaimana hubungan klien dengan keluarganya berlangsung
selama klien dalam pembinaan
(15) Adakah terjadi permusuhan dan atau perkelahian di antara
klien selama dalam pembinaan ?
(16) Adakah kegiatan perawatan yang dilakukan di luar pondok
rehabilitasi Inabah ?
(17) Bagaimana kegiatan perawatan/pembinaan diberlakukan ter-
hadap klien yang mengalami gangguan kesadaran dan atau
yang menderita sakit ?
11
(18). Apakah ada tahapan pembinaan ? Bila ada bagaimana
dilaksanakannya ?
2. Masalah perkembangan keberhasilan yang dialami
kliens.
(1). Kriteria yang bagaimana yang diberlakukan di pondok
Inabah, bahwa seseorang (kliens) menunjukkan tanda-
tanda sembuh (normal, sehat) ?
(2).
Seberapa jauh ciri perkembangah kesembuhannya itu tampak pada segi fisik (jasmaniah) dan aspek-mental'.(psi-.
kis) klien ?
(3).
Bagaimana gejala kesembuhan tersebut terwujudkan dalam
Sikap dan perilakunya ? Adakah tahapan perkembangannya ?
(4).
Aspek mana yang dalam perkembangan kesehatannya paling
menonjol serta aspek mana yang paling lambat ?
(5).
Apakah perkembangan kesehatan klien ini bervariasi ?
(6).
Dalam kondisi yang bagaimana, kliens dinyatakan sehat
sehingga diperbolehkan pulang ?
3. Masalah perlakuan yang menun.jang keberhasilan
(1).
Apakah fasilitas yang tersedia, cukup mendukung pe
laksanaan pembinaan ?
(2).
Macam/jenis perlakuan yang bagaimana ;yang mendorong
\'J
perkembangan kesehatan klien ?
(3) Seberapa jauh, fasilitas perawatan di Inabah berperan
serta menunjang perkembangan kesehatan klien ?
(4) Adakah hubungan partisipasi klien dalam melakukan tugastugas perawatan/pembinaan dengan perkembangan kesehatannya ?
(5) Seberapa jauh hubungan (interaksi, inter-relasi) antara
klien-pembina-klien lainnya, memperlihatkan pengaruhnya
mendorong perkembangan kesehatannya ?
(6) Adakah hubungan antara kunjungan orang tua/keluarganya de
ngan perkembangan kesehatannya ?
(7) Seberapa jauh variabel klien sendiri turut mempengaruhi
perkembangan kesehatannya ?
C
Tujuan Penelitian
Relevan dengan permasalahan di atas, penelitian ini ber-
maksud untuk memahami keberhasilan cara perawatan yang dilaku
kan di Pondok Inabah, Pondok Pesantren Suryalaya, di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Secara operasional, penelitian ini bertujuan memperoleh
keterangan tentang
:
1, Prosedur dan cara perawatan/pembinaan (rehabilitasi) pecandu
narkotik yang dilakukan di Pondok Inabah I, Cibeureum, keca
matan" Panjalu, kabupaten Ciamis, sebagai kasus yang dipela
jari.
14
2. -Partisipasi klien terbina dalam pelaksanaan kegiatan re
habilitasi.
3. Gejala-gejala pulihnya kondisi klien, baik pisik ataupun
psikis.
4. Faktor-faktor penunjang
keberhasilan rehabilitasi dan atau
yang tidak menunjang dengan fokus pemahaman gejala-gejala
"kesembuhan" (pulihnya kondisi kepribadian) dari klien.
D. Manfaat/Kegunaan Penelitian.
Bertolak dari kerangka permasalahan dan tujuan peneli
tian di ataa, penelitian ini mengandung beberapa segi manfaat.
1. Ditinjau dari aspek praktis, hasil penelitian ini diharap
kan dapat memberikan urunan positif bagi usaha menanggula
ngi perawatan/pembinaan (rehabilitasi) korban penyalahguna
an narkotika yang hingga kini masih merupakan masalah yang
belum banyak terpecahkan. Di samping aspek kuratif, dari pe
nelitian ini juga diharapkan dapat menunjang langkah-lang-
kah prepentif, khususnya dalam rangka memfungsikan peranan
keluarga sebagai lembaga pertama dan utama dalam pembinaan
mental/akhlak para remaja.
2. Ditinjau dari aspek teoritik,
dari penelitian ini diharap
kan diperoleh prinsip-prinsip. konsep/gagasan, metode-meto-
de/cara-cara baru dan atau yang dimodifikasl dalam bidang
pendidikan, khususnya dalam pembinaan mental para remaja.
Dalam hubungan ini pula
diharapkan dapat memperoleh
ma-
sukan mengenai peran pondok pesantren dalam pembinaan ke-
15
hidupan masyarakat, khususnya dalam pembinaan kesehatan
jiwa (akhlak), termasuk peran sertanya dalam menanggula
ngi maBalah-maaalah aktual kehidupan.
3. Dilihat dari segi pengembangan pribadi peneliti, melalui
penelitian ini, penulis diharapkan dapat memperoleh penga-
laman baru, terutama dalam mengintegrasikan berbagai pengetahuan teoritik dengan hasil pengamatan yang dlperoleh da
ri penelitian. Pengalaman ini amat berharga untuk mening
katkan kemampuan diri peneliti.
E» Asumsl Yang Djgunakan
Sehubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian di
atas, studi/penelitian ini berpegang pada asumsi-asumsi sebagai
berikut
:
1. Pribadi manusia merupakan kesatuan potensi jasmaniah-rokhani-
ah yang utuh (kesatuan psiko-blologis) yang raemiliki daya un
tuk tumbuh dan berkembang, baik selaku makhluk individut, makh-
luk sosial, makhluk susila, maupun selaku" makhlukoberagama.
2. Untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, manusia memiliki
dorongan-dorongan, baik yang berupa dorongan biologis maupun
dorongan psikis-sosial. Hambatan terhadap dorongan-dorongan
hidup ini dapat menjadi sumber penyebab gangguan kepribadian.
3. Manusia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal bila lingkungan menunjangnya serta memiliki daya mempertahankan diri
untuk kelangsungan hidupnya.
16
4. Gangguan terhadap kesehatan seseorang dapat disembuhkan.
5. Kesehatan seseorang dapat terlihat dari ciri-ciri kepribadiannya yang tertampilkan, baik dari segi gejala fisik atau-
pun aspek mentalnya (fikir, rasa, kemauan, perbuatan).
6. Keyakinan dan keimanan kepada TUHAN YME. dapat menentramkan
hati.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah me
tode penelitian kasus (studi kasus) yang melibatkan pendekatan
"kualitatif".
Penelitian dilakukan secara longitudinal untuk mengungkap
permasalahan perubahan-perubahan gejaaLa kesembuhan klien terbina
sebagai kasus yang dipelajari.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipatif dan wawancara. Di samping itu juga digunakan angket dan
studi dokumenter.
Metode yang digunakan ini tidak menguji hipotesis, raelain-
kan dikembangkan dengan berpola "grounded -theory" di mana teori
dikembangkan dari bawah (Bogdan & Biklen, 1982),,
Metode penelitian dan teknik pengumpulan data yang diaju
kan, dikembangkan seperti tergambar pada bagan sebagai berikut :
17
Bagan
; Pengembangan Teori Melalui Studi Kualitatif
Permasalahan
hi
Data
Deskripsi
Data
\
Analisis
Landasan Teori
Data
Melalui data yang ditemukan, studi ini diharapkan da
pat menambah perbendaharaan pengetahuan untuk keperluan praktis, termasuk dalam menyikapi dan menata kebenaran teoritis.
G. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Inabah I, Pondok Pe
santren Suryalaya. Pondok Inabah tersebut, terletak di desa
Cibeureum, kecamatan Panjalu, kabupat:* n Ciamis.
Lokasi penelitian tersebut dipil h dengan pertimbangan,
sebagai berikut
:
1. Pondok Inabah yang dimaksud merupakan pondok Inabah yang
pertama kali didirikan dan dibina Pondok Pesantren Surya-
18
laya, sebagai lembaga rehabilitasi pecandu narkotika.
2. Pondok Inabah tersebut memiliki fasilitas perawatan yang
relatif paling lengkap dengan out put hasil binaan yang
paling banyak.
Sejak merintis kegiatan perawatannya ta
hun 1972. (dilembagakan tahun 1979), sekitar 1200 pecandu
narkotik telah berhasil "disembuhkan" di Pondok Inabah ini.
Kini, pondok Inabah tersebut digunakan untuk merawat pecan
du narkotika(putra) yang tergolong parah.
3. Ditinjau dari segi efektivitas dan eflsiensi penelitian,
lokasi ini merupakan pondok Inabah yang memberi kemudahan
kepada peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian, sehu
bungan dengan lokasinya yang mudah dijangkau peneliti.
4. Sesuai dengan predikatnya itu, pondok Inabah tersebut dimungkinkan memiliki kelengkapan dan kekayaan data yang diperlukan peneliti*
5. Kredibilitas Pondok Inabah I ini cukup dikenal, kalangan
masyarakat dan ilmuwan, termasuk para dokter dan psikiater,
dari dalam maupun luar negeri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Yang Digunakan
Sebagaimana telah dikemukakan pada bab terdahulu, me
tode penelitian ini menggunakan pendekatan "kualitatif" me
lalui studi kasus, tentang pelaksanaan kegiatan rehabilita
si pecandu narkotik yang dilakukan di Pondok Inabah, Pondok
Pesantren Suryalaya. Pendekatan ini dipilih didasarkan atas
beberapa pertimbangan, antara lain
:
a. Masalah rehabilitasi pecandu narkotik dan keberhasilannya
yang menjadi fokus utama penelitian, melibatkan sejumlah
faktor (internal-eksternal, fisik-psikis) yang memerlukan
penjelasan berbagai aspek secara menyeluruh.
b. Aspek "kesembuhan" klien terbina, terutama yang berhubungan
dengan masalah kepribadian, berkaitan erat dengan faktorfaktor kualitas "intra psikis',' . Gejala ini memerlukan pen
jelasan, bukan hanya dalam ikhwal wujud "kesehatannya" se
cara fisik-mental, melainkan pula dalam proses (tahapan)
perubahan ke arah perkembangan kesehatannya itu.
-54-
55
c. Kepribadian manusia,di samping memiliki gejala-gejala
yang bersifat umum (common traits), juga bersifat "unik"
dan individual (unique pattern individuality) .-, d. Perilaku manusia yang tertampilkan, di samping memiliki
sifat keunikan dan keragaraan, juga bersifat "holistik",
dalam arti bahwa setiap aspek perilaku yang ditarapilkan-
nya merupakan penjabaran dari keseluruhan kepribadiannya.
e. Masalah sikap dan perilaku ketergantungan narkotika, le
bih bersifat afektif,"pemunculannya berhubungan erat de
ngan segi kualitas kepribadiannya.
Oleh karena itu dalam studi kasus ini, peneliti men-
coba mempelajari keberhasilan pelaksanaan program rehabili
tasi pecandu narkotik di Pondok Inabah itu dengan tekanan
pada usaha memahami permasalahan setiap klienJkasus yang di
pelajari. Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud mempe
lajari kecenderungan perkembangan kesehatan klien yang diduga sebagai hasil perlakuan binaan di Pondok Inabah.
Metode studi kasus yang dikembangkan ini tidak mengu-
ji hipotesis. Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan,
digunakan sebagai rarabu-rarabu dalam rangka mengeksplorasi da
ta yang berhubungan dengan permasalahan. Studi ini berpola,
di mana data dipandang sebagai sumber teori yang memberi penjelasan terhadap suatu fenomena.
56
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik utama yang digunakan dalam penelitian ini,
adalah observasi partisipatif dan wawancara kasus.
Mela
lui teknik ini, peneliti dimungkinkan dapat menjalin hu
bungan dengan klien kasus ataupun dengan subyek lainnya
secara langsung, terbuka, akrab, intensif dan wajar, ti
dak manipulatif, sehingga dapat diperoleh informasl yang
lebih akurat, tidak dibuat-buat.
Pelaksanaan observasi ini dilakukan peneliti dengan
terjun langsung peneliti bersama klien dalam berbagai ke
giatan pembinaan. Dengan kata lain, peneliti terjun sebagai
klien terbina serta berusaha memperlakukan diri dalam sta
tus sama seperti mereka (klien).
Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu oleh dua
orang pembantu peneliti, berstatus pembimbing dan selaku Staf
Pembina Inabah. Pengamatan dilakukan setiap saat dengan sa
saran perubahan-perubahan^ perkembangan kesembuhan klien da
lam berbagai aspek, baik yang berupa gejala fisik raaupu psi
kis.
Teknik observasi dan wawancara ini dijalankan searah,
saling menunjang dan melengkapi informasi data yang ditemukan. Langkah wawancara ditujukan agar dapat mengungkap data
lebih "dalam" tentang kehidupan klien, termasuk permasalahannya.
57
Dalam wawancara juga diusahakan untuk tidak mengganggu kewajaran, mengungkap sejauh mungkin kenyataan yang ter
jadi. Wawancara dilakukan pada tempat dan saat-saat yang me
nurut peneliti merupakan kesempatan yang bisa bebas menguta-
rakan; keadaan nyata. Khusus mengenai hasil yang menampak, wa
wancara tidak saja dilakukan terhadap unit kasus, melainkan
pula kepada orang lain yang berhubungan, mengetahui dan atau
menyaksikan gejala-gejala perbaikannya, serta kemudian diama
ti gejala-gejala itu secara kontinyu melalui observasi.
Angket juga dilakukan sebagai langkah penunjang. Di
lakukan terhadap pembina, kliens dan keluarganya. Angket ter
hadap kliens dimaksudkan juga sebagai alat untuk bisa menjaring pikiran, pemahaman, perasaan, kehendak, sikap dan keya
kinan-keyakinan kliens, dihubungkan dengan sasaran penelitian.
Mengisi angket dengan benar dan wajar, sudah merupakan salah
satu gejala (indikator) perkembangan pribadinya.
Studi dokumenter dilakukan peneliti, terutama mengenai
data keluaran, sebagai rambu-rambu untuk bahan bandingan dalam
pengumpulan data.
Acuan pengamatan, khususnya mengenai perubahan-peru
bahan gejala "sembuh" kliens, diturunkan bersandar pada indi
kator teoritis, acuan yang digunakan Inabah serta pengamatan
ewpirik peneliti.
Sebagai penunjang pengumpulan data, peneliti juga pergunakan alat-alat tave recorder dan photdgrafer. .
58
B. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Inabah I, lembaga
rehabilitasi pecandu narkotika binaan Pondok Pesantren Sur
yalaya. Pondok Inabah ini terletak di desa Cibeureum, keca
matan Panjalu, kabupaten Ciamis.
Obyek penelitian menyangkut ikhwal kelembagaan, pelak
sanaan cara perawatan serta
aspek keberhasilannya yang di
peroleh. Keberhasilan yang dimaksud adalah hasil binaan/pe
rawatan yang terwujudkan pada gejala "kesembuhan" klien (pe
candu narkotik). Ke dalam obyek penelitian ini juga terma
suk lembaga-lembaga, pihak-pihak dan atau kondisi yang ber
hubungan dengan permasalahan penelitian.,
Sumber data primer adalah klien kasus yang dipelajari
yang peneliti peroleh dengan cara memasukan klien yang baru
datang (penderita baru) menjadi obyek penelitian. Sumber sekunder adalah para pembina Inabah, orang tua/keluarga klien
kasus, klien lain, pihak-pihak dan kondisi-kondisi yang mem
beri keterangan tentang masalah yang diteliti,
Sasaran penelitian adalah -kondisi yang secara spesifik menerangkan tentang cara dan keberhasilan perawatan yang
dilakukan, baik dalam bentuk gejala-gejala fisik ataupun psi
kis, yang tertampilkan klien kasus.
59
C. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan kegiat
an yang secara garis besar menyangkut tahapan (1) studi pen
dahuluan, (2) eksplorasi data, (3) analisis dan interpreta-
si data, dan (4) tahap penulisan laporan penelitian.
Tahap studi pendahuluan, mencakup langkah-langkah ke
giatan identifikasi masalah dan penentuan kasus penelitian.
Dalam tahap ini pula kegiatan dilakukan dengan mengunjungi
Pondok Pesantren Suryalaya dan Inabah, bermaksud mengumpul-
kan informasi untuk menentukan obyek penelitian. Penentuan
obyek, sasaran dan lokasi penelitian, dilakukan berdasarkan
tinjauan-tinjauan teoritis, praktis serta pertimbangan/saran
dari para pembina Pondok Pesantren Suryalaya.
Setelah obyek
penelitian ditentukan (Pondok Inabah I, Clbeureum), dilaku
kan pengamatan seperlunya, khususnya yang berhubungan dengan
sumber-sumber informasi yang diperlukan*.
Tahap eksplorasi data, menyangkut kegiatan-kegiatan
pengumpulan data. Kegiatan utama eksplorasi data ini dilaku
kan melalui observasi partisipatif dan wawancara. Pemilihan
klien kasus dalam tahapan ini dilakukan dengan cara mengam-
bil penderita (klien) yang baru masuk sebagai klien kasus.
Dalam tahapan ini, peneliti dibantu oleh dua orang pembantu
peneliti yang juga selaku pembimbing (staf pembina Inabah).
Bersama peneliti, pembimbing mengamati dan mencatat data klien
60
kasus dalam perubahan-perubahan perkembangan kesehatannya
setiap saat dalam masa penelitian. Gejala-gejala perubahan
yang dimunculkan, diklasifikasi dan ditinjau dari berbagai
aspek secara menyeluruh yang secara gradual dapat dipandang
sebagai gejala yang raenandai "kesembuhan". Data yang menun
jukan gejala perubahan kesehatannya Itu dicatat, dianalisis
dan dibandingkan dengan gejala-gejala lain (aspek lain) yang
ditemukan. Setiap klien kasus memiliki Kartu; Data Perawatan
yang disimpan/diarsipkan di Kantor Pembinaan.
Untuk sebagai
penunjang eksplorasi data, dilakukan wawancara dengan pembi
na Inabah, pembimbing,terutama yang secara sukarela membantu
peneliti, dengan keluarga klien kasus, serta dengan klien la-
innya sebagai kawan dekat dari klien kasus.
Data hasil pengamatan peneliti dan pembimbing didiskusi-
kan dengan pembina Inabah. Setelah mengalami pengamatan "ulang"
dan proses "uji" sikap dan tingkah laku klien yang diprogramkan Inabah, disertai keterongan teoritis, dicatat . sebagai ge
jala perubahan yang menandai perkembangan kesehatan klien kasus,
Proses pencatatan gejala perubahan dari klien kasus, di-
kerjakan peneliti dan pembimbing Inabah (pembantu peneliti) de
ngan konsultasi Pembina Inabah'. Eksplorasi data ini dilakukan
sekitar 4 (empat) bulan, dari bulan Juni s/d September 1986.
61
Sebagai acuan dalam kegiatan eksplorasi dan interpretasi data yang relevan dengan masalah penelitian, peneliti
terjunkan bagan
lagan
penelitian sebagai berikut
:
: Ctojala Perkembangan Kesembuhan Klien Ditlnjau
Dari Aspek Kepribadian
Indikator
Masuk
Dalam Perawatan
Keluar
Gejala Fisik
Afektif-Emo
sional
Intelektual
(sense of reali
ty, sense of
tte
identity)
Social respon
sibility
Walaupun gejala kesehatan/kesembuhan klien merupakan
suatu kesatuan yang tak terpisahkan, indikator gejala kese
hatan diatas diperlukan sebagai rambu-rambu peneliti dalam
mengeksplorasi data penelitian.
62
Perkembangan kesehatan tiap klien dapat berbeda, di sam
ping variabel klien, kondisi proses pembinaan juga dapat mempengaruhi. Gejala tersebut dapat tergambarkan pada bagan berikut
BAGAN. :t Pola Perkembangan Kesehatan Klien Dalam Proses
Perawatan
PROSES
INPUT
OUTPUT
Pembinaan Inabah
Talkin
dzikir
Kla —
» '
K1b
K1c
K2a
• '
K2b
K2c
K3a
' '
K3b
K3c
ast
• '
dst
perkembangan kondisi ge
jala "sembuh"
K10a —
' »
K10c
K10b
Keterangan
K1 s/d K10
Kliens terbina sebagai unit kasus yang dipelajari
a
Kliens awal masuk
b
Kliens setelah
c
Kliens keluar dari Inabah.
"Talkin Dzikir"
BAB V
KESMPULAN DAN REKOMENDASI
A *. Kesimpulan
Pecandu narkotika yang dirawat di Pondok Inabah I Ci
beureum, Pondok Pesantren Suryalaya, memiliki identitas diri
dan latar belakang penderitaan yang beragam. Sebagian besar
di antara mereka adalah para remaja, berusia antara 17 dan 24
tahun, berstatus pelajar dan mahasiswa di berbagai lembaga pen
didikan di kota-kota Besar, dengan latar belakang kehidupan so
sial-ekonomi keluarga berkecukupan.
Hampir seluruh klien (penderita) yang diteliti, datang
ke Pondok Inabah I ini, menderita gangguan keracunan narkotik
yang berat dengan gejala-gejala abnormalitas fisik-mental, se
perti yang ditunjukkan pada gejala-gejala : dellirium, halusi
nasi, weakness (kelemahan fisik-mental) dan drowsiness (inko
herensi jalan pikiran). Mereka mencandui narkotika rata-rata
lebih dari dua tahun serta telah mengalami perawatan medis di
rumah sakit.
Kejangkitannya berhubungan dengan gangguan kepribadian
dasar (watak) dan kelainan-kelainan psikis*emosional yang texy
bentuk
dari hasil interaksi( pengalaman) belajarnya dengan ling
kungan. Dari hasil tes diagnosa paramedis, pengamatan (diagnosa,
-228-
229
prognosa) Pembina Inabah
serta hasil observasi peneliti,
para pecandu menunjukan gejala-gejala : bingung, gelisah,
ketidak matangan emosional, toleransi yang rendah terhadap
tegangan-tegangan (stress), menolak autoritas dan disiplin,
kurang sanggup menerima nilai-nilai etik, kurang sanggup me
narik pelajaran dari kesalahan dirinya, ketidak sanggupan raengorbankan kesenangan segera untuk memperoleh keuntungan yang
lebih besar, keimpulsivan yang egosentris, rasa ingin bebas,
rasa tertekan, kurang tanggung jawab dan cenderung tidak hen
dak mempertimbangkan konsekwensi-konsekwensi tingkah lakunya
serta kecenderungan timbulnya tingkah laku yang menjurus ke
pada mencari sensasi, kepuasan, kesenangan, melalui cara-cara
berdusta, mengingkari nilai moral dan menghindarkan hukuman.
Semua pecandu yang beragam penderitaan kecanduannya
itu, dirawat di suatu lingkungan pondok perawatan yang relatif
terpisahkan dengan lingkungan kehidupan masyarakat di sekitar
nya. Pondok tersebut dilengkapi fasilitas-fasilitas seperti :
kamar-kamar penginapan (pecandu), ruangan makan bersama, ruang
tanu, kamar pembina, ruang sekretariat/dokumentasi, mesjid,
kamar-kamar mandi, ruang/tempat khusus mandi malam (mandi tau
bat), lapangan senam/olah raga, balai istirahat, dapur umum,
gudang, juga lapangan parkir.
Setelah melalui langkah "diagnosis" yang dilakukan Pem
bina Inabah terhadap pecandu, melalui pengamatan langsung dari
230
gejala-gejala fisik-mental pecandu, dilengkapi keterangan-kete-
rangan dari hasil wawancara "partisipatif" bersama pecandu dan
keluarganya, termasuk penelaahan dari dokumen hasil perawatan
sebelumnya, pecandu dibawa masuk pondok pembinaan dengan diperiksa segala barang-barang yang dibawanya. Barang yang diperkenankan dibawa masuk ditentukan oleh Pembina Inabah.
Tindakan pertama yang dilakukan adalah membawa pecandu
mandi keramas, mengganti pakaian dengan pakaian khas pondok Ina
bah, menempatkannya di kamar binaan dan sekaligus mewajibkannya
ikut serta berpartisipasi dalam prosedur perawatan/pembinaan pa
da jadwal-jadwal yang diberlakukan.
Perawatan dilakukan melalui cara-cara yang non farmakolo
gis. bahkan untuk penyakit dengan indikasi di luar keracunan nar
kotik sekalipun. Gangguan dengan ancaman kematian (kronis) dila
kukan atas kerjasama antara Pembina Inabah, keluarga pecandu dan
tim medis (Anang Syah,1986). Perawatan tersebut tak lain berupa
praktekbibadat keagamaan Islam, khususnya ibadat sembahyang wa
jib dan,sunat. Pelaksanaan ibadat tersebut dilakukan dengan me
lalui metode Zikrullah (ingat hati dan berserah diri sepenuhnya
kepada ALLOH SWT, melalui hati, ucapan dan perbuatan) berdasar
kan ajaran Thoreqat Qoodiriyvah Naqsyabandiyah dari Pondok Pesan
tren Suryalaya.
Perubahan-perubahan perkembangan kesehatan/normalitas
klien terbina di Inabah banyak ditentukan oleh aktivitas parti-
231
sipasi klien sendiri dalam kegiatan pembinaan. Tumbuhnya penya
daran pecandu atas penderitaannya itu, serta tumbuhnya semangat
dan itikad diri untuk menyembuhkannya dengan berusaha meminta
bantuan orang lain disertai sikap-sikap yang anthusias, sebagai
mana diungkapkan Prof Dr. Basri Saanin (1979), adalah kondisi
yang mempercepat kesembuhan (normalitas) pecandu. Treatment zikrullah yang dilakukan dengan suara keras, bersama-sama dengan .
ritme tertentu, menunjukkan daya kuat dalam merehabilitir pecan
du secara integratif (observasi dan pengakuan klien terbina).
Talqin Zikir yang dilakukan Pembina Pondok Pesantren Suryalaya
(K.H.A. Shohibul Wafa Tajul 'Arifin) terhadap pecandu yang dalam
pelaksanaannya sebagian besar pecandu nangis, memiliki pengaruh
kuat dalam usaha menyadarkan pecandu (observasi dan pengakuan
klien terbina). Ungkapan kasih sayang Pembina Inabah terhadap
pecandu, sikap penerimaan, penghargaan, kebersamaan,dan sepenang-
gungan yang dilakukan secara tulus, wajar, tidak dibuat-buat,
memiliki pengaruh efektif dalam menumbuhkan rasa percaya diri,
rasa bebas, rasa senang dan sikap anthusias pecandu.
Mandi malam (mandi taubat) dan kewajiban rutin ibadat
keagamaan (sembahyang wajib, sunat) menunjukan pengaruhnya yang
besar bagi kesegaran jasmani-rokhani klien. Melalui ibadat ini,
klien belajar memahami aturan, nilai-nilai dan norma-norma kehi
dupan. Klien yang telah sehat, menyadari dan mengakui aktivitas
232
melakukan ibadat keagamaan tersebut berpengaruh besar terhadap
penyadaran dirinya (observasi dan wawancara). Proses penyadaran
klien juga ditunjang dengan tumbuhnya "suportive group psychotherapi". Rasa takut dan penyesalan klien tumbuh, ketika klien me
ngenai betapa besar akibat yang ditimbulkan racun narkotik bagi
seseorang di pondok tersebut. Beberapa klien yang telah sehat,
membantu secara sukarela dalam tugas-tugas pembinaan, menunjuk
an pengaruhnya yang efektif dalam memotivasi keinginan sembuh
bagi klien terbina.
Sikap kasih sayang orang tua dan keluarga klien selama
klien (pecandu) dalam pembinaan, antara lain diperlihatkan de
ngan sikap perhatian dan kasih sayangnya ketika setiap saat ber
kunjung ke tempat pembinaan (pondok Inabah), merupakan kondisi
yang menunjang perkembangan kesehatan pecandu.
Latar belakang gangguan kepribadian (masalah kepribadian)
dan kadar keracunan (dosis, jenis, lama dan efeknya) mempengaru-
hi perkembangan kesehatannya. Keracunan kronis narkotik dengan
akibat-akibat kerusakan fisiologis, dalam waktu yang lama, tan
pa perawatan yang intensif, memerlukan waktu dan aktivitas pem
binaan yang lama bila dibandingkan dengan pecandu dengan taraf
keracunan dan -ketergantungan yang lebih ringan.
Kontrol, perhatian dan pemahaman Pembina Inabah atas ma
salah-masalah pemulihan pecandu yang dipertunjukkan dalam berba
gai-- kegiatan pembinaan, merupakan kondisi yang secara fungsional
menunjang kemajuan perkembangan kesehatan klien.
233
B. Rekomendasi
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa implikasi teori
tik praktis, termasuk implikasinya untuk penelitian lebih lan
jut, sebagai berikut
1.
:
Secara garis besar, penelitian kasus ini menunjang bukti-
bukti teoritis, bahwa kecanduan seseorang terhadap narkotika ber
hubungan erat dengan gangguan kepribadian dasar yang dideritanya.
Gangguan tersebut menunjukan gangguan watak (psikopat, sosiopat),
suatu gangguan struktur kepribadian yang ditandai suatu defek
atau gangguan penyesuaian diri yang berat terhadap lingkungan
dan keteraturan masyarakat dan sebagai akibatnya dia selalu akan
menderita oleh karena perkembangan struktur kepribadian.yang ti
dak harmonis. Defak penyesuaian dalam hubungan ini diartikan ter
hadap tuntutan dan kehendak masyarakat, lingkungan dan juga ter
hadap diri sendiri. Penyesuaian adalah suatu kesanggupan, suatu
fungsi rokhani, memiliki tujuan dan guna tertentu ke arah optimalisasi kehidupan.
Kajian-kajian teoritik dan diagnosa medik menunjukan se
cara garis besar penyebab gangguan tersebut terfokus pada dua hal,
yakni faktor konstitusional dan faktor psikologis,(Prof Dr.Basri
Saanin,1979).
Faktor konstitusional berorientasi gangguan organ
khususnya gangguan neurologis otak yang menyebabkan orang tidak
sanggup memperkembangkan kontrol yang normal terhadap tingkah-
23^
lakunya. Gangguan fungsi "hambatan" yang normal dari pusati»pusat
otak, mengurangi kesanggupan seseorang untuk mengekang aktivitas
impulsif.
Keracunan narkotik dengan efek yang merusak susunan
syaraf dan jaringan-jaringan organ fital tubuh, fisik maupun psi
kis, dapat menunjang penderitaan kecanduan lebih berat.
Kajian psikologis menjelaskan, bahwa gangguan penyesuaian diri
di atas disebabkan karena perkembangan kepribadian yang tidak
normal di lingkungannya, khususnya lingkungan keluarga. Bebera
pa kondisi kehidupan keluarga pecandu narkotik yarig"ditelitivdi
Pondok Inabah X Cibeureum, Pondok Pesantren Suryalaya adalah se
bagai berikut :
a. Kehidupan rumah tangga keluarga yang emosional dingin
dan pecandu merasa ditolak, tidak. diingini, dikasihi, merasa dihina dan dikukum. Pecandu dalam kondisi ini berada dalam situasi
bermusuhan dengan orang tuanya serta berada dalam situasi perkem
bangan kepribadian yang selalu diwarnai kehilangan kasih sayang
dan pemuasan emosional.
b. Kehidupan rumah tangga keluarga yang terlalu memperturutkan semua kehendak pecandu, dan malah melampaui apa yang dikehendakinya. Pecandu dalam kondisi ini cenderung berada pada
tingkat egosentris infantil. Pecandu kurang dapat mengekang im
puls-impuls atau menangguhkan pemuasan, toleransi yang rendah
terhadap aturan dan tuntutan lingkungan . Hambatan-hambatan ni-
lai, aturan dan disiplin, adalah batu-batu karang baginya.
235
c. Kehidupan rumah tangga keluarga yang-pecan berantakan,
baik karena perceraian ataupun "semu", seperti orang tua yang se
lalu disibukan oleh kegiatan-kegiatan di luar rumah.
Keadaan se
perti ini, menandai sebagian besar kehidupan pecandu serta belum
menunjukan perbaikan menjelang pecandu keluar (dinyatakan sehat)
dari Inabah. Keberlangsungan kehidupan keluarga seperti
di atas,
dapat mempengaruhi proses identifikasi pecandu dalam lingkungan
nya . Peran orang tua dalam proses sosialisasi anak1 terhambat dan
tercemari. Di samping karena kasih sayang orang tua "hilang",
perkembangan jiwa anak (pecandu) secara normal (sesuai norma-norma lingkungan) terganggu.
d. Kehidupan rumah tangga keluarga yang materialis dan individualis, dengan kecenderungan kehidupan beragama yang lemah.
80 %• klien yang diteliti mengakui tidak mengetahui aturan dan
bacaan-bacaan sembahyang, tidak pernah seharipun berpuasa. di ban
ian Ramadhan serta tidak bisa membaca Al Our'an (pecandu terca-
tat beragama Islam).
Kehidupan rumah tangga keluarga yang ditan
dai gejala-gejala kehidupan di atas, merupakan kondisi yang da
pat menjauhkan anggota keluarga (antara lain pecandu) dari nilainilai kehidupan beragama. Hasil penelitian ini sekaligus membuk-
tikan, sebagaimana diungkapkan sejumlah Psikiater terkenal, bah
wa agama merupakan "benteng" dan sekaligus terapi gangguan jiwa.
Di samping kehidupan lingkungan keluarga, lingkungan ke
hidupan masyarakat memiliki andil yang menentukan terjerumusnya
pecandu ke "jurang" penyalahgunaan narkotika.
236
Di antara kondisi lingkungan yang menunjang/memberi pe-
luang terjadinya penyalahgunaan narkotika yang dilakukan klien
yang diteliti, adalah
:
a. Kemudahan pecandu mendapatkan narkotika (alami, sinte-
tis) di lingkungannya. Semua klien (pecandu) yang diteliti, ter
masuk keluarganya, mengakui begitu gampangnya mendapatkan benda/
obat narkotik yang secara ilegal menyebar di berbagai tempat, wa
laupun harus dibell dengan uang yang relatif mahal. Tersedianya
dengan mudah berbagai jenis narkotika di lingkungan kehidupan ma
syarakat, baik di tangan para pengedar ataupun di lembaga-lemba
ga resmi seperti di toko-toko obat/apotek dan para medis, meru
pakan kondisi yang bukan hanya memperlancar, melainkan pula memotivasi meluasnya penyalahgunaan narkotika."
b. Lingkungan yang membuat seseorang prustasi, rasa gagal
dan buntu harapan.
Semua kl