Pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba: studi multikasus di pondok pesantren Inabah XIX Surabaya dan yayasan Darud Dawam Surabaya.

(1)

POLA PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN DALAM

PROSES REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOBA

(Studi Multikasus di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

FATIHUL KHOIR NIM. F1.23.15.207

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Fatihul Khoir, 2017. Pola Pembinaan Pendidikan Keagamaan Dalam Proses Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkoba (Studi Multikasus di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya), Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Pola, Pembinaan Pendidikan Keagamaan, Pecandu Narkoba. Pembimbing: Dr. Muhammad Salik, M.Pd

Di era globalisasi ini, banyak orang yang terjerumus untuk menggunakan narkotika. Salah satu penyebabnya yaitu lemahnya ilmu keagamaan. Sehingga ketika sudah mengenal narkotika, maka ia akan kecanduan. Salah satu cara penyembuhannya yaitu melalui rehabilitasi dan pembinaan keagamaan.

Maka ada tiga permasalahan dalam penelitian ini, pertama, bagaimana pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya. kedua,

Bagaimana hasil yang dicapai dalam pembinaan pendidikan keagamaan. ketiga,

Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses pembinaan pendidikan keagamaan.

Adapun yang menjadi fokus lokasi penelitian dalam tesis ini adalah Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi serta analisis deskriptif.

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa: pertama, bahwa pola pembinaan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX yaitu terapi mandi taubat, terapi shalat berjama’ah, dan yang menjadi pokok dari pembinaan keagamaan yaitu terapi dzikir. Sedangkan di Yayasan Darud Dawam Surabaya yaitu pembinaan shalat berjama’ah, belajar membaca Al-Qur’an, dan mengkaji kitab kuning. Kedua, hasil dari pembinaan pendidikan keagamaan di dua lokasi tersebut yaitu perubahan perilaku dan perkembangannya dalam menjalankan ibadah. Ada yang sudah menjalankan shalat lima waktu berjama’ah, membaca

Al-Qur’an dan dzikir setelah shalat, namun ada pula yang belum melaksanakan hal-hal tersebut. Ketiga, yang menjadi faktor pendukung yaitu orang tua, karena orang tua selalu memotivasi dan memeperhatikan terhadap perkembangan anaknya ketika berada di pondok pesantren. Faktor penghambatnya yaitu lingkungan di dalam pesantren dan orang tua, karena ketika anak sudah berada didalam pondok, maka ia tidak bisa keluar pondok dan hal itu menyebabkan kejenuhan dan kebosanan. Sedangkan orang tua juga ada yang mempunyai sikap tidak percaya pada pondok sehingga sering datang tidak sesuai dengan waktu berkunjung. Faktor yang menjadi pendukung dalam pembinaan keagamaan yaitu adanya sumber daya manusia yang sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat mentranser ilmunya lebih banyak. Untuk faktor yang menjadi penghambat yaitu masalah sarana dan prasarana yang kurang memadai, terutama masalah tempat untuk ibadah dan tempat untuk belajar.


(7)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C.Rumusan Masalah ... 9

D.Tujuan Penelitian ... 9

E. Kegunaan Penelitian ... 10

F. Kerangka Teoretik ... 11

G.Penelitian Terdahulu ... 19

H.Metode Penelitian ... 24


(8)

xi BAB II : KERANGKA TEORETIK

A.Narkoba ... 32

1. Pengertian Narkoba ... 32

2. Jenis-jenis Narkoba ... 33

3. Bahaya Narkoba ... 35

4. Ciri-ciri Pecandu Narkoba... 36

5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ... 37

6. Konsep Islam Tentang Narkoba ... 38

B.Rehabilitasi Pecandu Narkoba ... 40

1. Pengertian Rehabilitasi... 40

2. Landasan Rehabilitasi ... 42

3. Metode Rehabilitasi ... 42

4. Tahapan Rehabilitasi ... 44

5. Materi Rehabilitasi ... 47

C. Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 48

1. Pengertian Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 48

2. Dasar Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 52 3. Tujuan Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu


(9)

xii

Narkoba ... 57

4. Fungsi Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 60

5. Metode Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 64

6. Pola Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 70

BAB III : PROFIL PONDOK PESANTREN INABAH XIX SURABAYA DAN YAYASAN DARUD DAWAM SURABAYA A.Profil Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya ... 74

1. Letak Geografis ... 74

2. Sejarah Berdirinya ... 75

3. Struktur Organisasi ... 77

4. Sarana Prasarana ... 78

5. Tata Tertib ... 79

6. Aktifitas yang Dilakukan ... 80

7. Latar Belakang Pecandu Narkoba ... 83

B.Profil Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 85

1. Letak Geografis ... 85

2. Sejarah Berdirinya ... 86


(10)

xiii

4. Sarana Prasarana ... 87

5. Tata Tertib ... 89

6. Aktivitas yang Dilakukan ... 90

7. Latar Belakang Pecandu Narkoba ... 92

BAB IV : PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A.Paparan Data ... 94

1. Pola Pembinaan Pendidikan Keagamaan dalam Proses Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 94

2. Hasil Pembinaan Pendidikan Keagamaan dalam Proses Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 106

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan Pendidikan Keagamaan Bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 108

B.Analisis Data ... 112

1. Pola Pembinaan Pendidikan Keagamaan dalam Proses Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 112

a. Terapi Mandi Taubat ... 112


(11)

xiv

c. Terapi Dzikir... 118 d. Belajar Membaca Al-Qur’an ... 121 e. Mengkaji Kitab Kuning ... 125 2. Hasil Pembinaan Pendidikan Keagamaan dalam Proses

Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren

Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 127 3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan

Pendidikan Keagamaan Bagi Pecandu Narkoba di Pondok

Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 128 BAB V : PENUTUP

A.Simpulan ... 133 B. Saran ... 135 DAFTAR PUSTAKA


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk yang diciptakan Allah dalam bentuk paling sempurna. Namun sudah menjadi sunnatullah bahwa dibalik kesempurnaannya sebagai makhluk Allah, manusia mempunyai kekurangan dan keterbatasan, sehingga tidak jarang manusia terjerumus ke dalam lembah hitam. Seperti pelacuran, penggunaan narkoba dan zat adiktif lainnya.

Problematika individu dengan dirinya sendiri, ialah kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nuraninya sendiri, yakni hati nurani yang selalu mengajak, membimbing dan menyeru kepada kebaikan serta kebenaran kepada Tuhannya, sehingga muncul sikap was-was, ragu, prasangka buruk, lemah motivasi dan tidak mampu bersikap mandiri dalam melakukan segala hal.1

Dalam konteks kecenderungan perilaku baik dan buruk seseorang, setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhinya, yakni: pertama, faktor internal yang mengarahkan akal dan mengendalikan hawa nafsunya dan

kedua, faktor external yaitu berupa kondisi lingkungan sosial masyarakat, keluarga dan pergaulan sehari-hari. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Terjadinya aksi tindak kekerasan (violence) dan kenakalan remaja

1

M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakata: Fajar Pustaka baru, 2004), 1.


(13)

2

akhir-akhir ini merupakan fenomena yang seringkali kita saksikan. Bahkan hampir selalu menghiasi informasi media massa. Sebagai contoh adalah terjadinya tawuran antar pelajar, pemerkosaan, pembunuhan, perdagangan anak dibawah umur, peredaran narkoba, hamil di luar nikah dan masih banyak lagi yang lainnya. Itulah beberapa fenomena krisis akhlak yang kini tengah melanda bangsa kita.

Krisis multidimensi yang menimpa bangsa ini, salah satunya karena adanya krisis moral atau akhlak. Krisis moral atau akhlak terjadi karena sebagian orang tidak lagi mau mengindahkan tuntunan agama.2 Mereka banyak yang sudah keluar dari jalur agama, sehingga banyak yang

tidak lagi menjalankan syari’at agama Islam. Agama secara normatif mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik serta menjalankan semua perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

Fenomena globalisasi, tak bisa dipungkiri akan berdampak pada perubahan sikap dan akhlaq bagi masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan anak muda. Hal ini tampak pada berbagai gaya mereka, baik dalam hal cara berpakaian, bersikap dan cara berbicara. Bahkan kecenderungan kehidupan global yang glamour dan mewah membuat masyarakat kehilangan kontrol dan pegangan diri yang mengakibatkan konflik internal, ujungnya adalah stress dan frustasi.

Perilaku remaja yang menyimpang dalam berbagai dimensi, seringkali berkaitan dengan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan

2


(14)

3

bahan-bahan adiktif atau yang lebih dikenal dengan istilah narkoba.3 Istilah lain dari narkoba ini adalah Napza (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan zat adiktif lainnya).4

Tidak hanya di kalangan remaja yang menggunakan narkoba ini, dikalangan orang yang mengenal agama pun juga bisa terjerumus untuk menggunakan barang haram ini. berita terbaru menyebutkan bahwa di Mojokerto ada seorang guru dan ustadz yang mengkonsumsi narkoba jenis sabu-sabu. Mereka menggunakan narkoba itu di balai desa, dekat tempat tinggal mereka.5 Selain itu di daerah lombok juga ada seorang ustadz yang tertangkap polisi sedang pesta narkoba yang berjenis sabu dan ganja kering bersama 6 orang temannya.6

Narkoba, sebagai obat-obatan berbahaya, dapat menurunkan ambang untuk mengendalikan dorongan-dorongan (impulse) agresivitas baik fisik maupun seksual.7 Keadaan ini membuat penggunanya mudah melakukan perbuatan-perbuatan yang lepas kontrol dan bertentangan dengan nilai-nilai agama, norma-norma kesusilaan, dan hukum. Abudin Nata menyatakan:

Penggunaan narkoba secara kontinyu dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya. Keadaan ini dapat berakibat bagi terjangkitnya penyakit psikologi lainnya, seperti malas bekerja, malas beribadah dan bahkan melakukan tindak kriminal untuk

3

Madjid Tawil,dkk, Narkoba Dikenal untuk Dijauhi (Surabaya: BNP JATIM), 1.

4

Juliana Lisa dan Nengah Sutrisna W, Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa. Tinjauan Kesehatan dan Hukum (Yogyakarta: Nuha Medika, 2013), 1.

5

Ishomuddin, Ustadz dan Guru Nyabu Bareng di Balai Desa, dalam http. M.tempo.co.id (24Februari 2016)

6

Karsiman, Pak Ustadz Dibekuk Saat Pesta Narkoba, Lombok Post, dalam http. Sulsel.pojoksatu.co.id (24 Februari 2017)

7

Dadang Hawari, Al-Qur’an dan Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: Dana


(15)

4

mendapat sebutir ekstasi.8

Peranan teman sebaya juga memiliki andil yang cukup besar dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan narkoba. Perkenalan anak terhadap narkoba ini terjadi dari teman sebaya dan lama kelamaan anak itu mempunyai keinginan untuk mencoba lagi kemudian menjadi ketagihan atau ketergantungan dengan narkoba. Apabila sudah muncul dalam dirinya sikap ketergantungan narkoba, maka jika tidak dipenuhi gejala-gejala

“Sakau” atau sakit akan muncul yaitu ketagihan yang terus menerus dan

sulit dihentikan. Pecandu narkoba, dalam keadaan sakau, merasa tidak tahan lagi dan berupaya dengan cara apapun tanpa menghiraukan resiko yang akan menimpanya untuk mendapatkan kembali kebutuhan barang-barang tersebut.9

Motivasi para pengguna narkoba diantaranya adalah membuktikan keberanian melakukan hal-hal yang membahayakan, menentang atau melawan suatu otoritas, mempermudah penyaluran, atau perbuatan seks dan kebanyakan dari pemakainya adalah sebagai pelarian dari rasa frustasi dan kegelisahan masalah.10

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya pemberantasan narkoba yakni dengan menerbitkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika dan membentuk Badan Narkoba Nasional (BNN) serta

8

Abuddin Nata, Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 192.

9 Dadang Hawari, Do’a dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis (Yogyakarta: Dana Bhakti

Prima Yasa, 2003), 55.

10

Kharisudin Aqib, Inabah Jalan Kembali dari Narkoba, Stres, dan Kehampaan Jiwa (Surabaya: Bina Ilmu, 2005), 148.


(16)

5

mendorong segenap elemen bangsa, pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat unruk lebih aktif dan agresif lagi dalam memberantas peredaran narkoba di Indonesia.

Larangan dan bahaya pemakaian narkoba baik melalui ceramah agama, media cetak maupun media elektronik sudah sering disampaikan, tetapi penggunaan dan peredaran narkoba ini masih tetap berlanjut dan malah semakin parah. Padahal sudah jelas dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 90 yang berbunyi:

























































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.11

Islam telah memberikan penjelasan bahwa meminum khamr adalah termasuk perbuatan syaitan. Syaitan adalah musuh umat Islam yang nyata dan jelas, dan Allah pun memberikan perintah kepada umat Islam agar menjauhi perbuatan yang demikian itu agar kita termasuk golongan yang beruntung. Secara eksplisit ayat diatas juga menjelaskan bahwa khamr

harus benar-benar dijauhi. Hal ini sama dengan posisi narkoba sebagai bahan yang bisa memabukkan. Sebagai obat-obatan yang memiliki daya agar para pemakainya tidak sadarkan diri, narkoba juga memiki kekuatan

11


(17)

6

yakni membuat ketagihan atau kecanduan bagi para pemakainya, sehingga akan terus menerus bisa mengkonsumsi narkoba.

Hasil survey BNN tahun 2009 menunjukan bahwa rata-rata usia pertama kali mengkonsumsi narkoba adalah usia yang sangat muda yakni 12-15 tahun, dan semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin tinggi pula angka penyalahgunaan narkoba.12

Berbagai usaha pencegahan dan penyadaran terus menerus dilakukan agar mereka kembali ke jalan yang benar, dan akhirnya terciptalah kehidupan yang bersih, tenteram, dan bahagia sebagai manifestasi dari kehidupan yang ma’ruf secara Islami. Karena itulah mereka harus diseru menuju jalan yang lurus dengan cara yang bijaksana sehingga dapat menimbulkan kesadaran untuk selalu berpikiran dan berperilaku positif, sehingga bisa merubah pola kehidupan mereka menjadi lebih baik.

Sangatlah wajar jika para pecandu didekatkan dengan ilmu agama. Karena memang kebanyakan penyebab dari pecandu narkoba adalah kurangnya pengetahuan ilmu agama. Dalam diri pecandu yang dari rasa ingin tahu mereka yang besar, dari coba-coba sampai ketergantungan maka layaklah jika dengan didekatkan ilmu agama mereka merasa damai dan tenang.

Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya merupakan salah satu tempat rehabilitasi bagi para korban penyalahgunaan narkoba. lembaga

12


(18)

7

yang dinaungi oleh yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya ini, berseketariat di Jl. Sidotopo Kidul nomor 146 Surabaya. Sedangkan tempat rehabilitasinya sendiri bertempat di Jl. Raya Semampir nomor 46 Surabaya. Letaknya yang jauh dari hingar bingar kota ini tentu sangat mendukung dalam pemulihan para pecandu. Penulis memilih tempat ini karena dasar pemikiran yang bersifat religi terutama dalam menggunakan metode dzikir serta penanaman ilmu tauhid agar keimanan pecandu narkoba semakin bertambah dan menekankan pada pemulihan diri para korban agar lepas dari ketergantungan dari narkoba melalui pendekatan secara islami.

Yayasan Darud Dawam merupakan yayasan yang menjadi tempat peralihan bagi korban NAPZA dari Unit Pelayanan Teknis Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Korban NAPZA Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Tempat ini beralamat di Jl. Manukan Kasman 16 A Surabaya. Tempat rehabilitasi ini berfungsi untuk melaksanakan tugas di bidang Pelayanan dan Rehabilitasi serta pembinaan bagi korban NAPZA yang telah di vonis Hakim, sehingga ia wajib melaksanakan proses rehabilitasi ini karena usianya masih dibawah umur. Salah satu alasan penulis memilih tempat ini adalah karena di tempat ini program rehabilitasi yang diberikan meliputi beberapa bimbingan, yaitu: bimbingan kedisiplinan, bimbingan mental dan psikologis, bimbingan spiritual, bimbingan sosial, serta bimbingan keterampilan.


(19)

8

masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Pola Pembinaan

Pendidikan Keagamaan dalam Proses Rehabilitasi bagi Pecandu Narkoba” (Studi Multikasus di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya).

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :

1. Saat ini kemerosotan moral manusia semakin memprihatinkan terutama pada generasi muda yang diharapkan untuk meneruskan pembangunan bangsa ini.

2. Arus globalisasi yang semakin berkembang perlahan mempengaruhi sikap keberagamaan masyarakat. Masyarakat mulai melupakan nilai-nilai agama.

3. Lunturnya agama membuat hidup manusia menjadi tidak beraturan dan menjadi penyebab kehancuran hidup manusia itu sendiri.

4. Korban penyalahgunan narkoba semakin meningkat dari tahun ke tahun, sampai berakibat pada kematian.

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka menjadi inspirasi kami untuk meneliti lebih jauh tentang pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba (studi multikasus di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya).

Sesuai dengan judul yang diangkat, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah pola pembinaan pendidikan


(20)

9

keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba, hasil yang dicapai dalam pembinaan pendidikan keagamaan, serta faktor yang mendukung dan menghambat proses pembinaan pendidikan keagamaan.

C.Rumusan Masalah

Berangkat dari uraian latar belakang masalah di atas, agar pembahasan lebih terarah, maka disusun rumusan-rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ?

2. Bagaimana hasil yang dicapai dalam pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ?

3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus yang telah ditentukan.13 Sesuai dengan formulasi di atas, maka tujuan pokok dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses

13

M. Amin Amrullah, Panduan Penyusunan Proposal Skripsi, Tesis dan Disertasi (Smart Pustaka, 2013), 5.


(21)

10

rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya

2. Mengetahui hasil yang dicapai dalam pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya

3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya

E.Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis.

Adapun secara teoritis penelitian ini memungkinkan untuk memberikan manfaat bagi beberapa kalangan, antara lain:

1. Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya

Hasil penelitian ini, bagi Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dapat dijadikan sebagai bahan pengayaan ataupun evaluasi dalam proses pembinaan pendidikan keagamaan bagi santri pecandu narkoba. 2. Yayasan Darud Dawam Surabaya

Hasil penelitian ini, bagi lembaga ini dapat dijadikan sebagai bahan pengayaan ataupun evaluasi dalam proses pembinaan pendidikan keagamaan bagi korban NAPZA.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini akan menjadi tambahan pengalaman dalam khazanah keilmuan, serta dapat membuka cakrawala pemikiran peneliti. Hasil


(22)

11

penelitian ini juga sangat bermanfaat untuk mengetahui lebih jauh tentang pola pembinaan pembinaan pendidikan keagamaan santri korban narkoba hingga bisa menjadi insan yang normal sebagaimana umumnya.

4. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini akan menjadi tambahan pengalaman dalam ilmu pengetahuan, serta dapat dijadikan bahan penelitian lanjutan sebagai tugas akhir perkuliahan.

Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan bagi satuan pendidikan yang ingin mengetahui pola pembinaan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba. Dengan adanya penelitian ini, maka dapat dijadikan sebagai pedoman pelengkap ataupun rujukan utamanya.

F. Kerangka Teoretik

Terdapat kata kunci (key word) dalam judul tesis ini yang perlu dijelaskan, agar diperoleh pengertian yang jelas dan batasan-batasan yang tegas terhadap permasalahannya, yaitu:

1. PolaPembinaan Keagamaan

Pola mengandung arti sistem kerja.14 Sedangkan pembinaan

berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara. Pembinaan berarti

kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh

14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 884.


(23)

12

hasil yang lebih baik.15 Dalam difinisi lain pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani secara efektif.16

Pembinaan adalah Suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Selain itu, pembinaan merupakan suatu hal yang merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang memiliki nilai-nilai sangat tinggi.17

Jadi, pola pembinaan adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan dan kecakapan seseorang agar menjadi lebih baik untuk menuju pada tujuan hidup yang mulia.

Adapun indikator pola pembinaan antara lain : a. Pembinaan Akidah

1) Membina anak agar terbiasa mengucapkan kalimat-kalimat tauhid

2) Membina anak agar terbiasa berdo’a sehabis shalat

15

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 152.

16

Mangunhardjana, Pembinaan: Arti dan Metodenya (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 12.

17

Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), 38.


(24)

13

3) Memberikan siraman-siraman rohani dengan mengadakan pengajian rutin

b. Pembinaan Akhlaq

1) Menanamkan kebiasaan anak berperilaku saling menghormati dan menghargai orang lain

2) Membina anak untuk bersikap jujur, hemat dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari

3) Membina anak untuk senantiasa taat dan patuh pada orang tua dan guru.18

Mangunhardjana menjelaskan lebih lanjut bahwa fungsi pembinaan mencakup tiga hal, yaitu:

a. Menyampaikan informasi dan pengetahuan b. Perubahan dan pengembangan sikap

c. Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan.19

Sedangkan keagamaan berasal dari kata dasar “agama”. Agama

berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari “a” yang berarti tidak dan

“gama” berarti kacau. Jadi, “agama” berarti tidak kacau (teratur). Ada juga yang mengatakan bahwa “a” berarti yang dan “gama” berarti suci, sehingga “agama” berarti yang suci.20

Sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat, menurut Harun Nasution, intisari agama adalah ikatan. Karena itu, agama mengandung

18

Zakiah Darojat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 302.

19

Mangunhardjana, Pembinaan: Arti dan Metodenya, Ibid, 14.

20

Thoyib I. M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 2.


(25)

14

arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.21

Jadi, pola pembinaan keagamaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan dalam bidang keagamaan untuk mengarahkan seseorang ke jalan yang lebih baik.

Dalam konteks kehidupan beragama, pembinaan keagamaan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama secara terus-menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa berada pada tatanan. Namun secara garis besar, arah atau tujuan dari pembinaan keagamaan adalah meliputi dua hal, yaitu: a) Tujuan yang berorientasi pada kehidupan akhirat, yaitu membentuk seorang hamba yang bertakwa kepada Allah Swt, b) Tujuan yang berorientasi pada kehidupan dunia, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantang kehidupan agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.22

2. Rehabilitasi

21

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 12.

22

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), 25.


(26)

15

Rehabilitasi menurut Kamus Ilmiah Populer, merupakan pemulihan (perbaikan atau pembetulan); seperti sedia kala; pengembalian nama baik secara hukum, pembaharuan kembali.23

Pengertian rehabilitasi menurut Dadang Hawari adalah :

“upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi mantan

penyalahgunan/ketergantungan NAZA (Narkoba) kembali sehat dan psikologik, sosial, dan spiritual/agama (keimanan). Dengan kondisi seperti tersebut diharapkan mereka akan kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik dirumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja dan di lingkungam sosialnya.24 Jadi, rehabilitasi merupakan tahapan penting bagi pecandu narkoba untuk lepas dari ketergantungan narkoba. pemulihan ini merupakan proses panjang dan sering diibaratkan perjalanan dari pikiran (adiktif) ke hati. Program rehabilitasi ini menurut Kadarmanta dikenal sebagai

“Konversi Hati dan perubahan internal”.25

Pada dasarnya proses dan teknik rehabilitasi/psikoterapi Islam ada tiga tahap yaitu tahap pembersihan diri, pengembangan diri, dan penyempurnaan diri. Keterampilan dan keahlian tidak akan datang dan bertambah dengan sendirinya tanpa adanya suatu latihan-latihan. Adapun tahapan-tahapan rehabilitasi/psikoterapi Islam yaitu:

a. Tahap Takhalli yaitu pembersihan dan penyucian diri dari segala sifat dan sikap yang buruk yang bisa mengotori hati dan pikiran. b. Tahap tahalli yaitu merupakan tahap pengisian diri dengan kebaikan.

23

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), 404.

24

Dadang Hawari, Penyalahguna dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, danZat Adiktif

(Jakarta: Penerbit FKUI, 2006), 132.

25

Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa (Jakarta: PT Forum Media Utama, 2010), 180.


(27)

16

c. Tahap Tajalli yaitu tahap ini adalah kelahiran/munculnya eksistensi yang baru dari manusia yaitu perbuatan, ucapan, sikap, gerak-gerik, martabat dan status yang baru.26

3. Pecandu Narkoba

Pecandu narkoba adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik maupun non fisik yang menyebabkan adiksi.27

Narkoba memiliki dampak buruk pada setiap penggunanya. Baik secara individu maupun masyarakat. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi setiap orang tertarik mengunakannya, terutama anak-anak dan pelajar aktif.

Seorang pengguna narkoba memiliki ciri-ciri berbeda saat dihadapkan dengan tingkat kecanduan mereka. Tingkatan itu sendiri dibedakan menjadi tiga macam, yakni coba-coba, pengguna tetap dan pengguna yang kecanduan. Berikut adalah ciri-ciri pengguna yang coba-coba:

a. Suka menyendiri

b. Cara bergaulnya berubah c. Cara berpakaiannya berubah d. Prestasi belajar menurun

26

Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Ibid, 327.

27

Undang-undang Bidang Hukum, Sosial dan Budaya, Kesehatan,Psikotropika dan Narkotika


(28)

17

e. Pola makannya berubah.28

Sedangkan bagi pengguna yang sudah dinyatakan tetap, mereka memiliki cirri-ciri yang sedikit ekstrim dan berbeda dengan tingkat sekedar coba-coba. Ciri-ciri pengguna tetap adalah:

a. Mempunyai problema keuangan b. Berat badan menurun

c. Sering memberontak

d. Dikamar mandi berlama-lama e. Sering bangun terlambat

Tingkat paling parah adalah jika pegguna sudah menjadi pecandu narkoba. Ciri-ciri pengguna yang sudah kecanduan adalah sebagai berikut:

a. Bicara pelo, bicara tidak karuan

b. Jalan sempoyongan, gemeteran dan penglihatan kabur. c. Suka berbohong, mudah marah dan suka merayu d. Jarang mandi, pakaian kumuh

e. Tidak peduli dengan norma kesopanan dan lain sebagainya.29

Setiap pengguna yang memiliki ciri-ciri diatas maka harus segera merujuk ke dokter atau ke pusat rehabilitasi, jika ingin anak mereka sembuh dari kecanduannya.

28

Madjid Tawil, Penyalahgunaan Narkoba Dan Penanggulangannya (Surabaya: BNP JATIM, 2010), 27.

29


(29)

18

4. Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan-bahan adiktif. Sedangkan secara istilah narkoba adalah obat, bahan-bahan, atau zat dan bukan tergolong makanan. Jika diminum, diisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, bepengaruh terutama pada kerja otak dan sering kali menyebabkan ketergantungan.30 Akibatnya kerja otak berubah meningkat atau menurun demikian pula fungsi organ tubuh lain.

Sebagian jenis narkoba dapat digunakan, tetapi karena menimbulkan ketergantungan, penggunaannya sangat terbatas sehingga harus berhati-hati dan harus mengikuti petunjuk dokter atau aturan pakai. Menurut Lydia Harlina dan Satya Joewana contoh narkoba yang dapat dimanfaatkan di dunia medis diantaranya: “morfin yang berasal dari opium mentah), petidin (opioda sintetik), untuk menghilangkan rasa sakit pada penyakit kanker, amfetamin untuk mengurangi nafsu makan, serta berbagai jenis pil tidur dan obat penenang. Kodein, yang merupakan bahan alami yang terdapat pada candu, secara luas dan digunakan pada pengobatan sebagai obat batuk.31

Penulis menggunakan beberapa sumber buku primer, diantaranya yaitu buku karangan Hamdan Bakran Adz-Dzaki yang berjudul Konseling dan Psikoterapi Islam, yang berisi tentang proses pengobatan

30

Madjid Tawil, Penyalahgunaan Narkoba dan Penanggulangannya, Ibid, 3.

31

Lydia Harlina M & Satya Joewana, Pencegahan Dan PenanggulanganPenyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah (Jakarta:Balai Pustaka, 2006), 5.


(30)

19

dan penyembuhan suatu penyakit, baik mental, spiritual, moral, maupun fisik melalui bimbingan Al-Qur’an dan Hadist. serta buku karangan Dadang Hawari yang berjudul Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, yang berisi tentang pemecahan masalah di zaman modern ini seperti stres, depresi, NAPZA,HIV/AIDS dan lain sebagainya yang dikaji dari dua pendekatan yaitu pendekatan ilmu pengetahuan serta pendekatan agama. Selain itu penulis juga merujuk pada buku yang berjudul Inabah karangan Kharisudin Aqib, yang berisi metode dan tehnik terapi spiritual bagi pecandu narkoba.

G.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu di sini adalah beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yang masih ada kaitan dengan rencana penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Beberapa penelitian tersebut adalah:

1. Penelitian (Tesis, 2014) yang dilakukan oleh Ibnu Chudaifah, alumnus Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dengan judul: Pola Pembinaan Mental Santri Narkoba: Studi Kasus di Pondok Pesantren Ulul Albab Nganjuk.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu mengenai pola pembinaan mental santri narkoba, faktor apa yang mendukung pembinaan mental, serta tanggapan masyarakat sekitar tentang pembinaan mental di pondok pesantren Ulul Albab Nganjuk.


(31)

20

dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini bahwa pola yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan mental berupa keteladanan, nasihat, dan kedisiplinan. Kemudian materi yang diberikan dalam pelaksanaan pembinaan mental yaitu berupa mandi taubat, shalat, dan dzikir.32

2. Penelitian (Tesis, 2009) yang dilakukan oleh Abdur Rokib, alumnus Program Pasca Sarjana konsentrasi Pemikiran Islam, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dengan judul: Penyembuhan Pecandu Narkoba dan Stress di Pondok Sapu Jagad Yayasan Pesantren Raudlatul Ulum Kencong, Kepung, Kediri, Jawa Timur.

Pondok Sapu Jagad, merupakan salah satu tempat yang menerapkan model psikoterapi religius. Pondok tersebut ada dilingkungan penganut Terekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah. Dalam pandangan Terekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah, jiwa (nafs), adalah kelembutan (latifat) yang bersifat ketuhanan (rabbaniyah).

Latifat ini sebelum bersatu dengan badan jasmani manusia disebut dengan al-ruh, dan jiwa adalah ruh yang telah masuk dan bersatu dengan jasad yang menimbulkan potensi kesadaran (ego). Dengan demikian sembuhnya pecandu narkoba juga karena faktor lingkungan, dimana pecandu itu pindah domisili dari sebelumnya. Serta didukung oleh faktor terkait bagi kesehatan mental dan fisik.

32

Ibnu Chudaifah, Pola Pembinaan Mental Santri Narkoba: Studi Kasus di Pondok Pesantren Ulul Albab Nganjuk (Tesis: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014)


(32)

21

Selain hal tersebut, sadarnya pecandu narkoba juga disebabkan karena bangkitnya kembali potensi-potensi dalam diri manusia, yakni: a. Fitrah.

Fitrah manusia adalah kejadian sejak semula atau bawaan sejak lahir yakni potensi beragama yang lurus.

b. Nafs

Secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks pembicaraan tentang manusia, merujuk pada sisi dalam diri manusia yang berpotensi baik dan buruk.

c. Qalb

Kalbu adalah wadah dari pengajaran, kasih sayang, takut dan keimanan.

d. Ruh

Ruh adalah himpunan yang terorganisasi, yang saling mengenal akan bergabung dan yang tidak saling mengenal akan saling berselisih.33 3. Penelitian (Tesis, 2015) yang dilakukan oleh Edi Sunawan, alumnus

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul: Pendidikan Spiritual pada Santri Gangguan Mental dan Pecandu Obat Terlarang di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta.

Gagasan dalam penelitian ini adalah bagaimana pendidikan spiritual pada santri penderita gangguan mental dan pecandu obat terlarang di Pondok Pesantren Al-Qodir Sleman Yogyakarta. Penelitian

33 Abdur Rokib, “Penyembuhan Pecandu Narkoba dan Stress di Pondok Sapu Jagad Yayasan

Pesantren Raudlatul Ulum Kencong, Kepung, Kediri, Jawa Timur”(Tesis: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009)


(33)

22

ini merupakan jenis penelitian field research dengan pendekatan humanisasi dalam ilmu pendidikan spiritual.

Penulis meneliti aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (activities) dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi data. Adapun analisis data secara komprehensif dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan sampai pada akhir penelitian yaitu kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkkan bahwa : pertama, pendidikan spiritual yang diterapkan pada santri penderita gangguan mental dan pecandu obat terlarang merupakan penerapan berbasis ala Pesantren dan ala Kiai. Kedua, penerapan metode tirakat. Ketiga, penyebab dari gangguan mental dan pecandu obat terlarang adalah dimulai dari keluarga, lingkungan, pergaulan, ekonomi, menghayal berlebihan, mencoba-coba dan depresi.34

4. Penelitian (Tesis, 2014) yang dilakukan oleh Aqilatul Munawaroh, alumnus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul: Peranan Pendidikan Agama Islam Bagi Pecandu Narkoba di Madani Mental Healt Care

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan pendidikan agama Islam dalam proses rehabilitasi di Madani Mental Health Care. Adapun jenis penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,

34

Edi Sunawan, Pendidikan Spiritual pada Santri Gangguan Mental dan Pecandu Obat Terlarang di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta (Tesis: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015)


(34)

23

metode deskriftif analisis. Dengan proses wawancara, observasi, dokumentasi serta angket, fokus penelitiannya adalah pada peranan pendidikan agama Islam dalam proses rehabilitasi pecandu narkoba di Madani Mental Health Care.

Hasil dari penelitian ini bahwa keadaan santri narkoba di Madani mengalami ketergantungan narkoba dan pada umumnya mempunyai pengetahuan agama yang kurang. Adapun materi pendidikan agama Islam yang diterapkan secara umum adalah pendidikan keimanan, pendidikan akhlak, dan pendidikan ibadah Dengan metode yang bervariasi diantaranya ceramah, simulasi, diskusi. Sedangkan teknik penerapan pendidikan agama Islam dengan keteladanan, nasehat, kisah, hadiah dan hukuman, menjadikan santri narkoba memahami dan menghayati pendidikan keagamaan.35

Berdasarkan penelitian yang ada, terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada konteks keilmuannya, pada penelitian sebelumnya membahas tentang pendidikan spiritual serta rehabilitasi mental dan jiwa bagi pecandu narkoba. Sedangkan pada penelitian ini, penulis akan membahas tentang pola pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di pondok pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya.

35

Aqilatul Munawaroh, Peranan Pendidikan Agama Islam Bagi Pecandu Narkoba di Madani Mental Healt Care (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014)


(35)

24

H.Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Pada umumnya ada dua metodologi penelitian yang biasa digunakan dalam sebuah penelitian yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Adapun Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian kualitatif.

Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualiatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang difahami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.36

2. Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan dua pendekatan kualitatif untuk mencari jawaban atas semua persoalan pokok di atas dalam penelitian ini, yaitu pendekatan fenomenologis dan pendekatan interaksi simbolik.

Pertama, kualitatif fenomenologis yaitu penelitian yang lebih menekankan pada aspek subyektif dari perilaku orang. Peneliti berusaha masuk dalam dunia konseptual dimana para subyek yang diteliti sedemikian rupa dalam hal ini santri korban narkoba, sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan mereka di sekitarnya sehari-hari. Para Fenomenolog percaya bahwa

36


(36)

25

pada diri makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain dan bahwa pengertian pengalaman kita-lah yang membentuk kenyataan.37

Kedua, interaksi simbolik yang berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendiri-lah menentukan perilaku mereka.

Interaksi simbolik menjadi paradigma konseptual melebihi dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari, kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban-peran, resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat, atau lingkungan fisik lainnya. Faktor-faktor tersebut sebagian adalah konstrak yang digunakan para ilmuan sosial dalam usahanya untuk memahami dan menjelaskan perilaku.38

3. Subyek Penelitian dan Sumber Data

Subyek penelitian dari penelitian ini adalah pengurus Pondok Pesantren dan panti rehabilitasi sosial serta korban penyalahgunaan narkoba. Selain itu penulis juga mengkaji berbagai literatur yang

37

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ibid, 14.

38


(37)

26

berhubungan erat dengan narkoba, baik itu secara teoritik ataupun yang praktis dan ditambah lagi dari hasil penelitian tentang narkoba.

4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan. Pengumpulan data di sini dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat. Dalam pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan beberapa metode yang saling mendukung dan melengkapi dalam pengumpulan data yang sesuai dengan metodologi penelitian, diantaranya:

a.Observasi

Metode observsi ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari lapangan agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan objektif. Metode ini dilakukan dengan mengadakan sebuah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. b.Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden.39 Wawancara dilakukan kepada pengasuh, pengurus, santri pondok dan masyarakat sekitar pondok dan yayasan Darud Dawam Surabaya. Wawancara yang penulis gunakan di sini adalah wawancara bebas terpimpin yang artinya, disamping menggunakan pedoman wawancara yang memimpin jalannya wawancara, juga

39


(38)

27

mengarah pada pertanyaan-pertanyaan khusus pokok persoalan penelitian. Wawancara digunakan untuk memperoleh data mengenai sejarah berdirinya, keadaan lingkungan, masalah yang di alami korban narkoba dan usaha yang dilakukan pengasuh, pengurus pondok dan panti dalam menangani kenakalan dari santri narkoba dan mengetahui tanggapan santri serta masyarakat sekitar tentang adanya pembinaan pedidikan keagamaan bagi korban narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya

c.Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.40Metode ini penulis gunakan sebagai bahan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa transkrip keadaan santri, pengurus, pengasuh, gambaran umum pondok pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam serta data lainnya yang dianggap perlu sebagai pendukung bagi kelengkapan dan kesempurnaan dalam penelitian ini, sehingga diperoleh data-data yang relevan dan valid.

5. Metode Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, tehnik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data dengan menggunakan metode deskripsi-analitis. Adapun langkah-langkah analisis secara rinci

40


(39)

28

mengikuti prosedur yang sudah lazim yaitu: reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi. hal ini menurut Miles and Huberman dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data

display, dan verivication.41

Reduksi data atau penyederhanaan data, disini peneliti menyederhanakan data, memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan penelitian.

Display data atau penyajian data, peneliti memroses pengorganisasian guna memudahkan data untuk dianalisis dan disimpulkan.

Verivikasi atau penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir yang dilakuakan peneliti dalam proses analisis.

Dengan demikian, analisis pengolahan data yang penulis lakukan adalah berawal dari observasi dan wawancara (interview), serta pengolahan data yang berbentuk dokumen. Kemudian mereduksi data, dalam hal ini penulis memilih dan memilah data mana yang dianggap relevan dan penting yang berkaitan dengan masalah penelitian. Setelah itu, penulis menyajikan hasil penelitian, bagaimana temuan-temuan baru itu dihubungkan atau dibandingkan dengan penelitian terdahulu.

6. Teknik Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan trianggulasi data yaitu salah satu

41


(40)

29

teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.

Dalam penelitian ini, trianggulasi dilakukan dengan menggunakan sumber ganda dan metode ganda. Trianggulasi dengan sumber ganda dilakukan dengan cara:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan di hadapan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua cara yaitu membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dengan dokumen yang ada.42

Sedangkan trianggulasi dengan metode ganda yaitu:

a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data.

b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.43

42

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ibid, 326.

43


(41)

30

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam tesis ini terbagi menjadi lima bab yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut:

Bab pertama memuat tentang pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoretik, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua membahas tentang kerangka teori dan konsep yang terbagi menjadi 3 pembahasan. meliputi: pertama, narkoba, meliputi: pengertian narkoba, jenis-jenis narkoba, bahaya narkoba, faktor penyebab penyalahgunaan narkoba, konsep Islam tentang narkoba. Kedua,

rehabilitasi pecandu narkoba, meliputi: pengertian rehabilitasi, landasan rehabilitasi, tahapan rehabilitasi, metode rehabilitasi, pengertian pecandu narkoba, ciri-ciri pecandu narkoba. Ketiga, pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba, meliputi: pengertian pembinaan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba, dasar dan tujuan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba, fungsi pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba, metode pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba, dan pola pembinaan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba.

Bab ketiga adalah memuat tentang Profil Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya, meliputi: Letak geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi, sarana prasarana, tata


(42)

31

tertib, aktivitas yang dilakukan, latar belakang pecandu narkoba.

Bab keempat memuat paparan data dan analisis data, diantaranya: pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya, hasil pembinaan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba, serta faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba.

Bab kelima adalah penutup yang memuat tentang simpulan dan saran


(43)

32

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Narkoba

1. Pengertian Narkoba

Istilah Narkoba secara etimologi adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan-bahan adiktif. Sedangkan secara terminologi narkoba adalah obat, bahan, atau zat dan bukan tergolong makanan. Jika diminum, diisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak dan sering kali menyebabkan ketergantungan.44 Akibatnya kerja otak berubah meningkat atau menurun demikian pula fungsi organ tubuh lain. Pendapat ini sejalan dengan yang ada dalam UU RI No 17 tahun 1997 tentang narkotika, pada pasal satu mendefinisikan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis (buatan) maupun semisintetis (campuran) yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, serta dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.45

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Narkotika merupakan suatu zat yang dapat mempengaruhi cara kerja otak sehingga orang yang menkonsumsinya bisa menyebabkan ketergantungan dan jika tidak menggunakan maka pecandu narkoba tersebut akan mengalami rasa sakit dan itu bisa diatasai dengan cara di rehabilitasi.

44

Madjid Tawil, Penyalahgunaan Narkoba dan Penanggulangannya, Ibid, 3.

45

Undang-undang Bidang Hukum, Kesehatan, Psikotropika, dan Narkotika (Jakarta: Eka Jaya, 2003), 145.


(44)

33

2. Jenis-jenis Narkoba

Narkotika atau NAZA atau NAPZA adalah obat atau zat-zat yang berbahaya apabila disalahgunakan atau apabila penggunaannya tanpa pengawasan medis. Jenis-jenis Narkotika yang umum dibahas yaitu Narkotika, Psikotropika, dak zat adiktif/obat-obat berbahaya.

Adapun penggolongan jenis-jenis dari narkotika berdasarkan pasal 6 UU RI No 35 tahun 2009 tentang narkotika yang menjelaskan mengenai maksud dari golongan-golongan narkotika, yaitu:

a) Narkotika golongan I: narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi yang mengakibatkan ketergantungan. Adapun contohnya yaitu: heroin, ganja, opium, sabu-sabu, extacy, dan kokain.

b) Narkotika golongan II: Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Adapun contohnya yaitu: morfin, fentamil, alfametadol, dan bezetidin.

c) Narkotika golongan III: narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembanagan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan


(45)

34

ketergantungan. Adapun contohnya yaitu: kodein, propiram, norkedenia, dan etilmorfina.46

Kharisudin Aqib dalam buku Inabah menjelaskan bahwa jenis-jenis narkoba yaitu:

a) Morphin dan Heroin

Mereka yang mengkonsumsi jenis ini, baik dengan cara menghirup asap setelah bubuknya dibakar atau disuntikan setelah bubuk dilarutkan dalam air, akan mengalami hal-hal berikut ini: pertama, biji mata mengecil seperti ujung jarum, kedua, pernafasan mendangkan tidak teratur, ketiga, mental dan fisiknya rusak.

b) Kokain

Mereka yang mengkonsumsi jenis ini maka akan mengalami biji mata melebar, keracunan kronis, pembohong, dan mental dan fisiknya rusak.

c) Ganja

Mereka yang mengkonsumsi jenis ini maka akan mengalami biji mata melebar, rasa kering pada mulut dan kerongkongan, sering buang air kecil, bersikap acuh tak acuh, tak dapat memberikan reaksi yang cepat dan mental dan fisiknya rusak.

d) Alkohol

Alkohol termasuk zat adiktif, artinya: zat yang dapat menimbulkan dampak ketagihan dan ketergantungan.

46

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana (Bandung: Mandar Maju, 2003), 83.


(46)

35

e) Ekstasi dan Sabu-sabu

Mereka yang mengkonsumsi jenis ini maka akan mengalami gejala hiperaktif, muncul uforia, harga diri meningkat, bicaranya melantur, dan halusinasi penglihatan.47

3. Bahaya Narkoba

Memang tidak bisa dikesampingkan bahwa zat-zat narkotika dan sejenis memiliki manfaat yang cukup besar di dunia kedokteran, bidang penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan berikut aplikasinya pemakaian dalam dosis yang teratur akan memberikan manfaat. Akan tetapi pemakaian zat-zat jenis narkotika dalam dosis yang tidak teratur lebih-lebih disalahgunakan akan membawa efek-efek yang negatif.48

Penggunaan narkoba secara berlebih akan dapat mengakibatkan dampak yang sangat berbahaya bagi si pemakai maupun masyarakat setempat. Adapun bahaya-bahaya dari penggunaan narkoba adalah:

a) Pengaruh narkoba terhadap hati, hati adalah tempat mendistribusikan apa saja yang diperlukan otot, penyakit liver yang terkenal pembunuh manusia, banyak disebabkan karena orang tersebut pecandu miras. b) Pengaruh terhadap hidung, telingan dan tenggorokan. Penggunaan

koakain dan heroin menimbulkan dampak yang membahayakan dan merusak urat syaraf serta peredaran darah. Penggunaan yang secara

47

Kharisudin Aqib, Inabah (Surabaya: Bina Ilmu, 2012), 148-149.

48


(47)

36

terus menerus akan menyebabkan pengikisan selaput lendir dalam hidung, keringnya tenggorokan dan dengungan di telinga.

c) Pengaruh narkoba terhadap bayi dan janin. Pada umumnya narkoba masuk ke dalam kandungan melalui plasenta, jika ibu hamil menggunakan narkoba, maka secara otomatis bayinya juga akan terkena narkoba.

d) Ketagihan narkoba dan penyempitan otak. Bagian pertama yang akan terpengaruhi oleh narkoba ialah daerah yang menghubungkan antara dua belahan otak kanan dan kiri, daerah itulah yang menjalankan fungsi emosi, berfikir dan bertindak. Penggunaan narkoba akan mempengaruhi daya kerja sistem tersebut.

e) Pengaruh narkoba terhadap darah. Jika darah mendapatkan racun dari narkoba maka akan terjadi penyempitan atau arteroselerisis yang dapat menyebabkan pembekuan darah untuk otak.49

Permasalahan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan komplek. Baik diri sendiri, medik, psikiatrik, dan psikososial. Menurut Dadang hawari, penyalahgunaan NAPZA adalah penyakit endemik dalam masyarakat modern dan merupakan penyakit kronik yang berulag kali kambuh.50

4. Ciri-ciri Pecandu Narkoba

Dalam usaha menaggulangi penyalahgunaan narkoba, bahwa gejala dini sikap dan perilaku remaja atau pemuda baik laki-laki maupun

49 Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran

Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1998), 133.


(48)

37

perempuan yang terlihat dalam penyalahgunaan narkoba adalah sebagai berikut:

a) Prestasi belajar menurun dan bagi yang sudah bekerja, prestasi pekerjaannya menurun.

b) Pola tidurnya berubah menjadi larut malam dan sulit untuk dibangunkan.

c) Banyak menghindari pertemuan dengan anggota keluarga lain yang serumah, makan tak mau bersama dan banyak mengurung diri di kamar. d) Wataknya lebih kasar dan berani menentang orang yang lebih tua dan

lebih mempunyai sifat tempramen.

e) Sering dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara nglantur dan mata sering terlihat sayup.51

5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Jika dilihat dari faktor pencetus terjadinya, penyalahgunaan narkoba dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

a) Rasa takut yang timbul karena ketidakmampuan dan kegagalan dalam berinteraksi dan bersaing dengan teman sekelompok yang lebih mapan. b) Induksi dari teman kelompok penyalahgunaan narkotika untuk ikut

dalam praktek penyalahgunaan narkotika.

c) Kegagalan untuk mengukur kemampuan dirinya baik dalam bidang sosial, akademik, dan perikehidupan lain dengan kelompok yang tingkat kehidupan sosialnya lebih tinggi darinya.52

51

Emo Kastama, Inabah (Tasikmalaya: Yayasan Serba Bhakti Pondok Pesantren Suryalaya, 1998), 23.


(49)

38

Menurut Dadang Hawari, faktor-faktor yang berperan dalam penyalahgunaan narkoba diantaranya:

a) Faktor kepribadian (antisosial/psikopatik) b) Kondisi kejiwaan kecemasan atau depresi

c) Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, dan hubungan antara orang tua dan anak

d) Kelompok teman sebaya

e) Dan NAPZA nya itu sendiri, mudah diperoleh dan tersedia di pasaran baik resmi maupun tidak resmi (easy availability).53

6. Konsep Islam Tentang Narkoba

Istilah Narkotika dalam pandangan Agama Islam yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadist yaitu berupa khamr. Ini berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW :

ِْيَلَع ُه يلَص ِه ُلْوُسَر َلاَق : َلاَق َرَمُع ِنْبا ْنَع

ٌرََْ ٍرِكْسُم لُك : َملَسَو

ٌماَرَح ٍرِكْسُم لُكَو

Artinya: semua yang memabukkan adalah khamr, dan semua khamr

adalah haram.54

Menurut pendapat Sayyid Sabiq yang mengutip penjelasan dari Ibn Taimiyah mengatakan bahwa Narkoba lebih berbahaya dari khamr,

sebagaimana penjelasan berikut:

Sesungguhnya ganja itu haram, diberikan sangsi had orang yang menyalahgunakannya, sebagaimana diberi had peminum khamr ditinjau dari segi sifatnya yang dapat merusak otak, sehingga

52

Harsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Ibid, 55.

53Dadang Hawari, Al Qur’

an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Ibid, 149..

54


(50)

39

pengaruhnya dapat menjadikan laki-laki menjadi banci dan pengaruh jelek lainnya. Ganja dapat menyebabkan orang berpaling dari mengingat Allah dan Shalat. Dan ia termasuk dalam kategori khamr

yang secara lafdzi dan maknawi telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.55

Menurut hasil konsensus ulama’ telah sepakat bahwasannya keharaman mengkonsumsi minuman keras adalah karena minuman keras banyak memiliki dampak negative bagi tubuh, dan mengkonsumsinya merupakan perbuatan yang menghasilkan dosa besar, karena berdampak pada hilangnya kesadaran akal walaupun hanya sementara.56

Larangan mengkonsumsi khamr juga telah dijelaskan didalam

Al-Qur’an Surat Al Maidah ayat 90, Allah SWT berfirman:















Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.57

Selain itu dalam surat Al-Baqarah ayat 219, Allah SWT berfirman:





















55

Sayyid Sabiq, Fiqh al-sunnah (Beirut: Dar al-fikr, 1981), jilid 2, 328.

56

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), 439. 57


(51)

40

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.58

Selain itu, mengkonsumsi khamr juga bisa mengakibatkan permusuhan dan kebencian diantara sesama manusia. Hal ini sebgaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 91:











Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).59

Dari beberapa ayat Al-Qur’an diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan Narkotika yang dalam Al-Qur’an di istilahkan dengan khamr hukumnya haram. Karena mengkonsumsi barang tersebut menyebabkan mabuk atau tidak sadar dan termasuk salah satu dosa besar yang dapat menyebabkan permusuhan dan kebencian di antara umat beragama.

B. Rehabilitasi Pecandu Narkoba

1. Pengertian Rehabilitasi

58

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung : Penerbit Hilal, 2010), 34. 59


(52)

41

Istilah Rehabilitasi dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu menurut etimologi dan terminologi. Menurut etimologi dalam Kamus Ilmiah Populer rehabilitasi merupakan pemulihan (perbaikan atau pembetulan); seperti sedia kala; pengembalian nama baik secara hukum, pembaharuan kembali.60 Sedangkan menurut terminologi beberapa tokoh telah menyatakan pendapatnya. Menurut Sudarsono rehabilitasi adalah usaha untuk memulihkan dan menjadikan pecandu narkoba hidup sehat jasmaniah dan rohaniah sehingga dapat menyesuaikan dan meningkatkan kembali keterampilan, pengetahuannya, serta kepandaiannya dalam lingkungan hidup.61 Pendapat ini sejalan dengan pemikiran Dadang Hawari bahwa rehabilitasi merupakan upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi mantan penyalahgunan/ketergantungan NAZA (Narkoba) kembali sehat dan psikologik, sosial, dan spiritual/agama (keimanan). Dengan kondisi seperti tersebut diharapkan mereka akan kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik dirumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja dan di lingkungam sosialnya.62

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi merupakan tahapan penting bagi pecandu narkoba untuk lepas dari ketergantungan narkoba. Dengan cara rehabilitasi ini pecandu narkoba akan memutus hubungan dengan lingkungan semula dimana ia menjadi

60

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), 404.

61

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 87.

62

Dadang Hawari, Penyalahguna dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, danZat Adiktif


(53)

42

pecandu narkoba. Pemulihan ini merupakan proses panjang yang harus di hadapi oleh pecandu narkoba agar dirinya bisa sehat kembali tanpa mengkonsumsi narkoba.

2. Landasan Rehabilitasi

Kewajiban menjalani pengobatan dan perawatan bagi pecandu narkotika diatur dalam undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika dalam pasal 54, pasal 56, pasal 57, dan pasal 58:

a. Pasal 54

Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

b. Pasal 56

(1) Rehabilitasi medis pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis pecansu narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri.

c. Pasal 57

Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis, penyembuhan Pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.

d. Pasal 58


(54)

43

instansi pemerintah maupun oleh masyarakat.63

Secara global upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan secara moralistik dan abolisionistik. Cara moralistik dalam usaha menanggulangi penyalahgunaan narkoba adalah menitik beratkan pada pembinaan moral dan membina kekukuhan mental masyarakat, juga pembinaan moral dan membina kekukuhan mental masyarakat, juga membina moral dan mental anak remaja.

Cara abolisionistik dalam usaha menanggulangi penyalahgunaan narkoba kepada remaja adalah mengurangi. Bahkan untuk menghilangkan sebab-sebab yang mendorong para pengedar narkoba di Indonesia dengan motivasi apapun, menutup kesempatan untuk menggunakan sarana pelayanan umum baik milik pemerintah maupun swasta dalam menunjang lancarnya lalu lintas perdagangan narkoba.64

3. Metode Rehabilitasi

Ada beberapa metode atau teknik untuk mengatasi para korban penyalahgunaan narkoba. Adapun teknik-teknik rehabilitasi atau pembinaan bagi pecandu narkoba adalah:

a. Penyuluhan, dalam metode penyuluhan ini meliputi wawancara, tanya jawab, temu wicara, sarasehan, dan seminar.

b. Bimbingan sosial yang meliputi wawancara dan konseling.

c. Pendidikan meliputi seminar, pelatihan, diskusi, simulasi dan integrasi kesadaran kurikulum sekolah.

63

Badan Narkotika Nasional, Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: BNN, 2009), 133.

64


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, M. Tafsir al-Manar, Juz III. Beirut : Darul Ma’arif. t.th.

Abu Abdullah Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il. Al-Jami’ Ash-Shaih

Al-Mukhtashar Juz I. Beirut: Dar Ibnu katsir, 1987.

Abu Amar, Imron. Terjemah Fat-hul Qarib. MenaraKudus. 1992.

Abu Bakar, Bahrun. Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Jus I. Bandung: Sinar Baru

Algesindo. 2002.

Adlany, Hazri. Al-Qur’an Terjemah Indonesia. Jakarta: Sari Agung. 2002.

Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakata:

Fajar Pustaka baru. 2004.

Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:

Bulan Bintang. 1970.

Al-Syaibani, Omar Muhammad al-Toumy. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta:

Bulan Bintang. 1979.

Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2002.

Amrullah, M. Amin. Panduan Penyusunan Proposal Skripsi, Tesis dan Disertasi.

Smart Pustaka. 2013.

Anggung, Wawancara, Surabaya, 8 Maret 2017.

An-Nadwi, Fadlil Sa’ad. Bidayah Al-Hidayah: Tuntunan Mencapai Hidayah Ilahi. Surabaya: Al-Hidayah. 1418 H.

An-Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam: dalam

Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung: Diponegoro. 1996.

Aqib, Kharisudin. Inabah Jalan Kembali dari Narkoba, Stres, dan Kehampaan

Jiwa. Surabaya: Bina Ilmu. 2005.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat

Pres. 2002.

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis


(2)

Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bina Aksara. 1987.

Assegaf, Abdul Rachman. Desain Riset Sosial Keagamaan Pendekatan

Integratif-Interkonektif. Yogyakarta: Maga Media. 2007.

Az-Zaibari, Amir Said. Manajemen Qalbu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003.

Badan Narkotika Nasional. Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.

Jakarta: BNN. 2009.

Badan Narkotika Nasional. Mahasiswa dan Budaya Narkotika. Jakarta: Team

BNN. 2012.

Chudaifah, Ibnu. Pola Pembinaan Mental Santri Narkoba: Studi Kasus di Pondok

Pesantren Ulul Albab Nganjuk. Tesis: UIN Sunan Ampel Surabaya. 2014.

Daradjat, Zakiah. Dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.

Daradjat, Zakiyah. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan

Bintang. 1995.

Darojat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi

Aksara. 2000.

Depag RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung : Penerbit Hilal. 2010.

Depag RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang : Diponegoro. 1995.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka. 2001.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2012.

Fadli Wijayanto, Wawancara, Surabaya, 8 Maret 2017.

Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Garsindo. 2010.

Haris, Abd. Pengantar Studi Islam. Sidoarjo: Al-Afkar Press. 2005.

Harlina M, Lydia dan Satya Joewana. Pencegahan Dan Penanggulangan


(3)

Harsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Bina Aksara. 1989.

Hasan, Alwi. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2003.

Hawari, Dadang. Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.

Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa. 1998.

Hawari, Dadang. Do’a dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis. Yogyakarta:

Dana Bhakti Prima Yasa. 2003.

Hawari, Dadang. Penyalahguna dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol,

danZat Adiktif. Jakarta: Penerbit FKUI. 2006.

I. M, Thoyib dan Sugiyanto. Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.

Ibn al-Asy’aş Sijistâni, Abu Dâud Sulaiman. Sunan Abu Dâud. Beirut: Dâr

al-Kutub al-’Ilmiyah. 1401 H.

Ishomuddin. Ustadz dan Guru Nyabu Bareng di Balai Desa. dalam http.

M.tempo.co.id (24Februari 2016)

Ismail, Asep Usmani. Menguak yang Gaib Khasanah Kitab Kuning. Jakarta:

Penerbit Hikmah. 2002.

Kadarmanta. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta: PT Forum Media

Utama. 2010.

Karsiman. Pak Ustadz Dibekuk Saat Pesta Narkoba. Lombok Post. dalam http.

Sulsel.pojoksatu.co.id (24 Februari 2017)

Kastama, Emo. Inabah. Tasikmalaya: Yayasan Serba Bhakti Pondok Pesantren

Suryalaya. 1998.

Langgulung, Hasan. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21. Jakarta : Pustaka

Al-Husna. 1988.

Lisa, Juliana dan Nengah Sutrisna W. Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa.

TinjauanKesehatan dan Hukum. Yogyakarta: Nuha Medika. 2013.

Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah. Beirut: Dar al-Fikr. Tt.

Mangunhardjana, A. Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius.


(4)

Mazhahiri, Husain. Pintar Mendidik Anak ( Panduan Lengkap Bagi Orang Tua,

Guru, dan masyarakat berdasarkan Ajaran Islam ). Jakarta: PT Lentera Basritama. 1999.

Moch Ali Hanafiah Akbar, Wawancara, Surabaya, 23 Februari 2017.

Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya.

2005.

Mubarok, Zaky. Akidah Islam. Yogyakarta: UII Press. 2001.

Mudzhar, M. Atho. Pendekatan Studi Islam (Dalam Teori dan Praktek).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 1998.

Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2006.

Munawaroh, Aqilatul. Peranan Pendidikan Agama Islam Bagi Pecandu Narkoba

di Madani Mental Healt Care. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.

Najati, Ustman. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Pustaka. 1995.

Nasution, Lahmuddin. Fiqih I: Wacana Ilmu dan Pemikiran. Bandung: Logos.

1995.

Nata, Abuddin. Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 2001.

Nata, Abudin. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. 2002.

Nawawi, Ismail. Risalah Pembersih Jiwa: Terapi Perilaku Lahir & Batin Dalam

Perspektif Tasawuf. Surabaya: Karya Agung. 2008.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Pers. 2002.

Partanto, Pius A dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

Arkola. 1994.

Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2000.


(5)

Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004.

Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004.

Ramayulis dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah sistem

Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia. 2009.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 1998.

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2008.

Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2004.

Rokib, Abdur. Penyembuhan Pecandu Narkoba dan Stress di Pondok Sapu Jagad

Yayasan Pesantren Raudlatul Ulum Kencong, Kepung, Kediri, Jawa Timur. Tesis: IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009.

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-sunnah. Beirut: Dar al-fikr. 1981.

Sasangka, Hari. Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana. Bandung:

Mandar Maju. 2003.

Siradj, Said Aqiel. Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah. 1999.

Sudarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. 1990.

Sudarsono. Kenakalan Remaja. Rineka Cipta:Jakarta. 1991.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2012.

Sulaiman. Seni Penyembuhan Alami. Jakarta: Pasrindo Bungamas Nagari. 2002.

Sumadi, Sutrisno. Pedoman Pendidikan Akidah Remaja. Jakarta: Pustaka

Quantum. 2002.

Sunawan, Edi. Pendidikan Spiritual pada Santri Gangguan Mental dan Pecandu

Obat Terlarang di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta. Tesis: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2015.

Sutrisno, Wawancara, Surabaya, 9 Maret 2017.

Syarifudin, Ahmad. Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai


(6)

Syukur, Amin. Pengantar Studi Islam. Semarang: Duta Grafika. 2004.

Syukur, Amin. Tasawwuf Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.

Tadjul ‘Arifin, Shohibul Wafa. Uquudul Jumaan. Yayasan Serba Bakti: Suryalaya. 1975.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013.

Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 2013.

Tajul ‘Arifin, Shohibulwafa. Miftahus Shudur. Suryalaya: Pondok Pesantren Suryalaya. 1970.

Tawil, Madjid. Dkk. Narkoba Dikenal untuk Dijauhi. Surabaya: BNP JATIM

Tawil, Madjid. Penyalahgunaan Narkoba Dan Penanggulangannya. Surabaya:

BNP JATIM. 2010.

Tim IAIN Sunan Ampel. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel

Press. 2011.

Tim Prima Pena. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Gitamedia Press. 2006.

Tim Prima Pena. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Gitamedia Press. 2006.

Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2005.

Undang-undang Bidang Hukum, Sosial dan Budaya, Kesehatan,Psikotropika dan

Narkotika. Jakarta: Eka jaya.

Undang-undang Bidang Hukum. Kesehatan, Psikotropika, dan Narkotika. Jakarta:

Eka Jaya. 2003.