UPAYA PENCEGAHAN DAN PENYEMBUHAN PATOLOGI SOSIAL PENYALAHGUNAAN NARKOBA BERBASIS NILAI KEAGAMAAN : Studi Deskriptif di Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya - Tasikmalaya.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH.. ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... .1
B. Rumusan Masalah ... .5
C. Tujuan Penelitian ... .6
D. Manfaat Penelitian ... .7
BAB II KAJIAN PUSTAKA. ... 9
A. Konsep Patalogi Sosial ... 9
1. Pengertian Patalogi Sosial ... 9
2. Pendekatan Patalogi Sosial ... 12
3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Patalogi Sosial ... 15
B. Penyalahgunaan Narkoba Merupakan Gejala Patologi Sosial ... 16
1. Penyalahgunaan dan Sifat Narkoba ... 16
(2)
3. Dampak Penyalahgunaan Narkoba. ... 21
C. Pencegahan sebagai Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba ... 22
D. Rehabilitasi sebagai Upaya Penyembuhan Bagi Penyalahguna Narkoba. ... 24
1. Pengertian Rehabilitasi... 24
2. Pelaksanaan Rehabilitasi... ... 25
E. Nilai-Nilai Keagamaan dalam Proses Rehabilitasi. ... 25
1. Pengertian Nilai-nilai Keislaman. ... 25
2. Terapi Islam dalam Menaggulangi Patologi Sosial. ... 26
F. Konsep Metode Rehabilitasi Berbasis Nilai Keagamaan. ... 37
1. Berbagai Metode dalam Rehabilitasi. ... 37
2. Metode Rahabilitasi Berbasis Nilai Keagamaan. ... 39
G. Posisi Studi. ... 41
BAB III METODE PENELITIAN. ... 43
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 43
1. Pendekatan Penelitian… ... 43
2. Metode Penelitian... 46
B. Teknik Pengumpulan Data ... 47
C. Sumber Data. ... 51
D. Analisis Data. ... 52
E. Validitas Data ... 54
F. Subyek Penelitian ... 58
(3)
H. Lokasi Penelitian. ... 59
I. Persiapan Penelitian ... 60
J. Pelaksanaan Penelitian ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... 62
A. Deskripsi Umum Pondok Remaja Inabah XX. ... 62
B. Deskripsi Hasil Penelitian. ... 63
1. Program Rehabilitasi Narkoba Berbasis Nilai Keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX bagi Anak Bina………... 64
2. Tujuan yang Diharapkan dari Pelaksanaan Rehabilitasi Berbasis Nilai Keagamaan Bagi Anak Bina. ... 70
3. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Untuk Tidak Ketagihan Kembali Setelah Berhasil Sembuh. ... 73
4. Manfaat yang Dirasakan Setelah Mengikuti Proses Pembinaan Berbasis Nilai Keagamaaan Di Pondok Remaja Inabah XX. ... 76
C.Pembahasan Hasil Penelitian. ... 79
1. Program Rehabilitasi Narkoba Berbasis Nilai Keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX bagi Anak Bina. ... 79
2. Tujuan yang Diharapkan dari Pelaksanaan Rehabilitasi Berbasis Nilai Keagamaan Bagi Anak Bina ... 85
3. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Untuk Tidak Ketagihan Kembali Setelah Berhasil Sembuh.. ... 88
4. Manfaat yang Dirasakan Setelah Mengikuti Proses Pembinaan Berbasis Nilai Keagamaaan Di Pondok Remaja Inabah XX………...………….... 93
(4)
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……...……….... 101
A.Kesimpulan………... 101
1. Kesimpulan Umum………...……….. 101
2. Kesimpulan Khusus………...……. 102
B.Rekomendasi……….……...…………104
DAFTAR PUSTAKA……… 106
(5)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa diantaranya sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan menjadi modal yang sangat berharga dalam menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.
Dalam era kekinian, tantangan yang dihadapi masyarakat sangatlah beragam dan kompleks. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah masalah penyakit masyarakat yang bisa hadir diantaranya dalam bentuk kenakalan remaja, mabuk-mabukan minuman keras dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Kondisi yang demikian tentunya tidak boleh dibiarkan begitu saja karena akan berdampak luas dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat pada khusunnya dan negara pada umumnya. Jika tidak ditangani dengan baik, bukan tidak mungkin suatu saat akan terjadi lost generation atau hilangnya generasi penerus karena sudah tidak mampu lagi keluar dari pengaruh buruk yang diakibatkan oleh berbagai macam penyakit masyarakat tersebut. Permasalahan penyakit
masyarakat yang demikian sering pula disebut dengan istilah “patologi sosial”.
Berkaitan dengan hal ini Blackmar dan Billin (http://oneclubaplikom.wordpress.com, 2010: 3) menyatakan bahwa “Patologi sosial diartikan sebagai kegagalan individu menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan ketidakmampuan struktur dan institusi sosial melakukan sesuatu bagi
(6)
perkembangan kepribadian”. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa upaya struktur, organisasi maupun institusi sosial sangat diperlukan dalam menangani masalah patologi sosial yang terjadi di masyarakat sehingga penanganannya menjadi terstruktur dan terorganisasi dengan baik serta dapat mencapai hasil yang maksimal.
Pada saat ini, banyak upaya yang dilakukan sebagai tindakan penanganan masalah patologi sosial yang dilakukan oleh pemerintah maupun yang dilaksanakan oleh masyarakat secara swadaya. Langkah tersebut diantaranya dengan membentuk lembaga khusus rehabilitasi yang berupaya memberikan layanan pemulihan, penyembuhan dan pembinaan. Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya - Tasikmalaya merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat yang concern terhadap upaya penaggulangan masalah patologi sosial, khususnya upaya pemulihan masalah ketergantungan obat-obatan terlarang (selanjutnya disebut narkoba) dan gangguan jiwa lainnya. Inabah XX mengkhususkan diri pada rehabilitasi dan pembinaan berdasarkan ajaran dan tuntunan agama Islam dalam seluruh pelaksanaan kegiatan rehabilitasinya.
Berkaitan dengan hal ini, terdapat beberapa hasil penelitian sebelumnya yang mengkaji masalah rehabilitasi penyalahgunaan narkoba melalui metode Keislaman. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Heryana (1998: 138) dengan judul “Peran Serta Lembaga Informal dalam Sistem Rehabilitasi Sosial
terhadap Korban Penyalahgunaan Narkotika”, yang menyimpulkan bahwa
“Lembaga informal dalam hal ini Pondok Pesantren Suryalaya telah berhasil menyembuhkan pasien korban penyalahguna narkotika melalui rehabilitasi sosial
(7)
dengan menggunakan suatu metode, yakni metode pendekatan keagamaan dan tradisional”.
Dari hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa upaya penyembuhan ketergantungan terhadap narkotika atau narkoba dapat berjalan dengan baik melalui pendekatan keagamaan dan unsur tradisional. Rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan sangat penting dalam mengisi kekosongan jiwa yang telah melenceng pada perbuatan yang buruk untuk kembali pada tuntunan dan jalan yang diridhoi Allah SWT.
Upaya penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan juga sangat erat kaitannya dengan materi rehabilitasi yang diberikan pada saat pelaksanaan pembinaan. Hal ini menjadi sangat penting karena adanya perbedaan kebiasaan dan sikap yang seringkali terbawa oleh para penyalahguna narkoba yang mengikuti pembinaan (selanjutnya disebut anak bina) sehingga menjadi selaras dengan tuntunan yang ada dalam ajaran Islam.
Berkaitan dengan hal ini, terdapat penelitian yang dilakukan Ruswandi (2000: 117-118) dengan judul “Pembinaan Akhlaq Remaja (Studi Kasus Pada
Remaja Penderita Kecanduan Obat Bius di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya)”.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) Upaya pesantren Suryalaya membina akhlaq remaja penderita kecanduan obat bius melalui metode Tareqat Qadariyah Naqsabandiyah meliputi amaliah mandi taubat, dzikir dan shalat, bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sebagai cermin penyembuhan remaja dari penderitaan kecanduan obat bius ; 2) Dalam upaya pembinaan remaja penderita kecanduan obat bius di Inabah Pesantren Suryalaya
(8)
dilakukan penciptaan suasana kondisif dan penataan fisik yang memadai menyebabkan sebagian besar para remaja merasa nyaman, tentram dan kerasan tinggal di lingkungan Inabah sambil mereka menikmati suasana kebebasan dan kedekatan dirinya dengan Allah SWT ; 3) Proses pembinaan terhadap remaja penderita kecanduan obat bius melalui amaliah Tareqat Qadariyah Naqsabandiyah di pesantren Suryalaya diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang diikuti seluruh anak bina mulai pukul 02.00 dini hari hingga pukul 22.00. Meskipun kegiatan berjalan sangat padat, tetap mendorong anak bina melakukannya karena kegiatan tersebut berjalan secara demokratis. Sehingga lambat laun dapat mengurangi keinginan dan ketergantungan mereka mengkonsumsi obat-obat terlarang.
Penelitian yang dilakukan peneliti ini merupakan kelanjutan dan pengembangan dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang diharapkan akan memperkaya khasanah keilmuan, khususnya bidang ilmu sosial. Penelitian ini mencoba untuk mengungkap lebih mendalam mengenai : program rehabilitasi dan pembinaan berbasis nilai keagamaan di Inabah XX ; tujuan pelaksanaan rehabilitasi berbasis nilai keagamaan ; upaya pencegahan penyalahgunaan kembali narkoba setelah berhasil sembuh yang dilakukan bagi mantan korban/penyalahguna narkoba yang telah sembuh ; dan mengkaji hasil akhir yang menunjukkan bahwa proses rehabilitasi berbasis nilai keagamaan memberi manfaat bagi anak bina.
Permasalahan tersebut diangkat guna mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam mengenai upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial
(9)
penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan yang dilaksanakan Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
Posisi masalah yang diteliti dalam ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan adalah bahwa patologi sosial penyalahgunaan narkoba merupakan masalah serius dan mendesak yang dapat mengancam kehidupan dan keberlangsungan masyarakat karena berhubungan langsung dengan aspek sikap dan moralitas warga negara yang menurun, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya penaggulangan, pembinaan maupun rehabilitasi bagi penyalahguna narkoba dari berbagai aspek sehingga dapat kembali sehat dari segi fisik, psikologis, mental dan spiritual serta fungsi sosialnya dalam rangka mewujudkan good citizen dan kehidupan yang di cita-citakan, untuk dapat berbakti pada bangsa dan negara.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang penelitian tersebut, maka peneliti dapat merumuskan fokus permasalahan atau masalah pokok penelitian yaitu “bagaimana upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan?”.
Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil penelitian, maka pokok permasalahan tersebut dijabarkan dalam beberapa sub masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk dan materi program rehabilitasi narkoba berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX bagi anak bina?
(10)
2. Bagaimana tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan rehabilitasi berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX bagi anak bina?
3. Bagaimana upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba untuk tidak ketagihan kembali setelah berhasil sembuh?
4. Bagaimana hasil akhir yang menunjukkan bahwa proses rehabilitasi berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX memberi manfaat bagi anak bina?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara faktual mengenai bagaimana upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
1. Memperoleh gambaran tentang bentuk dan materi program rehabilitasi narkoba berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX bagi anak bina.
2. Memperoleh gambaran tentang tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan rehabilitasi berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX bagi anak bina.
3. Mengkaji upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba untuk tidak ketagihan kembali setelah berhasil sembuh.
(11)
4. Memperoleh gambaran hasil akhir yang menunjukkan bahwa proses rehabilitasi berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX memberi manfaat bagi anak bina.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama bagi ilmu sosial khususnya dalam menanggulangi masalah patologi sosial penyalahgunaan narkoba terutama dalam bidang penanganan dan rehabilitasi bagi korban/penyalahguna narkoba.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Korban/Pecandu Narkoba
Sebagai bahan masukan dalam menyikapi dan menghindari pengaruh buruk narkoba serta berpartisipasi aktif dalam mencegah penyalahgunaan narkoba. b. Bagi Keluarga
Sebagai bahan informasi dalam meningkatkan perhatian dan perlindungan terhadap anggota keluarga sehingga terhindar dari bahaya narkoba.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan untuk menyikapi problematika dan meningkatkan kewaspadaan, serta cara penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba di tingkat masyarakat dan lingkungan sekitar.
(12)
d. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam hal penganggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba di masyarakat, bangsa dan negara.
(13)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan, yaitu di Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya - Tasikmalaya, yang membutuhkan sejumlah data lapangan yang bersifat aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya.
Berkaitan dengan hal ini Creswell (2010 : 352) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah sebuah alat untuk memaparkan dan memahami makna yang berasal dari individu dan kelompok mengenai masalah sosial atau masalah individu”. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan memahami makna suatu permasalahan sosial yang muncul, baik yang berasal dari individu maupun yang melibatkan kelompok masyarakat. Konteks yang demikian sangat relevan dengan permasalahan yang hendak diteliti oleh peneliti yang merupakan permasalahan sosial dengan melibatkan banyak faktor sebagai pemicunya dan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat yang lebih luas.
(14)
Dalam upaya mendapatkan data yang jelas dan akurat serta memiliki validitas yang tinggi, peneliti melakukan penelitian langsung ke sumber data, dalam hal ini lokasi penelitian yakni Pondok Remaja Inabah XX dan berinteraksi langsung dengan lingkungan lokasi penelitian dengan berbekal pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman studi dokumentasi yang telah disiapkan sebelumnya berkaitan dengan masalah yang diteliti. Selanjutnya peneliti berupaya mengumpulkan data selengkap dan sedetail mungkin tentang masalah yang menjadi pokok penelitian yakni upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya – Tasikmalaya. Data-data yang telah diperoleh tersebut kemudian dideskripsikan dengan jelas dan detail dalam deskripsi hasil penelitian sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti.
Berkaitan dengan hal tersebut, dengan mengutip pendapat Bodgan dan Taylor (Moleong 2002: 3) mendefinisikan metode kualitatif “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara holistik (utuh). Dengan demikian peneliti harus mampu membaca situasi dam menyingkap makna dari sebuah peristiwa atau kejadian yang terjadi di lokasi penelitian sebagai data penelitian sesuai dengan masalah yang hendak diteliti.
Selanjutnya Hadisubroto (Abdurahman, 2003: 101) mengemukakan “data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif, lebih berupa kata-kata daripada angka-angka”. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Nasution (1996: 18)
(15)
disebut juga penelitian naturalistik. “Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur”. “Disebut naturalistik karena situasi lapangan bersifat natural dan wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes”.
Oleh karena data yang hendak diperoleh dari penelitian ini bersifat kualitatif berupa deskripsi tentang suatu peristiwa yang diambil dari situasi yang wajar, maka diperlukan ketelitian dari peneliti untuk dapat mengamati secermat mungkin aspek-aspek yang diteliti, dari hal tersebut terlihat disini bahwa peranan peneliti sangat menentukan sebagai alat peneliti utama (key instrumen) yang mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara berstruktur. Nasution (1996: 9) berpendapat bahwa “hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam atau kamera peneliti tetap memegang peran utama sebagai alat penelitian”.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini berkisar pada upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Adapun data-data objektif yang diperoleh dari penelitian yang telah dideskripsikan kemudian dianalisis untuk menemukan dan mengungkap makna yang terkandung didalamnya dengan memperhatikan aspek upaya rehabilitasi berbasis nilai keagamaan seperti pada penyembuhan ketergantungan narkoba.
(16)
Berkaitan dengan hal ini Nasution (2003: 5) mengemukakan bahwa hakikat penelitian kualitatif yaitu untuk “mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Dalam penelitian ini hal tersebut dilaksanakan dengan cara peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian, berinteraksi dengan pimpinan, pembina, staf pelaksana dan anak bina yang berada di Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya. Peneliti juga melakukan observasi dan pengamatan mendalam mengenai berbagai kegiatan rehabilitasi atau pembinaan yang dilaksanakan dengan melibatkan diri dan berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat dan menemukan makna dibalik perilaku dan perbuatan yang dilakukan. Creswell (2010 : 352) mengungkapkan “Proses penelitian melibatkan pertanyaan dan prosedur yang sudah muncul; yakni dengan mengumpulkan data menurut setting pertisipan; menganalisis data secara induktif, mengelola data dari yang spesifik menjadi tema umum, dan membuat penafsiran mengenai makna di balik data”.
Dengan demikian setelah data-data penelitian berhasil terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data, kemudian dibahas dengan dukungan teori atau pendapat para ahli untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Dharma (2008: 1) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
(17)
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel”.
Alasan pemilihan metode ini karena masalah yang diteliti merupakan masalah dan peristiwa sosial yang terjadi di masyarakat yang perlu dideskripsikan dengan jelas dan aktual sesuai dengan kenyataan di lapangan sehingga memungkinkan untuk melakukan penanganan dan mencari solusi pemecahan masalah dengan lebih baik dan efektif. Hal ini ditempuh oleh peneliti dengan berupaya mendeskripsikan peristiwa dan kejadian di lokasi penelitian yang meliputi seluruh kegiatan dan pelaksanaan rehabilitasi bagi anak bina dengan tetap berfokus pada rumusan masalah yang telah ditentukan. Dengan demikian data hasil penelitian dapat diorganisir sesuai dengan kebutuhan penelitian.
B. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dan refresentatif dibutuhkan teknik pengumpulan data yang dipandang tepat, dimana peneliti bertindak sebagai instrumen utama (key instrumen) yang menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah. Data dan informasi yang dikumpulkan peneliti menggunakan teknik, diantaranya sebagai berikut.
(18)
1.Observasi Partisipatif (Participant Observation)
Teknik yang dimaksud adalah peneliti memasuki lapangan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan langsung, kemudian informasi yang diperoleh dimaknai oleh peneliti sesuai dengan konteksnya (hal-hal yang bertalian). Secara intensif teknik observasi ini digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan oleh peneiti langsung dalam lingkungan Inabah XX Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, mengamati, memperhatikan, merekam dan mencatat peristiwa yang terjadi pada saat itu dan di tempat tertentu pula. Peristiwa disini dimaksudkan pada hal yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan dalam penelitian baik dalam kegiatan yang bersifat program kurikuler maupun yang bersifat ekstrakurikuler.
Hal ini dilakukan dengan peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian, berinteraksi dengan seluruh pembina dan pengurus serta anak bina di Inabah XX. Peneliti melibatkan diri dan ambil bagian dalam rangkaian kegiatan dalam pembinaan, dari mulai anak bina dibangunkan pada waktu dini hari sampai pada waktu istirahat menjelang waktu malam kembali selama beberapa hari. Kegiatan ini dilakuakan dengan tujuan untuk mamperoleh gambaran dan data yang aktual mengenai pelaksanaan pembinaan dan merasakan langsung suasana kegiatan rehabilitasi dengan berupaya menemukan makna dibalik setiap peristiwanya.
2.Wawancara Mendalam (Indepth Interviewing)
Wawancara atau kuosioner lisan, merupakan sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber. Wawancara merupakan satu teknik pengumpulan data dengan cara lisan terhadap
(19)
responden, dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disediakan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nasution (1996: 73), bahwa: “tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak kita ketahui melalui observasi”.
Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi dalam pengumpulan data, pada konteks ini catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip wawancara. Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti analisis dokumen dan studi literatur. Peneliti melaksanakan penelitian dengan cara melakukan wawancara secara mendalam dengan subjek penelitian dengan tetap berpegang pada arah, fokus dan sasaran penelitian yang telah direncanakan sebelumnya.
Adapun pihak yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah : Pimpinan dan pengurus Pondok Inabah XX Pesantren Suryalaya, pembina program rehabilitasi dan anak bina. Responden ini dipilih karena berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti dalam penelitian dan telah mengetahui lebih dalam mengenai kondisi di lingkungan Inabah XX, sehingga data yang diperoleh memiliki akurasi dan validitas yang tinggi.
Proses wawancara berlangsung dalam suasana yang wajar dan santai serta tidak mengganggu aktivitas dan kegiatan responden. Hal ini dimaksudkan supaya data yang didapatkan benar-benar aktual dan yang sebenarnya tanpa terintervensi oleh faktor non teknis dari responden.
(20)
Kemudian untuk menghindari bias penelitian, peneliti tetap memiliki pedoman wawancara yang bersifat fleksibel dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan perkembangan data dan dinamika yang terjadi di lapangan tempat penelitian.
3. Studi Dokumentasi (Document of Study)
Studi dokumen dimaksudkan guna menunjang perolehan data dan informasi dari lapangan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik ini merupakan telaahan atau pengajian atas dokumen-dokumen seperti foto-foto yang dapat memberikan konstribusi tehadap penelitian yang dilakukan. Moleong (2004: 217) menyatakan:
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai data karena dalam banyak hal dokumen dapat mengungkapkan bagaimana subjek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan situasi yang dihadapinya padasuatu saat, dan bagaimana kaitan antara devinisi diri tersebut dalam hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya.
Teknik studi dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak hal. Dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian. Dalam pelaksanaan teknik dokumentasi ini ditujukan untuk memperoleh data yang bersifat dokumenter yang terdapat di lapangan, seperti dokumen arsip-arsip, foto-foto, catatan harian kehadiran dan piket, struktur diagram organisasi, tata tertib dan sebagainya. Data dokumentasi tersebut selanjutnya dapat dijadikan bahan verifikasi dan penjelasan dalam pelaksanaan
(21)
penelitian sehiangga menjadi salah satu sumber data yang kuat dalam mendukung hasil penelitian.
Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mempelajari dan menafsirkan data-data berupa dokumen yang telah tersedia di Inabah XX yang berkaitan dan mendukung terhadap penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperkuat dan sebagai perbandingan data yang diperoleh dari sumber lain, seperti data hasil wawancara dan data hasil observasi.
4. Studi Literatur (literature of Study)
Studi literatur yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik studi literatur yang digunakan adalah mempelajari sejumlah literatur yang berupa buku, jurnal, surat kabar, dan sumber-sumber kepustakaan lainnya guna mendapatkan informasi-informasi yang menunjang.
Studi literatur dalam penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan referensi sebanyak mungkin dari berbagai sumber, pendapat para pakar/ahli dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang relevan dengan masalah penelitian, dalam hal ini yaitu upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi dua sumber, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, yang keduanya bersifat saling berhubungan dan
(22)
saling mendukung satu dengan yang lain. Berikut merupakan penjelasan mengenai kedua sumber data tersebut.
1. Sumber Data Primer
Merupakan situasi dan kondisi alami (natural) yang terjadi di lingkungan Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, baik situasi yang bersifat fisik maupun yang bersifat non-fisik, meliputi pimpinan dan pembina Inabah XX, pelaksana program rehabilitasi dan anak bina dan seluruh suasana serta peristiwa yang terjadi dalam pelaksanaan dan aktivitas rehabilitasi yang dapat dijadikan data untuk mendukung penelitian.
Sumber data primer diperlukan untuk mengungkap kejadian dan peristiwa secara aktual dan kontekstual karena merupakan bagian dari pelaku kegiatan dan sudah sangat memahami konteks permasalahan yang dikaji oleh peneliti.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data ini berupa dokumen-dokumen resmi yang ada di Inabah XX dan dokumen-dokumen tidak resmi seperti peraturan-peraturan maupun berbentuk pantangan-pantangan tidak tertulis untuk diketahui oleh santri. Sumber data ini digunakan sebagai pembanding dari data-data yang diperoleh dari sumber lain serta untuk mengecek kebenaran data yang telah diperoleh.
D.Analisis Data
Proses analisis data dari penelitian ini dilakukan secara terus-menerus (continue) dari awal sampai akhir penelitian. Berkenaan dengan hal tersebut,
(23)
maka analisis data hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Langkah awal dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah dengan mereduksi data, yaitu dengan merangkum hal-hal yang pokok untuk kemudian disusun secara sistematis yang sesuai dengan aspek yang diteliti dari data dan informasi yang diperoleh di lapangan.
Data yang diperoleh dari lapangan tidak semuanya penting dan harus dimasukkan kedalam data hasil penelitian. Oleh karena itu, data kasar yang diperoleh kemudian diseleksi dan dirangkum hal-hal pokoknya dari setiap topik permasalahan yang diteliti sehingga menghasilkan data yang sesuai dengan pokok masalah dan akan memudahkan dalam menemukan esensi dan makna dari data tersebut.
Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan menyeleksi dan merangkum hal-hal pokok dari data penelitian yang diperoleh, dalam hal ini yaitu upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunan narkoba berbasis nilai keagamaan, kemudian disusun secara sistematis sesuai dengan aspek permasalahan yang diteliti.
a. Display Data
Setelah data dan informasi diperoleh dari lapangan direduksi, kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan display data, yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat. Penyajian data secara jelas dan singkat ini bertujuan agar dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian
(24)
atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian tersebut. Penyajian data pertama kali dilakukan bagian demi bagian, kemudian dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan interprestasi sesuai data yang diperoleh dari lapangan.
b. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Sebagai langkah akhir dari proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, hal ini dimaksudkan untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Kesimpulan ini dirumuskan dalam bentuk pernyataan singkat agar mudah dipahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Proses analisis data berlangsung terus-menerus selama kegiatan penelitian dilakukan.
Untuk mencapai pada suatu kesimpulan, peneliti berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menggali informasi yang lebih mendalam. Kesimpulan yang dirumuskan masih harus terus diverifikasikan secara berulang dan bertahap hingga dapat dirumuskan kesimpulan akhir.
2. Validasi Data
Validitas merupakan kekuatan lain dalam penelitian kualitatif selain reliabilitas. Validitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian ini sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum. Creswell & Miller (Creswell, 2010: 286).
(25)
Penelitan kualitatif sering kali digunakan terutama dalam hal kesahihan datanya (validitas data), oleh sebab itu dibutuhkan cara untuk memenuhi kriteria kredibilitas data, beberapa cara dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya, dalam penelitian ini cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Memperpanjang Masa Observasi
Dalam melaksanakan observasi harus cukup waktu untuk benar-benar mengenal suatu lingkungan, dalam hal ini lingkungan Pondok Remaja Inabah XX pada khususnya dan mengadakan hubungan baik dengan staf pengurus dan staf pelaksana program serta anak bina yang telah pulih di lingkungan Inabah. Sedangkan usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian guna memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data adalah dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan penelitian dalam kondisi yang wajar dengan mencari waktu yang tepat guna berinteraksi dengan sumber data.
b. Pengamatan Terus-Menerus
Agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tertinggi, peneliti mengadakan pengamatan secara terus-menerus terhadap subjek penelitian, terutama dalam pelaksanaan program rehabilitasi narkoba di Inabah XX pondok pesantren Suryalaya. Kegiatan ini meliputi seluruh kegiatan dan aktifitas pembinaan yang dilaksanakan, berikut dengan hal-hal lain diluar teknis yang kemungkinan dapat terjadi selama pelaksanaan kegiatan berlangsung, untuk selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penelitian.
(26)
a) Triangulasi Data
Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau prespektif dari partisipan akan menambah validitas penelitian (Creswell, 2010: 286-287).
Tujuan triangulasi data adalah mengecek kebenaran data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diberikan staf pengurus, staf pelaksana program dan anak bina tentang fokus penelitian agar memperoleh kebenaran informasi yang diperoleh.
Dalam penelitian ini proses triangulasi data dilakukan dengan cara mengecek kebenaran suatu data tertentu yang diperoleh dari suatu sumber dengan membandingkannya dengan sumber yang lain, dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang berkaitan dengan masalah upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan.
b)Menggunakan Referensi Yang Cukup
Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan dan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang tidak mengganggu atau menarik perhatian
(27)
informan, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.
c) Menerapkan Member Checking
Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian. Member checking ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi atau tema-tema spesifik pada partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat. Hal ini tidak berarti bahwa peneliti membawa kembali transkrip-transkrip mentah kepada partisipan untuk mengecek akurasinya. Sebaliknya, yang harus dibawa peneliti adalah bagian-bagian dari hasil penelitian yang sudah dipoles, seperti tema-tema, analisis kasus, grounded theory, deskripsi kebudayaan, dan sejenisnya (Creswell, 2010: 287).
Tujuan dari member checking adalah agar informasi yang peneliti peroleh yang digunakan dalam penulisan laporan dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara member checking kepada subjek penelitian diakhir kegiatan penelitian lapangan tentang fokus yang diteliti yakni bagaimana upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX.
(28)
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian pada penelitian ini meliputi pimpinan dan pengurus majelis rehabilitasi narkoba Inabah, pelaksana program rehabilitasi dan pasien program rehabilitasi di pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Kriteria subyek penelitian ialah responden yang dianggap mengetahui dan memahami secara mendalam serta berkompeten di bidangnya mengenai permaslahan upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan, dalam hal ini meliputi pimpinan, pembina, staf pelaksana program dan anak bina yang telah berangsur pulih. Berikut merupakan rincian subyek penelitian yang menjadi sumber data penelitian.
1. Pimpinan dan pembina Inabah XX sebanyak 2 orang responden.
2. Staf pelaksana program rehabilitasi Inabah XX sebanyak 5 orang responden.
3. Anak bina Inabah XX yang telah berangsur sembuh sebanyak 5 orang responden.
4. Instrumen Penelitian
Pada penelitian kualitatif, instrumen utama dari penelitian adalah peneliti sendiri yang dibantu oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2000: 132) bahwa “bagi penelitian kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil
(29)
penelitiannya”. Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data secara mendalam yang diperlukan untuk penelitian. Manusia sebagai instrumen penelitian memiliki kelebihan, sebagai berikut :
a. Ia akan bersikap responsif terhadap lingkungan dan pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan;
b. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan situasi lapangan penelitian terutama jika ada kenyataan ganda;
c. Mampu melihat persoalan dalam suatu keutuhan dalam konteks suasana, keadaan, dan perasaan;
d. Mempu memproses data secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri, merubah hipotesis sewaktu berada di lapangan, dan mengetes hipotesis tersebut pada responden. (Maleong, 1994: 121).
5. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Pondok Remaja Inabah XX yang beralamat di Kp. Puteran Kaler RT. 02 RW. 01 Desa Puteran Kecamatan Pagerageung Tasikmalaya – Jawa Barat. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Inabah merupakan salah satu pelopor dalam pengobatan dan penyembuhan ketergantungan narkoba berbasis keislaman yang dikembangkan oleh pondok Pesantren Suryalaya - Jawa Barat.
(30)
2. Inabah menerapkan cara yang berbeda dalam hal penyembuhan ketergantungan narkoba seperti halnya dengan cara medis, yakni dengan mengintegrasikan proses penyembuhan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan, sehingga para pasien yang berobat selain sembuh secara fisik, juga dari segi psikis mempertebal kembali aspek keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
3. Perhatian, integritas dan komitmen Inabah XX pada bidang pembinaan akhlak dan penyembuhan ketergantungan narkoba yang senantiasa tetap dipertahankan demi kelangsungan ummat.
4. Belum adanya penelitian mengenai upaya pencegahan penggunaan kembali narkoba oleh pasien yang telah sembuh dan kriteria keberhasilan rehabilitasi menurut standar yang ada di Inabah XX pada khususnya.
6. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian atau tahap pra lapangan meliputi tahap penelitian pendahuluan dan tahap penyusunan proposal penelitian serta pengurusan surat perijinan penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pra penelitian guna melihat permasalahan yang berkenaan dengan bagaimana upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Tujuan dari tahap pra penelitian ini adalah mendapatkan informasi dan data awal mengenai aspek-aspek yang diteliti sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.
(31)
Berdasarkan hasil kegiatan pra penelitian dengan ditunjang beberapa sumber kepustakaan yang relevan, peneliti kemudian menetapkan permasalahan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
7. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini kegiatannya berpusat pada studi lapangan yang sesungguhnya, yaitu kegiatan di lapangan difokuskan seluruhnya terhadap sumber data dalam rangka memperoleh data dan informasi dari aspek yang diteliti yang sesuai dengan harapan penelitian ini. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan cara observasi partisipatif dan wawancara mendalam, sehingga data dan informasi seluruhnya dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya dan terinci sampai tidak ada informasi baru lagi dari lapangan tempat penelitian berlangsung atau dengan kata lain data dan informasi telah mengalami kejenuhan.
(32)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam BAB IV, dapat peneliti rumuskan suatu kesimpulan sementara dan rekomendasi.
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Upaya pencegahan dan penyembuhan patologi sosial penyalahgunaan narkoba berbasis nilai keagamaan di pondok remaja Inabah XX telah berjalan dengan baik dan memberikan kontribusi dan manfaat yang sangat besar bagi pemulihan segi fisik, psikologis, mental, spiritual dan sosial anak bina sehingga bisa kembali normal dan mampu menjalani kehidupannya dengan baik di masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari komitmen, kurikulum, pelaksanaan pembinaan dan situasi kondusif yang diterapkan sehingga sangat membantu dan mendukung keberhasilan anak bina dalam proses penyembuhannya.
Upaya penyembuhan ketergantungan narkoba pada anak bina dilaksanakan melalui pembinaan keagamaan berbasis Tareqat Qadariyah Naqsabandiyah (TQN) dengan materi pembinaan yang meliputi mandi taubat, shalat berjamaah (baik fahdhu maupun sunnat), dzikir (baik zahar maupun khofi), khotaman, pengajian dan belajar membaca Al-Qur’an, puasa, konsultasi dan kegiatan olahraga. Tujuan dari pelaksanaan rehabilitasi dan pembinaan bagi anak
(33)
bina yaitu untuk memulihkan kondisi fisik, psikologis, mental, spiritual dan sosial anak bina sehingga bisa kembali normal dan tidak lagi tergantung pada narkoba.
Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan antara lain dengan adanya niat dan kemauan yang keras dari anak bina untuk sembuh dengan jalan meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT serta menjaga pergaulan dengan sebaik-baiknya. Upaya pembinaan yang dilaksanakan telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan anak bina secara keseluruhan. Setelah beberapa waktu mengikuti program pembinaan, anak bina telah menunjukkan perubahan perilaku ke arah yang lebih positif, misalnya terlihat dari segi orientasi dan harapan hidup, segi ketaatan beribadah serta segi sikap dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Pemulihan kondisi fisik dan normalnya aspek psikologis serta keimanan akan sangat berkontribusi besar pada terciptanya anak bina yang sehat dan berperilaku baik sebagai bagian dari masyarakat yang sangat diperlukan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini sangat penting bagi anak bina sebagai bagian dari masyarakat, berkaitan dengan peran dan fungsinya sebagai warga negara untuk dapat menjalankan hak dan kewajibannya dalam rangka kembali berbakti di kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Kesimpulan Khusus
a. Program rehabilitasi narkoba berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX bagi anak bina dilaksanakan secara agama Islam melalui Tareqat Qadariyah Naqsabandiyah (TQN) dengan bentuk
(34)
kegiatan rehabilitasi yang padat dan materi pembinaan yang meliputi mandi taubat, shalat berjamaah (baik fahdhu maupun sunnat), dzikir (baik zahar maupun khofi), khotaman, pengajian dan belajar membaca
Al-Qur’an, puasa, konsultasi dan kegiatan olahraga.
b. Tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan rehabilitasi berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX bagi anak bina adalah untuk memulihkan kondisi fisik, psikologis, mental, spiritual dan sosial anak bina sehingga bisa kembali normal dan tidak lagi tergantung pada narkoba.
c. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan antara lain dengan cara menjauhi narkoba, menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif, meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT serta menjaga pergaulan dengan sebaik-baiknya.
d. Manfaat setelah mengikuti proses pembinaan berbasis nilai keagamaan di Pondok Remaja Inabah XX adalah bahwa anak bina telah menunjukkan perubahan perilaku ke arah yang lebih positif, misalnya terlihat dari segi orientasi dan harapan hidup, segi ketaatan beribadah serta segi sikap dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, hal ini penting dalam peranannya sebagai bagian dari masyarakat untuk kembali berbakti pada bangsa dan negara.
(35)
B. Rekomendasi
Setelah melaksanakan penelitian dan mengambil kesimpulan dari data hasil penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai masukan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan permasalahan penelitian untuk dijadikan bahan pertimbangan dan tindak lanjut penanganan permasalahan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Saran diajukan kepada pihak-pihak sebagai berikut.
a. Pihak Keluarga
Sebagai lingkup terkecil, keluarga merupakan unsur paling pertama dan utama yang berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu, keluarga hendaknya lebih memperhatikan lagi segala bentuk kebutuhan anak baik segi pendidikan, keagamaan dan pergaulan anak. Hal ini penting dalam upaya mencegah kemungkinan anak terpengaruh oleh hal-hal negatif termasuk penyalahgunaan narkoba yang akan merugikan keluarga dan anak itu sendiri.
b. Pihak Inabah XX
Sebagai lembaga rehabilitasi narkoba yang mandiri, pondok remaja Inabah XX dalam operasional kegiatannya masih mengandalkan dana dari keluarga anak bina sehingga masih sulit dalam upaya pengembangan fasilitas baik sarana maupun prasarana yang akan lebih mendukung keberhasilan pembinaan. Permasalahan tersebut sejatinya akan dapat diatasi dengan menjalin kerjasama antara pondok dengan pihak-pihak maupun sponsor yang memiliki kepedulian dan komitmen dalam masalah rehabilitasi narkoba.
(36)
c. Pihak Pemerintah
Sebagai penentu kebijakan, pemerintah sangat berkompeten dan mempunyai kewenangan dalam menentukan berbagai kebijkan, termasuk kebijakan penyediaan maupun bentuk bantuan fasilitas rehabilitasi narkoba dalam upaya menciptakan masyarakat yang sehat. Oleh karena itu, pemerintah dapat lebih berperan aktif dalam upaya pemberantasan narkoba dan lebih memperhatikan serta membantu tempat-tempat rehabilitasi narkoba sebagai kepanjangan program pemerintah dari segi fasilitas maupun biaya operasionalnya sehingga dapat lebih mendukung upaya menciptakan masyarakat yang sehat dan bebas narkoba sesuai amanat Undang-undang.
d. Peneliti selanjutnya
Dikarenakan berbagai keterbatasan dari peneliti mengenai permasalahan ini, maka diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih mendalam dan mengembangkan konteks keilmuan sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian sebelumnya sehingga memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap bidang ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu sosial.
(37)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, S. (2003). Peranan Keteladanan dan Wibawa Kyai Dalam Membina Nilai-Nilai Disiplin Santri (Studi Deskriptif di Pondok
Pesantren As-Syafi’iyah Sukabumi). Tesis Magister pada jurusan
Pendidikan Umum Universitas Pendidikan Indonesia.
Astutik, S. (2007). Terapi Islam dalam Mengatasi Ketergantungan Narkoba (Perspektif Psikologis). Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 14 No. 1.
Creswell, J.W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dharma, S. (2008). Pendekatan, Jenis, Dan Metode Penelitian Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/ [8 Juli 2012].
Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat. (2003). Narkoba Permasalahan, Dampak dan Pencegahan. Bandung.
Dipa. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Rehabilitasi Narkoba. [Online]. Tersedia:http://akperpemprov.jatengprov.go.id/index.php?pilih=news&mo d=yes&aksi=lihat&id=54 [26 Desember 2011].
(38)
Dradjat, Z., dkk., (1995). Dasar-dasar Agama Islam Pada Perguruan Tinggi. Jakarta : Universitas Terbuka dan Pendais.
Heryana, E. (1998). Peran Serta Lembaga Informal dalam Sistem Rehabilitasi Sosial terhadap Korban Penyalahgunaan Narkotika. Tesis Magister pada FPS Universitas Diponegoro.
Hutagalung, J. (2009). Upaya-upaya Penanggulangan Narkotika dan
Psikotropika part 1. [Online]. Tersedia:
http://jefrihutagalung.wordpress.com/2009/07/05/upaya-upaya-penanggulangan-penyalahgunaan-narkotika-dan-psikotropika-part-1/ [28 Desember 2012].
Kartono, K. (2011). Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Maleong, L.J. (1994). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Pordakarya.
Maleong, L.J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Pordakarya.
Maleong, L.J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Pordakarya.
(39)
Mujib, A., Mudzakir, J. (2001). Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Oneclubaplikom.wordpress.com. (2010). Makalah Patologi Sosial. [Online]. Tersedia:http://oneclubaplikom.wordpress.com/2010/12/08/makalah-patologi-sosial/ [8 Agustus 2012].
Ruswandi, U. (2000). Pembinaan Akhlaq Remaja (Studi Kasus Pada Remaja Penderita Kecanduan Obat Bius di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya). Bandung : Tesis Magister Bidang Studi Pendidikan Umum Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika.
(40)
Winarno, T. (2010). Pengertian, Latar Belakang, dan Sejarah Patologi Sosial. [Online]. Tersedia: http://taufiqjournal.wordpress.com/artikel/sejarah-patologi-sosial/ [26 Desember 2011].
Winataputra, U.S., Budimansyah, D. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
(1)
B. Rekomendasi
Setelah melaksanakan penelitian dan mengambil kesimpulan dari data hasil penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai masukan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan permasalahan penelitian untuk dijadikan bahan pertimbangan dan tindak lanjut penanganan permasalahan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Saran diajukan kepada pihak-pihak sebagai berikut.
a. Pihak Keluarga
Sebagai lingkup terkecil, keluarga merupakan unsur paling pertama dan utama yang berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu, keluarga hendaknya lebih memperhatikan lagi segala bentuk kebutuhan anak baik segi pendidikan, keagamaan dan pergaulan anak. Hal ini penting dalam upaya mencegah kemungkinan anak terpengaruh oleh hal-hal negatif termasuk penyalahgunaan narkoba yang akan merugikan keluarga dan anak itu sendiri.
b. Pihak Inabah XX
Sebagai lembaga rehabilitasi narkoba yang mandiri, pondok remaja Inabah XX dalam operasional kegiatannya masih mengandalkan dana dari keluarga anak bina sehingga masih sulit dalam upaya pengembangan fasilitas baik sarana maupun prasarana yang akan lebih mendukung keberhasilan pembinaan. Permasalahan tersebut sejatinya akan dapat diatasi dengan menjalin kerjasama antara pondok dengan pihak-pihak maupun sponsor yang memiliki kepedulian dan komitmen dalam masalah rehabilitasi narkoba.
(2)
c. Pihak Pemerintah
Sebagai penentu kebijakan, pemerintah sangat berkompeten dan mempunyai kewenangan dalam menentukan berbagai kebijkan, termasuk kebijakan penyediaan maupun bentuk bantuan fasilitas rehabilitasi narkoba dalam upaya menciptakan masyarakat yang sehat. Oleh karena itu, pemerintah dapat lebih berperan aktif dalam upaya pemberantasan narkoba dan lebih memperhatikan serta membantu tempat-tempat rehabilitasi narkoba sebagai kepanjangan program pemerintah dari segi fasilitas maupun biaya operasionalnya sehingga dapat lebih mendukung upaya menciptakan masyarakat yang sehat dan bebas narkoba sesuai amanat Undang-undang.
d. Peneliti selanjutnya
Dikarenakan berbagai keterbatasan dari peneliti mengenai permasalahan ini, maka diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih mendalam dan mengembangkan konteks keilmuan sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian sebelumnya sehingga memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap bidang ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu sosial.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, S. (2003). Peranan Keteladanan dan Wibawa Kyai Dalam Membina Nilai-Nilai Disiplin Santri (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren As-Syafi’iyah Sukabumi). Tesis Magister pada jurusan Pendidikan Umum Universitas Pendidikan Indonesia.
Astutik, S. (2007). Terapi Islam dalam Mengatasi Ketergantungan Narkoba (Perspektif Psikologis). Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 14 No. 1.
Creswell, J.W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dharma, S. (2008). Pendekatan, Jenis, Dan Metode Penelitian Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/ [8 Juli 2012].
Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat. (2003). Narkoba Permasalahan, Dampak dan Pencegahan. Bandung.
Dipa. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Rehabilitasi Narkoba. [Online]. Tersedia:http://akperpemprov.jatengprov.go.id/index.php?pilih=news&mo d=yes&aksi=lihat&id=54 [26 Desember 2011].
(4)
Dradjat, Z., dkk., (1995). Dasar-dasar Agama Islam Pada Perguruan Tinggi. Jakarta : Universitas Terbuka dan Pendais.
Heryana, E. (1998). Peran Serta Lembaga Informal dalam Sistem Rehabilitasi Sosial terhadap Korban Penyalahgunaan Narkotika. Tesis Magister pada FPS Universitas Diponegoro.
Hutagalung, J. (2009). Upaya-upaya Penanggulangan Narkotika dan
Psikotropika part 1. [Online]. Tersedia:
http://jefrihutagalung.wordpress.com/2009/07/05/upaya-upaya-penanggulangan-penyalahgunaan-narkotika-dan-psikotropika-part-1/ [28 Desember 2012].
Kartono, K. (2011). Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Maleong, L.J. (1994). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Pordakarya.
Maleong, L.J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Pordakarya.
(5)
Mujib, A., Mudzakir, J. (2001). Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Oneclubaplikom.wordpress.com. (2010). Makalah Patologi Sosial. [Online]. Tersedia:http://oneclubaplikom.wordpress.com/2010/12/08/makalah-patologi-sosial/ [8 Agustus 2012].
Ruswandi, U. (2000). Pembinaan Akhlaq Remaja (Studi Kasus Pada Remaja Penderita Kecanduan Obat Bius di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya). Bandung : Tesis Magister Bidang Studi Pendidikan Umum Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika.
(6)
Winarno, T. (2010). Pengertian, Latar Belakang, dan Sejarah Patologi Sosial. [Online]. Tersedia: http://taufiqjournal.wordpress.com/artikel/sejarah-patologi-sosial/ [26 Desember 2011].
Winataputra, U.S., Budimansyah, D. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.