MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN PRAJABATAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: Studi Kasus pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jaka

(1)

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 13

D. Metode Penelitian ... 14

E. Manfaat Penelitian ... 16

F. Sistematika Penyajian Disertasi ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A. Manajemen Pendidikan Guru Pendidikan Agama Islam ... 19

B.Pengertian Manajemen Pendidikan Guru ... 19

1. Pendidikan Prajabatan Guru ... 24

2. Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 58

3. Pengembangan Profesionalisme Calon Guru PAI ... 65

4. Kompetensi Guru PAI ... 78

C. Manajemen Mutu ... 102

1. Pengertian Mutu ... 102

2. Manajemen Mutu dan Manajemen Mutu Terpadu ... 107

3. Standar Mutu Pendidikan ... 115

D. Manajemen Strategi ... 121

1. Pengertian Strategi ... 121

2. Perencanaan Strategik dan Manajemen Strategik ... 128

3. Model Perencanaan Stratejik dan Manajemen Stratejik ... 141

4. Fungsi dan Keuntungan Manajemen dan Perencanaan stratejik ... 150

E. Kerangka Pemikiran ... 150

F.Kajian Penelitian Terdahulu ... 155$

BAB III METODE PENELITIAN ... 166


(2)

C. Lokasi Penelitian ... 170

D. Jenis Data Penelitian ... 173

E. Sumber Data Penelitian ... 174

F. Teknik Mendapatkan Informan ... 177

G. Teknik Pengumpulan Data ... 178

H. Teknik Analisis Data ... 182

I. Keabsahan Data ... 184

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian... 187

1. Kondisi Aktual Mutu Program Pendidikan Prajabatan Guru PAI ... 187

a. Rekrutmen dan Seleksi ... 188

b. Mutu Mahasiswa ... 190

c. Mutu Dosen ... 193

d. Mutu Kurikulum ... 195

e. Mutu Praktek Pengalaman Lapangan (PPL/P2KT) ... 197

g. Evaluasi ... 199

2. Manajemen Mutu Pendidikan Prajabatan Guru PAI ... 200

a. Perbaikan Kurikulum ... 201

b. Kerjasama ... 203

c. Ma’had Aly (Pesantren Tinggi) ... 205

d. Pembelajaran Bermutu ... 207

e. Penguatan terhadap Ilmu Pendidikan Islam ... 209

f. Penjaminan Mutu ... 210

3. Arah Kebijakan Mutu Pendidikan Prajabatan Guru PAI ... 211

a. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Prajabatan Guru PAI ... 212

b. Kebijakan Mutu Mahasiswa Calon Guru PAI ... 215

c. Kebijakan Mutu Sumber Daya Dosen ... 217

d. Kebijakan Mutu Kurikulum ... 218

e. Kebijakan Mutu Pembelajaran ... 221

f. Kebijakan Mutu Penelitian ... 222

g. Kebijakan Mutu Pengabdian Kepada Masyarakat ... 223

h. Kebijakan Mutu Kerjasama ... 223

i. Kebijakan Mutu Budaya Akademik ... 225

B. Pembahasan ... 229

1. Kondisi Aktual Mutu Program Pendidikan Prajabatan Guru PAI ... 230

a. Rekrutmen dan Seleksi ... 232

b. Mutu Mahasiswa ... 235

c. Mutu Dosen ... 239

d. Kurikulum... 241

e. Mutu Praktek Profesi (PPL/P2KT) ... 245

f. Evaluasi ... 248

2. Manajemen Mutu Pendidikan Prajabatan Guru PAI ... 250

a. Perbaikan Kurikulum ... 252


(3)

e. Penguatan terhadap Ilmu Pendidikan Islam ... 267

f. Penjaminan Mutu ... 271

3. Arah Kebijakan Mutu Pendidikan Prajabatan Guru PAI ... 278

a. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Prajabatan Guru PAI ... 279

b. Kebijakan Mutu Mahasiswa Calon Guru PAI ... 281

c. Kebijakan Mutu Dosen ... 289

d. Kebijakan Mutu Kurikulum ... 291

e. Kebijakan Mutu Pembelajaran, Penelitian dan Pengabdian ... 293

f. Kebijakan Mutu Budaya Akademik ... 295

g. Kebijakan Mutu Kerjasama ... 297

C. Model Manajemen Mutu Pendidikan Prajabatan Guru ... 299

1. Rekrutmen dan Seleksi Calon Guru PAI Berbasis Kompetensi ... 300

2. Pengembangan Kompetensi Calon Guru PAI melalui Ma’had ... 303

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 306

A. Kesimpulan ... 306

B. Implikasi ... 319

C. Saran ... 321

DAFTAR PUSTAKA ... 324

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 333


(4)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian

Guru sebagai salah satu sumber daya terpenting pendidikan sampai saat ini masih merupakan sumber daya yang undermanaged atau bahkan mismanaged. Pada umumnya guru masih dilihat sebagai faktor produksi saja. Padahal manajemen guru, adalah suatu hal yang bisa dikatakan sangat penting untuk keberhasilan suatu pendidikan. Manajemen guru harus diatur mulai dari proses seleksi dan rekrutmen calon guru, proses pengembangan kompetensi calon guru sebagai tenaga pengajar sampai pada proses motivasi calon guru agar dapat mempunyai komitmen tinggi terhadap profesional guru. Manajemen guru tersebut dapat dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

Manajemen pendidikan prajabatan guru menurut Rahmat (2010: 87) masih belum memberikan jaminan untuk menghasilkan guru yang bermutu dan berkewenangan, disamping belum terkait dengan sistem lainnya. Surya (2005) menambahkan bahwa pola pendidikan guru hingga saat ini masih terlalu menekankan pada sisi akademik, dan kurangnya keterkaitan dengan tuntutan perkembangan lingkungan.

Manajemen pendidikan prajabatan guru dewasa ini belum mampu menghasilkan guru-guru yang memiliki keutuhan kompetensi, berdasarkan pendapat Surya dan Rahmat di atas menunjukan bahwa guru yang dihasilkan lebih menekankan pada sisi akademik, sehingga para guru dewasa ini lebih banyak bertugas untuk membuat peserta didik menjadi pandai dari satu sisi dan


(5)

melupakan hakikat utamanya sebagai guru yaitu menumbuhkan kepribadian yang unggul dan memiliki akhlak mulia terutama guru Pendidikan Agama Islam.

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) PAI memiliki peran penting dalam menghasilkan mutu para calon guru PAI terutama dalam mengatasi persoalan kegagalan pendidikan agama dalam menciptakan dan menumbuhkan karakter bangsa yang luhur dan berperadaban. Selama ini kemerosotan moral bangsa diakibatkan karena tidak bermutunya pendidikan dan yang menjadi sorotan utamanya adalah kegagalan pendidikan agama (PAI). Menurut Muhaimin (2003:71) kegagalan pendidikan agama setidak-tidaknya disebabkan karena mengalami kekurangan dalam dua aspek mendasar, yaitu:

Pertama,Pendidikan Agama masih berpusat pada hal-hal yang bersifat simbolik, ritualistik, serta bersifat legal formalistik (halal-haram) dan kehilangan ruh moralnya, dan kedua, kegiatan pendidikan agama cenderung bertumpu pada penggarapan ranah kognitif dan paling banter hingga ranah emosional.

Untuk melakukan pembenahan dan peningkatan Jurusan PAI atau PTAI harus berawal dari pembenahan kurikulum. Hal ini sebagaimana dalam telaah strategik Pendidikan Tinggi Departemen Agama RI (2009:24) bahwa kurikulum pendidikan tinggi di PTAI saat ini masih sangat konvensional dan belum berbasiskan kepada aplikasi dan riset serta kurang komunikatif bagi semua pihak yang terkait.

Dalam pandangan Azra (2006:53) bahwa sedikitnya lima masalah, yaitu: Pertama, beban kurikulum yang terlalu berat dan hampir sepenuhnya diorientasikan hanya pada pengembangan ranah kognitif; dan itu pun disampaikan melalui pola delivery system. Pada pihak lain, ranah afeksi dan psikomotorik


(6)

hampir tidak mendapat perhatian yang sewajarnya. Padahal pengembangan kedua aspek ini sangat penting dalam pembentukan watak dan karakter yang baik. Kedua, beban perkuliahan yang terlalu berat. Ketiga, sempit dan terbatasnya kesempatan untuk mendalami berbagai bahan perkuliahan tersebut. Keempat, sedikitnya pilihan atas subjek-subjek yang betul-betul esensial untuk dipelajari peserta didik dan terbatasnya metode dan cara-cara mempelajarinya. Kelima, sistem penilaian (assesment) dan evaluasi yang cenderung menilai dan mengukur hafalan dan verbalisme belaka. Akibat kelima hal ini, mahasiswa umumnya dan lulusan LPTK PAI khususnya kehilangan imajinasi dan kreatifitas intelektualnya.

Furchan et al (2005:23) juga mengakui hal yang sama bahwa kelemahan-kelemahan yang terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor kurikulum yang diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu:

Pertama, kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat; kedua, kurang efisien, yakni banyaknya mata kuliah dan SKS tidak menjamin dihasilkannya lulusan yang sesuai dengan harapan; ketiga, kurang fleksibel, yakni PTAI kurang berani secara kreatif dan bertanggung jawab mengubah kurikulum guna menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal, nasional serta global; keempat, reliability rendah, tidak komunikatif (menimbulkan banyak tafsir), hanya berupa deretan mata kuliah; kelima, berbasis pada mata kuliah atau penyampaian materi, bukan pada tujuan, hasil belajar dan mutu lulusan; dan keenam, hubungan fungsional antar mata kuliah yang mengacu pada tujuan kurikuler kurang jelas.


(7)

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan PAI perlu meningkatkan manajemen professional dalam menghasilkan calon-calon guru yang professional. Menurut Robbins dan Coulter (2002:6) bahwa manajemen adalah proses mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan efisien dengan dan melalui orang lain.

Dalam teori manajemen, untuk menghasilkan calon-calon guru profesional, pendidikan prajabatan guru yang bermutu harus melaksanakan prinsip-prinsip Total Quality Management. Dalam konsep TQM tersebut dikemukakan lima prinsip penting (Greech, 1995), yaitu pendidikan prajabatan guru sebagai pusat pengembangan mutu dan profesionalisme guru baik prajabatan maupun jabatan, produk yang relevan dengan kebutuhan konsumen, proses yang diarahkan kepada produk yang bermutu, adanya kepemimpinan yang kuat dan adanya komitmen dari sejumlah civitas akademika dan seluruh stakeholder pendidikan tinggi untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan prajabatan guru.

Manajemen mutu pendidikan prajabatan guru PAI merupakan aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijakan kualitas, tujuan, tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas, seperti perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), penjaminan kualitas (quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality improvement).

Sallis (1996:27) mengungkapkan bahwa manajemen mutu terpadu sebagai suatu filosofi dari perbaikan terus menerus untuk memenuhi dan melebihi keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan hari ini dan masa yang akan datang


(8)

berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan.

Guru PAI yang dihasilkan oleh manajemen mutu pendidikan guru mengacu kepada kebijakan guru profesional berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 bahwa guru sebagai tenaga profesional yang memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

Seorang guru PAI profesional adalah orang yang senantiasa terbuka dan tanggap terhadap berbagai perubahan, terutama yang terkait dengan bidang profesionalnya. Gurusebagai profesional berhadapan dengan perubahan-perubahan tersebut. Karena itu, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (UUGD Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 (4)).

Tuntutan kebijakan guru sebagai tenaga profesional dilatarbelakangi oleh berbagai masalah pendidikan terutama pada masalah guru sebagaimana diungkap dalam penelitian Jiyono, 1992; Nielson, D., dkk, 1996; Nasoetion, 1996; & Wardani, 1996) bahwa kinerja guru masih belum sesuai dengan harapan, baik dalam hal penguasaan materi ajar maupun dalam pengelolaan pembelajaran. Proses belajar mengajar yang masih banyak didominasi guru, kurangnya kemampuan dan kesadaran guru untuk memfasilitasi dan menumbuhkan dampak pengiring, menyebabkan siswa lebih banyak bergulat dengan bahan hapalan


(9)

daripada mempertanyakan, memprediksi, atau memecahkan masalah. Citra guru yang masih rendah menyebabkan pekerjaan sebagai guru bukan merupakan pilihan utama, sehingga yang ingin menjadi guru, sebagian besar bukan putra terbaik bangsa. Kondisi ini didukung oleh sangat rendahnya kesejahteraan guru, sehingga guru tidak mampu memfokuskan perhatian pada tugas-tugasnya karena harus mencari pekerjaan sambilan untuk menghidupi keluarga.

Balitbang Depdiknas dalam Amiruddin (2003) juga telah menemukan bahwa lebih dari 30 persen guru yang ada sekarang ini sebenarnya tidak layak untuk mengajar. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu guru saat ini, diantaranya adalah karena posisi guru bukan dari panggilan jiwa tetapi keterpaksaan, sehingga hal itu melahirkan komitmen yang rendah dari guru terhadap tugasnya termasuk dalam hal ini juga guru PAI.

Muhaimin (2006) menambahkan sebagian besar guru belum menguasai mata pelajaran yang mestinya menjadi keahliannya, termasuk guru Pendidikan Agama Islam (guru agama) yang para gurunya masih belum seluruhnya dapat menulis dan membaca al-Quran dengan benar dan baik.

Berbagai permasalahan kondisi guru PAI di atas menuntut Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Pendidikan Agama Islam untuk menghasilkan guru PAI yang mampu hidup di masa depan. Sebagaimana diungkap oleh Zhau Young dalam Preparing globally competent teachers: a new imperative for teacher education

“Education is a future-oriented business because it aims to prepare today's children for the future. In this sense, teacher education is an even more future-oriented business for it aims to prepare teachers for future educational institutions. Thus, discussing teacher education cannot


(10)

afford to ignore the forces that will shape education in the future, which will prepare our children to live in an even more distant future world”. Pendidikan guru PAI berperan penting dalam menghasilkan calon-calon guru yang memiliki nilai-nilai positif seperti kepercayaan diri, pemikiran dan emosioanal yang baik serta mampu membuat karya untuk kehidupannya. Sebagaimana diungkap oleh Whitcomb, Borko, & Liston, (2008) menyatakan bahwa:

Teacher education could facilitate teacher candidates' transformation. That a transformative approach entailed an education that challenges students to consider their central or ultimate values by posing critical questions about what they value and how they ought to live. It does so in a way that: 1) fuses thinking and feeling; 2) posits the presence of, and faith in an inner self; and 3) points that self on a path to discovering truths that can guide this process of creating a life.

Pendidikan prajabatan guru PAI juga dituntut harus menghasilkan calon-calon guru PAI yang memenuhi persyaratan sebagai pengajar yang baik. Sebagaimana diungkap oleh Richard (2008) bahwa: it is that good teaching requires a teacher to be knowledgeable in content, skilled in method, and virtuous in disposition and character.

Profesi guru menurut Abudin Nata pada tiga hal, yaitu: pertama, seorang guru profesional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik. Kedua, seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer knowledge) kepada peserta didiknya secara efektif dan efisien. Ketiga, seorang guru profesional harus berpegang teguh kepada kode etik profesional.

Selain itu, guru PAI yang dihasilkan pula secara terus-menerus mengaitkan tiga hal, yaitu dirinya sendiri dengan anak didik dan bidang


(11)

pengetahuan dan keterampilan yang diampunya, berbagai kemampuan yang diharapkan dimiliki atau dikembangkan seorang guru seyogyanya menjadi bagian tak terpisahkan dari sosok utuh kompetensi profesional seorang pendidik. (Anita Lee, 2009:167).

Muhaimin (2002:126) mengemukakan bahwa guru yang dihasilkan oleh LPTK PAI harus mampu menjalankan tugas-tugas kependidikan agama dengan baik dan optimal dan harus dipertimbangkan sebagai berikut:

Keberhasilan dalam penyiapan calon guru/pendidik agama tidak dapat dilepaskan dari kajian terhadap berbagai asumsi yang melandasi keberhasilan pendidik agama itu sendiri. Secara ideal, sosok pendidik agama adalah mengacu kepada perilaku nabi Muhammad SAW., diantara keberhasilan beliau adalah karena kepribadian yang berkualitas unggul, beliau juga dikenal sebagai orang yang sangat peduli terhadap masalah sosial religius. Tampaknya kedua aspek itulah yang dijadikan tolok ukur keberhasilan LPTK PAI dalam menyiapkan calon guru PAI.

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Pendidikan Agama Islam menurut Suwito (2004:171-172) harus mampu menghasilkan calon-calon guru PAI yang paripurna dengan pengembangan nalar dan intelektual untuk mencapai keutamaan daya berpikir, dan untuk mencapai keutamaan daya nafsu dan daya berani adalah dengan memahami syariat-syariat Allah. Guru ataupun calon guru harus menyadari bahwa di atas orang yang pandai ada lagi yang lebih pandai darinya, sehingga guru ataupun calon guru tidak boleh sombong dengan ilmunya, merasa paling berilmu, paling benar, paling terampil, paling baik dan paling segala-galanya.

Dengan demikian, Pendidikan Prajabatan Guru PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah sebagai pendidikan tinggi yang menghasilkan


(12)

tenaga terdidik profesional menggunakan manajemen mutu yang berbasis pada kepuasan pelanggan melalui perbaikan secara terus-menerus dan berkelanjutan melalui perbaikan kurikulum, sistem penjaminan mutu yang diharapkan mampu melahirkan para calon guru terutama guru Pendidikan Agama Islam yang profesional yang menjadi tuntutan masyarakat di era global.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalalah 1. Identifikasi Masalah

Tuntutan terhadap mutu guru membutuhkan manajemen mutu pendidikan prajabatan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang menghasilkan calon-calon guru PAI profesional yang memiliki empat kompetensi, pertama, kompetensi kepribadian guru PAI yang terwujud dalam sikap dan perilaku yang baik dan terpuji, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakatnya, memiliki komitmen tinggi untuk meningkatkan kinerjanya. Kedua, kompetensi profesional yang meliputi pengetahuan guru PAI di bidang pendidikan agama Islam yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah. Ketiga, kompetensi pedagogik yang meliputi pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan materi PAI yang efektif, efisien dan menyenangkan. Dan keempat, kompetensi sosial yang meliputi kemampuan guru PAI dalam berkomunikasi dengan peserta didik dan masyarakat.

Kompetensi yang diharapkan tersebut merupakan tuntutan dari pendidikan Islam dalam penyiapan manusia paripurna dari seluruh aspek potensinya yang sesuai dengan tingkat perkembangannya untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat dan sesuai dengan prinsip-prinsip, nilai-nilai dan metode pendidikan yang bersumber dari al-Quran. Sebagaimana ungkapan Khalid bin


(13)

Hamid (1420 H) dalam kitabnya ‘Ushul al-Tarbiyah” (Dasar-dasar Pendidikan) bahwa tujuan pendidikan meliputi pembinaan pengetahuan, pembinaan akidah, pembinaan pengabdian kepada Allah, pembinaan akhlak, pembinaan profesi dan pembinaan fisik.

Perubahan-perubahan arus globalisasi juga mempengaruhi guru, sebagaimana menurut Collins (1991:13) bahwa pertama, perubahan struktur interelasi kelompok (seperti akibat perubahan teknologi, hubungan ekonomi dengan negara lain, perubahan hubungan sosial). Untuk itu sekolah dan para guru diharapkan memberikan prinsip-prinsip fundamental agar siswa mampu menjalani kehidupan dalam situasi yang selalu berubah. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang disabdakan Rasulullah SAW : bahwa “Didiklah anak-anak kalian, karena mereka akan hidup di zaman yang tidak sama dengan zaman kalian.” Kedua, negara dan bangsa juga mempunyai ekspektasi baru terhadap sekolah dalam upaya peningkatan daya saing bangsa. Ketiga, perubahan-perubahan penting dalam ilmu pengetahuan yang mendasari kehidupan profesional guru seperti pendekatan belajar mengajar yang berbasis pada teknologi. Keempat, tuntutan kepada para guru dan pimpinan sekolah, terkait dengan keterlibatan orang tuapeserta didik dan masyarakat di dalam pengambilan keputusan di sekolah. Semua perubahan-perubahan tersebut menuntut kearifan guru sebagai tenaga profesional.

Pendidikan prajabatan guru PAI memerlukan manajemen mutu untuk menghasilkan guru-guru yang sesuai dengan harapan dan tuntutan perubahan era globalisasi. Tantangan yang dihadapi oleh pendidikan prajabatan guru PAI


(14)

sebagaimana diungkap oleh Azis Mahfuddin (2009:31) yaitu antara lain tantangan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, pola hidup masyarakat berubah sejalan dengan perubahan yang terus terjadi akibat dari arus global dan perkembangan teknologi informasi yang serba cepat berubah.

Salah satu upaya antisipasi dan pengendalian terhadap dampak globalisasi adalah pendidikan yang bermutu. Di sinilah peran guru sebagai pelaksana pendidikan. Guru adalah komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Gurulah yang mampu mengendalikan dan mengkondisikan situasi belajar di kelas; guru pula yang mampu mempengaruh peserta didik dalam berperilaku. Karena itu, pendidikan prajabatan guru PAI harus mampu menghasilkan tenaga-tenaga guru PAI yang bermutu agar mampu mengendalikan dampak globalisasi melalui manajemen mutu.

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Pendidikan Agama Islam perlu pengembangan profesionalisme calon guru PAI yang ditangani secara serius apabila suatu negara bercita-cita meningkatkan kualitas pendidikan guna meningkatkan daya saing bangsa. dalam kaitan itu, Collins (Hughes, 1991:13) mengemukakan bahwa:

“Teacher development is serious matter because the tasks of school are changing rapidly and teachers will not cope constructively with those changes-in relation to either themselves, their pupils, or wider society-unless they too go through a process of change.”

Pengembangan profesional calon guru menjadi penting karena perubahan-perubahan struktural di sekolah, pengembangan dan implementasi kurikulum nasional, dan pelaksanaan program-program ujian secara nasional yang


(15)

berdampak pada kinerja peserta didik. Program-program mutu pendidikan prajabatan guru PAI perlu disusun secara sistematis dan dilaksanakan secara kontinyu, untuk menyediakan pengembangan profesional calon guru PAI yang efektif.

Perlu pengembangan calon guru dalam pendidikan prajabatan guru karena mereka adalah manusia yang pada hakikatnya memiliki potensi dan kebutuhan untuk mengembangkan dan merealisasikan dirinya. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guru dituntut untuk melaksanakan pekerjaan secara profesional. Tujuan dari pembinaan calon guru meliputi pertumbuhan keilmuan, wawasan berpikirnya, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan.

Berdasarkan paparan di atas, penulis memandang perlu dilakukan penelitian mengenai manajemen mutu pendidikan prajabatan guru PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang direalisasikan dalam bentuk program pendidikan prajabatan guru, manajemen mutu dan arah kebijakan mutu pendidikan prajabatan guru PAI. Untuk itu, penelitian ini diberi judul sebagai berikut: “Manajemen Mutu Pendidikan Prajabatan Guru PAI (Studi Kasus pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).


(16)

2. Perumusan Masalah

Kebijakan guru sebagai tenaga profesional harus direspon positif oleh pendidikan prajabatan guru PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SGD Bandung dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syahid Jakarta. Manajemen mutu pendidikan prajabatan guru PAI perlu dilakukan agar guru yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Manajemen mutu tersebut meliputi mutu perencanaan, mutu implementasi dan mutu evaluasi.

Untuk memberikan batasan terhadap masalah-masalah yang diteliti, pertanyaan-pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi aktual mutu program pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta?

2. Bagaimana manajemen mutu pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta?

3. Bagaimana arah kebijakan mutu pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta?

C.Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan dengan tujuan utama yaitu untuk menemukan, membuktikan,dan mengembangkan pengetahuan tertentu dengan ketiga hal tersebut, maka implikasi dari hasil penelitian akan dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah (Sugiyono, 1997:1). Adapun tujuan umum penelitian ini adalah sebagai upaya untuk menemukan model konseptual manajemen mutu pendidikan prajabatan guru PAI yang bersifat


(17)

khas yang sekiranya dapat diterapkan di lingkungan pendidikan tinggi Islam di Indonesia. Adapun tujuan khusus penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, yaitu:

1. Memperoleh gambaran tentang kondisi aktual mutu program pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta.

2. Memahami manajemen mutu pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta.

3. Memahami arah kebijakan mutu pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta.

4. Mengetahui Model Manajemen Mutu Pendidikan Prajabatan Guru PAI. D.Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan konteks masalah yang dikaji, yaitu mengenai manajemen mutu pendidikan prajabatan guru PAI dalam hal ini Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam hal ini peneliti merupakan instrumen penelitian yang akan berinteraksi secara langsung dengan responden penelitian, bahkan untuk penggalian data yang menuntut partisipasi peneliti secara terbatas, keterlibatan peneliti menjadi suatu keharusan. Untuk itu teknik penelitian yang digunakan untuk menggali data adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.


(18)

Penelitian ini disifatkan sebagai suatu pendekatan studi kasus (case study approach). Studi kasus dalam penelitian ini senantiasa diletakkan pada penelitian kualitatif (Bagdan dan Biglen, 1983:3) yang dimaksud pendekatan studi kasus adalah suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci (Surahman, 1982:143). Sebagaimana Bagdan dan Biglen (1982:50) bahwa studi kasus adalah “a detail examination of one setting or a single defository of document or one articular event”. Sedangkan menurut Arief (1982:322) adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan kebutuhan (wholeness) dalam rangka mempelajari tentang obyek sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi dan tujuannya adalah untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang bersangkutan.

Jenis data yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah bersifat skematik, narasi, dan uraian juga penjelasan data dari informan baik lisan maupun data dokumen yang tertulis, perilaku subjek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam pengumpulan hasil penelitian ini, dan berikutnya dideskripsikan.

Teknik dalam mendapatkan informan dilakukan melalui purposive sampling, snowball sampling, triangulasi dan teknik pengumpulan data yang luas serta mendalam dilakukan melalui, observasi berpartisipasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Setelah itu dilakukan pengecekan keabsahan data melalui kredibilitas, defendabilitas, konfirmabilitas dan transperabilitas.


(19)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat utama penelitian yaitu memegang kunci dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik berupa temuan ilmu baru, ilmu pengembangan atau revisi terhadap ilmu yang sudah ada (Kasiram, 1995:5).

Dengan demikian, manfaat penelitian ini bersifat naturalistik kualitatif yang dapat dilihat dari dua segi manfaat, yakni: teoritis dan manfaat praktis.

1. Bagi ilmu Pengetahuan

Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat mengkaji beberapa konsep atau teori yang sudah ada dan berusaha menemukan atau pengembangan konsep-konsep dalam lingkup teori administrasi pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur untuk strategi peningkatan mutu calon guru secara umum.

2. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat digunakan untuk upaya berikut ini:

a. Sebagai bahan masukan bagi pembuat, perencana dan pelaksana kebijakan pendidikan guru PAI di Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya dan pihak-pihak yang berkepentingan pada umumnya untuk manajemen mutu pendidikan guru dan pendidikan nasional.

b. Memberikan sumbangsih hasil pemikiran terhadap khazanah studi lanjut tentang manajemen mutu pendidikan guru PAI baik secara substansi bidang kajian maupun prosedur metodologi penelitiannya.


(20)

F. Sistematika Penyajian Disertasi

Sistematika penulisan laporan penelitian disertasi ini terdiri dari lima bab, dengan penjelasan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini membahas hal-hal yang meliputi: pertama, latar belakang penelitian bahwa tuntutan untuk menjadi guru PAI profesional di era globalisasi yang dihasilkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Pendidikan Agama Islam (LPTK PAI) melalui manajemen mutu terpadu; kedua identifikasi dan perumusan masalah yang mencakup analisis dan rumusan masalah serta pertanyaan-pertanyaan penelitian. Ketiga, tujuan penelitian yang memaparkan hasil-hasil yang ingin dicapai atas penelitian yang dilakukan; keempat, metode penelitian yang memaparkan metode yang digunakan dalam penelitian; kelima,manfaat penelitian yang meliputi aspek teori dan praktek atas hasil-hasil penelitian dan keenam, sistematika penyajian yang berisi rincian urutan penulisan disertasi ke dalam bentuk bab per bab.

Bab II berisi Kajian Pustaka yang membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan dengan manajemen pendidikan prajabatan guru, manajemen mutu dan manajemen strategik dan mendiskusikan berbagai hasil penelitian yang terdahulu yang sesuai dengan masalah yang diteliti dan menguraikan kerangka pemikiran.

Bab III membahas tentang Metode Penelitian yang meliputi: Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Jenis Data Penelitian, Sumber Data Penelitian, Teknik Mendapatkan Informan, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Keabsahan Data, dan Langkah-langkah Penelitian.


(21)

Bab IV membahas tentang Hasil Temuan Penelitian dan Pembahasan temuan penelitian dan model konseptual temuan penelitian yang memaparkan tentang data hasil penelitian lapangan, pembahasan mengenai hasil-hasil penelitian, menarik kesimpulan pembahasan, mendiskusikan temuan penelitian dengan teori dan implikasi hasil penelitian, dan membuat rekomendasi untuk penelitian-penelitian yang akan datang.

Bab V Kesimpulan, implikasi dan Saran yang berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian secara terpadu, implikasi temuan penelitian, serta rekomendasi bagi para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian serta para peneliti berikutnya yang melakukan kajian sesuai bidang penelitian ini.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini mendiskusikan tentang metodologi yang digunakan dalam menguak informasi untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pembahasan ini terdiri dari pendekatan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, analisis dan penafsiran data, keabsahan data dan langkah-langkah penelitian.

A.Pendekatan Penelitian

Penelitian pada hakikatnya merupakan wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan melalui model yang disebut pendekatan atau paradigma. Paradigma menurut Bogdan dan Biklen (1982:32) adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Sedang Sugiyono (1997:25) mengartikan pendekatan atau paradigma sebagai berikut:

Paradigma penelitian sebagai pandangan atau model, atau pola pikir yang dapat menjabarkan berbagai variable dengan variable yang lain, sehingga akan mudah dirumuskan masalah penelitiannya, pemilihan teori yang relevan, merumuskan hipotesis yang diajukan, metode/strategi penelitian, instrumen penelitian, teknik analisa yang akan digunakan serta kesimpulan yang diharapkan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu suatu sistem yang memiliki batas dan bagian kerja. ia merupakan suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, yang


(23)

batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak tegas, dan memanfaatkan beragam sumber bukti (Yin, 2008:9). Stake (1995) dalam Sinthuvana (2009) menyebutnya “sistem terbatas” dan peneliti memperhatikan kasus ini sebagai sebuah objek yang mewakili fenomena yang menarik. Fungsi sebenarnya dari pendekatan ini adalah untuk menyoroti kekhasan dan keunikan. Sedangkan tujuan utama menggunakan pendekatan studi kasus adalah untuk memahami manajemen mutu pendidikan prajabatan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penekanan pada pilihan pendekatan studi kasus, terkait dengan peristiwa kontemporer yang menjadi obyek penelitian. Studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dimanipulasi. Keunikannya dibanding dengan pendekatan lainnya adalah kemampuannya untuk berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti, yaitu dokumen, wawancara, dan observasi (Yin, 2008:12), yang merupakan teknik-teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini.

Manajemen mutu Pendidikan Prajabatan Guru PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SGD Bandung dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syahid Jakarta diterapkan dalam rangka menjawab tuntutan terhadap profesionalitas guru PAI yang disyaratkan oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa guru adalah tenaga profesional yang memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial.


(24)

Strategi-strategi tersebut disusun berdasarkan pada analisa terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal yang kemudian terformulasi dalam program-program pendidikan prajabatan guru PAI. oleh karena itu, pendekatan studi kasus dipilih dalam penelitian ini, karena obyek kajian dipandang memiliki kekhususan-kekhususan yang tidak dapat digeneralisasikan secara statistik.

Namun demikian, secara analitik, serangkaian hasil penelitian studi kasus dapat dibuat generalisasi terhadap teori yang lebih luas. Obyek yang menjadi fokus penelitian ini adalah strategy formulation dalam manajemen strategik pendidikan guru (teacher education). Teori-teori lain yang mendukung untuk manajemen mutu penyiapan guru akan membantu dalam identifikasi kasus lain yang hasilnya dapat digeneralisasi.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Menurut Suriasumantri dalam Sugiyono (1997:1) metode keilmuan ini merupakan gabungan antara pendekatan rasional dan empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka berpikir yang koheren dan logis. Sedangkan pendekatan empiris memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran ilmiah.

Dengan cara yang ilmiah itu, diharapkan data yang akan didapatkan adalah data yang obyektif, valid, dan mendalam. Obyektif berarti semua orang akan memberikan penafsiran yang sama; valid berarti adanya ketepatan antara data yang terkumpul oleh peneliti dengan data yang terjadi pada obyek yang sesungguhnya; dan


(25)

mendalam berarti mampu menguak apa dibalik peristiwa yang ada dalam kehidupan yang alamiah.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif atau disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Denzim (1978) dalam Sinthuvana (2009:62), menyebutnya sebagai “penelitian yang komitmen untuk aktif memasuki dunia tempat individu berinteraksi.” Ia juga disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Satori dan Komariah, 2010).

Atas dasar itu, penulis memilih metode penelitian kualitatif dalam memahami lingkungan pendidikan prajabatan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta sebagai obyek penelitian. Obyek penelitian dieksplorasi dan dipahami sebagai realitas alamiah. Tidak diintervensi atau dicampurtangani oleh kehadiran peneliti.

Aktivitas yang peneliti lakukan hanyala semata-mata membuat pengamatan langsung mengenai fenomena yang diteliti dan berbicara langsung dengan para partisipan yang terdiri dari unsur pimpinan universitas, fakultas/jurusan, dosen/karyawan, mahasiswa, alumni, pimpinan sekolah/madrasah mitra. Dalam melakukan aktivitas tersebut, peneliti tidak berupaya mengontrol atau memanipulasi partisipan, atau menunjukkan mana variabel atau fenomena penting dari realitas yang terjadi. Satu-satunya hal yang peneliti lakukan adalah mengamati, melakukan wawancara, merekam informasi yang didapatkan, kemudian menafsirkan dan merenungkan informasi tersebut.


(26)

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat berlangsungnya aktivitas manajemen yang dilakukan oleh subyek penelitian. Peneliti ini mengambil dua lokasi penelitian, yaitu Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Masing-masing lokasi dan alasan pemilihannya sebagai berikut:

1. Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN SGD Bandung

Jurusan PAI FTK UIN SGD Bandung, Jalan A.H. Nasution No. 105 Cibiru-Bandung, Jawa Barat didirikan bersamaan dengan berdirinya IAIN SGD Bandung pada tanggal 8 Agustus 1968 M bertepatan dengan 10 Muharram 1388 H berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 56 Tahun 1968. Berdasarkan SK Menteri Agama tersebut, panitia membuka 4 Fakultas: pertama Syari’ah, Tarbiyah di Bandung, Ushuludin dan Tarbiyah di di Garut.

Dalam rangka rayonisasi, tahun 1970, Fakultas Tarbiyah di Bogor dan Fakultas Syari’ah di Sukabumi yang semula berinduk kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta digabungkan pada Fakultas Induk di Bandung. Sedangkan Fakultas Tarbiyah Cirebon yang semula berafiliasi ke IAIN Syarif Hidayatullah, tanggal 5 Maret 1976 menginduk ke IAIN SGD Bandung. Dan pada tahun 1997 Fakultas Tarbiyah Cirebon meningkat statusnya menjadi STAIN Cirebon; demikian juga Fakultas Syari’ah Serang meningkat statusnya menjadi STAIN Serang.


(27)

Guna merespon tantangan zaman, maka IAIN SGD Bandung berdasarkan Peraturan Presiden RI. No. 57 Tahun 2005, tanggal 10 Oktober 2005, bertepatan dengan tanggal 6 Ramadhan 1426 H, telah berhasil merubah statusnya menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan mengembangkan perguruan tinggi yang berbasis keislaman dalam bingkai ‘Wahyu Memandu Ilmu’.

Alasan pemilihan lokasi penelitian ini antara lain adalah: pertama, sebagai salah satu dari enam PTAIN yang melakukan perubahan status dari IAIN menjadi UIN. Kedua, mudah dijangkau, dan secara umum sudah dikenal oleh peneliti.

2. Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Sejarah Pendirian Jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan mata rantai sejarah perkembangan perguruan tinggi Islam Indonesia dalam menjawab kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern yang dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada zaman penjajahan Belanda, Dr. Satiman Wirjosandjojo, salah seorang muslim terpelajar, tercatat pernah berusaha mendirikan Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam. Namun usaha ini gagal karena hambatan dari pihak penjajah Belanda.

Lima tahun sebelum proklamasi kemerdekaan, Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) di Padang mendirikan Sekolah Tinggi Islam tetapi hanya berjalan selama dua tahun (1940-1942) karena pendudukan Jepang. Baru pada 8 Juli 1945, bertepatan dengan 27 Rajab 1364 berdiri Sekolah Tinggi Islam (STI) yang berkedudukan di Jakarta dan dipimpin oleh Abdul Kahar Mudzakkir. Pada 1946, STI dipindahkan ke


(28)

Yogyakarta mengikuti kepindahan Ibukota Negara dari Jakarta ke Yogyakarta. Pada 22 Maret 1948 nama STI diubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII). Kebutuhan akan tenaga fungsional di Departemen Agama menjadi latar belakang penting berdirinya perguruan tinggi agama Islam. Maka Fakultas Agama UII dipisahkan dan ditransformasikan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam kini sekarang menjadi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kebutuhan tenaga fungsional bidang guru agama Islam yang sesuai dengan tuntutan modernitas pada dekade 1950-an mendorong Departemen Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta. ADIA didirikan pada 1 Juni 1957 dengan tujuan mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri guna mendapatkan ijazah pendidikan akademi dan semi akademi sehingga menjadi guru agama, baik untuk sekolah umum, sekolah kejuruan, maupun sekolah agama. Hari jadi ADIA 1 Juni 1957 ditetapkan sebagai hari jadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada 20 Mei 2002 keluar keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 031 tanggal 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Alasan pemilihan lokasi penelitian FITK UIN Syahid Jakarta antara lain:

pertama, sebagai pendidikan prajabatan guru PAI yang pertama dalam bentuk

Akademi Dinas Ilmu Agama, tentunya memiliki keunggulan dan keunikan dalam penyelenggaraan penyiapan calon-calon guru PAI. Kedua, memiliki sumber daya yang unggul dan telah memiliki reputasi yang baik di lingkungan PTAIN.


(29)

D.Jenis Data Penelitian

Jenis data yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah bersifat skematik, narasi, dan uraian juga penjelasan data dari informan baik lisan maupun data dokumen yang tertulis, perilaku subjek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam pengumpulan hasil penelitian ini, dan berikutnya dideskripsikan sebagai berikut:

1. Rekaman Audio dan Video

Dalam melakukan penelitian ini, maka peneliti merekam wawancara dengan beberapa pihak terkait yang dianggap perlu untuk dikumpulkan datanya, dari data hasil rekaman tersebut maka dideskripsikan dalam bentuk transkrip wawancara. 2. Catatan Lapangan

Dalam membuat catatan di lapangan, maka peneliti melakukan prosedur dengan mencatat seluruh peristiwa yang benar-benar terjadi di lapangan penelitian, dan hal ini berkisar pada isi catatan lapangan, model dan bentuk catatan lapangan, proses penulisan catatan lapangan.

3. Dokumentasi

Data ini dikumpulkan dengan melalui berbagai sumber data yang tertulis, baik yang berhubungan dengan masalah kondisi objektif, juga silsilah dan pendukung data lainnya.


(30)

Foto merupakan bukti yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata namun sangat mendukung kondisi objektif penelitian berlangsung.Foto-foto untuk artifek budaya sekolah.

E. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian kualitatif jumlah sampel bukan kriteria utama, tetapi lebih ditekankan kepada sumber data yang dapat memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Miles dan Huberman yang dikutip Djam’an (2009:51) menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian kualitatif cenderung: (1) menggunakan orang yang lebih kecil jumlahnya. (mengambil sepenggalan kecil dari suatu keseluruhan yang lebih besar). (2) bersifat purposive; karena proses sosial memiliki suatu logika dan perpaduan, sehingga suatu penarikan sampel secara acak pada peristiwa-peristiwa atau perlakuan-perlakuan, biasanya mengurangi jumlah hal-hal kecil yang tidak akan dapat ditafsirkan. (3) dapat berubah; pilihan awal seorang informan dapat berubah kepada informan-informan baru sebagai perbandingan atau untuk menemukan hubungan. (4) merupakan usaha menemukan keseragaman dan sifat umum dunia

sosial yang dilakukan terus dan berulang, dengan langkah-langkah;

mempertentangkan, membandingkan, mereplikasikan, menyusun katalog, dan mengklasifikasikan suatu objek penelitian. (5) penarikan sampel (pada kasus berganda) terkait dengan kehandalan menggeneralisasi dalam hubungannya dengan


(31)

kelompok orang yang lebih luas, peristiwa-peristiwa, latar-latar atau proses yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Namun demikian dalam penelitian ini dokumen dijadikan sumber data yang utama karena menyangkut lembaga resmi, tentunya data yang sudah tertulis apalagi telah terpublikasi akan memiliki nilai kevalidan dan derajat keformalan lebih tinggi. Baik data tersebut menyangkut masalah sejarah perkembangan jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, perundang-undangan, peraturan, kebijakan-kebijakan, program kerja, struktur kelembagaan, tata tertib dan sebagainya. Kemudian sumber data tersebut dilengkapi dengan hasil wawancara dan observasi lapangan. Dengan demikian sumber data penelitian terdiri atas tiga bagian, yakni dokumen, manusia dan suasana.(Uwes, 1999:74).

Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang dijadikan sumber data dan teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:

1. Data tentang perundang-undangan, peraturan-peraturan, surat keputusan, surat instruksi dari Pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan nasional dan profesionalisme guru.

2. Data tentang latar belakang, sejarah dan perkembangan Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung dari waktu ke waktu secara umum didapat dari Renstra UIN, majalah, tabloid, jurnal, laporan-laporan dan lain-lain.


(32)

3. Data tentang manajemen pengembangan Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN SGD Bandung dari buku pedoman, buku visi, misi, tabloid, jurnal, majalah maupun penerbitan lainnya yang diterbitkan. Kemudian data tersebut diperluas melalui wawancara secara mendalam dan observasi keadaan dari waktu ke waktu. Selama di lapangan, peneliti melibatkan diri dalam berbagai kegiatan di Jurusa PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Data tentang pelaksanaan perkuliahan, sylabus, komitmen, dan kewajiban-kewajiban lain yang diwajibkan bagi dosen jurusan PAI

5. Data tentang manajemen kepegawaian, jumlah dosen dan karyawan, golongan, penggajian, aturan-aturan serta strategi pengembangan dan peningkatan etos kerja mereka diperoleh dari Subag Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, hasil wawancara dengan pihak terkait dan observasi keikutsertaan.

6. Data mengenai kebijakan dan kegiatan pembinaan dosen, penyusunan SAP dari masing-masing dosen yang didapat melalui wawancara.

7. Data mengenai profil mutu dosen diperoleh melalui wawancara dengan dosen senior, dosen yunior, asisten dosen, Dekan, Pembantu Dekan dan Tenaga Kependidikan Fakultas serta hasil karya dan proses pelaksanaan tugas dosen yang menyangkut persiapan pengajaran, praktek di kelas, laporan hasil penelitian, laporan hasil pengabdian pada masyarakat.


(33)

Triangulasi dilakukan melalui wawancara dengan dosen yang bersangkutan serta diskusi dengan dosen-dosen lain dalam disiplin ilmu yang sejenis. Untuk memperkuat data mengenai hal yang berkaitan dengan Tri Dharma tersebut, dipakai konfirmasi dosen senior yang baik secara teknis maupun kebijakan, terlibat dalam peningkatan professional guru prajabatan.

8. Data tentang hasil diskusi perumusan desain ulang pendidikan guru pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Bandung.

9. Data tentang bentuk kerjasama dengan sekolah-sekolah, guru pamong dalam pelaksanaan pendidikan lapangan.

F.Teknik Mendapatkan Informan

Teknik yang digunakan dalam mendapatkan informan pada penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut:

1. Purposive sampling

Purposive sampling adalah menentukan subjek/objek sesuai tujuan. Dalam penelitian ini strategi peningkatan mutu pendidikan guru PAI pada Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Bandung.Subjek dan objek tersebut sesuai dengan tujuan untuk mengetahui manajemen mutu yang dilakukan oleh Jurusan PAI dengan menggunakan pertimbangan yang sesuai dengan topik penelitian, peneliti memilih subjek/objek


(34)

sebagai unit analisis. Peneliti memilih unit analisis tersebut berdasarkan kebutuhannya dan menganggap bahwa unit analisis tersebut representatif.

2. Snowball sampling

Snowball sampling adalah salah satu bentuk judgment sampling. Cara

pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai, teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Seperti bola salju yang sedang menggelinding semakin jauh semakin besar.

3. Triangulasi

Tujuan berada di lapangan adalah untuk mengeksplorasi data/informasi, sehingga diperlukan kaidah-kaidah untuk mendapatkan informasi yang banyak dan akurat sehingga peneliti harus melakukan triangulasi. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

G.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penelitian. Untuk memperoleh data penelitian yang luas serta mendalam, maka teknik pengumpulan data dilakukan melalui

1. Observasi berpartisipasi

Pengumpulan data melalui cara observasi merupakan metode dengan melakukan pengamatan terhadap obyek suatu penelitian. Dalam mengadakan observasi, peneliti secara langsung melihat obyek penelitian yang ada di lapangan. Marshall (1995) menyatakan bahwa ‘through observation, the research learn about


(35)

behavior and the meaning attached to those behavior’. Melalui observasi, peneliti

belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Nasution mengemukakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.

Al-Wasilah C (2003:214) menjelaskan perlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1)Perilaku responden secara alami sesungguhnya adalah manifestasi kode dan aturan dalam suatu budaya, bahkan sekedar rutinitas kultural. Ini

cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota

masyarakatnya sendiri. Mereka baru sadar akan kode dan aturan itu manakala dihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri.

2)Tugas peneliti kualitatif adalah mengeksplisitkan aturan dan kode itu sesuai dengan konteks keterjadian tingkah laku dalam persepsi emik para responden.

3)Budaya adalah pengetahuan dan pengalaman kolektif para anggotanya. Untuk berfungsi maksimal dalam suatu budaya, setiap anggota masyarakat harus mempraktikkan rutinitas budayanya sesuai dengan aturan-aturan tersebut.

Observasi dilakukan melalui keterlibatan langsung peneliti dengan kegiatan sehari-hari orang-orang yang sedang diamati di lapangan. Hal tersebut sangat dimungkinkan mengingat status peneliti sendiri sebagai bagian dari FTK UIN SGD Bandung dan memiliki latar belakang yang tidak jauh berbeda dengan FITK UIN Syahid Jakarta. dengan observasi partisipasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih


(36)

lengkap, tajam, dan sampai pada pengetahuan tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak. Lincoln dan Guba (1985:266) menegaskan maksud wawancara sebagai berikut: mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Berg (2007:89) membatasi wawancara sebagai suatu percakapan dengan suatu tujuan, khususnya tujuan untuk mengumpulkan informasi. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun informasi. Interviewee pada penelitian kualitatif adalah informan yang daripadanya pengetahuan dan pemahaman diperoleh (Djam’an, 2009:129).

Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Djam’an (2009:132) menjelaskan maksud dari penggunaan wawancara yaitu:


(37)

1)Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain;

2)Merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu;

3)Memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang;

4)Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi);

5)Memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang

dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in

depth interview), yaitu suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan

penelitian dengan cara dialog antar peneliti sebagai pewawancara dengan partisipan dalam konteks observasi partisipatif (Satori dan Komariah, 2010:130-131). Pemilihan jenis wawancara ini memungkinkan mengingat peneliti terlibat secara intensif dengan setting penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human

resources). Dengan kata lain dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang

ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anecdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen.

Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai nara sumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni dan karya pikir.


(38)

Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara.Studi dokumentasi yaitu

mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi dan wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen yang terkait dengan focus penelitian. (Satori, dkk, 2009:149).

Dalam hal ini peneliti menilai bahwa analisis dokumen yang terkait dengan manajemen mutu Pendidikan Prajabatan Guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta dalam meningkatkan mutu mengandung banyak informasi yang bermanfaat, di samping tentunya dalam beberapa hal tertentu ditemui adanya kekurangan. Nilai manfaat dari dokumen-dokumen tersebut secara sah dapat digunakan untuk menarik kesimpulan tentang aktivitas, tujuan, dan ide dari pembuatnya.

H.Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton (1980:268) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

Sedang Moleong (1990:103) mengatakan analisis data adalah proses

mengorganiasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.


(39)

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif naratif. Teknis ini menurut Miles dan Huberman (Djam’an: 2009:96) yang diterapkan melalui tiga alur, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data meliputi proses penyelesaian, pemilahan, penyederhanaan, dan pengkategorian data yang dimaksudkan untuk memudahkan pengorganisasian data dan keperluan analisis data serta penarikan kesimpulan. Peneliti baru dapat melakukan reduksi data setelah data terkumpul.

Pertama-tama dilakukan identifikasi terhadap unit/bagian terkecil suatu data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Data tersebut disusun kemudian berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan upaya peneliti untuk menyajikan data sebagai suatu informasi yang menggiring peneliti untuk mengambil temuan penelitian. Penyajian data merupakan pemaparan data yang tersusun secara sistematis yang memperlihatkan keeratan kaitan alur data, dan sekaligus menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi, sehingga dapat membantu memudahkan peneliti menarik kesimpulan yang sebenarnya. Bagian-bagian data yang memiliki kesamaan dipilah dan diberi label (nama).


(40)

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Darikegiatan-kegiatan sebelumnya langkah selanjutnya adalah

menyimpulkan data-data yang sudah diproses atau ditransfer kedalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola pemecahan permasalahan yang dilakukan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif menjadi saripati jawaban rumusan masalah dan isinya merupakan kristalisasi data lapangan yang berharga bagi praktek pengembangan ilmu.

I. Keabsahan Data

Dalam penelitian dilakukan pengecekan keabsahan data melalui:

1. Kredibilitas

Kredibilitas data adalah upaya peneliti untuk menjamin kesahihan data dengan mengkonfirmasikan antara data yang diperoleh dengan obyek penelitian. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada obyek penelitian (Nasution, 1998:105-108).

Keabsahan atas hasil-hasil penelitian dilakukan melalui:

a. Meningkatkan kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan di lapangan; b. Pengamatan secara terus-menerus;

c. Triangulasi, baik metode dan sumber untuk mencek kebenaran data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, dilakukan untuk mempertajam tilikan terhadap hubungan sejumlah data;


(41)

d. Pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritik dalam proses penelitian;

e. Menggunakan bahan referensi untuk meningkatkan nilai kepercayaan akan kebenaran data yang diperoleh;

f. Membercheck, pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna

perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti.

2. Tranferabilitas

Transfermabilitias atau keteralihan merupakan upaya untuk membangun pemahaman yang mendasar terhadap temuan penelitian berdasarkan waktu dan konteks khusus. Sehingga diharapkan bahwa penelitian ini memiliki generalisasi ilmiah sesuai dengan konteks dan waktu pada setting penelitian lainnya.

Dengan demikian, hasil penelitian yang didapatkan dapat diaplikasikan oleh pemakai penelitian, penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi bila para pembaca laporan memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.

3. Defendabilitas dan Conformabilitas

Defendabilitas atau ketergantungan merupakan upaya untuk melakukan pengecekan ulang terhadap laporan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar ketergantungan penelitian mampu dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat diuji ulang kebenarannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan penelitian kualitatif.


(42)

Sedangkan konfirmabilitas atau kepastian merupakan upaya untuk menciptakan kepastian data penelitian.

Defendabilitas dan konfirmabilitas dilakukan dengan audit trail berupa komunikasi dengan pembimbing dan dengan pakar lain dalam bidangnya membicarakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penelitian berkaitan dengan data yang harus dikumpulkan. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian memenuhi standar penelitian kualitatif.


(43)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, temuan penelitian dan pembahasannya serta model konseptual yang diajukan dalam disertasi ini secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kondisi Aktual Mutu Program Pendidikan Prajabatan Guru PAI

Pendidikan prajabatan guru PAI sebagai bagian dari pendidikan tinggi yang menghasilkan calon-calon guru profesional memiliki seperangkat program yang menunjang tercapainya tujuan sebagai tenaga-tenaga profesional di bidang pendidikan agama Islam (PAI). Program-program tersebut dilakukan melalui rekrutmen, mutu mahasiswa, mutu dosen, mutu kurikulum, mutu PPL dan mutu evaluasi. Semua program-program tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Rekrutmen dan Seleksi

Sistem rekrutmen dan seleksi pendidikan prajabatan guru PAI masih harus terus ditingkatkan mutunya dengan berfokus pada keterpaduan kompetensi calon guru karena sesuai dengan tuntutan kebijakan pemerintah yang disyaratkan harus dimiliki oleh guru atau calon guru yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

Sistem rekrutmen dan seleksi pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta mensyaratkan harus memiliki kompetensi dan persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh calon mahasiswa guru PAI. Indikator kemampuan kompetensi dapat diukur dengan uji


(44)

tes masuk, yaitu mampu menjawab soal-soal test uji saring masuk. Sedangkan persyaratan administrasi yang harus dipenuhi calon mahasiswa bertujuan untuk mengetahui keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia dengan persyaratan keterangan berkelakuan baik, keterangan bebas narkoba dan perjanjian untuk mematuhi seluruh peraturan dan menjaga nama baik lembaga.

b. Mutu Mahasiswa Calon Guru

Kondisi mahasiswa calon guru merupakan gambaran kondisi guru-guru masa depan, jika mutu kondisi calon guru baik, maka kemungkinan kondisi guru-guru masa depan menjadi baik. Sebaliknya jika kondisi mutu calon guru-guru kurang baik, maka kondisi guru masa depan menjadi kurang baik.

Berdasarkan temuan penelitian bahwa kondisi mutu mahasiswa calon guru pendidikan prajabatan guru PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN SGD Bandung dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syahid Jakarta perlu terus ditingkatkan mutunya karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju.

Mutu calon guru sebagai tenaga profesional perlu disiapkan dengan serangkaian program-program yang koheren dengan visi dan misi mewujudkan tenaga guru profesional, kurikulum pendidikan guru PAI yang memberikan pengetahuan tentang perkembangan peserta didik yang berneka macam latar belakang sosial, ekonomi dan budaya, memberikan pengalaman secara klinis kepada mahasiswa calon guru, pembelajaran melalui pendekatan inquiry dan pelaksanaan evaluasi didasarkan pada standar profesional guru.


(45)

c. Sumber Daya Dosen

Sumber daya dosen Pendidikan Prajabatan Guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta perlu terus ditingkatkan mutunya tidak cukup hanya memenuhi standar minimal kualifikasi tetapi perlu terus mengembangakan ilmu pengetahuan dalam bentuk penelitian dosen yang bermanfaat bagi masyarakat. Sebagai pendidik; mereka mengetahui tugas kewajiban mereka dalam mengajar atau menyelenggarakan kuliah di kelas dengan perangkat-perangkat pengajaran yang harus mereka penuhi. Sebagai peneliti, mereka dengan penuh sadar bahwa penelitian yang mereka lakukan dapat menunjang kualitas pembelajaran mereka di kelas, dengan demikian mereka mengamati fenomena pendidikan yang menjadi bidang kajian penelitian mereka; dan sebagai pengabdi, mereka sadar betul bahwa mereka bagian dari masyarakat dan harus memberikan yang terbaik bagi masyarakat.

d. Kurikulum

Kondisi kurikulum pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta perlu diperkuat dengan seperangkat mata kuliah yang diberikan dapat mendukung tercapainya tujuan menghasilkan calon-calon guru PAI profesional yang memiliki seperangkat kompetensi yang disyaratkan oleh UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Selain itu, kurikulum pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta telah disusun dan dirumuskan berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat dan tuntutan era globalisasi.


(46)

Kurikulum secara terus menerus diperbaiki dan disempurnakan agar tetap eksis dan mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat global.

e. Mutu Praktek Profesi Lapangan (PPL/P2KT)

Pendidikan profesi lapangan atau pendidikan profesi keguruan terpadu pada pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta harus ditingkatkan mutu keterlibatan dan kerjasama antara dosen, guru pamong dan mahasiswa praktikan. Karena keberhasilan pelaksanaan tersebut melibatkan unsur sekolah/madrasah yang dijadikan sarana praktek mahasiswa calon guru. Di sekolah/madrasah tersebut, mahasiswa para calon guru layaknya seorang guru melakukan tugas utamanya seperti membuat rencana pembelajaran, mengajar di kelas, membimbing, dan mengevaluasi pembelajaran.

Selain itu, mahasiswa calon guru mendapat bimbingan langsung dari para dosen dan guru pamong. Dosen pembimbing dan guru pamong dengan penuh tanggung jawab membimbing dan mengevaluasi seluruh kegiatan mahasiswa calon guru PAI.

f. Evaluasi

Evaluasi yang diselenggarakan oleh pendidikan prajabatan guru PAI FTK UIN SGD Bandung dan FITK UIN Syahid Jakarta harus pada standar-standar profesional guru. Karena evaluasi telah mencakup untuk perbaikan seluruh sistem penyelenggaraan pendidikan calon guru. Perbaikan terhadap mahasiswa calon guru adalah meliputi pertama, kompetensi profesional dengan mengevaluasi kegiatan pembelajaran/perkuliahan sejauhmana pengetahuan Islam (PAI) yang akan diampunya tersebut dikuasai oleh mahasiswa calon guru.


(47)

Evaluasi tersebut dilaksanakan oleh dosen matakuliah yang bersangkutan. Kedua, kompetensi kepribadian dengan mengevaluasi sikap dan perilaku keseharian mahasiswa calon guru PAI seperti komitmennya yang terukur dari kinerja dan semangat mengikuti perkuliahan, keaktifan dan antusias mereka dalam mengkaji dan mengembangkan pengetahuan lebih lanjut, bertutur kata dan bergaul dengan baik. Evaluasi tersebut dilaksanakan oleh dosen matakuliah yang tidak hanya menilai dari aspek kognitif tetapi juga aspek afektif. Ketiga, kompetensi pedagogik dengan mengevaluasi kegiatan praktek pengalaman lapangan. Dalam kegiatan PPL tersebut, dapat diukur sejauhmana kinerja mahasiswa calon guru dalam melaksanakan tugas utama mereka. Dan keempat, kompetensi sosial, untuk mengevaluasi kompetensi ini adalah dengan kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa calon guru PAI yang mendukung pengembangan profesional mereka sebagai calon guru PAI.

Selain itu, di akhir kegiatan pendidikan prajabatan guru, mahasiswa calon guru diuji dengan dua jenis ujian, yaitu ujian komprehensif dan ujian munaqasah. Kedua ujian ini disyaratkan bagi mahasiswa yang telah mengikuti seluruh program-program perkuliahan.

2. Manajemen Mutu Pendidikan Prajabatan Guru PAI

Manajemen mutu pendidikan prajabatan guru PAI berfokus kepada perbaikan, program ma’had aly (pesantren tinggi), penguatan terhadap ilmu pendidikan Islam dan metodologinya, kerjasama, pembelajaran bermutu, dan penjaminan mutu.


(48)

a. Perbaikan kurikulum

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat global di era globalisai, pendidikan prajabatan guru perlu memperbaharui kurikulum secara berkelanjutan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat global, tuntutan sekolah dan tuntutan guru masa depan. Perbaikan kurikulum pendidikan prajabatan guru PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SGD Bandung dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syahid Jakarta dengan melibatkan para ahli untuk pengembangan kurikulum ke arah yang lebih baik dan kurikulum yang secara internasional diakui memiliki kualitas terbaik sebagai world class university.

Perbaikan kurikulum diupayakan untuk menghasilkan para tenaga profesional di bidang pendidikan yang ‘go internasional’. Perbaikan kurikulum dapat berasal dari desakan dari dalam dunia pendidikan, maupun dari luar.

b. Ma’had Aly (Pesantren tinggi)

Program Ma’had Aly yang dikembangkan oleh PTAI UIN SGD Bandung dan UIN Syahid Jakarta untuk seluruh mahasiswa baru dalam rangka membina dan memperkuat pengetahuan dan moral (akhlak) mahasiswa terlebih mahasiswa calon guru. Sebagaimana dipersyaratkan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa guru harus memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial.

Untuk membina kompetensi kepribadian calon guru di era globalisasi ini tidak mudah dan tidak dapat dilakukan dengan waktu yang terbatas, tetapi perlu pembinaan secara lebih lanjut dan pengawasan yang setiap saat. Sehingga


(49)

program ma’ahad aly (Pesantren tinggi) menjadi penting untuk pembinaan akhlak atau moral mahasiswa calon guru. Selain pembinaan akhlak, program ma’had al-Jami’ah juga dilaksanakan untuk pembinaan pengetahuan seperti logika dan penajaman bahasa asing seperti bahasa Arab dan Inggris.

c. Penguatan Ilmu Pendidikan Islam dan Metodologinya

Pendidikan Tinggi Islam memiliki ciri khas dalam pengembangan ilmu pendidikan Islam, inilah yang akan menjadi keunggulan Universitas Islam; pendidikan Islam yang dikembangkan adalah pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi manusia secara keseluruhan; potensi ketuhanan/penyembahan kepada Allah, potensi akal, potensi ruh, dan potensi jasad/fisik.

Islam tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan seperti tafsir, hadist, fiqh, dan yang lainnya. Islam juga mencakup segala ilmu yang ada, mulai dari bakteri terkecil hingga pergerakan semesta alam melalui ilmu astronominya. Bahkan telah banyak ahli-ahli keilmuan Islam ataupun teori-teori ilmuan Islam yang menjadi dasar atau panduan bagi ilmuan-ilmuan Eropa.

Penguatan terhadap ilmu pendidikan Islam adalah dengan menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai sumber ilmu pengetahuan, membuktikan kebenaran-kebenaran al-Quran secara ilmiah, dan menolak keras penelitian-penelitian yang bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah. Karena Islam, sangat mencintai orang-orang yang selalu menggunakan akalnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang dijadikan dasar kuat untuk penyembahan hanya kepada Allah SWT.

Metodologi yang digunakan untuk pengembangan pendidikan Islam adalah dengan metode ijtihad dan keteladanan. Ijtihad merupakan usaha


(1)

Direktur Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2005). Buku II Kurikulum Program Studi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Direktur Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderala Pendidikan Tinggi. (2005). Buku III Sumber Daya Manusia (Dosen dan Tenaga Penunjang). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dirgantoro, Crown. (2001). Manajemen Strategik; Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta: Grasindo.

Duderstadt, James J. (2003). A University For The 21 st Century. The United States of America: The University of Michigan Press.

Dunn, William N. (2000). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Penerjemah, Drs. Samodra Wibawa, MA. Dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Edisi Kedua.

Edwards III, G. C., (1980), Implementing Public Policy, Washington, John Hopkins University.

Engkoswara. Dan Danny Meirawan. (2007). Revitalisasi Budaya Bangsa Menuju Indonesia Modern dan Sejahtera 2020. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Fakry, Muhammad Gaffar. (1987). Visi: Suatu Inovasi dalam Proses Manajemen Strategik Perguruan Tinggi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar, Bandung: IKIP Bandung.

Fakry, Muhammad, Gaffar. (1984). Performance Based Teacher Educational: Suatu Alternatif Dalam Pembaharuan Guru. Bandung: IKIP Bandung.

Fattah, Nanang. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Feigenbaum, A.V. (1989). Kendali Mutu Terpadu. Edisi Ketiga Jilid I (Terjemahan). Jakarta:Erlangga.

Fildman, Daniel C., dan Arnold Hugh A. (1986). Organizational Behavior. New York: McGraw, Hill Book Company.

Fortunate, R.T & Wadded, D.G. (1988). Personnel Administration in Higher Education: Handbook of Faculty and Staff Personnel Practices. Sanfransisco California: Jossey bass Inc. Publisher.


(2)

Gaspersz, Vincent. (2005). CFPIM, CIQA, ISO 9001:2000 And Continual Quality Improvement. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Handayaningrat, Suwarno. (1988). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Gunung Agung.

Harahap, Syahrin. (2006). Penegakan Moral Akademik di Dalam dan Luar Kampus. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Harold, Koontz. & Cyril O’Donnel. (1995). Principles of Management. New York: Mc Graw Hill.

Hasbiyallah, Ujang Suyatman, Eko Retnadi. (2009) Book Review “A University For The 21 st Century (James J. Duderstadt, 2003. The United States of America: The University of Michigant Press). Mata Kuliah Analisis Kebijakan Pengembangan Pendidikan Tinggi. Dosen: Muhammad Fakry Gaffar. Dan Akdon. Program Studi S3 Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Hatwood-Futrell, M (2010). “Transforming Teacher Education to Reform America’s P-20 Education system”. Jorunal of Teacher Education. 61:432.

Hedwig, Rinda, dan Gerardus Polla. (2006). Model Sistem Penjaminan Mutu dan Proses Penerapannya di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hradesky, J. (1995). Total Quality Management Handbook. New York: McGraw-Hill.

Hunger J., David dan Wheelen, Thomas L., (2001). Strategic Management and Business Policy. Addison-Wesley Publishing, Co.

Hunger J., J. David & Thomas L. Wheelen. (1996). Strategic Management diterjemahkan Julianto Agung, 2001. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Indrajit, R. Eko & R. Djokopranoto. (2006). Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Yogyakarta: CV. Andi.

Ishikawa, K. (1988). Teknik Penuntun Pengendalian Mutu. Terjemahan. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Ishikawa, K. (1990). Pengendalian Mutu Terpadu. Terjemahan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(3)

Jackson, Norman dan Lund, Helen (2000). Benchmarking for Higher Education. New York: Open University Press.

Jalal, Fasli. Dan Dedi Supriyadi. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adi Cita.

Jannah, Fathul. (2009). Manajemen Akademik Lembaga Pendidikan Tinggi Islam. Yogyakarta: Safiria Insania Press.

Johnson, S.L., Rush, S.C. (1995). Reinventing The University. New York: John Wiley & Sons.

Kaplan Robert dan Norton David. (1996). Balanced Scorcard, Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Alih Bahasa Peter R Yosi Pasla. Jakarta: Erlangga.

Kirchhoff, Allison and Lawrenz, Frances (2011). “The Use of Grounded Theory to Investigate the Role of Teacher Education on STEM Teacher’s Career Path in High-Need Schools”. Journal of Teacher Education. 62:246.

Konsorsium Bidang Ilmu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. (2006). Pandangan Keilmuan UIN Wahyu Memandu Ilmu. Bandung Gunung Djati Press.

Kuncoro, Mudrajat. (2005) Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif?, Jakarta: Erlangga

Langgulung, Hasan. (1989). Manusia dan Pendidikan : Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna.

Lewis, R.G dan Smith, D.H. (1994). Total Quality in Higher Education. Florida: St. Lucie Press.

Mali, Paul. (1978). Improving Total Productivity. Canada: John Wiley and Sons. Inc. Moleong, Lexy, J., (1990). Metodologi Penelitian Kualitaif. Bandng: Remaja Rosda

Karya.

Miskel dan Hoy. (1978). Educational Administration Theory Research and Practice. Ney York: Random House.

Muhadjir, Noeng (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin.

Muhaimin et al. (2002) Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosda.


(4)

_______ (2003). Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______ (2003). Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Bandung: Nuansa Mulyadi. (1998). Total Quality Management. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Mulyasa, E. (2005), Menjadi Guru Professional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyono. (2011). Perencanaan Strategic Mutu Akademik Perguruan Tinggi (Studi Kasus pada Perguruan Tinggi Agama Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Disertasi. Program Doktor Administrasi Pendidikan Islam. Sekolah Pascasrajana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Murgatroyd, Stephen dan Colen Morgan. (1993). Total Quality Management and The School. Buckingham-Philadelphia: Open University 2008.

Nawawi, Hadari. (1995). Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ndraha, Taliziduhu. (1988). Manajemen Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Bina Aksara. Newby, Timothy Jl., et.al (2000). Instructional Technology for Teaching and

Learning. New Jersey:Prentice Hall.

Notoatmodjo, S. (1992) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Sanusi, Ahmad. (1990) Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga

Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.

Source: MetLife Survey of the American Teacher. (2006). Teacher Quality and Preparation: Stories and Statistics from the Field. Brooke Haycock and Heather Peske

Soetjipto, dkk, (2003). Mengurai Benang Kusut Pendidikan, Jakarta: Transformasi Soetjipto, (2000). Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka cipta

Parsad, Basmat. (2000) Teacher Preparation and Professional Development (2000). National Center for Education Statistics U.S. Department of Education

Payong R. Marselus (2011). Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya. Jakartta: Indeks


(5)

Peterson dan Mets. (1993). Planning and Management for a Changing Environment. California: Jersey Bass Publisher.

Pidarta, Made. (1998). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Pugach C. Marleen, Blanton P. Linda and Correa I Vivian, (2011). “A Historical Perspective on the Role of Collaboration in Teacher Education Reform: Making Good on the Promise of Teaching All Students”. Journal of The Teacher Education. 34:183

Rahim, Husni. (2001). Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos. Sallis, Edwardd. (2010). Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu

Terpadu Pendidikan. Penerjemah: Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurozi. Yogyakarta: IRCiSoD.

Salusu. (1996). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Gramedia Press.

Sholihah, Tutut (2006). Manajemen Pembinaan Mutu Dosen (Studi Kasus di Universitas Islam Negeri Malang), Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana S3 Universitas Pendidikan Indonesia.

Siagian, Sondang P. (2007). Manajemen Strategik, Cetakan Ketujuh, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Soebagio Atmodiwiro. (2000). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadirya Jaya.

Spooner, Fred et al. (2010). “What We Know and Need to Know About Teacher Education and Special Education”. Journal of Teacher Education. 33:44. Stenbrink, K.A. (1986). Pesantren, Madrasah, Sekolah Pendidikan Islam dalam

Kurun Modern, Jakarta: LP3ES.

Suardi, R., (2001). Sistem Manajemen Mutu 9000:2000: Penerapannya Untuk Mencapai TQM. Jakarta: Penerbit PPM.

Sudiyono. (2004). Manajemen Pendidikan Tinggi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. (1990). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, Dedi dan Jalal, Fasli. (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.


(6)

Sutermeister, Robert A., (1976). People and Productivity. New York: McGraw-Hill Book Company.

Suyatno dkk (2009). Pengembangan Profesionalisme Guru 70 Tahun Abdul Malik Fadjar. Jakarta: Uhamka Press.

Sykes, Gary, Bird Tom and Kennedy Mary. (2010). Teacher Education: Its Problem and Some Prospects. Journal of Teacher Education. 61:464.

Syaefudin Saud, U. (2010). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Tampubulon, Daulat, P. (2001). Perguruan Tinggi Bermutu. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Taufiq, Ali Muhammad. (2004). Praktik Manajemen Berbasis Al-Quran. Jakarta: Gema Insani.

Tenner, A.R., and I.J. Detoro. (1992). Total Quality Managemen. Addison Wesley Publishing Company.

Tilaar, HAR. (1994). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

________ , (2002). Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo ________ , (2009). Kekuasaan dan Pendidikan Manajemen Pendidikan Nasional

dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta.

________ , (2009) dalam Pengembangan Profesionalisme Guru, Suyatno,

________ , (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta. Tjiptono, Fandy. & Anastasia Diana. (2001). Total Quality Management Edisi

Revisi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Usman, Moh. Uzer. (1992). Menjadi Guru Professional. Bandung: Rmaja Rosdakarya.

Yunus, Mahmud. (1995). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.


Dokumen yang terkait

Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan akademik fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan Universitas islan Negeri syarif Hidayatullah Jakarta

0 2 161

Pengaruh konsep diri terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 23 165

Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Mutu Layanan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 29 73

Peningkatan hasil belajar wudhu siswa kelas VI MI Nurul Falah melalui penerapan metode demonstrasi. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014

0 8 98

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK)

0 5 117

Kapasitas Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dalam pelaksanaan pembelajaran mata kuliah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

0 4 252

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

0 12 2

KAJIAN TINGKAT KONTINUM KAPITAL SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN DALAM MENGWUJUDKAN VISI, MISI DAN TUJUAN UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU Ansharullah Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Sultan Syarif Kasim

0 0 19

KINERJA PEGAWAI TATA USAHA DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG - repo unpas

0 0 29

Kinerja Pegawai Tata Usaha di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung Disusun oleh : Beyin Muhibbatul Millah ABSTRAK - KINERJA PEGAWAI TATA USAHA DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG - repo unpas

1 1 28