Peningkatan hasil belajar wudhu siswa kelas VI MI Nurul Falah melalui penerapan metode demonstrasi. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014

PENINGKATAN HASIL BELAJAR
WUDHU SISWA KELAS VI MI NURUL FALAH MELALUI
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI
Villa Mutiara Ciputat Tangerang Selatan
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S. Pdi) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh
Suprianti
(1810011000071)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

iii

ABSTRAK

Suprianti, 1810011000071. Peningkatan hasil belajar wudhu siswa kelas VI MI Nurul Falah
melalui penerapan metode demonstrasi. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Merupakan salah satu Madrasah swasta yang terletak di
Wilayah Sawah baru Ciputat.
MI ini didirikan tahun 1986. Pada awalnya siswa MI ini hanya masyarakan pribumi yanag
berada di sekitarnya, kemudian dengan berjalannya waktu peminat sekolah ini adalah orangorang pendatang yang wali muridnya mempunyai pendidikan yang baik, hal ini dapat
meningkatkan mutu dari MI Nurul Falah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Penelitian Tindakan Kelas(PTK). Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas VI di MI Nurul Falah tahun pelajaran 2013/2014. Teknik
pengambilan data yang digunakan adalah observasi penelitian wawancara.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa implementasi pembelajaran wudhu di MI Nurul Falah
ciputat termasuk dalam kategori baik. Hal ini ditunjukan oleh kemampuan guru dalam
menjalankan peran dan fugsinya untuk mengelola pembelajaran. Khususnya implementasi
pembelajaran wudhu

KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK


FORM (FR)

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia

No. Dokumen
Tgl. Terbit
No. Revisi:
Hal

:
:
:
:

FITK-FR-AKD-093
1 Maret 2010
02
1/1


SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama

: Suprianti

Tempat/Tgl. Lahir

: Tangerang, 9 Juni 1969

NIM

: 1810011000071

Jurusan/Prodi

: Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi


: PENINGKATAN HASIL BELAJAR WUDHU SISWA KELAS VI MI
NURUL FALAH MELALUI PENERAPAN METODE
DEMONSTRASI

Dosen Pembimbing

: 1. Drs. Abdul Gofhur, MA

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat wisuda.

Jakarta, 28 September 2014
Mahasiswa Ybs.

Suprianti

NIM. 1810011000071

ii


KATA PENGANTAR

Alhamdulllahi rabbil Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam,
yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi
ini terselesaikan. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kehadirat
baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari zaman jahillyah ke zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada program S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, maka
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Nurlena Rifai, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. Kepala jurusan fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Abdul Ghofur, MA., pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang dengan
penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi, dan
masukan-masukan kepada penulis demi kesempurnaannya penulisan skripsi ini.

5. Dra. Eni Susilowati. Selaku kepala sekolah RA Assyifa Villa Mutiara.
6. Segenap Dosen dan staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kontribusi keilmuan kepada penulis
selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap pimpinan, dewan guru dan karyawan Madrasah Nurul Falah Ciputat yang
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian guna
memenuh salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
8. Orang tua tercinta, Bapak Solihin(Alm) dan Ibu Suliyah yang telah mengasuh
penulis dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan baik moril, materil
maupun spiritual. Karena cinta kasih beliaulah, penulis dapat menjalani hidup dan
memperoleh kesempatan belajar sampai saat ini.
9. Suamiku, Iyan Hermawan Yang telah memberikan kesempatan dan doa kepada
penulis

iii

10. Kedua Anakku Bayu Dika P. Dan Aldi Yudha P. yang telah memberikan bantuan
dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat ku di RA Assyifa Yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
atas bantuan dan doanya.

Penulis sadar, bahwa penulisan spripsi ini berjumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan sumbangan pemikiran, saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya , mohon dibukakan pintu maaf apabila penulis skripsi ini terdapat hal-hal yang
kurang berkenan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi para pembaca sekalian.

Jakarta 17 Mei 2014
Penulis

v

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ............................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Abstrak

.............................................................................................................. iii

Surat Pernyataan .................................................................................................... iv
Daftar isi .. .............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 4
C. Batasan Masalah ................................................................................... 4
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

BAB II

KAJIAN TEORI DI MI

A. Pembelajaran Fiqh
1. Pengertan Pembelajaran Fiqh ......................................................... 6
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tentang Wudhu ........ 10
3. Metode dan Tehnik Pembelajaran Fiqh ......................................... 11
4. Media Pembelajaran Fiqh .............................................................. 14
B. Materi Wudhu
1. Pengertian Wudhu dan Persyariatannya ....................................... 16
2. Rukun Wudhu ............................................................................... 17

3. Sunnah-sunnah Wudhu ................................................................. 20
4. Hal-hal Yang Membatalkan Wudhu ............................................. 23
5. Perbuatan Yang Disyaratkan Untuk Berwudhu Sebelumnya ....... 24
6. Perbuatan Yang Disunnahkan Dalam Keadaan Berwudhu ........... 25
7. Perbuatan Makruh Ketika Berwudhu ............................................. 27
8. Doa Sebelum dan Sesudah Wudhu ................................................ 27
C. Kerangka Berfikir ................................................................................. 30
D. Hipotesis Tindakan ............................................................................... 30

vi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 31
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ........................... 31
C. Subjek Penelitian ................................................................................. 32
D. Peran dan Posisi Penelitian ................................................................... 33
E. Tahapan Perencanaan Penelitian .......................................................... 34

F. Hasil Intervensi Yang Diharapkan ........................................................ 36
G. Data dan Sumber Data ......................................................................... 36
H. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 36
I. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 37
J. Teknik pemeriksaan keterpercayaan .................................................... 37
K. Analisa data dan interpretasi hasil data ................................................ 37
L. Pengembangan perencanaan tindakan ................................................. 38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Hasil Penelitian ...................................................................... 39
B. Pembahasan ......................................................................................... 59
C. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .......................................................................................... 61
B. Saran .................................................................................................... 63

Daftar Pustaka
Lampiran

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam merupakan satu diantara sarana pembudayaan
(enkulturasi) masyarakat. Ajaran Islam tidak hanya membahas mengenai
satu aspek saja, tetapi mencakup semua aspek yang lain, sehingga dengan
pendidikan Islam pola hidup dan perilaku masyarakat menjadi terarah
sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai yang luhur. Sebagai suatu sarana,
pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan hidup manusia (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada
harapan dan tujuam yamg merupakan titik optimal kemampuan seorang
hamba yaitu untuk memperoleh kesejahteraan hidup baik lahir maupun
batin di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.1

Mengenai

pendidikan

Islam,

Prof.

Dr.

Zakiah

Daradjat

menjelaskan sebagai berikut :
1. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik, agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat

1

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), Cet Ke-2.h.14

2

memahami

dan

mengamalkan

ajaran

agama

Islam,

serta

menjadikannya sebagai pandangan hidup.
2. Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan ajaran Islam.
3. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran
Agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik,
agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Agama Islam
itu sebagai suatu pandangan hidupnya, demi keselamatan hidup di
dunia maupun di akhirat kelak.2
Pendidikan yang paling penting bagi setiap manusia adalah
pendidikan Islam. Pendidikan Islam bertujuan untuk menyempurnakan
atau memperbaiki budi pekerti manusia menurut Islam, yang berlandaskan
syariat Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits.3
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional,

dinyatakan

bahwa

pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4
Di dalam UU No. 2 Tahun 2008 tentang standar kompetensi
lulusan dan standar isi pendidikan agama Islam dan bahasa arab di

2

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet Ke-2.h.86
Shefftie.blogspot.com
4
Abd.Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang
Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet Ke-1.h.575
3

3

Madrasah. Kurikulum di dalam Madrasah Ibtidaiyah terdiri dari Al-Quran
dan Hadits, akidah akhlaq, fikih, sejarah kebudayaan Islam, bahasa arab.5
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan
pragmatis dalam membimbing anak didik, sehingga ajaran agama islam
benar-benar dapat menjiwai bagian yang integral dalam pribadinya.
Pendidikan Agama Islam pun diberikan kepada peserta didik di bangku
sekolah, selain itu untuk menanamkan pendidikan Agama Islam juga
dimulai dari keluarga, lingkungan dan masyarakat yang baik. Salah satu
ajaran pendidikan Agama Islam adalah wudhu.
Wudhu adalah sifat yang nyata (suatu perbuatan yang dilakukan
dengan anggota-anggota badan yang tertentu) yang dapat menghilangkan
hadas kecil yang ada hubungannya dengan shalat.6
Realitanya di sekolah masih banyak anak yang belum mengetahui
pengertian wudhu, wajib wudhu dan sunnah wudhu.Seorang guru fiqih
mengatakan bahwa masih banyak anak yang belum mengerti tentang
wudhu beliau mengatakan “wudhu merupakan penyempurna bersuci atau
thaharah ketika seorang muslim ingin melakukan ibadah ritual (shalat)”7.
Pendapat tersebut belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru
fiqih di sekolah.
Dengan ini penulis akan melakukan penelitian dengan metode
demonstrasi.

Adapun

metode

demonstrasi

adalah

suatu

upaya

pembelajaran atau proses belajar dengan cara praktek menggunakan
peragaan yang di tujukan pada siswa dengan tujuan agar semua siswa lebih
mudah

5

dalam

memahami

dan

mempraktekkan

apa

yang telah

Abd.Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang
Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet Ke-1.h.530
6
Rahman Ritonga,Zainuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama Jakarta,
1997),Cet Ke-2.h.29
7
Wawancara awal dengan guru fiqih Andri Sumaryani tanggal 08-Januari-2014

4

diperolehnya dan dapat mengatasi suatu permasalahan yang terjadi
sehubungan dengan yang sudah didemonstrasikan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal seorang guru fiqh
mengatakan harus ada kerjasama antara guru dan orang tua,karena
pembelajaran wudhu di sekolah hanya beberapa kali pertemuan,
sedangkan di rumah anak-anak dapat belajar setiap waktu bila hendak
mengerjakan shalat.8
Berdasarkan uraian diatas dan mengingat pentingnya
melaksanakan ibadah wudhu, maka penulis tertarik untuk menelaah
menganai “Peningkatan hasil belajar implementasi pembelajaran wudhu
kelas VI di MI Nurul Falah melalui metode demonstrasi”.

B. Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang di atas peneliti mengidentifikasikan masalah
sebagai berikut :
1. Banyak siswa yang belum memahami tentang wudhu.
2. Banyak siswa yang belum dapat melaksanakan wudhu dengan baik.
3. Banyak siswa yang belum tertib dalam melaksanakan wudhu.

C. Batasan Masalah
Untuk mempertajam fokus penelitan yang kami lakukan maka
kami batasi penelitian ini pada:
1. Proses pembelajaran wudhu yang dilakukan oleh guru dalam
membantu siswa belajar wudhu yang meliputi syarat, rukun dan
sunnah wudhu.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa MI Nurul Falah Ciputat.

8

Wawancara awal dengan guru fiqih Karto Mihamzah tanggal 10-Januari-2014

5

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan
merumuskan

pembatasan

masalah

sebagai

masalah
berikut

di

atas

“Bagaimana

maka

penulis

implementasi

pembelajaran wudhu dan hasilnya di MI Nurul Falah”.

E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui data-data secara ilmiah penulis meneliti
implementasi pembelajaran wudhu dan hasilnya di MI Nurul Falah
Ciputat.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat atau kegunaan baik
yang bersifat akademis maupun praktis, yaitu :
1. Berguna untuk menyumbangkan pemikiran bagaimana upaya untuk
meningkatkan disiplin beribadah (berwudhu).
2. Menjadi referensi tambahan bagi sekolah yang diteliti.
3. Bagi Guru sebagai bahan bacaan untuk mendidik siswa dalam mata
pelajaran khususnya berwudhu.

6

BAB II
KAJIAN TEORI
Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi
dimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapapun,
kapan pun dan dimana pun. Karena itu bisa saja siswa merasa tidak butuh
dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau
lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja waktu yang bukan dikehendak
siswa.

A. Pembelajaran Fiqih
Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang
bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung
dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa.

1. Pengertian Pembelajaran Fiqih
1.1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.1 Secara
sederhana, istilah pembelajaran (intruction) bermakna sebagai” upaya
1

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),Cet
Ke-9.h.111

7

untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai
upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan.” Pembelajaran dapat juga
dipandang sebagaikegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran pada
dasarnya

merupakan

kegiatan

terencana

yang

mengondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar
sesuai dengan dengan tujuan pembelajaran.2
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar

dapat

penguasaan

terjadi

proses pemerolehan

kemahiran

dan

ilmu

dan pengetahuan,

tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik.Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta
dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai
konotasi yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran dapat melibatkan manusia meliputi
guru, siswa, tenaga pendidikan dan masyarakat. Dari segi material
melputibuku, papan tulis, kapur tulis, audio dan audio visual. Dari seg
fasilitas dan perlengkapan meliputi ruang kelas, laboratorium, lapangan
olah raga, mushalla, perpustakaan dan sebagainya. Dan dari segi
prosedur melputi perencanaan pembelajaran, metode pembelajaran,
tujuan dan sebagainya.
Karskteristik interakasi belajar mengajar dalam pendekatan
proses belajar mengajar meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan

2

1.h.8

Ahmad Zayadi, Abdul Majid, Tadzkirah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),Cet Ke-

8

pembelajaran. Mengajar adalah upaya penyampaian pengetahuan kepada
peserta didik yang rumusan konsepnya sebagai berikut
1.

Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan, dalam hal ini

masa depan anak yang ditentukan orang tua. Oleh karenanyan, sekolah
berfungsi untuk mempersiapkan mereka agar mampu hidup dalam
masyarakat.
2.

Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan,

yang dilaksanakan dengan menggunakan metode imposisi, dengan cara
menuangkan pengetahuan kepada siswa.
3.

Tujuan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan.

Pengetahuan bersumber dari perangkat mata ajaran yang disampakan di
sekolah. Oleh karena itu,mata ajaran tersebut meliputi berbagai
pengalaman yang berasal dari orang tua.
4.

Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas.Kegiatan

pengajaran hanya dilaksanakan sebatas ruangan kelas saja.3
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mujiono adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif,yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.4
Istilah pembelajaran secara tektual tertuang dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1, yatu
bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.5
Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang
dirancang oleh guru untuk membantu seseorsng untuk mempelajari suatu
kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis
3

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,
2009), Cet Ke-3.h.25-26
4
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineke Cipta, 2006) Cet
Ke-3.h.297
5
Abd.Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang
Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet Ke-1.h.5

9

melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks
kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses pembelajaran digambarkan adanya interaksi
antara pendidik dan peserta didik. Guru sebagai sumber belajar, penentu
metode belajar,dan juga penilai kemajuan belajar meminta para pendidik
untuk menjadikan pembelajaran lebih efektf dan efisien untuk mencapai
tujuan pembelajaran itu sendiri.
1.2. Pengertian Fiqih
Fiqih secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam
tentang tujuan suatu ucapan dan perbuatan.
Pegertian fiqih menurut terminologi adalah pengetahuan tentang hukumhukum syara mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil
yang terinci (mendetail).
Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa pembahasan ilmu
fiqih itu ada 2 macam yaitu :
1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan
manusia yang praktis. Oleh karena itu, hukum-hukum mengenai
i’tiqad (keyakinan) seperti ke-Esa-an Allah, terutama para rasul,
serta penyampaian risalah Allah oleh para rasul, keyakinan tentang
hari kiamat dan hal-hal yang terjadi pada saat itu. Kesemuanya
tidak termasuk dalam pengertian fiqih menurut istilah.
2. Pengetahuan tentang dalil-dalil yang terperinci (mendetail) pada
setiap permasalahan, seperti bila dikatakan, membeli secara
berpesan, itu harus menyerahkan uangnya terlebih dahulu pada
waktu akad, maka ia disertai dalilnya dari Al-Quran. Jika dikatan,
bahwa setiap penambahan dari harta pokok itu disebut riba.
Bila dikatakan, bahwa memakan harta benda orang lain dengan
cara yang tidak sah itu haram.

10

Dari sini dapat diketahui, bahwa pembahasan ilmu fiqih adalah
hukum yang terinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal, haram,
makruh atau wajib beserta dalilnya masing-masing.
Objek fiqih adalah hukum yang berhubungan dengan
perbuatan manusia beserta dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqih
membahas dalil-dalil tersebut untuk menetapkan hukum-hukum
cabang yang berhubungan dengan perbuatan manusia.6
1.3. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan
Agama Islam yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama
menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan
rukun islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah,
shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta
ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara
pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar tentang
Wudhu
Penetapan standar kompetensi atau SK dimaksudkan untuk
menetapkan ukuran minimal atau kecukupan mencakup kemampuan,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai, diketahui,
dilakukan oleh peserta didik
SK ( Standar Kompetensi ) adalah standar kompetensi
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu
mata pelajaran.

6

Ke-15.h.2

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, Jakarta, 2011),Cet

11

SK

merupakan

kerangka

yang

menjelaskan

dasar

pengembangan program pembelajaran yang struktur. SK juga
merupakan fokus dari penilaian, sehingga pengembangan kurikulum
adalah fokus dari penilaian meskipun kurikulum lebih banyak tentang
dokumen pengetahuan, keterampilan dan sikap daripada bukti-bukti
untuk menunjukan bahwa peserta didik yang akan belajar telah
memiliki pengetahuan dan keterampilan awal. Adapun SK dari
pembelajaran wudhu adalah mengenal tata cara wudhu.
Kompetensi dasar (KD) adalah merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan
sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai
oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia
dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun
kompetensi dasar (KD) dalam pembelajaran wudhu adalah :
1. Menyebutkan pengertian berwudhu.
2. Menjelaskan hukum berwudhu.
3. Menyebutkan rukun wudhu.
4. Menyebutkan hal-hal yang membatalkan wudhu.
5. Mendemonstrasikan cara berwudhu7

3. Metode Pembelajaran Fiqih.
3.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah proses belajar mengajar merupakan nteraksi
yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam sua tu
pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Berbagai
ketetapan yang digunakan dalam pembelajaran agama islam harus

7

Silabus pembelajaran madrasah ibtidaiyah, Mata pelajaran fiqih.

12

dijabarkan kedalam metode pembelajaran PAI yang bersifat
prosedural.8
Metode dan teknik dalam pembelajaran fiqh adalah:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara menyampaikan materi ilmu
pengetahuan dan agama kepada anakdidik dilakukan secara lisan.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada
peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang berpikirdan
membimbingnya dalam mencapai kebenaran.
3. Metode Diskusi
Merupakan

salah

satu

cara

mendidk

yang

berupaya

memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang
masing-masng mengajukan argumentasinya

untuk

memperkuat

pendapatnya.

4. Metode Kisah
Al-Quran dan al-hadis banyak meredaksikan kisah untuk
menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para Nabi,
umat terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya, dalam kisah itu
tersmpan nilai-nilai pedagogis-religius yang memungkinkan anak
didik mampu meresapinya.
5. Metode Perintah Berbuat Baik dan Saling Menasehati
Metode ini anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan
saling menasehati agar berlaku benar dan memakan makanan yang
halal, dan diperintahkan juga untuk saling menasehati agar
meninggalkan yang salah, yang buruk, dan segala perbuatan yang
haram.
6. Metode Suri Teladan
8

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),Cet
Ke-9.h.135

13

“Seseorang itu akan sama dengan orang yang dicintainya, dan
baginya apa yang diusahakannya (HR. Turmudzi 4/595 h.n 4833).
Kesanggupan mengenai Allah adalah kesanggupan paling awal dari
manusia. Ketika Rasulullah bersama Siti Khadijah mengerjakan
shalat, Sayyidina Ali yang masih kecil datang dan menunggu sampai
selesai, untuk kemudian menanyakan, “apakah yang anda sedang
lakukan?” Dan Rasulullah menjawab, “kami sedang menyembah
Allah, Tuhan pencipta alam seisinya ini.” Lalu Ali spontan
menyatakan ingin bergabung. Hal ini menunjukan bahwa keteladanan
dan kecintaan yang kita pancarkan kepada anak, serta modal
kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka
mempercayai pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan kita.
Dengan demikian menabung kedekatan dan cinta kasih dengan anak,
akan memudahkan kita nantinya membawa mereka pada kebaikan.
7. Metode Hikmah dan Mau’izhah Hasanah
Dalam mengajak seseorang untuk mengikuti tuntunan-Nya,
Rasulullah ramah dan tidak pernahberbuat kasar,sebagaimana
digambarkan dalam Al-Quran:”Maka disebabkan rahmat dari Allah
SWT-lah bagi berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu
bersikap keras lagi kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu” (QS. Al’Imran: 159).
8. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu upaya pembelajaran atau
proses belajar dengan cara praktek menggunakan peragaan yang di
tujukan pada siswa dengan tujuan agar semua siswa lebih mudah
dalam memahami dan mempraktekkan apa yang telah diperolehnya
dan dapat mengatasi suatu permasalahan yang terjadi sehubungan
dengan yang sudah didemonstrasikan. Tujuan metode demonstrasi
untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi
ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan siswa untuk dipahami oleh
siswa dalam pengajaran.

14

a. Manfaat demonstrasi yaitu :
1. Perhatian siswa lebih dipusatkan
2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang
dipelajari
b. Langkah – langkah demonstrasi
1.
Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan
antara lain:
a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik
setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi
beberapa aspek seperti aspek pengetahuan dan keterampilan
tertentu.
b) Persiapkan
garis-garis
besar
langkah-langkah
demonstrasi yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kegagalan.
c) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala
peralatan yang diperlukan.
2.
Tahap pelaksanaan
a) Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang
harus dilakukan antara lain:
 Aturlah siswa agar dapat melihat dengan jelas apa yang
didemonstrasikan.
 Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai peserta didik.
 Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh
peserta didik, misalnya ditugaskan untuk mencatat hal-hal
yang penting dari pelaksanaan demonstrasi.
b) Langkah pelaksanaan demonstrasi
 Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang peserta didik untuk berfikir. Misalnya
pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki
sehingga mendorong peserta didik tertarik untuk
memperhatikan demonstrasi.
 Ciptakan suasana yang menyejukkan dan menghindari
suasana yang menegangkan.
 Yakinkan bahwa semua peserta didik mengikuti
jalannya demonstrasi.

15

 Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara
aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang
dilihat dari proses demonstrasi.
c) Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu
diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya
dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran.

9. Metode Tadrij (Pentahapan)
Metode ini menyampaikan secara bertahap sesuai dengan
proses perkembangan anak didik. Artinya dilaksanakan dengan cara
pemberian materi pendidikan dengan bertahap, sedikit demi sedikit
dan berangsur-angsur.9
Berkenaan dengan metode tersebut, Allah SWT berfrman: “
Berkatalah orang-orang kafir:’Mengapa al-Quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?’ Demikianlah supaya Kami perkuat
hatimu dengannya, dan kami membacakannya kelompok demi
kelompok” (al-Furqan: 32).

4. Media Pembelajaran Fiqih
Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena
dalamproses

pendidikan

terdapat

komunikator,

komunikan,

dan

pesan,yakni sebagai komponen-komponen komunikasi. Pembelajaran
yang efektif memerlukan media yang sesuai dengan karakter materinya.:
Media berasal dari bahasa latin, yakni medium yang secara
harfiahnya berarti tengah, pengantar atau perantara. Dalam bahasa arab
media disebut wasail bentuk jama dan wasilah yakni sinonim al-wasth
yang artinya juga tengah kata tengah itu sendiri berarti berada diantara
dua sisi, maka disebut juga sebagai perantara (wasilah) atau yang
9

Ibid h.137-158

16

mengantarai kedua sisi tersebut.10 Pembelajaran yang efektif memerlukan
media yang sesuai dengan karakter materinya.
Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti
media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas
dalam bidang teknik. Istilah media digunakan pula dalam bidang
pengajaran

atau

pendidikan sehingga istilahnya menjadi media

pendidikan atau media pembelajaran.
Sedangkan definisi media pendidikan atau media pembelajaran
menurut

Rossi

dan

Breidle

dalam

bukunya

Wina

Sanjaya

mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan
yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio,
televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.
Dalam proses pembelajaran media dapat dikatakan sebagai alat
Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar
dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik
dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar
anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih baik dari pada tanpa menggunakan bantuan media.
Sedangkan media pembelajaran fiqih adalah alat bantu yang
digunakan untuk

mempermudah

pembelajaran fiqih

dengan

berbagai

dalam

penyampaian

ketentuan

dan

materi

pertimbangan

dalam penggunaannya demi kelancaran proses pembelajaran Fiqih.
Pemanfaatan media secara maksimal dalam pembelajaran Fiqih sangat
mendukung

bagi

tercapainya pembelajaran

Fiqih

secara

secara

maksimal pula.
Hal ini

mengingat

materi fiqih diajarkan tidak hanya untuk

dipahami saja, melainkan juga harus benarbenar dapat dipraktekkan
10

1.h.6

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008),Cet Ke-

17

peserta didik secara nyatadalam kehidupan seharihari. Dari hal itu maka
peserta

didik

perlu

banyak

latihan

sedini mungkin untuk dapat

mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. dari apa yang telah
diajarkan. Maka peranan media dalam

pembelajaran

fiqih

sangat

penting, disamping mempermudah pendidik dalam menyampaikan
pembelajaran juga dapat mempermudah peserta didik dalam mencerna
materi pelajaran yang telah diajarkan.
Media yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih tidak jauh
berbeda

dengan

media

yang

digunakan

dalam

pembelajaran

padaumumnya. Tidak ada media yang secara kusus digunakan dalam
menyampaikan pembelajaran fiqih. Membantu yang dapat memperlicin
jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran.

B. Materi Wudhu
Berwudhu cukup dikenal bahwa maksudnya ialah bersuci dengan air
mengenai muka, kedua tangan,kepala, dan kedua kaki.
1. Pengertian Wudhu dan Persyariatannya
Wudhu adalah sifat yang nyata atau (suatu perbuatan yang dilakukan
dengan anggota-anggota badan yang tertentu) yang dapat menghilangkan
hadas kecil yang ada hubungannya dengan shalat.11
Berwudhu disyariatkan berdasarkan tiga macam alasan sebagai berikut.
1. Berdasarkan firman Allah SWT
11

Ke-2.h.29

Rahman Ritonga,Zainuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),Cet

18

‫َا‬
‫ي‬
ۚ ِ
‫ن‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki.”(QS: Al-Maidah Ayat: 6)
Di dalam ayat ini menerangkan bahwa anggota wudhu itu empat :
muka, tangan, kepala, kaki, dan ayat ini tidak menerangkan tiga kalinya.
Dari itu sekurang-kurangnya wajib kita cuci sekali-sekali, wajib usap pun
sekali saja.12
2. Sunnah
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a bahwa nabi bersabda yang artinya :
“Allah tidak menerima shalat salah seorang di antaramu bila ia berhadas,
sampai ia berwudhu lebih dahulu.” (H.r Bukhari dan Muslim, Abu Daud
dan Turmudzi)

3. Ijma
Telah terjalin kesepakatan kaum muslimin atas disyariatkannya
wudhu, semenjak zaman Rasulullah hingga sekarang ini, hingga tak dapat
disangka lagi bahawa ia adalah ketentuan yang berasal dari agama.13
Ditinjau dari segi hukumnya, air yang digunakan untuk bersuci
adalah ir suci dan mensucikan, yaitu air mutlak artinya air yang masih
murni, dapat digunakan untuk bersuci dengan tidak makruh. (air mutlak
artinya air yang sewajarnya).
12
13

A.Hassan, Tarjamah Bulughul Maram, (Bandung: CV Diponegoro, 1975),Cet Ke-1 h.58
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 1, Ba du g: Al Ma’a if,
,Cet Ke-6.h.83

19

2. Rukun Wudhu
Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut
syara’ artinya membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadats
kecil. Orang yang hendak melaksanakan shalat, wajib lebih dahulu
berwudhu, karena wudhu adalah menjadi syarat syahnya shalat.
Secara rinci rukun wudhu adalah sebagai berikut :
1. Niat
2. Membasuh muka
3. Membasuh kedua tangan sampai siku
4. Mengusap sebagian rambut kepala
5. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
6. Tertib
Dari keenam tersebut perincian sebagai berikut :
1. Niat
Berdasarkan hadits niat yang artinya : “Sesungguhnya amal itu bergantung
niatnya”. Maka dari itu segala sesuatu harus diawali dengan niat begitu
juga wudhu.
2. Membasuh Muka.
Ditetapkan berdasarkan ayat Al-Quran dan ijma

...Maka basuhlah mukamu...(QS 5:6)
Membasuh muka adalah mengalirkan air ke anggota badan yang dibasuh
dengan menyiraminya, paling kurang dua kali siram. Sedangkan muka
adalah sesuatu yang dihadapkan oleh manusia. Batas panjangnya ialah
antara tempat yang biasa tumbuh rambut kepala sampai ke dagu atau mulai
dari atas kening sampai kebawah dagu. Dan batas lebarnya antara dua anak
telinga kiri dan kanan.

20

3. Membasuh Kedua Tangan Hingga Siku
Allah SWT berfirman:
...
...Dan tangan-tanganmu hingga siku...(QS 5:6)
Siku adalah pertemuan lengan bagian atas dengan lengan bagian bawah
atau hasta. Membasuh siku, menurut jumhur ulama hukumnya wajib.
Dengan demikian pengertian ayat ini adalah “basuhlah tanganmu bersama
dengan siku”. Orang yang terpotong tangannya sampai siku wajib
membasuh ujung tulang lengannya (siku) yang masih ada. Tetapi kalau
yang terpotong itu diatas siku maka disunahkan membasuh lengannya
yang tersisa. Jumhur ulama berpendapat bila seseorang memakai cincin,
wajib mengerak-gerakannya pada saat membasuhnya.

4. Mengusap Kepala
Allah SWT berfirman:
...
...Dan sapulah kepalamu...(QS 5:6)
Mengusap adalah melakukan tangan kepada anggota badan.
Sedangkan kepala adalah tempat tumbuh rambut yang biasa mulai dari
atas kening sampai kepada tengkuk (bagian belakang kepala), termasuk
kedalamnya pelipis yang terletak antara mata dan telinga.
Ulama berbeda pendapat tentang kadar mengusap kepala.
Golongan hanafiah dalam pendapatnya yang masyhur mengatakan wajib
menyapu seperempat kepala dan yang wajib hanya satu kali, walaupun
dengan tumpahan air hujan atau sisa air yang tinggal sesudah membasuh.
Menurut malikiah dan hambaliyah dalam pendapatnya yang lebih kuat
mengatakan wajib menyapu seluruh kepala. Orang yang menyapu tidak
boleh melompati atau melewatkan rambutnya dengan tangan dan tidak
boleh pula menyapu rambut yang menjulai atau turun dari kepala. Jika

21

rambut tidak ada maka cukup menyapu kulit kepala saja karena ia sebagai
pengganti rambut.14
Golongan syafi’iyah berpendapat wajib menyapu sebagian kepala
sekalipun sehelai rambut. Sedangkan membasuhnya dibolehkan, karena
membasuh itu tercakup didalamnya menyapu. Dan boleh juga meletakan
tangan diatas kepala walaupun sekedar menempelkannya, karena yang
dituju dari menyapu adalah membasahkan kepala.15
Golongan hanabilah yang dalam pendapatnya yang shahih
mengatakan tidak cukup menyapu bila tidak melakukan tangan diatas
kepala. Sedang membasuh dibolehkan, namun hukumnya makruh.16

5. Membasuh Kedua Kaki Hingga Mata Kaki
Allah SWT berfirman:

...ِ
‫ن‬

...Dan kakimu hingga mata kaki...(QS 5:6)

Mata kaki adalah dua tulang yang menonjol pada dua sisi kaki bagian
bawah. Menurut jumhur ulama kewajiban membasuh hanya satu kali. Bila
mata kaki tidak ada dibasuh apa adanya, sama halnya dengan membasuh
siku pada tangan. Tidaklah memadai apabila kedua mata kaki disapu
dengan air, karena Nabi saw selalu membasuhnya dan beliau mengancam
dengan neraka wail terhadap orang yang tidak menyapu mata kaki.17
6. Tertib
Yang dimaksud dengan tertib di sini adalah menyucikan anggota wudhu
satu persatu sesuai dengan urutan yang ditetapkan Al-Quran, yaitu dimulai

14

Rahman Ritonga,Zainuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),Cet

Ke-2.h.35
15

Ibid., h.36
Ibid., h.37
17
Rahman Ritonga,Zainuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),Cet Ke16

2.h.37

22

dengan membasuh muka, dua tangan, menyapu kepala dan terakhir
membasuh kaki.18
3. Sunnah-sunnah Dalam Wudhu
Yaitu ucapan atau perbuatan yang terus-menerus dilakukan oleh Nabi
SAW, dan tiada pula dicegah atau meninggalkannya. Perinciannya adalah
sebagai berikut:
1. Memulai dengan basmalah. Untuk membaca basmalah ketika akan
berwudhu ini ada beberapa hadis yang dha’if, tetapi keseluruhannya
menambah kekuatan yang menunjukkan bahwa ia bukan tidak berdasar. Di
samping itu membaca basmalah itu sendiri adalah baik, pada umumnya
disyar’atkan.
2. Menggosok gigi atau siwak. Swak itu dapat diartikan kayu yang biasa
untuk menggosok gigi, bisa juga menggosok gigi itu sendiri,yakni
nenyikat gigi dengan kayu tersebut, atau dengan setiap benda kesat yang
dapat dipakai untuk membershkan gigi.19
3. Membasuh

dua telapak tangan sampai pada pergelangan, sebelum

berkumur-kumur. Keterangannya adalah amal Rasulullah SAW , sendiri
yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.
4. Berkumur-kumur, keterangan juga perbuatan Rasulullah sendiri yang
diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.20
5. Memasukkan air ke hidung kemudian mengeluarkannya sebanyak tiga
kali, berdasarkan hadis Abu Hurairah r.a, yang artinya”Bahwa Nabi SAW
telah bersbda:”Bila salah seorang diantaramu berwudhu, hendaknya
dimasukkannya air ke dalam hidungnya kemudian dikeluarkannya”.
6. Menyilang-nyilangi jenggot yang tebal sebagaimana yang biasakan oleh
Nabi Muhammad SAW ketika hendak berwudhu.
Dari Usman bin Affan bahwa Nabi SAW menyilang-nyilang jenggotnya
(ketika berwudhu). ( HR Ibn Majah dan Turmiji)
18

Ibid., h.40
Sayyid Sabi , Fikih Su ah , Ba du g: Al Ma’a if,
,Cet Ke-6.h.92
20
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), Cet Ke-42.h.26

19

23

7. Menyilangi-nyilangi anak-anak jari, berdasarkan hadits Ibnu „Abbas r
.a.:yang artinya: “Bahwa Nabi SAW bersabda :”Jka kamu berwudhu,
silang-silanglah jari kedua tangan dan kedua kakimu” (HR Ahmad, Ibnu
Majah dan Turmuji).
8. Tiga kali dalam membasuh, menyapu seluruh kepala satu kali berdasarkan
hadits yang artinya:
Dari al-Maqdam bin Ma’di Kariba, dia berkata: Dderikan kepada
Rasululullah SAW air wudhu , membasuh kedua telapak tangannya tiga
kali, membasuh muka tiga kali, kemudian membasuh kedua lengannya tiga
kali. (HR Abu Daud).
9. Menyapu telinga sekalipun dengan air bekas kepala, sesua dengan hadits
berikut yang artinya:
Dari Nabi SAW, beliau bersabda: Kedua telinga termasuk bagian dari
kepala. (HR Ibn Majah).
10. Mengusapkan (melakukan) telapak tangan ke tempat anggota wudhu, yang
dikenai air, karena nabi selalu mengusap anggota wudhu, yang disiramnya
dengan air.
11. Memanajangkan cahaya,baik bagan depan maupun bagian anggota-anggota
lain. Memanjangkan bagian depan ialah dengan jalan membasuh bagaian
depan kepala melebih yang fardhu sewaktu membasuh muka. Sedang
mengenai batas anggota-anggota lain ialah dengan membasuh lengan
diatas kedua siku, serta betis d sebelah atas mata kaki. Hal ini berdasarkan
hadits

Abu

Hurairah

r.a,

yang

artinya:“Bahwa

Nabi

SAW,

bersabda:”Sesungguhnya umatku akan muncul pada hari kiamat dengan
wajah gemilang dan kedua anggotayang bercahaya-cahaya disebabkan
bekas wudhu.Kemudian ulas Abu Hurairah:”Maka siapa-siapa diantaramu
yang sanggup memanjangkan cahayanya, hendaklah diusahakannya.
(Riwayat Ahmad serta Bukhari dan Muslim).21

21

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 1, Ba du g: Al Ma’a if,

,Cet Ke-6.h.101

24

12.Sederhana, tidak boros memakai air walau disauk dari laut sekalipun,
berdasarkan hadits Anas r.a yang artinya:Nabi SAW, biasa mandi dengan
memakai satu sha’ sampai lima mud air, dan berwudhu dengan satu mud.
13. Berdoa setelah berwudhu berdasarakan hadits Umar r.a. yang artinya:
“Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Tidak seorang pun diantaramu yang
berwudhu lalu menyempurnakannya, kemudian membaca:” Asyhadu alla
ilaaha illal-laahu wahdahu laasyarikalah wa asyhadu anna Muhammadan
„abduhu warasuluh” (Aku mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah, dan aku mengakui bahwa Muhammad itu hamba dan utusan-Nya),
kecuali dibukakanlah baginya pintu suga yang delapan buah itu, hingga ia
dapat masuk dari mana pun disukainya.” (H. R. Muslim).
14. Shalat dua rokaat setelah berwudhu, berdasarkan hadits Abu Hurairah yang
artinya:“Bahwa Rasulullah SAW, bersabda kepada Bilal, katakanlah
kepadaku pekerjaan yang amat kau pentingkan sekali dalam slam, karena
saya dengar bunyi sandalmu di hadapanku dalam surga, Ujar Bilal:” Tak
satu pun pekerjaan yang lebih saya utamakan hanyalah setiap saya
melakukan wudhu, baik di wakktu siang maupun malam, maka saya shalat
dengan wudhu tersebut sekedar kesanggupanku,” (Disepakati oleh ahliahli hadits).22

4. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu
Ada beberapa macam yang dipandang oleh ulama dapat membatalkan
wudhu. Pada umumnya hal itu disepakati oleh para ulama dan hanya
sebagian kecil yang tidak disepakati. Beberapa hal yang membatalkan
wudhu itu ialah:
1. Keluar sesuatu dari salah satu dua jalan (qubul dan dubur), baik yang
keluar itu sesuatu yang biasa, seperti buang air besar, buang air kecil,
buang angin , madji, wadi, mani dan maupun yang tidak biasa seperti

22

Ibid., h.106

25

ulat, kerikil dan darah sedikit atau banyak. Hal ini diterima oleh jumhur
ahli fiqh dengan alasan:

...”atau datang kepada salah seorang kamu buang air kecil”...(QS 5:6)

Ayat tersebut mengandung arti bahwa salah satu yang membatalkan
wudhu adalah munculnya hadas dari qubul dan dubur.
Dalam hadits dinyatakan oleh rasulullah saw yang artinya : “Allah tidak
menerima shalat diantara kamu jika berhadas, sehingga lebih dahulu ia
berwudhu”. (HR. Bukhari dan Muslim).23
2. Hilang akal. Hilang akal karena mabuk atau gila. Demikian pula karena
tidur dengan tempat keluar angin yang tidak tertutup. Sedangkan tidur
dengan pintu keluar angin yang tertutup,seperti orang tidur dengan duduk
yang tetap, tidaklah batal wudhunya.
Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya: “Kedua mata itu tali yang
mengikat pintu dubur. Apabila kedua mata tidur, terbukalah ikatan pintu
itu. Maka barasng siapa yang tidur, hendaklah ia berwudhu.” (Riwayat
Abu Dawud).
Adapun tidur dengan duduk yang tetap keadaan badannya, tidak
membatalkan wudhu karena tiada timbul sangkaan bahwa ada sesuatu
yang keluar darinya. Adapula hadits riwayat Muslim, bahwa sahabatsahabat Rasulullah SAW. Pernah tertidur, kemudian mereka shalat tanpa
berwudhu lagi.24
3. Tersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya
dengan tidak memakai tutup, ( muhrim artinya keluarga yang tidak boleh
dinkahi),25
Frman Allah SWT
Moh. Rifa’i, Il u Fi ih Isla Le gkap, Se a a g: PT. Ka ya Toha Put a,
, h.
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), Cet Ke-42.h.31
25
Moh. Rifa’i, Risalah Tu tu a Shalat Le gkap, Se a a g: PT Ka ya Toha Put a,
,

23

24

h.18

26

...”atau kamu menyentuh perempuan”...(QS 5:6)
Pendapat tersebut menurut madzhab Syafi’i, sedangkan madzhab lain
adapula yang berpendapat bahwa bersentuhan kult laki-laki dengan
perempuan itu tidak membatalkan wudhu, yang membtalkan wudhu ialah
bersetubuh. Pendapat itu berdasarkan pula pada ayat tersebut, mereka
menafsrkan kata-kata “la mastum” sebagai “bersetubuh”.26

5. Perbuatan yang Disyaratkan untukBerwudhu Sebelumnya
Diwajibkan berwudhu untuk mengerjakan tiga perkara
a. Shalat apapun juga, baik fardu atau sunnah, dan termasuk juga shalat
jenazah.Nabi bersabda yang artinya:” Allah tiadalah menerima shalat tanpa
bersuci, dan tidak pula sedekah dari hasil rampasan yang dicuri sebelum
dibagi.”(HR. Jama’ah kecual Bukhari).
b. Thawaf di Baitullah, berdasarkan apa yang diwakilkan oleh Abu Abbas r.a.
yang artinya:” Bahwa Nabi SAW. Telah bersabda: Thawaf itu merupakan
shalat, kecuali bahwa di dalamnya dihalalkan oleh Allah berbicara. Maka
siapa yang berbicara hendaklah yang dibicarakan itu yang baik-baik!. (HR.
Turmudji, Daruquthni dan disahkan oleh Hakim, Ibnus Sikkin dan Ibnu
Khuzaimah).

c. Menyentuh Mush-haf, berdasarkan riwayat Abu Bakar bin Muhammad bin
„Amar bin Hazmin yang diterimanya dari bapaknya, seterusnya dari kakeknya
r.a., Yang artinya:” Bahwa Nabi SAW. Menulis sepucuk surat kepada
peduduk Yaman yang diantara isinya adalah : Al-Quran itu tidak boleh

26

Fiqih Islam, Op. Cit., h.14

27

disentuh kecuali oleh orang yang suci. (HR. Nasa’i, Daruquthni, Baihaqi dan
Al-Atsram).27

6. Perbuatan yang Disunnahkan dalam Keadaan Berwudhu
Diutamakan dan disunnahkan berwudhu pada hal-hal berikut
a. Ketika dzikir atau menyebut nama Allah „azza wa jalla, berdasarkan
hadits Muhajir bin Qunfudz r.a. yang artinya:”Bahwa ia mengucapakan
salam kepada Nabi SAW. Yang ketika itu sedang berwudhu. Maka tidak
dijawab Nabi salam itu sampai selesai, kemudian baru dijawabnya da
berkata: Tidak ada halangannya saya membalas salammu itu hanyalah
karena saya tak ingin menyebut nama Allah kecuali dalam keadaan
suci.”kata Qatadah :” Itulah sebabnya Hasan tidak mau membaca AlQuran atau menyebut nama Allah sebelum bersuci.” (HR. Ahmad, Nasa’i
dan Ibnu Majah).28
b. Ketika hendak tidur, karena apa yang diriwayatkan oleh Bara’bin „Azib
r.a. yang artinya: “Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Bila kamu hendak
tidur, hendaklah berwudhu seperti buat shalat, kemudian berbaring di
rusuk kanan dan ucapkan do’a: “Allahumma aslamtu nafsi ilaika,
wawajjahtu wajhi ilaika, wafawwadhtu amri ilaika, walja’tu zhahri ilaika,
raghbatan warahbatan ilaika, la malja’a wala manja minka illa ilaika,
Allahumma amantu bikitabikalladzi anzalta, wanabiyyika’lladzi arsalta.
Ya Allah, kuserahkan diriku kepada-Mu, kuhadapkan mukaku kepadaMu, dan kulindungkan punggungku kepada-Mu, kupulangkan urusanku
kepada-Mu, dem cntaku dan takutku kepada-Mu. Tak ada tempat

27
28

Sayyid Sabi , Fikih Su
Ibid., h.121

ah , Ba du g: Al M

Dokumen yang terkait

Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup Melalui Program Adiwiyata Sebagai Sumber Belajar Bagi Peserta Didik (Studi Kasus SMP Negeri 2 Depok)

10 68 152

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan akademik fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan Universitas islan Negeri syarif Hidayatullah Jakarta

0 2 161

Gambaran Pemenuhan Standar Pencahayaan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

3 48 115

Pelaksanaan pengelolaan kelas di Madrasah Tsanawiyah Al-Falah III Jakarta, Skripsi Program Strata I Fakultas limn Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008

0 3 93

Efektivitas Metode Diskusi dalam Pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 4 97

Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Sarana dan Prasarana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 3 97

Analisis Perbandingan antara Siswa yang Berkepribadaian Sanguinis dan Plegmatis dalam Pencapaian Ketrampilan Berbicara Mereka. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 20

0 4 63

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN PRAJABATAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: Studi Kasus pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jaka

0 3 71

KAJIAN TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP INTEGRASI ILMU DAN ISLAM ANTARA DOSEN BIDANG ILMU UMUM DENGAN DOSEN BIDANG ILMU AGAMA DI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Ansharullah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Ind

0 0 14