Bahan Blok 1.4, 2.4, dan 3.4.

(1)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 0 UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

Alamat : Jl.Perintis Kemerdekaan. Padang 25127. Indonesia Telp.: +62 751 31746. Fax.: +62 751 32838

e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

BLOK 3 .4 :

GANGGUAN SISTEM UROGENITAL

STUDENT`S GUIDE

EdisiketujuhTahun 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

ANDALAS

PADANG - INDONESIA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS


(2)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 1 Tim Pengelola Blok 3.4 (Gangguan Urogenital)

Surat Tugas Dekan FKUA tanggal 2 Januari 2013 No:010/UN16.02.D/PP/2013

Koordinator : dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM Sekretaris : dr. Alvarino, SpB SpU

Anggota : dr. Saptino Miro, SpPD dr. Rudy Afriant, SpPD dr. Yenita M Biomed, SpPA

Padang, 14 Januari 2013

Wakil Dekan I Koordinator Blok 3.4

Prof. Dr. dr. Hj. Eryati Darwin, PA(K) dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM Nip. 195311091982112001 Nip. 195202171980031005


(3)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 2 BLOK 3.4

GANGGUAN SISTEM UROGENITAL

PENDAHULUAN

Pada Blok 3.4 (Gangguan Sistem Urogenital), mahasiswa dipersiapkan untuk kompeten dalam bidang sistem urogenital. Pembelajaran dalam Blok 3.4 ini meliputi kuliah pengantar, tutorial, skills lab dan praktikum.

Pembelajaran dalam Blok urogenital (Blok 3.4) terdiri dari patofisiologi, prinsip diagnosis dan penatalaksanaan dari

- Kelainankongenitalsistem urogenital, - Gangguankeseimbangancairandanelektrolit - Infeksidanotoimun

- Trauma sistem urogenital

- Penyakitdegeneratifdanneoplasmasistem urogenital - PenyakitGinjalKronik

Padaakhirpembelajaran di Blok 3.4ini,

diharapkanmahasiswamampuberkompetensidalammendiagnosisdanmenatalaksanakelainansist emutogenitaldalampendekatansebagaidokterdalampelayanan primer.


(4)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 3 TUJUAN PEMBELAJARAN BLOK 3.4

TUJUAN BLOK

Mampumenjelaskandasar diagnosis danpenatalaksanaankomprehensifgangguan system urogenitaliadenganpendekatankedokterankeluarga.

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

1. Menjelaskan patogenesis, prinsip diagnosis dan penatalaksanaan kelainan kongenital sistem urogenital dengan pendekatan kedokteran keluarga.

2. Menjelaskan prinsip diagnosis dan penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak dan dewasa dengan pendekatan kedokteran keluarga.

3. Menjelaskan prinsip diagnosis dan penatalaksanaan penyakit infeksi, dan autoimun sistem urogenital pada anak dan dewasa dengan pendekatan kedokteran keluarga.

4. Menjelaskan prinsip diagnosis dan penatalaksanaan trauma pada sistem urogenital dengan pendekatan kedokteran keluarga.

5. Menjelaskan prinsip diagnosis dan penatalaksanaan penyakit degeneratif dan neoplasma pada sistem urogenital dengan pendekatan kedokteran keluarga.

6. Menjelaskan prinsip diagnosis dan penatalaksanaan gagal ginjal pada anak dan dewasa dengan pendekatan kedokteran keluarga.


(5)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 4 POHON TOPIK

Sistem Urogenital

Patogenesis / kelainan Sistem Urogenital

KelainanKo ngenital

Ganggua n keseimb

angan cairan dan elektrolit

Trau ma

Infeksidanpenyak itotoimun

Penyakitdegeneratifda nneoplasma

PenyakitGinja lKronik

- Anamnesis - Kelainanfisis

- Kelainanlaboratorium - Pemeriksaanpenunjang

- Diagnosis

- Diagnosis banding


(6)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 5 METODE PEMBELAJARAN

A. Aktivitas Pembelajaran. a. Tutorial.

Diskusi kelompok dengan tutor dijadwalkan dua kali seminggu. Jika berhalangan hadir karena sesuatu hal, mahasiswa yang bersangkutan harus menginformasikan kepada tutor dalam waktu 2 x 24 jam.

b. Skill’s lab.

Kegiatan untuk mendapatkan keterampilan medik, mulai dari komunikasi, keterampilan laboratorium, keterampilan prosedural dan keterampilan klinik c. Praktikum

Kegiatan yang dilakukan di laboratorium, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang teori.

d. Diskusi pleno

Tujuan dari diskusi ini untuk mempersamakan dan membandingkan proses pembelajaran kelompok untuk mencegah adanya kelompok yang mengambil jalur yang salah. Kelompok dapat mengajukan masalah yang belum terpecahkan dan fasilitator akan mengarahkan diskusi . Kegiatan ini diadakan sekali seminggu dan dihadiri oleh dosen yang terkait.

e. Kuliah Pengantar

Kuliah yang diberikan oleh dosen, yang bertujuan untuk memberikan pedoman kepada mahasiswa dalam mempelajari suatu topik.

f. Konsultasi dengan fasilitator / instruktur / pakar.

Konsultasi dengan fasilitator, instruktur atau dosen apabila diperlukan dengan membuat perjanjian sebelumnya

g. Belajar mandiri

Sebagai seorang pelajar dewasa, anda diharapkan untuk melakukan belajar mandiri, suatu keterampilan yang penting untuk karir anda ke depan dan perkembangannya. Keterampilan ini meliputi mengetahui minat anda sendiri, mencari informasi yang lebih banyak dari sumber pembelajaran yang tersedia, mengerti informasi dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dan berbagai aktivitas, menilai pembelajaran anda sendiri dan mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran selanjutnya. Tidaklah cukup belajar hanya dari catatan kuliah atau buku teks. Belajar mandiri adalah ciri yang penting pada pendekatan


(7)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 6 PBL dan belajar harus dianggap sebagai perjalanan yang tiada akhir tanpa batas untuk memperoleh informasi.


(8)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 7 h. Diskusi kelompok tanpa tutor

Tergantung pada kebutuhan, mahasiswa juga dapat merancang pertemuan kelompok tanpa kehadiran tutor. Tujuan dari diskusi tanpa tutor bisa bervariasi, seperti mengidentifikasi pertanyaan secara teoritis, mengidentifikasi tujuan pembelajaran kelompok, untuk memastikan bahwa kelompok tersebut telah mengumpulkan cukup informasi, atau untuk mengidentifikasi pertanyaan praktis B. Sumber Pembelajaran.

Sumber pembelajaran berupa: a. Buku teks.

b. Majalah dan Jurnal. c. Internet (e-library). d. Nara sumber. e. Laboratorium. C. Media Instruksional.

Media instruksional yang digunakan a. Panduan tutorial (student’s guide). b. Penuntun Praktikum.

c. CD Rom.

d. Preparat dan peraga praktikum. e. Panduan Skill’s Lab.


(9)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 8

EVALUASI

NO KOMPONEN BOBOT

1 Penilaian Tutorial 20%

2 Ujian Skills Lab 20%

3 Ujian Tulis (MCQ, PAQ) 60%

Ketentuan :

1. Mahasiswa yang akan mengikuti ujian tulis/skills lab/praktikum harus memenuhipersyaratan berikut :

a. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi tutorial 90% b. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi pleno 90% c. Minimal kehadiran dalam kegiatan skills lab 100% d. Minimal kehadiran dalam kegiatan praktikum 100%

2. Apabila tidak lulus dalam ujian tulis, mahasiswa mendapat kesempatan untuk ujian remedial satu kali pada akhir tahun akademik yang bersangkutan. Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang blok.

3. Apabila tidak lulus ujian skills lab, mahasiswa mendapat kesempatan untuk ujian remedial satu kali di akhir blok. Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang blok

4. Ketentuan penilaian berdasarkan peraturan akademik program sarjana Universitas Andalas tahun 2006.

Nilai Angka Nilai Mutu Angka Mutu Sebutan Mutu

90-100 A+ 4.00 Sangat cemerlang

85-89 A 3.75 Cemerlang

80-84 A- 3.50 Hampir cemerlang

75-79 B+ 3.25 Sangat baik

70-74 B 3.00 Baik

65-69 B- 2.75 Hampir baik

60-64 C+ 2.25 Lebih dari cukup

55-59 C 2.00 Cukup

50-54 C- 1.75 Hampir cukup

40-49 D 1.00 Kurang


(10)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 9 MODUL 1

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN KELAINAN KONGENITAL GANGGUAN SISTEM UROGENITAL

UNIT PEMBELAJARAN 1

SKENARIO 1 : PUTRA TIDAK MAU SEKOLAH

Putra 9 tahun tidak mau sekolah karena diejek kawan ketika buang air kecil di kamar mandi sambil jongkok, yang berbeda dengan kebiasaan kawannya. Ketika dibawa ke dokter Puskesmas, dianjurkan untuk dirujuk ke RSU Dr.MDjamil karena disana sarana fasilitas serta dokter yang berkompeten tersedia. Sambil mempersiapkan rujukan, dokter Puskesmas menjelaskan bahwa apabila ada kelahiran seperti ini sebaiknya segera dirujuk, tunda penentuan jenis kelamin, dan tunda membuat akta kelahiran sampai ada kejelasan jenis kelaminnya, walaupun sex of rearing nya laki-laki.

Pada pemeriksaan umum Putra tampak sehat, tidak ada kelainan fisik, dan tidak ada kelainan bawaan lain. Pada regio genitalia belum ada rambut pubis, ukuran phalus 2

cm,terdapat khordae, skrotum bifida, dan hipospadia phenoskrotal. Teraba gonad di skrotum kanan dan tidak teraba di skrotum kiri. Selanjutnya Putra menjalani pemeriksaan analisis kromosom yang hasilnya adalah 46,XY, dan hasil pemeriksaan genitografi , sesuai dengan genitalia interna laki-laki.

Dokter Spesialis Anak menjelaskan bahwa Putra menderita kelainan kromosom 46,XY DSD yang masih perlu penelusuran lanjutan untuk menentukan diagnosis pasti dan tatalaksananya. Keadaan ini tentu jauh berbeda dengan 46,XX DSD. Dokter juga menjelaskan apabila penelusuran sudah selesai, Putra akan ditangani secara multidisiplin , ahli agama dan lainnya.

Orangtua Putra menanyakan apakah proses buang air kecil anaknya akan normal dan bagaimana kehidupan dewasanya nanti ? Bagaimana anda menjelaskan apa yang dialami oleh Putra dan penatalaksanaannya?.


(11)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 10 MODUL 2

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

UNIT PEMBELAJARAN 2

SKENARIO 2 : MUNTABER

Tn. Koleri 20 tahun, dibawa ke Puskesmas dengan keluhan diare lebih 20 kali sejak 2 hari yang lalu dan disertai muntah-muntah. Dari pemeriksaan didapatkan, kesadaran baik, tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 110x/menit, nafas 30 x/menit cepat dan dalam, turgor jelek. Dokter segera memasang oksigen, menghitung defisit cairan dan memberikan infus,

kemudian setelah KU membaik Tn. Koleri di rujuk ke RS.

Di rumah sakit, Tn. Koleri dirawat di HCU, diperiksa analisa gas darah dengan kesanasidosis metabolik. Pada pemeriksaan laboratorium : Na 130 mEq/L, K2,0 mEq/L dan pada EKG ditemukan gelombang U.Dokter segera mengoreksi asidosis dan hipokalemi. Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Tn. Koleri?


(12)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 11 MODUL 3

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT INFEKSI DAN AUTOIMUN PADA GANGGUAN SISTEM UROGENITAL.

UNIT PEMBELAJARAN 3

SKENARIO 3 : KAKI DANPERUTNONASINEF

Nn. Sinef, 16 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan kaki sembab dan perut buncit sejak 2 minggu yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan asites dan edem kedua tungkai. Dari hasil laboratorium didapatkan albuminurine ++++. Dokter menerangkan pada Nn. Sinef dan keluarganya, kemungkinan telah terjadi “kebocoran” di ginjal dan

menganjurkan untuk dirujuk ke RS, guna pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Pada saat yang sama juga dijumpai pasien datang dengan keluhan nyeri sewaktu buang air kecil, dan disertai poli uria. Hasil laboratorium terlihat sedimen leukosit +++. Pasien ini cemas jangan-jangan jengkol yang dimakannya kemarin penyebab infeksi ini.

Di RS dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap Nn.Sinef, dengan hasil Esbach 4gr/24 jam, kolesterol total 950 mg/dl. Dokter menerangkan pada Nn. Sinef tentang

penyakitnya dan meminta persetujuan Nn. Sinef untuk dilakukan biopsiginjal, sehingga diagnosis dan penatalaksanaannya lebih tepat.


(13)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 12 MODUL 4

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN TRAUMA PADA GANGGUAN SISTEM UROGENITAL

SKENARIO 4 : KELUARDARAHDARIKEMALUAN AHMAD

Tadi malam hingga pagi hujan deras sekali mengguyur desa KuraiTaji. Padahal pagi itu Ahmad (23 tahun) harus kesawah untuk mencari rumput buat kambingnya. Jalan menuju ke sawah yang banyak rumput pada pematangnya, Ahmad harus menyeberang kali dengan meniti sebatang bambu. Karena hari habis hujan, bambunya licin, Ahmad tergelincir waktu meniti dan selangkangannya tepat mengenai batang bambu tsb. Ahmad kesakitan, lalu segera pulang dan tidak jadi mencari rumput. Dirumah waktu mau mengganti pakaian, terlihat ada noda darah pada celana dalam dan pada ujung penisnya terlihat tetesan darah. Dia coba untuk kencing ternyata tidak bisa keluar, lalu dia berangkat ke Puskesmas untuk berobat.

Dari anamnesis, dokter menyimpulkan bahwa Ahmad mengalami saddle injury. Waktu diperiksa oleh dokter ternyata pada selangkangannya terlihat hematoma. Pada palpasi, terabavesicaurinaria penuh. Dokter mengatakan telah terjadi retensio urine dan memutuskan untuk melakukan suprapubic puncture. Kemudian dokter merujuk Ahmad ke RSU Dr. M. Djamil Padang. Tn Ahmad di rujuk bersama seorang anak perempuan umur 11 tahun dengan kasus trauma yang disebabkab Child Abuse.


(14)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 13 MODUL 5

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT DEGENERATIF DAN NEOPLASMA GANGGUAN SISTEM UROGENITAL

UNIT PEMBELAJARAN 5

SKENARIO 5: DERITA TN. KARTA

Tn. Karta 80 tahun datang kepuskesmas dengan keluhan tidak bisa kencing sejak satu hari yang lalu. Sejak satu bulan yang lalu Tn. Karta sudah merasakan kencing tidak lancar serta sedikit-sedikit dan sering.

Dari pemeriksaan didapatkan, KU lemah, gizi kurang.Pada pemeriksaan abdomen teraba masa di supra simpisis. Pada RT teraba kelenjar prostat membesar, berbenjol dan konsistensi keras. Dokter menerangkan pada Tn. Karta tentang penyakitnya dan minta persetujuan Tn. Karta untuk memasang kateter. Ternyata kateter gagal dipasang dan dokter menganjurkan untuk di rujuk ke RS.

Di RS dilakukan pemasang kateter secara SPP, dan dari pemeriksaan lebih lanjut didapatkan PSA 15 ngr/L . Dokter menerangkan pada Tn. Karta, bahwa ia menderita keganasan kelenjar prostat dan menganjurkan untuk operasi.


(15)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 14 MODUL 6

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN GAGAL GINJAL

UNIT PEMBELAJARAN 6

SKENARIO 6 : GINJALKUSAYANGGINJALKUMALANG

Ny. Diagin 54 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhanmual-mual sejaksatu bulan yang lalu. Ny. Diagin sudah dikenal menderita diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu, berobat di Puskesmas, tetapitidakteratur.Dari pemeriksaan didapatkan konyungtivaanemis, tekanan darah 180/100 mmHg dan edem pada keduatungkai.Dari laboratorium di dapatkan Hb 8gr/dl, guladarah sewaktu 240 mg/ dl, danalbumin urine ++.

Dokter menganjurkan Ny. Diagin untuk dirujuk ke RS, karena telah terjadi komplikasi diabetesnya keginjal. Di RS dilakukan pemeriksaan lanjutan, dan dari hasil laboratorium di dapat kanureum 110 mg/dl dankreatinin 8 mg/ dl.Dokter menerangkan pada Ny. Diagin bahwa telah terjadi kegagalan ginjal karena diabetes yang telah lama diderita. Dokter menganjurkan untuk dilakukan dialisis. Suami Ny. Diagin merasa cemas, apakah cucunya kelak akan menderita penyakit seperti istrinya?


(16)

Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 15 LAMPIRAN 1

METODA TUJUH LANGKAH (SEVEN JUMPS) DALAM DISKUSI TUTORIAL Untuk mencapai tujuan pembelajaran, digunakan metoda tujuh langkah (sevenjumps) dalam diskusi kelompok. Diskusi kelompok yang pertama mencakup langkah 1-5, dan langkah berikutnya dilakukan dalam diskusi kelompok kedua tentang skenario yang sama. Pertanyaan yang digarisbawahi adalah : Apa yang perlu diketahui? Apa yang telah diketahui? Apa yang ingin diketahui?

Langkah 1. Mengklarifikasi terminologi dan konsep Langkah 2. Menentukan masalah

Langkah 3. Menganalisis masalah melalui brainstorming dengan menggunakan prior knowledge

Langkah 4. Membuat pengkajian yang sistematik dari berbagai penjelasan yang didapatkan pada langkah 3

Langkah 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran

Langkah 6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dll Langkah 7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh


(17)

Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 0

DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL

FAK ULT AS K EDOK T ERAN

UNIVERSIT AS ANDALAS

Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN

Alamat : Jl.Perintis Kemerdekaan. Padang 25127. Indonesia Telp.: +62 751 31746. Fax.: +62 751 32838

e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

BLOK 3.4 :

GANGGUAN SISTEM UROGENITAL

JADWAL KEGIATAN

AKADEMIK

Edisi ketujuhTahun 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG – INDONESIA


(18)

Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 1

DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL

FAK ULT AS K EDOK T ERAN

UNIVERSIT AS ANDALAS

Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

Tim Pengelola Blok 3.4 (Gangguan Urogenital)

Surat Tugas Dekan FKUA tanggal 2 Januari 2013 No:010/UN16.02.D/PP/2013

Koordinator : dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM Sekretaris : dr. Alvarino, SpB SpU

Anggota : dr. Saptino Miro, SpPD dr. Rudy Afriant, SpPD dr. Yenita M Biomed, SpPA

Padang, 14 Januari 2013

Wakil Dekan I Koordinator Blok 3.4

Prof. Dr. dr. Hj. Eryati Darwin, PA(K) dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM Nip. 195311091982112001 Nip. 195202171980031005


(19)

Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 2

DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL

FAK ULT AS K EDOK T ERAN

UNIVERSIT AS ANDALAS

Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

DAFTAR KULIAH PENGANTAR BLOK 3.4 TAHUN 2013 MODUL /

MINGGU N

O TOPIK KULIAH KODE NAMA DOSEN

I 1.

2. 3. 4. 5. 6.

Pengantar Blok 3.4

Kelainan kongenital pada genetalia wanita

Embriologi sistem urogenital Diferensiasi Seks

Gangguan diferensiasi seks Penatalaksanaan kelainan sistem urogenital 3.4.1.1 3.4.1.2 3.4.1.3 3.4.1.4 3.4.1.5 3.4.1.6

dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

dr. Ermawati, SpOG (K) dr. M. Setia Budi PA

dr. Eka Agustia Rini, SpA (K) dr. Eka Agustia Rini, SpA (K) dr. Yevri Zulfiqar, SpBSpU II 1.

2. 3. 4. 5.

Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit Prinsip pengobatan gangguan keseimbangan cairan elektrolit Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak

Prinsip pengobatan gangguan

keseimbangan cairan & eletrolit pada anak 3.4.2.1 3.4.2.2 3.4.2.3 3.4.2.4 3.4.2.5

dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

dr. Yusridiane, SpA(K) dr. Yusridiane, SpA(K)

III 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Histopatologi glomerulopati & I.S.K Glomerulopati

Batu saluran kemih I.S.K

Farmakologi obat pada ISK dan glomerulopati

Pencitraan batu saluran kemih dan kista ginjal 3.4.3.1 3.4.3.2 3.4.3.3 3.4.3.4 3.4.3.5 3.4.3.6

dr. Noza Hilbertina, SpPA dr. Afdal, SpA

dr. Rudy Afriant, SpPD

dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

dra. Elly Usman, Msi, Apt dr. Sylvia Rachman, SpR

IV 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Trauma genetalia wanita Trauma traktus urinarius Intoksikasi jengkol “Consouling Infertilitas” “Sex Education”

Pencitraan trauma urogenital Kejahatan seksual dan aspek medikolegalnya 3.4.4.1 3.4.4.2 3.4.4.3 3.4.4.4 3.4.4.5 3.4.4.6 3.4.4.7

dr. Bobby Indra Utama, SpOG(K) dr. Alvarino, SpB SpU

Prof. dr. Kamardi Thalud, SpB dr. Putri Sri Lasmini, SpOG (K) dr. Syahredi SA, SpOG(K) dr. Sylvia Rachman, SpR dr. Rika Susanti, SpF

V 1.

2.

Histopatologi neoplasma urogenital Neoplasma pada sistem urogenital laki-laki

3.4.5.1 3.4.5.2

dr. Noza Hilbertina, SpPA dr. Alvarino, SpB SpU


(20)

Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 3

DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL

FAK ULT AS K EDOK T ERAN

UNIVERSIT AS ANDALAS

Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

3. 4.

Neoplasma pada sistem urogenital wanita

Kista ginjal

3.4.5.3 3.4.5.4

dr. Ermawati, SpOG(K) dr. Rudy Afriant, SpPD VI 1.

2. 3. 4. 5. 6.

Penyakit ginjal kronik “A.K.I” pada dewasa “A.K.I” pada anak-anak Obat pada penyakit ginjal Pemeriksaan laboratorium pada penyakit urogenital

Depresi pada penyakit ginjal

3.4.6.1 3.4.6.2 3.4.6.3 3.4.6.4 3.4.6.5 3.4.6.6

dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

dr. Afdal, SpA

dra. Elly Usman, MSi, Apt dr. Efrida. Sp

dr. Arina WidyaMurni, SpPD-KPSi, FINASIM


(21)

Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 4

DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL

FAK ULT AS K EDOK T ERAN

UNIVERSIT AS ANDALAS

Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

JADWAL KEGIATAN AKADEMIK BLOK 3.4 TAHUN 2013 MINGGU JAM SENIN

28-1-2013 SELASA 29-1-2013 RABU 30-1-2013 KAMIS 31-1-2013 JUMAT 1-2-2013 KET I

07.00-07.50 Upacara KP 3.4.1.2 (AB)

BM

BM BM

08.00-08.50 KP 3.4.1.1 (AB)

KP 3.4.1.2 (CD)

KP 3.4.1.4 (AB)

BM BM

09.00-09.50 KP 3.4.1.1

(CD) KP 3.4.1.3 (AB)

KP 3.4.1.4 (CD)

KP 3.4.1.6

(CD) PLENO

(ABCD)

10.00-10.50 BM KP 3.4.1.5

(AB) KP 3.4.1.6 (AB) 11.00-11.50 Tutorial (ABCD) KP 3.4.1.3 (CD) KP 3.4.1.5 (CD) TUTOR ABCD

12.00-12.50 BM

13.00-13.50 ISOMA ISOMA ISOMA ISOMA

14.00-14.50

SL (A) SL (B) SL (C) SL (D) 15.00-15.50

MINGGU JAM SENIN 4-2-2013 SELASA 5-2-2013 RABU 6-2-2013 KAMIS 7-2-2013 JUMAT 8-2-2013 KET II

07.00-07.50 BM BM BM BM BM

08.00-08.50 KP 3.4.2.1 (AB) KP 3.4.2.2 (CD) KP 3.4.2.4 (CD) KP 3.4.2.5 (AB) BM 09.00-09.50 KP 3.4.2.1

(CD) KP 3.4.2.2 (AB) KP 3.4.2.4 (AB) KP 3.4.2.5

(CD) PLENO

(ABCD) 10.00-10.50 BM KP 4.3.2.3

(CD)

BM BM

11.00-11.50

Tutorial (ABCD)

KP 3.4.2.3

(AB) BM Tutorial

(ABCD)

12.00-12.50 BM BM

13.00-13.50 ISOMA ISOMA ISOMA ISOMA

14.00-14.50

SL (A) SL (B) SL (C) SL (D) 15.00-15.50


(22)

Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 5

DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL

FAK ULT AS K EDOK T ERAN

UNIVERSIT AS ANDALAS

Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

MINGGU JAM SENIN 11-2-2013 SELASA 12-2-2013 RABU 13-2-2013 KAMIS 14-2-2013 JUMAT 15-2-2013 KET III

07.00-07.50 BM

BM KP 3.4.3.3 (AB)

KP 3.4.3.5

(CD) BM

08.00-08.50 KP 3.4.3.1 (AB) KP 3.4.3.2 (CD) KP 3.4.3.3 (CD) KP 3.4.3.5 (AB) BM 09.00-09.50 KP 3.4.3.1

(CD) KP 3.4.3.2 (AB) KP 3.4.3.4 (AB) KP 3.4.3.6

(CD) PLENO

(ABCD)

10.00-10.50 BM BM KP 3.4.3.4

(CD) KP 3.4.3.6 (AB) 11.00-11.50 Tutorial (ABCD) Pratikum 1 (A) Pratikum 1 (D) Tutorial (ABCD) 12.00-12.50

13.00-13.50 IS O M A Prak tiku m 1 (B)

ISOMA ISOMA ISO

MA Prati kum 1 (C) 14.00-14.50

SL (B) SL (C)

15.00-15.50 SLA SL (D)

MINGGU JAM SENIN 18-2-2013 SELASA 19-2-2013 RABU 20-2-2013 KAMIS 21-2-2013 JUMAT 22-2-2013 KET IV

07.00-07.50 BM BM BM BM KP 3.4.4.7

(AB) 08.00-08.50 KP 3.4.4.1

(AB) KP 3.4.4.2 (CD) KP 3.4.4.4 (AB) KP 3.4.4.6 (CD) KP 3.4.4.7 (CD) 09.00-09.50 KP 3.4.4.1

(CD) KP 3.4.4.2 (AB) KP 3.4.4.4 (CD) KP 3.4.4.6

(AB) PLENO

(ABCD) 10.00-10.50 BM KP 3.4.4.3

(CD) KP 3.4.4.5 (AB) BM 11.00-11.50 Tutorial (ABCD) KP 3.4.4.3 (AB) KP 3.4.4.5

(CD) Tutorial (ABCD)

12.00-12.50 BM BM

13.00-13.50 ISOMA ISOMA ISOMA ISOMA

14.00-14.50

SL (A) SL (B) SL (C) SL (D) 15.00-15.50


(23)

Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 6

DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL

FAK ULT AS K EDOK T ERAN

UNIVERSIT AS ANDALAS

Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

MINGGU JAM SENIN 25-2-2013 SELASA 26-2-2013 RABU 27-2-2013 KAMIS 28-2-2013 JUMAT 1-3-2013 KET V

07.00-07.50 BM KP 3.4.5.1 (AB)

KP 3.4.5.3 (CD)

BM

BM 08.00-08.50 BM KP 3.4.5.1

(CD)

KP 3.4.5.3 (AB)

BM

BM 09.00-09.50 Pratikum 2

(A)

KP 3.4.5.2 (AB)

KP 3.4.5.4

(CD) Pratikum 2 (D)

PLENO (ABCD)

10.00-10.50 KP 3.4.5.2

(CD)

KP 3.4.5.4 (AB) 11.00-11.50 Tutorial

(ABCD) Pratikum 2 (B) Pratikum 2 (C) Tutorial (ABCD) 12.00-12.50

13.00-13.50 ISOMA ISOMA ISOMA ISOMA

14.00-14.50

SL (A) SL (B) SL (C) SL (D) 15.00-15.50

MINGGU JAM SENIN 4-3-2013 SELASA 5-3-2013 RABU 6-3-2013 KAMIS 7-3-2013 JUMAT 8-3-2013 KET VI

07.00-07.50 BM BM BM BM BM

08.00-08.50 KP 4.3.6.1 (AB) KP 4.3.6.2 (CD) KP 4.3.6.4 (AB) KP 4.3.6.6

(CD) BM

09.00-09.50 KP 4.3.6.1 (CD) KP 4.3.6.2 (AB) KP 4.3.6.4 (CD) KP 4.3.6.6

(AB) PLENO

(ABCD) 10.00-10.50 BM KP 4.3.6.3

(CD) KP 4.3.6.5 (AB) BM 11.00-11.50 Tutorial (ABCD) KP 4.3.6.3 (AB)

KP 4.3.6.5

(CD) Tutorial (ABCD)

12.00-12.50 BM BM

13.00-13.50 ISOMA ISOMA ISOMA ISOMA

14.00-14.50

SL (A) SL (B) SL (C) SL (D) 15.00-15.50


(24)

Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 7

DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL

FAK ULT AS K EDOK T ERAN

UNIVERSIT AS ANDALAS

Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

MINGGU JAM SENIN 11-3-2013

SELASA 12-3-2013

RABU 13-3-2013

KAMIS 14-3-2013

JUMAT 15-3-2013

KET

VII 10.00-11.40 - Libur UJIAN

HARI 1

UJIAN

HARI 2 - -

Keterangan

1. BM : Belajar mandiri 2. KP : Kuliah pengantar 3. SL : Skills Lab

4. Pratikum 1 : Histopatologi glomerulopati & ISK 5. Pratikum 2 : Histopatologi tumor urogenital Keterangan tempat kegiatan

1. Kuliah pengantar : lokal GH 2. Tutorial : ruangan tutorial

3. Pleno : lokal GH

4. Skills Lab : gedung F 5. Pratikum : lab Sentral


(25)

Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 8

DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL

FAK ULT AS K EDOK T ERAN

UNIVERSIT AS ANDALAS

Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id

DAFTAR NAMA MODERATOR DAN NARASUMBER DISKUSI PLENO BLOK 3.4 TAHUN 2013

MINGGU KE

HATI / TANGGAL

JAM NAMA

MODERATOR

NAMA NARASUMBER

1 Jumat

1-2-2013

09.00-10.50 dr. Eka Agustia Rini, SpA9K)

1. dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

2. dr. Ermawati, SpOG (K) 3. dr. M. Setia Budi PA

4. dr. Eka Agustia Rini, SpA (K) 5. dr. Yevri Zulfiqar, SpB SpU

2 Jumat

8-2-2013

09.00-10.50 dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

1. dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

2. dr. Yusridiane, SpA(K)

3 Jumat

15-2-2013

09.00-10.50 dr. Afdal, SpA 1. dr. Noza Hibertina, SpPA 2. dr. Afdal, SpA

3. dr. Rudy Afriant, SpPD

4. dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

5. dra. Elly Usman, Msi, Apt 6. dr. Sylvia Rachman, SpR

4 Jumat

22-2-2013

09.00-10.50 dr. Alvarino, SpB SpU

1. dr. Bobby Indra Utama, SpOG(K) 2. dr. Alvarino, SpB SpU

3. Prof. dr. Kamardi Thalub, SpB 4. dr. Putri Sri Lasmini, SpOG (K) 5. dr. Syahredi SA, SpOG(K) 6. dr. Sylvia Rachman, SpR

7. dr. Rika Susanti, SpF

5 Jumat

1-3-2013

09.00-10.50 dr. Rudy Afriant, SpPD

1. dr. Noza Hibertina, SpPA 2. dr. Alvarino, SpB SpU 3. dr. Ermawati, SpOG(K)

4. dr. Rudy Afriant, SpPD

6 Jumat

8-3-2013

09.00-10.50 dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

1. dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM

2. dr. Afdal, SpA

3. dra. Elly Usman, MSi, Apt 4. dr. Efrida. Sp

5. dr. Arina WidyaMurni, SpPD-KPSi, FINASIM


(26)

Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 9

DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL

FAK ULT AS K EDOK T ERAN

UNIVERSIT AS ANDALAS

Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id


(27)

PENUNTUN SKILLS LAB

BLOK 3.4

GANGGUAN UROGENITAL

I. SERI KETRAMPILAN PROSEDURAL:

Kateterisasi uretra

Punksi Supra Pubik

II. SERI KETRAMPILAN LABORATORIUM

Urin 4. Reduksi Urin dan Protein Urin

III. SERI KETRAMPILAN PROSEDURAL DAN

KOMUNIKASI

Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Konseling Keluarga Berencana Paska Persalinan

EDISI 3 REVISI 2013

TIM PELAKSANA SKILLS LAB

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS


(28)

CARA PENGGUNAAN BUKU INI:

Untuk mahasiswa

Bacalah penuntun skills lab ini

sebelum

proses

pembelajaran dimulai. Hal ini akan membantu saudara lebih

cepat memahami materi skills lab yang akan dipelajari dan

memperbanyak waktu untuk latihan dibawah pengawasan

instruktur masing-masing.

Bacalah juga bahan /materi pembelajaran yang terkait

dengan keterampilan yang akan dipelajari seperti: Anatomi,

fisiologi, biokimia, dan ilmu lainnya. Hal ini akan membantu

saudara untuk lebih memahami ilmu-ilmu tersebut dan

menemukan keterkaitannya dengan skills lab yang sedang

dipelajari.

Saudara juga diwajibkan untuk menyisihkan waktu diluar

jadwal untuk belajar / latihan mandiri.

Selamat belajar dan berlatih ...

Terima kasih

Tim

Penyusun


(29)

DAFTAR TOPIK SKILLS LAB TIAP MINGGU

Minggu Ke

Bentuk keterampilan topik Tempat

I

Keterampilan Prosedural

Latihan:

Kateterisasi uretra

Punksi Supra pubik Ruang skills lab Gedung EF

II

III ujian

IV Keterampilan laboratorium

Latihan:

Urin 4. Protein urin dan Reduksi Urin Laboratorium biokimia V Latihan: 1. Pemasangan Alat Ujian Urin 4 VI Keterampilan Prosedural dan komunikasi

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

2. Konseling Keluarga Berencana

Paska Persalinan Gedung ABCD

Ujian

Nilai akhir skills lab: Nilai = 3P+2L+2K 7

Keterangan:

P = Keterampilan prosedural minggu 1-3 (ada 2 ceklist) L = Keterampilan laboratorium minggu 4 dan 5(2 ceklist)

K= keterampilan prosedural dan komunikasi minggu 5-6 (2 ceklist)

Total pertemuan untuk skills lab di blok 3.4 gangguan urogenital ada 7 kali pertemuan. 2 kali pertemuan dalam 1 minggu ada pada minggu ke 5. Ketentuan :

1. Mahasiswa yang akan mengikuti ujian tulis/skills lab/praktikum harus mengikuti persyaratan berikut :

a. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi tutorial 90% b. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi pleno 90% c. Minimal kehadiran dalam kegiatan skills lab 100% d. Minimal kehadiran dalam kegiatan praktikum 100%

2. Apabila tidak lulus dalam ujian tulis, mahasiswa mendapat kesempatan untuk ujian remedial satu kali pada akhir tahun akademik yang bersangkutan. Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang blok.

3. Batas minimal nilai kelulusan skills lab adalah 81 untuk kesemua keterampilan 4. Apabila tidak lulus ujian skills lab, mahasiswa mendapat kesempatan untuk

ujian remedial satu kali di akhir blok. Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang blok

5. Ketentuan penilaian berdasarkan peraturan akademik program sarjana Universitas Andalas.


(30)

KATETERISASI URETRA

PENGANTAR

Kateterisasi uretra adalah memasukan kateter kedalam buli-buli melalui uretra. Istilah ini sudah dikenal sejak zaman Hypokrates yang pada waktu itu menyebutkan tentang tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan cairan dari tubuh. Bernard memperkenalkan kateter yang terbuat dari karet th 1779, sedangkan Foley membuat kateter menetap pada th 1930. Kateter Folley inilah yang saat ini masih dipakai secara luas sebagai alat untuk mengeluarkan urine dari buli-buli.

Pada skills lab kali ini, kegiatan latihan skills lab difokuskan pada pemasangan kateter pada pria, karena pemasangan kateter pada wanita telah dilakukan pada blok 1.5 (blok urogenital). Namun mahasiswa masih dapat melakukan latihan pemasangan kateter pada wanita. Untuk nilai akhir skills lab yang diujikan adalah keteterisasi uretra pada pria.

TUJUAN KATETERISASI

Ada untuk tujuan diagnosis dan terapi :

Tindakan diagnosis:

1. Pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine untuk pemeriksan kultur. 2. Untuk mengukur residu ( sisa ) urine setelah pasien miksi.

3. Untuk memasukan bahan kontras untu pemeriksaan radiologi. 4. Pemeriksaan urodinamik menentukan tekanan intra vesika 5. Untuk menilai produksi urine.

Tujuan terapi :

1. Mengeluarkan urine dari buli-buli pada keadaan obstruksi infra vesika. 2. Mengeluarkan urine pada disfungsi buli.

3. Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinari bagian bawah. 4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra

5. Memasukan obat-obatan intra vesika.

6. Pemakaian kateter secara bersih mandiri berkala .

Kateter untuk diagnostik dilepas setelah tujuan selesai, untuk terapi dipertahankan sampai tujuan terpenuhi.

Kateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat pemakaian dan percabangan. Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriere’s (French). Ukuran ini merupakan ukuran diameter luar kateter. 1 Ch atau 1 Fr = 0,33 mm. 1 mm=3 Fr.


(31)

Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainleess), karet (lateks), silikon dan lateks dengan lapisan silikon .Dewasa normal pemasangan kateter untuk drainase digunakan ukuran 16F – 18F.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:

Dapat memberikan pemahaman dan keterampilan kepada mahasiswa indikasi dan cara pemasangan kateter yang benar pada pria, sebab jika dikerjakan dengan keliru dapat menimbulkan kerusakan uretra yang permanen.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:

1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat atau bahan untuk pemasangan kateter pada pria

2. Mampu menerangkan ke pasien ( inform consent ) tentang tindakan yang akan dilakukan dan persetujuan atas tindakan tersebut.

3. Mampu melakukan tindakan kateterisasi secara aseptik dan sistematis . 4. Mampu mengajarkan kepada orang lain (misalnya petugas kesehatan lain lain )

bagaimana cara melakukan keteterisasi yang benar.

BAHAN DAN ALAT

1. Sabun cuci tangan biasa. 2. Sarung tangan (Hand schoen)

steril. 3. Betadine 4. Doek steril

5. Kateter 6. Jelly 7. Spuit 10 cc

8. NaCl 0,9% atau Aqua steril. 9. Urine bag (penampung urine)

PROSEDUR

1. Operator mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu pada air kran mengalir . 2. Operator memakai hand schoen secara aseptik.

3. Posisi terlentang

4. Lakukan desinfeksi secukupnya dengan memekai bahan anti septik yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit genitalia.

5. Lalu sekitar genital ditutupi dengan doek steril.

6. Anestesi topikal pada penderita yang peka dengan jelly xylocaine 2-4% yang dimasukkan dengan spuit 20cc.

7. Kateter yang sudah tersedia diolesi dengan jelly secukupnya lalu dimasukan kedalam orifisium uretra eksterna.


(32)

8. Pelan-pelan kateter didorong masuk, kira-kira didaerah bulbo membranacea ( spinkter uretra eksterna ) akan terasa ada tahanan,dalam hal ini pasien disuruh untuk nafas dalam supaya spinkter uretra eksterna jadi relaks.

9. Kemudian kateter terus didorong masuk kebuli-buli ditandai dengan keluarnya urine dari lobang kateter.

10. Sebaiknya kateter terus didorong sampai percabangan kateter menyentuh meatus uretra eksterna.

11. Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 cc.

12. Jika kateter menetap dihubungkan dengan pipa penampung (urine bag ) 13. Kateter difiksasi dengan plester pada kulit proksimal atas di daerah inguinal dan

usahakan agar penis mengarah ke lateral. Hal ini untuk mencegah nekrosis akibat tekanan pada bagian ventral uretra didaerah penoskrotal.

Prosedur diatas adalah untuk pria, pada wanita biasanya jarang dijumpai kesulitan karena uretranya lebih pendek. Biasanya kesulitannya mencari muara uretra, kadang karena stenosis pada muara uretra. Untuk kondisi ini sebelum pemasangan kateter dilakukan dilatasi dahulu dengan bougie.

Bila terjadi kesulitan pemasangan karena ketegangan spinkter eksterna karena pasien kesakitan atau ketakutan dapat diatasi dengan :

1. Menekan tempat tertahan tadi dengan ujung kateter kira-kira beberapa menit sampai terjadi relaksasi spinkter.

2. Pemberian anestesi topikal berupa campuran lidokain hidroklorida 2% dengan jelly 10-20cc,dimasukan peruretra sebelum melakukan kateterisasi.


(33)

LEMBARAN PENILAIAN SKILLSLAB BLOK 3.4 KATETERISASI URETRA

Nama : ... Kelompok: ... No. BP: ...

No Aspek yang dinilai Nilai

1 2 3 4

1 Kemampuan menerangkan indikasi pemasangan kateter 2 Kemampuan untuk menyiapkan bahan dan alat untuk

pemasangan kateter.

3 Kemampuan untuk melakukan inform concern kepada pasien sebelum melakukan pemasangan kateter

4 Kemampuan untuk melakukan tindakan aseptik sebelum pemasangan kateter

5 Kemampuan untuk melakukan pemasangan kateter uretra secara benar dan sistematis

6 Kemampuan menerangkan cara pemasangan kateter secara benar kepada orang lain

Keterangan :

1 = Tidak dilakukan

2 = Dilakukan / diterangkan tidak secara lengkap atau ada bagian yang terlupakan. 3 = Dilakukan / diterangkan sistematik tetapi tidak begitu lancar.

4 = Dilakukan / diterangkan sistematik dan lancar.

Penilaian : Jumlah skor x 100% = ……… 18

Padang, ……….

Instruktur,


(34)

PUNKSI SUPRA PUBIS

PENGANTAR

Punksi supra pubis biasanya dilakukan untuk pengambilan contoh urine agar tidak terkontaminasi, disamping itu dapat juga digunakan sebagai diversi urine sementara waktu bila pasien retensi dan pemasangan kateter uretra gagal sedang kan sarana maupun prasarana untuk melakukan sistostomi terbuka atau dengan trokar tidak ada apalagi tersedianya set perkutan sistostomi..Walaupun tidak begitu menyakitkan tetapi tidak menyenangkan bagi pasien. Sebelum melakukan punksi pasien harus banyak minum dulu agar buli-bulinya penuh.Biasanya pada laki-laki teraba puncak buli-bulinya yang penuh karena tonus ototnya relatif lebih kuat, sedangkan pada wanita kadang walaupun sudah penuh buli-bulinya masih tidak teraba. Punksi supra pubis biasanya dilakukan pada garis tengah diantara umbilikus dan simpisis pubis, punksinya kira-kira 2 inci diatas simpisis.

Punksi buli tidak dilakukan pada tumor buli, kontracted bladder dan hematuri yang belum jelas sebabnya.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:

Untuk memberikan pemahaman dan keterampilan kepada mahasiswa indikasi dan cara melakukan punksi supra pubis yang benar.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:

1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat atau bahan untuk pemasangan punksi supra pubis.

2. Mampu menerangkan ke pasien ( inform consent ) tentang tindakan yang akan dilakukan dan persetujuan atas tindakan tersebut.

3. Mampu melakukan tindakan punksi supra pubis secara aseptik dan sistematis . 4. Mampu mengajarkan kepada orang lain (misalnya petugas kesehatan lain lain )

bagaimana cara melakukan punksi supra pubis yang benar.

BAHAN DAN ALAT

1. Sabun cuci tangan biasa.

2. Sarung tangan (Hand schoen) steril 3. .Betadine

4. Doek steril.


(35)

PROSEDUR

1. Operator mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu pada air kran mengalir . 2. Operator memakai hand schoen secara aseptik.

3. Lakukan desinfeksi secukupnya dengan memakai bahan anti septik yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit antara simpisis dengan umbilikus.

4. Lalu daerah yang akan dipunksi ditutupi dengan doek steril.

5. Dilakukan punksi dg spuit atau spinal needle( garis tengah antara simpisis pubis dan umbilikus,biasanya 2 inci diatas simpisis pubis) tegak lurus dengan daerah punksi terus didorong masuk kebuli-buli ditandai dengan keluarnya urine dari lobang jarum.


(36)

LEMBARAN PENILAIAN SKILLS LAB BLOK 3.4 PUNKSI SUPRA PUBIK

Nama : ... Kelompok: ... No. BP: ...

No Aspek yang dinilai Nilai

1 2 3 4

1 Kemampuan menerangkan indikasi punksi supra pubis 2 Kemampuan untuk menyiapkan bahan dan alat untuk

punksi supra pubis.

3 Kemampuan untuk melakukan inform concern kepada pasien sebelum melakukan punksi supra pubis

4 Kemampuan untuk melakukan tindakan aseptik sebelum melakukan punksi supra pubis

5 Kemampuan untuk melakukan punksi supra pubis secara benar dan sistematis

6 Kemampuan menerangkan secara benar tindakan punksi supra pubis kepada orang lain

Keterangan :

1 = Tidak dilakukan

2 = Dilakukan / diterangkan tidak secara lengkap atau ada bagian yang terlupakan. 3 = Dilakukan / diterangkan sistematik tetapi tidak begitu lancar.

4 = Dilakukan / diterangkan sistematik dan lancar.

Penilaian : Jumlah skor x 100% = ……… 18

Padang, ……….

Instruktur,


(37)

TES GLUKOSA URINE (TES REDUKSI / BENEDICT)

I. PENGANTAR

Pemeriksaan terhadap adanya glukosa urine termasuk pemeriksaan penyaring dalam urinalisis. Prosedur ini diajarkan kepada mahasiswa agar mereka memahami bahwa tes reduksi urine ini dapat dipakai untuk menguji adanya glukosa dalam urine sehingga merupakan upaya diagnostik untuk mengetahui adanya peningkatan glukosa di dalam darah. Sekaligus agar siswa dapat melakukan persiapan, melakukan serta menginterpretasikan hasil pemeriksaan ini.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan umum

Untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam mempersiapkan, melakukan dan menginterpretasikan tes reduksi (glukosa) urine.

Tujuan khusus

a. Mampu menerangkan kepada pasien tujuan dan prosedur tes reduksi urine b. Mampu melakukan persiapan bahan dan alat untuk tes reduksi urine c. Mampu melakukan tes reduksi urine

d. Mampu menginterpretasikan hasil tes reduksi urine

III. STRATEGI PEMBELAJARAN:

a. Demonstrasi oleh instruktur

b. Bekerja kelompok dengan pengawasan instruktur c. Bekerja dan belajar mandiri

IV. PRASYARAT:

 Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih yaitu teori mengenai proses pembentukan urine dan komposisinya.

V. TEORI

Menyatakan adanya gukosa dalam urine dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang tidak spesifik yaitu menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Pada tes ini terdapat suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Reagen yang banyak digunakan untuk menyatakan adanya reduksi adalah yang mengandung garam cupri.


(38)

Diantara reagensia yang mengandung garam cupri untuk menyatakan reduksi, reagen yang terbaik adalah larutan Benedict. Prinsip dari tes Benedict ini adalah glukosa dalam urin akan mereduksi kuprisulfat menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan Benedict tersebut. Tetapi harus diingat bahwa yang mempunyai sifat pereduksi tidak hanya glukosa, monosakharida lain seperti galaktosa, fruktosa dan pentosa, disakharida seperti laktosa dan beberapa zat bukan gula seperti asam homogentisat, formalin, salisilat kadar tinggi, vitamin C dsb juga mengadakan reduksi.

VI. PROSEDUR KERJA CARA BENEDICT Bahan dan alat:

1. Tabung reaksi

2. Lampu spiritus / water bath 3. Rak tabung reaksi

4. Penjepit tabung reaksi 5. Reagen Benedict

Cara Kerja:

1. Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi 2. Teteskan sebanyak 5 – 8 tetes urin ke dalam tabung itu

3. Masukkan tabung tsb ke dalam air mendidih selama 5 menit atau langsung dipanaskan di atas lampu spiritus selama 3 menit mendidih

4. Angkat tabung, kocok isinya dan bacalah hasil reduksi

Menilai Hasil: secara semikuantitatif

- : tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh

+ : hijau kekuning-kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5 – 1% glukosa) ++ : kuning kehijauan atau kuning keruh (1 – 1,5% glukosa)

+++ : jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5% glukosa) ++++ : merah bata atau merah keruh (lebih dari 3,5% glukosa)


(39)

LEMBARAN PENILAIAN SKILL LAB BLOK 3.4 REDUKSI URINE

Nama Mahasiswa :

BP. :

Kelompok :

No Aspek yang dinilai

Nilai

1 2 3 4

1. Menerangkan tujuan dan prosedur 2. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan

3. Memasukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi

4. Meneteskan 5 – 8 tetes urin ke dalam tabung tsb

5.

Memasukkan tabung tsb ke dalam air mendidih selama 5 menit atau langsung memanaskan di atas lampu spiritus selama 3 menit mendidih

6. Mengangkat tabung dan mengocok isinya 7. Membaca hasil tes reduksi

Keterangan :

1 = Tidak dilakukan

2 = Dilakukan dengan banyak perbaikan 3 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan 4 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian : Jumlah Skor x 100% = ... 21

Padang, ……….

Instruktur,


(40)

TES PROTEIN URINE

(PEMANASAN DENGAN ASAM ASETAT)

I. PENGANTAR

Pemeriksaan terhadap protein urine termasuk pemeriksaan rutin. Salah satu cara untuk menentukan adanya protein dalam urine yaitu pemanasan dengan asam asetat. Prosedur ini diajarkan kepada mahasiswa agar mereka memahami bahwa pemanasan dengan asam asetat ini dapat dipakai untuk menguji adanya protein dalam urine sehingga merupakan upaya diagnostik untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal. Sekaligus agar siswa dapat melakukan persiapan, melakukan serta menginterpretasikan hasil pemeriksaan ini.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan umum

Untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam mempersiapkan, melakukan dan menginterpretasikan tes protein urine.

Tujuan khusus

a. Mampu menerangkan kepada pasien tujuan dan prosedur tes protein urine b. Mampu melakukan persiapan bahan dan alat untuk tes protein urine c. Mampu melakukan tes protein urine

d. Mampu menginterpretasikan hasil tes protein urine

III. STRATEGI PEMBELAJARAN:

- Demonstrasi oleh instruktur

- Bekerja kelompok dengan pengawasan instruktur - Bekerja dan belajar mandiri

IV. PRASYARAT:

 Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih yaitu teori mengenai proses pembentukan urine dan komposisinya.


(41)

Kebanyakan cara yang rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin adalah berdasarkan pada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urin yang benar-benar jernih menjadi syarat penting untuk tes terhadap protein. Jika urine yang akan diperiksa tersebut jernih maka dapat langsung dipakai, tetapi jika terlihat keruh harus dilakukan sentrifugasi dan yang dipakai adalah supernatannya.

Protein dengan pemanasan akan terbentuk presipitat yang terlihat berupa kekeruhan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein; pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan terjadi presipitasi.

Karena kekeruhan yang sangat ringan sukar dilihat, maka harus digunakan tabung yang bersih dan bagus. Jika tabung telah tergores tidak dapat digunakan lagi. Sumber reaksi negatif palsu pada tes pemanasan dengan asam asetat adalah pemberian asam asetat yang berlebihan. Sumber reaksi positif palsu yaitu kekeruhan yang tidak disebabkan oleh albumin atau globulin, kemungkinannya:

a. Nukleoprotein, kekeruhan terjadi pada pemberian asam asetat sebelum pemanasan

b. Mucin, kekeruhan juga terjadi pada saat pemberian asam asetat sebelum pemanasan

c. Proteose, presipitat terjadi setelah campuran reaksi mendingin, kalau dipanasi menghilang lagi

d. asam-asam resin, kekeruhan oleh zat ini larut dalam alkohol

e. protein Bence Jones, protein ini larut pada suhu didih urin, terlihat kekeruhan pada suhu kira-kira 60ºC

VI. PROSEDUR KERJA

CARA PEMANASAN DENGAN ASAM ACETAT Bahan dan alat:

1. Tabung reaksi 2. Lampu spiritus 3. Rak tabung reaksi 4. Penjepit tabung reaksi 5. Asam acetat 6%


(42)

Cara Kerja:

1. Masukkan urin jernih (sentrifus terlebih dahulu) ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh

2. Dengan memegang tabung reaksi itu pada ujung bawah, lapisan atas urin itu dipanasi di atas nyala api sampai mendidih selama 30 detik

3. Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin, dengan membandingkan jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin disebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga oleh calciumfosfat atau calcium karbonat

4. Teteskan ke dalam urin yang masih panas itu 3 – 5 tetes larutan asam acetat 6%. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh calcium – fosfat maka kekeruhan itu akan lenyap. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh calcium karbonat, kekeruhan hilang juga tapi dengan pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi maka tes terhadap protein adalah positif

5. Panaskan sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan kemudian beri penilaian semikuantitatif

Menilai Hasil:

- : tidak ada kekeruhan

+ : kekeruhan ringan (spt awan) tanpa butir-butir (kadar protein kira-kira 0,01 – 0,05%)

++ : kekeruhan mudah dapat dilihat dan nampak butir-butir dalam kekeruhan (0,05 – 0,2%)

+++ : urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0,2 – 0,5%) ++++ : urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping besar atau

bergumpal-gumpal taupun memadat (lebih dari 0,5%). Jika terdapat lebih dari 3% protein akan terjadi bekuan


(43)

LEMBARAN PENILAIAN SKILL LAB BLOK 3.4 TES PROTEIN URINE

Nama Mahasiswa :

BP. :

Kelompok :

No Aspek yang dinilai

Nilai

1 2 3 4

1. Menerangkan tujuan dan prosedur 2. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan

3. Memasukkan urin ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 tabung

4. Memanaskan lapisan atas urin

5. Membandingkan dengan urin yang masih jernih di bawah tabung

6. Meneteskan asam asetat 6%

7. Memanaskan kembali lapisan atas urin sampai mendidih

8. Membaca hasil tes protein urine

Keterangan :

1 = Tidak dilakukan

2 = Dilakukan dengan banyak perbaikan 3 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan 4 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian : Jumlah Skor x 100% = ... 24

Padang, ……….

Instruktur,


(44)

PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

DAN KONSELING KELUARGA BERENCANA PASKA

PERSALINAN

1. PENGANTAR:

Keterampilan konseling keluarga berencana dan pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum dan dipelajari sejak mahasiswa berada di jenjang akademik/preklinik. Keterampilan ini sangat membantu seorang Dokter dalam memberikan pelayana keluarga berencana secara menyeluruh dari seorang pasien.

Pengetahuan dan keterampilan konseling keluarga berencana dan pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) berperan penting dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi. peningkatan pelayanan KB tidak semata-mata untuk pengendalian penduduk namun diharapkan akan berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.

Keterampilan ini sangat berkaitan dengan ketrampilan yang telah diberikan pada blok sebelumnya seperti Handwashing (Blok 1.1.), Komunikasi (Blok 1.1 – Blok 1.4), Pemeriksaan Fisik Umum (Blok 1.1), Pemeriksaan Tanda Vital (Blok 1.2). Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan ketrampilan ini adalah 150 menit (3 x 50 menit). Dilakukan di ruangan skills lab FK-Unand.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN: 2.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan pelatihan Keterampilan konseling keluarga berencana dan pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) mahasiswa mampu melaksanakan konseling keluarga berencana dan mampu memasang alat kontrasepsi dalam rahim.

2.2 Tujuan Instruksional Khusus :

2.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi konseling keluarga berencana dan pemasangan AKDR.

2.2.2 Mahasiswa mampu melakukan konseling keluarga berencana dengan baik.

2.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim dengan baik


(45)

3.1 Demonstrasi yang dilakukan instruktur 3.2 Supervisi

3.3 Mandiri 3.4 Diskusi

4. PRASYARAT:

4.1 Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:

4.1.1 Anatomi Genitalia Wanita 4.1.2 Komunikasi efektif

4.1.3 Pengetahuan mengenai berbagai jenis alat kontrasepsi

4.2 Praktikum yang harus diikuti sebelum berlatih

4.2.1 Anatomi genitalia wanita

4.3 Ketrampilan yang terkait:

4.3.1. Komunikasi (Blok 1.1 – Blok 1.4) 4.3.2. Pemeriksaan Fisik Umum (Blok 1.1) 4.3.3 Pemeriksaan Tanda Vital (Blok 1.2) 4.3.4 Pemeriksaan Genitalia wanita (Blok 2.3)

5. TEORI

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

A. Program Keluarga Berencana ( KB )

Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:

a. Mendapatkan objektif - objektif tertentu. b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan. d. Mengatur interval di antara kelahiran.

e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri. f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa.


(46)

Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa. Kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan kontrasepsi jenis, IUD, implant dan vasektomi / tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.

B. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda / mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan / mengakhiri kehamilan atau kesuburan.

Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu : a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.

b. Melumpuhkan sperma.

c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

C. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR / IUD ) 1. Pengertian IUD ( Intra Uterine Device )

Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Efektifitas metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode tersebut diatas.

Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa / sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual.


(47)

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah : a. Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.

b. Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.

c. Multi load

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.

d. Lippes loop

IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

Gambar 1: Jenis-jenis AKDR

Keterangan: Dari kiri ke kanan berturut-turut: Copper-T, Copper-7, Multiload, Lippes loop

3. Cara Kerja IUD


(48)

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.

c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi. d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

4. Keuntungan dan Kelemahan IUD

Adapun keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni :

a. Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).

b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti). d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. g. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.

h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

j. Dapat digunakan sampai menapouse (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

Sedangkan kelemahan dari penggunaan IUD yaitu :

a. Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.

b. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).

c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.

e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas.

f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan IUD.


(49)

g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari

h. Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan) yang terlatih.

i. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)

j. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

5. Waktu Penggunaan IUD

Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :

a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).

d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.

e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

6. Waktu Kontrol IUD

Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah :

a. 1 bulan pasca pemasangan b. 3 bulan kemudian

c. setiap 6 bulan berikutnya d. bila terlambat haid 1 minggu


(50)

Gambar 2: Bagian-bagian IUD Copper-T

7. Prosedur Kerja Pemasangan IUD

Pemasangan maupun pencabutan AKDR tidak memerlukan ruang operasi besar, akan tetapi wajib menggunakan instrumen yang telah disterilisasi atau di Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dan dilakukan di ruangan yang bersih. Bahan-bahan yang diperlukan dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut.

- Alat dan instrumen dasar yang biasanya ditemukan pada suatu klinik KB.

- Alat khusus untuk pemasangan/pencabutan AKDR (misalnya: kit pemasangan/ pencabutan).

- Bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan mengurangi penyebaran penyakit serius seperti Hepatitis B dan HIV/AIDS.

Persiapan :


(51)

Gambar 3: Anatomi Genitalia Wanita

b. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta. c. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi. d. Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan AKDR :

- Gyn bed

- Tensimeter dan stetoskop - IUD set steril

- Bengkok - Lampu

- Meja dengan duk steril.

- Sym speculum - Sonde rahim

- Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.

- Kogel tang

- Pincet dan gunting

Gambar 4: Alat-alat pemasangan IUD

Siapkan peralatan dan instrumen yang diperlukan untuk pencabutan AKDR. Instrumen dan bahan yang diperlukan adalah:


(52)

- Forsep/korentang

- Mangkuk untuk larutan antiseptik

- Sarung tangan (yang telah diDTT atau disterilisasi atau sarung tangan periksa yang baru)

- Cairan antiseptik (mis.: povidon iodin) untuk membersihkan serviks . - Kain kasa atau kapas

- Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks

Langkah-langkah pemasangan AKDR:

a. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping.

b. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien mengajukan pertanyaan.

c. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah-langkah tersebut.

d. Pastikan kllen telah mengosongkan kandung kencingnya. e. Melaksanakan anamnese umum, keluarga.

f. Melaksanakan pemeriksaan umum, mengukur tensimeter. g. Siapkan alat-alat yang diperlukan.

h. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithotomi.

i. Petugas cuci tangan

j. Pakai sarung tangan kanan dan kiri

k. Bersihkan vulva dan vagina dengan kapas sublimat l. Periksa genitalia eksterna.

m. Lakukan pemeriksaan dengan spekulum untuk menentukan keadaan posisi uterus.

- Pasang speculum sym.

- Dapat digunakan kogel tang untuk menjepit cervix.

- Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan bentuk rahim.

n. Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan.

- Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya. - Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman


(53)

- Hati-hati memasukkan tabung inserter sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai terasa ada tahanan.

- Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (withdrawal technique). Tarik keluar pendorong.

- Setelah lengan AKDR lepas, dorong secara perlahan-lahan tabung inserter ke dalam kavum uteri sampai leher biru menyentuh serviks.

- Tarik keluar sebagian tabung inserter, potong benang AKDR kira-kira 3 - 4 cm panjangnya.

- Cara lain, tarik keluar seluruh tabung inserter, jepit benang AKDR dengan menggunakan forsep kira-kira 3-4 cm dari serviks dan potong benang AKDR pada tempat tersebut.

Gambar 5: Pemasangan IUD

o. Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut rahim (forniks).

p. Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit q. Alat-alat dibersihkan

- Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan.

- Bersihkan permukaan yang terkontaminasi. r. Petugas cuci tangan


(54)

s. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol

t. Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR (dengan menggunakan model bila tersedia).

u. Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR Catatan :

- Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan dokter spesialis.

- Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter spesialis.

- Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.


(55)

KONSELING KB PASCA PERSALINAN

Peningkatan pelayanan KB pasca persalinan sangat mendukung dan telah sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan dan pada saat yang sama juga ditunjang dengan situasi dan kondisi kesehatan ibu yang sesuai di mana begitu banyak calon peserta KB baru (ibu hamil dan bersalin) yang pernah kontak dengan tenaga kesehatan. Diharapkan dengan adanya kontak yang lebih banyak antara penyedia pelayanan kesehatan kepada ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan maupun melahirkan dapat memotivasi mereka untuk menggunakan kontrasepsi segera setelah persalinan. Seorang ibu yang baru melahirkan bayi biasanya lebih mudah untuk diajak menggunakan kontrasepsi, sepertinya waktu setelah melahirkan adalah waktu yang paling tepat untuk mengajak seorang ibu menggunakan kontrasepsi.

A. Pengertian

Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.

B. Keuntungan konseling adalah :

1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya 2. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan

3. Cara dan lama penggunaan yang sesuai 4. Membangun rasa saling percaya

5. Menghormati hak klien dan petugas

C. Hak dari klien dalam konseling

1. Hak untuk memutuskan dalam menggunakan kontrasepsi atau tidak 2. Hak untuk memilih metode yang akan digunakan

3. Hak untuk dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan 4. Hak untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan tepat

5. Hak untuk mengemukakan pendapatnya

6. Hak untuk menolak pemeriksaan yang akan dilakukan

D. Ciri-ciri komunikasi yang efektif yaitu :

1. Jadilah pendengar yang aktif

2. Gunakan gerakan non verbal untuk menunjukkan perhatian 3. Gunakan pertanyaan terbuka


(56)

4. Gunakan kata-kata yang mendorong 5. Amati gerakan non verbal dari klien

6. Bantu klien untuk mengeksplorasi perasaan mereka

E. Informasi yang harus diberikan dalam konseling meliputi :

1. Efektivitas dari metode kontrasepsi

2. Keuntungan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi 3. Kembalinya kesuburan

4. Efek samping jangka pendek dan jangka panjang 5. Gejala dan tanda yang membahayakan

6. Kebutuhan untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual (seperti : Chlamydia, HBV, HIV/AIDS)

F. Ciri konselor yang efektif :

1. Memperlakukan klien dengan baik

2. Berinteraksi positif dalam posisi seimbang

3. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan

4. Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan ketersediaan metode kontrasepsi 5. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai

dengan kondisinya

G. Poin kunci konseling kontrasepsi pasca persalinan

1. Promosikan ASI eksklusif dan Metode Amenorea Laktasi (MAL) 2. Konseling waktu dan jarak kelahiran yang baik

3. Tanyakan kepada klien kontrasepsi untuk membatasi atau hanya memberi jarak. Bila membatasi sarankan metode permanen

4. Waktu kontrasepsi pasca persalinan dimulai berdasarkan :

 Status menyusui

 Metode kontrasepsi yang dipilih

 Tujuan reproduksi, untuk membatasi atau hanya memberi jarak 5. Untuk ibu menyusui dapat diinformasikan :

 Jika menggunakan MAL (terpenuhi syarat yang ada) dapat diproteksi sekurangnya enam bulan, setelah enam bulan harus menggunakan metode kontrasepsi lainnya

 Jika menyusui namun tidak penuh ( tidak dapat menggunakan MAL) hanya terproteksi sampai 6 minggu pasca persalinan dan selanjutnya harus


(57)

menggunakan kontrasepsi lain seperti metode hormonal progestin yang dimulai 6 minggu pasca persalinan

 Dapat menggunakan kondom kapanpun

 Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yang dimulai post plasental atau 4 minggu pasca persalinan

 Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi mantap yaitu tubektomi atau vasektomi dan dapat dimulai segera pasca persalinan

6. Untuk ibu tidak menyusui dapat diinformasikan :

 Kontrasepsi harus dimulai sebelum terjadinya hubungan seksual yang pertama kali pasca persalinan

 Metode hormonal progestin dapat dimulai segera pasca persalinan

 Metode hormonal kombinasi dapat dimulai setelah 3 minggu pasca persalinan

 Dapat menggunakan kondom kapanpun

 Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yang dimulai post plasental atau 4 minggu pasca persalinan

7. Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi mantap yaitu tubektomi atau vasektomi dan dapat dimulai segera pasca persalinan


(58)

LEMBARAN PENILAIAN SKILLS LAB BLOK 3.4 PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM

Nama : ... kelompok: ... No. BP : ... tanggal : ...

No Prosedur Skor

0 1 2 3 1 Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai

keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping.

2 Melaksanakan anamnese umum, dan keluarga

3 Melaksanakan pemeriksaan umum, mengukur tensimeter 4 Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung

kemih

5 Siapkan alat-alat yang diperlukan

6 Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithotomi

7 Petugas cuci tangan

8 Pakai sarung tangan kanan dan kiri

9 Bersihkan vulva dan vagina dengan kapas first aid 10 Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan

keadaan posisi uterus 11 Pasang speculum sym

12 Dapat digunakan kogel tang untuk menjepit cervix

13 Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan bentuk rahim

14 Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan

15 Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm 16 Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke

samping mulut rahim

17 Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit 18 Alat-alat dibersihkan

19 Petugas cuci tangan

20 Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol

Keterangan:

Skor 0: Tidak dilakukan

1: Dilakukan dengan banyak perbaikan 2: Dilakukan dengan sedikit perbaikan 3: Dilakukan dengan baik

NILAI AKHIR : Total x 100 = ...

60 Instruktur, (...)


(59)

LEMBARAN PENILAIAN SKILLS LAB BLOK 3.4 KONSELING KONTRASEPSI PASKA PERSALINAN

Nama : ... kelompok: ... No. BP : ... tanggal : ...

No Prosedur Skor

0 1 2 3 1 Menyapa klien calon aseptor KB

2 Memperlakukan klien dengan baik dan berinteraksi positif dalam posisi seimbang

3 Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan

4 Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan ketersediaan metode kontrasepsi

Memberikan penjelasan berupa (no. 5-10) :

5 Efektivitas dari metode kontrasepsi

6 Keuntungan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi 7 Kembalinya kesuburan

8 Efek samping jangka pendek dan jangka panjang 9 Gejala dan tanda yang membahayakan

10 Kebutuhan untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual (seperti : Chlamydia, HBV, HIV/AIDS)

11 Promosikan ASI eksklusif dan Metode Amenorea Laktasi (MAL)

12 Konseling waktu dan jarak kelahiran yang baik

Memberikan penjelasan kontrasepsi sesuai dengan kondisi klien yaitu (no. 13-15):

13 Ibu yang menyusui anaknya 14 Ibu yang tidak menyusui anaknya

15 Klien yang tidak lagi menginginkan fertilitas

16 Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan kondisinya

Keterangan:

Skor 0: Tidak dilakukan

1: Dilakukan dengan banyak perbaikan 2: Dilakukan dengan sedikit perbaikan 3: Dilakukan dengan baik

NILAI AKHIR : Total x 100 = ... 48

Instruktur,


(1)

Feses untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan yang dikumpulkan pagi hari sebelum sarapan atau dapat juga feses sewaktu dan harus segera diperiksa dalam 2-3 jam setelah defekasi (feses segar); kalau dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja menjadi rusak. Pasien diberitahu agar sampel tidak tercampur urine atau sekresi tubuh lainnya.

Pengumpulan/Pengambilan Sampel:

Wadah pengumpulan/pengambilan feses sebaiknya ialah pot kaca/plastik yang bermulut lebar, tertutup rapat, dan bersih. Wadah diberi label/identitas pasien, dan keterangan klinis pasien. Pilihlah selalu sebagian dari tinja yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan seperti bagian yang bercampur darah atau lendir.

5.1.2 Analitik

Sampel diperiksa di tempat yang terang.

Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir, nanah, cacing.

5.1.3 Pasca Analitik Hasil dan Interpretasi

- Warna: tinja normal berwarna kuning coklat/coklat muda/coklat tua. Warna tinja yang dibiarkan pada udara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih banyak urobilin dari urobilinogen yang dieksresikan lewat usus. Selain urobilin yang normal ada, warna tinja dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran cerna, dan oleh obat-obat yang diberikan.

- Bau: Bau normal disebabkan oleh indol, skatol, dan asam butirat. Bau busuk disebabkan proses pembusukan protein yang tidak dicerna oleh bakteri, bau asam menunjukkan pembentukan gas dan fermentasi karbohidrat yang tidak dicerna atau diabsorbsi sempurna/lemak yang tidak diabsorbsi. Bau anyir dapat disebabkan adanya perdarahan pada saluran cerna.

- Bentuk dan Konsistensi: Feses normal berbentuk sosis dan agak lunak. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan pada konstipasi didapat tinja dengan konsistensi keras.

- Lendir: Pada feses normal tidak ada lendir. Bila terdapat lendir berarti ada iritasi atau radang dinding usus. Jika lendir hanya ditemukan dibagian luar feses, lokasi iritasi mungkin usus besar, jika bercampur dengan feses mungkin iritasi berasal dari usus halus.


(2)

hanya dibagian luar feses saja. Perdarahan yang terjadi di bagian proksimal saluran cerna menyebabkan feses berwarna hitam. Jumlah darah yang banyak mungkin disebabkan oleh ulkus, varises esofagus, karsinoma atau hemoroid.

- Cacing: cacing mungkin dapat terlihat

5.2 Pemeriksaan Mikroskopis 5.2.1 Praanalitik

Persiapan pasien, persiapan dan pengumpulan sampel sama dengan pemeriksaan mikroskopis

5.2.2 Analitik

Sediaan hendaknya tipis, agar unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal.

5.2.3 Pasca analitik Hasil dan Interpretasi

- Sel epitel: Beberapa sel epitel yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan dalam keadaan normal. Jika sel epitel berasal dari bagian yang lebih proksimal, sel-sel itu sebagian atau seluruhnya rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada peradangan dinding usus.

- Makrofag: Sel- sel berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat sel-sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain.

- Leukosit: Lebih jelas terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada artinya. Jumlah leukosit meningkat pada disentri basiler, kolitis ulserosa, dan peradangan lain.

- Eritrosit: Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi dalam kolon, rektum atau anus. Keadaan ini selalu bersifat patologis.

Kristal-kristal: Pada umumnya tidak banyak artinya. Dalam feses normal mungkin terlihat kristal tripelfosfat dan kalsium oksalat. Kristal Charcot-Leyden biasanya ditemukan pada kelainan ulseratif usus, kristal hematoidin dapat ditemukan pada perdarahan usus.

Sisa makanan: Sebagian besar berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi dari makanan yang berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastik, dan lain-lain. Telur dan larva cacing (akan dibahas pada modul Feses 2)


(3)

PROSEDUR KERJA 6.1 Pemeriksaan Makroskopis

- Sampel diperiksa di tempat yang terang.

- Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir, nanah, cacing.

6.2 Pemeriksaan Mikroskopis

Bahan dan alat : kaca objek, kaca penutup, larutan/reagen: Larutan NaCl 0,9% atau larutan eosin 1-2%, larutan asam asetat 10% (untuk memperjelas leukosit), lidi atau aplikator lainnya, mikroskop.

Prosedur Kerja

1. Tetesi kaca objek di sebelah kiri dengan 1 tetes NaCl 0,9% dan sebelah kanan dengan 1 tetes larutan eosin 1-2%

2. Dengan lidi ambil sedikit tinja di bagian tengahnya atau pada bagian yang mengandung lendir/darah/nanah.

3. Campurkan dengan tetesan larutan sampai homogen, buang bagian-bagian kasar 4. Tutup dengan kaca penutup sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk gelembung – gelembung udara

5. Periksa secara sistematik dengan menggunakan pembesaran rendah (objektif 10x/lapangan pandang kecil=LPK), kemudian dengan objektif 40X/lapangan pandang besar=LPB.

6. Jumlah unsur-unsur yang nampak dilaporkan secara semikuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK atau per LPB (untuk eritrosit dan leukosit). Unsur-unsur yang kurang bermakna seperti epitel dan kristal dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak), +++ (banyak sekali)

Untuk memperlambat kekeringan pada sediaan maka tepi sediaan dapat direkatkan dengan lilin cair/entelan/pewarna kuku (kuteks)

Pada pewarnaan dengan eosin, sediaan harus tipis sehingga warnanya merah jambu muda. Bila warnanya merah jambu tua atau jingga maka berarti sediaan terlampau tebal.

Kesalahan pada ketrampilan yang mungkin timbul adalah :  Sediaan tidak homogen

 Sediaan yang terlalu tebal 


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. 2007

2. Hadidjaja P. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.1990

3. 1.Sandjaja B. Protozoologi Kedokteran Buku 1. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.2007

4. Ismid IS, Winita R, Sutanto I, dkk. Penuntun Praktikum Parasitologi Kedokteran.FKUI. Jakarta. 2000

5. Hardjoeno. Substansi dan Cairan Tubuh. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanudin. 2004


(5)

LEMBARAN PENILAIAN SKILL LAB BLOK 1.4

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS FESES Nama Mahasiswa : ... Tanggal : ...

BP : ... Kelompok: ...

No Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 3

1. Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur 2. Melakukan persiapan alat dengan benar 3. Menilai makroskopis feses:

 Warna  Bau

 Konsistensi  Lendir  Darah

Melakukan pemeriksaan mikroskopis feses: 4. Meneteskan satu tetes larutan ke atas kaca objek

5. Mengambil sedikit feses dengan lidi dan dicampurkan dengan tetesan larutan sampai homogen, serta membuang bagian-bagian kasar

6. Menutup dengan kaca penutup

7. Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop 8. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan feses

secara mikroskopis

Keterangan : 0 = Tidak dilakukan

1 = dilakukan dengan banyak perbaikan 2 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan 3 = Dilakukan dengan sempurna

Penilaian : Jumlah Skor x 100% = ... 24 Padang, ………. Instruktur (………)


(6)