Organisasi Penarik Becak (Studi deskripsi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas, Kecamatan Medan Amplas)

(1)

ORGANISASI PENARIK BECAK

(Studi deskriptif organisasi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas Kecamatan Medan Amplas )

D I S U S U N OLEH :

JULIKA HASANAH 020905030

ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

AB S TRAK

Penarik becak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang berada pada tingkat masyarakat miskin kota, merupakan fenomena yang dilupakan di tengah-tengah gemerlapnya pembangunan kota. Namun, mereka tidaklah hanya sekedar menjadi penarik becak, merka terus mencoba mengasah kemampuan mereka berorganisasi dan mengorganisir sesama penarik becak. Akhirnya mereka mampu mengembangkan organisasinya sebagai tempat mereka memecahkan masalah, baik itu masalah yang menyangkut kehidupan sosial mereka, maupun masalah yang menyangkut ekonomi kehidupan rumah tangga mereka. Banyak hal yang mereka dapatkan dari terbentuknya organisasi penarik becak. Mereka tidak lagi meresa hidup sebagai individu, tetapi mereka menyadari bahwa mereka memiliki kelompok yang senasib sepenanggungan di semaraknya pembangunan kota.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan organisasi penarik becak yang telah terbentuk, serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam organisasi penarik becak, yang berada di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, dimana peneliti melihat secara langsung kegiatan-kegiatan penarik becak, baik itu kegiatan individu/keluarga, maupun kegiatan-kegiatan organisasinya. Kemudian peneliti melakukan wawancara, dimana dalam wawancara ini peneliti memilih beberapa informan yang berasal dari anggota dan pengurus organisasi, juga terhadap keluarga penarik becak, gunanya untuk mengetahui lebih dalam kegiatan sehari-hari penarik becak dan keluarganya.

Hasil penelitian yang dilakukan mengungkap kehidupan penarik becak, baik itu secara individu/keluarga maupun secara berorganisasi. Mereka merasakan organisasi adalah sebagai wadah pemersatu sesama penarik becak serta meningkatkan rasa solidaritas antar mereka, dan pada akhirnya organisasi tersebut mampu menjadi solusi bagi kehidupan ekonomi mereka. Dengan demikian penarik becak secara tidak langsung menemukan solusi atas masalah-masalah yang selama ini mereka hadapi.


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirraohmanirrohim ……… Assalammu’alaikum warrohmatullahiwabarokatu,

Segala puji bagi ALLAH SWT, yang mana karena izin – Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan, tak lupa pula Selawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliau kita semua dapat menikmati pendidikan sampai jenjang yang paling tinggi, seperti apa yang saya rasakan sekarang ini.

Penelitian yang berjudul “Organisasi Penarik Becak”, harapannya dapat memberikan inspirasi bagi teman-teman yang memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh pemerintah, terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah ekonomi. Karena masalah ekonomi merupakan tulang punggung dari keberhasilan suatu bangsa. Masalah ekonomi yang lebih melekat pada masyarakat pinggiran di berbagai belahan kota di Indonesia, bahkan diseluruh dunia. Dengan hadirnya hasil penelitian ini, penulis ingin mengajak teman-teman yang membaca untuk lebih membuka hati terhadap para penarik becak, dan merupah persepsi yang selama ini mungkin menyepelekan atau menyangsikan keahlian penarik becak di bidang lain selain menarik becak.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak berutang budi kepada berbagai pihak, mulai dari para dosen-dosen yang selama ini memberikan ilmu-ilmumya kepada penulis, mulai dari semester pertama hingga semester akhir, dimana penulis tidak bisa menuliskan satu-persatu namanya. Bagi penulis, guru ataupun dosen adalah sosok yang selalu menjadi bayang-bayang bagi setiap langkah penulis. Kepada Ketua Departemen Antropologi, Bapak Zulkifli Lubis, penulis ucapkan terimakasih.

Kepada orang tua, Papa dan Mama, ananda mengucapkan banyak terimakasih yang sedalam-dalamnya, tanpa Papa dan Mama ananda tidak akan mungkin sanggup “berjalan” di atas “krikil-krikil kehidupan ini” sekarang ataupun nanti. I love u mam …. I love u dad ….. forever. Kepada kakanda Herawati Yusni kakak perempuan penulis satu-satunya yang selalu menjadi tempat curhat penulis, dan selalu meminta penulis untuk menyelesaikan pendidikan dengan segera, adinda mengucapkan terimakasih. Kepada abang-abangda, Rahmat Putra AY, Nikmat Saleh AY, Yusfan Setiawan AY, dan Hazwirasetia AY, penulis mengucapkan banyak terimakasih, karena selama ini abangda semuanya selalu menjadi bodyguard penulis selama ini, dan selalu mengajarkan agar penulis tidak boleh lemah dan selalu tegar dalam menghadapi siapapun dan kondisi apapun. Dan kepada abang ipar penulis Indra Saputra,SE, yang selalu mengdukung penulis dalam hal material, penulis ucapkan ribuan terimakasih, serta kepada kakak ipar penuli Sri Dewi yang selalu menjadi teman penulis di rumah. Untuk ketiga ponakan penulis, Zizi, Titi, dan Alfar, kalian adalah “Pelangi”bagi penulis.


(4)

Untuk teman-teman dan kakak-kakak di YPRP (kak Romi, kak Wina, kak Mitra, kak Mila, kak Yuni, kan Nurul, Yanti, Yuyun, Elli, Ningsih, Niken, bang Oslan, bang Ilo’, bang Agus, bang Rasum, bang Zali, bang Fajar, bang Irul, pak Riswan, dan pak Maryono) yang selalu setia menemani, walaupun diantara kalian penulislah yang belum mendapatkan gelar akademik akhir, tetapi kalian selalu memberikan support yang luar biasa kepada penulis. Dan untuk organisasi penarik becak Bersatu Mandiri yang memberikan ruang kepada penulis untuk mengumpulkan data, penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Untuk temanku Kekem, Anis, Rukun, dan Jonris, penulis ucapkan banyak terimakasih karena selama ini sudah mau menjadi teman penulis dan memberikan banyak masukan dan meminjamkan buku-bukunya kepada penulis. kepada Dosen Wali, Ibu Sabariah Bangun, yang selalu memberikan nasehat akademiknya kepada penulis, penulis ucapkan terimakasih. Kepada Dosen Pembimbing, Pak Agustrisno, yang bersedia membimbing penulis dalam penyusunan skripsi, guna mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Universitas Sumatera Utara, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya Dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila penulis selalu membuat Bapak kesal ketika menjalankan bimbingan. Terlalu banyak nama lagi yang belum penulis tuliskan, namun kepada semua pihak yang tidak bisa penulis tuliskan di kata pengantar ini, penulis ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, dan penulis sadar sesadarnya bahwa hutang emas dapat dibayar tetapi hutang budi akan dibawa mati.

Medan, Februari 2008


(5)

Dunia adalah panggung

Hidup adalah ruang dimana terdapat sebuah kisah

Tak ada yang tahu bagaimaana akhir dari kisah itu

Tapi yang jelas hidup penuh dengan warna

Manusia adalah actor dari kisah yang telah tertulis

Yang menjadi rahasia sang Maha

Hanya manusia itu sendirilah dapat merubah warna hidupnya

Tetapi tetap saja manusia itu tidak tahu bagaimana akhir dari

kisahnya …………

Dan dalam setiap jalannya akan menemui banyak rahasia

Rahasia yang bisa membawanya bahagia ataukah sedih dan duka

Satu yang pasti akhir dari semua manusia dan makhluk lainnya

adalah ………

Pertanggung jawaban kepada sang Khalid

(Penulis)


(6)

AB S TRAK

Skripsi ini berjudul “Organisasi Penarik Becak” (Studi deskripsi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas, Kecamatan Medan Amplas). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 81 halaman isi, 2 halaman kata pengantar, 1 halaman kata kiasan, 2 halaman daftar inter view gaide, 2 halaman daftar pustaka, dan 1 halaman biografi penulis.

Penarik becak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang berada pada tingkat masyarakat miskin kota, merupakan fenomena yang dilupakan di tengah-tengah gemerlapnya pembangunan kota. Namun, mereka tidaklah hanya sekedar menjadi penarik becak, merka terus mencoba mengasah kemampuan mereka berorganisasi dan mengorganisir sesama penarik becak. Akhirnya mereka mampu mengembangkan organisasinya sebagai tempat mereka memecahkan masalah, baik itu masalah yang menyangkut kehidupan sosial mereka, maupun masalah yang menyangkut ekonomi kehidupan rumah tangga mereka. Banyak hal yang mereka dapatkan dari terbentuknya organisasi penarik becak. Mereka tidak lagi meresa hidup sebagai individu, tetapi mereka menyadari bahwa mereka memiliki kelompok yang senasib sepenanggungan di semaraknya pembangunan kota.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan organisasi penarik becak yang telah terbentuk, serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam organisasi penarik becak, yang berada di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, dimana peneliti melihat secara langsung kegiatan-kegiatan penarik becak, baik itu kegiatan individu/keluarga, maupun kegiatan-kegiatan organisasinya. Kemudian peneliti melakukan wawancara, dimana dalam wawancara ini peneliti memilih beberapa informan yang berasal dari anggota dan pengurus organisasi, juga terhadap keluarga penarik becak, gunanya untuk mengetahui lebih dalam kegiatan sehari-hari penarik becak dan keluarganya.

Hasil penelitian yang dilakukan mengungkap kehidupan penarik becak, baik itu secara individu/keluarga maupun secara berorganisasi. Mereka merasakan organisasi adalah sebagai wadah pemersatu sesama penarik becak serta meningkatkan rasa solidaritas antar mereka, dan pada akhirnya organisasi tersebut mampu menjadi solusi bagi kehidupan ekonomi mereka. Dengan demikian penarik becak secara tidak langsung menemukan solusi atas masalah-masalah yang selama ini mereka hadapi.


(7)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ………. i

Lembar kiasan penulis ……….. iii

Abstraksi ……….. iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Ruang Lingkup Masalah ………... 6

C. Tujuan dan Manfaar Penelitian ……… 6

D. Tinjauan Pustaka ……….. 7

E. Metode Penelitian ………. 14

a. Metode yang digunakan ……… 14

b. Teknik pengumpulan data ………. 15

c. Analisis data ……….. 16

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ……….. 18

B. Sejarah Lokasi ……….. 18

C. Letak Geografis ……… 20

D. Keadaan Jumlah Penduduk ……….. 21

E. Keadaan Penduduk Bedasarkan Mata Pencaharian …………... 23

F. Sarana Sosial ………. 24

a) Sarana pendidikan ………... 24

b) Sarana olahraga ………... 24

c) Sarana perhubungan ……… 25

d) Sarana komunikasi ………... 25

e) Sarana transportasi ………... 25

f) Sarana ibadah ……….. 26

g) Sarana kesehatan ………. 26

h) Sarana keamanan ……… 27


(8)

BAB III KEHIDUPAN RUMAH TANGGA PENARIK BECAK

A. Keadaan Rumah ………... 29

B. Keluarga Penarik Becak ………... 33

a) Kebiasaan Yang Dilakukan Sebelum Berangkat “narek” 34 b) Kebiasaan Yang Dilakukan Setelah Pulang “narek”…… 37

c) Pola Pengasuhan Anak ……… . 39

d) Tingkat Pendidikan Keluarga ……… 42

C. Pendapatan dan Pengeluaran ………. . 43

a) a. Pendapatan ……….. 45

b) b. Pengeluaran ………... 47

D. Kehidupan Bertetangga ……… 48

E. Keadaan Pangkalan Penarik Becak ………... 50

Denah Lokasi ……… 52

BAB IV HUBUNGAN ANTAR PENARIK BECAK A. Hubungan Berdasarkan Tempat Tinggal ………... 53

B. Hubungan Berdasarkan Asal Kampung ………... 55

C. Hubungan Berdasarkan Kekerabatan ………... 56

BAB V ORGANISASI PENARIK BECAK A. Latar Belakang Menjadi Penarik Becak ………... 58

B. Organisasi-organisasi Penarik Becak ………... 60

C. Organisasi Penarik Becak “Bersatu Mandiri” ……….. 62

a. Latar Belakang Organisasi Penarik Becak “Bersatu Mandiri” 62 b. Struktur Organisasi ………. ……….. 64

c. Struktur Kepengurusan ……….. 65

d. Kegiatan Organisasi ……….. 66

e. Aturan-aturan dalam Organisasi ………. 70

o Hak dan Kewajiban Pengurus ………. 70

o Hak dan Kewajiban Anggota ……….. 71

f. Dana Organisasi ……….. 73

g. Organisasi Bagi Penarik Becak ……….. 74


(9)

 Organisasi Bagi Anggota ……….. 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 78

B. Saran ………. 81

C. Penutup ………. 82

Daftar interview gaide ………... 83

Daftar pustaka ……… 85


(10)

(11)

AB S TRAK

Skripsi ini berjudul “Organisasi Penarik Becak” (Studi deskripsi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas, Kecamatan Medan Amplas). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 81 halaman isi, 2 halaman kata pengantar, 1 halaman kata kiasan, 2 halaman daftar inter view gaide, 2 halaman daftar pustaka, dan 1 halaman biografi penulis.

Penarik becak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang berada pada tingkat masyarakat miskin kota, merupakan fenomena yang dilupakan di tengah-tengah gemerlapnya pembangunan kota. Namun, mereka tidaklah hanya sekedar menjadi penarik becak, merka terus mencoba mengasah kemampuan mereka berorganisasi dan mengorganisir sesama penarik becak. Akhirnya mereka mampu mengembangkan organisasinya sebagai tempat mereka memecahkan masalah, baik itu masalah yang menyangkut kehidupan sosial mereka, maupun masalah yang menyangkut ekonomi kehidupan rumah tangga mereka. Banyak hal yang mereka dapatkan dari terbentuknya organisasi penarik becak. Mereka tidak lagi meresa hidup sebagai individu, tetapi mereka menyadari bahwa mereka memiliki kelompok yang senasib sepenanggungan di semaraknya pembangunan kota.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan organisasi penarik becak yang telah terbentuk, serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam organisasi penarik becak, yang berada di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, dimana peneliti melihat secara langsung kegiatan-kegiatan penarik becak, baik itu kegiatan individu/keluarga, maupun kegiatan-kegiatan organisasinya. Kemudian peneliti melakukan wawancara, dimana dalam wawancara ini peneliti memilih beberapa informan yang berasal dari anggota dan pengurus organisasi, juga terhadap keluarga penarik becak, gunanya untuk mengetahui lebih dalam kegiatan sehari-hari penarik becak dan keluarganya.

Hasil penelitian yang dilakukan mengungkap kehidupan penarik becak, baik itu secara individu/keluarga maupun secara berorganisasi. Mereka merasakan organisasi adalah sebagai wadah pemersatu sesama penarik becak serta meningkatkan rasa solidaritas antar mereka, dan pada akhirnya organisasi tersebut mampu menjadi solusi bagi kehidupan ekonomi mereka. Dengan demikian penarik becak secara tidak langsung menemukan solusi atas masalah-masalah yang selama ini mereka hadapi.


(12)

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat (homosocius/social animal/zoopolticon). Sebagai akibat sifat kodrati tersebut manusia tidak mungkin dapat hidup seorang diri, lepas dari hidup bermasyarakat, berkelompok atau hidup bersama. Manusia hidup berkelompok karena kesadaran akan kepentingan bersama, meskipun dalam banyak hal dalam kehidupan masyarakat kita mengetahui banyak kepentingan yang tidak sama bahkan saling bertentangan. Sebagian besar kebutuhan hanya dapat terpenuhi apabila yang bersangkutan mengadakan hubungan dengan orang lain. Hal ini terutama karena sifat keterbatasan manusia, baik keterbatasan dalam hal kemampuan untuk berfikir

atau derajat intelegensi (level of performance), maupun keterbatasan dalan hal

kekuatan fisik (Drs. Ig. Wursanto, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, ANDI, Yogyakarta, 2005).

Becak merupakan salah satu alat transportasi yang ada di setiap kota di Indonesia, hanya saja modelnya yang berbeda–beda disetiap kota. Becak juga merupakan alat transportasi tertua di Indonesia. Di Kota Medan, yang merupakan kota terbesar peringkat tiga di Indonesia, juga terdapat alat transportasi yang disebut dengan becak.


(13)

Becak berasal dari bahasa Hokkien : be chia yang artinya “kereta kuda”, adalah suatu model transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia

dan juga di sebagian Asia1

Di sebagian daerah di kota Medan terdapat beberapa organisasi penarik becak, baik itu organisasi penarik becak dayung maupun organisasi penarik becak bermotor. Mereka berkelompok secara terorganisir

. Kapasitas normal penumpang becak adalah dua orang dan seorang pengemudi (dardiantoro, 2007). Penarik becak adalah orang yang bekerja mengemudikan becak untuk mengantarkan penumpang ke tujuannya dan mendapatkan imbalan atas upayanya mengantarkan penumpang tersebut (Oslan Purba, Skripsi SI Antropologi USU, 2002).

2

1

Ada lagi pendapat lain yang mengatakan becak berasal dari kata bo chia yang artinya tidak makan. 2

terorganisir disini maksudnya, struktur kepengurusan yang sudah diakui oleh anggota dan sudah ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang sudah dimiliki oleh organisasi. Dan setiaap anggota diikat oleh aturan yang ada dalam oeganisasi, dalam hal menjalankan organisasi.

, sama halnya dengan organisasi–organisasi pada umumnya yang memiliki struktur organisasi dan aturan-aturan yang disusun berdasarkan kesepakatan bersama, organisasi penarik becakpun juga sudah memiliki struktur dan aturan–aturan yang telah disusun dalam anggaran organisasi.

Sejak dahulu becak dapat dikatakan memiliki peran dalam kegiatan manusia, khususnya melakukan kegiatan angkut dalam jarak tempuh yang jauh. Itu terjadi sebelum banyaknya alat transportasi. Sekarang becak menjadi masalah bagi ketertiban lalu lintas kota, karena dianggap kurang tertib dan sering kali menghambat jalannya lajur lalu lintas kendaraan lainnya.


(14)

Tidak dapat diketahui secara jelas kapan pertama kalinya becak ada di Indonesia. Menurut tulisan yang terdapat di Majalah Matra, kabarnya becak muncul pertama kali di kota Surabaya sekitar tahun 1940, dan siapa penemunya tidak diketahui secara pasti (SS. Budi Raharjo/B. Kusuma, dalam MATRA, Juli 1997). Demikian pula yang terdapat di kota Semarang, namun keberadaan angkutan ini di Indonesia dapat dirunut sejak awal abad ke– 2007). Sementara itu, di kota Medan sendiri berita mengenai asal mula masuk dan beradanya becak di Medan tidak diketahui dengan jelas, karena tidak adanya data-data yang terungkap dalam sejarah kota Medan mengenai keberadaan becak pertama sekali.

Medan salah satu kota yang diramaikan dengan alat transportasi yang bernama becak. Hal ini menjadi keunikan yang dimiliki kota Medan, karena terdapat dua jenis becak. Becak bermotor yang dapat ditemui hampir di seluruh Medan, dan becak biasa (becak dayung) yang hanya terdapat di daerah–daerah atau prapatan jalan tertentu saja, yang pada umumnya jalan–jalan pinggiran kota

Di kota Medan, kehidupan tukang becak masih menyimpan berbagai masalah. Misalnya masalah ekonomi, yang tampak jelas dengan masih banyaknya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan hasil pencarian sehari–hari yang tidak seberapa, mereka harus mencukupi kebutuhan hidup. Diantaranya membayar uang kontrakan rumah, membiayai sekolah anak–anak mereka, serta untuk kebutuhan sehari–hari. Bahkan dengan pendapatan rata–rata Rp. 30.000,- per


(15)

harinya, mereka juga harus membayar uang sewa becak yang digunakan. Sementar itu juga apabila ada kerusakan pada becak yang mereka gunakan, maka dana untuk memperbaikinya juga di tanggung oleh penarik becak. Kondisi ini di hadapi oleh penarik becak dayung. Lain halnya dengan becak bermotor, mereka harus membayar cicilan tiap bulannya untuk becak yang mereka pakai. Jelas pendapatan mereka berbeda dengan penarik becak dayung.

Dengan kondisi yang seperti itu, tidak jarang dari mereka meminjam uang

kepada “Linda” atau lebih dikenal dengan Lintah Darat (mereka yang

meminjamkan uang dengan menggunakan jaminan dan bunga yang cukup besar). Hanya ini satu–satunya yang dapat mereka lakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup, dengan begitu merekapun harus banting tulang untuk membayar hutang

kepada “Linda” tersebut, sehingga apapun mereka kerjakan, selain menarik becak

bahkan para istri merekapun ikut bekerja3

Secara tidak disadari kehidupan para penarik becak terutama becak dayung terpinggirkan, mereka adalah salah satu kelompok masyarakat yang ekonominya rendah, yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Walaupun demikian mereka tidak putus asa untuk mempertahankan hidup di tengah semaraknya pembangunan kota yang menjadi program PemKo. Kehidupan penarik becak juga berkelompok, ada beberapa kelompok penarik becak di Kota Medan. Suatu

. Tetapi, tetap saja hasil yang mereka dapatkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.

3

Pekerjaan yang dilakukan para istri penarik becak selengkapnya dijelaskan pada Bab III.yang membahas mengenai pendapatan.


(16)

golongan sosial juga merupakan kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri. Ini artinya di dalam suatu masyarakat ada golongan– golongan yang lahir karena adanya kesamaan–kesamaan ciri tertentu, seperti kesamaan mata pencaharian.

Dari kesulitan–kesulitan yang mereka hadapi, timbullah percakapan dari para penarik becak yang sering berkumpul pada saat beristirahat di persimpangan jalan, untuk membentuk satu organisasi penarik becak. Wadah yang didasari perasaan senasib ini bertujuan untuk meringankan para penarik becak dalam mencari solusi untuk bertahan, dengan kata lain setiap masalah yang dihadapi para penarik becak, baik itu masalah ekonomi maupun sosial, dapat dipecahkan secara bersama.

Dari apa yang diuraikan diatas, peneliti ingin lebih dekat menggali mengenai lebih dalam mengenai organisasi yang dibentuk para penarik becak. Pendekatan yang akan peneliti lakukan nantinya diharapkan akan memunculkan ide-ide yang ada pada penarik becak mengenai cara mereka untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi, yang tidak diketahui masyarakat, dengan begitu diharapkan pula akan melahirkan pandangan – pandangan baru mengenai penarik becak.


(17)

B. Ruang Lingkup Masalah

Penelitian ini difokuskan pada organisasi penarik becak bagaimana awal mula mereka terorganisir hingga mereka mampu membentuk sebuah organisasi, dan apakah ada pihak lain diluar komunitas mereka yang ikut memberikan sumbangan ide terbentuknya organisasi. Dengan titik fokus perhatian berlokasi di daerah pangkalan penarik becak yang ada di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan Amplas, dan penelitian lebih memusatkan perhatian pada satu organisasi penarik becak saja, yang diberi nama Bersatu Mandiri. Tetapi tidak menutup kemungkinan, peneliti juga melihat organisasi penarik becak yang lainnya, sebagai bahan tambahan data. Secara lebih jelas penelitian ini menggali satu ruang lingkup masalah, yaitu bagaimana ide dan cara pengorganisasian penarik becak di Kelurahan Timbang Deli.

Pilihan lokasi tersebut didasari pada 2 (dua) alasan, yaitu:

A. Organisasai penarik becak di Kelurahan T. Deli masih banyak yang aktif.

B. Di lokasi tersebut banyak terdapat kelompok penarik becak.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana asal mulanya para penarik becak mengorganisasi dirinya hingga terbentuklah satu organisasi. Dari penelitian ini terdapat adanya pemikiran atau pandangan baru dari penarik becak dayung tersebut, karena mereka bukanlah orang–orang yang hidupnya layak untuk disepelekan atau dianggap remeh. Harapan yang ingin


(18)

peneliti capai, dari hasil penelitian ini, adalah menggugah kesadaran segenap masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan penarik becak, bahwa berorganisasi dapat dilakukan siapa saja, tidak harus memandang pendidikan yang didapat. Karena dengan berorganisasi dapat mengurangi masalah yang dihadapi sehari - hari. Dan semoga saja dengan hadirnya hasil dari penelitian ini akan menambahkan literatur tulisan mengenai penarik becak. Becak pada saat sekarang ini masih relevan dalam kehidupan sehari-hari, terutama becak dayung yang mampu menempuh jalan-jalan yang tidak bisa dilalui oleh angkuta kota, seperti jalan-jalan kecil, gang-gang, ataupun jalan yang tidak dilalui oleh angkutan umum. Becak dayung juga dapat dijadikan simbol atau ciri bagi Kota Medan, karena sudah dapat dikatakan menjadi kendaraan tertua dan yang merupakan bagian dari sejarah Kota Medan.

D. Tinjauan Pustaka

Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi dalam arti statis dan organisasi dalam arti dinamis. Dalam arti statis organisasi berarti melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak bergerak/diam, seperti halnya kita melihat sebuah bagan yang beraneka ragam. Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi sebagai suatu organ yang hidup, suatu organisme yang hidup. Artinya memandang organisasi tidak hanya dari segi bentuk dan wujudnya saja, tetapi juga melihat orgaisasi itu dari segi isinya. Isi organisasi adalah sekelompok orang – orang yang melakukan


(19)

kegiatan untuk mencapai tujuan bersama (Drs. Ig. Wursanto, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, 2005).

Seorang ahli filsafat inggris, Thomas Hobbes (1972 [1651]), menyatakan :

“Ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan (knowledge) mengenai

konsekuensi – konsekuensi, dan ketergantungan suatu fakta pada fakta lain; sehingga...kita mengetahui bagaimana melakukan sesuatu jika kita menginginkan; karena apabila kita mengetahui bagaimana sesuatu itu terjadi, apa saja sebabnya, dan bagaimana terjadinya; maka kita akan mengetahui bagaimana menghasilkan efek–efek yang diharapkan”. Dari kutipan diatas, ada dua pokok yang dikemukakan Hobbes. Pertama, ilmu pengetahuan terjadi karena sebab– sebab dan konsekuensi–konsekuensi segala sesuatu, suatu pengetahuan yang mendorong kemampuan manusia untuk mengintervensi dalam kondisi keberadaannya. Kedua, Hobbes memandang politik sebagai ilmu pengetahuan yang mirip atau sejalan dengan matematika, astronomi, geografi, dan meteorologi. (Ahmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer, 2005). Dalam kaitannya denggan penelitian ini dalah, sebelum membentuk sebuah organisasi tentunya didasari dengan pengetahuan mengenai organisasi. Ini juga terjadi pada para penarik becak, mereka dibekali dengan pengetahuan dasar tentang organisasi baik itu secara teori maupun praktek.

Lev Semenovich Vygotsky (1896–1934) seorang Psikolog berkebangsaan Rusia mengatakan bahwa : “ Pembelajaran dan perkembangan adalah suatu sosial, yaitu aktiviti kerjasama. Pengalaman dan pengetahuan tidak harus dipisahkan,


(20)

tetapi sebaliknya pengalaman diluar sekolah haruslah menjadi berhubungan dengan pengalaman didalam sek Pendapat ini memiliki arti, bahwa pengalaman yang didapatkan dalam kehidupan di luar pendidikan formal menjadi penunjang dari pengetahuan yang didapat pada pendidikan formal. Ini juga mengartikan, kalau proses pembelajaran dilakukan secara bersama sebagai rangkaian dari kegiatan sosial.

Organisasi dapat juga diamati sebagai living organim seperti halnya

manusia, dan sebagai produk proses organizing. Sebagai living organism yang

sudah ada, suatu organisasi merupakan output proses panjang dimasa lalu,

sedangkan sebagai produk proses organizing, organisasi adalah alat atau input

bagi usaha mencapai tujuan. Jadi ada organisasi sebagai output dan ada organisasi

sebagai input, dan organisasi sebagai input pada umumnya merupakan organisasi

formal (Talizidhu Ndraha, Budaya Organisasi, 2003). Secara sederhana, organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam manajemen pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya, dan hasil dari pengorganisasian adalah organisasi. (geocities, 2008).

Dari kutipan diatas, sudahlah jelas bahwa satu kelompok atau organisasi terbentuk karena ada tujuan bersama yang ingin dicapai oleh seluruh anggotanya. Dimana tujuan bersama ini bermula dari satu tujuan dari masing-masing anggota.


(21)

Dalam organisasi penarik becak, untuk mencapai apa yang menjadi tujuan tersebut tentunya ada budaya organisasi yang mereka terapkan. Yang mana budaya organisasi tersebut adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai – nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotany untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal (Dr.A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, M.Si, Prilaku dan Budaya Organisasi, 2005).

Definisi organisasi diatas sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Talcott Parson : “organisasi adalah unit sosial (atau pengekelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbanagan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu” Talcott Parson, dalam Amitai Etzioni, 1985).

Penarik becak sebagai satu kelompok sosial mempelajari keadaan lingkungan sosial ekonomi, politik dan budaya yang ada disekitarnya serta membentuk satu model prilaku, yang menjadi ciri khas dan menjadi tatanan yang membedakannya dengan kelompok masyarakat yang lain, serta membentuk satu konfigurasi dari pada tingkah laku, yang jika merujuk pada pernyataan Ralp Linton dapat dikategorisasikan sebagai kebudayaan yang dibina dan dimiliki bersama oleh para penrik becak (Oslan Purba, Skripsi SI Antropologi USU, 2002).

Ralp Linton (1962 : 29) mendukung dalam tulisannya sebagai berikut : “Kebudayaan adalah konfigurasi dari pada tingkah laku yang dipelajari sebagai hasil dari pada tingkah laku dan unsur – unsur pembinaannya imiliki bersama dan dilanjutkan oleh masyarakat tertentu”.


(22)

Sebagai sebuah komunitas kebudayaan, para anggota dalam kelompok panarik becak sebagai konteks dalam penelitian ini membangaun interaksi yang mungkin diasosiasikan untuk mencari bantuan dan dukungan, waktu tidak bekerja atau sakit, kelompok juga dapat menyediakan pendidikan atau pergaulan sosial. Kebutuhan penting dari banyak asosiasi ini adalah ketahanan ekonomi (Haviland ; 1988 : 142).

Kondisi ekonomi Indonesia sebelum krisis sangat berbeda dengan keadaan mengalami krisis seperti saat sekarang ini. Pada saat krisis, angka pengangguran dan minimnya pekerjaan menyebabkan manusia memilih pekerjaan alternatif yang mungkin menghasilkan uang untuk ditukar dengan segala jenis kebutuhan yang mereka butuhkan dalam kehidupannya, itu artinya mereka harus mampu beradaptasi demi keberlangsungan hidupnya. Tingginya harga bahan kebutuhan pokok dan barang-barang kebutuhan lainnya serta langkanya kebutuhan tersebut mengakibatkan keadaan perekonomian dan kehidupan masyarakat menjadi terganggu, penghasilan mereka tidak cukup untuk membeli kebutuhan-kebutuhan tersebut, dengan demikian para penarik becak berupaya untuk bisa bertahan hidup dengan mengandalkan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki dan atau membentuk sebuah organisasi sebagai wadah untuk mereka berkreasi dan memecahkan masalah-masalah tersebut. Karena, kehidupan organisasi akan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berkembang dan dihargai karena


(23)

memberikan nilai bagi pelanggan internal dan eksternal (Robert Kreitner dkk, Prilaku Organisasi, 2003).

Setiap masyarakat mempunyai satu sistem yang unik dalam mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti banda-benda, kejadian, prilaku dan emosi. Maka bagaimana konsepsi-konsepsi tersebut diorganisasikan dalam fikiran manusia, membentuk suatu kebudayaan. Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sasuatu yang harus diketahui atau dipercayai seseorang agar ia dapat berprilaku sesuai dengan cara yang diterima masyarakat. Hal ini penting karena kebudayaan bukan sebuah fenomena material, dimana ia tidak terdiri dari benda-benda, manusia perilaku atau emosi. Kebudayaan merupakan suatu organisasi dari hal-hal tersebut. Dia adalah salah astu bentuk hal ikhwal yang dipunyai manusia dalam fikiran (mind), model yang mereka punya untuk mempersepsikan, menghubungkan, dan seterusnya menginterpretasikan hal-ikhwal tersebut (Spradley, 1997 :xix).

Kroeber dan C. Kluckhon dalam Goodenough (1963;258) memberikan definisi kebudayaan sebagai proses yang harus dipelajari manusia antara lain : (1) cara-cara dimana orang-orang mengorganisir pengalamannya tentang dunia nyata yang mereka miliki yang memberinya struktur sebagai sebuah bentuk fenomena dunia, sebagai persepsi dan konsep mereka, (2) cara-cara dimana orang-orang mengorganisir pengalaman mereka tentang fenomena dunia mereka kedlaam struktur sebagai sebuah istem yang menyebabkan dan mengakibatkan hubungan relasi sosial, dimana proposisi-proposisi dan kepercayaan yang mereka jelaskan


(24)

dalam kegiatan-kegiatan dan mendesain taktik untuk menyelesaikan tujuan-tujuan mereka, (3) cara-cara dimana oreng-orang mengorganisir pengalaman fenomenadunia mereka kedlaam struktur yang variasinya dikelola dlaam suatu hierarki seimbang, sistem nilai atau sistem sentimen mereka. Disediakannya prinsip-pripsi untuk menseleksi dan membuat tujuan-tujuan serta menyimpan tujuan-tujuan orientasi individu didalam fenomena sebuah dunia yang berubah, (4) cara- cara dimanaorang-orang mengorganisir pengalaman mereka dari usaha-usaha mereka yang lalu menyelesaikan tujuan-tujuan yang timbul kedalam prosedur operasional untuk di selesaikannya tujuan-tujuan di masa depan (dalam Oslan Purba, 2002).

Penelitian ini nantinya berakhir pada bagaimana proses dari mulai terbentuknya organisasi penarik becak hingga menjadi sebuah organisasi yang aktif hingga sekarang ini. Maka dari itu, peneliti juga akan menggunakan pendekatan prosesual. Para Antropolog tidak hanya mempertanyakan hal–hal apa saja yang dimiliki bersama oleh warga suatu komunitas atau pendukung budaya tertentu, tetapi juga bagaimanakah mekanisme dan proses yang berlangsung hingga hal–hal tersebutlah yang dimiliki bersama dan tidak yang lain (artikel Yunita T. Winarto dalam Jurnal Antropologi,1999).


(25)

E. Metode Penelitian

a. Metode yang digunakan

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bermaksud menggambarkan secara jelas mengenai organisasi penarik becak dan kehidupan penarik becak secara umum. Untuk itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dalam penelitian ini apapun yang berkaitan dengan objek penelitian dan ungkapan–ungkapan emosi yang timbul dari percakapan di dalam penelitian, maka dijadikan sebagai data. Selain pendekatan kualitatif, peneliti juga menggunakan pendekatan prosesual. Dimana peneliti tidak hanya melihat prilaku– prilaku yang ada pada setiap angota dalam organisasi penarik becak, tetapi juga akan menggali bagaimana mekanisme dan proses yang telah terjadi sehingga terbentuknya organisasi penarik becak.

Penelitian ini ilakukan di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan Amplas. Sasaran dari penelitian ini adalah penarik becak yang terdapat di Kelurahan ini, terutama yang tergabung dalam organisasi penarik becak Bersatu Mandiri yang mangkal di stasiun (pool) angkutan kota line 04 yang terdapat di Jln. Pertahanan, Amplas, dan yang mangkal di simpang Jln. Pertahanan, Amplas.

Penarikan informan dilakukan oleh peneliti berdasarkan pada beberapa kriteria yang secara kasar disusun oleh peneliti seperti ; usia, lamanya menjadi anggota organisasi, dan seterusnya akan dikembangkan kepertanyaan yang mangarah pada tujuan penelitian, yaitu mengenai organisasinya.


(26)

Prinsip dasar dari metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah “on Going analisis”, dimana setiap data berkembang dari satu informan ke informan yang lain sesuai dengan masalah yang diteliti, dianalisis dan diklasifikasikan pada saat berlangsungnya penelitian di lapangan. Dan data dianggap cukup apabila dalam penelitian terjadi pengulangan jawaban satu pertanyaan yang sama, maka kondisi ini akan mengakhiri pengumpulan data.

b. Teknik pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam pendekatan kualitatif dan pendekatan prosesual yaitu, untuk mendapatkan data primer adalah metode observasi (pengamatan) dan wawancara. Metode observasi dilakukan guna mengetahui situasi dalam konteks ruang dan waktu pada daerah penelitian dan prilaku dari objek penelitian. Karena apabila hanya melakukan wawancara saja belumlah cukup untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, untuk itu memerlukan peninjauan langsung ke lokasi penelitian, sambil melakukan pengamatan dengan mendalam, terutama pada setiap kejadian–kejadian yang dianggap penting yang menyangkut dengan tujuan penelitian.

Metode observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi, dimana metode ini berguna untuk mendalami apa yang sebenarnya terjadi dilapangan, baik itu yang terlihat ataupun yang tidak terlihat (hanya dapat dirasakan). Untuk memudahkan peneliti, maka peneliti membawa perlengkapan yang dianggap perlu, seperti: kamera, yang berguna untuk mempublikasikan kegiatan yang dianggap


(27)

penting bagi peneliti sebagai pendukung. Dan recorder, untuk merekam setiap pembicaraan, yang kemudian di saring mana–mana saja pembicaraan yang dianggap mendukung dan dijadikan sebagai data.

Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam kepada beberapa orang informan, wawancara mendalam ini dilakukan dengan mendatangi beberapa penarik beca ditengah waktu senggangnya, atau pada saat ada pertemuan kelompok yang dilakukan mereka secara rutin. Metode ini juga dilakukan untuk mengetahui sejarah terbentuknya kelompok penarik beca secara mendalam, hingga tujuan dari penelitian ini terwujud.

Selain mencari data primer, peneliti juga akan mencari data skunder, yaitu data yang mampu melengkapi hasil dari penelitan. Data skunder akan didapat melalui dokumen–dokumen yang terdapat di perpustakaan, dimana peneliti bekerja.

c. Analisis data

Peneliti berusaha untuk objektif terhadap data yang telah dikumpulkan dilapangan, tanpa mengurangi apalagi merubahnya, sehingga tidak mempengaruhi keaslian data–data tersebut. Data yang diperoleh akan ditinjau kembali dengan tujuan untuk memeriksa kelengkapan hasil wawancara. Langkah berikutnya adalah, data yang telah ditinjau ulang dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Semua data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan sumber pustaka disusun berdasarkan pemahaman mengenai fokus penelitian atau


(28)

berdasarkan kelompok-kelompok yang sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data dilakukan guna untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat pada data dan mencari hal-hal yang lebih dalam dan jelas mengenai masalah yang diteliti, agar secara lebih dalam lagi dapat digali dalam melakukan penelitian di lapangan hingga penelitian ini berakhir. Dan langkah akhirnya adalah menyusunkan semua data ke dalam sebuah laporan penelitian (skripsi).


(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan Amplas. Daerah ini secara fisik telah mengalami perkembangan, dengan adanya sarana dan prasarana kota seperti air bersih, kesehatan, pendidikan, penerangan, pabrik-pabrik dan lain-lain. Kelurahan Timbang Deli mamiliki 15 Lingkungan dan dikepalai oleh seorang Lurah. Dari berdirinya Kelurahan Timbang Deli ini hingga tahun 1973 secara administrasi merupakan wilayah dari Kecamatan Patumbak, Deli Serdang. Namun, sejak tahun 1974 hingga sekarang ini, secara administrasi menjadi Kelurahan Timbang Deli yang berada dalam wilayah administratif Kotamadya Medan.

B. Sejarah Lokasi

Sekitar tahun 1950-an Kelurahan Timbang Deli sudah berdiri. Pada awalnya Timbang Deli merupakan daerah hutan yang kemudian dibuka oleh masyarakat. Masyarakat yang pertama sekali membuka hutan tersebut adalah masyarakat yang beretnis Melayu.

Menurut kisah, Timbang Deli pertama sekali berdiri bernama Sinong Rejo dalam bahasa Jawa, yang artinya “Senang Makmur” atau “Suka Makmur”. Perubahan nama terjadi dimulai pada tahun 1965, saat itu terjadi konflik tanah


(30)

didaerah Kecamatan Patumbak Kampung. Konflik tanah tersebut terjadi karena

tidak adanya batasan kepemilikan tanah yang jelas4

Kepemilikan sumberdaya dengan cara seperti itu, akhirnya menimbulkan masalah, karena batasa-batas tanah yang tidak jelas dan tidak memiliki legitimasi hukum yang menguatkan kepemilikan. Akibatnya sering terjadi perselisihan yang disebabkan karena kepemilikan yang tidak jelas tersebut. Menurut cerita, penyebab permasalahan tersebut berawal dari si Gara-gara. Dia melemparkan sebuah tombak untuk membuat batas tanahnya, tombak yang dilemparkannya itu ternyata sangat jauh sekali jatuhnya. Hal ini membuat banyak pihak yang tidak senang, sehingga terjadilah konflik yang berlangsung lama,hingga terjai kesepakatan diantara mereka. Pada saat perdamaian dilakukan dicapailah satu kesepakatan, yang kemudian berdasarkan musyawarah disepakatilah tempat si Gara-gara melamparkan tombak dinamakan Desa Sigara-gara. Lalu tempat

. Kepemilikan tanah pada waktu itu dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan melemparkan biji pinang. Biji pinang dilempar sejauh mungkin, dimana biji pinang itu jatuh maka secara otomatis tempat jatuhnya biji pinang itu menjadi batas tanah dari orang yang melemparkan biji pinang tersebut, dan tanah itu menjadi haknya. Tanah yang telah menjadi hak si pelempar tersebut, selanjutnya ia sebut sebagai “ajuang ambo” dalam bahasa Melayu yang artinya milik saya, ini maksudnya orang tersebut berhak atas kepemilikan tanah tersebut.

4

Konflik tersebut terjadi antara masyarakat Melayu selaku masyarakat yang pertama sekali membuka hutan dan Masyarakat Jawa


(31)

melintasnya tombak dinamakan Desa Lantasan, serta tempat jatuhnya tombak dinamakan Desa Patumbak. Sedangkan tempat berlangsungnya perdamaian dinamakan desa Timbang Deli. Desa Timbang Deli inilah kemudian menjadi jantung dari Kelurahan Timbang Deli sekarang. Sejak saat itu, perdamaian mengenai perebutan lahan dan konflik akibat penguasaan tanah seperti dalam cerita tersebut tidak pernah terjadi lagi hingga sekarang ini.

Masyarakat asli Kelurahan Timbang Deli ini adalah masyarakat beretnis Melayu, akan tetapi sekarang ini telah banyak pendatang yang masuk ke daerah Timbang Deli, sehingga hamper tidak ada lagi masyarakat yang beretnis Melayu yang tinggal di Kelurahan Timbang Deli ini. Masyarakat aslinya lebih banyak berada dan tinggal di daerah Patumbak Kampung. Sedangkan Kelurahan Timbang Deli labih banyak ditingali oleh para pendatang, karena di Kelurahan Timbang Deli banyak terdapat Pabrik-pabrik industri. Pendatang umumnya bekerja sebagai buruh industri, hamper 60 % mereka menempati ruang dari Kelurahan Timbang Deli.

C. Letak Geografis

Secara geografis Kelurahan Timbang Deli termasuk kedalam wilayah Kecamatan Medan Amplas, Kotamadya Medan dengan keadaan alam (tipologi tanah) yang terdiri dari dataran dan rawa-rawa. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata 35ºC-37ºC dengan curah hujan yang relative tinggi. Curah hujan yang tinggi sering terjadi pada bulan September sampai dengan Desember,


(32)

sehingga daerah ini sering terkena banjir yang biasanya pada bulan Oktober hingga Desember, dengan ketinggian banjir antara 10 cm s/d 60 cm, tergantung dengan tingginya curah hujan yang turun pada bulan-bulan itu.

Wilayah Kelurahan Timbang Deli memiliki luas areal 285 Ha dengan rincian areal sebagai berikut; 2 Ha merupakan dataran, 4 Ha merupakan daerah rawa-rawa, 125 Ha merupakan lahan perkarangan, 53 ha merupakan perladangan dan 75,5 Ha merupakan tanah kosong, serta 24,5 Ha lainnya adalah tegalan. Type Kelurahan ini adalah 10 % merupakan lahan pertanian, 40 % perkotaan, dan sekitar 50 % adalah sebagai kawasan industri. Jarak tempuh dari kantor Pemerintahan Kelurahan ke kantor Pemerintahan Kecamatan sekitar ± 0,5 km.

Secara geografis wilayah Kelurahan Timbang deli ini berbatasan dengan:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Keluarahan Amplas/Desa Marindal.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Marindal II/Patumbak

• Sebelah Barat berbatsan dengan Kelurahan Harjosari I dan II

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bangun Mulia

D. Keadaan Jumlah Penduduk

Dilihat dari kependudukannya, jumlah penduduk kelurahan Timbang Deli telah mencapai 12.670 jiwa, yang terdiri dari 6.375 jiwa adalah pria dan 6.295 adalah wanita serta jumlah keluarga di Kelurahan Timbang Deli ini dalah 1.843 Kepala Keluarga (Kelurahan Timbang Deli;data tahun 2002).


(33)

Letak Kelurahan Timbang Deli yang berdekatan dengan terminal terpadu Amplas dan berbatasan dengan Deli serdang, merupakan gerbang masuk menuju ibukota propinsi Sumatera Utara yaitu kota Medan, maka pantaslah jika daerah ini menjadi ramai dan menjadi tempat bertemunya berbagai suku bangsa, sehingga didaerah ini dapat ditemukan beragam suku bangsa atau menjadi multi etnis, sedangkan suku bangsa asli yaitu suku bangsa Melayu lebih banyak berada di daerah Patumbak Kampung, si Gara-gara, dan Lantasan . Hanya sedikit sekali bahkan hampir dapat dikatakan tidak ada lagi suku bangsa Melayu yang bertahan di Kelurahan Timbang Deli. Dengan data persentasi : Suku Jawa 54 %, Suku Batak Toba 42 %, Suku Mandailing 1,4 %, Suku Batak Karo 1 %, Suku Minang 0,6 %, dan suku lain-lainnya 1 %. Jumlah persentasi ini berdasarkan jumlah penduduk 8. 597 jiwa.

Dari data diatas terlihat bahwasanya di Kelurahan ini terdapat suku bangsa yang dominan, yaitu suku bangsa Jawa dan Batak Toba, sedangkan suku bangsa asli dari Kelurahan Timbang Deli yaitu Melayu sudah banyak yang berpindah ke daerah Patumbak dan si Gara-gara. Ini berarti bahwa hampir seluruh penduduk di kelurahan ini berasal dari pendatang bukan dari suku bangsa aslinya, sekalipun mereka telah memiliki identitas sebagai penduduk di Kelurahan Timbang Deli dan telah lama menetap di Kelurahan ini.


(34)

E. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jenis mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Timbang Deli ini meliputi; TNI/Polri, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang, petani, pertukangan, buruh tani, karyawan swasta, pensiunan, dan sebagai penarik becak. Tabel berikut ini akan memberikan penjelasan berdasarkan jumlah penduduk dan persenannya.

Tabel 1

Keadaan Penduduk Kelurahan Timbang Deli Berdasarkan Mata Pencaharian

No Pekerjaan Jumlah (KK) Persentase

1 Pegawai Negeri Sipil 179 9,7

2 TNI?Polri 24 1,3

3 Karyawan swasta 802 43,5

4 Pedagang 68 3,7

5 Petani 31 1,7

6 Pertukangan 66 3,6

7 Buruh tani 67 3,6

8 Pensiunan 97 5,3

9 Penarik becak 509 27,6

Jumlah 1.843 100

Sumber : Data Lapangan (Kelurahan Timbang Deli, Data tahun 2000)

Pada tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar penduduk yang bermukim di Kelurahan Timbang Deli bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, ini dikarenakan di daerah sekitar Kelurahan Timbang Deli ini terdapat banyak sekali pabrik dan pergudangan. Namun, selain karyawan swasta yang menempati pringkat tertinggi dalam hal mata pencaharian, jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai penarik becak juga terbilang banyak, dengan jumlah 509 KK.


(35)

F. Sarana Sosial

Sarana social yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli antara lain terbagi atas empat kelompok, yaitu :

1. Saran Pendidikan

2. Sarana Olahraga

3. Sarana Perhubungan

4. Sarana Komunikasi

5. Sarana Transportasi

6. sarana Ibadah

7. Sarana Kesehatan

8. Sarana Keamanan

a) Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli terdiri dari 6 unit gedung Sekolah Dasar (SD), dan 1 unit gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan semua dalam kondisi yang baik.

b) Sarana Olahraga

Saran olahraga yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli terdiri dari 1 unit lapangan Sepak Bola, 3 unit Lapangan Volly, 3 unit Lapangan Badminton, 2 unit Lapangan Tennis, dan 2 set Tennis Meja, kesemua sarana ini dalam keadaan bagus.


(36)

c) Sarana Perhubungan

Sarana perhubungan yang tersedia adalah ; Jalan Desa ada 6, dimana jalan ini terdiri dari ukuran yang kecil yang menyambungkan antara desa yang satu dengan desa yang lainnya. Jalan Ekonomi ada 1, jalan ini adalah jalan menuju tempat dimana berlangsungnya kegiatan ekonomi. Jalan Protokol yang merupakan jalan utama terdiri dari 1 jalan. Dan jalan menuju Kebupaten yang kebetulan bersebelahan dengan Ibu Kota, hanya terdiri dari 1 jalan. Setelain jalan-jalan tersebut, sarana perhubungan yang dimiliki Kelurahan ini ada lah Jembatan, dimana ada 3 jembatan yang sering dilalui oleh masyarakat Kelurahan Timbang Deli. Dan yang terakhir adalah Terminal, dimana ada 1 terminal yaitu terminal sudako 04.

d) Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang tersedia adalah telepon umum yang bentuknya adalah wartel. Di Kelurahan ini ada 12 unit wartel yang tersedia untuk digunakan masyarakat umum.

e) Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang ada di Kelurahan ini sama dengan daerah-daerah lainnya yang ada di Kota Medan, yaitu ; becak yang jumlahnya belum diketahui, karena jumlahnya yang tidak menentu, bus kota ada 6 unit dengan merk yang


(37)

berbeda-beda, dan yang terakhir ada bus umum dengan jumlah 173 unit, dan dengan merk yang berbeda-beda juga.

f) Sarana Ibadah

Sara ibadah yang dimiliki Kelurahan Timbang Deli berupa ; Mesjid terdiri dari 5 bangunan dengan jarak yang cukup berjauhan antara yang satu dengan yang lainnya. Mushalla terdiri dari 6 bangunan, dan tempatnya juga berjauhan antara yang satu dengan yang lainnya. Dan sarana ibadah yang lainnya adalah Gereja, yang terdiri dari 8 bangunan, dan tempatnya juga berjauhan antara yang satu dengan yang lainnya. Semua sarana ibadah ini dalam keadaan baik, dan aktif digunakan masyarakat Kelurahan Timbang Deli.

g) Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli yaitu ; puskesmas pembantu yang terdiri dari 1 unit, balai kesehatan ibu dan anak terdiri

dari 1 unit, klinik 2 unit, posyandu 13 unit5

5

Posyandu adalah sarana kesehatan terbanyak, karena disetiap lingkungan di Kelurahan Timbang Deli terdapat Posyandu.

, praktek dokter terdiri dari 7 unit, dukun sunatan rosul terdiri dari 1 tempat, dukun bayi terdiri dari 1 orang. Sarana kesehatan yang tersedia masih sering digunakan oleh masyarakat Kelurahan Timbang Deli.


(38)

h) Sarana Keamanan

Sarana keamanan yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli hanya ada 1 yaitu kantor Kapolsek, yang selalu digunakan masyarakat untuk tempat pengaduan yang berhubungan dengan tindak criminal maupun social.

G. Organisasi Sosial dan Struktur Pemerintahan

Kelurahan Timbang Deli yang berdiri pada tahun 1950, sejak tahun 1947 telah masuk menjadi wilayah bagian administratif Kotamadya Medan setelah sebelumnya berada di wilayah administratif Kabupaten Deli Serdang dengan menempati klasifikasi makmur. Kelurahan Timbang Deli dipimpin oleh seorang Lurah yang bernama Ikhsan Nasution (37 tahun), yang merupakan baru saja pindah tugas di kelurahan ini. Perangkat Kelurahan ini terdiri dari 6 orang staff, 15 orang Kepala Lingkungan dan 30 orang hansip. Sebelumnya Lurah yang memimpin di Kelurahan Timbang Deli ini bernama M. Muharram (40 tahun), yang mengambil alih kepemimpinan dari Lurah yang bernama Azra’i Nasution (38 tahun).

Organisasi social yang ada di Kelurahan ini, disamping organisasi pemerintahan, terdapat beberapa organisasi kemasyarakatan antara lain yaitu organisasi ibu-ibu yang tergabung dalam PKK, Pengajian Akbar kaum ibu, kelompok-kelompok perwiritan/pengajian laki-laki dan perempuan, organisasi kepemudaan seperti PP, IPK, FKPPI, dan banyak lagi, Serikat Tolong Menolong


(39)

(STM), Ikatan Remaja Mesjid dan Pertamiangan Kristen serta beberapa rumah singgah untuk anak-anak jalanan bahkan LSMpun ada juga di Kelurahan ini.


(40)

BAB III

KEHIDUPAN RUMAH TANGGA PENARIK BECAK

A. Keadaan Rumah

Kediaman atau rumah yang menjadi tempat tinggal penarik becak yang terdapat di Kelurahan Timbang Deli ini, pada umumnya adalah rumah sewa yang berada di lorong-lorong atau gang-gang. Hampir semua rumah sewa yang ditempati para penarik becak termasuk kedalam golongan bentuk permanent, dimana bagian atasnya terbuat dari papan dan bagian bawah sekitar satu meter terbuat dari batu. Harga sewa ditentukan dengan besar, bentuk, dan kondisi rumah. Bentuk pembayarannyapun ada dua macam, yaitu ; pertama dengan membayar sekaligus / tahun, dan yang kedua dengan menyicil perbulan, semua tergantung pada kemampuan mereka (penarik becak) membayarnya.

Biasanya pada saat pertama sekali memasuki rumah sewa tersebut, ada beberapa bagian rumah yang diperbaiki terlebih dahulu, karena ada kerusakan-kerusakan yang ditinggalkan oleh penyewa sebelumnya. Ukuran rumah yang disewa penarik becak sebagai tempat tinggal mereka, rata-rata berukuran 6 x 8 meter dengan bagian-bagian sebagai berikut; satu ruang tamu yang terletak pada bagian depan rumah, satu kamar tidur yang terletak pada bagian tengah, dan dapur yang terletak pada bagian belakang rumah. Sementara itu, untuk MCK, kebanyakan berada di luar rumah, dengan bentuk MCK seperti MCK umum untuk


(41)

beberapa keluarga yang juga menyewa rumah disebelah/sekitar rumah sewa yang dihuni oleh penarik becak tersebut.

Ada juga jenis rumah yang lain, yang bentuknya sedikit diatas tingkatannya dari rumah sewa yang biasanya di huni para penarik becak, tentu dengan harga yang diatas dari biasanya. Dengan memiliki keistimewaan pada luas rumah, dan dua kamar, serta fasilitas MCK didalam rumah, itu menjadi alasan pemilik rumah untuk menaikkan harga dari rumah-rumah lainnya.

Lokasi rumah para penarik becak terletak pada daerah yang rawan dengan banjir, karena Kelurahan Timbang Deli dan daerah yang terletak disekitar Amplas adalah daerah yang selalu berhadapan dengan situasi banjir. Apalagi ketika hujan turun dengan derasnya secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan ini sudah tentu menjadi bagian dari kehidupan para penarik becak, karena rumah yang mereka tempati menjadi tempat persinggahan dari banjir yang melanda. Perumahan yang banyak dibangun diatas tanah rawa ini, sudahlah tentu menjadi “konsumen” apabila banjir datang. Para penarik becak rata-rata menempati rumah yang dibangun diatas tanah rawa dengan ditimbun tanah yang tidak tinggi, sehingga cepat sekali digenangi air hujan. Menurut penuturan pak Syawal :

“…….kalo’ hujannya terus turun dan deras…..ya rumah kami ini airnya bisa ampe’ mata kaki saya ini (sambil menunjuk kearah mata kakinya), makanya waktu kebanjiran kayak gitu bapak ama ibu sering berpikir….ya kalo’ ada rejeki lebih ya kita tabung untuk nimbun rumah……ya sikit-sikit dulula….”(transkip wawancara dengan salah seorang informan).


(42)

Tempat tinggal merupakan factor yang sangat penting peranannya dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup, untuk itu para penarik becak harus tetap berusaha agar memiliki tempat tinggal, walaupun mereka harus membayar mahal. Rata-rata uang sewa untuk rumah yang mereka tempati antara Rp. 400.000,- s/d Rp. 1.200.000,- per tahun, pembayaran dilakukan dengan dua cara yaitu; pertama, dibayar sekaligus satu tahun, dan yang kedua dibayar perbulan. Selain itu, mereka juga harus membayar iuran listrik, karena rata-rata rumah yang ditempati para penarik becak di Kelurahan Timbang Deli ini menggunakan sumur dengan mesin pemompa air ataupun timba untuk memperoleh air. Untuk mendapatkan rumah yang lebih baik lagi, para penarik becak tidak memiliki kemampuan yang cukup.

Rumah atau tempat tinggal dalah merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting atua kebutuhan yang mendasar (primer), yang harus dipenuhi oleh setiapindividu (manusia), sehingga dengan cara apapun manusia akan senantiasa berusaha untuk memenuhinya walaupun yang diperoleh nantinya tidka sesuai dengan harapan. Untuk itu para penarik becak ini selalu menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan pemilik rumah sewa, ini bertujuan apabila sewaktu-waktu para penarik becak ini tidak atau belum mampu membayar uang sewa,maka harapannya mereka akan mendapatkan tenggangan waktu atau keringanan dari sipemiliki rumah sewa. Dengan begitu, karena hubungan yang dijalin tersebut, banyak dari para penarik becak ini yang menjadi penghuni rumah selama bertahun-tahun.


(43)

Keadaan umum lingkungan perumahan para penarik becak yang tinggal di Kelurahan Timbang Deli dilihat secara fisik, sebagai berikut :

• Letak rumah-rumah menumpuk antara rumah yang satu dengan rumah

yang lainnya berdekat-dekatan, sehingga banyak jalan-jalan yang tertutup.

• Rumahnya tidak memiliki jarak (dempet-dempet)

• Rumah dibangun dengan bahan separuh batu dan separuh kayu atau

triplek, atap seng, dengan kayu sembarang.

• Kamar tidur, ruang tamu, dan dapur besarnya tidak sesuai dengan jumlah

penghuni rumah

• Parit dikebanyakan rumah tidak ada, dan andaipun ada tentunya sudah

tidak berfungsi lagi (tersumbat)

• Fasilitas yang ada, listrik, sumur, dan sedikit pekarangan rumah untuk

tempat bermain anak, dan memarkirkan becak pada saat makan siang atau waktu istirahat.

Tidak semua dari para penarik becak tersebut menyewa rumah, ada juga beberapa dari mereka yang sudah mampu memiliki rumah sendiri. Namun sebagian besar adalah rumah warisan dari orang tua atau memang mereka merupakan penduduk yang sudah lama menetap dan mengetahui banyak tentang daerah ini, ataupun mereka memilikinya dengan menyicil (berawal dari tanah kemudian membangun gubuk-gubuk), akan tetapi bentu rumah yang mereka miliki tidak jauh berbeda dengan rumah yang disewa para penarik becak lainnya.


(44)

Gambar 1 :

Salah satu bentuk tempat tinggal penarik becak

B. Keluarga Penarik Becak

Setiap individu sudahlah tentu berasal dari sebuah keluarga, ia hidup dan berkembang menjadi tubuh yang dewasa didlaam lingkungan keluarga. Penarik becak bukanlah kelompok yang berbeda dengan yang lainnya, mereka sama dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya yang berprofesi lain dari mereka, memiliki keluarga, istri, anak, orang tua, manantu, mertua, dan lainnya. Yang membedakan hanya satu, yaitu pekerjaan dan kondisi kehidupan mereka.

Keluarga inti (nuclear family) biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Berkaitan erat dengan keluarga inti adalah rumah tangga, yaitu sebuah kesatuan ekonomi social yang mandiri (Robert R.Jay:1969). Keluarga inti juga bisa ditambah dari kemanakan, kakek, nenek, mertua, atau orang tua, intinya adalah masih dalam kesatuan ekonomi. Manusia telah mewarisi dan


(45)

mengembangkan cara-cara yang khas dalam kehidupan mereka dimana di dalam kelompok ternyata memerlukan partisipasi anggota masyarakat yang sudah dewasa dari kedua jenis kelamin (Haviland, William.A; 1988). Dalam bagian ini, kita akan membahas mengenai keluarga penarik becak.

a) Kebiasaan Yang Dilakukan Sebelum Berangkat “narek”

Sebelum pergi untuk mencari nafkah, penarik becak terlebih dahulu sarapan di rumah mereka. Tentunya sang istri sudah terlebih dahulu bangun untuk mempersiapkan sarapan yang akan menjadi santapan suami dan anak-anaknya, sebelum meninggalkan rumah untuk “narek” dan anak-anaknya berangkat sekolah. Sarapan dirumah dengan nasi merupakan kebiasaan yang wajib dilakukan oleh penarik becak, karena dengan sarapan nasi mereka sudah punya cukup stamina untuk menaklukkan jalanan sebagai tempat mencari nafkah. Sarapan dirumah, menurut penarik becak merupakan alternative yang baik untuk mengirit pengeluaran, dan kesehatan menjadi terjaga, selain dapat berkumpul dengan kelurga pada saat makan.

Setelah selesai makan pagi, kegiatan selanjutnya yang menjadi kebiasaan penarik becak adalah memeriksa becak mereka, sambil mengisap rokok dan menghabiskan teh manis panas yang telah disediakan oleh istrinya. Sementara itu, bagi penarik becak yang becaknya disimpan di gudang atau tempat toke, maka kegiatan rutin memeriksa becak sebelum berangkan akan dilakukan di gudang penyimpanan (ini biasanya penarik becak tidak sampai larut malam menarek).


(46)

Memeriksa becak dilakukan agar apabila becak nanti digunakan untuk “narek” mencari nafkah, maka tidak ada kendala dan melancarkan rezeki. Menurut pak Salam (penarik becak yang baru saja berpindah dari becak dayung ke becak bermotor):

“……..becaknya diperiksa dulu supaya nanti kalo’ ada penumpangan tidak ada masalah lagi, mau diantar sejauh manapun oke oke aja….rezekipun jadi lancer…..kalo’ becaknya ada yang rusak tapi kita ngagak taukan nanti dijalanan bisa jadi masalah…..bisa jadi ngga’ narek trus dibawak juga becaknya nggak enak kan jadi malas juga narek kalo’ becaknya nggak fitlah …nggak bagus gitu…..”(Transkrip wawancara dengan salah satu informan).

Setelah selesai memeriksa becak, dan dirasa tidak ada masalah dengan becak yang akan dibawa “narek” tersebut, selanjutnya penarik becak mempersiapkan segala keperluan yang nantinya digunakan dijalanan sebagai pendorong dalam mencari nafkah. Perlengkapan yang selanjutnya dipersiapkan adalah ; air minum, handuk, jaket, dan topi, kalau mereka membawa becak bermotor, maka helm tidak lupa untuk dibawa. Menurut pak Syawal :

“ ………sekarang ini lagi musim-musimnya raziah…jadi kalo’ nggak bawa helm takutnya di tangkap…lagian kalo’ nggak bawa helm tiba-tiba ada penumpang yang minta diantarkan agak jauhkan nanti jadi nggak bisa….ya rezekinya tebuangla…”(Transkip wawancara dengan salah satu informan).

Ketika semuanya telah diperiksa, dan keperluan di jalananpun sudah dipersiapkan, maka penarik becak sudah siap untuk berangkat mengadu nasib dijalanan dan bersaing dengan alat transportasi lainnya, atau bahkan dari sesame penarik becak juga. Sebelum mereka pergi “narek”, biasanya mereka berpesan pada istrinya, jika memerlukan mereka langsung saja ke pangkalan dimana mereka


(47)

biasa mangkal menunggu sewa, dan kalau mereka tidak ada karena mengantar penumpang, maka mereka meminta agar menitipkan pesan kepada teman yang lainnya yang satu pangkalan. Ketika mereka balik ke pangkalan, maka pesan itu akan disampaikan kepada mereka. Ini mereka lakukan sebelum berangkat “narek” karena, mereka khawatir jika terjadi sesuatu dengan keluarga atau kerabat lainnya. Jika istri mereka juga turut bekerja untuk mencukupi kebutuhan, maka mereka akan pergi lebih dulu dari istrinya, kemudian istrinya akan berpean kepada anaknya yang paling besar, apabila lebih dulu pulang agar jangan kemana-mana dahulu, tunggu sampai ibunya pulang. Walaupun istri mereka turut bekerja, tetapi jam kerjanya rata-rata tidak sampai sore, siang hari para istri yang bekerja sebagai buruh cuci dirumah cina atau yang lainnya sudah pulang.

Gambar 2 :

tampak seorang penarik becak tengah melakukan tawar menawar ongkos dengan calon penumpangnya.


(48)

b) Kebiasaan Yang Dilakukan Setelah Pulang “narek”

Pada umumnya penarik becak ketika jam makan siang, mereka pulang kerumah secara bergantian meninggalkan pangkalan. Alasan makan siang dirumah sama halnya ketika sarapan pagi, selain dapat berkumpul dengan keluarga, karena anak-anak mereka juga sudah pulang sekolah, dapat juga mengirit pengeluaran dan kesehatan juga terjaga. Biasanya setelah selesai makan siang, mereka beristirihat terlebih dahulu dengan membawa badan berbaring dalam waktu 30 – 60 menit. Kemudian mereka kembali lagi bersiap-siap untuk berangkat “narek” lagi.

Rata-rata penarik becak berada dirumah pada pukul 18.00 Wib, menjelang maghrib. Ada juga sebagian lagi yang masih tinggal di pangkalan, bagi mereka yang masih tinggal dipangkalan ini mulai “narek”nya pada siang hari. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mereka “narek” lagi di malam hari sebagai tambahan pendapatan, walaupun mereka sudah pulang sore hari.

Sesampainya mereka dirumah, penarik becak ini kemudian menyimpan becak mereka di tempat yang bisa mereka simpan. Ada yang menyimpan becaknya diteras rumah atau disamping rumah, dan ada pula yang menumpangkannya di tempat tetangga, karena tidak ada pekarangan rumah. Sebelum masuk kedalam rumah, jika mereka tidak ada niat lagi untuk “narek”, maka mereka akan menutup becak mereka dengan rapi, agar tidak dimain-mainkan anak-anak, dan menggembokkannya, sama halnya dengan mereka yang menggunakan becak bermotor agar lebih aman mereka menggembok becaknya


(49)

dengan rantai kemudian menutupnya dengan terpal. Bagi yang meletakkannya di rumah toke, maka itupun akan dilakukan, dengan begitu tokepun akan senang, karena becak dirawat oleh penarik becak, maka keberlangsungan pekerjaanpun akan jelas.

Ketika semua sudah dianggap beres dan becak aman untuk ditinggal, merekapun masuk kedalam rumah, dengan sambutan istri dan anak-anaknya. Kegiatan selanjutnya adalah membersihkan diri (mandi dan berganti pakaian), kemudian penarik becak ini akan meminta istrinya untuk membuatkan air minum teh manis, sambil menikmati teh manis mereka menonton siaran TV bersama dengan anak-anaknya. Bagi mereka yang beragama Islam mereka akan mengajak keluarganya untuk sholat maghrib bersama, dengan berjama’ah.

Malam hari apabila mereka tidak “narek” lagi, mereka menghabiskan waktu bersama anak-anak dan istrinya, dengan kegiatan menonton TV ataupun mendampingi anaknya ketika belajar. Namun ketika, jadwal pengajian atau perwiritan merekapun akan pergi mengikuti perwiritan atau pengajian, karena mereka terdaftar sebagai anggota pengajian atau perwiritan yang biasanya dilaksanakan dengan rutin setiap malan Kamis atau malam Jum’at.

Selain nonton TV bersama,dan mendampingi anak-anaknya belajar, penarik becak akan membuka pembicaraan dengan istrinya mengenai keadaan dirumah selama mereka tinggalkan, merambat keberita-berita mengenai kerabat, tetangga, dan rencana-rencana mereka untuk kedepannya agar hidup lebih baik lagi, dan masa depan anak-anak mereka. Para penarik becak ini lebih memilih untuk tidur


(50)

cepat, walaupun mungkin masih ada anggota keluarga lainnya yang belum bisa tertidur, namun secara umum keluarga penarik becak ini tidur paling lama pada pukul 23.00 Wib. Sebelum tidur mereka akan memastikan sekali lagi becaknya, kemudian memeriksa semua jendela dan pintu apakah sudah dikunci, kemudian mereka beristirahat hingga pagi menjelang.

c) Pola Pengasuhan Anak

Peran anggota keluarga inti, terutama dalam masyarakat penarik becak yang tergabung dalam organisasi penarik becak Bersatu Mandiri dalam dilihat dengan jelas. Dimana pada umumnya suami melakukan perannya diluar rumah mencari nafkah dan isterinya di dalam rumah mengasuh anak. Isterinya selain mengasuh anak, juga turut memberikan peranan dalam menambah pendapatan keluarga. Kebanyakan isteri para penarik becak ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga, buruh cuci, menjaga bayi dan menggosokan baju orang lain untuk mendapatkan upah., atau ada sebagian yang membuka kedai/ warung kecil-kecilan. Sedangkan peran suami dalam hal pengasuhan anak adalah sebagai pengawas isteri dalam mendidik anak-anak mereka dan dalam pengaturan rumah tangga.

Apabila ada anak yang melakukan kesalahan, maka ayah tidak langsung menegur si anak, ibulah yang pertama sekali ditegur oleh ayah karena prilaku anak tersebut, baru setelah itu ayah menegur dan memarahi si anak. Sama halnya jika anak memerlukan sesuatu untuk dibeli, mkaa anak akan mendekati sang ibu


(51)

terlebih dahulu untuk memintanya, kemudian sang ibu membicarakannya kepada ayah. Dalam hal mendidik dan mengasuh anak, dapat dikatakan peran ibu cukup dominant. Hal ini mengakibatkan kedekatan antara anak dan ayah relative hanya sekedarnya saja atau biasa-biasa saja, tidak seperti kedekatan antara anak dan ibu.

Tugas utama anak adalah belajar dan membantu orang tua, bagi anak perempuan membantu ibunya dirumah sedangkan anak laki-laki kadang-kadang membantu ibunya, kadang-kadang membantu sang ayah memperbaiki becak atau memeriksa kerusakan-kerusakan dirumah, serta membersihkan becak sang ayah. Bahkan ada juga anak-anak yang sudah membantu kehidupan ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai buruh di pabrik, atau berjualan keliling. Dalam sebuah keluarga suami dan isteri memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan pewarisan fisik dan psikis anak, begitu juga dengan keluarga penarik becak. Sang ibu mengandung dan memelihara sanag buah hatinya, yang akhirnya sang anak memiliki banyak waktu untu mendapatkan kasih sayang baik itu dari ibu ataupun dari ayah, mulai dari dalam kandungan sampai masa kanak-kanak, namun ynag memberikan kasih sayang yang lebih adalah sang ibu.

Walaupun tidak bisa dipungkiri, dalam hal tertentu terkadang anak lebih dekat dengan sang ayah, akan tetapi pada umumnya ibulah yang lebih akrab dengan anak-anaknya. Lebih jelasnya, ibu memberikan batin kapada anak, dan ayah memberikan lahir (nafkah untuk pertumbuhan fisik anak). Setiap anggota keluarga inti, dalam hubungan antar mereka, mempunyai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan tingkah laku dan fungsinya yang disebut peran.


(52)

Gambar 3 :

Tampak beberapa anak-anak yang tinggal satu wilayah dengan penarik becak tengah bermain kelereng bersama

Tabel 2

Kondisi penarik becak berdasarkan Jumlah Anak

No Jumlah Anak Jumlah Persentasi (%)

1 Belum memiliki anak 2 10

2 Memiliki 1 orang anak 3 12

3 Memiliki 2 orang anak 5 18

4 Memiliki 3 orang anak 4 15

5 Memiliki 4 orang anak 4 15

6 Memiliki 5 orang anak 5 18

7 Memiliki diatas 5 orang

anak 3 12

Jumlah 26 100


(53)

d) Tingkat Pendidikan Keluarga

Pendidikan dapat dikatakan sebagai tolok ukur dari seberapa besar pendapatan yang diperoleh pada setiap keluarga, artinya jika dalam satu keluarga seluruh anggotanta (anak-anaknya) mendapatkan pendidikan formal hingga sampai ke Perguruan Tinggi, maka orang disekitarnya akan memiliki pendapat bahwa kelurga itu memiliki rezeki (dalam hal ini pendapatan) yang berlebih, sehingga mampu mengantarkan anak-anaknya hingga mendapatkan gelar Sarjana. Namun sebaliknya, apabila dalam satu Keluarga tersebut tidak ada yang sampai mendapatkan gelar pada pendidikan formal, atu hanya sampai tingkatan SMP saja, maka orang di sekitarnya akan beranggapan kalau rexeki keluarga itu hanya cukup untuk makan. Hal ini beranjak dari mahalnya biaya pendidikan sekarang ini, semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan untuk kelancarannya.

Tingkat pendidikan yang diperoleh setiap anggota keluarga penarik becak sangat beragam, akan tetapi rata-rata dari anak-anak mereka memperoleh pendidikan hingga tamat SMA. Karena menurut penuturan pak Riswan :

“……ya kalau bisa anak-anak saya ini tidak seperti bapaknya atau ibunya, yang cumin bisa sekolah sampai SD, kalau maunya saya yaaa..lebih pinterlah dari bapaknya..karnakan cari kerja sekarang ini juga payah, yaaaa kalau bisa minimal tamat SMA lah, biar kerjaannya juga enak..sekarang lagi, yang tamat dari kuliahan aja susah nyari kerjanya, apalagi yang cumin tamat SMP, nggak lah biar bapaknya ini megap-megap cari uang yang penting anak-anak bisa lanjut sekolah minimal tadi itu..yaaa tamat SMA..”(transkip hasil wawancara).


(54)

Dari penuturan pak Riswan tersebut, ternyata pendidikan juga sangat penting bagi para penarik becak untuk anak-anak mereka. Ini menunjukkan adanya rasa ingin mengubah hidup yang cukup kuat, walaupun mereka harus menggantungkan harapan-harapannya kepada anak-anak mereka.

Dari data yang didapat peneliti dilapangan berdasarkan jumlah informan yang didatangi, ada 25 % atau 6 anak yang belum bersekolah, yang tidak tamat SD ada 8,4 % atau 2 orang anak, tamat SD ada 8,4 % atau 2 orang anak, tamat SLTP 16,7 % atau 4 orang anak, tamat SLTA 33,3 % atau 8 orang anak, kuliah 8,4 % atau 2 orang anak.

C. Pendapatan dan Pengeluaran

Keadaan ekonomi yang semakin menurun ditandai dengan bermulanya krisis ekonomi yang berlangsung mulai pertengahan tahun 1997, yang diperkirakan tidak berlangsung lama. Keadaan ini sudahlah tentu sangat mempengaruhi seluruh aspek-aspek perekonomian serta tatanan kehidupan masyarakat. Akibatnya adalah semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan keluarga miskin di Indonesia.

Yang disebut dengan miskin, menurut Schreiber (dalam Oslan Purba;2002:72) adalah apabila penghasilan atau pendapatan rumah tangga tidak sesuia atau tidak mencukupi untuk keperluan standart kehidupan yang wajar. Biasanya rumah tangga kota mempunyai standart yang berbeda antara satu dama


(55)

lain, hal ini karena disebabkan banyak factor, yang selalu berubah dari waktu kewaktu. Factor-faktor itu adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pendapatan

2. Gaya hidup

3. Jumlah, susunan, umur anggota keluarga

4. Status social

5. Keadaan harga barang

6. Perkembangan ternologi dan kebudayaan

7. Jenis pekerjaan

8. Psikologis

Apabila factor tersebut di atas berubah, maka baik pola konsumsi maupun besarnya biaya hidup rumah tangga akan mengalami perubahan. Jarak antara “simiskin” dan “sikaya” pun semakin tampak, dengan adanya keadaan perekonomian yang mulai moneter hingga sekarang ini. Keadaan ini tentunya sangat mempengaruhi jumlah pendapatan para penarik becak yang beroprasi di Kota Medan, karena semakin banyaknya jumlah becak yang beroprasi akibat tingginya tingkat pengangguran.


(56)

a) Pendapatan

Pendapatan para penarik becak bila dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, termasuk kedalam pekerjaan yang berpenghasilan rendah. Apabila pendapatan tersebut di hitung dalam jangka bulanan, maka akan tidak masuk akal bagi kita untuk menyerasikan antara pendapatan dengan pengeluaran. Hal ini meyebabkan banyaknya diantara penarik becak lainnya yang mengikut sertakan anggota keluarganya untuk bekerja, guna mencukupi kebutuhan hidup.

Untuk mencukupi pendapatan minimal tiga kilogram beras perharinya, para penarik becak harus memiliki keahlian atau kerajinan lain yang bisa diandalkan sebagai pekerjaan tambahan untuk mendapatkan penghasilan lain diluar menarik becak. Pendapatan yang diperoleh perharinya ada dua tipe: pertama, apabila becak yang digunakan adalah becak dayung, maka penghasilan perharinya rata-rata maksimal Rp.25.000,- , jumlah ini diperoleh apabila penarik becak melakukan pekerjaannya hingga larut malam. Pendapatan ini diluar pendapatan anggota keluarga lainnya, dan kebanyakan mereka yang menggunakan becak dayung adalah penarik becak yang menyewa becak dengan orang lain. Kedua, apabila becak yang digunakan adalah becak bermotor, maka penghasilan yang diperoleh perharinya rata-rata maksimal Rp. 80.000,-, sama halnya dnegan becak dayung, jumlah ini diperoleh apabila mereka menarik becak hingga larut malam. Penarik becak bermotor juga sama dengan penarik becak dayung, mereka harus membayar uang setoran becak kepada toke atau jika mereka memilikinya sendiri sudahlah tentu kepemilikan diperoleh dengan cara mengangsurnya selama 3 tahun.


(57)

Untuk mencukupi segala keperluan hidup, bagi anggota keluarga yang sudah dianggap dewasa, dan mampu melakukan pekerjaan yang mengahasilkan uang untuk menambah pendapatan keluarga, maka diberikan kebebasan untuk mereka memilih pekerjaan. Hal ini juga dilakukan sebagai pembelajaran bagi anggota keluarga untuk lebih mandiri, dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Pekerjaan yang dilakoni anggota keluarga lainnya sebagai sumbangsih untuk pendapatan keluarga antara lain adalah ; bagi para istrinya rata-rata mereka bekerja sebagai pembantu bangsa Cina, sebagai buruh cuci, sebagai buruh pabrik, berdagang. Bagi anak-anak mereka yang sudah dianggap cukup usia untuk bekerja, rata-rata sebagai buruh bangunan, buruh pabrik, bekerja di Mall, satpam, dan lainnya.

Para penarik becak sendiri, harus memiliki kerajinan atau kemahiran dibidang lain, dan banyak dari mereka yang memiliki kemahiran yang akhirnya mampu menambah pendapatan mereka. Kemahiran atau keahlian lain yang mereka miliki, seperti, mampu menjadi pekerja bangunan dan pertukangan, berdagang, dan lainnya. Bagi mereka apapun akan mereka kerjakan guna mencukupi kebutuhan hidup, dengan syarat halal dan tidak merugikan orang lain.


(58)

b) Pengeluaran

Jika membahas masalah pendapatan tentunya selaras dengan pembahasan mengenai pengeluarannya. Pengeluaran para penarik becak, jika dilihat dari jumlah pendapatan mereka dari menarik becak, sudahlah tentu tidak dapat diterima oleh akal sehat. Akan tetapi untuk mencukupi pengeluaran, yang mereka lakukan untuk bertahan hidup adalah dengan mengikut sertakan anggota keluarga lainnya yang sudah dianggap cukup usia, untuk membantu dalam menambah pendapatan keluarga. Bahkan mereka sendiripun harus mencari pekerjaan tambahan di luar menarik becak.

Pengeluaran yang mereka lakukan tiap bulannya antara lain : 50 % untuk kebutuhan pangan yaitu sebesar Rp.500.000,-/bulannya, untuk perumahan 7,5 %, yaitu sebesar Rp. 75.000,-/bulannya, biaya untuk pendidikan anak-anak 12,5 %, yaitu sebesar Rp. 150.000,-/bulannya, biaya untuk pembayaran rekening listrik 2,75 %, yaitu sebesar Rp. 25.000,-/bulannya, biaya untuk air 2,75 % , yaitu sebesar Rp. 25.000,-/bulannya, untuk biaya jajan anak-anak 7,5 %, yaitu sebesar Rp.55.000,-/bulannya, biaya untuk kesehatan 4 %, yaitu sebesar Rp. 40.000,-/bulannya, biaya tak terduga lainnya sebesar Rp. 75.000,-40.000,-/bulannya, sementara itu buku tabungan tidak ada, hanya celengan untuk menyisihkan jumlah sebagian dari sisa pengeluaran per harinya.


(59)

D. Kehidupan Bertetangga

Para penarik becak pada umumnya menjalin hubungan yang cukup baik dengan orang-orang yang ada disekitar mereka, karena sebagian besar diantara mereka adalah perantauan, yang tidak memiliki sanak saudara dalam jarak yang dekat. Untuk itu hubungan yang harmonis selalu mereka bina, karena bagi mereka orang-orang disekitar mereka adalah keluarga. Seperti penuturan pak Maryono:

“…….ya kitakan harus hidup yang baek-baek aja ama orang-orang sini, karnakan keluarga jauh-jauh, nah kalo’ ada apa-apa ama kita yaaa tetangga kita juga yang paling deluan tau dan nolongila….” (Transkip wawancara dengan informan).

Dahulu para penarik becak ini sangat tertutup dengan orang-orang disekitar tempat mereka tinggal, karena ada pendapat yang kurang baik tentang pekerjaan yang mereka jalankan, tetapi lama kelamaan pendapat-penadapat itu hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, dan merekapun mulai membuka diri dengan orang-orang disekitar dan lingkungannya.

Tetangga adalah orang atau keluarga yang secara bersama-sama dengan kita yang menenpati satu ruang kehidupan, atau orang-orang yang ada disekitar kita yang hidup dengan kita dengan berbataskan pekarangan atau tembok rumah. Pada awalnya, hubungan bertangga di dasari oleh para isteri-isteri penarik becak yang senang berkumpul dan berbincang-bincang pada waktu sore hari, setelah membersihkan rumah dan merapikan anak-anak mereka, sembari menantikan sang suami pulang “berjuang”. Kemudian dieratkan lagi ketika mereka masuk sebuah


(60)

perkumpulan, seperti perwiritan, dari keadaan ini terus berlanjut hubungan seperti keluarga.

Ketika ada satu orang yang tertimpa musibah atau sedang melaksanakan hajatan, maka semua tetangga akan hadir, dan turut mengambil alih dalam dari awal hingga akhir acara. Dipererat lagi ketika lebaran tiba, maka mereka akan saling kunjung mengunjungi bagaikan saudara seibu. Hubungan seperti ini sangat dihargai oleh para penarik becak, bagi mereka tetangga dalah keluarga terdekat, apabila da sesuatu terjadi, maka tetanggalah yang pertama sekali mengetahuinya.

Gambar 4 :


(61)

E. Keadaan Pangkalan Penarik Becak

Pengkalan merupakan tempat bagi para penarik becak untuk berkumpul, mengantri menunggu para penumpang, berinteraksi antar sesame penarik becak dan juga sebagai tempat berbagi aktifitas social lainnya. Karena mencari nafkah dari hasil menarik becak, sudahlah tentu mereka berada di pangkalan seharian penuh, dengan sekali-kali meninggalkan pangkalan ketika ada penumpang yang minta diantarkan.

Lokasi pangkalan biasanya berada dipersimpangan jalan besar, tempat-tempat yang ramai seperti pasar tradisional, simpang-simpang kampus, daerah pertokoan, depan-depan mall atau supermasket/minimarket, terminal bus, bahkan di simpang-simpang gang yang panjang. Yang sudah jelas, pangkalan letaknya haruslah yang mudah dijangkau oleh para calon penumpang becak.

Di Kota Medan ada begitu banyak pangkalan penarik becak yang mudah dilihat dan dijangkau para calon penumpang, seperti di Pasar tradisional Simpang Limun, Simpang Marendal, Simpang Amplas, Terminal Terpadu Amplas, Simpang jalan Balai Desa Timbang Deli, dan bnayak lagi. Bahkan, sampai ke jalan kota besar yang terdapat banyak gedung-gedung bertingkat di Kota Medan, seperti depan jalan mall terbesar Kota Medan Plaza Medan Fair. Selain tempat menunggu penumpang, pangkalan juga berfungsi sebagi tempat bertukar pendapatnya antar penarik becak, dan tempat mereka memecahkan masalah yang dihadari mengenai mata pencaharian mereka secara bersama.


(1)

81 Gambar 9 :

Becak dayung yang sudah hamper tidak dapat kita lihat beroperasi di jalan-jalan kota

C. Penutup

Demikianlah secara panjang lebar uraian tentang organisasi penarik becak dan kehidupan penarik becak di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. Tentu saja apa yang disampaikan oleh penulis masihlah belum memenuhi keinginan para pembaca. Oleh karena itu, penulis mengharapkan akan ada tulisan-tulisan berikutnya untuk elengkapi masalah-masalah kehidupan penarik becak dari berbagai aspek. Marilah kita perkaya ruang kajian antropologi dengan melihat lebih kritis masalah-masalah kemiskinan kota.

Akhir kata, dengan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan penuh selama pembuatan skripsi ini, penulis selanjutnya akan terlibat langsung dalam kehidupan bermasyarakat, khusunya di kelompok masyarakat miskin kota.


(2)

82

Interview Gaide yang akan digunakan di lapangan, sebagai pegangan peneliti dalam mengumpulkan data dilapangan adalah sebagai berikut :

No Kategori Pertanyaan Keterangan

1. Identitas Siapa nama informan Wawancara

Berapa usia informan Wawancara

Memiliki anggota keluarga berapa Wawancara

Tampat tinggal dimana Wawancara

Situasi rumah (rumah sendiri/mengontrak)

Wawancara/observasi

Agama Wawancara

Pendidikan terakhir Wawancara

2. Pekerjaan Lamanya menarik becak Wawancara Jenis becak yang digubakan Observasi Apakah ada usaha lain selain menarik

becak

Wawancara 3. Penghasilan Berapa penghasilan per hari Wawancara

Apakah istrinya ikut membantu penghasilan keluarga

Wawancara Apakah ada anggota keluarga lainnya

yang membantu pendapatan keluarga

Wawancara 4. Organisasi bagi

penarik becak secara pribadi

Jabatan dalam organisasi Wawancara

Sudah berapa lama masuk ke dalam organisasi

Wawancara Pengalaman berorganisasi sebelumnya Wawancara Hal yang dirasakan selama

berorganisasi (bagi diri sendiri ataupun keluarga)

Wawancara

Tujuan masuk organisasi Wawancara Informasi pertama tentang organisasi

penarik becak

Wawancara 5. Organisasi dan

kepengurusannya

Kapan terbentuknya organisasi Wawancara / data pustaka

Bagaimana proses terbentuknya Wawancara dengan pengurus yang sudah lama/yang ikut membentuk Berapa lama memobilisasi massa hingga

menjadi anggota

Sda Apa yang menjadi awal pembentukan

organisasi

Sda Apakah ada pihak lain yang berperan

dalam pembentukan organisasi


(3)

83

Bagaimana struktur kepengurusan organisasai dari awal pembentukan hingga sekarang

Sda

Suku yang mayoritas/ minoritas dalam organisasi

Sda Jumlah pengurus/anggota organisasi

dari awal hingga sekarang

Sda Apakah ada landasan yang dimiliki

organisasi penarik becak

Sda Kapan waktu pertemuan organisasi

dilaksanakan

Sda Bagaimana tanggung jawab, tugas, dan

hak dari anggota dan pengurus

Sda Apa yang menjadi kegiatan dari

organisasi kegiatan prnarik becak

Sda Apakah ada program yang disusun oleh

para penarik becak dalam organisasi

sda Apa yang menjadi tujuan dari organisasi ini di bentuk

Sda

Pertanyaan-pertanyaan diatas digunakan dalam pengumpulan data di lapangan dan berkembang sesuai dengan kebutuhan di lapangan.


(4)

Daftar Pustaka

Dardiantoro, 2007; Dulu Berjasa Sekarang Dilupakan,

Etzioni, Amitai, 1985; Organisasi-organisasi Modern, UI-Press, Jakarta.

Haviland A., William, 1980; Antropologi, Erlangga, Jakarta.

Ig. Wursanto, Drs, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, ANDI, Yogyakarta, 2005.

James. P. Spradley, Pengantar Dr. Amri Marzali, MA, Metode Etnografi, PT. Tiara Wacana, Yogya.

Kreitner, Robert & Klinicki, Angelo, 2003; Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rieneka Cipta, Jakarta, 1990.

Linton, Ralph, 1962; Kebudayaan, Bina Persada Press, Jakarta.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005; Perilaku dan Budaya Organisasi, PT. Refika Aditama, Bandung.

Media Elektronik, 2007;

Media Elektrionik, 2007;

Media Elektronik, 2007;


(5)

Media Elektronik, 2008;

Media Elektronik, 2008

Media Elektronik, 2008

Ndraha, Taliziduhu, 2003; Budaya Organisasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Purba, Oslan, 2002; Rumah tangga dan Pangkalan Penarik Becak, Skripsi SI Antropologi USU, Medan.

Saifuddin, Achmad Fedyani, Ph. D, 2005; Antropologi Kontemporer : “Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma”, Kencana, Jakarta.

Winarto, Yunita T., 1999; Jurnal Antopologi Indonesia, 1999.

---, 1988 : Sistem Kekerabatan dan Pola Pewarisan, PT. Pustaka Grafika Kita dan YIIS, Jakarta.


(6)

86 Biografi Penulis

Julika Hasanah adalah anak bungsu dari 6 bersaudara, dari pasangan Amran Yusni dan Nursatia K. Dilahirkan di kota kecil yang masih sangat kental dengan kebudayaan local pada masa itu, kota yang sangat dikenal karena hasil alamnya yaitu ikan asin.

Karena mata pencaharian utama masyarakat adalah nelayan, kota itupun bernama Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah. 23 tahun yang silam, tepatnya 11 Juli 1984 penulis hadir menjadi pelengkap kebahagiaan keluarga (itu kata orang tua penulis lho..).

Kemudian penulis disekolahkan pertama sekali adalah Taman Kanak-kanan yang bernama TK Islamiyah selama 2 tahun, karena terlalu cepat masuk. Dan Sekolah Dasar di SD Al-Washliyah selama 6 tahun, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Al-Washliyah 24 Pasar Senen Medan selama 3 tahun, Sekolah Menengah Umum di SMU Swst Eria selama 3 tahun, kemudian lulus di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Jurusan Antropologi.

Di tengah pendidikan akademiknya, penulis bergabung dengan salah satu LSM local, disitu penulis mendapatkan banyak pengalaman berorganisasi, dan mendapatkan beberapa sertifikat dalam setiap pelatihan yang diikuti, siantaranya sertifikat TOT Handwashing dan Pengembangan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat. Sehingga penulis lalai untuk menyelesaikan skripsinya (tuh kan keenakan…).