Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

  Komunikasi adalah peroses interaksi simbolik dalam bahasa tertentu dengan cara berfikir tertentu untuk mencapai pemaknaan tertentu pula, keseluruhannya terkontruksi secara sosial. Sebuah pertanyaan besar mengapa kita melakukan komunikasi, apa yang mendorong kita untuk berkomunikasi, sejauhmana andil dari komunikasi memberikan kepuasan kepada kita, bagaimana faktor-faktor atau citra diri, pengalaman kita, situasi komunikasi serta orang yang menjalin hubungan komunikasi mempengaruhi kita. Kita berkomunikasi terutama untuk mendukung dan menyatakan identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita dan untuk berperilaku sesuai dengan yang kita inginkan (Mulyana, 2007 : 4).

  Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial, sehingga dalam kedihupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan baik dengan orang lain. Kita juga tidak dapat hidup sendiri terisolasi dari masyarakat dan kita ingin merasakan dicintai dan disukai serta menyukai dan menyayangi orang lain. Oleh karenanya, kita menggunakan banyak waktu untuk berkomunikasi terutama komunikasi antarpribadi yang menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

  Hubungan dengan manusia lain ternyata sangat mempengaruhi manusia itu sendiri (Klinger: 1977). Manusia sangat bergantung pada orang lain karena orang lain juga berusaha mempengaruhi melalui pengertian yang diberikan, informasi yang dibagi, dan semangat yang disumbangkan. Dewasa ini, kita semakin menyadari bahwa perkembangan hubungan antara dua orang (antarpribadi) diatur oleh seperangkat kekuatan yang kompleks yang harus dikelola secara terus menerus oleh para pihak yang terlibat dan perilaku manusia. Hubungan antarpribadi adalah hal yang hidup dan dinamis dan hubungan ini selalu berkembang (DeVito, 2011: 250).

  Komunikasi antarpribadi sebenarnya suatu proses sosial dimana orang-orang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh DeVito (dalam Liliweri, 1991: 13) komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang bersifat langsung. Orang memerlukan hubungan antarpribadi terutama untuk dua hal, yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang bersifat emosional intensif sementara ketergantungan mengacu pada hubungan yang bersifat emosional intensif, sementara ketergantungan mengacu pada instrumen antarpribadi seperti mencari kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain, yang juga dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup. Salah satu karateristik terpenting dari hubungan antarpribadi yaitu hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan untuk diakhiri berdasarkan kemauan atau kesadaran dari kita.

  Komunikasi antarpribadi sering disebut dengan dyadic communication maksudnya yaitu komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara tatap muka (face to face) ataupun bisa melelui media seperti telepon. Ciri khas dari komunikasi antarpribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balaik (two

  

ways communication ). Namun, komunikasi antarpribadi melalui tatap muka

  mempunyai suatu keuntungn diamana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial dalam keakraban (Liliweri, 1991: 67).

  Bentuk utama dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka, dimana komunikasi ini biasanya merupakan suatu rangkaian pertukaran pesan antara dua individu dalam proses komunikasi, serta diantara individu tersebut berhasil menjalin suatu kontak dimana kontak itu akan berhasil jika antara individu yang melakukan komunikasi tersebut saling mempertukarkan pesan bergantian dan berbalas-balasan. Keberadaan interaksi antar individu inilah yang menunjukan komunikasi antarpribadi manghasilkan suatu umpan balik pada tingkat keterpengaruhan tertentu. Aksi dan reaksi secara langsung terlihat karena jarak fisik partisipan yang sangat dekat sekali. Interaksi dalam komunikasi antarpribadi dapat menghasilkan berupa suatu perubahan pendapat, sikap, perilaku dan tindakan tertentu. Cassagrande (Liliweri, 1991:48) berpendapat seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain karena:

  1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan

  2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat

  3. Interaksi hari ini merupakan gambaran pengalaman masa lalu dan menjadikan orang mengantisipasi masa depan

  4. Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang baru Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan bahwa keinginan berkomunikasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum dan tidak dimiliki seseorag sebelumnya. Perkembangan zaman melalui segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sistem informasinya memberikan dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca peluang untuk maju, berinterkasi dan berkompetisi tidak terkecuali wanita. Hal ini sejalan dengan cita-cita Kartini untuk kemajuan dan emansipasi wanita, pemikirannya dianggap melahirkan banyak perubahan pada berbagai aspek kehidupan wanita di Indonesia tidak terkecuali di kota Medan. Wanita sebagai individu yang bebas juga memiliki harapan-harapan, kebutuhan- kebutuhan, minat-minat dan potensi diri. Jika dilihat secara mendasar dapat dikatakan bahwa ada perbedaan-perbedaan antara tenaga kerja laki-laki dengan tenaga kerja wanita terutama dalam sektor informal (repository.usu.ac.id).

  Pekerjaan wanita yang terlibat dalam sektor informal, biasanya berasal dari rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi menegah ke bawah. Dimana bekerja menjadi suatu strategi menghadapi tekanan ekonomi dan sekaligus mewujudkan rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan ekonomi rumah tangganya. Dewasa ini tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dari tahun ketahun makin banyak wanita yang berperan ganda. Sebagian wanita bekerja karena memang ekonomi rumah tangga menuntut agar mereka ikut berperan serta dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan sebagian lagi bekerja untuk kepentingan mereka sendiri, yaitu untuk kepuasan batin dan sarana aktualisasi diri (repository.usu.ac.id).

  Sebagian wanita dengan kelas ekonomi menengah ke atas bekerja dianggap sebagai sarana untuk menjalin komunikasi dan hubungan baik dengan dunia luar. Untuk kalangan wanita kelas menegah kebawah, sebetulnya peran ganda bukan suatu hal yang baru, sejak dulu mereka telah biasa sambil tatap mengasuh anak, sehingga punya suami ataupun tidak mereka tetap dituntut untuk bekerja guna mencukupi kebutuhan, sehingga pada situasi ini wanita akan tersudutkan pada situasi yang sulit. Bekerja disatu sisi bagi mereka adalah keharusan, maka seringkali memaksa mereka menerima pekerjaan tanpa pertimbangan yang matang apapun jenis pekerjaan itu. Hal ini biasanya diakibatkan oleh terbatasnya akses terhadap lapangan kerja dan rendahnyan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh sebab inilah kaum wanita dirasakan akan semakin sulit untuk berkompetisi terutama dengan kaum laki-laki yang pada akhirnya mengakibatkan banyak kaum wanita yang masih tertinggal, khususnya dalam sektor ekonomi. Keadaan semacam inilah yang akhirnya membuat

  “bargaining power” wanita menjadi lemah dan terpaksa mereka menerima jenis

  pekerjaan yang sebetulnya kurang disukai atau bahkan kurang sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Biasanya jenis pekerjaan yang mereka geluti adalah jenis pekerjaan yang dekat dengan aktivitas keseharian seorang wanita seperti berdagang, menjahit pakaian, membuka warung, menjadi pekerja salon, dan sebagainya (repository.usu.ac.id).

  Kenyataan sekarang ini tidak ada lagi pembatas tempat dimana wanita tidak dapat bekerja, dapat dilihat wanita saat ini banyak yang menggeluti bidang pekerjaan yang dahulu kita ketahui bahwa sebagai lahan kaum laki-laki antara lain buruh bangunan, tukang parkir, penjaga pom bensin, supir angkutan umum (busway), tukang becak khususnya penarik becak motor (betor) (repository.usu.ac.id). Seperti kisah beberapa perempuan dari Pontianak yang bekerja sebagai buruh bangunan di proyek pembangunan rumah toko (ruko) di Jalan Perdana depan Bali Agung III Pontianak. Perempuan-perempuan tangguh ini bekerja sebagai seorang buruh bangunan karena dituntut oleh keadaan mereka (repository.usu.ac.id).

  Kota Medan merupakan kawasan yang relatif maju dan berpenduduk cukup besar di Indonesia, merupakan salah satu kota yang banyak menjanjikan peluang untuk berusaha dan bekerja. Salah satunya adalah penarik becak motor. Menarik becak adalah salah satu lapangan kerja yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja. Kondisi ini dapat dilihat dengan menjamurnya angkutan becak motor di berbagai penjuru kota, sehingga akhirnya ikut membuka peluang bagi siapa saja yang ingin bekerja termasuk perempuan. Selain itu becak juga masih banyak diminati dikalangan masyarakat, becak motor dijadikan salah satu angkutan atau transportasi alternatif yang memiliki mobilitas yang cukup tinggi di jalan baik untuk perjalanan jarak dekat maupun jauh bahkan sampai daerah yang belum terjamah angkutan umum lainnya. Selain itu kapasitas becak motor yang dapat menampung penumpang lebih dari dua orang dengan tarif yang masih relatif terjangkau (repository.usu.ac.id).

  Becak motor juga menjamur di kampus kampus yang berada di kota Medan tidak terkecuali di kampus Universitas Sumatera Utara. Tidak hanya penarik becak laki-laki di kampus Universitas Sumatera Utara juga terdapat beberapa penarik becak wanita. Hal ini bukan hanya menyangkut pergeseran isu feminin, namun juga anggapan bahwa wanita sedikit banyak nantinya akan mengalami kendala dengan peralatan teknologi seperti becak motor yang kenyataannya masih jarang dipakai oleh kaum hawa sebagai alat untuk bekerja.

  Dikaitkan dengan pandangan wanita sendiri yang pada faktanya kebanyakan tidak ingin memilih jenis pekerjaan yang biasanya menjadi lahan pekerjaan bagi laki-laki, apalagi pekerjaan sebagai penarik becak motor, hal ini sedikit banyaknya juga berkaitan dengan fakta bahwa dunia kerja laki-laki identik dengan kekerasan dan persaingan, sehingga apabila kaum wanita memasukinya mungkin akan ada potensi untuk dilecehkan dan mendapat streotipe negatif mereka. Fenomena ini bukan hanya memperlihatkan pergeseran peran yang terjadi antara laki-laki dan wanita namun juga anggapan yang selama ini dikonstruksikan dalam masyarakat bahwa wanita adalah sosok yang feminim, lemah, dan harus dilindungi ternyata berangsur-angsur bergeser. Sekarang wanita juga dituntut harus mampu menghadapi zaman dan berbagai persoalan hidup yang semakin kompleks.

  Di kota Medan terutama di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara, keberadaan penarik becak motor wanita bisa dibilang belum begitu mendapat sorotan. Hal ini disebabkan oleh jumlah mereka yang masih sangat sedikit dikalangan kampus dan juga karena lokasi tempat menunggu penumpang mereka yang memenag berbeda satu dengan yang lainya sehingga sulit untuk menemui mereka di suatu tempat mangkal yang sama, mereka biasanya berbaur kedalam komunitas tukang becak laki-laki. Daerah lokasi mereka menunggu para penumpang terbagi menjadi 4 titik di kampus Universitas Sumatera Utara yaitu di pintu 4, Politeknik Medan (Polmed), sumber dan di gedung Farmasi.

  Banyak tantangan yang didapat oleh penarik becak wanita tersebut karena dianggap ‘mencuri’ lahannya kaum laki-laki. Untuk itu dituntut keberanian dan daya juang yang tinggi sebagai sorang penarik becak wanita untuk meruntuhkan anggapan miring mengenai hal itu, selain itu juga dibutuhkan keberanian untuk dapat berbaur dan berkomunkasi denga para penarik becak laki-laki. Sehingga diharapkan perbedaan gender yang melahirkan berbagai peran bagi setiap orang, tidak lagi menimbulkan berbagai permasalahan ketidak adilan seperti pelecehan seksual, sterotipe, marginalisasi ataupun eksploitasi pada wanita termasuk pada wanita penarik becak motor.

  Peneliti tertarik untuk mengetahui alasan informan bekerja sebagai penarik becak wanita selain itu peneliti juga ingin mengetahui hambatan komunikasi informan dalam melakukan pekerjaan ini serta untuk mengetahui komunikasi antarpribadi informan dengan keluarga, masyarakat, maupun dengan seseama penarik becak.

  1.2 Fokus Masalah

  Berdasarkan konteks masalah yang telah di uraikan di atas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana proses Komunikasi Antarpribadi penarik becak wanita di Kampus Universitas Sumatera Utara”.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui alasan penarik becak wanita melakukan pekerjaan sebagai penarik becak

  2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan Komunikasi Antarpribadi pada penarik becak wanita di kampus Universita Sumatera Utara

  3. Untuk mengetahui pengembangan hubungan Komunikasi Antarpribadi penarik becak wanita di kampus Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

  1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberi manfaat bagi peneliti dan mahasiswa Ilmu Komunikasi agar lebih memahami permasalahan yang mungkin dialami oleh penarik becak wanita dalam ruang lingkungan keluarga dan pekerjaannya.

  2. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi ataupun masyarakat yang ingin mengetahui dan memperluas wacana seputar kehidupan penarik becak wanita dan pengembangan hubungan dalam komunikasi antarpribadinya.

  3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa FISIP USU dalam memahami pengembaangan hubungan dalam proses Komunikasi Antarpribadi.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Pengaruh Brand Equity Sari Roti Terhadap Kepuasan Pelanggan Di Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan

0 1 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT. Adira Dinamika Multi Finance Med

0 0 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK DAN KREDIT MACET A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit Bank 1. Pengertian Perjanjian Kredit - Tanggung Jawab Hukum Bank Dalam Menyelesaikan Kredit Macet (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kaba

0 1 34

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tanggung Jawab Hukum Bank Dalam Menyelesaikan Kredit Macet (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe)

0 1 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN PERBANKAN A. Penjelasan Umum Tentang Perbankan - Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian pada Bank Mandiri ditinjau dari UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Studi pada Bank Mandiri Area Balai Kota Medan)

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian pada Bank Mandiri ditinjau dari UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Studi pada Bank Mandiri Area Balai Kota Medan)

0 0 10

Analisis Keanekaragaman Genetik Markisa (Passiflora spp.) Di Sumatera Utara Berdasarkan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Markisa - Analisis Keanekaragaman Genetik Markisa (Passiflora spp.) Di Sumatera Utara Berdasarkan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

0 0 7

Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)

0 1 28

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Paradigma Penelitian - Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)

0 0 24