Pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabilitas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Bank
Pengertian bank menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
banyak. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dana
yang dihimpun dari masyarakat tersebut dapat berupa simpanan giro,
simpanan tabungan, maupun dalam bentuk simpanan deposito. Adapun
penyaluran dana yang dilakukan lembaga keuangan bersumber dari modal
sendiri atau dari dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga kepada
lembaga keuangan ataupun melalui jalan memperedarkan alat-alat
pembayaran yang baru berupa uang giral. Bank memberikan kredit dengan
cara menciptakan “means of payment out of nothing” (R.G. Hawtrey, dalam
Simorangkir, 2004:10), yang berarti walaupun bank memberikan kredit
namun saldo nasabah bank tidak berkurang.
12
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2008:1), bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalulintas pembayaran.
Menurut Triandaru (2008:9), secara spesifik, fungsi bank adalah:
1.
2.
3.
Agent of Trust
Dasar utama bank dalam melakukan kegiatannya
adalah dengan kepercayaan (trust). Unsur kepercayaan sangat
penting bagi perbankan agar masyarakat mau menanamkan
dananya di bank, tanpa harus mengkhawatirkan
penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh pihak bank.
Demikian halnya ketika bank menyalurkan dana yang
dimilikinya dalam rupa kredit. Bank harus percaya bahwa
debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya dan yakin
bahwa debitur mampu mengelola dan berkemampuan
mengembalikan kredit yang telah diterima.
Agent of Development
Hubungan antara sektor riil dan sektor moneter
yang berkaitan erat, menjadikan peran bank sangat
berpengaruh pada kelancaran kegiatan investasi, produksi,
distribusi, dan konsumsi. Kelancaran kegiatan-kegiatan
tersebut akan menunjang pembangunan perekonomian
masyarakat.
Agent of Services
Kegiatan lain yang dilakukan perbankan selain
menghimpun dan menyalurkan dana adalah memberikan
penawaran jasa-jasa perbankan lainnya, seperti transfer,
kliring, Inkaso, Safe Deposit Box, Bank Garansi, dan jasajasa lainnya.
13
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Jenis Bank
Jenis-jenis perbankan di Indonesia dapat ditinjau dari berbagai segi
antara lain (Kasmir, 2009:34):
1. Segi fungsinya
Berdasarkan Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998, maka
jenis perbankan terdiri dari:
a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang
sifat jasa yang diberikan adalah umum.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan
prinsip syariah dengan cakupan lingkup penawaran jasa-jasa
yang lebih sempit dibandingkan dengan bank umum.
2. Segi Kepemilikannya
a. Bank Milik Pemerintah, yaitu bank yang akta pendirian, modal
maupun seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah.
b. Bank Milik Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh atau
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta Nasional.
c. Bank Milik Koperasi, yaitu bank yang sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank Milik Asing, yaitu bank yang dimiliki oleh pihak asing di
Indonesia, yang merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri.
e. Bank Milik Campuran, yaitu bank yang pihak pemilik sahamnya
adalah dalam negeri dan luar negeri.
3. Segi Status
Berdasarkan kemampuan bank dalam melayani masyarakat
baik dari segi produk, modal, dan kualitas pelayanannya, bank terdiri
dari:
a. Bank Devisa, yaitu bank yang dapat melakukan transaksi lintas
negara yang berkaitan dengan valas.
b. Bank Nondevisa, yaitu bank yang hanya dapat melakukan
transaksi dalam negeri.
4. Segi Cara Menentukan Harga
a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional (Barat), yaitu
bank yang dalam kegiatannya mencari keuntungan dan
menentukan harga dengan menetapkan bunga sebagai harga
untuk produk simpanan, serta menerapkan biaya atau persentase
tertentu untuk jasa-jasa bank lainnya.
b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah (Islam), yaitu bank yang
dalam melakukan kegiatan perbankan menerapkan aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak
lain.
14
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Permodalan Bank
Permodalan perbankan merupakan faktor penting dalam upaya
menjalankan dan mengembangkan usaha bank. Aspek permodalan bank
menjadi sorotan utama untuk menilai kesehatan perbankan. Secara umum,
modal diartikan sebagai sejumlah dana yang ditanamkan dalam suatu badan
usaha oleh para pemiliknya dengan mengharapkan hasil dari operasi yang
akan dilakukannya. Modal bank terdiri dari dua macam (Dendawijaya,
2005:39), yaitu :
1. Modal inti
a. Modal disetor
Merupakan modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
b. Agio saham
Merupakan selisih setoran yang diterima oleh bank sebagai
akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c. Cadangan umum
Merupakan cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang
ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat
persetujuan RUPS atau rapat anggota sesuai anggaran dasar
masing-masing.
d. Cadangan tujuan
Merupakan bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS atau
rapat anggota.
e. Laba ditahan
Merupakan saldo laba bersih setelah pajak yang diumumkan
dalam rapat pemegang saham dan diputuskan untuk tidak
dibagikan.
f. Laba tahun lalu
Merupakan seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah
diperhitungkan
pajak,
dan
belum
diperhitungkan
penggunaannya oleh rapat anggota.
g. Laba tahun berjalan
Merupakan laba yang telah diperoleh pada tahun buku berjalan
setelah dikurangi taksiran hutang pajak.
15
Universitas Sumatera Utara
h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan
keuangannya dikonsolidasikan.
Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak
perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada
anak perusahaan tersebut.
2. Modal Pelengkap
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap
Merupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian
kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari
Direktorat Jenderal Pajak.
b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif
Merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebani
laba rugi tahun berjalan untuk menampung kerugian yang
mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali
sebagian atau seluruh aktiva produktif.
c. Modal pinjaman
Merupakan modal yang didukung oleh instrument atau warkat
yang memiliki sifat seperti modal.
d. Pinjaman subordinasi
Merupakan pinjaman yang harus memenuhi syarat, seperti ada
perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat
persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun dan
pelunasan sebelum jatuh tempo harus persetujuan Bank
Indonesia.
Adapun fungsi modal bank (Abdullah 2005:59), yaitu :
1.
2.
3.
Melindungi para kreditur
Para kreditur, yaitu mereka yang menyimpan dananya di bank,
mengharapkan adanya kepastian kemampuan bank dalam membayar
kembali simpanan kreditur sewaktu-waktu. Modal bank merupakan
penyangga pengembalian dana kreditur manakala bank kesulitan
menarik kembali investasi jangka pendek atau kesulitan likuiditas.
Menjamin kelangsungan operasional
Bank menggunakan modal sendiri yang dimilikinya untuk memulai
kegiatan operasi termasuk juga untuk membangun atau membeli
kantor dan peralatan.
Memenuhi standar modal minimal
Berdasarkan rasio kecukupan modal (CAR) apabila bank akan
menambah penyaluran kredit kepda masyarakat, maka dengan
sendirinya bank harus menambah modal yang dimiliki. Apabila bank
tidak menambah jumlah kredit maka akan memperkecil CAR yang
dicapai bank.
16
Universitas Sumatera Utara
Permodalan perbankan sangat erat kaitannya dengan kepercayaan
pihak eksternal terhadap bank itu sendiri. Unsur kepercayaan ini merupakan
unsur vital yang dapat menunjang keberhasilan pengelolaan suatu
perbankan. Penyediaan modal yang cukup akan memungkinkan bank untuk
dapat melanjutkan usahanya dengan lancar dan akan memberikan
perlindungan bagi setiap nasabahnya. Besar-kecilnya permodalan bank akan
berpengaruh pada tingkat kepercayaan pihak eksternal. Menurut Abdullah
(2005:67), faktor-faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya kecukupan
modal suatu bank, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Tingkat kualitas manajemen bank
Dengan memiliki manajemen yang berkualitas tinggi maka bank
akan memiliki kinerja yang baik pula dalam segala aspek khususnya
permodalannya.
Tingkat likuiditas yang dimilikinya
Penyediaan likuiditas yang dimiliki bank dapat diambil dari
perrmodalan bank untuk menutup kewajiban-kewajibannya sehingga
akan memengaruhi besar kecilnya modal.
Tingkat kualitas dari aset
Bank yang mempunyai earning aset yang memadai maka kebutuhan
modalnya akan dapat ditutupi dari laba usaha bank tersebut.
Struktur deposito
Kerugian akibat biaya deposito yang terlalu tinggi akan diserap oleh
modal yang mengikibatkan mengecilnya modal bank.
Tingkat kualitas dari sistem dan prosedurnya
Efisiensi dari sistem dan prosedur yang dimiliki bank akan
memungkinkan bank memperoleh laba yang akan memperkuat
modal.
Tingkat kualitas dan karakter para pemilik saham
Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang,
Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba yang
diperolehnya.
17
Universitas Sumatera Utara
Dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 10/15/PBI/2008 tentang
kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank dijelaskan mengenai pokokpokok pengaturan antara lain meliputi:
I.
Kewajiban penyediaan modal minimum
1. Bank wajib menyediakan modal minimum 8% dari Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
2. Untuk mengatisipasi potensi kerugian sesuai profil risiko bank,
Bank
Indonesia
mewajibkan
bank
menyediakan
modal
minimum lebih besar dari 8%.
3. Modal bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri dari
modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2) dan modal
pelengkap tambahan (tier 3).
II.
Modal inti (tier 1)
1. Bank wajib menyediakan modal inti paling kurang 5% dari
ATMR baik bank secara individu maupun konsolidasi.
2. Modal inti terdiri dari modal disetor, cadangan tambahan modal
(disclosed reserve) dan modal inovatif (innovative capital
instrument).
3. Modal inovatif merupakan instrumen utang yang memiliki
karakteristik modal, contohnya perpetual non cummulative
subordinated debt dan instrumen hybrid lainnya yang bersifat
perpetual dan non cumulative. Modal inovatif harus ≤ 10% dari
modal inti.
18
Universitas Sumatera Utara
4. Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa
goodwill, aset tidak berwujud lainnya dan faktor pengurang
modal inti lainnya.
III.
Modal pelengkap (tier 2)
1. Modal pelengkap ≤ 100% dari modal inti, dan lower modal
pelengkap ≤ 50% dari modal inti.
2. Modal pelengkap terdiri dari modal pelengkap level atas (upper
tier 2) dan modal pelengkap level bawah (lower tier 2).
3. Upper tier 2 mencakup instrumen modal dalam bentuk saham
atau instrumen modal lainnya yang memenuhi persyaratan
tertentu, bagian dari modal inovatif yang tidak dapat
diperhitungkan dalam modal inti, revaluasi aset tetap, cadangan
umum aset produktif, dan pendapatan komprehensif lainnya.
4. Lower tier 2 mencakup saham preferen yang dapat ditarik
kembali setelah jangka waktu tertentu (redeemable preference
shares) dan/atau pinjaman atau obligasi subordinasi yang
memenuhi persyaratan tertentu.
IV.
Modal pelengkap tambahan (tier 3)
1. Modal pelengkap tambahan dapat digunakan jika memenuhi
kriteria berikut ini:
a) hanya digunakan untuk memperhitungkan Risiko Pasar;
19
Universitas Sumatera Utara
b) tidak melebihi 250% (dua ratus lima puluh persen) dari
bagian modal inti yang dialokasikan untuk memperhitungkan
Risiko Pasar;
c) jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan
paling tinggi sebesar 100% (seratus persen) dari modal inti.
2. Modal pelengkap tambahan (tier 3) meliputi:
a) Pinjaman subordinasi atau obligasi subordinasi jangka
pendek;
b) Modal pelengkap yang tidak dialokasikan untuk menutup
beban modal untuk Risiko Kredit dan/atau beban modal
untuk Risiko Operasional
c) bagian dari modal pelengkap level bawah (lower tier 2) yang
melebihi batasan modal pelengkap level bawah (lower tier 2).
V.
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
ATMR diperhitungkan sebagai berikut :
1. Bagi semua bank mencakup ATMR untuk Risiko Kredit dan
ATMR untuk Risiko Operasional
2. Bagi bank yang memenuhi kriteria tertentu ditambah ATMR
untuk Risiko Pasar.
20
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Analisis Kinerja Keuangan Bank
Penilaian kinerja keuangan bank menjadi sangat penting karena
penilaian tersebut akan dijadikan ukuran keberhasilan suatu perusahaan
selama periode tertentu, serta memungkinkan untuk dijadikan pedoman
dalam
melakukan
perbaikan
dimasa
yang
akan
datang.
Dalam
pelaksanaannya, analisis kinerja keuangan bank dinyatakan dalam
persentase. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan suatu pos dengan
pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama
guna mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu baik dalam neraca
maupun laporan laba-rugi (Abdullah, 2005:124). Analisis kinerja keuangan
bank dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasiorasio keuangan ini harus dibandingkan dengan tolok ukur yang memadai,
seperti rasio keuangan rata-rata industri, rasio perusahaan lain yang sejenis,
atau rasio keuangan periode yang lalu.
Menurut Abdullah (2005: 120) berkaitan dengan analisis kinerja
keuangan bank mengandung beberapa tujuan, yaitu:
a. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan
Analisis ini merupakan teknik analisis dengan membandingkan
laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menggunakan
perubahan baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase
(relatif).
b. Analisa Trend (Tendensi Posisi)
Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan
keuangan apakah menunjukkan penaikan atau penurunan. Hal yang
membedakan antara kedua teknik ini adalah tahun dan periode
pembanding. Apabila analisa perbandingan menggunakan tahun
sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding.
c. Analisa Persentase per Komponen (common size)
Teknik analisa ini bermanfaat untuk mengetahui persentase investasi
pada masing-masing aktiva terhadap total aktiva seluruhnya. Juga
21
Universitas Sumatera Utara
untuk mengetahui berapa besar proporsi setiap pos aktiva maupun
utang terhadap keseluruhan/total aktiva maupun utang.
d. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal KerjaTeknik analisa ini
digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan
modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain
untuk mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk
mengetahui sebab-sebab terjadi perubahan modal kerja dalam suatu
periode tertentu.
e. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas
Analisa ini merupakan teknik untuk mengetahui kondisi kas disertai
sebab-sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu
tertentu.
f. Analisa Rasio Keuangan
Analisa ini merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui
hubungan di antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan
laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
g. Analisa Perubahan Laba Kotor
Teknik analisa ini bertujuan untuk mengetahui posisi laba dan sebabsebab terjadinya perubahan laba. Analisa ini juga dimaksudkan
untuk mengetahui posisi laba yang di budgetkan dengan laba yang
benar-benar dapat dihasilkan.
h. Analisa Break Even
Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan
yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi
pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh
keuntungan.
2.1.5
Rasio-rasio Keuangan Perbankan
Setiap rasio keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin
dicapai masing-masing. Hal ini berarti tidak dijumpai batasan yang jelas dan
tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis
(Abdullah, 2005:124). Rasio-rasio keuangan yang biasa digunakan dalam
menganalisis kinerja keuangan bank, yaitu:
22
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.1 Rasio Permodalan
Rasio
permodalan
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan modal suatu bank dalam mendukung kegiatan usaha
bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kewajiban
pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki bank.
Kecukupan modal perbankan menjadi sangat penting
karena
modal
digunakan
untuk
pengembangan
usaha
dan
menampung risiko kerugian yang mungkin terjadi. Menurut Lukman
Dendawijaya (2000 : 122) Capital Adequacy Ratio adalah “rasio
yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti
dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain-lain”. CAR merupakan
indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan
aktivanya sebagai akibat dari kerugian yang disebabkan oleh aktiva
yang berisiko. CAR menyatakan jumlah modal minimum yang harus
disediakan bank agar berada diposisi aman atau terlindungi dari
ancaman insolvensi. CAR dapat dijadikan dasar untuk menilai
prospek kelanjutan usaha bank dan menilai kemampuan bank untuk
men-cover aktiva yang mengandung resiko.
23
Universitas Sumatera Utara
Sesuai
dengan
Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai CAR
menunjukkan semakin sehat bank tersebut. Semakin tinggi CAR,
semakin baik kemampuan bank menanggung risiko dari setiap aktiva
produktif yang beresiko.
Sebelum masa krisis, perbankan di Indonesia diwajibkan
memenuhi CAR 8% dan secara bertahap menjadi 12%, tetapi pada
saat krisis untuk sementara diubah menjadi 4% (Riyadi 2003:9).
Sejak Oktober tahun 1998 besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3
kelompok :
1. Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memiliki CAR lebih dari
8%.
2. Bank take over (BTO) atau dalam penyehatan oleh BPPN
(Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dengan klasifikasi B,
jika bank tersebut memiliki CAR antara –25% sampai dengan <
dari 8%,
3. Bank Beku Operasi (BBO) dengan klasifikasi C, jika memiliki
CAR kurang dari –25%. Bank dengan klasifikasi C inilah yang
di likuidasi.
Melalui SK BI No. 30/11/KEP/DIR/Tgl. 30 April 1997,
Bank Indonesia menyatakan nilai CAR tidak boleh kurang dari 8%.
Apabila CAR tidak mencapai 8%, dikhawatirkan bank akan
24
Universitas Sumatera Utara
mengalami risiko modal.Ketentuan CAR ini didasarkan pada BIS
(Bank for International Settlement).
Tabel 2.1
Tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR)
Tingkat
Peringkat
8 % Ke atas
Sehat
6,4 – 8 %
Kurang Sehat
Di bawah 6,4 %
Tidak Sehat
Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal bank
terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut PBI
No. 10/15/PBI/2008 Pasal 2 Bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR). Besarnya CAR bank dapat dihitung melalui rumus berikut
ini:
CAR =
Modal
X
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah nilai
total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masingmasing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca
maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin
dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen
yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga (Abdullah, 2005 : 60).
Aktiva yang tidak berisiko diberi bobot 0%, sedangkan aktiva yang
25
Universitas Sumatera Utara
paling berisiko diberi bobot 100%. ATMR menunjukkan nilai aktiva
berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang
cukup.
2.1.5.2 Rasio Likuiditas
Menurut Wood (dalam Siamat, 2005:336), Likuiditas
adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana
oleh deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi
permintaan kredit tanpa ada penundaan. Rasio likuiditas ini
menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajibankewajiban yang harus segera dibayar. Jika keadaan suatu bank
berada di posisi yang tidak likuid dapat menyebabkan krisis
kepercayaan pihak eksternal terhadap bank bersangkutan. Hal ini
bisa menyebabkan deposan melakukan penarikan dana secara besarbesaran dan bersamaan serta dapat menurunkan kinerja perbankan.
Keadaan yang seperti ini, dapat membuat bank mengalami kesulitan
likuiditas dan berakhir dengan kebangkrutan. Suatu bank dianggap
likuid apabila:
a. Memiliki likuiditas yang sama jumlahnya dengan kebutuhan
likuiditsnya.
b. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi memiliki suratsurat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas.
26
Universitas Sumatera Utara
c. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan
utang.
Ukuran rasio likuiditas untuk perusahan perbankan berbeda
dengan rasio likuditas untuk perusahaan nonbank. Hal ini
dikarenakan perbedaan sifat usaha dan komponen neraca perusahaan
(Simorangkir, 2004:147). Rasio yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Loan to Asset Ratio (LAR).
1. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang lazim
digunakan untuk mengukur likuiditas perbankan. LDR adalah
rasio antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang
diterima oleh bank (Dendawijaya, 2009:116). Rasio ini
menggambarkan kemampuan bank untuk membayar kembali
penarikan
dana
mengandalkan
yang
kredit
dilakukan
yang
oleh
deposan
dengan
diberikan
sebagai
sumber
likuiditasnya. Sejalan dengan kegiatan utama bank, yaitu
penyaluran dana berupa kredit, rasio LDR menggunakan
pendapatan dari kredit ini sebagai sumber likuiditasnya.
Penyaluran kredit yang tinggi menyebabkan meningkatnya
konsekuensi resiko kredit macet yang harus ditanggung oleh
bank yang bersangkutan. Manajemen bank yang konservatif
biasanya cenderung memiliki LDR yang relatif rendah,
sebaliknya manajemen bank yang agresif memiliki LDR yang
27
Universitas Sumatera Utara
tinggi atau melebihi batas toleransi (Simorangkir, 2004:147).
Semakin tinggi rasio LDR berarti semakin besar kredit yang
disalurkan, dan semakin rendah kemampuan likuiditas bank.
Secara sistematis Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
LDR =
Kredit
×
Dana Pihak Ketiga
%
Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga (tidak termasuk antar bank). Dana pihak ketiga
mencangkup giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antar
bank).
Beberapa ahli menyepakati bahwa batas aman LDR adalah
sekitar 80%, namun batas toleransi LDR berkisar antara 85%100%. Menurut peraturan pemerintah LDR maksimum adalah
110%.
Sesuai
dengan
Surat
Edaran
Bank
Indonesia
No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei 2004, Bank Indonesia
menetapkan kriteria peringkat komponen likuiditas :
Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 50%
- 75% atau 50% < Rasio ≤ 75% artinya likuiditas bank tersebut
sangat likuid.
1. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 75% 85% atau 75% < Rasio ≤ 85% artinya likuiditas bank tersebut
likuid.
28
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 85% 100% atau 85% < Rasio ≤ 100% atau rasio ≤ 50% artinya
likuiditas bank tersebut cukup likuid.
3. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 100% 120% atau 100% < Rasio ≤ 120% artinya likuiditas bank
tersebut kurang likuid.
4. Untuk Loan to Deposit Ratio yang lebih besar dari 120%
atau Rasio ≥ 120% artinya likuiditas bank tersebut tidak
likuid.
2. Loan to Asset Ratio (LAR)
Loan to Asset Ratio (LAR) merupakan rasio yang
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit
dengan
menggunakan
total
aset
yang
dimiliki
bank
(Dendawijaya, 2005:117). Bank dikatakan likuid jika mampu
memenuhi permintaan debiturnya. Dalam menjaga likuiditasnya,
bank harus memiliki cash asset dan aset lainnya yang dapat
dicairkan sewaktu-waktu serta mampu menciptakan cash asset
baru melalui penggunaan earning asset baik lewat investasi
maupun penyaluran pembiayaan. Semakin banyak aset yang
dimiliki oleh bank maka semakin baik kemampuan bank dalam
memenuhi permohonan kredit. Namun jika penyaluran dana
berupa kredit sangat tinggi maka akan menyebabkan LAR akan
29
Universitas Sumatera Utara
tinggi yang berarti semakin banyak jumlah aset yang digunakan
untuk membiayai kredit. Kondisi seperti ini bisa menjadi sangat
rumit karena, disatu sisi bank mengharapkan akan memperoleh
profitabilitas yang tinggi dari hasil kredit, namun disisi lain
beresiko tinggi terhadap kredit macet dan tingkat likuiditas yang
rendah. Loan to Asset Ratio diformulasikan sebagai berikut:
LAR =
Kredit
X
Total Aset
%
2.1.5.3 Rasio Profitabilitas
Profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu
bank dalam memghasilkan laba (Simorangkir, 2004:152). Laba yang
dihasilkan bank merupakan laba dari kegiatan operasional bank
maupun kegiatan nonoperasional. Rasio profitabilitas memberikan
gambaran sejauh mana kemampuan bank dalam menghasilkan profit
dan tingkat efisiensi usaha yang telah dicapai dalam periode tertentu.
Tingkat profitabilitas sangat penting untuk dijaga agar tetap
berada pada posisi yanng menguntungkan karena laba yang tinggi
merupakan tujuan bagi setiap bank. rasio profitabilitas yang
meningkat menunjukkan semakin membaiknya tingkat efisiensi
usaha bank. Menurut Simorangkir (2004:152) laba merupakan tujuan
dengan alasan sebagai berikut:
30
Universitas Sumatera Utara
a. Dengan laba yang cukup dapat dibagi keuntungan kepada
pemegang saham dan atas persetujuan pemegang saham
sebagian sebagian dari laba disisihkan sebagi cadangan.
Bertambahnya cadangan akan menaikkan kredibilitas (tingkat
kepercayaan) bank tersebut dimata masyarakat.
b. Laba merupakan penilaian keterampilan pimpinan.
c. Meningkatkan daya tarik bagi pemilik modal (investor) untuk
menanamkan modalnya dengan membeli saham yang
dikeluarkan/ditetapkan bank. pada gilirannya bank akan
mempunyai kekuatan modal untuk memperluas penawaran
produk dan jasanya kepada masyarakat.
1. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan laba
bersih dengan total asset yang dimiliki bank. Menurut Dendawijaya
(2005:120) “Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan, semakin besar ROA semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank dari segi penggunaan aktiva”. ROA memberikan
gambaran tentang kemampuan bank dalam memanfaatkan aset
yang dimilikinya untuk menghasilkan laba bagi bank yang
bersangkutan. Semakin besar ROA suatu bank berarti semakin
besar keuntungan yang diperoleh bank dan semakin baik
pengelolaan aset perbankan.
Salah satu kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia dalam
Arsitektur Perbankan ndonesia (API) untuk menentukan apakah
suatu bank dapat menjadi Bank Jangkar (anchor bank) yaitu
memiliki kemampuan untuk berkembang dengan profitabilitas yang
31
Universitas Sumatera Utara
baik yang tercermin dari rasio ROA (Return On Aseet) minimal
1,5%. Bank Jangkar (anchor bank) merupakan bank yang
menampung bank-bank kecil dan juga memiliki potensi sebagai
market leader di pasar domestic maupun regional. ROA dapat
dirumuskan sebagai berikut:
ROA =
Laba Sebelum Pajak
X
Rata − rata Total Aset
%
2. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada
untuk mendapatkan net income (Kasmir, 2004:280). ROE
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank yang
bersangkutan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan
modal yang ditanamkan investor pada bank. Rasio ini menjadi
sangat penting dan menarik perhatian para pemegang saham dan
investor, karena para pemilik modal yang telah dan akan
menginvestasikan dananya pasti akan lebih menekankan pada
profitabilitas bagi modalnya. Melalui rasio ini pemegang saham
dan calon investor dapat mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan laba yang dikaitkan dengan dividen. Mereka akan
mengukur keberhasilan bank dari jumlah dana yang mereka
tanamkan dan jumlah laba yang dapat mereka nikmati. ROE yang
32
Universitas Sumatera Utara
meningkat mengindikasikan perolehan laba yang meningkat pula,
dan sejalan dengan itu, juga terjadi peningkatan harga saham
(Dendawijaya,
2005:119).
Peningkatan
dalam
rasio
ini
menunjukkan peningkatan kinerja manajemen perbankan dan
semakin tinggi tingkat pengembalian investasi pemilik modal.
Dengan demikian, semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin
banyak investor yang tertarik untuk menanamkan dananya pada
perusahaan.
Sesuai dengan Surat
Edaran
Bank
Indonesia
No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei 2004, batas bawah rasio ROE
berkisar antara 5% sampai 12,5% dan semakin tinggi rasio ini
maka bank tersebut semakin baik. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut:
ROE =
2.2
Laba Setelah Pajak
X
Rata − rata Modal Inti
%
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Edginarda (2012) dengan judul “Analisis Pengaruh
Rasio rentabilitas dan Likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada
Bank Pemerintah di Indonesia Periode 2003-2010”. Penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel ROA dan BOPO secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
CAR, sementara LDR secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Secara simultan, ROA, BOPO, dan LDR terbukti berpengaruhi signifikan
terhadap CAR.
33
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2011) dengan judul
“Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
pada Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
secara parsial, IML dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR,
LDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR, GWM berpengaruhi
negatif dan signifikan terhadap CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2010) dengan judul “Pengaruh
Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Sektor
Perbankan Terbuka di Indonesia”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara
parsial, LDR dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR
sedangkan ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR. Secara
simultan, LDR, ROA dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) dengan judul “Pengaruh
LDR ( Loan to deposit Ratio), NPL ( Non Performing Loan), ROA (Return On
Asset) dan BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap
Kecukupan Modal Perbankan pada Bank yang Terdaftar di BEI”. Hasil penelitian
ini menyatakan bahwa secara parsial, LDR NPL dan BOPO berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap CAR sedangkan ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap CAR. Secara simultan, LDR, NPL, ROA dan BOPO
berpengaruh terhadap CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008) dengan judul “Pengaruh
Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kecukupan Modal pada Bank Umum
Nasional”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial. ROE, IML dan
34
Universitas Sumatera Utara
NPM berpengaruh signifikan terhadap CAR sedangkan LDR dan QR berpengaruh
tidak signifikan terhadap CAR. Secara simultan, ROE, IML, NPM dan QR
berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Krisna (2008) dengan judul “Faktor-faktor
yang mempengaruhi Capital Adequacy Ratio (Studi pada Bank-bank Umum di
Indonesia periode Tahun 2003-3006)”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
ROI, LDR, dan NPL secara parsial signifikan terhadap CAR. ROE, BOPO, dan
NIM tidak signifikan mempengaruhi CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Pane (2007) dengan judul “Hubungan
Profitabilitas dan Likuiditas dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Secara parsial, IML, ROE dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap CAR sedangkan QR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
CAR.
Penelitian yang dilakukan Shitawati (2006) dengan judul “Analisis Faktorfaktor yang Berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (Studi Empiris : Bank
Umum di Indonesia periode 2001-2004)”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
ROA, ROE, NIM, LDR, BOPO, dan GWM secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap CAR. Sementara secara bersama-sama ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR,
dan GWM terbukti berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Berikut ini merupakan tabel yang merujuk pada penelitian terdahulu yang
membahas mengenai kecukupan modal.
35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama
Variabel
Judul
Peneliti
Analisis
Pengaruh
Rasio rentabilitas dan
Cynthia
Edginarda
(2012)
Likuiditas
terhadap
Capital Adequacy Ratio
(CAR)
pada
Bank
Pemerintah
di
Indonesia
Periode
2003-2010
Pengaruh Profitabilitas
Patar Sardo
Situmorang
(2011)
dan Likuiditas terhadap
Capital Adequacy Ratio
(CAR)
pada
Rakyat
Hasil Penelitian
Penelitian
Bank
Indonesia
(Persero), Tbk
Variabel
independen:
ROA, BOPO,
LDR
Variabel
dependen:
CAR
Variabel
independen:
Secara parsial ROA dan BOPO
berpengaruh
signifikan
terhadap CAR, sementara LDR
tidak berpengaruh signifikan
terhadap
CAR.
Secara
simultan, ROA, BOPO, dan
LDR
terbukti
berpengaruhi
signifikan terhadap CAR.
Secara parsial, IML dan ROE
berpengaruh
positif
dan
IML, ROE,
signifikan terhadap CAR, LDR
LDR, GWM
berpengaruh negatif dan tidak
Variabel
dependen:
CAR
signifikan
GWM
terhadap
CAR,
berpengaruhi
negatif
dan signifikan terhadap CAR.
Secara parsial, LDR dan ROA
Pengaruh
Lusi
Wulandari
(2010)
dan
terhadap
Likuiditas
Profitabilitas
Capital
Adequacy Ratio (CAR)
pada Sektor Perbankan
Terbuka di Indonesia
Variabel
berpengaruh
positif
terhadap
dan
independen:
signifikan
CAR
LDR, ROA,
sedangkan ROE berpengaruh
ROE
negatif dan signifikan terhadap
Variabel
CAR. Secara simultan, LDR,
dependen:
ROA dan ROE berpengaruh
CAR
positif dan signifikan terhadap
CAR.
36
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh LDR ( Loan
to deposit Ratio), NPL
(
Non
Loan),
Performing
ROA (Return
Variabel
Independen:
Netty I.
On Asset) dan BOPO
Siregar
(Beban
Operasional
ROA, BOPO
(2010)
terhadap
Pendapatan
Variabel
Operasional
terhadap
Kecukupan
Modal
LDR, NPL,
dependen:
CAR
Perbankan pada Bank
Secara parsial, LDR, NPL,
BOPO berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap CAR
sedangkan ROA berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
CAR. Secara simultan, LDR,
NPL,
ROA
dan
BOPO
berpengaruh terhadap CAR.
yang Terdaftar di BEI
Secara parsial, ROE, IML dan
Variabel
NPM berpengaruh signifikan
independen:
terhadap CAR sedangkan LDR
Fatma
Pengaruh Profitabilitas
ROE, IML,
dan QR berpengaruh tidak
Zuleira
dan Likuiditas terhadap
NPM, LDR,
signifikan
Sinaga
Kecukupan Modal pada
QR
(2008)
Bank Umum Nasional
Variabel
dependen:
CAR
terhadap
CAR.
Secara simultan, ROE, IML,
NPM,
LDR
dan
berpengaruh
QR
signifikan
terhadap CAR.
Variabel
Faktor-faktor
Yansen
Krisna
(2008)
independen:
Secara parsial ROI, LDR, dan
mempengaruhi Capital
ROI, ROE,
NPL berpengaruh signifikan
Adequacy Ratio (Studi
BOPO, NIM,
pada Bank-bank Umum
LDR, NPL
di Indonesia Periode
Variabel
Tahun 2003-3006)
yang
dependen:
terhadap
CAR.
Sedangkan
ROE, BOPO, dan NIM tidak
signifikan
mempengaruhi
CAR.
CAR
37
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Profitabilitas
Tangi Ceria dan Likuiditas dengan
Isabella
Capital Adequacy Ratio
Pane
(CAR) pada PT. Bank
(2007)
Rakyat
Indonesia
(Persero), Tbk
Variabel
independen:
IML, ROE,
LDR, QR
Variabel
dependen:
CAR
Secara parsial, IML, ROE dan
LDR berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap CAR
sedangkan
QR
berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap CAR.
Variabel
F. Artin
Analisis
Faktor-faktor
independen:
yang
Berpengaruh
ROA, ROE,
terhadap
Capital
BOPO,
Shitawati
Adequacy Ratio (Studi
GWM, NIM,
(2006)
Empiris : Bank Umum
LDR
di Indonesia Periode
Variabel
2001-2004)
Secara parsial dan simultan
ROA,
ROE,
NIM,
LDR,
BOPO, dan GWM berpengaruh
terhadap CAR
dependen:
CAR
2.3
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara
teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas. LDR disebut sebagai rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi penarikan yang
dilakukan deposan melalui kredit yang disalurkan. Semakin tinggi rasio ini maka
38
Universitas Sumatera Utara
semakin rentan likuiditas bank. Namun disisi lain, LDR yang tinggi berarti dana
yang dimiliki bank dimanfaatkan secara maksimal, sehingga akan memungkinkan
penerimaan bank melalui bunga kredit semakin tinggi. Profitabilitas bank akan
naik, maka CAR akan ikut meningkat.
Loan to Asset Ratio (LAR) merupakan bagian dari rasio likuidatas juga.
LDR menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
menggunakan total aset yang dimiliki bank. Sama halnya dengan LDR, semakin
tinggi rasio LAR maka tingkat likuiditasnya semakin rendah. Hal ini dikarenakan
jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Disatu sisi
kredit yang tinggi akan memberi peluang laba yang tinggi pula, namun disisi lain
aset bank akan mengandung resiko yang tinggi. Aset yang berisiko kemungkinan
akan berdampak pada CAR yang menurun dan kebangkrutan.
Return On Asset (ROA) merupakan salah satu ukuran profitabilitas, yang
menunjukkan kemampuan dari seluruh aset yang dimiliki untuk menghasilkan
laba. Laba yang tinggi akan menarik perhatian investor untuk menanamkan
modalnya pada bank bersangkutan. Hal ini berarti semakin tinggi ROA, semakin
efisien bank dalam mengelola asetnya, dan pada akhirnya akan dapat
meningkatkan CAR.
Return On Equity (ROE) merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas,
yang juga digunakan untuk mengukur profitabilitas. Ketika perusahaan mampu
menghasilkan laba dan pengembalian yang memadai bagi pemegang saham, maka
akan semakin banyak investor yang tertarik melakukan investasi pada bank.
Maka, ROE yang tinggi dapat menghasilkan CAR yang tinggi.
39
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan hasil penelitian
terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut ini :
H1 Loan to Deposit Ratio
(LDR)
Loan to Asset Ratio
(LAR)
H1
H2
Return On Asset
(ROA)
H3
Return On Equity
(ROE)
H4
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
H5
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dari kerangka konseptual diatas, dapat diketahui bahwa yang merupakan
variabel Independen adalah LDR (Loan to Deposit Ratio), LAR (Loan to Asset
Ratio), ROA (Return On Asset), dan ROE (Return On Equity). Sedangkan yang
menjadi variabel dependen adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial dan secara simultan.
40
Universitas Sumatera Utara
2.4
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas
suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
Berdasarkan perumusan masalah dan tinjauan pustaka maka hipotesis penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H1 : Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap kecukupan modal
(CAR)
H2 : Loan to Asset Ratio (LAR) berpengaruh terhadap kecukupan modal
(CAR)
H3 : Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap kecukupan modal
(CAR)
H4 : Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap kecukupan modal
(CAR)
H5 : Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Return On
Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE) secara simultan
berpengaruh terhadap kecukupan modal (CAR).
41
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Bank
Pengertian bank menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
banyak. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dana
yang dihimpun dari masyarakat tersebut dapat berupa simpanan giro,
simpanan tabungan, maupun dalam bentuk simpanan deposito. Adapun
penyaluran dana yang dilakukan lembaga keuangan bersumber dari modal
sendiri atau dari dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga kepada
lembaga keuangan ataupun melalui jalan memperedarkan alat-alat
pembayaran yang baru berupa uang giral. Bank memberikan kredit dengan
cara menciptakan “means of payment out of nothing” (R.G. Hawtrey, dalam
Simorangkir, 2004:10), yang berarti walaupun bank memberikan kredit
namun saldo nasabah bank tidak berkurang.
12
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2008:1), bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalulintas pembayaran.
Menurut Triandaru (2008:9), secara spesifik, fungsi bank adalah:
1.
2.
3.
Agent of Trust
Dasar utama bank dalam melakukan kegiatannya
adalah dengan kepercayaan (trust). Unsur kepercayaan sangat
penting bagi perbankan agar masyarakat mau menanamkan
dananya di bank, tanpa harus mengkhawatirkan
penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh pihak bank.
Demikian halnya ketika bank menyalurkan dana yang
dimilikinya dalam rupa kredit. Bank harus percaya bahwa
debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya dan yakin
bahwa debitur mampu mengelola dan berkemampuan
mengembalikan kredit yang telah diterima.
Agent of Development
Hubungan antara sektor riil dan sektor moneter
yang berkaitan erat, menjadikan peran bank sangat
berpengaruh pada kelancaran kegiatan investasi, produksi,
distribusi, dan konsumsi. Kelancaran kegiatan-kegiatan
tersebut akan menunjang pembangunan perekonomian
masyarakat.
Agent of Services
Kegiatan lain yang dilakukan perbankan selain
menghimpun dan menyalurkan dana adalah memberikan
penawaran jasa-jasa perbankan lainnya, seperti transfer,
kliring, Inkaso, Safe Deposit Box, Bank Garansi, dan jasajasa lainnya.
13
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Jenis Bank
Jenis-jenis perbankan di Indonesia dapat ditinjau dari berbagai segi
antara lain (Kasmir, 2009:34):
1. Segi fungsinya
Berdasarkan Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998, maka
jenis perbankan terdiri dari:
a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang
sifat jasa yang diberikan adalah umum.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan
prinsip syariah dengan cakupan lingkup penawaran jasa-jasa
yang lebih sempit dibandingkan dengan bank umum.
2. Segi Kepemilikannya
a. Bank Milik Pemerintah, yaitu bank yang akta pendirian, modal
maupun seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah.
b. Bank Milik Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh atau
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta Nasional.
c. Bank Milik Koperasi, yaitu bank yang sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank Milik Asing, yaitu bank yang dimiliki oleh pihak asing di
Indonesia, yang merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri.
e. Bank Milik Campuran, yaitu bank yang pihak pemilik sahamnya
adalah dalam negeri dan luar negeri.
3. Segi Status
Berdasarkan kemampuan bank dalam melayani masyarakat
baik dari segi produk, modal, dan kualitas pelayanannya, bank terdiri
dari:
a. Bank Devisa, yaitu bank yang dapat melakukan transaksi lintas
negara yang berkaitan dengan valas.
b. Bank Nondevisa, yaitu bank yang hanya dapat melakukan
transaksi dalam negeri.
4. Segi Cara Menentukan Harga
a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional (Barat), yaitu
bank yang dalam kegiatannya mencari keuntungan dan
menentukan harga dengan menetapkan bunga sebagai harga
untuk produk simpanan, serta menerapkan biaya atau persentase
tertentu untuk jasa-jasa bank lainnya.
b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah (Islam), yaitu bank yang
dalam melakukan kegiatan perbankan menerapkan aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak
lain.
14
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Permodalan Bank
Permodalan perbankan merupakan faktor penting dalam upaya
menjalankan dan mengembangkan usaha bank. Aspek permodalan bank
menjadi sorotan utama untuk menilai kesehatan perbankan. Secara umum,
modal diartikan sebagai sejumlah dana yang ditanamkan dalam suatu badan
usaha oleh para pemiliknya dengan mengharapkan hasil dari operasi yang
akan dilakukannya. Modal bank terdiri dari dua macam (Dendawijaya,
2005:39), yaitu :
1. Modal inti
a. Modal disetor
Merupakan modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
b. Agio saham
Merupakan selisih setoran yang diterima oleh bank sebagai
akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c. Cadangan umum
Merupakan cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang
ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat
persetujuan RUPS atau rapat anggota sesuai anggaran dasar
masing-masing.
d. Cadangan tujuan
Merupakan bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS atau
rapat anggota.
e. Laba ditahan
Merupakan saldo laba bersih setelah pajak yang diumumkan
dalam rapat pemegang saham dan diputuskan untuk tidak
dibagikan.
f. Laba tahun lalu
Merupakan seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah
diperhitungkan
pajak,
dan
belum
diperhitungkan
penggunaannya oleh rapat anggota.
g. Laba tahun berjalan
Merupakan laba yang telah diperoleh pada tahun buku berjalan
setelah dikurangi taksiran hutang pajak.
15
Universitas Sumatera Utara
h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan
keuangannya dikonsolidasikan.
Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak
perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada
anak perusahaan tersebut.
2. Modal Pelengkap
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap
Merupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian
kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari
Direktorat Jenderal Pajak.
b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif
Merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebani
laba rugi tahun berjalan untuk menampung kerugian yang
mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali
sebagian atau seluruh aktiva produktif.
c. Modal pinjaman
Merupakan modal yang didukung oleh instrument atau warkat
yang memiliki sifat seperti modal.
d. Pinjaman subordinasi
Merupakan pinjaman yang harus memenuhi syarat, seperti ada
perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat
persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun dan
pelunasan sebelum jatuh tempo harus persetujuan Bank
Indonesia.
Adapun fungsi modal bank (Abdullah 2005:59), yaitu :
1.
2.
3.
Melindungi para kreditur
Para kreditur, yaitu mereka yang menyimpan dananya di bank,
mengharapkan adanya kepastian kemampuan bank dalam membayar
kembali simpanan kreditur sewaktu-waktu. Modal bank merupakan
penyangga pengembalian dana kreditur manakala bank kesulitan
menarik kembali investasi jangka pendek atau kesulitan likuiditas.
Menjamin kelangsungan operasional
Bank menggunakan modal sendiri yang dimilikinya untuk memulai
kegiatan operasi termasuk juga untuk membangun atau membeli
kantor dan peralatan.
Memenuhi standar modal minimal
Berdasarkan rasio kecukupan modal (CAR) apabila bank akan
menambah penyaluran kredit kepda masyarakat, maka dengan
sendirinya bank harus menambah modal yang dimiliki. Apabila bank
tidak menambah jumlah kredit maka akan memperkecil CAR yang
dicapai bank.
16
Universitas Sumatera Utara
Permodalan perbankan sangat erat kaitannya dengan kepercayaan
pihak eksternal terhadap bank itu sendiri. Unsur kepercayaan ini merupakan
unsur vital yang dapat menunjang keberhasilan pengelolaan suatu
perbankan. Penyediaan modal yang cukup akan memungkinkan bank untuk
dapat melanjutkan usahanya dengan lancar dan akan memberikan
perlindungan bagi setiap nasabahnya. Besar-kecilnya permodalan bank akan
berpengaruh pada tingkat kepercayaan pihak eksternal. Menurut Abdullah
(2005:67), faktor-faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya kecukupan
modal suatu bank, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Tingkat kualitas manajemen bank
Dengan memiliki manajemen yang berkualitas tinggi maka bank
akan memiliki kinerja yang baik pula dalam segala aspek khususnya
permodalannya.
Tingkat likuiditas yang dimilikinya
Penyediaan likuiditas yang dimiliki bank dapat diambil dari
perrmodalan bank untuk menutup kewajiban-kewajibannya sehingga
akan memengaruhi besar kecilnya modal.
Tingkat kualitas dari aset
Bank yang mempunyai earning aset yang memadai maka kebutuhan
modalnya akan dapat ditutupi dari laba usaha bank tersebut.
Struktur deposito
Kerugian akibat biaya deposito yang terlalu tinggi akan diserap oleh
modal yang mengikibatkan mengecilnya modal bank.
Tingkat kualitas dari sistem dan prosedurnya
Efisiensi dari sistem dan prosedur yang dimiliki bank akan
memungkinkan bank memperoleh laba yang akan memperkuat
modal.
Tingkat kualitas dan karakter para pemilik saham
Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang,
Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba yang
diperolehnya.
17
Universitas Sumatera Utara
Dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 10/15/PBI/2008 tentang
kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank dijelaskan mengenai pokokpokok pengaturan antara lain meliputi:
I.
Kewajiban penyediaan modal minimum
1. Bank wajib menyediakan modal minimum 8% dari Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
2. Untuk mengatisipasi potensi kerugian sesuai profil risiko bank,
Bank
Indonesia
mewajibkan
bank
menyediakan
modal
minimum lebih besar dari 8%.
3. Modal bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri dari
modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2) dan modal
pelengkap tambahan (tier 3).
II.
Modal inti (tier 1)
1. Bank wajib menyediakan modal inti paling kurang 5% dari
ATMR baik bank secara individu maupun konsolidasi.
2. Modal inti terdiri dari modal disetor, cadangan tambahan modal
(disclosed reserve) dan modal inovatif (innovative capital
instrument).
3. Modal inovatif merupakan instrumen utang yang memiliki
karakteristik modal, contohnya perpetual non cummulative
subordinated debt dan instrumen hybrid lainnya yang bersifat
perpetual dan non cumulative. Modal inovatif harus ≤ 10% dari
modal inti.
18
Universitas Sumatera Utara
4. Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa
goodwill, aset tidak berwujud lainnya dan faktor pengurang
modal inti lainnya.
III.
Modal pelengkap (tier 2)
1. Modal pelengkap ≤ 100% dari modal inti, dan lower modal
pelengkap ≤ 50% dari modal inti.
2. Modal pelengkap terdiri dari modal pelengkap level atas (upper
tier 2) dan modal pelengkap level bawah (lower tier 2).
3. Upper tier 2 mencakup instrumen modal dalam bentuk saham
atau instrumen modal lainnya yang memenuhi persyaratan
tertentu, bagian dari modal inovatif yang tidak dapat
diperhitungkan dalam modal inti, revaluasi aset tetap, cadangan
umum aset produktif, dan pendapatan komprehensif lainnya.
4. Lower tier 2 mencakup saham preferen yang dapat ditarik
kembali setelah jangka waktu tertentu (redeemable preference
shares) dan/atau pinjaman atau obligasi subordinasi yang
memenuhi persyaratan tertentu.
IV.
Modal pelengkap tambahan (tier 3)
1. Modal pelengkap tambahan dapat digunakan jika memenuhi
kriteria berikut ini:
a) hanya digunakan untuk memperhitungkan Risiko Pasar;
19
Universitas Sumatera Utara
b) tidak melebihi 250% (dua ratus lima puluh persen) dari
bagian modal inti yang dialokasikan untuk memperhitungkan
Risiko Pasar;
c) jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan
paling tinggi sebesar 100% (seratus persen) dari modal inti.
2. Modal pelengkap tambahan (tier 3) meliputi:
a) Pinjaman subordinasi atau obligasi subordinasi jangka
pendek;
b) Modal pelengkap yang tidak dialokasikan untuk menutup
beban modal untuk Risiko Kredit dan/atau beban modal
untuk Risiko Operasional
c) bagian dari modal pelengkap level bawah (lower tier 2) yang
melebihi batasan modal pelengkap level bawah (lower tier 2).
V.
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
ATMR diperhitungkan sebagai berikut :
1. Bagi semua bank mencakup ATMR untuk Risiko Kredit dan
ATMR untuk Risiko Operasional
2. Bagi bank yang memenuhi kriteria tertentu ditambah ATMR
untuk Risiko Pasar.
20
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Analisis Kinerja Keuangan Bank
Penilaian kinerja keuangan bank menjadi sangat penting karena
penilaian tersebut akan dijadikan ukuran keberhasilan suatu perusahaan
selama periode tertentu, serta memungkinkan untuk dijadikan pedoman
dalam
melakukan
perbaikan
dimasa
yang
akan
datang.
Dalam
pelaksanaannya, analisis kinerja keuangan bank dinyatakan dalam
persentase. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan suatu pos dengan
pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama
guna mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu baik dalam neraca
maupun laporan laba-rugi (Abdullah, 2005:124). Analisis kinerja keuangan
bank dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasiorasio keuangan ini harus dibandingkan dengan tolok ukur yang memadai,
seperti rasio keuangan rata-rata industri, rasio perusahaan lain yang sejenis,
atau rasio keuangan periode yang lalu.
Menurut Abdullah (2005: 120) berkaitan dengan analisis kinerja
keuangan bank mengandung beberapa tujuan, yaitu:
a. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan
Analisis ini merupakan teknik analisis dengan membandingkan
laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menggunakan
perubahan baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase
(relatif).
b. Analisa Trend (Tendensi Posisi)
Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan
keuangan apakah menunjukkan penaikan atau penurunan. Hal yang
membedakan antara kedua teknik ini adalah tahun dan periode
pembanding. Apabila analisa perbandingan menggunakan tahun
sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding.
c. Analisa Persentase per Komponen (common size)
Teknik analisa ini bermanfaat untuk mengetahui persentase investasi
pada masing-masing aktiva terhadap total aktiva seluruhnya. Juga
21
Universitas Sumatera Utara
untuk mengetahui berapa besar proporsi setiap pos aktiva maupun
utang terhadap keseluruhan/total aktiva maupun utang.
d. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal KerjaTeknik analisa ini
digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan
modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain
untuk mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk
mengetahui sebab-sebab terjadi perubahan modal kerja dalam suatu
periode tertentu.
e. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas
Analisa ini merupakan teknik untuk mengetahui kondisi kas disertai
sebab-sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu
tertentu.
f. Analisa Rasio Keuangan
Analisa ini merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui
hubungan di antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan
laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
g. Analisa Perubahan Laba Kotor
Teknik analisa ini bertujuan untuk mengetahui posisi laba dan sebabsebab terjadinya perubahan laba. Analisa ini juga dimaksudkan
untuk mengetahui posisi laba yang di budgetkan dengan laba yang
benar-benar dapat dihasilkan.
h. Analisa Break Even
Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan
yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi
pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh
keuntungan.
2.1.5
Rasio-rasio Keuangan Perbankan
Setiap rasio keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin
dicapai masing-masing. Hal ini berarti tidak dijumpai batasan yang jelas dan
tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis
(Abdullah, 2005:124). Rasio-rasio keuangan yang biasa digunakan dalam
menganalisis kinerja keuangan bank, yaitu:
22
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.1 Rasio Permodalan
Rasio
permodalan
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan modal suatu bank dalam mendukung kegiatan usaha
bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kewajiban
pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki bank.
Kecukupan modal perbankan menjadi sangat penting
karena
modal
digunakan
untuk
pengembangan
usaha
dan
menampung risiko kerugian yang mungkin terjadi. Menurut Lukman
Dendawijaya (2000 : 122) Capital Adequacy Ratio adalah “rasio
yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti
dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain-lain”. CAR merupakan
indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan
aktivanya sebagai akibat dari kerugian yang disebabkan oleh aktiva
yang berisiko. CAR menyatakan jumlah modal minimum yang harus
disediakan bank agar berada diposisi aman atau terlindungi dari
ancaman insolvensi. CAR dapat dijadikan dasar untuk menilai
prospek kelanjutan usaha bank dan menilai kemampuan bank untuk
men-cover aktiva yang mengandung resiko.
23
Universitas Sumatera Utara
Sesuai
dengan
Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai CAR
menunjukkan semakin sehat bank tersebut. Semakin tinggi CAR,
semakin baik kemampuan bank menanggung risiko dari setiap aktiva
produktif yang beresiko.
Sebelum masa krisis, perbankan di Indonesia diwajibkan
memenuhi CAR 8% dan secara bertahap menjadi 12%, tetapi pada
saat krisis untuk sementara diubah menjadi 4% (Riyadi 2003:9).
Sejak Oktober tahun 1998 besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3
kelompok :
1. Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memiliki CAR lebih dari
8%.
2. Bank take over (BTO) atau dalam penyehatan oleh BPPN
(Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dengan klasifikasi B,
jika bank tersebut memiliki CAR antara –25% sampai dengan <
dari 8%,
3. Bank Beku Operasi (BBO) dengan klasifikasi C, jika memiliki
CAR kurang dari –25%. Bank dengan klasifikasi C inilah yang
di likuidasi.
Melalui SK BI No. 30/11/KEP/DIR/Tgl. 30 April 1997,
Bank Indonesia menyatakan nilai CAR tidak boleh kurang dari 8%.
Apabila CAR tidak mencapai 8%, dikhawatirkan bank akan
24
Universitas Sumatera Utara
mengalami risiko modal.Ketentuan CAR ini didasarkan pada BIS
(Bank for International Settlement).
Tabel 2.1
Tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR)
Tingkat
Peringkat
8 % Ke atas
Sehat
6,4 – 8 %
Kurang Sehat
Di bawah 6,4 %
Tidak Sehat
Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal bank
terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut PBI
No. 10/15/PBI/2008 Pasal 2 Bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR). Besarnya CAR bank dapat dihitung melalui rumus berikut
ini:
CAR =
Modal
X
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah nilai
total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masingmasing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca
maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin
dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen
yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga (Abdullah, 2005 : 60).
Aktiva yang tidak berisiko diberi bobot 0%, sedangkan aktiva yang
25
Universitas Sumatera Utara
paling berisiko diberi bobot 100%. ATMR menunjukkan nilai aktiva
berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang
cukup.
2.1.5.2 Rasio Likuiditas
Menurut Wood (dalam Siamat, 2005:336), Likuiditas
adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana
oleh deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi
permintaan kredit tanpa ada penundaan. Rasio likuiditas ini
menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajibankewajiban yang harus segera dibayar. Jika keadaan suatu bank
berada di posisi yang tidak likuid dapat menyebabkan krisis
kepercayaan pihak eksternal terhadap bank bersangkutan. Hal ini
bisa menyebabkan deposan melakukan penarikan dana secara besarbesaran dan bersamaan serta dapat menurunkan kinerja perbankan.
Keadaan yang seperti ini, dapat membuat bank mengalami kesulitan
likuiditas dan berakhir dengan kebangkrutan. Suatu bank dianggap
likuid apabila:
a. Memiliki likuiditas yang sama jumlahnya dengan kebutuhan
likuiditsnya.
b. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi memiliki suratsurat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas.
26
Universitas Sumatera Utara
c. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan
utang.
Ukuran rasio likuiditas untuk perusahan perbankan berbeda
dengan rasio likuditas untuk perusahaan nonbank. Hal ini
dikarenakan perbedaan sifat usaha dan komponen neraca perusahaan
(Simorangkir, 2004:147). Rasio yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Loan to Asset Ratio (LAR).
1. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang lazim
digunakan untuk mengukur likuiditas perbankan. LDR adalah
rasio antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang
diterima oleh bank (Dendawijaya, 2009:116). Rasio ini
menggambarkan kemampuan bank untuk membayar kembali
penarikan
dana
mengandalkan
yang
kredit
dilakukan
yang
oleh
deposan
dengan
diberikan
sebagai
sumber
likuiditasnya. Sejalan dengan kegiatan utama bank, yaitu
penyaluran dana berupa kredit, rasio LDR menggunakan
pendapatan dari kredit ini sebagai sumber likuiditasnya.
Penyaluran kredit yang tinggi menyebabkan meningkatnya
konsekuensi resiko kredit macet yang harus ditanggung oleh
bank yang bersangkutan. Manajemen bank yang konservatif
biasanya cenderung memiliki LDR yang relatif rendah,
sebaliknya manajemen bank yang agresif memiliki LDR yang
27
Universitas Sumatera Utara
tinggi atau melebihi batas toleransi (Simorangkir, 2004:147).
Semakin tinggi rasio LDR berarti semakin besar kredit yang
disalurkan, dan semakin rendah kemampuan likuiditas bank.
Secara sistematis Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
LDR =
Kredit
×
Dana Pihak Ketiga
%
Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga (tidak termasuk antar bank). Dana pihak ketiga
mencangkup giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antar
bank).
Beberapa ahli menyepakati bahwa batas aman LDR adalah
sekitar 80%, namun batas toleransi LDR berkisar antara 85%100%. Menurut peraturan pemerintah LDR maksimum adalah
110%.
Sesuai
dengan
Surat
Edaran
Bank
Indonesia
No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei 2004, Bank Indonesia
menetapkan kriteria peringkat komponen likuiditas :
Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 50%
- 75% atau 50% < Rasio ≤ 75% artinya likuiditas bank tersebut
sangat likuid.
1. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 75% 85% atau 75% < Rasio ≤ 85% artinya likuiditas bank tersebut
likuid.
28
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 85% 100% atau 85% < Rasio ≤ 100% atau rasio ≤ 50% artinya
likuiditas bank tersebut cukup likuid.
3. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 100% 120% atau 100% < Rasio ≤ 120% artinya likuiditas bank
tersebut kurang likuid.
4. Untuk Loan to Deposit Ratio yang lebih besar dari 120%
atau Rasio ≥ 120% artinya likuiditas bank tersebut tidak
likuid.
2. Loan to Asset Ratio (LAR)
Loan to Asset Ratio (LAR) merupakan rasio yang
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit
dengan
menggunakan
total
aset
yang
dimiliki
bank
(Dendawijaya, 2005:117). Bank dikatakan likuid jika mampu
memenuhi permintaan debiturnya. Dalam menjaga likuiditasnya,
bank harus memiliki cash asset dan aset lainnya yang dapat
dicairkan sewaktu-waktu serta mampu menciptakan cash asset
baru melalui penggunaan earning asset baik lewat investasi
maupun penyaluran pembiayaan. Semakin banyak aset yang
dimiliki oleh bank maka semakin baik kemampuan bank dalam
memenuhi permohonan kredit. Namun jika penyaluran dana
berupa kredit sangat tinggi maka akan menyebabkan LAR akan
29
Universitas Sumatera Utara
tinggi yang berarti semakin banyak jumlah aset yang digunakan
untuk membiayai kredit. Kondisi seperti ini bisa menjadi sangat
rumit karena, disatu sisi bank mengharapkan akan memperoleh
profitabilitas yang tinggi dari hasil kredit, namun disisi lain
beresiko tinggi terhadap kredit macet dan tingkat likuiditas yang
rendah. Loan to Asset Ratio diformulasikan sebagai berikut:
LAR =
Kredit
X
Total Aset
%
2.1.5.3 Rasio Profitabilitas
Profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu
bank dalam memghasilkan laba (Simorangkir, 2004:152). Laba yang
dihasilkan bank merupakan laba dari kegiatan operasional bank
maupun kegiatan nonoperasional. Rasio profitabilitas memberikan
gambaran sejauh mana kemampuan bank dalam menghasilkan profit
dan tingkat efisiensi usaha yang telah dicapai dalam periode tertentu.
Tingkat profitabilitas sangat penting untuk dijaga agar tetap
berada pada posisi yanng menguntungkan karena laba yang tinggi
merupakan tujuan bagi setiap bank. rasio profitabilitas yang
meningkat menunjukkan semakin membaiknya tingkat efisiensi
usaha bank. Menurut Simorangkir (2004:152) laba merupakan tujuan
dengan alasan sebagai berikut:
30
Universitas Sumatera Utara
a. Dengan laba yang cukup dapat dibagi keuntungan kepada
pemegang saham dan atas persetujuan pemegang saham
sebagian sebagian dari laba disisihkan sebagi cadangan.
Bertambahnya cadangan akan menaikkan kredibilitas (tingkat
kepercayaan) bank tersebut dimata masyarakat.
b. Laba merupakan penilaian keterampilan pimpinan.
c. Meningkatkan daya tarik bagi pemilik modal (investor) untuk
menanamkan modalnya dengan membeli saham yang
dikeluarkan/ditetapkan bank. pada gilirannya bank akan
mempunyai kekuatan modal untuk memperluas penawaran
produk dan jasanya kepada masyarakat.
1. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan laba
bersih dengan total asset yang dimiliki bank. Menurut Dendawijaya
(2005:120) “Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan, semakin besar ROA semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank dari segi penggunaan aktiva”. ROA memberikan
gambaran tentang kemampuan bank dalam memanfaatkan aset
yang dimilikinya untuk menghasilkan laba bagi bank yang
bersangkutan. Semakin besar ROA suatu bank berarti semakin
besar keuntungan yang diperoleh bank dan semakin baik
pengelolaan aset perbankan.
Salah satu kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia dalam
Arsitektur Perbankan ndonesia (API) untuk menentukan apakah
suatu bank dapat menjadi Bank Jangkar (anchor bank) yaitu
memiliki kemampuan untuk berkembang dengan profitabilitas yang
31
Universitas Sumatera Utara
baik yang tercermin dari rasio ROA (Return On Aseet) minimal
1,5%. Bank Jangkar (anchor bank) merupakan bank yang
menampung bank-bank kecil dan juga memiliki potensi sebagai
market leader di pasar domestic maupun regional. ROA dapat
dirumuskan sebagai berikut:
ROA =
Laba Sebelum Pajak
X
Rata − rata Total Aset
%
2. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada
untuk mendapatkan net income (Kasmir, 2004:280). ROE
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank yang
bersangkutan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan
modal yang ditanamkan investor pada bank. Rasio ini menjadi
sangat penting dan menarik perhatian para pemegang saham dan
investor, karena para pemilik modal yang telah dan akan
menginvestasikan dananya pasti akan lebih menekankan pada
profitabilitas bagi modalnya. Melalui rasio ini pemegang saham
dan calon investor dapat mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan laba yang dikaitkan dengan dividen. Mereka akan
mengukur keberhasilan bank dari jumlah dana yang mereka
tanamkan dan jumlah laba yang dapat mereka nikmati. ROE yang
32
Universitas Sumatera Utara
meningkat mengindikasikan perolehan laba yang meningkat pula,
dan sejalan dengan itu, juga terjadi peningkatan harga saham
(Dendawijaya,
2005:119).
Peningkatan
dalam
rasio
ini
menunjukkan peningkatan kinerja manajemen perbankan dan
semakin tinggi tingkat pengembalian investasi pemilik modal.
Dengan demikian, semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin
banyak investor yang tertarik untuk menanamkan dananya pada
perusahaan.
Sesuai dengan Surat
Edaran
Bank
Indonesia
No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei 2004, batas bawah rasio ROE
berkisar antara 5% sampai 12,5% dan semakin tinggi rasio ini
maka bank tersebut semakin baik. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut:
ROE =
2.2
Laba Setelah Pajak
X
Rata − rata Modal Inti
%
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Edginarda (2012) dengan judul “Analisis Pengaruh
Rasio rentabilitas dan Likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada
Bank Pemerintah di Indonesia Periode 2003-2010”. Penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel ROA dan BOPO secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
CAR, sementara LDR secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Secara simultan, ROA, BOPO, dan LDR terbukti berpengaruhi signifikan
terhadap CAR.
33
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2011) dengan judul
“Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
pada Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
secara parsial, IML dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR,
LDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR, GWM berpengaruhi
negatif dan signifikan terhadap CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2010) dengan judul “Pengaruh
Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Sektor
Perbankan Terbuka di Indonesia”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara
parsial, LDR dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR
sedangkan ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR. Secara
simultan, LDR, ROA dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010) dengan judul “Pengaruh
LDR ( Loan to deposit Ratio), NPL ( Non Performing Loan), ROA (Return On
Asset) dan BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap
Kecukupan Modal Perbankan pada Bank yang Terdaftar di BEI”. Hasil penelitian
ini menyatakan bahwa secara parsial, LDR NPL dan BOPO berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap CAR sedangkan ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap CAR. Secara simultan, LDR, NPL, ROA dan BOPO
berpengaruh terhadap CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008) dengan judul “Pengaruh
Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kecukupan Modal pada Bank Umum
Nasional”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial. ROE, IML dan
34
Universitas Sumatera Utara
NPM berpengaruh signifikan terhadap CAR sedangkan LDR dan QR berpengaruh
tidak signifikan terhadap CAR. Secara simultan, ROE, IML, NPM dan QR
berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Krisna (2008) dengan judul “Faktor-faktor
yang mempengaruhi Capital Adequacy Ratio (Studi pada Bank-bank Umum di
Indonesia periode Tahun 2003-3006)”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
ROI, LDR, dan NPL secara parsial signifikan terhadap CAR. ROE, BOPO, dan
NIM tidak signifikan mempengaruhi CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Pane (2007) dengan judul “Hubungan
Profitabilitas dan Likuiditas dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Secara parsial, IML, ROE dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap CAR sedangkan QR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
CAR.
Penelitian yang dilakukan Shitawati (2006) dengan judul “Analisis Faktorfaktor yang Berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (Studi Empiris : Bank
Umum di Indonesia periode 2001-2004)”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
ROA, ROE, NIM, LDR, BOPO, dan GWM secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap CAR. Sementara secara bersama-sama ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR,
dan GWM terbukti berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Berikut ini merupakan tabel yang merujuk pada penelitian terdahulu yang
membahas mengenai kecukupan modal.
35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama
Variabel
Judul
Peneliti
Analisis
Pengaruh
Rasio rentabilitas dan
Cynthia
Edginarda
(2012)
Likuiditas
terhadap
Capital Adequacy Ratio
(CAR)
pada
Bank
Pemerintah
di
Indonesia
Periode
2003-2010
Pengaruh Profitabilitas
Patar Sardo
Situmorang
(2011)
dan Likuiditas terhadap
Capital Adequacy Ratio
(CAR)
pada
Rakyat
Hasil Penelitian
Penelitian
Bank
Indonesia
(Persero), Tbk
Variabel
independen:
ROA, BOPO,
LDR
Variabel
dependen:
CAR
Variabel
independen:
Secara parsial ROA dan BOPO
berpengaruh
signifikan
terhadap CAR, sementara LDR
tidak berpengaruh signifikan
terhadap
CAR.
Secara
simultan, ROA, BOPO, dan
LDR
terbukti
berpengaruhi
signifikan terhadap CAR.
Secara parsial, IML dan ROE
berpengaruh
positif
dan
IML, ROE,
signifikan terhadap CAR, LDR
LDR, GWM
berpengaruh negatif dan tidak
Variabel
dependen:
CAR
signifikan
GWM
terhadap
CAR,
berpengaruhi
negatif
dan signifikan terhadap CAR.
Secara parsial, LDR dan ROA
Pengaruh
Lusi
Wulandari
(2010)
dan
terhadap
Likuiditas
Profitabilitas
Capital
Adequacy Ratio (CAR)
pada Sektor Perbankan
Terbuka di Indonesia
Variabel
berpengaruh
positif
terhadap
dan
independen:
signifikan
CAR
LDR, ROA,
sedangkan ROE berpengaruh
ROE
negatif dan signifikan terhadap
Variabel
CAR. Secara simultan, LDR,
dependen:
ROA dan ROE berpengaruh
CAR
positif dan signifikan terhadap
CAR.
36
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh LDR ( Loan
to deposit Ratio), NPL
(
Non
Loan),
Performing
ROA (Return
Variabel
Independen:
Netty I.
On Asset) dan BOPO
Siregar
(Beban
Operasional
ROA, BOPO
(2010)
terhadap
Pendapatan
Variabel
Operasional
terhadap
Kecukupan
Modal
LDR, NPL,
dependen:
CAR
Perbankan pada Bank
Secara parsial, LDR, NPL,
BOPO berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap CAR
sedangkan ROA berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
CAR. Secara simultan, LDR,
NPL,
ROA
dan
BOPO
berpengaruh terhadap CAR.
yang Terdaftar di BEI
Secara parsial, ROE, IML dan
Variabel
NPM berpengaruh signifikan
independen:
terhadap CAR sedangkan LDR
Fatma
Pengaruh Profitabilitas
ROE, IML,
dan QR berpengaruh tidak
Zuleira
dan Likuiditas terhadap
NPM, LDR,
signifikan
Sinaga
Kecukupan Modal pada
QR
(2008)
Bank Umum Nasional
Variabel
dependen:
CAR
terhadap
CAR.
Secara simultan, ROE, IML,
NPM,
LDR
dan
berpengaruh
QR
signifikan
terhadap CAR.
Variabel
Faktor-faktor
Yansen
Krisna
(2008)
independen:
Secara parsial ROI, LDR, dan
mempengaruhi Capital
ROI, ROE,
NPL berpengaruh signifikan
Adequacy Ratio (Studi
BOPO, NIM,
pada Bank-bank Umum
LDR, NPL
di Indonesia Periode
Variabel
Tahun 2003-3006)
yang
dependen:
terhadap
CAR.
Sedangkan
ROE, BOPO, dan NIM tidak
signifikan
mempengaruhi
CAR.
CAR
37
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Profitabilitas
Tangi Ceria dan Likuiditas dengan
Isabella
Capital Adequacy Ratio
Pane
(CAR) pada PT. Bank
(2007)
Rakyat
Indonesia
(Persero), Tbk
Variabel
independen:
IML, ROE,
LDR, QR
Variabel
dependen:
CAR
Secara parsial, IML, ROE dan
LDR berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap CAR
sedangkan
QR
berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap CAR.
Variabel
F. Artin
Analisis
Faktor-faktor
independen:
yang
Berpengaruh
ROA, ROE,
terhadap
Capital
BOPO,
Shitawati
Adequacy Ratio (Studi
GWM, NIM,
(2006)
Empiris : Bank Umum
LDR
di Indonesia Periode
Variabel
2001-2004)
Secara parsial dan simultan
ROA,
ROE,
NIM,
LDR,
BOPO, dan GWM berpengaruh
terhadap CAR
dependen:
CAR
2.3
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara
teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas. LDR disebut sebagai rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi penarikan yang
dilakukan deposan melalui kredit yang disalurkan. Semakin tinggi rasio ini maka
38
Universitas Sumatera Utara
semakin rentan likuiditas bank. Namun disisi lain, LDR yang tinggi berarti dana
yang dimiliki bank dimanfaatkan secara maksimal, sehingga akan memungkinkan
penerimaan bank melalui bunga kredit semakin tinggi. Profitabilitas bank akan
naik, maka CAR akan ikut meningkat.
Loan to Asset Ratio (LAR) merupakan bagian dari rasio likuidatas juga.
LDR menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
menggunakan total aset yang dimiliki bank. Sama halnya dengan LDR, semakin
tinggi rasio LAR maka tingkat likuiditasnya semakin rendah. Hal ini dikarenakan
jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Disatu sisi
kredit yang tinggi akan memberi peluang laba yang tinggi pula, namun disisi lain
aset bank akan mengandung resiko yang tinggi. Aset yang berisiko kemungkinan
akan berdampak pada CAR yang menurun dan kebangkrutan.
Return On Asset (ROA) merupakan salah satu ukuran profitabilitas, yang
menunjukkan kemampuan dari seluruh aset yang dimiliki untuk menghasilkan
laba. Laba yang tinggi akan menarik perhatian investor untuk menanamkan
modalnya pada bank bersangkutan. Hal ini berarti semakin tinggi ROA, semakin
efisien bank dalam mengelola asetnya, dan pada akhirnya akan dapat
meningkatkan CAR.
Return On Equity (ROE) merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas,
yang juga digunakan untuk mengukur profitabilitas. Ketika perusahaan mampu
menghasilkan laba dan pengembalian yang memadai bagi pemegang saham, maka
akan semakin banyak investor yang tertarik melakukan investasi pada bank.
Maka, ROE yang tinggi dapat menghasilkan CAR yang tinggi.
39
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan hasil penelitian
terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut ini :
H1 Loan to Deposit Ratio
(LDR)
Loan to Asset Ratio
(LAR)
H1
H2
Return On Asset
(ROA)
H3
Return On Equity
(ROE)
H4
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
H5
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dari kerangka konseptual diatas, dapat diketahui bahwa yang merupakan
variabel Independen adalah LDR (Loan to Deposit Ratio), LAR (Loan to Asset
Ratio), ROA (Return On Asset), dan ROE (Return On Equity). Sedangkan yang
menjadi variabel dependen adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial dan secara simultan.
40
Universitas Sumatera Utara
2.4
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas
suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
Berdasarkan perumusan masalah dan tinjauan pustaka maka hipotesis penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H1 : Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap kecukupan modal
(CAR)
H2 : Loan to Asset Ratio (LAR) berpengaruh terhadap kecukupan modal
(CAR)
H3 : Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap kecukupan modal
(CAR)
H4 : Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap kecukupan modal
(CAR)
H5 : Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR), Return On
Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE) secara simultan
berpengaruh terhadap kecukupan modal (CAR).
41
Universitas Sumatera Utara