Pengaruh Kemandirian Pribadi Motivasi dan Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha di Jalan Halat Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Kemandirian Pribadi
Kemandirian menurut Vamer dan Beamer Ranto, (dalam buku Ranto
2007: 22) adalah “kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah
kepada kedewasaan, sehingga dia mampu menghadapi persaingan”. Persaingan
inilah yang dapat memberikan semangat untuk menentukan pesaing terbaik.
Kemandirian adalah kemampuan individu dalam mengelola dirinya sendiri. Jadi,
individu yang mandiri adalah individu yang mampu mengelola dirinya sendiri.
Kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu
sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian berarti harus belajar dan berlatih
dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai
dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dilakukannya. Dari berbagai pengertian para ahli, terlihat bahwa substansi
kemandirian terdiri atas:
1. Kemampuan untuk menggali dan mengembangkan potensi diri dan lingkungan.
2. Kemampuan untuk berdiri sendiri dan mengatasi kesulitan.
3. Kemampuan menerima konsekuensi atas segala keputusan yang di ambil.


9
Universitas Sumatera Utara

Kemandirian mengandung pengertian :
1. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju
demi kebaikan dirinya
2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi
3. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya
4. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya Pribadi tiap orang tumbuh
atas dua kekuatan yaitu kekuatan dari dalam, yang sudah dibawa sejak lahir,
berwujud benih, bibit, atau sering disebut juga kemampuan-kemampuan dasar
yang sudah dibawa sejak lahir, baik bersifat kejiwaan maupun bersifat
kebutuhan. Yang kedua kekuatan dari luar yaitu segala sesuatu yang ada diluar
manusia (faktor lingkungan).
Kata kepribadian berasal dari kata Personality (bahasa Inggris) yang
berasal dari kata Persona (bahasa latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu
tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya
untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Sifat kepribadian

yang paling banyak dibahas oleh para ahli, dalam kaitan dengan wirausaha adalah
sifat kreatif dan inovatif.
Kemandirian pribadi adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu
mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala
sesuatu bagi diri sendiri.

10
Universitas Sumatera Utara

Menurut Riyanti, (2003: 25) “dimensi Kemandirian pribadi untuk
memulai usaha kecil adalah:”
a. Mengandalkan kemampuan sendiri.
Mengandalkan kemampuan sendiri merupakan perwujudan kemampuan
seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan
menentukan pilihan yang terbaik. Kemandirian tidak berarti anti terhadap
kerjasama atau menolak saling keterkaitan dan saling ketergantungan,
kemandirian justru menekankan perlunya kerjasama yang disertai tumbuh dan
berkembangnya aspirasi,, kreatifitas, keberanian menghadapi resiko dan

prakarsa seseorang bertindak atas dasar kekuatan sendiri dalam kebersamaan.
b. Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri.
Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri menciptakan kemandirian
seseorang dalam perannya sebagai wiraswasta, yang artinya menciptakan
lapangan kerja baru bagi diri sendiri, tidak tergantung pada orang lain
(Independen) sekaligus menjadi majikan bagi diri sendiri dan bagi orang lain
yang bekerja dengannya.
c. Keberanian menghadapi tantangan.
Keberanian menghadapi tantangan merupakan keberanian yang tinggi dalam
mengambil risiko & perhitungan matang yang diikuti dengan optimisme harus
disesuaikan dengn kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme & keberanian
mengambil risiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi oleh
kepercayaan diri.

11
Universitas Sumatera Utara

d. Kebebasan berfikir
Alisyahbana dalam Alma, (2005: 64) menyatakan kemandirian pribadi
yaitu Kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada

kedewasaan, sehingga dia mampu menghadapi persaingan.
Dengan demikian kemandirian pribadi adalah kemampuan untuk
mengendalikan diri sendiri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru
tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari menciptakan ide,
menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan.
2.1.1.1 Tipe-tipe Kemandirian Pribadi
Menurut Steinberg, (2002: 289) “membedakan kemandirian pribadi ke
dalam tiga tipe, yaitu:
1.

Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy)
Kemandirian emosional adalah seberapa besar ketidak bergantungan

individu terhadap dukungan emosional orang lain. Kemandirian emosional
menurut Steinberg, (2002: 289) adalah “aspek kemandirian yang menyatakan
perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu”.Kemandirian emosi
menunjuk kepada pengertian yang dikembangkan mengenai individuasi dan
melepaskan diri atas ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
dasar.
Kemandirian emosi dapat berkembang dengan sangat baik dibawah

kondisi yang mendorong kedekatan emosi dan individuasi. Kemandirian
emosional berkembang lebih dulu sebagai dasar perkembangan kemandirian
karena kemandirian tingkah laku dan kemandirian nilai mempersyaratkan

12
Universitas Sumatera Utara

kemandirian emosional yang cukup Steinberg,(2002: 303-304). Dengan demikian
kemandirian emosional adalah seberapa besar ketidakbergantungan

individu

terhadap dukungan emosional orang lain yang dapat berkembang dalam kondisi
yang mendorong kedekatan emosi dan individuasi.
2.

Kemandirian Perilaku (Behavioral Autonomy)
Kemandirian prilaku merupakan kemampuan individu dalam menentukan

pilihan


dan

mampu

mengambil

keputusan

untuk

pengelolaan

dirinya.

Kemandirian perilaku berarti bebas untuk berbuat atau bertindak sendiri tanpa
terlalu bergantung pada bimbingan orang lain. Kemandirian tindakan atau
perilaku menunjuk kepada “kemampuan seseorang melakukan aktivitas, sebagai
manifestasi dari berfungsinya kebebasan dengan jelas, menyangkut peraturanperaturan yang wajar mengenai perilaku dan pengambilan keputusan dari
Kemandirian perilaku mencakup kemampuan untuk meminta pendapat orang lain

jika diperlukan, menimbang berbagai pilihan yang ada dan pada akhirnya mampu
mengambil kesimpulan untuk suatu keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan, tetapi bukan berarti lepas dari pengaruh orang lain. Ada tiga
karakteristik seseorang yang memiliki kemandirian perilaku, yaitu mampu
mengambil keputusan, tidak terpengaruh oleh pihak lain, dan memiliki rasa
percaya diri. Dapat disimpulkan bahwa kemandirian perilaku adalah kemampuan
individu dalam menentukan pilihan dan mampu mengambil keputusan untuk
pengelolaan dirinya tanpa pengaruh pihak lain dengan rasa percaya diri.

13
Universitas Sumatera Utara

3.

Kemandirian Nilai (Values Autonomy)
Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan

atau tuntutan orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam bidang nilai.
Ahli psikologi menyebutkan, kemandirian nilai menunjuk kepada suatu
pengertian mengenai kemampuan seseorang untuk mengambil keputusankeputusan dan menetapkan pilihan yang lebih berpegang atas dasar prinsip-prinsip
individual yang dimilikinya, daripada mengambil prinsip-prinsip dari orang lain.

Dengan kata lain bahwa kemandirian nilai menggambarkan kemampuan
untuk mendukung atau menolak tekanan, permintaan maupun ajakan orang lain
dalam arti memiliki seperangkat prinsip tentang benar atau salah, tentang apa
yang penting dan tidak penting. Steinberg, (2002:303-304) menjelaskan bahwa
perkembangan kemandirian nilai ditandai oleh tiga aspek, yaitu: pertama, cara
dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin bertambah abstrak (abstract
belief) kedua, keyakinan-keyakinan menjadi semakin bertambah mengakar pada
prinsip-prinsip umum yang memiliki beberapa dasar ideologi (principled belief)
dan ketiga, keyakinan-keyakinan akan nilai menjadi semakin terbentuk dalam diri
dan bukan hanya dalam sistem nilai yang ditanamkan (independent belief).
Kemampuan untuk mempertimbangkan kemungkinan alternatif dan
menggunakannya dalam berpikir menurut pendapatnya, memberi peluang untuk
bereksplorasi di sekitar sistem nilai, ideologis politik, dan etika pribadi Steinberg,
(2002: 304). Diantara ketiga komponen kemandirian, maka kemandirian nilai
merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses
berlangsung dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang lazimnya

14
Universitas Sumatera Utara


tidak disadari, dan umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai
secara sempurna disbanding kedua komponen kemandirian lainnya. Steinberg
(2002:

304),

bahwa

perkembangan

kemandirian

nilai

mempersyaratkan

perkembangan kebebasan emosi dan perilaku yang memadai. Dapat dilihat bahwa
kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan atau
tuntutan orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam bidang nilai. Dengan
demikian individu memiliki seperangkat prinsip tentang benar atau salah serta

penting dan tidak penting dalam memandang sesuatu dilihat dari sisi nilai.

2.1.1.2 Karakteristik Pribadi yang Mandiri
Karakteristik Pribadi yang Mandiri Karakteristik orang yang mandiri
menurut tipe-tipe kemandirian di atas adalah (http://repository.upi.edu):
1. Memiliki kebebasan untuk bertingkah laku, membuat keputusan dan tidak
merasa cemas, takut ataupun malu bila keputusan yang diambil tidak sesuai
dengan pilihan atau keyakinan orang lain
2. Mempunyai kemampuan untuk menemukan akar permasalahan, mencari
alternatif pemecahan masalah, mengatasi masalah dan berbagai tantangan serta
kesulitan lainnya, tanpa harus mendapat bimbingan dari orang lain juga dapat
membuat keputusan dan mempu melaksanakan keputusan yang diambil.
3. Mampu mengontrol dirinya atau perasaannya, sehingga tidak memiliki rasa
takut, ragu, cemas, tergantung dan marah yang berlebihan dalam berhubungan
dengan orang lain.

15
Universitas Sumatera Utara

4. Mengandalkan diri sendiri untuk menjadi penilai mengenai apa yang terbaik

bagi dirinya serta berani mengambil resiko atas perbedaan kebutuhan dan nilainilai yang diyakini serta perselisihan dengan orang lain
5. Menunjukkan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain, yang
dipelihara dalam kemampuannya membedakan kehidupan dirinya dan
kehidupan orang lain, namun tetap menunjukkan loyalitas
6. Memperlihatkan inisiatif yang tinggi melalui ide-idenya dan sekaligus
mewujudkan idenya tersebut, juga ditujukan dengan kemauannya untuk
mencoba hal yang baru.
7. Memiliki kepercayaan diri yang kuat dengan menunjukkan keyakinan atas
segala tingkah laku yang ia lakukan dan menunjukkan sikap yang tidak takut
menghadapi suatu kegagalan.

2.1.2 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah
satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Motivasi berasal dari kata
“movere” dalam bahasa latin yang berarti “bergerak” atau “menggerakkan”.
Menurut beberapa ahli, motivasi didefinisikan sebagai berikut :
1. Uno (2007: 39) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan tingkah laku seseorang. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan

16
Universitas Sumatera Utara

atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang
mendasarinya.
2. Hellriegel dan Slocum (2008: 42) mengatakan bahwa motivasi adalah proses
psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya
merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang
dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan
kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan.
3. Menurut Hasibuan (2007: 219) motivasi adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau berkerjasama,
bekerja efektif dan terintregasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai
kepuasan. Dalam berwirausaha peran motivasi untuk berhasil menjadi sangat
penting sebab didalam motivasi terdapat sejumlah motif yang akan menjadi
pendorong (drive/stimulus) tercapainya keberhasilan. Jadi,motif adalah daya
penggerak pada diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi
mencapai tujuan tertentu. Sebab sejumlah motif akan membentuk menjadi
motivasi yang bersumber dari kebutuhan individu, oleh karena itu untuk
memahami motivasi perlu untuk memahami berbagai jenis kebutuhan . hal itu
sejalan dengan teori hirarki kebutuhan (hirearchy of needs) dari abraham
maslow. Yang terdiri dari kebutuhan fisiologis kebutuhan akan rasa aman
kebutuhan sosial, kebutuhan terhadap harga diri,

kebutuhan akan

aktualisasi.

17
Universitas Sumatera Utara

4. Menurut Maslow manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki,
mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling
tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut, teori motivasi
yang paling terkenal adalah hirarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow.
Menurut Maslow (2003: 74) mengatakan bahwa didalam diri semua manusia ada
lima jenjang kebutuhan yaitu:
1. Fisiologis: antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian, dan
perumahan), seks, dan kebutuhan jasmani lain.
2. Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian
fisik dan emosional.
3. Sosial: mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik, dan
persahabatan.
4. Penghargaan: mencakup faktor penghormatan diri seperti harga diri,
otonomi,

dan prestasi serta faktor

penghormatan

dari

luar seperti

misalnya status, pengakuan dan perhatian.
5. Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang atau

sesuatu sesuai

ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan
kebutuhan diri.
Menurut Lau dan Shani (dalam Zuhdi, 2006: 9), terdapat dua pendekatan
umum dalam mempelajari motivasi, yaitu teori isi dan teori proses.

18
Universitas Sumatera Utara

1. Teori isi adalah teori yang menjelaskan mengenai profil kebutuhan yang
dimiliki seseorang. Teori ini berusaha mengidentifikasikan faktor-faktor yang
dapat meningkatkan motivasi kerja. Teori isi antara lain adalah Teori Hirarki
Kebutuhan Maslow, Teori E-R-G, Teori Dua Faktor, dan Teori Tiga Motif
Sosial.
2. Teori proses menjelaskan proses melalui dimana munculnya hasrat seseorang
untuk menampilkan tingkah laku tertentu. Teori ini berkaitan dengan
identifikasi variabel dalam motivasi dan bagaimana variabel-variabel tersebut
saling berkaitan. Beberapa teori proses antara lain Teori Keadilan dan Teori
Ekspektansi.
Dari definisi di atas, maka motivasi dapat didefinisikan sebagai masalah
yang sangat penting dalam setiap usaha kelompok orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan organisasi. masalah motivasi dapat dianggap simpel karena pada
dasarnya manusia mudah dimotivasi dengan memberikan apa yang diinginkannya.
Masalah motivasi, dianggap kompleks, karena sesuatu dianggap penting bagi
orang tertentu.
2.1.2.1 Teori Motivasi
Teori Dua Faktor dari Frederick Herzberg dalam Mangkuprawira
(2007:37) memperkenalkan suatu teori motivasi yang disebut teori Two-Factor,
faktor yang pertama, yaitu apa yang disediakan oleh manajemen yang mampu
membuat karyawan senang, nyaman dan tenang, ini disebut sebagai faktor
satisfiers. Herzberg lebih lanjut mengidentifikasi bahwa yang termasuk dalam
satisfiers adalah; Achievement, recognition, advancement, growth, working

19
Universitas Sumatera Utara

condition dan work itself, faktor kedua, disebut sebagai dissatisfiers yang terdiri
atas; gaji, kebijakan perusahaan, supervisi, status relasi antar pekerja dan personal
life.
Kedua faktor yang disebutkan oleh Herzberg ini tidak bisa saling
menggantikan dan bukan merupakan suplemen terhadap satu dengan yang lain.
Bila dissatisfiers terpenuhi, belum tentu menyebabkan timbulnya kepuasan bagi
karyawan. Agar kepuasan bisa muncul dan ketidakpuasan bisa dihilangkan, maka
yang harus dilakukan oleh para manajer adalah dissatisfiers dan satisfiers harus
dijaga dan ditingkatkan keberadaannya secara bersama-sama. Kedua faktor ini
adalah syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu organisasi agar memiliki
karyawan yang mempunyai motivasi tinggi. Manajemen dan organisasi tidak akan
efektif tanpa mempunyai karyawan yang bermotivasi.
Susbandono (2006: 65)

mengemukakan bahwa dengan menyediakan

fasilitas-fasilitas yang sederhana, tapi mengena, mampu menyenangkan dan
menyamankan karyawan dan ternyata bisa memacu motivasi kerja dan dapat
mendongkrak kinerja perusahaan. Salah satu motivator yang diperkenalkan
Hersberg dalam Mangkuprawira (2007: 25), adalah recognition, banyak manajer
dan atasan lupa bahwa sedikit sapaan yang sifatnya pengakuan atas dirinya,
mempunyai efek ganda yang sering tidak diduga. Karyawan menjadi lebih merasa
memiliki pekerjaan dan pada akhirnya menguntungkan perusahaan.

20
Universitas Sumatera Utara

2.1.2.2 Teori Motivasi McClelland

Teori

kebutuhan

McClelland

(McClelland’s

Theory

of

needs)

dikembangkan oleh David McClelland dan rekan-rekannya. Teori ini berfokus
pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan pencapaian (need for achievement),
kebutuhan kekuasaan (need for power), dan kebutuhan hubungan (need for
affiliation).
Teori kebutuhan McClelland menyatakan bahwa pencapaian, kekuasaan/
kekuatan dan hubungan merupakan tiga kebutuhan penting yang dapat membantu
menjelaskan motivasi. Kebutuhan pencapaian merupakan dorongan untuk
melebihi, mencapai standar-standar, dan berjuang untuk berhasil. Kebutuhan
kekuatan dapat membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka
tidak akan berperilaku sebaliknya, dan kebutuhan hubungan merupakan keinginan
antarpersonal yang ramah dan akrab dalam lingkungan organisasi.
1. Motivasi pencapaian (n-Acc)
McClelland menjelaskan bahwa setiap individu memiliki dorongan yang
kuat untuk berhasil. Dorongan ini mengarahkan individu untuk berjuang lebih
keras untuk memperoleh pencapaian pribadi ketimbang memperoleh penghargaan.

21
Universitas Sumatera Utara

Hal ini kemudian menyebabkan ia melakukan sesuatu yang lebih efisien
dibandingkan sebelumnya.
Orang yang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk pencapaian tidak selalu
membuat seseorang menjadi manager yang baik, terutama pada organisasiorganisasi besar. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki n-Acc yang tinggi
cenderung tertarik dengan bagaimana mereka bekerja secara pribadi, dan tidak
akan mempengaruhi pekerja lain untuk bekerja dengan baik. Dengan kata lain, nAcc yang tinggi lebih cocok bekerja sebagai wirausaha, atau mengatur unit bebas
dalam sebuah organisasi yang besar.
Individu-individu

dengan

kebutuhan

prestasi

yang

tinggi

sangat

termotivasi dengan bersaing dan menantang pekerjaan. Mereka mencari peluang
promosi dalam pekerjaan. Mereka memiliki keinginan yang kuat untuk umpan
balik pada prestasi mereka. Orang-orang seperti mencoba untuk mendapatkan
kepuasan dalam melakukan hal-hal yang lebih baik. Prestasi yang tinggi secara
langsung berkaitan dengan kinerja tinggi.
2. Motivasi kekuasaan (n-Pow)
Kebutuhan kekuatan (nPow) merupakan keinginan untuk memiliki
pengaruh, menjadi yang berpengaruh, dan mengendalikan individu lain. Dalam
bahasa sederhana, ini adalah kebutuhan atas kekuasaan dan otonomi. Individu
dengan

nPow

tinggi,

lebih

suka

bertanggung jawab,

berjuang

untuk

mempengaruhi individu lain, senang ditempatkan dalam situasi kompetitif, dan
berorientasi pada status, dan lebih cenderung lebih khawatir dengan wibawa dan
pengaruh yang didapatkan ketimbang kinerja yang efektif.

22
Universitas Sumatera Utara

Individu-individu yang termotivasi oleh kekuasaan memiliki keinginan
kuat untuk menjadi berpengaruh dan mengendalikan. Mereka ingin pandangan
dan ide-ide mereka harus mendominasi dan dengan demikian, mereka ingin
memimpin. Individu tersebut termotivasi oleh kebutuhan untuk reputasi dan harga
diri. Individu dengan kekuasaan dan kewenangan yang lebih besar akan lebih baik
dibanding mereka yang memiliki daya yang lebih kecil. Umumnya, manajer
dengan kebutuhan tinggi untuk daya berubah menjadi manajer yang lebih efisien
dan sukses. Mereka lebih tekun dan setia kepada organisasi tempat mereka
bekerja. Perlu untuk kekuasaan tidak harus selalu diambil negatif. Hal ini dapat
dipandang sebagai kebutuhan untuk memiliki efek positif pada organisasi dan
untuk mendukung organisasi dalam mencapai tujuan itu.
3. Motivasi hubungan / affiliasi (n-Aff)
Kebutuhan ketiga yaitu nAff adalah kebutuhan untuk memperoleh
hubungan sosial yang baik dalam lingkungan kerja. Kebutuhan ini ditandai
dengan memiliki motif yang tinggi untuk persahabatan, lebih menyukai situasi
kooperatif (dibandingkan kompetitif), dan menginginkan hubungan-hubungan
yang melibatkan tingkat pengertian mutual yang tinggi. McClelland mengatakan
bahwa kebanyakan orang memiliki dan menunjukkan kombinasi tiga karakteristik
tersebut, dan perbedaan ini juga mempengaruhi bagaimana gaya seseorang
berperilaku.
Individu-individu yang termotivasi oleh afiliasi memiliki dorongan untuk
lingkungan yang ramah dan mendukung. Individu tersebut yang berkinerja efektif
dalam tim. Orang-orang ingin disukai oleh orang lain. Kemampuan manajer untuk

23
Universitas Sumatera Utara

membuat keputusan terhambat jika mereka memiliki kebutuhan afiliasi tinggi
karena mereka lebih memilih untuk diterima dan disukai oleh orang lain, dan hal
ini melemahkan objektivitas mereka. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi
yang tinggi lebih memilih bekerja di lingkungan yang menyediakan interaksi
pribadi yang lebih besar. Orang-orang semacam memiliki kebutuhan untuk berada
di buku-buku yang baik dari semua. Mereka umumnya tidak bisa menjadi
pemimpin yang baik.
Orang yang memiliki kebutuhan kekuasaan (n-Pow) dan kebutuhan
afiliasi (n-Aff) memiliki keterkaitan dengan keberhasilan manajerial yang baik.
Seorang manajer yang berhasil memiliki n-Pow tinggi dan n-Aff rendah. Meski
demikian, pegawai yang memiliki n-aff yang kuat yaitu kebutuhan akan afiliasi
dapat merusak objektivitas seorang manajer, karena kebutuhan mereka untuk
disukai, dan kondisi ini mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan
seorang manajer. Di sisi lain, n-pow yang kuat atau kebutuhan untuk kekuasaan
akan menghasilkan etos kerja dan komitmen terhadap organisasi, dan individu
dengan nPow tinggi lebih tertarik dengan peran kepemimpinan dan memiliki
kemungkinan untuk tidak fleksibel pada kebutuhan bawahan. Dan terkakhir,
orang n-ach yang tinggi yaitu motivasi pada pencapaian lebih berfokus pada
prestasi atau hasil.
2.1.2.3 Metode-Metode Motivasi
Terdapat dua metode dalam motivasi, metode tersebut adalah metode
langsung dan metode tidak langsung. Kedua metode motivasi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:

24
Universitas Sumatera Utara

a.

Metode Langsung (Direct Motivation), merupakan motivasi materiil atau non
materiil yang diberikan secara langsung kepada seseorang untuk pemenuhan
kebutuhan dan kepuasannya. Motivasi ini dapat diwujudkan misalnya dengan
memberikan pujian, penghargaan, bonus dan piagam.

b. Metode Tidak Langsung (Indirect Motivation),merupakan motivasi yang
berupa fasilitas dengan maksud untuk mendukung serta menunjang gairah
kerja dan kelancaran tugas.
2.1.2.4 Faktor-faktor motivasi berwirausaha.
Menurut Steinhoff dan Burgess (dalam Suryana, 2003: 50), ada tujuh motif
yang mendasari seseorang untuk menjadi wirausaha, yaitu:
1. The desire for heigher income (keinginan untuk mendapatkan pendapatan
yang lebih tinggi).
2. The desire for a more satisfying career (keinginan untuk memilih karir
yang lebih memuaskan).
3. The desire to be self directed (keinginan untuk menjadi pribadi yang
mandiri)
4. The desire for the prestige that comes to being a busineess owner
(keinginan untuk mendapatkan prestise dengan menjadi pemilik usaha
sendiri).
5. The desire to run with a new idea or concep (keinginan untuk menjalankan
ide atau konsep baru).
6. The desire to build long-term wealth (keinginan untuk merencanakan
kesejahteraan jangka panjang).

25
Universitas Sumatera Utara

7. The desire to make a contribution to humanity or to a spesific cause
(keinginan untuk memberikan kontribusi bagi kemanusiaan atau untuk
sebab-sebab spesifik).
Dalam “Entrepreneur Handbook”, yang dikutip oleh Wirasasmita (dalam
Suryana,2003:50),

dikemukakan

beberapa

alasan

mengapa

seseorang

berwirausaha, yaitu:
1. Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya,untuk
mencari pendapatan tambahan, sebagai stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi/status, untuk dapat dikenal
dan dihormati.
3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk
menatar masyarakat,untuk membantu ekonomi masyarakat,demi masa
depan

anak-anak

dan

keluarga,

untuk

mendapatkan

kesetiaan

suami/isteri,untuk membahagiakan orang tua.
4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi mandiri, untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang
lain, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan
pribadi.

2.1.3

Pengertian Pengetahuan
Aktivitas terpenting yang melibatkan otak termasuk dalam ranah kognitif.

Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, keenam jenjang
tersebut adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

26
Universitas Sumatera Utara

penilaian. Pada pembahasan penelitian ini jenjang yang akan dibahas adalah
jenjang pengetahuan.
Probst, et al, (2003: 76) mendefinisikan pengetahuan merupakan seluruh
kesadaran dan keterampilan yang digunakan individu untuk memecahkan
masalah. Pengetahuan mencakup teori maupun praktis, aturan sehari-hari atau
petunjuk untuk bertindak.
Kakabadse, et al, ((2003: 93) mendefinisikan pengetahuan sebagai:
“justified true belief” is which people belive and values basis of the meaningful
and organized accumulation of information through experience, communication,
or inference. Karena itu, pengetahuan bersifat unik, tergantung pada kuantitas dan
kualitas yang dimiliki manusia, atau sekelompok karyawan yang ada dalam
sebuah organisasi.
Menurut Sudjono (2009: 50) pengetahuan adalah kemampuan seseorang
untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang sudah pernah dialami, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
Menurut Winkel (2004: 274) pengetahuan itu mencakup ingatan akan hal
atau peristiwa yang pernah terjadi, dipelajari, disimpan dalam ingatan dan digali
pada saat dibutuhkan.
Sedangkan menurut Djaali, (2007: 77) pengetahuan (knowledge)
merupakan salah satu faktor kognitif yang merupakan kemampuan menghafal,
mengingat sesuatu atau melakukan pengulangan suatu informasi yang sudah
diresapi atau ditangkap.

27
Universitas Sumatera Utara

Pengetahuan adalah “segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
objek tertentu”.

Pengetahuan “merupakan hasil tahu setelah melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba”. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Soekanto, bahwa “pengetahuan merupakan “hasil penggunaan
panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia”.
Menurut Nasution, (2011: 36) Pengetahuan adalah “interaksi yang
terus

menerus

antara

individu

dan

lingkungan”.

Dengan

demikian

pengetahuan adalah suatu proses, bukan suatu “barang”. Pengetahuan adalah
“tekanan kepada proses psikologi ingatan atau kognitif”.

Taksonomi

(pengelompokan) tujuan pendidikan harus mengacu kepada tiga jenis ranah,
yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik”.
Menurut Suhartono, (2000: 26) Pengetahuan (khnowledge) adalah
“hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What” misalnya
apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya”. Pengetahuan hanya dapat
menjawab pertanyaan sesuatu itu. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari
sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa

perilaku

didasarkan

atas

pengetahuan

akan

lebih

langgeng

28
Universitas Sumatera Utara

dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Pengetahuan merupakan
dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa pengetahuan
bagian dari faktor kognitif yang pertama dan merupakan satu kekayaan dan
kesempurnaan bagi manusia yang memiliki kemampuan menangkap, mengingat,
mengulang, menghasilkan informasi sehingga otak akan bekerja, dan menyimpan
informasi tersebut di dalam memori.
2.1.3.1 Pengertian Kewirausahaan
Menurut Daryanto (2012: 2) kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak
inovatif untuk menciptakan peluang.
Menurut Hendro (2011: 30) kewirausahaan adalah kemampan diri untuk
mengelola sesuatu yang sudah ada dalam diri seseorang untuk dimanfaatkan dan
ditingkatkan sehingga akan berguna dimasa depan.
Menurut Eddy Soertyanto (2009: 3) kewirausahaan adalah salah satu
usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu
yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan
pekerjaan dan hasilnya berguna bagi orang lain.
Menurut Suryana (2010: 2) kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju kesuksesan.
Menurut Holt (dalam Riyanti, 2003: 21), kata Entrepreneur berasal dari
kata Enterprende. Dalam bahasa Indonesia kewirausahaan berasal dari kata

29
Universitas Sumatera Utara

“wirausaha”. Kata wirausaha merupakan gabungan kata “wira” (=gagah berani,
perkasa) dan kata “usaha”. Jadi wirausaha berarti orang yang gagah berani/
perkasa dalam usaha. Kamus umum bahasa Indonesia (Riyanti, 2003: 24)
mengartikan wirausaha sebagai orang yang pandai atau berbakat mengenali
produk, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk

baru,

memasarkannya

serta

mengatur

permodalan

operasinya.

Wirausahawan (entrepreneur) menurut (Zimmerer, 2008: 4) adalah seseorang
yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi
mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang
yang signifikan dan menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan
sehingga sumber-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan. Kewirausahaan
(entrepreneurship) (Hendro, 2011: 5) bukan merupakan ilmu ajaib yang
mendatangkan uang dalam sekejap waktu, melainkan sebuah ilmu, seni, dan
keterampilan untuk mengelola semua keterbatasan sumber daya, informasi, dan
dana yang ada guna mempertahankan hidup, mencari nafkah, atau meraih posisi
puncak dalam karir. Kewirausahaan (Zimmerer, 2008: 51) adalah “applying
creativity and innovation to solve the problems and to exploit opportunities that
people face everyday.” Dimana kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan
keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan
peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari
kreativitas dan keinovasian, serta keberanian menghadapi risiko yang dilakukan
dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.

30
Universitas Sumatera Utara

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan
merupakan salah satu usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk
menciptakan peluang dan dimanfaatkan dengan baik sehingga akan memperoleh
keuntungan lebih besar dan hasilnya berguna bagi orang lain.
2.1.3.2 Pengertian Pengetahuan Kewirausahaan
Menurut Basyruddin (2007: 16) pengetahuan kewirausahaan adalah
kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru melalui berpikir
kreatif dan bertindak inovatif, sehingga dapat menciptakan ide-ide atau peluang
dan dapat dimanfaatkan dengan baik. Pengetahuan kewirausahaan dapat diperoleh
melalui pendidikan kewirausahaan. Materi kewirausahaan dapat disampaikan
sesuai dengan kurikulum yang ada. Kurikulum tersebut memasukan pendidikan
kewirausahaan yang mempelajari nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam
berkreasi dan berinovasi. Selain itu mutu pelajaran yang bersifat teori untuk
meningkatkan pengetahuan kewirausahaan atau dengan praktik langsung
kelapangan usaha.
Dengan pengetahuan kewirausahaan yang diperoleh seseorang dari proses
pembelajaran melalui materi-materi pembelajaran maupun dari sumber lainnya
diharapkan dapat memberikan gambaran dan bekal mengenai kewirausahaan yang
nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan seseorang untuk menentukan masa
depan dan diharapkan dapat mendorong seseorang untuk minat berwirausaha.
Menurut Kasmir (2009: 43) pengetahuan kewirausahaan adalah dasar dari
sumber daya kewirausahaan yang terdapat didalam diri individu.Seorang
wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan,

31
Universitas Sumatera Utara

dan kemauan. Ada kemauan tetapi tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan
tidak akan membuat seseorang menjadi wirausaha yang sukses. Sebaliknya,
menurut Suryana (2003: 4) memiliki pengetahuan dan kemampuan tetapi tidak
disertai dengan kemauan, tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan.
Pada umumnya seorang wirausaha adalah mereka yang berpotensi untuk
berprestasi dan mempunyai motivasi yang besar untuk maju. Seorang wirausaha
berusaha mandiri untuk menolong dirinya dan bahkan orang lain untuk mengatasi
masalah hidup. Menurut Meredith et al (2000: 5), para wirausaha adalah individuindividu yang berorientasi pada tindakan, dan mempunyai motivasi tinggi dalam
mengambil resiko untuk mengejar tujuannya.
Untuk melaksanakan cita-cita (ide) menjadi suatu kenyataan tentu
memerlukan usaha dan manajemen terhadap sumber daya yang ada. Demikian
pula dengan resiko yang sebelumnya sudah diperkirakan dan diperhitungkan, pada
akhirnya tetap menjadi tanggung jawab si wirausaha itu sendiri. Disinilah letak
keberanian seorang wirausaha untuk mengambil keputusan bisnis dan
menanggung semua resiko dari bisnis yang dilakukannya.
Ada 4 tipe wirausaha yaitu :
1. Kelompok wirausaha yang tidak memiliki bayangan dan cita-cita untuk
menjadi besar. Bagi kelompok ini, sudah merasa cukup bila hasil bisnisnya
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.
2. Kelompok wirausaha yang gagal dalam bisnisnya. Kelompok ini bisnisnya
berkembang sangat pesat, namun sampai tahap tertentu bisnisnya tidak
terkendali.

32
Universitas Sumatera Utara

3. Kelompok wirausaha yang sukses sesama pemilik modal/bisnis masih
hidup. Kelompok ini melalaikan siapa yang menggantikannya atau
meneruskan bisnisnya.
4. Kelompok wirausaha yang menyadari bahwa usahanya tidak dapat
berkembang lebih jauh lagi, kalau tidak mengembangkan sumber daya
manusianya.
Dari teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi dimensi
variabel pengetahuan kewirausahaan adalah:
1. Memulai usaha berdasarkan pengalaman sendiri
2. Mampu menilai peluang bisnis
3. Memiliki kompetensi untuk menghadapi resiko dan tantangan
4. Memiliki pengetahuan tentang bisnis.
2.1.3.3 Dimensi Pengetahuan kewirausahaan
Dimensi keberhasilan usaha menurut (Suryana, 2006: 4) adalah :
1. Pengetahuan mengenai usaha yang akan dimasuki/dirintis dan lingkungan
usaha yang ada.
Wirausaha tidak merupakan bakat yang sudah ada sejak lahir, tetapi dapat
dikembangkan dari pengetahuan tentang kewirausahaan. Dalam hal
berwirausaha sangat diperlukan pengetahuan mengenai usaha yang akan
dimasuki sebelum mengambil keputusan untuk melakukannya.
2. Pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab
Wirausahawan yang memiliki pengetahuan tentang peran dan tanggung
jawab dalam menjalankan usaha lebih memahami tentang kewirausahaan.

33
Universitas Sumatera Utara

Pengetahuan sangat dibutuhkan dalam pengembangan usaha termasuk
pada pengetahuan akan peran dan tanggung jawab berwirausaha.
3. Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri.
Lebih memahami kepribadian dan kemampuan diri dalam berwirausaha
sangat dibutuhkan. Dalam menjalani usaha kemampuan diri lebih
diperhatikan apakah telah mampu untuk berwira usaha atau tidak.
Seseorang yang memiliki kepribadian berwirausaha akan mampu
menjalankan usahanya sendiri.
4. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.
Berwirausaha harus memiliki pengetahuan tentang manajemen dan
organisasi bisnis, berguna dalam menjalankan usaha agar lebih memahami
tentang usaha yang dijalankannya.
Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus
dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak
kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau
kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukkan oleh pengetahuan dan
pengalaman usaha (Suryana, 2006: 88).
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan
berkreasi dan berinovasi. Ia memiliki kemampuan menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda. Ia kreatif dan inovatif. Kemampuan itu tercermin di saat memulai
usaha baru dengan mengerjakan sesuatu yang baru, memiliki kemauan dan
kemampuan untuk mencari peluang, mampu dan berani menanggung resiko, dan
mampu mengembangkan ide serta memanfaatkan sumber daya (Saban, 2013: 46).

34
Universitas Sumatera Utara

Terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki wirausaha yaitu:
a. Self knowledge, memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dijalankan
atau ditekuni.
b. Imagination,

memiliki

imajinasi,

ide

dan

perspektf

serta

tidak

mengandalkan kesuksesan masa lalu.
c. Partical knowledge, memiliki pengetahuan praktis , misalnya pengetahuan
teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.
d. Search skill, kemampuan menemukan, berkreasi dan berimajinasi. e.
Foresight, berpandangan jauh kedepan.
e. Communication

skill,

kemampuan

berkomunikasi,

bergaul,

dan

berhubungan dengan orang lain (Sudaryono dkk , 2011: 64)

2.1.4

Pengertian Keberhasilan Usaha
Ada banyak pengertian tentang keberhasilan usaha, diantaranya adalah

menurut Noor (2007: 397), Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah
keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuannya. Keberhasilan usaha adalah
tujuan utama dari sebuah perusahaan atau bisnis yang segala aktivitas di dalamnya
ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan atau kesuksesan. Dalam pengertian
umum, keberhasilan menunjukkan suatu keadaan yang lebih baik atau unggul dari
pada masa sebelumnya. Suatu perusahaan atau bisnis dikatakan berhasil apabila
mendapat keuntungan atau laba. Walaupun laba bukan merupakan satu-satunya
aspek yang dinilai dari keberhasilan sebuah usaha atau bisnis, keuntungan atau
laba menjadi faktor yang penting karena laba merupakan tujuan dari orang yang
memulai usaha. Apabila di dalam sebuah perusahaan atau bisnis terdapat

35
Universitas Sumatera Utara

penurunan laba atau laba yang tidak stabil, maka perusahaan atau bisnis akan
kesulitan untuk mengoperasikan kegiatan usahanya dan mempertahankan
usahanya.
Menurut Ranto (2007: 20) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik
dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi
kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga
menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa
membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak
berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun
kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik
maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar
yang dimulai dengan bergelimang fasilitas.
Menurut Hutagalung (2008: 50), sukses tidak terjadi secara kebetulan,
secara instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari
proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan
uang, harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi
dari ke semuanya.
Keberhasilan usaha kecil disumbangkan oleh kerja keras, dedikasi,dan
komitmen terhadap pelayanan dan kualitas.berbagai faktor penentu keberhasilan
usaha industri kecil menurut cerminan dari kemampuan usaha (pengetahuan,sikap,
dan keterampilan), pengalaman yang relevan, motivasi kerja dan tingkat
pendidikan seseorang pengusaha.

36
Universitas Sumatera Utara

Noor (2007: 397) mengemukakan bahwa “Keberhasilan usaha pada
hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis
dikatakan berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang
melakukan bisnis.
Menurut Algifari (2003: 118) keberhasilan usaha dapat dilihat dari
efisiensi kelompok produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara
teknis dan efisien secara ekonomis.
Keberhasilan usaha adalah adanya peningkatan kegiatan usaha yang
diharapkan dan dicapai oleh para pengusaha industri kecil (Indriyatni, 2013: 28)
2.1.4.1 Dimensi Keberhasilan Usaha
Adapun dimensi keberhasilan usaha adalah sebagai berikut:
1. Laba
Laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara
pendapatan dengan biaya.
2. Produktivitas
Besar kecilnya produktivitas suatu usaha akan menentukan besar kecilnya
produksi. Hal ini akan mempengaruhi besar kecilnya penjualan dan pada
akhirnya menentukan besar kecilnya pendapatan, sehingga mempengaruhi
besar kecilnya laba yang diperoleh.
3. Daya Saing
Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk
merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat dikatakan

37
Universitas Sumatera Utara

berhasil, bila dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bisa
bertahan menghadapi pesaing.
4. Kompetensi
Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan
pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya
sehingga dapat menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.
5. Terbangunnya citra baik
Citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu, trust internal dan trust
external. Trust internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang
ada dalam perusahaan. Sedangkan trust external adalah timbulnya rasa
amanah atau percaya dari segenap stakeholder perusahaan, baik itu
konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan juga
pesaing.

2.2

Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No
1.

Peneliti
Fandi
(2015)

Judul
Pengaruh Pengetahuan
Kewirausahaan, Faktor
Keluarga dan Faktor
Kepribadian terhadap
Minat Berwirausaha
pada Mahasiswa
Konsentrasi
Kewirausahaan S-1
Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera
Utara

Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
secara
simultan,
pengetahuan
kewirausahaan,
faktor keluarga dan faktor
kepribadian berpengaruh positif
dan signifikan terhadap minat
berwirausaha
mahasiswa
konsentrasi kewirausahaan S-1
manajemen Fakultas Ekomomi
dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara. Secara parsial pengetahuan
kewirausahaan berpengaruh positif

38
Universitas Sumatera Utara

2.

Lia
(2016)

3.

Michael
(2015)

4.

Muthalib
(2015)

Pengaruh Pengetahuan
Kewirausahaan
dan
Karakteristik
Kewirausahaan
Terhadap Keberhasilan
Usaha Pada Wirausaha
Mikro di Kelurahan
Madras Hulu Medan
Polonia
Pemahaman
Kewirausahaan
Pada
Mahasiswa
Jurusan
Manajemen
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Negeri Medan

Pengaruh motivasi
kewirausahaan pada
kinerja bisnis di sector
industri kuliner

dan signifikan terhadap minat
berwirausaha, faktor keluarga
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat berwirausaha, dan
faktor
keluarga
berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
minat berwirausaha
Hasil
dari
penelitian
ini
menunjukkan bahwa pengetahuan
kewirausahan dan karakteristik
kewirausahaan berpengaruh positif
dan
signifikan
terhadap
keberhasilan usaha pada wirausaha
mikro di Kelurahan Madras Hulu
Medan
Kewirausahaan
merupakan
kegiatan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dalam arti
tingkat hidup yang lebih baik dan
bermutu. Kewirausahaan sangat
besar peranannya di dalam
perkembangan
pertumbuhan
ekonomi. Seorang wirausahawan
selalu berpikir untuk mencari
peluang, memanfaatkan peluang,
serta menciptakan peluang usaha
yang
dapat
memberikan
keuntungan. Kerugian merupakan
hal yang biasa, karena faktor
kerugian selalu ada. Bahkan, bagi
mereka semakin besar resiko
keuangan yang akan dihadapi,
semakin besar pula peluang
keuntungan yang dapat diraup.
Motivasi
kewirausahaan
berpengaruh
positif
dan
siginifikan
terhadap
kinerja
bisnis kuliner di kendari, ini
menunjukkan bahwa motivasi
kewirausahaan membuat kinerja
dari sektor industri kuliner lebih
baik

39
Universitas Sumatera Utara

5.

Yessi
(2015)

Pengaruh Pengetahuan
Kewirausahaan Dan
Kemandirian Pribadi
Terhadap Kinerja Usaha
Pada Pengusaha Toko
Emas Dan Permata Di
Pusat Pasar Medan

6.

Deswira
(2016)

Pengaruh Pengetahuan
Kewirausahaan dan
Keunggulan Bersaing
Terhadap Keberhasilan
Usaha Rumah Makan
Minang di Kota Medan

7.

Richard
(2015)

Entrepreneurial
knowledge, personal
attitudes, and
entrepreneurship
intentions among South
African Enactus students

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
secara
simultan,
pengetahuan kewirausahaan dan
kemandirian pribadi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja usaha
pada pengusaha toko emas dan
permata di Pusat Pasar Medan.
Secara
parsial
pengetahuan
kewirausahaan dan kemandirian
pribadi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja usaha.
Berdasarkan hasil pengolahan
data, diketahui pengaruh variabel
pengetahuan kewirausahaan dan
keunggulan bersaing memiliki
pengaruh
simultan
yang
signifikan terhadap keberhasilan
usaha. Pengaruh yang terjadi
antara variabel pengetahuan
kewirausahaan, secara parsial,
terhadap keberhasilan usaha,
signifikan
dan
berpengaruh
positif.
Sementara
variabel
keunggulan bersaing berpengaruh
positif, namun tidak signifikan,
terhadap keberhasilan usaha.
While findings of the study
indicated
that
both
entrepreneurial knowledge and
personal
attitudes
have
significant
influence
on
entrepreneurship
intentions,
personal attitudes were observed
as having a greater influence on
the former. Furthermore, high
levels
of
entrepreneurship
knowledge were observed to
impact on favorable attitudes
towards
entrepreneurship.
(Sementara temuan penelitian
menunjukkan
bahwa
baik
pengetahuan kewirausahaan dan
sikap pribadi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap niat
kewirausahaan , sikap pribadi
yang diamati sebagai memiliki

40
Universitas Sumatera Utara

pengaruh
lebih
besar.
Selanjutnya , tingkat tinggi
pengetahuan
kewirausahaan
diamati berdampak pada sikap
yang menguntungkan terhadap
kewirausahaan)
Sumber : Fandi (2015), Lia (2016), Michael (2015), Muthalib (2015), Yessi (2015), Deswira
(2016), Richard (2015).

Dari Tabel di atas dapat dilihat daftar peneliti terdahulu yang menjadi
acuan penulis yang pertama adalah Yessi (2015) dengan judul “Pengaruh
Pengetahuan Kewirausahaan Dan Kemandirian Pribadi Terhadap Kinerja Usaha
Pada Pengusaha Toko Emas Dan Permata Di Pusat Pasar Medan” dimana pada isi
skripsi menjelaskan lebih rinci mengenai pengetahuan kewirausahaan dan
kemandirian pribadi. Isi skripsi ini adalah merupakan pedoman bagi penulis.
Kedua adalah Lia (2016) dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan
dan Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Wirausaha
Mikro di Kelurahan Madras Hulu Medan Polonia”. Disini yang menjadi acuan
penulis adalah tentang keberhasilan usaha. Isi dari skripsi ini merupakan pedoman
bagi penulis.

2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pondasi utama sepenuhnya dari proyek
penelitian yang dituju, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar
variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan dan elabolarasi dari
perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara,
observasi, dan survei literatur (Kuncoro, 2003: 44).

41
Universitas Sumatera Utara

Kemandirian pribadi menurut sudut pandang Ericson (dalam Moks, 2002:
207) yaitu suatu sikap atau usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan
maksud untuk menemukan dirinya dengan proses mencari identitas ego yaitu
merupakan perkembangan kearah yang mantap untuk berdiri sendiri.
Motivasi Menurut Sarwono, (2000: 50) berarti sebab-sebab yang menjadi
dorongan bagi tindakan seseorang. Artinya bahwa motivasi merupakan dorongan
yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan. Dengan kata lain
motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan tingkah
laku. Dorongan ini dapat muncul dari tujuan dan kebutuhan.
Druker dalam Novian (2012: 120) menjelaskan bahwa wirausaha
(entrepreneur) yaitu sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang
mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia
usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya.Wirausaha adalah seseorang
yang bebas dan memiliki kemampuanuntuk hidup mandiri dalam menjalankan
kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan
mengelola, mengendalikan semua usahanya. Kewirausahaan merupakan sikap
mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan
bersahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan
usahanya.
Kemudian pengetahuan kewirausahaan adalah dasar dari sumber daya
kewirausahaan yang terdapat didalam diri individu.Seorang wirausaha tidak akan
berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan. Ada

42
Universitas Sumatera Utara

kemauan tetapi tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan tidak akan membuat
seseorang menjadi wirausaha yang sukses ( Kasmir 2009: 43) .
Keberhasilan usaha dalam hal ini diindikasikan dalam lima hal yaitu
jumlah penjualan meningkat, hasil produksi meningkat, keuntungan atau profit
bertambah, perkembangan danpertumbuhan usaha berkembang cepat dan
memuaskan.

Ukuran

keberhasilan

usaha

dalam

menerap