Analisis Hukum Terhadap Pembatalan Akta Perdamaian Secara Sepihak (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No: 605 Pdt.G 2013 PN.Mdn)

ABSTRAK
Dalam akta perdamaian terdapat dua istilah yaitu Acte Van Dading dan Acte
Van Vergelijk. Retnowulan Sutantio menggunakan istilah Acte Van Dading untuk
perdamaian. Sedangkan Tresna menggunakan istilah Acte Van Vergelijk untuk
menyatakan perdamaian dalam Pasal 130HIR. Perdamaian pada hakikatnya dapat saja
dibuat para pihak dihadapan atau oleh hakim yang memeriksa perkara, juga perdamaian
dapat dibuat oleh para pihak diluar pengadilan dan selanjutnya di bawa kepengadilan
yang bersangkutan untuk dikukuhkan. Pembatalan sepihak atas suatu perjanjian dapat
diartikan sebagai ketidak sediaan salah satu pihak untuk memenuhi prestasi yang telah
disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian. Pada saat mana pihak yang lainnya tetap
bermaksud untuk memenuhi prestasi yang telah dijanjikannya dan menghendaki untuk
tetap memperoleh kontra prestasi dari pihak yang lain. Seperti yang kita ketahui bahwa
perjanjian yang sah, dalam arti memenuhi syarat sah menurut undang-undang, maka
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah pertama: Bagaimana
kedudukan hukum sebuah akta perdamaian. Kedua: Bagaimana akibat hukum dari
pembatalan akta perdamain secara sepihak. Ketiga: Bagaimana kedudukan akta
perdamaian yang dibatalkan secara sepihak kaitannya dengan putusan perkara perdata
No. 605/Pdt.G/2013/PN.Mdn. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif
analisis dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif atau disebut juga
penelitian hukum kepustakaan.

Hasil Penelitian diketahui bahwa Pembatalan Akta perdamaian secara sepihak
yang dilakukan di hadapan Notaris sebenarnya tidak perlu di lakukan lagi, karena dengan
adanya Putusan pengadilan yang telah berkekuatan Hukum tetap yang telah membatalkan
akta perdamaian tersebut sehingga membuat akta perdamaian tersebut menjadi batal demi
hukum. Notaris juga dalam hal ini tidak berwenang dalam membuat akta pembatalan
perdamaian hal ini dapat dilihat dariPasal 1338 ayat (2). Dari pasal 1338 ayat (2)
tersebut, jelas bahwa perjanjian itu tidak dapat dibatalkan sepihak, karena jika perjanjian
tersebut dibatalkan secara sepihak, berarti perjanjian tersebut tak mengikat diantara
orang-orang yang membuatnya. Dasar hukum yang menjadi pertimbangan hakim dalam
Putusan Nomor: 605/Pdt.G/2013/PN.Mdn adalah: Pasal 1862 ayat (2) KUHPerdata.
Akibat hukum yang lahir setelah putusan Nomor: 605/Pdt.G/2013/PN.Mdn adalah: akta
persetujuan no. 08 tanggal 21 februari 2012 dan akta perjanjian perdamaian no. 09
tanggal 21 februari 2012 terbukti menjadi Batal Demi Hukum. Berdasarkan kesimpulan,
maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: Hendaknya para pihak dalam
pembuatan akta perjanjian perdamaian dibantu oleh seorang mediator. Hendaknya
diperlukan kesepakatan para pihak dengan mematuhi syarat-syarat yang di tentukan oleh
undang-undang dalam hal ini pasal 1320 KUHPerdata. Hendaknya Notaris harus lebih
teliti lagi di dalam membuat Akta Perdamaian dengan memperhatikan hal dan ketentuanketentuan yang berlaku dalam Undang-undang, sehingga segala macam potensi konflik
yang terjadi dikemudian hari tidak akan terjadi.
Kata kunci: Pembatalan Akta Perdamaian, Secara Sepihak, Putusan.

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
There are two terms used to refer to the Deed of Reconciliation, namely Acte
Van Dading and Acte Van Vergelijk. Retnowulan Sutantio uses the term Act Van
Dading to refer to reconciliation. Meanwhile, Tresna uses the term of Acte Van
Vergelijk to talk about reconciliation in Article 130HIR. Reconciliation can be made
by all parties before or by the judge who verifies a case; it can also be made by
parties out of the court which is then brought to the related court to be validated. A
unilateral annulment on an agreement means that its parties are not willing to meet
the requirements upon which they had agreed. Meanwhile, the other party keeps
willing to fulfill the requirements of the agreement he had made and wants to receive
the performance from the other one. A valid agreement is the agreement that fulfills
the requirements in accordance with the law; thus, the prevailing law applies to both
parties who made the agreement.
The research problems were: firstly, how about the legal position of a deed of
reconciliation; secondly, how about the legal consequences of the unilateral
annulment of a reconciliation deed; and thirdly, how about the position of the

unilaterally annulled deed of reconciliation is, concerning the Ruling to the Civil
Case No.605/Pdt.G/2013/PN.Mdn. The research was a descriptive analysis using the
method of normative judicial approach or what is also called library study.
The results showed that the unilateral annulment made before a Notary was
actually unnecessary to be made again because the Court Ruling has contained the
legal force to annul the deed. The Notary is not authorized to make an annulment
deed of reconciliation as stipulated in Article 1338 paragraph (2). In the article, it is
obviously stated that the agreement cannot be unilaterally annulled because that
would mean that the agreement does not bind the people who make it. The legal
principles considered by the Judge in the Ruling No.605/Pdt.G/2013/PN.Mdn was the
Article 1862 paragraph (2) of the Civil Code. The legal consequences produced after
the Ruling No.605/Pdt.G/2013/PN.Mdn were that the Agreement Deed No.08 dated
February 21, 2012 and Reconciliation Agreement Deed No.09 dated February 21,
2012 were annulled By The Law. Based on the conclusion, it is suggested that the
parties involved in the making of the deed of reconciliation agreement be assisted by
a mediator. It is also suggested that all parties who make the agreement of
reconciliation concur and comply with the requirements mentioned by the law, in this
case the Article 1320 of the Civil Code. It is recommended that the Notary be more
conscientious in making the Deed of Reconciliation and pay more attention to the
provisions and regulations in the prevailing Law, so that any kind of potential

conflict can be prevented in the future.
Keywords: Reconciliation Deed Annulment, Unilaterally, Ruling.

ii

Universitas Sumatera Utara