Pertumbuhan Akar Semai Bruguiera Cylindrica Pada Berbagai Variasi Salinitas Chapter III V

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penanaman propagul B. cylindrica dengan perlakuan berbagai variasi
salinitas selama 5 bulan dilakukan pada Mei 2015 sampai Oktober 2015 di rumah
kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Lokasi Pengambilan Sampel
Sampel penelitian berupa propagul B. cylindrica diambil dari hutan
mangrove di Pulau Sembilan. Pulau Sembilan merupakan nama salah satu desa
yang berada di gugusan pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Desa Pulau Sembilan
berdekatan dengan Selat Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di
Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan secara administrasi terletak di kecamatan
Pangkalan, Susu Kabupaten Langkat. Luas Pulau Sembilan 24,00 km2 atau 8.84%
dari total luas kecamatan Pangkalan Susu. Di Pulau ini terdapat hutan mangrove
yang mengelilingi pulau dan tumbuh ekosistem pesisir. Kondisi air tanah masih
cukup baik dimana tidak ditemukan adanya air sumur yang asin atau terkena
intrusi air laut (BPS, 2010)
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah propagul B. cylindrica
yang sehat dan matang, bubuk garam komersial (marine salt), air tawar, pasir dari
sungai (tidak memiliki salinitas). Alat yang digunakan adalah hand refraktometer,


Universitas Sumatera Utara

botol plastik, cutter, jangka sorong, penggaris, ember, kamera, timbangan aplikasi
SAS 9.1, software image J, SPSS versi 22, dan alat tulis.
Prosedur Penelitian
1. Persiapan Media Tanam
Pasir disterilisasi untuk membunuh bakteri dan jamur yang hinggap
kemudian diisikan pada botol plastik sesuai jumlah masing-masing perlakuan dan
ulangan. Propagul B. cylindrica ditanam dan diberi salinitas yang bervariasi 0%,
0,5%, 1,5%, 2% dan 3% (sama dengan tingkatan air laut yaitu 15%, 45%, 60%,
90%).
Di dalam penelitian ini, salinitas ditentukan dari perbandingan massa
bubuk garam dengan massa larutan. Metode ini berdasarkan Fofonoff dan Lewis
(1979) dimana jenis garam yang dipakai adalah bubuk garam komersial (marine
salt). Untuk membuat konsentrasi salinitas 0%, 0,5%, 1,5%, 2% dan 3% dibuat
dengan melarutkan 5,66 g, 17 g, 22,6 g, dan 34 g bubuk garam komersial untuk 1
liter air. Salinitas adalah massa serbuk garam/massa larutan. Konsentrasi garam
pada setiap perlakuan pot diperiksa seminggu sekali selama percobaan dengan
hand refraktometer.

2. Pemilihan Propagul
Propagul B. cylindrica yang digunakan berasal dari pohon induk yang
berumur 5 tahun atau lebih. Propagul yang dipilih sebaiknya telah matang secara
fisiologi dengan warna propagul hijau kecoklatan dan sehat, tidak terserang oleh
hama dan penyakit.
3. Penanaman Propagul

Universitas Sumatera Utara

Propagul B. cylindrica yang telah diseleksi ditanam ke dalam botol plastik
berisi media tanam yang telah disesuaikan dengan perlakuannya persentase
salinitas masing-masing.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis data Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan konsentrasi garam (salinitas) berdasarkan
salinitas yang ada di lapangan dengan masing-masing 5 ulangan :
a. Salinitas 0 %
b. Salinitas 0,5 %
c. Salinitas 1,5 %
d. Salinitas 2 %

e. Salinitas 3 %
Model linear RAL:
Yij = μ + τi + εij
Keterangan:
Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ

= nilai rataan umum (mean)

τi

= pengaruh faktor perlakuan ke-i

εij

= pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j

i

= 1, 2, 3, 4, 5


j

= 1, 2, 3, 4, 5

Universitas Sumatera Utara

Analisis data dilakukan dengan metode ANOVA (Analisis of Varians) satu
arah menggunakan uji Dunnett untuk perbandingan seluruh perlakuan salinitas
yang diberikan terhadap kontrol. Nilai P < 0,05 dan P < 0,01 dipakai sebagai batas
untuk menunjukkan pengaruh perlakuan. Uji statistik dilakukan memakai
software SAS versi 9.1. Korelasi parameter menggunakan SPSS versi 22.
Parameter Pengamatan
Pengamatan dilakukan 5 bulan setelah tanam dan parameter yang diamati
adalah:
1.

Persentase Hidup (%)
Persentase hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah semai


yang hidup dan jumlah biibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan
data dilakukan pada akhir pengamatan (Yusmaini dan Suharsi, 2008)
Jumlah semai yang hidup
Persen Hidup (%) =
2.

Jumlah propagul ditanam

x 100%

Mortalitas (%)
Kematian semai dihitung dengan membandingkan antara jumlah semai

yang mati dan jumlah semai yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data
dilakukan pada akhir pengamatan setelah 5 bulan
Jumlah semai yang mati
Mortalitas (%) =
Jumlah propagul ditanam

x 100%


3. Tinggi semai (cm)
Pengukuran tinggi semai menurut dilakukan dengan menggunakan
penggaris. Pengukuran dilakukan mulai dari bagian plumula sampai titik tumbuh
tertinggi semai B. cylindrica. Pengukuran tinggi dilakukan setelah pemanenan.
4. Diameter semai (cm)

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran diameter batang semai berdasarkan dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan setelah pemanenan. Diameter
diukur tiga kali mulai dari bagian plumula, pertengahan batang, sampai titik
tumbuh tertinggi kemudian dihitung rata – ratanya B.cylindrica
5. Jumlah akar (cm)
Perhitungan jumlah akar dilakukan secara manual setelah pemanenan
semai B. cylindrica umur 5 bulan. Jumlah akar dihitung berdasarkan kedudukan
akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pi dkk
(2009), yang terdiri dari tap root dan lateral root.
6.


Panjang akar
Pengukuran panjang akar dilakukan secara manual dengan menggunakan

mistar dan benang. Pengukuran panjang dilakukan setelah pemanenan semai
B. cylindrica pada 5 bulan. Panjang akar diukur berdasarkan kedudukan akar pada
sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pi dkk (2009).
7.

Diameter akar (cm)
Pengukuran diameter dilakukan setelah pemanenan semai B. cylindrica

pada 5 bulan. Hasil dari diameter akar dapat memberikan informasi penting
hubungannya dengan ukuran pori tanah dan potensial penetrasi akar (Bohm,
1979). Pengukuran diameter akar dilakukan pada setiap tipe percabangan dengan
menggunakan jangka sorong Pi dkk (2009).
8. Jumlah Daun
Daun yang dihitung adalah yang telah membuka sempurna pada batang
semai. Perhitungan dilakukan secara manual Pengambilan data dilakukan
bersamaan dengan pengambilan data tinggi dan diameter semai.


Universitas Sumatera Utara

9. Luas Daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir pengamatan data. Perhitungan
luas daun

menggunakan program komputer. Untuk melakukan perhitungan

terlebih dahulu daun digambar di kertas millimeter blok yang selanjutnya
dilakukan scanning pada gambar tersebut. Setelah di pindai maka gambar tersebut
dihitung dengan program image J sesuai penelitian oleh Easlon dan Bloom (2014)
bahwa hasil penghitungan perangkat ini akurat, software dapat diunduh secara
bebas, dan menghasilkan data dalam waktu singkat. Jika dibandingkan dengan
beberapa metode yang ada maka Software Image J merupakan perangkat terbaik
dalam melakukan penghitungan jumlah luas daun.
10. Tebal Daun (mm)
Pengukuran tebal daun dilakukan di akhir pengamatan dengan
menggunakan mikrometer sekrup digital.
11. Kadar Air Tajuk dan Kadar Air Akar
Perhiungan persentase kadar air tajuk dan kadar air akar menggunakan

rumus sebagai berikut:
Berat awal – Berat akhir
Kadar Air (%) =

Berat Akhir

x 100%

12. Rasio Tajuk dan Akar
Perhitungan rasio tajuk dan akar dilakukan pada akhir pengamatan. dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Berat Kering Tajuk
Rasio =

Berat Kering Akar

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Semai B. cylindrica
Karakteristik dan pertumbuhan akar semai B. cyilindrica yang berumur 5
bulan pada berbagai variasi salinitas di rumah kaca disajikan pada gambar di
bawah ini:

Gambar 1. Karakteristik dan Pertumbuhan Akar Semai B. cylindrica Umur 5 bulan di
Rumah Kaca. Keterangan : 1, tap root; 2, lateral root

Berdasarkan

Gambar

1

terlihat

perbedaan

pertumbuhan


semai

B. cylindrica dari berbagai konsentrasi salinitas. Hasil yang diperoleh pada
Gambar 1 menunjukkan bahwa persentase salinitas terhadap pertumbuhan dan
perkembangan akar semai mangrove B. cylindrica menunjukkan perbedaan yang
nyata pada setiap pemberian salinitas pada umur 5 bulan. Rost (1996) menyatakan
bahwa sistem perakaran taproot pada flora umumnya ditemukan pada dikotil,
yang tersusun dari pusat perakaran dengan ukuran lebih besar disebut dengan tap
root atau akar utama. Diameter tap root lebih besar daripada lateral root atau akar
cabang dan pada umumnya pertumbuhan tap root lebih jauh ke dalam tanah.
Lateral root sesungguhnya merupakan akar yang terbentuk dari pericycle,

Universitas Sumatera Utara

kemudian bercabang dari tap root. Akar B. cylindrica diklasifikasikan menjadi 2
bagian, yaitu tap root dan lateral root (Pi dkk, 2009).
Persentase hidup dan mortalitas semai B. cylindrica di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase hidup dan mortalitas semai B. cylindrica

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Perlakuan
Salinitas 0 %
Salinitas 0,5%
Salinitas 1,5%
Salinitas 2 %
Salinitas 3 %

Persentase hidup (%)
100
100
100
100
100

Mortalitas (%)
-

Tabel 1 menunjukkan persentase hidup semai B. cylindrica pada setiap
salinitas adalah 100 %. Sementara tidak ada semai yang mati pada penelitian yang
dilakukan. Sesuai dengan pernyataan Noor (2006) bahwa kadar salinitas optimum
untuk Bruguiera adalah < 2,5%. Jenis B. parviflora tumbuh optimum pada kadar
salinitas 2,0% sementara B. gymnorrhiza pada salinitas 1,0 – 2,5%. Hasil pada
penelitian ini menunjukkan bahwa B. cylindrica dapat tumbuh pada kadar
salinitas > 2,5% hanya saja pertumbuhannya agak lambat dan kurang optimal
yang disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan. Faktanya mangrove memiliki
kemampuan dalam beradaptasi pada lingkungan dengan kadar salinitas tinggi
maupun rendah. B. cylindrica dapat tumbuh dalam salinitas rendah ataupun tinggi.
Pertumbuhan semai B. cylindrica mencakup tinggi dan diameter.
Parameter ini merupakan visual yang terlihat jelas pada percobaan yang dilakukan
seperti tersaji pada gambar 2

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Respons tinggi semai (cm) B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons
diameter semai (mm) B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*)
mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%)
pada P0,05 dengan Uji Dunnet

Respons pertumbuhan tinggi dan diameter semai B. cylindrica umur 5
bulan terhadap salinitas terlihat pada gambar 2A. Pertumbuhan semai tertinggi
adalah pada salinitas 0% yaitu sebesar 10,64 cm sementara yang terendah adalah
sebesar 3,81 pada salinitas 3%. Hasil ini menunjukkan bahwa semai B. cylindrica
yang ditanam selama 5 bulan di rumah kaca tumbuh dengan baik. Perbedaan
konsentrasi salinitas jelas memberikan pengaruh yang berbeda terkait adaptasi
mangrove. Data ini merupakan penemuan baru untuk melengkapi data
petumbuhan tinggi semai jenis-jenis mangrove sehingga menjadi acuan untuk
penelitian yang lain. Penelitian serupa yang dilakukan Ramayani (2012) dengan
sampel mangrove C. tagal menunjukkan hasil semai tertinggi berada pada kadar
salinitas 0,5%. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik
dibandingkan dengan kontrol pada P