brsInd 20171101140827

BADAN PUSAT STATISTIK
PROVINSI BANTEN

Perkembangan Nilai Tukar Petani
dan Harga Gabah
Nilai Tukar Petani (NTP)
Oktober 2017 Sebesar
101,01 Atau Naik 0,32
Persen.
Rata-rata harga gabah
kualitas GKG di Tingkat
Petani sebesar Rp. 4.874
per Kg
Upah Nominal Harian
Buruh Tani Provinsi Banten
Oktober 2017 Sebesar Rp
49.155,-

NTP Banten Oktober 2017 sebesar 101,01 atau naik
0,32 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP
karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

masih lebih cepat dibandingkan laju kenaikan pada Indeks
Harga yang Dibayar Petani (Ib).
Pada Oktober 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan di
Provinsi Banten sebesar 0,96 persen terutama disebabkan oleh
inflasinya kelompok perumahan sebesar 1,76 persen.
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Banten Oktober 2017
sebesar 106,73 atau naik 0,69 persen dibanding NTUP bulan
sebelumnya.
Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Oktober
dibandingkan keadaan September untuk Gabah Kering Panen
(GKP) mengalami kenaikan 4,33 persen dan untuk Gabah di
luar kualitas naik sebesar 14,41 persen.
Rata-rata harga gabah bulan Oktober 2017 di tingkat Petani
untuk kualitas GKP Rp. 4.874 per kg,- dan kualitas rendah Rp.
4.500,- per kg.
Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 4.300,- per
kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang dan harga
tertinggi di tingkat petani sebesar Rp. 6.000,- per kg untuk
kualitas GKP dengan varietas Ciherang.
Upah nominal buruh tani pada Oktober 2017 dibanding upah

buruh tani September 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,50
persen atau naik dari Rp. 48.910,- per hari menjadi Rp. 49.155,per hari. Secara riil*) mengalami penurunan 0,46 persen yakni
turun dari Rp. 37.273,- per hari menjadi Rp. 37.106- per hari.

1

1. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap
indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat
kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade)
dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks
harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana
komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM).
Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP
dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya
produksi dengan biaya produksinya.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten
pada Oktober 2017, NTP secara umum naik 0,32 persen dibandingkan NTP September, yaitu

dari 100,69 menjadi 101,01. Kenaikan NTP pada Oktober 2017 dikarenakan laju kenaikan Indeks
Harga yang Diterima Petani (It) yang sebesar 1,15 persen lebih cepat dari laju kenaikan Indeks
Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang sebesar 0,82 persen.
Tabel 1
Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan Oktober 2017 (2012=100)
Bulan

Subsektor
(1)

Persentase
Perubahan

September
(2)

Oktober
3)

129.52


131.01

1.15

128.64

129.70

0.82

131.22

132.47

0.96

122.19

122.75


0.46

100.69

101.01

0.32

a. Indeks yang diterima (It)
b. Indeks yang dibayar (Ib)
c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga
d. Indeks BPPBM
e. Nilai Tukar Petani (NTP)

(4)

Kenaikan NTP Oktober 2017 disebabkan oleh naiknya NTP hanya pada subsektor tanaman
pangan yang naik 2,15 persen. Empat subsektor lainnya justru mengalami penurunan yakni
subsektor hortikultura turun 0,75 persen, subsector tanaman perkebunan rakyat turun 1,56

persen, dan subsector peternakan turun 1,18 persen, serta subsektor perikanan turun sebesar
1,25 persen. Penurunan keempat subsector tersebut sedikit menghambat kenaikan yang terjadi
pada NTP umum.

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas
pertanian yang dihasilkan petani. Pada Oktober 2017, It Banten mengalami kenaikan sebesar
1,15 persen dibanding It September, yaitu naik dari 129,52 menjadi 131,01. Sebagaimana NTP
secara umum, Kenaikan It pada Oktober 2017 disebabkan naiknya It pada kedua subsektor
yakni subsektor tanaman pangan yang naik 3,00 persen dan It pada subsector hortikultura yang
naik 0,06 persen. It Ketiga subsector lainnya mengalami penurunan yakni It subsektor
tanamapn perkebunan rakyat turun 0,55 persen; It subsector peternakan turun 0,62 persen;
dan subsektor perikanan turun 0,53 persen.

2

Grafik 1
Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani
September - Oktober 2017
Sep-17

3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
-0,50
-1,00

Oct-17

3,00

1,69
1,15

1,26
0,88


0,49
0,06
-0,23
T. pangan

-0,55

Hortikultura

Perkebunan

-0,47

-0,53
Perikanan

-0,62
Peternakan


Gabungan

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga
(KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang
dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk
memproduksi hasil pertanian. Pada Oktober 2017 indeks harga yang dibayar petani mengalami
kenaikan sebesar 0,72 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga
mengalami kenaikan 0,95 persen dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen.
Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya 4 (empat) kelompok yakni kelompok pupuk,
obat-obatan, dan pakan naik 0,82 persen; biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,01 persen;
kelompok penambahan barang modal naik 0,32 persen; dan kelompok upah buruh naik 0,52
persen.
Grafik 2
Perubahan Indeks Harga Yang Dibayar Petani
Bulan Oktober 2017
Ib
1,20
1,03


1,00

0,96

0,92
0,83

Konsumsi RT

1,10
1,01

0,96

0,95

0,96
0,82


0,82

0,80

0,72
0,56

0,60
0,40

BPPBM

0,46
0,35

0,38
0,33

0,20

0,09

0,00
T. Pangan

Hortikultura

Perkebunan

Peternakan

Perikanan

Gabungan

3

4. Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor
a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)
Pada bulan Oktober 2017 NTP-P mengalami kenaikan indeks sebesar 2,15 persen atau naik
dari 101,92 menjadi 104,11. Hal ini karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani
(It) yang sebesar 3,00 masih lebih cepat dari laju kenaikan Ib yang sebesar 0,83 persen.
Kenaikan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena naiknya indeks pada
subkelompok padi sebesar 3,09 persen dan subkelompok palawija sebesar 1,36 persen.
Kenaikan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh naiknya harga gabah sebesar 3,09
persen. Kenaikan indeks pada subkelompok palawija dipengaruhi naiknya harga ketela
pohon, kacang tanah, dan ubi jalar Indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami
kenaikan sebesar 0,83 persen karena pengaruh naiknya Indeks BPPBM sebesar 0,35 persen
dan Indeks KRT sebesar 0,92 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh
naiknya indeks pada seluruh kelompok yakni kelompok bibit naik 1,22 persen; kelompok
pupuk dan obat-obatan naik 0,78 persen; kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain naik
0,01 persen; kelompok transportasi naik 0,22 persen; dan kelompok penambahan barang
modal naik 0,12 persen; serta kelompok upah buruh naik 0,21 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)
Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Oktober 2017 mengalami
penurunan sebesar 0,75 persen dari 101,68 menjadi 100,92. Hal ini terjadi karena laju
kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (0,06%) lebih lambat dari laju kenaikan pada
indeks harga yang di bayar petani (0,82%). Penurunan It pada subsektor hortikultura
disebabkan turunnya indeks pada kelompok sayur-sayuran turun 0,26 persen. Dua kelompok
lainnya mengalami kenaikan yakni kelompok buah-buahan naik 0,25 persen dan tanaman
obat naik 1,44 persen. Penurunan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh
turunnya harga cabai merah, cabai rawit, bayam, jengkol, petai, dan lainnya; kenaikan indeks
pada kelompok buah-buahan disebabkan naiknya harga jeruk, sirsak, dan pepaya; dan
kenaikan pada kelompok tanaman obat disebabkan naiknya harga kunyit, jeruk, jahe,
kencur. Di sisi lain, kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya indeks KRT sebesar 0,96
persen dan BPPBM sabai merah, ebesar 0,38 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)
Pada Bulan Oktober 2017 NTP-R sebesar 94,36 atau mengalami penurunan sebesar 1,56
persen dibanding bulan lalu yang disebabkan indeks harga yang diterima petanimengalami
penurunan 0,55 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani justru naik sebesar 1,03
persen. Penurunan It terjadi karena turunnya indeks harga pada kelompok tanaman
perkebunan rakyat sebesar 0,55 persen yakni dari 124,27 menjadi 123,59 persen yang
dipengaruhi oleh turunnya harga cengkeh, lada/merica, kelapa. Di sisi lain, kenaikan indeks
harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi oleh naiknya Indeks BPPBM sebesar 1,10 persen
dan oleh kenaikan indeks KRT sebesar 1,01 persen.

4

Tabel 2
Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya
Agustus – Oktober 2017 (2012=100)
Agustus

September

Oktober

Persentase perubahan
Oktober 2017 thd
September 2017

(2)

(3)

(4)

(5)

131.11

133.33

137.33

3.00

- Padi

131.16

133.57

137.70

3.09

- Palawija

130.10

128.85

130.61

1.36

130.85

130.82

131.91

0.83

131.66

131.65

132.86

0.92

128.02

126.74

127.18

0.35

100.20

101.92

104.11

2.15

129.55

129.26

129.34

0.06
-0.26

Bulan

Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok
(1)
1. Tanaman Pangan
a. Indeks Diterima Petani

b. Indeks Dibayar Petani
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
- Indeks BPPBM
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P)
2. Hortikultura
a. Indeks Diterima Petani
- Sayur-sayuran

131.63

130.46

130.12

- Buah-buahan

128.38

128.66

128.97

0.25

122.41

122.10

123.85

1.44

127.09

127.12

128.16

0.82

130.43
117.90
101.94

130.43
117.99
101.68

131.69

0.96

118.45
100.92

0.38
-0.75

122.73

124.27

123.59

-0.55

122.73

124.27

123.59

-0.55

129.58

129.65

130.98

1.03
1.01

- Tanaman Obat
b. Indeks Dibayar Petani
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
- Indeks BPPBM
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H)
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Indeks Diterima Petani
- Tanaman Perkebunan Rakyat
b. Indeks Dibayar Petani
- Indeks Konsumsi Rumahtangga

131.23

131.27

132.60

- Indeks BPPBM

121.63

121.85

123.19

1.10

94.71

95.86

94.36

-1.56

125.10

124.51

123.74

-0.62
-0.51

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R)
4. Peternakan
a. Indeks Diterima Petani
- Termak Besar

135.91

135.64

134.95

- Ternak Kecil

134.95

134.68

134.43

-0.19
-1.02

- Unggas

119.21

118.04

116.84

- Hasil Ternak

114.14

114.22

113.86

-0.32

123.46

123.62

124.32

0.56

130.92

131.00

132.26

0.96

115.53

115.78

115.89

0.09

101.33

100.72

99.53

-1.18

135.43

136.09

135.36

-0.53

- Penangkapan

152.10

152.68

152.29

-0.26

- Budidaya

122.45

123.16

122.18

-0.80

126.09

126.11

127.02

0.72

131.09

131.03

132.27

0.95

118.22

118.38

118.77

0.33

107.41

107.91

106.57

-1.25

b. Indeks Dibayar Petani
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
- Indeks BPPBM
c. Nilai Tukar Petani (NTP-T)
5. Perikanan
a. Indeks Diterima Petani

b. Indeks Dibayar Petani
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
- Indeks BPPBM
c. Nilai Tukar Petani (NTNP)

5

d. Subsektor Peternakan (NTP-T)
Pada bulan Oktober 2017 NTP-T mengalami penurunan sebesar 1,18 persen yang
disebabkan Indeks Harga yang Diterima petani (It) mengalami penurunan 0,62 persen,
sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen. Penurunan yang terjadi pada It
karena turunnya indeks pada seluruh kelompok, yakni kelompok ternak besar turun 0,51
persen; kelompok ternak kecil turun 0,19 persen; dan kelompok unggas turun 1,02 persen;
serta kelompok hasil ternak turun 0,32 persen. Penurunan indeks pada kelompok ternak
besar dipengaruhi oleh turunnya harga kerbau. Sedangkan penurunan indeks pada
kelompok ternak kecil dipengaruhi oleh turunnya harga domba. Penurunan indeks pada
kelompok unggas terutama disebabkan oleh turunnya harga ayam ras pedaging dan ayam
buras. Penurunan indeks yang terjadi pada kelompok hasil ternak dipengaruhi oleh turunnya
harga telur itik dan telur ayam ras. Lebih lanjut, Kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,56
persen dipengaruhi oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga 0,96 persen dan Indeks
BPPBM 0,09 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)
NTNP pada bulan Oktober 2017 mengalami penurunan sebesar 1,25 persen dari 107,91
menjadi 106,57 persen. Hal ini karena indeks harga yang diterima petani mengalami
penurunan sebesar 0,53 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani justru naik
sebesar 0,72 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks kelompok
budidaya sebesar 0,80 persen dan kelompok penangkapan sebesar 0,26 persen. Kenaikan Ib
sebesar 0,72 persen disebabkan naiknya Indeks BPPBM sebesar 0,33 persen dan indeks KRT
sebesar 0,95 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)
Pada Oktober 2017, NTN turun sebesar 1,01 persen dari 120,98 menjadi 119,76. Hal ini
terjadi karena It yang turun sebesar 0,26 persen, sedangkan Ib naik sebesar 0,75 persen.
Sedangkan kenaikan pada Ib disebabkan karena kenaikan indeks pada BPPBM sebesar
0,43 persen dan pada indeks KRT naik sebesar 0,95 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)
Pada Oktober 2017, NTPi turun sebesar 1,49 persen atau turun dari 97,72 persen menjadi
96,27 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,80
persen, dan indeks harga yang dibayar petani naik 0,70 persen. Penurunan It disebabkan
oleh turunnya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 0,86 persen yakni
harga ikan lele, mas,nila, dan mujair. Sedangkan kelompok budidaya air payau mengalami
penurunan 1,13 persen disebabkan turunnya harga bandeng Sementara itu Ib mengalami
kenaikan 0,70 persen, karena IBPPBM naik sebesar 0,25 persen dan indeks KRT naik
sebesar 0,95 persen.

5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi atau
deflasi di pedesaan. Pada bulan Oktober 2017 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi
Banten, terjadi infllasi di perdesaan sebesar 0,96 persen. Pemicu infllasi ini adalah kelompok
perumahan sebesar 1,76 persen. Lima kelompok lainnya yang mengalami inflasi yakni kelompok
bahan makanan naik 1,25 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sebesar 0,81 persen, kelompok transportasi dan komunikasi 0,23 persen, kelompok kesehatan
terjadi inflasi sebesar 0,17 persen, kelompok sandang naik 0,38 persen. Sedangkan kelompok
kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,04 persen mengalami deflasi 0,14 persen.

6

Tabel 3
IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten
Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Oktober 2017 (2012=100)
KELOMPOK IKRT

IKRT September

IKRT Oktober

Inflasi Perdesaan
(persen)

131.22

132.47

0.96

132.47

134.12

1.25

133.88

134.97

0.81

136.63

139.04

1.76

128.31

128.79

0.38

126.48

126.69

0.17

116.98

116.82

-0.14

123.38

123.66

0.23

UMUM
1. Bahan Makanan
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
3. Perumahan
4. Sandang
5. Kesehatan
6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga
7. Transportasi & Komunikasi

6. Perbandingan antar Provinsi di Indonesia
Pada Bulan Oktober 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 17 provinsi yang NTP-nya
berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks
sebesar 109,05 yang diikuti oleh Provinsi Jawa Barat sebesar 107,36. Sedangkan Nilai Tukar
Petani terendah terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 93,67. NTP nasional sebesar 102,78
yang mengalami peningkatan sebesar 0,54 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar
102,22.
Tabel 3
Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia
Oktober 2017 (2012=100)
Provinsi
Sulawesi Barat
Jawa Barat
NTB
Jawa Timur
Lampung
Gorontalo
Bali
NTT
Riau
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Maluku Utara
Jambi
Maluku
Papua Barat
Banten
Sulawesi Selatan

NTP
109.05
107.36
107.20
106.94
106.62
106.23
104.49
103.32
103.00
102.97
102.04
101.77
101.41
101.30
101.11
101.01
100.76

Perubahan
(%)
1.38
1.30
1.28
0.54
0.61
0.71
0.03
0.32
1.28
0.40
-0.96
0.12
1.52
-0.03
0.81
0.32
0.74

Rangking
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Provinsi
Sumatera Utara
Kalimantan Tengah
DKI
Kalimantan Barat
Kepulauan Riau
Sumatera Selatan
Kaliantan Timur
Kalimantan Selatan
Sumatera Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Bengkulu
Sulawesi Utara
NAD
Papua
Bangka Belitung
Nasional

NTP
99.51
98.59
97.73
97.47
97.23
96.81
96.75
96.56
95.71
95.26
95.13
95.12
94.27
94.07
93.71
93.67
102.78

Perubahan
(%)
0.66
0.05
0.04
0.26
0.71
0.41
0.61
0.49
-0.65
1.33
0.73
0.81
1.38
-0.12
-0.04
-2.12
0.54

Rangking
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

7

7. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor
Pada Oktober 2017 Nilai Tukar usaha pertanian (NTUP) Banten sebesar 106,73 atau
mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Harga yang
Diterima petani (It) yang sebesar 1,15 persen lebih cepat jika dibandingkan dengan laju
kenaikan pada Indeks BPPBM yang sebesar 0,46 persen. Jika dilihat per subsektor, kenaikan
NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada tiga subsektor yakni subsektor tanaman pangan naik
1,79 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 1,09 persen, dan subsektor perikanan
naik sebesar 0,35 persen. Sedangkan subsektor hortikultura dan peternakan masing-masing
turun 0,31 persen dan 0,68 persen.
Tabel 4
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya
Oktober 2017 (2012=100)
Subsektor

September

Oktober

(1)

(2)

(3)

(4)

1. Tanaman Pangan

105.20

107.98

2.64

2. Hortikultura

109.55

109.20

-0.32

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

101.99

100.33

-1.63

4. Peternakan

107.54

106.78

-0.71

5. Perikanan

114.96

113.97

-0.86

a. Tangkap

128.57

127.69

-0.68

b. Budidaya

104.29

103.20

-1.04

106.00

106.73

0.69

Gabungan

8

Perubahan (%)

8. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH
Pada Oktober 2017, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKP
sebanyak 93,18 persen, dan kualitas rendah/di luar kualitas 6,82 persen. Dari keseluruhan
observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 4.300,- per kg untuk
kualitas GKP dengan varietas ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 6.000,per kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang.
Tabel 5
Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan,
dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, Oktober 2017

Rata-Rata

Rata-rata Harga
Tingkat
Penggilingan
(RP/Kg)

Harga Pembelian
Pemerintah
(HPP)* (Rp./Kg.)

(5)

(6)

(7)

-

-

-

Penggilingan
4.650

4.300

6.000

4.874

4.991

4.400

4.700

4.500

4.600

Kelompok
Kualitas

Persentase
Jumlah
Obser-vasi

Terendah

Tertinggi

(1)

(2)

(3)

(4)

GKG

-

-

93,18%

6.82%

GKP

Gabah
Kualitas
Rendah

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.)

Petani
3.700
Penggilingan
3.750
-

9. Rata – rata Komponen Mutu
Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar
hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKP KA nya sebesar 12,96 persen dan
KH nya 5,96 persen; sedangkan untuk Kualitas rendah KA nya 23,83 persen dan KH
16,20 persen.
Tabel 6
Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah
Agustus - Oktober 2017
Kelompok Kualitas

Kadar Air (persen)

Kadar Hampa/Kotoran (persen)

Agustus

September

Oktober

Agustus

September

Oktober

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

GKG

-

-

-

-

-

-

GKP

15,72

13,34

12.96

4,60

5,59

5.96

Kualitas Rendah

19,31

19,23

23.83

13,11

15,77

16.20

9

10. Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas
Rata-rata harga harga gabah kualitas kering panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar
Rp. 4.991,- per kg sementara di tingkat petani rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar Rp.
4.874,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan mengalami kenaikan rata-rata
harga sebesar 3,21 persen dan di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga yakni
sebesar 4,33 persen.
Tabel 7
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas
Agustus – Oktober 2017
Ti n gk at P e ng gil in g an (R p/ Kg )
K u ali t as

Ti n gk at P e ta ni (Rp / Kg )
A gs t ‘ 17

Sept ‘17

O kt’ 1 7

(4 )

% P e rub a h an
K ol (4 ) t hd (3 )
(5 )

(6)

(7)

(8)

% P e rub a h an
K ol ( 8 ) t hd ( 7 )
(9 )

-

-

-

-

-

-

-

4.445

4.836

4,991

3.21

4.322

4.672

4,874

4.33

3.977

4.033

4,600

14.05

3.877

3.933

4,500

14.41

A gs t ‘ 17

Sept ‘17

O kt’ 1 7

(1 )

(2)

(3 )

G KG

-

G KP
K u ali t as
re n d a h

11. PERKEMBANGAN UPAH BURUH
Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada Oktober 2017 dibanding upah
buruh tani September mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen atau naik dari Rp. 48.910,- per
hari menjadi Rp. 49.155,- per hari. Secara riil mengalami penurunan 0,45 persen atau turun dari
Rp. 37.273,- per hari menjadi Rp. 37.106,- per hari.
Tabel 8
Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah)
Agustus - Oktober 2017
Rincian

Jenis Upah

(1)

Agustus ‘17

September ‘17

Oktober’17

% Perubahan
Oktober 2017 thd
September 2017

(3)

(4)

(5)

(6)

49.027

48.910

49,155

0.50

37.273

37,106

-0.46

Bulan

(2)

Provinsi

Upah Nominal
Upah Riil *)

37.365

Diterbitkan oleh:
Badan Pusat Statistik
Provinsi Banten
Jl. Syech Nawawi Al Bantani Kav H1-2,
KP3B, Serang, Banten 42171

Ir.Agoes Soebeno, M.Si.
Kepala BPS Provinsi Banten
Telepon: (0254)267027,
E-mail: pst3600@bps.go.id
Website: http://banten@bps.go.id

10

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh
Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan
Pusat
Statistik.
Dilarang
mengumumkan,
mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau
menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini
untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari
Badan Pusat Statistik