Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Hak Derivatif Pemegang Saham Dalam Perseroan Terbatas

BAB II
HAK-HAK PEMEGANG SAHAM DALAM PERSEROAN
TERBATAS
A. Hak-hak pemegang saham mayoritas dalam perseroan terbatas
Ada beberapa pendapat ahli hukum yang mengartikan hak. Diantaranya
sebagai berikut: Menurut Saut P. Panjaitan, hak adalah peranan yang boleh tidak
dilaksanakan (bersifat fakultatif).Menurut J.B. Daliyo hak adalah kewenangan
yang diberikan oleh hukum objektif kepada subjek hukum. 25 Meijers
mendefenisikan hak ialah sebagai suatu kewenangan seseorang yang diakui oleh
hukum untuk menunaikan kepentingannya.Houwing menyatakan bahwa hak ialah
sebagai suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum dengan cara tertentu. 26
Pasal52 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas menyatakan bahwa saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk 27 :
1. Menghadiri dan mengeluarkan suara saham dalam RUPS;
2. Menerima pembayaraan dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang perseroan Terbatas
ini.
Tetapi perlu diingat, hak yang disebut dalam pasal ini, dapat dikatakan merupakan
hak yang paling pokok, karena ada lagi berbagai hak yang diatur pada pasal lain.

25


Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008) hal 82.
Peter mahmud marzuki, Penghantar Ilmu Hukum (Jakarta : Kencana, 2009) hal 176
27
Gunawan widjaja, Seri Pemahaman Perseroan Terbatas Hak Individual & Kolektif
Para Pemegang Saham, (Jakarta : Forum Sahabat, 2008), Hal. 69.
26

Universitas Sumatera Utara

Pasal 52 ini adalah hak utama pemilik saham yang tidak boleh dikurangi dalam
anggaran dasar. Hak tersebut baru berlaku dan melekat pada diri pemilik saham,
setelah saham itu dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya.
Akan tetapi, ketentuan mengenai hak menghadiri dan mengeluarkan suara dalam
rapat umum pemegang saham dan menjalankan haknya berdasar undang-undang
ini, “tidak berlaku” bagi klasifikasi saham tertentu sebagaimana yang ditetapkan
dalam undang-undang ini. 28
Pelaksanaan hak-hak tersebut hanya dapat dilakukan setelah nama pemegang
saham dicatat dalam daftar pemegang saham perseroan. Jadi dengan demikian
berarti hanya pemegang saham yang namanya tercantum dalam daftar pemegang

saham perseroan yang berhak melaksanakan haknya berdasarkan Undang-Undang
No. 40 Tahun 2007 ini. Namun demikian perlu diperhatikan, bahwa dalam hal
perseroan mengeluarkan lebih dari satu jenis klarifikasi saham, maka hak-hak
pemegang saham yang ada untuk tiap-tiap klasifikasi dapat dibaca dalam
Anggaran Dasar perseroan. 29
Di dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 telah diatur mengenai hak-hak
pemegang saham. Hak hak tersebut secara rinci akan diuraikan di bawah ini.
1. Pemegang saham diberi hak untuk tidak membagi atas satu saham
Hak ini dikemukakan pada pasal 52 ayat (4) penjelasan pasal ini
mengatakan, berdasar ketentuan ini, para pemegang saham tidak
diperkenankan membagi-bagi hak atas 1 (satu) saham menurut
28
29

M. Yahya Harahap, Op. Cit., hal.263.
Gunawan widjaja, Op. Cit., hal. 69.

Universitas Sumatera Utara

kehendaknnya sendiri. 30 Hak yang melekat pada tiap lembar saham adalah

hak yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Dengan demikian berarti jika
terdapat 1 (satu) lembar saham yang dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) orang,
maka hak yang ada pada dan lahir dari kepemilikan saham tersebut hanya
dapat dipergunakan satu kali oleh satu subjek hukum. Dengan demikian
berarti, jika 1 (satu) lembar saham dimiliki lebih dari 1 (satu) subjek
hukum/orang perorangan dan atau badan hukum maka harus ditunjuk 1
(satu) orang atau badan hukum dari sekian banyak pemilik saham tersebut
sebagai wakil bersama. Tindakan yang dilakukan atau apapun pelaksanaan
hak yang diambil oleh wakil tersebut mengikat seluruhnya. Demikian juga
halnya dengan pencatatan saham tersebut dalam daftar pemegang saham
perseroan pada umumnya dicatatkan atas nama wakil bersama yang
ditunjuk tersebut, dengan catatan sebagai kepemilikan bersama. 31
2. Hak khusus untuk mencalonkan anggota direksi dan/atau anggota
komisaris.
Pemilik saham jenis ini mempunyai “hak berbicara khusus”.
Dalam hal ini menurut pasal 50 ayat (4) huruf b, kepada pemilik saham
diberi hak khusus untuk mencalonkan anggota direksi dan/atau dewan
komisaris, dan hak ini tidak diberikan kepada pemilik klasifikasi saham
yang lain. Oleh karena itu, pemilik saham klasifikasi ini, memiliki klausul
“oligarki” mengenai pencalonan anggota direksi dan/atau anggota dewan

komisaris secara mutlak.
30
31

M. Yahya Harahap, Op. Cit., hal. 263.
Gunawan Widjaja, Op. Cit., hal. 69.

Universitas Sumatera Utara

3. Hak untuk mendapatkan dividen lebih dahulu
Saham klasifikasi ini, disebut juga “saham utama” (preferent
aandelen). Saham ini memberi atau mempunyai hak lebih dahulu dari
“saham biasa” dalam memperoleh keuntungan dan/atau saldo. Oleh karena
itu, saham yang mempunyai hak utama atau preferen, dapat lagi dipecah
dalam subklasifikasi sebagai berikut.
1. Saham preferen atau saham utama memperoleh dividen
saham ini mempunyai hak lebih dahulu memperoleh pembagian
dividen dari pemegang saham klasifikasi lain. Misalnya, kalau
pemegang saham biasa menerima dividen 20%, maka saham utama
lebih dahulu menerima dividen 20% ditambah 5% sehingga menjadi

25%.
2. Saham utama kumulatif
Saham ini mempunyai hak lebih dahulu daripada saham utama atau
saham preferen untuk memperoleh hak atas “dividen tunggakan”.
Umpamanya kalau pada satu tahun pemegang saham utama kumulatif
karena keadaan tertentu, hanya menerima dividen, maka pada tahun
berikutnya apabila keadaan telah memungkinkan, pemegang saham
dapat menerima dividen yang tertunggak pada tahun yang lalu.
4. Hak pada pemegang saham utama menerima lebih dahulu pembagian
sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi
Menurut pasal 53 ayat (4) huruf e adalah saham yang memberikan
kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham

Universitas Sumatera Utara

klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi.
Saham jenis ini, disebut juga liquidation preference. Memang pada
umumnya, secara tradisional semua klasifikasi saham secara teoritis
mempunyai hak untuk berpartisipasi memperoleh pembagian atas sisa
kekayaan perseroan dalam likuidasi. Akan tetapi, dalam anggaran dasar

dapat ditetapkan klasifikasi saham yang mempunyai hak utama
memperoleh pembagian hasil sisa kekayaan likuidasi dari klasifikasi
saham lain.
Hak utama memperoleh pembagian sisa kekayaan likuidasi dapat
diberikan kepada satu klasifikasi saja atau lebih. Di luar saham utama
likuidasi dapat juga ditetapkan klasifikasi saham yang tidak berpartisipasi
atas hasil aset likuidasi. Dengan demikian, ada klasifikasi saham yang
berpartisipasi dan ada juga yang tidak berpartisipasi terhadap pembagian
hasil kekayaan perseroan dalam likuidasi.
Pada ketentuan pasal 53 Undang-Undang Perseroan Terbatas, tidak
diatur klasifikasi “saham pendiri”, yakni saham yang diberikan sebagai
balas jasa kepada pendiri dalam usaha mereka mendirikan dan
mengembangkan perseroan. Setoran mereka tidak berupa uang, tetapi
tenaga fisik dan pikiran. Saham pendiri tidak berbeda dengan saham biasa.
Oleh karena itu, memberi hak suara dan hak dividen kepada pemegangnya.
Juga tidak diatur “saham bonus”. Jenis saham ini sama dengan
saham biasa, yang diberikan kepada yang sudah menjadi pemegang saham
tanpa setoran uang tunai atau benda lain kepada perseroan. Pemberian

Universitas Sumatera Utara


saham bonus merupakan ganti atas hak tagihan kepada perseroan atas dana
cadangan atau dana kelebihan dari modal yang ditempatkan. Hak menagih
timbul disebabkan adanya keuntungan luar biasa dari operasional
perseroan. 32
5. Hak Agar Sahamnya Dibeli dengan Harga Wajar
Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar
sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak
menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau
perseroan berupa :
1. Perubahan anggaran dasar
2. Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai
nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan;
atau
3. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
Apabila saham yang diminta untuk dibeli tersebut melebihi batas
ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 37 ayat (1) huruf b, perseroan wajib mengusahakan
agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga. 33
Dalam pasal 62 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007,

yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Hak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli perseroan:
32
33

M. Yahya Harahap, Op. Cit., hal. 263-268.
Azizah, Hukum Perseroan Terbatas, (Malang : Setara Press 2016), hal. 82-83.

Universitas Sumatera Utara

Hak itu diberikan kepada “setiap pemegang saham” tanpa mempersoalkan
berapa besar jumlah saham yang dimilikinya, dengan demikian, setiap
pemegang saham dapat mempergunakan hak tersebut sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan.
2. Harga yang diminta, harga yang wajar (fair value):
Pemegang saham yang bersangkutan dapat menuntut kepada Perseroan
agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar (fair value), dan perseroan
tidak boleh sewenang-wenang menentukan harga saham yang tidak wajar.
3. Dasar alasan yang dibenarkan hukum meminta Perseroan membeli saham
pemegang saham:

Apabila pemegang saham tersebut, tidak menyetujui tindakan perseroan,
dan tindakan yang tidak disetujuinya itu, merugikan pemegang saham atau
perseroan, berupa tindakan:
Perubahan anggaran dasar, pengalihan atau penjaminan kekayaan
Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen)
kekayaan bersih perseroan. Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih”
menurut Penjelasan Pasal 62 ayat (1) huruf b adalah kekayaan bersih
menurut neraca terbaru yang disahkan dalam waktu 6 (enam) bulan
terakhir. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
4. Pembelian saham yang diminta pemegang saham, tidak melebihi batas
pembelian kembali saham oleh perseroan.
Pasal 37 ayat (1) huruf b telah menentukan batas kebolehan Perseroan
membeli saham yang telah dikeluarkan. Menurut ketentuan ini, jumlah nilai

Universitas Sumatera Utara

nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai atau
jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri dan/atau
perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki
perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang di

tempatkan dalam perseroan.
Bertitik tolak dari ketentuan ini, pasal 62 ayat (2) mengemukakan, apabila
jumlah saham yang diminta pemegang saham untuk dibeli perseroan melebihi
10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan:
maka yang dapat dibelinya hanya sampai batas tidak melebihi 10% dari
jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, dan selanjutnya, perseroan
wajib mengusahakan agar sisanya, dibeli oleh pihak ketiga. 34
6. Hak untuk memperoleh saham dari penerbitan saham selanjutnya
(first right of refusal) 35;
Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas, yaitu hak untuk
ditawarkan terlebih dahulu jumlah saham yang seimbang dengan kepemilikan
sahamnya untuk klasifikasi saham yang sama, manakala perseroan terbatas
bermaksud mengeluarkan saham baru dengan kelas saham yang sama.
Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas, yang menyatakan
dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan
saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, pemegang saham yang ada

34
35


M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Op. Cit., hal. 277-288.
Gunawan Widjaja, Op. Cit., hal. 70.

Universitas Sumatera Utara

berhak mengambil bagian terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai
dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya. 36
7. Hak berkaitan dengan RUPS
Hak-hak pemegang saham dalam penyelenggaraan RUPS disinggung dalam
pasal 79 ayat (2), dimana disebutkan bahwa penyelenggaraan RUPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan atas permintaan :
1. 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama
mewakili satu persepuluh atau lebih jumlah seluruh saham dengan hak
suara, kecuali dengan anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang
lebih kecil; atau
2. Dewan komisaris.
Selain itu, dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh
keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari Direksi dan/atau Dewan
Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak
bertentangan dengan kepentingan perseroan (pasal 75 ayat (2)).
Apabila Direksi dan Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan
RUPS dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 79 ayat (5) dan
ayat (7), maka pemegang saham yang meminta penyelenggaraan RUPS dapat
mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya

36

Ibid, hal. 71.

Universitas Sumatera Utara

meliputi tempat kedudukan perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada
pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut (pasal 80 ayat (1)). 37
Dalam pasal 80 ayat (1), hak pemegang saham terbuka mengajukan
“permohonan” (verzoek, petition) kepada ketua pengadilan negeri meminta
penyelenggaraan RUPS:
1. Apabila direksi atau dewan komisaris tidak melakukan pemanggilan
RUPS dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari dari tanggal
penerimaan surat permintaan;
2. Bentuknya adalah permohonan yang dituangkan dalam surat
permohonan (verzoekschrift, petition), bukan gugatan (vordering,
claim);
3. Diajukan kepada ketua pengadilan negeri sesuai asas actor sequitor
forum rei, yakni yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
perseroan;
4. Isi permintaan permohonan, agar ketua pengadilan negeri menetapkan
pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan
RUPS.
Memperhatikan ketentuan diatas, hak pemegang saham mengajukan
permohonan meminta penyelenggaraan RUPS, tidak langsung demi hukum
terbuka. Harus ditempuh terlebih dahulu permintaan kepada direksi atau dewan
komisaris. Apabila mereka tidak memenuhi permintaan paling lambat dalam

37

Azizah, Op. Cit., hal. 83.

Universitas Sumatera Utara

jangka waktu 15 (lima belas) hari dari tanggal surat permintaan diterima, baru
terbuka hak pemegang saham mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan
negeri.
Meskipun permintaan kepada ketua pengadilan negeri berbentuk
“permohonan” yang bersifat voluntair, namun menurut pasal 80 ayat (2), sistem
pemeriksaannya:
a. Tidak bersifat ex parte atau tidak hanya memeriksa dan mendengar
pihak

pemohon

saja

sebagaimana

lazimnya

pemeriksaan

permohonan,
b. Tetapi bersifat kontradiktoir atau bersifat inter partes: ketua
pengadilan negeri harus memanggil direksi dan/atau dewan
komisaris, juga memanggil dan mendengar pemohon,
Ketentuan ini bersifat imperatif (mandatory rule). Oleh karena itu,
pengadilan tidak dapat mengeluarkan penetapan pemberian izin kepada pemegang
saham memanggil RUPS, sebelum mamanggil dan mendengar pemohon dan
direksi atau dewan komisaris.
Pasal 80 ayat (2), memikul beban wajib bukti (bewijslast, burden of proof) kepada
pemegang saham tersebut.
a. Membuktikan, bahwa persyaratan permohonan telah dipenuhi:
pemohon benar mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara, sesuai dengan ketentuan pasal
79 ayat (2) huruf a, telah mengajukan permintaan kepada direksi dan

Universitas Sumatera Utara

dewan komisaris, namun telah lewat tenggang waktu 15 (lima belas)
hari dari tanggal surat permintaan mereka terima, tidak dilakukan
pemanggilan RUPS.
b. Membuktikan pemohon mempunyai kepentingan yang wajar untuk
diselenggarakan RUPS. Cara pembuktiaannya menurut pasal 80 ayat
(2), cukup dilakukan pemohon “secara sumir”. Tidak dituntut
penerapan hukum pembuktian sebagaimana lazimnya dalam proses
pemeriksaan perkara perdata pada umumnya.
Apabila pemohon berhasil membuktikan secara sumir hal-hal yang disebut
diatas, ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan pemberian izin kepada
pemegang saham tersebut untuk melakukan sendiri pemanggilan RUPS.
Sebaliknya, jika pemohon tidak dapat membuktikan “secara sumir” persyaratan
telah dipenuhi dan pemohon mempunnyai kepentingan yang wajar RUPS
diselenggarakan, ketua pengadilan “menolak” permohonan. Kalau ketua
Pengadilan

Negeri

mengabulkan

permohonan,

maka

pengabulan

itu

dituangkannya dalam bentuk “penetapan” yang memuat diktum atau amar:
1. memberi izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS,
2. menetapkan (hal-hal berikut):
a. bentuk RUPS, tahunan atau RUPSLB,
b. mata acara RUPS sesuai dengan permohonan pemegang saham,
c. menetapkan kuorum

kehadiran dan/atau

ketentuan tentang

persyaratan pengambilan keputusan RUPS,

Universitas Sumatera Utara

d. menunjuk ketua rapat sesuai dengan atau tanpa terikat pada
ketentuan UUPT 2007 atau anggaran dasar.
3. Memerintahkan direksi dan/atau dewan komisaris wajib hadir dalam
RUPS.
Yang dimaksud mengenai kuorum kehadiran dan ketentuan tentang
persyaratan pengabilan keputusan RUPS dalam penetapan pengadilan tersebut
menurut penjelasan pasal 80 ayat (3), adalah khusus berlaku untuk RUPS ketiga.
Mata acara RUPS berdasar permohonan pemegang saham, menurut pasal
80 ayat (6), hanya boleh membicarakan mata acara yang tercantum dalam amar
penetapan pengadilan. Dilarang membicarakan mata acara lain, di luar yang
disebut dalam penetapan. Apabila ketua pengadilan negeri mengabulkan
permohonan, hal itu dituangkan dalam bentuk penetapan: sifat penetapan itu
langsung “final” dan mempunyai kekuatan hukum tetap, terhadapnya tertutup
segala upaya hukum biasa (banding dan kasasi) maupun upaya luar biasa
(peninjauan kembali).
Hal itu ditegaskan dalam penjelasan pasal 80 ayat (6), antara lain
mengatakan, terhadap penetapan tersebut tidak dapat diajukan banding, kasasi
atau peninjauan kembali. Ketentuan ini dimaksudkan agar pelaksanaan RUPS
tidak tertunda. Jika pengadilan menolak permohonan pemegang saham dalam
pasal 80 ayat (7) memberi hak kepada pemohon untuk mengajukan kasasi ke
Mahkamah Agung, dan terhadap putusan kasasi tersebut itdak dimungkinkan
mengajukan permohonan peninjauan kembali. Hal itu ditegaskan pasal 80 ayat

Universitas Sumatera Utara

(7), bahwa sata-satunya upaya hukum yang mungkin dipergunakan pemohon
terhadap penolakan permohonan, hanya upaya hukum kasasi dan tidak munngkin
mengajukan peninjauan kembali. Ketentuan yang diatur pada pasal 80 ayat (1)
tentang hal ini berlaku juga kepada perseroan terbuka tanpa mengurangi ketentuan
yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 38
Selain itu, pemegang saham, baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat
kuasa berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan
jumlah saham yang dimilikinya (pasal 85 ayat (1)). 39
8. Hak mendahulu untuk ditawarkan dan untuk membeli saham dari
pemegang saham lainnya yang hendak menjual sahamnya (manakala
diatur dalam anggaran dasar perseroan) 40;
Pasal 51 jo. 48 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas tentang hak untuk
memperoleh setiap lembar yang dikeluarkan oleh perseroan terbatas.Hak untuk
menjual dan atau mengalihkan dalam bentuk apapun saham yang dimilikinya
olehnya sebagaimana diatur dalam pasal 56 Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Pengalihan hak milik atas saham dapat terjadi dengan berbagai macam
cara yang memungkinkan terjadinya peralihan hak milik atas benda lainnya. Pada
umumnya peralihan hak milik dapat terjadi karena:
a) Perjanjian, misalnya dalam bentuk jual-beli, tukar menukar atau
hibah;
38

M. Yahya Harahap, op. Cit., hal. 319-322.
Azizah, Op. Cit., hal. 83.
40
Gunawan widjaja, Op. Cit., hal. 70.
39

Universitas Sumatera Utara

b) Undang-undang, misalnya dalam hal terjadinya penawaran;
c) Karena putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap atau yang
dipersamakan dengan itu, seperti halnya melalui pelelangan.
Selanjutnya oleh karena saham adalah:
a) Bukti penyertaan pemegang saham dalam perseroan terbatas, yang
memberikan hak tagih atas sisa hasil pembubaran perseroan
terbatas, yang merupakan piutang atas nama;
b) Bukti pemilikan harta bersama yang terikat dalam perseroan
terbatas, yang keberadaannya telah melalui mekanisme pendaftaran
di Menteri Hukum dan HAM ;
Maka peralihan hak milik atas saham wajib memenuhi persyaratan;
a) Dibuat dalam bentuk akta yang bertujuan untuk mengalihkan hak
atas saham, misalnya akta jual beli, akta tukar menukar, akta hibah,
akta pembagian dan pemisahan harta warisan atau akta berita acara
lelang;
b) Wajib dicatatkan akta pemindahan hak atas saham tersebut,
tanggal, dan hari pemindahan hak tersebut ke dalam daftar
pemegang saham atau daftar khusus, dan
c) Memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada
Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30
(hari) terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak

Universitas Sumatera Utara

dilaporkan ke Menteri Hukum dan HAM dan selanjutnya
didaftarkan dalam Daftar Perseroan.
Undang-Undang Perseroan Terbatas selanjutnya menentukan bahwa jika saham
yang hendak dialihkan adalah saham dalam perseroan terbatas tertutup, maka
dalam Anggaran Dasar perseroan terbatas tersebut dapat diatur adanya ketentuan
yang:
a) Mewajibkan dilakukannya penawaran kepada pemegang saham dalam
perseroan terbatas terlebih dahulu sebelum saham perseroan terbatas
tersebut dijual kepada pihak ketiga; dan dalam hal anggaran dasar
mengharuskan pemegang saham penjual menawarkan terlebih dahulu
sahamnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang
saham lain, dan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal penawaran dilakukan ternyata pemegang saham tersebut itdak
membeli, pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual
sahamnya kepada pihak ketiga.
Setiap pemegang saham penjual yang diharuskan menawarkan sahamnya
tersebut berhak menarik kembali penawaran tersebut, setelah lewatnya jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut. Kewajiban menawarkan kepada pemegang
saham lain tersebut hanya berlaku 1 (satu) kali.
Dalam hal anggaran dasar menentukan adanya hak pre-emptive dalam penjualan
saham perseroan terbatas, atau hak mendahulu dari pemegang saham lain dalam
perseroan terbatas, atau hak mendahulu dari pemegang saham lain dalam

Universitas Sumatera Utara

perseroan terbatas untuk membeli setiap lembar saham yang hendak dijual oleh
pemegang saham perseroan, maka pemegang saham yang akan menjual sahamnya
wajib untuk menawarkan terlebih dahulu sahamnya yang hendak dijual tersebut
kepada pemegang saham dalam klasifikasi tertentu (sesuai dengan kelas
sahamnya) atau pemegang saham lain (dalam hal tidak ada kelas saham atau
pemegang kelas sahamnya sudah tidak ada lagi yang berminat). Kewajiban
menawarkan kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham
lain tersebut hanya berlaku 1 (satu) kali. Penawaran dilakukan terus menerus
secara proporsional menurut imbangan besarnya kepemilikan saham masingmasing pemegang saham yang ada dalam perseroan, hingga tidak ada lagi
pemegang saham dalam perseroan yang bermaksud membeli saham tersebut.
Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
penawaran terakhir yang dilakukan ternyata pemegang saham yang ditawarkan
tersebut tidak membeli, pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual
sahamnya kepada pihak ketiga. Walau demikian tidak menutup kemungkinan
bahwa setiap pemegang saham penjual yang diharuskan menawarkan sahamnya
untuk menarik kembali penawaran tersebut, setelah lewatnya jangka waktu 30
(tiga puluh) hari, manakala tidak ada pemegang saham yang berminat untuk
membeli.
b) Mensyaratkan diperlukannya persetujuan organ perseroan terbatas (pada
umumnya Rapat Pemegang Umum Saham) yang persetujuan atau
penolakkannya harus diberikan secara tertulis dalam jangka waktu paling
lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal organ perseroan

Universitas Sumatera Utara

menerima permintaan persetujuan pemindahan hak tersebut. Jika dalam
hal jangka waktu tersebut telah lewat dan organ perseroan tidak
memberikan pernyataan tertulis, organ perseroan dianggap menyetujui
pemindahan hak atas saham tersebut. Jika hal pemindahan hak atas saham
disetujui oleh organ perseroan, pemindahan hak harus dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal
persetujuan diberikan.
c) Mensyaratkan diperolehnya persetujuan/ izin instansi yang berwenang
terlebih dahulu. Jika perseroan terbatas tersebut adalah perseroan terbatas
yang terbuka, maka berlakulah ketentuan dalam peraturan perundangundangan dalam bidang pasar modal, termasuk Undang-Undang Pasar
Modal dan peraturan BAPEPAM sebagai pelaksana dari Undang-Undang
Pasar Modal. 41

9. Hak suara
Pemegang saham melaksanakan kontrol akhir melalui voting, dalam hal ini,
pemegang saham mempunyai satu suara untuk setiap saham (one vote for one
share), kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Terkadang, hak suara tidak
disebutkan secara tegas dalam Anggaran Dasar, namun demikian, hak suara itu
melekat secara inheren pada pemegang saham. Saham yang ada dalam simpanan
tidak memiliki voting right dirinya., karena tidak logis perseroan bertindak

41

Gunawan Widjaja, Op. Cit., hal. 71-74

Universitas Sumatera Utara

sebagai pemegang saham atas dirinya. 42 Mengenai hak suara diatur dalam Pasal
84 dan Pasal 85 Undang-Undang Perseroan Terbatas 2007, yang memuat
ketentuan prinsip umum hak suara pemegang saham antara lain satu saham satu
suara, prinsip ini ditegaskan pada pasal 84 ayat (1) yang mengatakan setiap saham
yang dikeluarkan, mempunyai satu hak suara kecuali anggaran dasar menentukan
lain. Maksud dengan kecuali anggaran dasar menentukan lain menurut penjelasan
Pasal 84 ayat (1), apabila anggaran dasar mengeluarkan satu saham “tanpa hak
suara”. Jika anggaran dasar tidak menentukan hak yang seperti itu, berlaku prinsip
umum bahwa setiap saham yang dikeluarkan perseroan mempunyai satu hak
suara. Yang kedua yaitu saham yang dimiliki perseroan baik langsung atau tidak,
tidak mempunyai hak suara. Prinsip ini ditegaskan dalam Pasal 84 ayat (2).
Bahkan dalam penjelasan pasal ini digariskan bahwa tidak hanya terbatas tidak
mempunyai hak suara, tetapi juga tidak dihitung dalam penentuan kuorum.
Menurut Pasal 84 ayat (2), kriteria saham yang tidak mempunyai hak suara yaitu
saham perseroan yang dikuasai sendiri oleh perseroan. Menurut penjelasan pasal
ini adalah dikuasai, baik karena hubungan kepemilikan, pembelian kembali,
maupun karena gadai. Kedua saham induk perseroan yang dikuasai oleh anak
perusahaannya secara langsung atau tidak langsung. Ketiga saham perseroan yang
dikuasai oleh perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung
telah dimiliki oleh perseroan. Prinsip ketiga yaitu hak suara merupakan kontrol
akhir pemegang saham. Dari segi tujuan, hak suara mengadung maksud sebagai
pelaksanaan kontrol akhir dari pemegang saham terhadap Perseroan, Direksi dan

42

Azizah, Op. Cit., hal. 84.

Universitas Sumatera Utara

Dewan Komisaris. Jadi disini pada forum RUPS melalui hak suara yang
dimilikinya pemegang saham dapat menentukan sikap apakah tindakan yang
dilakukan Perseroan, Direksi, dan Dewan Komisaris yang berlangsung sebelum
RUPS diadakan, dapat dibenarkan atau disetujui atau tidak oleh para pemegang
saham. Itu sebabnya dikatakan, hak suara yang dimiliki pemegang saham
merupakan pelaksanaan kontrol akhir pemegang saham terhadap Perseroan,
Direksi, dan Dewan Komisaris atas pengurusan Perseroan. Didalam hak suara ini
juga pemegang saham diberi hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suaranya
dalam RUPS. Perlu diketahui sebelum RUPS diadakan, Direksi memanggil
pemegang saham dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari
sebelum tanggal RUPS diadakan. Berdasarkan panggilan itu pasal 85 ayat (1),
memberi hak kepada pemegang saham untuk menhadiri RUPS baik secara sendiri,
atau diwakili oleh wakil berdasarkan surat kuasa. Selanjutnya, dalam RUPS
pemegang saham menggunakan hak suaranya dan hak suara yang digunakannya,
sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Dalam Pasal 85 ayat (3),
pemegang saham dilarang mengeluarkan suara yang berbeda atas saham yang
dimilikinya. Oleh karena itu, dalam pungutan suara, suara yang dikeluarkan
pemegang saham yang berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya. Jadi
pemegang saham dilarang atau tidak berhak memberikan kuasa kepada lebih dari
satu orang untuk sebagian dari jumlah saham yang dimilikinya dengan tujuan
untuk mengeluarkan suara yang berbeda antara kuasa yang satu dengan kuasa
yang lain, menurut penjelasan Pasal 85 ayat (3), ketentuan ini merupakan
perwujudan asas musyawarah untuk mufakat, oleh karena itu, suara yang berbeda

Universitas Sumatera Utara

tidak dibenarkan. Namun penjelasan pasal tersebut mengatakan lebih lanjut, bagi
Perseroan Terbuka suara berbeda yang dikeluarkan oleh bank kustodian atau
perusahaan efek yang mewakili pemegang saham dalam dana bersama (mutual
fund) bukan merupakan suara yang berbeda sebagaimana dalam ketentuan ini.
Yang dapat ditunjuk sebagai kuasa oleh pemegang saham dalam
pemungutan suara yaitu diatur dalam pasal 85 ayat (4) serta penjelasannya yaitu
dalam menetapkan kuorum RUPS, saham dari pemegang saham yang diwakili
oleh siapa pun ikut dihitung, akan tetapi kalau kuasa yang mewakili pemegang
saham terdiri dari Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan Karyawan Perseroan
dalam pungutan suara tidak berhak mengeluarkan suara. Jadi dalam pemungutan
suara, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan karyawan Perseroan yang
bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham, dilarang bertindak sebagai kuasa
dari pemegang saham tersebut. Menurut Pasal 85 ayat (5), kalau pemegang saham
memberi kuasa kepada seseorang untuk menghadiri RUPS, akan tetapi pemegang
saham yang bersangkutan hadir sendiri dalam RUPS, dalam kasus yang demikian,
surat kuasa yang diberikan tidak berlaku untuk RUPS tersebut. Fungsi dan
kapasitas

penerima

kuasa,

hanya

sebatas

mendampingi

tanpa

berhak

mengeluarkan pendapat dan suara. Bahkan kalau bertitik tolak dari pasal 85 ayat
(6), ketua rapat berhak menentukan apakah kuasa tersebut boleh atau berhak hadir
dalam RUPS dengan memperhatikan ketentuan undang-undang dan anggaran
dasar perseroan yang bersangkutan.
Pada dasarnya, ketentuan yang diatur dalam pasal 85 berlaku untuk
perseroan pada umumnya. Namun menurut pasal 85 ayat (7), selain ketentuan ayat

Universitas Sumatera Utara

(3) dan ayat (6), terhadap Perseroan Terbuka berlaku juga ketentuan perundangundangan di bidang Pasar Modal. 43
10. Hak untuk menjaminkan saham-saham tersebut sebagai jaminan
utang;
Dalam hal diatur dalam anggaran dasar, hak untuk ditawarkan terlebih dahulu
jumlah saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang
sama, manakala ada pemegang saham yang bermaksud untuk menjual sahamnya
(pasal 57 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas); 44
11. Hak atas dividen
Hak pemegang saham atas dividen diatur dalam pasal 71 ayat (2), bahwa
seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 70 ayat (1) dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS. 45
Pasal 71 Undang-Undang Perseroan Terbatas terkait dengan pembagian
dividen dan pasal 72 terkait dengan dividen intern. Pada umumnya, dividen
dibagikan setelah berakhirnya tahun buku. Dividen hanya dapat dibagikan jika
cadangan wajib telah mencapai jumlah sekurang-kurangnya 20% (dua puluh
persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor. Dalam hal cadangan
wajib tersebut telah dipenuhi, maka seluruh laba bersih yang diperoleh perseroan,
setelah dikurangi biaya-biaya lain dan hal-hal yang diputuskan dalam Rapat
43

M. Yahya Harahap, Op. Cit., Hal.327-331.
Gunawan Widjaja, Op. Cit., hal 74
45
Azizah Op. Cit., hal 84.

44

Universitas Sumatera Utara

Pemegang Umum Saham Tahunan akan dibagikan dalam bentuk dividen.
Selanjutnya perseroan juga dimungkinkan dilakukannya pembagian dividen
interim tersebut diatur dalam anggaran dasar perseroan, dan:
a) Pembagian dividen interm tersebut hanya dapat dilakukan apabila
jumlah kekayaan bersih perseroan tidak menjadi lebih kecil
daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan
wajib, dan
b) Pembagian dividen interim tersebut tidak boleh menggangu atau
menyebabkan perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannyapada
kreditor atau menggangu kegiatan Perseroan.
Berbeda dengan pembagian dividen final setelah berakhirnya tahun buku,
yang dilakukan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan
Dewan Komisaris. Dengan demikian berarti jika setelah tahun buku berakhir
ternyata Perseroan mengalami kerugian, dividen interim yang telah dibagikan
harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Dalam hal
pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim yang telah
diterimanya tersebut, maka Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab
secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan. 46
12. Hak memeriksa
Pemegang saham juga mempunyai hak untuk memeriksa sebagaimana
ditentukan dalam pasal 100 ayat (3) dan (4). Bahwa atas permohonan tertulis dari
46

Gunawan Widjaja, Op. Cit., hal. 76.

Universitas Sumatera Utara

pemegang saham, Direksi memberi izin kepada pemegang saham untuk
memeriksa daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan laporan tahunan. Namun, tidak menutup
kemungkinan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal menentukan
lain mengenai ini.
13. Hak memohon pemeriksaan kepada pengadilan negeri
Hak pemegang saham untuk mengajukan permohonan pemeriksaan kepada
pengadilan negeri terhadap perseroan ditentukan dalam pasal 138. Pemeriksaan
terhadap perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau
keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa : Perseroan melakukan perbuatan
melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga ;atau
anggota direksi atau dewan komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang
merugikan perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengajukan permohonan secara tertulis
beserta alasannya ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan perseroan. Dalam hal ini, 1(satu) pemegang saham atau lebih yang
mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan negeri. 47
14. Hak pemegang saham yang tidak setuju atas penggabungan
Berdasarkan pasal 126 ayat (2), pemegang saham yang “tidak setuju” terhadap
keputusan RUPS mengenai penggabungan, hanya boleh menggunakan haknya
47

Azizah, Op. Cit., hal. 84.

Universitas Sumatera Utara

sebagaimana dimaksud pasal 62. Hanya sebatas itu hak yang dibolehkan undangundang dipergunakan pemegang saham, yakni
a. Meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang
wajar,
b. Pada prinsipnya perseroan diwajibkan membelinya,
c. Apabila saham yang diminta untuk dibeli perseroan melebihi batas
ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan sebagaimana yang
digariskan pasal 37 ayat (1) huruf b, perseroan wajib mengusahakan
agar sisa saham itu dibeli oleh pihak ketiga.
Menurut penjelasan pasal 126 ayat (2), yang dimaksud harga wajar saham dari
perseroan adalah sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 128 ayat (2)
huruf c (harga wajar saham dari perseroan yang menggabungkan diri serta harga
wajar saham dari perseroan yang menerima penggabungan untuk menentukan
perbandingan penukaran saham dalam rangka konversi saham). Penggunaan hak
pemegang saham yang meminta agar sahamnya dibeli dengan harga wajar oleh
perseroan tidak menghentikan proses pelaksanaan penggabungan. Hal itu
ditegaskan dalam pasal 126 ayat (3) yang berbunyi:
pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghentikan
proses pelaksanaan penggabungan, penggabungan, peleburan, pengambilalihan,
atau pemisahan. 48.

48

M. Yahya Harahap, Op. Cit., hal. 495-496.

Universitas Sumatera Utara

15. Hak Pemegang Saham Yang Tidak Setuju Atas Pengambilalihan
Pasal 126 ayat (2) memberi hak kepada pemegang saham yang tidak setuju
terhadap keputusan RUPS menganai pengambilalihan. Hak itu adalah hak yang
diberikan pasal 62 UUPT 2007, yakni meminta kepada perseroan agar sahamnya
dibeli dengan harga yang wajar, dengan syarat apabila pengambilalihan itu
merugikan pemegang saham tersebut. Hak ini juga berlaku terhadap
penggabungan dan peleburan.
Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli melebihi batas ketentuan
pembelian kembali saham oleh perseroan yang digariskan pasal 37 ayat (1) huruf
b, perseroan “wajib” mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga. Pada
dasarnya hak ini merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap pemegang
saham. Akan tetapi, sesuai dengan ketentuan pasal 126 ayat (3), pelaksanaan hak
meminta sahamnya dibeli dengan harga yang wajar, tidak menghentikan proses
pelaksanaan pengambilalihan. 49
16. Hak pemegang saham yang tidak setuju atas pemisahan
Terhadap pemisahan, berlaku juga ketentuan pasal 126 ayat (2),
sebagaimana

juga

halnya

terhadap

penggabungan,

peleburan,

dan

pengambilalihan. Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS
mengenai pemisahan:
a. Berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga
yang wajar sesuai dengan ketentuan pasal 62;
49

Ibid., hal. 519.

Universitas Sumatera Utara

b. Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli melebihi batas ketentuan
pembelian kembali saham oleh perseroan sebagaimana dimaksud pasal
37 ayat (1) huruf b, perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham
tersebut dibeli oleh pihak ketiga;
c. Pelaksanaan hak pemegang saham itu, tidak menghentikan proses
pelaksanaan pemisahan (pasal 126 ayat (3)). 50
B. Hak-hak Pemegang saham minoritas
Di dalam perseroan terbatas seringkali bertengtangan kepentingan antara
pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Untuk itu, agar
terpenuhinya unsur keadilan, diperlukan suatu keseimbangan sehingga pihak
pemegang saham mayoritas tetap dapat menikmati haknya selaku mayoritas,
termasuk mengatur perseroan. Di lain pihak,pihak pemegang saham minoritas pun
perlu diperhatikan kepentingannya dan tidak bisa begitu saja diabaikan haknya.
Untuk menjaga kepentingan di kedua belah pihak, dalam ilmu hukum perseroan
dikenal bebarapa instrumen hukum untuk melindungi pemegang saham minoritas.
Diantaranya sebagai berikut 51 :
1. Prinsip perlakuan yang sama di antara pemegang saham
Sebagai akibat dari proses internasionalisasi perusahaan-perusahaan
Indonesia, berkembanglah beberapa prinsip hukum yang ideal, seperti prinsip
equel protection, termasuk

equel protection di antara para pemegang saham

dalam suatu perusahaan, tanpa melihat apakah dia merupakan pemegang saham
50
51

Ibid hal. 524-525.
Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, (Bandung : Utomo, 2005)

Hal. 89.

Universitas Sumatera Utara

minoritas ataupun pemegang saham mayoritas. Tentang pemberlakuan prinsip
equel protection ini undang-undang perseroan terbatas menggariskan suatu prinsip
umum dalam pasal 53 ayat (2) undang-undang perseroan terbatas yang
menyatakan bahwa “Setiap saham dalam klarifikasi yang sama memberikan
kepada pemegangnya hak yang sama.”
Persamaan hak di antara para pemegang saham merupakan salah satu hak
dari pemegang saham di samping hak-hak lainnya. Pada prinsipnya, hak-hak dari
pemegang saham dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut 52:
1. Hak atas managemen dan pengontrolan perusahaan, antara lain terdiri dari
:
a. Hak voting untuk memilih dan memberhentikan direksi dan komisaris.
b. Hak voting untuk melakukan perubahan fundamental terhadap
perusahaan.
c. Hak voting untuk merubah anggaran dasar dalam hal pengaturan
tentang direksi, komisaris, RUPS dan lain-lain.
d. Hak untuk meminta agar perusahaan dikelola dengan baik untuk
kepentingan perusahaan yang berarti juga untuk kepentingan seluruh
pemegang saham.
2. Hak atas kepemilikan perusahaan, antara lain terdiri dari :
a. Hak atas pembagian dividen.
b. Hak atas pembagian asset pada waktu perusahaan dilikuidasi.

52

Ibid hal 173.

Universitas Sumatera Utara

c. Hak atas pemberlakuan yang sama oleh managemen dan pemegang
saham

mayoritas

terhadap

transaksi-transaksi

penting,

seperti

penerbitan saham baru, perubahan anggaran dasar, dan lain-lain.
d. Hak untuk didaftarkan sebagai pemegang saham dalam buku register
perusahaan.
e. Hak untuk mendapatkan kekebalan (privillege of immunity) dari
tanggung jawab pribadi atas tanggung jawab terhadap utang-utang
perusahaan.
3. Hak remedial dan hak-hak tambahan lainnya, antara lain terdiri dari :
a. Hak atas informasi dan pemeriksaan perusahaan.
b. Hak untuk menggugat derivatif (atas nama perusahaan) untuk
menyelamatkan perusahaan atau mencegah kerugian atas perusahaan.
c. Hak untuk membawa gugatan dan meminta ganti rugi atas pelanggaran
hak individu.
2. Hak appraisal dari pemegang saham
Pemegang saham minoritas mempunyai hak yang disebut dengan hak
memberikan dissenting opinion, yakni hak untuk berbeda pendapat, termasuk
untuk tidak menyetujui tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh direksi.
Tindakan-tindakan tertentu tersebut haruslah tindakan-tindakan yang substansial
bagi pemegang saham atau bagi perusahaan secara keseluruhan, misalnya merger,
akuisisi dan lain-lain. 53 Karena itu, terhadap tindakan-tindakan biasa dari direksi,
tidak ada hak untuk memberikan dissenting opinion tersebut. Setelah memberikan

53

Ibid hal 177

Universitas Sumatera Utara

dissenting opinion tersebut, dan pihak pemegang saham mayoritas tetap pada
pendiriannya dalam arti tetap berbeda pendapat dengan pemegang saham
minoritas, maka pihak pemegang saham minoritas dapat mempergunakan hak
appraisalnya (appraisal right), atau yang sering disebut dengan istilah dissenters
right, yang merupakan hak untuk keluar dari perusahaan dengan kewajiban dari
pihak perusahaan atau pihak pemegang saham lain untuk membeli saham
pemegang saham yang keluar tersebut dengan saham yang dinilai pada harga yang
pantas. 54 Hak ini digunakan oleh pemegang saham minoritas untuk membela
kepentingannya dalam rangka menilai harga saham. 55
Hak appraisal ini merupakan suatu hak untuk menggantikan ketentuan
dalam hukum korporat yang sudah terbilang kuno di beberapa negara bahwa
terhadap tindakan korporat tertentu, seperti merger dan akuisisi, perubahan
anggaran dasar, dan lain-lain sebagainya, perlu terlebih dahulu disetujui oleh rapat
umum pemegang saham yang diputuskan secara aklamasi dalam arti 100% harus
menyetujui tindakan tersebut. 56 Jika dilihat dari eksistensinya dari pihak
pemegang saham minoritas, hukum menyediakan dua cara bagi pihak pemegang
saham minoritas untuk dapat melindungi dirinya sendiri, yaitu sebagai berikut:
pertama, hak untuk keluar dari perusahaan, yaitu hak pemegang saham minoritas
yang merasa dirugikan untuk keluar dari perusahaan tersebut tetapi dengan tidak
dirugikan kepentingannya disamping juga tidak merugikan kepentingan pihak
perusahaan. Model yang lain adalah permohonan ke RUPS agar perusahaan
54

Ibid hal 178.
Chatamarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum
Perusahaan, (Citra Aditya Bakti, 2004), Hal 35
56
Munir Fuady, Op. Cit., hal. 178.
55

Universitas Sumatera Utara

dibubarkan, dan juga bisa permohonan pembubaran perusahaan ke pengadilan,
karena keadilan dapat dicapai dengan pembubaran perusahaan tersebut. 57
Undang-undang perseroan terbatas hanya memberikan hak appraisal
terhadap tindakan-tindakan sebagai berikut 58 :
a. Perubahan anggaran dasar;
b. Penjualan, penjaminnan, pertukaran sebagian besar atau seluruh kekayaan
perseroan terbatas; atau
c. Penggabungan, peleburan, atau penggambilalihan perseroan. (Vide Pasal
62 ayat 1 undang-undang perseroan terbatas).
Pemberian hak dissenting hanya terhadap tindakan-tindakan sebagaimana
disebut dalam pasal 62 undang-undang perseroan terbatas tersebut tidaklah cukup,
karena masih banyak tindakan lain yang memerlukan hak dissenting dari
pemegang saham minoritas. Misalnya terhadap tindakan-tindakan seperti 59 :
1. Pembubaran perseroan,
2. Permohonan pailit oleh perusahaan sendiri,
3. Penyertaan pada perusahaan lain,
4. Pengalihan bisnis ke perusahaan lain.
5. Share swap
6. Going publik atau going private,

57

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/14328/Perlindungan-hukum-terhadap-pemegang-saham-minoritas-perseroan-

terbatas-terbuka-dalam-rangka-menciptakan-kepastian-hukum-sebagai-sarana-peningkatan-iklim-investasi-di-Indonesia(diakses

pada

tanggal 01 april 2017)
58
Munir Fuady, Op. Cit., hal. 178.
59
Ibid

Universitas Sumatera Utara

7. Perubahan bisnis inti,
8. Diservisifikasi usaha yang tidak ada sangkut paut dengan core bisnis,
9. Investasi yang bersifat spekulatif.
10. Dan lain-lain,
Secara teoritis, penggunaan hak disenting oleh pemegang saham minoritas
dapat dilakukan with cause atau without cause. Maksudnya adalah bahwa ketika
pemegang saham minoritas menolak dilakukannya tindakan tertentu dengan
meminta agar sahamnya dibeli oleh perusahaan, pihak pemegang saham minoritas
tersebut dapat menyebutkan alasannya seperti adanya kelalaian dari direksi atau
tindakan yang dia tidak setuju tersebut merugikan perusahaan. Bahkan secara
teoritis, dia dapat menolaknya tanpa menyebutkan alasan sama sekali. 60
Undang-Undang Perseroan Terbatas secara sangat sempit mengakui
dissenting opinion ini yakni diakui hanya jika terdapat alasan yang sudah
ditentukan, dan sebabnya itu hanyalah jika tindakan tersebut merugikan pemegang
saham atau perseroan, vide pasal 62 ayat (1) undang-undang perseroan terbatas.
Dapat dibayangkan betapa sulitnya membuktikan bahwa tindakan tersebut
menyebabkan kerugian atau akan adanya kerugian bagi pemegang saham atau
bagi perusahaan secara keseluruhan, apalagi karena pada pemegang saham
minoritas saat bersikap dissenting, umumnya tindakan perseroan yang
diperdebatkan tersebut masih belum dilakukan atau baru mulai dilakukan
sehingga belum kelihatan kerugiannya. Hal tersebut mengakibatkan bahwa pasal

60

Ibid, hal. 179.

Universitas Sumatera Utara

62 ayat (1) dari undang-undang perseroan terbatas tersebut sangat sulit untuk
diterapkan oleh pihak pemegang saham minoritas. 61
Diberikannya dissenting opinion kepada pemegang saham minoritas, tidak
berarti bahwa pihak pemegang saham minoritas tersebut dapat mencegah atau
menghalang-halangi terjadinya tindakan perseroan yang tidak disetujuinya
tersebut. Karena jika pemegang saham minoritas sampai mempunyai hak untuk
mencegah atau membatalkan tindakan perseroan tersebut, tanpa melalui proses
pengadilan, seperti terhadap perbuatan merger misalnya, maka yang terjadi justru
ketidakseimbangan di mana hak pemegang saham minoritas terlalu besar bahkan
bisa menjadi suatu tirani minoritas. Oleh sebab itu, hukum hanya memberikan hak
kepada pemegang saham minoritas yang tidak setuju dengan tindakan perseroan
tersebut untuk meminta perseroan yang bersangkutan membeli saham-saham dari
pihak yang tidak setuju tersebut untuk meminta perseroan yang bersangkutan
membeli saham-saham dari pihak yang tidak setuju tersebut dengan harga yang
layak. Karena itu, dari hak dissenting tadi, kemudian muncul hak yang disebut
dengan hak appraisal. 62
Tentang hak appraisal ini, Pasal 55 undang-undang nomor 1 tahun 1995
diubah jadi pasal 62 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas haruslah dibaca bersama-sama dengan pasal 30 ayat (1) diubah menjadi
pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Pasal 30 ayat (1) diubah menjadi pasal 37 ayat (1) Undang-Undang

61
62

Ibid.
Ibid, hal. 180.

Universitas Sumatera Utara

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tersebut menyatakan sebagai
berikut 63:
Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan
ketentuan :
a. Dibayar dari laba bersih sepanjang tidak menyebabkan kekayaan
bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang
ditempatkan ditambah cadangan yang diwajibkan sesuai dengan
ketentuan undang-undang ini;
b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dimiliki oleh perseroan
bersama dengan anak perseroan dan gadai saham tidak melebihi 10%
(sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan.
Dari ketentuan dalam Pasal 55 undang-undang nomor 1 tahun 1995 diubah
jadi pasal 62 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
dan pasal 30 ayat (1) diubah menjadi pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tersebut terlihat bahwa syarat-syarat agar
suatu perusahaan dapat membeli kembali saham-sahamnya sebagai berikut 64 :
1. Hak

appraisal

adalah

hak

dari

setiap

pemegang saham

tanpa

memperhatikan prosentase kepemilikan sahamnya tersebut.
2. Harga saham yang dibeli oleh perseroan haruslah harga yang wajar.

63
64

Ibid, hal. 181.
Ibid

Universitas Sumatera Utara

3. Hak appraisal baru ada jika perseroan melakukan tindakan korporat
tertentu yang merugikan kepentingan pemegang saham, yaitu tindakantindakan sebagai berikut :
a. Perubahan anggaran dasar;
b. Penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh
kekayaan perseroan; atau
c. Penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan perseroan.
4. Jika perusahaan tidak dapat membelinya lagi karena melebihi batas
maksimun sebagaimana ditentukan dalam pasal 37 ayat 1 (b) undangundang perseroan terbatas, maka perusahaan wajib mengusahakan agar
sisa saham dibeli oleh pihak lain, meskipun hal tersebut tentu tidak
gampang dilakukan.
5. Harga pembelian saham oleh perusahaan harus diambil dari laba bersih
perusahaan.
6. Pembelian kembali oleh saham tidak menyebabkan kekayaan bersih
perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan
ditambah cadangan yang diwajibkan.
7. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dimiliki perseroan bersama
dengan yang dimiliki oleh anak perusahaan dan gadai saham yang
dipegang, tidak melebihi 10% dari jumlah modal yang ditempatkan.
8. Pembelian kembali saham tidak menyebabkan ditariknya saham tersebut,
kecuali dalam hal pengurangan modal.

Universitas Sumatera Utara

9. Perolehan saham oleh perseroan yang bertentangan dengan pasal 37
undang-undang perseroan akan batal demi hukum.
10. Jika ada pihak ketiga yang beritikad baik yang dirugikan ka