Tinjauan Hukum Kedudukan Koperasi Sebagai Pemegang Saham Perseroan Terbatas

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(Konstitusi) khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian
Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Selanjutnya penjelasan Pasal 33 UUD antara lain menyatakan bahwa
kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orangseorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. 1
Penjelasan Pasal 33 UUD menempatkan koperasi baik dalam kedudukan
sebagai sokoguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral
tata perekonomian nasional. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi
seperti tersebut di atas maka peran koperasi sangatlah penting dalam
menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam
mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri
demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.2
Koperasi adalah soko guru dalam perekonomian nasional, soko guru
sama dengan tiang atau penyangga bagi perekonomian sehingga koperasi
1


Setelah Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Penjelasan dihapus. Hal tersebut merupakan salah satu kesepakatan oleh MPR dalam proses
Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (lihat
Hamdan Zoelva, “Paradigma Baru Politik Pasca Perubahan UUD 1945”,
https://hamdanzoelva.wordpress.com/2008/03/11/paradigma-baru-politik-pasca-perubahanuud-1945/ , diakses pada tanggal 14 Agustus 2016 pada pukul 20.35 WIB).
2
Indonesia (Perkoperasian), Undang-Undang Tentang Perkoperasian, UU No. 25
tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Penjelasan.

Universitas Sumatera Utara

memiliki peranan yang penting dalam memajukan perekonomian nasional.
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
(“UU Perkoperasian”), koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasar atas asas kekeluargaan. 3 Di Indonesia pengenalan koperasi
memang dilakukan oleh dorongan pemerintah, bahkan sejak pemerintahan
penjajahan Belanda telah mulai diperkenalkan. Gerakan koperasi sendiri

mendeklarasikan sebagai suatu gerakan sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli
1947 melalui Kongres Koperasi di Tasikmalaya 4. Pengalaman di tanah air
kita lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh secara
alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui dan
diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang
dasar.
Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang
sudah diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang
dikenal sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari

3

Indonesia (Perkoperasian), Undang-Undang Tentang Perkoperasian, UU No. 25
tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Pasal 1 ayat
(1).
4
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di
Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian
ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Sekaligus membentuk Sentral Organisasi
Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang berkedudukan di Tasikmalaya (Bandung sebagai

ibukota provinsi sedang diduduki oleh tentara Belanda). (Lihat “Profil Koperasi indonesia”,
http://koperasi.bappenas.go.id/portal/?page=koperasiindonesia).

Universitas Sumatera Utara

kelompok masyarakat kelas menengah kebawah.

5

Eksistensi koperasi

memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga
sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan
menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. 6 Lembaga koperasi
oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata
kehidupan bangsa Indonesia. 7 Di dalamnya terkandung muatan menolong
diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan
beberapa esensi moral lainnya. 8 Sangat banyak orang mengetahui tentang
koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya
sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu berkoperasi secara

benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu
memperoleh tempat sendiri dalam struktur perekonomian dan mendapatkan
perhatian dari pemerintah.9
Keberadaan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat ditilik dari sisi
usianyapun yang sudah lebih dari 50 tahun berarti sudah relatif matang.
Sampai dengan bulan November 2001, misalnya, berdasarkan data
Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), jumlah koperasi
di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah
keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang. 10 Jumlah itu jika dibanding

5

Tambunan, Tulus. Prospek Perkembangan Koperasi Di Indonesia Kedepan: Masih
Relevankah Koperasi dalam Era Modernisasi Ekonomi?. (Jakarta: Pusat Studi Industri dan
UKM, Universitas Trisakti, 2008), hlm. 3.
6
Ibid.
7
Ibid.
8

Ibid.
9
Ibid.
10
Supra Catatan kaki nomor 3.

Universitas Sumatera Utara

dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan
sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami
perkembangan yang cukup menggembirakan. Jumlah koperasi aktif perNovember 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Hingga tahun 2004
tercatat 130.730, tetapi yang aktif mencapai 28,55%, sedangkan yang
menjalan rapat tahunan anggota (RAT) hanya 35,42% koperasi saja. Data
tahun 2006 ada 138.411 unit dengan anggota 27.042.342 orang akan tetapi
yang aktif 94.708 unit dan yang tidak aktif sebesar 43.703 unit. 11 Data
terbaru dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat
bahwa hingga 31 Desember 2015 terdapat 212.315 unit koperasi terdiri dari
150.223 yang aktif dan 61.912 tidak aktif dengan anggota 37.783.160 orang
di seluruh Provinsi di Republik Indonesia.12
Koperasi


sebagai

wahana

usaha

produktif

masyarakat

terus

mengalami perkembangan yang positif dari sisi kelembagaan dan usahanya.
Jumlah koperasi pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 3,2 %
dari tahun sebelumnya. Persentase koperasi aktif juga meningkat dari 71,0
% menjadi 71,7 %. Jumlah anggota dan karyawan koperasi juga meningkat
masing-masing sebesar 9,8 % dan 4,3 %.13 Dari sisi usaha, volume usaha
koperasi pada tahun 2012 meningkat sebesar 25,4 % dari volume usaha


11

Ibid.
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, “Rekapitulasi Data
Koperasi
Berdasarkan
Provinsi
31
Desember
2015”,
(diunduh
dari
http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-koperasi/ pada tanggal 10
Agustus 2016 pada pukul 12.27 WIB)
13
Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional, “Daya Saing Koperasi dan UKM”, Warta KUMKM,
Edisi II, 2013, hlm.3.
12


Universitas Sumatera Utara

pada tahun sebelumnya. Jenis koperasi masih didominasi oleh koperasi
konsumen.14
Dilihat dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil,
menengah dan khususnya koperasi memainkan suatu peran vital di dalam
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara
sedang berkembang (NSB) 15 tetapi juga di negara-negara maju (NM) 16 .
Diakui secara luas bahwa koperasi sangat penting karena karakteristikkarakteristik utama mereka yang membedakan mereka dari usaha besar
(UB), terutama karena koperasi adalah usaha-usaha padat karya, terdapat di
semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada bahan-bahan
baku lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan pokok
masyarakat berpendapatan rendah atau miskin. 17 Dengan menyadari betapa
pentingnya koperasi tersebut, tidak heran kenapa pemerintah-pemerintah di
hampir semua NSB mempunyai berbagai macam program, dengan skim14

Ibid.
Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan
suatu negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah. Karena tidak ada definisi tetap
negara berkembang yang diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa saja

bervariasi di dalam negara berkembang tersebut. (Lihat “Negara Berkembang”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_berkembang)
16
Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar hidup yang
relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Kebanyakan negara
dengan GDP per kapita tinggi dianggap negara berkembang. Namun beberapa negara telah
mencapai GDP tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam (seperti Nauru melalui
pengambilan fosfor dan Brunei Darussalam melalui pengambilan minyak bumi) tanpa
mengembangkan industri yang beragam, dan ekonomi berdasarkan-jasa tidak dianggap
memiliki status 'negara maju'. Pengamat dan teoritis melihat alasan yang berbeda mengapa
beberapa negara (dan lainnya tidak) menikmati perkembangan ekonomi yang tinggi.
Banyak alasan menyatakan perkembangan ekonomi membutuhkan kombinasi perwakilan
pemerintah (atau demokrasi), sebuah model ekonomi pasar bebas, dan sedikitnya atau
ketiadaan korupsi. Beberapa memandang negara kaya menjadi kaya karena eksploitasi dari
negara miskin pada masa lalu, melalui imperialisme dan kolonialisme, atau pada masa
sekarang,
melalui
proses
globalisasi.
(Lihat

“Negara
Maju”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_maju).
17
Tambunan Tulus , Pasar Bebas ASEAN: “Peluang, Tantangan dan Ancaman bagi
UMKM Indonesia,” Infokop, Volume 21, Oktober 2012, hlm. 14.
15

Universitas Sumatera Utara

skim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting, untuk mendukung
perkembangan dan pertumbuhan koperasi. Lembaga-lembaga internasional
seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan Organisasi Dunia untuk
Industri dan Pembangunan (UNIDO) dan banyak negara-negara donor
melalui kerjasama-kerjasama bilateral juga sangat aktif selama ini dalam
upaya-upaya pengembangan (atau capacity building) koperasi di negara
sedang berkembang.18
Kedudukan usaha mikro, kecil, menengah dan khususnya koperasi
sangat vital dalam perekonomian negara. Menurut Utara kedudukan usaha
mikro, kecil, menengah dan khususnya koperasi dalam perekonomian

Indonesia paling tidak dapat dilihat dari : 19
1. kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di
berbagai sektor;
2. penyedia lapangan kerja yang terbesar;
3. pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat;
4. pencipta pasar baru dan inovasi; serta
5. sumbangan

dalam

menjaga

neraca

pembayaran

melalui

sumbangannya dalam menghasilkan ekspor.
Posisi penting ini sejak dilanda krisis tidak semuanya berhasil dipertahankan
sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.

18

Ibid.
Urata Shujiro, Policy Recommendation for SME Promotion in the Republik of
Indonesia (Jakarta: JICA Report, 2000), hlm. 2.
19

Universitas Sumatera Utara

Negara dalam menghadapi perdagangan bebas global dan regional
terdapat peluang yang besar bagi koperasi untuk meraih potensi pasar dan
peluang investasi harus dapat dimanfaatkan dengan baik.

20

Guna

memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan yang terbesar bagi
koperasi menghadapi perdagangan bebas adalah bagaimana mampu
menentukan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan. Oleh karena
itulah, mulai saat ini koperasi harus mulai berbenah guna menghadapi
perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. 21 Para pelaku
koperasi tidak boleh lagi mengandalkan buruh murah dalam pengembangan
bisnisnya. Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan
pengembangan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kerjasama dan
pembentukan jejaring bisnis, baik di dalam dan di luar negeri sesama
koperasi maupun dengan pelaku usaha besar harus dikembangkan. 22
Berdasarkan hasil dari pembangunan ekonomi yang sudah dapat
dicapai sampai pada saat ini merupakan suatu hasil atas kebersamaan dari
sektor usaha baik pihak swasta selaku perseroan terbatas dan koperasi. 23
Hasil dari pembangunan tersebut sudah waktunya perlu diupayakan agar
secara merata dapat dirasakan bagi berbagai kalangan dan lapisan
masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan. 24 Pemerintah merupakan
bagian yang terpenting dalam rangka mewujudkan dan mencapai hasil guna
I Wayan Dipta, “Memperkuat UKM Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
Tahun 2015,” Infokop Volume 21, Oktober 2012, hlm. 9.
21
Ibid.
22
Ibid.
23
Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan (Bandung: Mandar Maju,
2000), hlm.61.
24
Ibid.
20

Universitas Sumatera Utara

secara maksimal dari pembangunan itu sendiri yang mana sesuai dengan
tujuan pemerintah untuk mencapai dan memajukan kesejahteraan, baik
kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi masyarakat umum dan pemegang
saham dari perseroan terbatas dan anggota koperasi sesuai dengan UUPT
dan UU Perkoperasian.
Pencapaian pemerataan kesejahteraan tersebut ialah bisa dengan cara
peralihan saham perseroan terbatas (selanjutnya disebut PT) kepada
koperasi. Upaya peralihan saham tersebut timbul berdasarkan suatu
pemikiran untuk membantu pengembangan koperasi khususnya permodalan
koperasi yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan ekonomi para
anggota; disini letak kekhususan koperasi dimana kesejahteraan ekonomi
para anggota yang menjadi tujuan utama,sehingga dapat dengan segera
tercapainya pemerataan hasil- hasil pembangunan dengan tepat dan sesuai
dengan harapan perwujudan kesejahteraan dari pembangunan itu sendiri.25
Usaha Koperasi terutama diarahkan pada bidang usaha yang
berkaitan langsung dengan kepentingan anggota baik untuk menunjang
usaha maupun kesejahteraannya. Dalam hubungan ini maka pengelolaan
usaha Koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif, dan efisien dalam
arti Koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha
yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya
pada anggota dengan tetap mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil
usaha yang wajar. Untuk mencapai kemampuan usaha seperti tersebut di
25

Andjar Pachta W, Hukum Koperasi Indonesia (Jakarta: PT. Kencana, 2007), hlm.

81.

Universitas Sumatera Utara

atas, maka Koperasi dapat berusaha secara luwes baik ke hulu maupun ke
hilir serta berbagai jenis usaha lainnya yang terkait. Adapun mengenai
pelaksanaan usaha Koperasi, dapat dilakukan di mana saja, baik di dalam
maupun di luar negeri, dengan mempertimbangkan kelayakan usahanya. 26
Kemudian, kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi. 27
Yang dimaksud dengan kelebihan kemampuan usaha Koperasi adalah
kelebihan kapasitas dana dan daya yang dimiliki oleh Koperasi untuk
melayani anggotanya. Kelebihan kapasitas tersebut oleh Koperasi dapat
dimanfaatkan untuk berusaha dengan bukan anggota dengan tujuan untuk
mengoptimalkan skala ekonomi dalam arti memperbesar volume usaha dan
menekan biaya per unit yang memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada
anggotanya serta untuk memasyarakatkan Koperasi. 28
Penjelasan diatas menujukkan terdapat dua kondisi yang terjadi
ketika melihat koperasi di Indonesia yaitu kondisi koperasi yang dapat
bekerjasama (dalam hal ini kemitraan) dengan PT apabila terjadi
kekurangan modal dan kondisi koperasi yang kelebihan kapasitas yang
dapat dimanfaatkan untuk memperbesar volume usaha. Kondisi yang

26

Indonesia (Perkoperasian), Undang-Undang Tentang Perkoperasian, UU No. 25
tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Penjelasan
Pasal 43 ayat (1).
27
Indonesia (Perkoperasian), Undang-Undang Tentang Perkoperasian, UU No. 25
tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Pasal 43 ayat
(2).
28
Letezia Tobing, “Ulasan Koperasi Sebagai Pemegang Saham PT”,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt560d81ef5532b/koperasi-sebagai-pemegangsaham-perseroan-terbatas (diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 12.38).

Universitas Sumatera Utara

menarik

adalah

apabila

terjadi

kelebihan

kapasitas

yang

dapat

dimaksimalkan untuk memperluas usaha.
Koperasi yang memiliki kelebihan kapasitas modal dapat melakukan
penyertaan modal kepada perusahaan yang membutuhkan tambahan modal.
Hal ini dapat terjadi apabila koperasi membentuk Perusahaan Modal
Ventura. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
18/PMK.010/2012 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura
(“Permenkeu

18/2012”)

dijelaskan

bahwa

Perusahaan

29

Modal

Ventura/Venture Capital Company (“PMV”) adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan
yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka
waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui
pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian
atas hasil usaha.30
PMV dapat didirikan dalam bentuk badan hukum koperasi.

31

Koperasi yang melakukan kegiatan sebagai PMV harus terlebih dahulu
memperoleh izin usaha dari Menteri. 32 Karena dalam UU Perkoperasian
tidak diatur secara eksplisit, untuk mengetahui apakah koperasi dapat
mempunyai saham dalam PT, maka harus merujuk pada pengaturan

29

Sebelumya diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
30
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
18/PMK.010/2012 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura Pasal 1 angka 2.
31
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
18/PMK.010/2012 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura Pasal 11
32
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
18/PMK.010/2012 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura Pasal 12 ayat (1).

Universitas Sumatera Utara

mengenai Perusahaan Modal Ventura yang berbentuk koperasi sebagai
contoh bahwa koperasi dapat mempunyai saham pada PT.
Koperasi dapat memberikan pembiayaan modal ventura terutama
diberikan kepada perusahaaan yang baru mulai tumbuh dan biasanya belum
mendapat kepercayaan oleh lembaga perbankan untuk memperoleh kredit
bank. Pembiayaan modal ventura oleh koperasi merupakan pembiayaan
yang berisiko tinggi, tetapi juga merupakan pembiayaan yang memiliki
potensi keuntungan yang tinggi pula yang biasanya didapatkan melalui
keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal yang
bersifat jangka menengah atau jangka panjang. Pembiayaan modal ventura
tersebut merupakan investasi atau penanaman dana jangka panjang.
Pembiayaan modal ventura yang dapat dilakukan oleh koperasi biasanya
dilakukan dalam bentuk penyertaan modal dan atau pinjaman yang bias
dialihkan menjadi saham kepada perusahaan-perusahaan yang berpotensi
untuk berkembang.
Kondisi calon perusahaan pasangan usaha yang akan dibiayai oleh
koperasi sangat beragam, baik dilihat dari jenis usaha yang dijalankan,
kemampuan

manjerialnya

maupun

status

badan usahanya.

Dalam

penyertaan modal ventura secara langsung akan sangat menarik apabila
koperasi terlibat didalamnya sebagai salah satu pemegang saham
perusahaan bersama. Oleh karena itu, menarik untuk mengkaji aspek hukum
penyertaan modal koperasi ke dalam suatu perseroan terbatas untuk
mengetahui konsekwensi dan batasan-batasan hukumnya serta apakah

Universitas Sumatera Utara

penyertaan modal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan
filosofi keberadaan koperasi itu sendiri.
Disamping praktek koperasi dalam bentuk PMV, koperasi karyawan
juga dapat menjadi pemegang saham dalam PT. Hal ini dapat terwujud
dengan program Employee Stock Ownership Program (selanjutnya disebut
dengan ESOP). Cara ini mulai dilakukan perusahaan sebagai bentuk
penghargaan kepada karyawan yaitu melalui program yang memungkinkan
karyawan mendapat kesempatan dan hak untuk memiliki saham pada
perusahaan tersebut. Melalui program tersebut, karyawan akan merasa ikut
memiliki (sense of belonging) pada tempat bekerja, sehingga karyawan akan
termotivasi untuk memajukan perusahaan.
Peraturan yang mendukung kepemilikan karyawan atas saham
Perseroan terdapat dalam Pasal 43 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut dengan
UUPT), yang pada intinya memungkinkan Perseroan untuk melakukan
penawaran saham kepada karyawannya sendiri. Lebih jauh dalam penjelasan
Pasal 43 ayat (3) huruf a disebutkan:
“Yang dimaksud dengan “saham yang ditujukan kepada karyawan
Perseroan”, antara lain saham yang dikeluarkan dalam rangka ESOP
(Employee Stocks Option Program) Perseroan dengan segenap hak
dan kewajiban yang melekat padanya.”
Dari ketentuan tersebut jelas bahwa dalam hal karyawan telah memiliki
saham maka akan dipersamakan statusnya sebagai pemegang saham sesuai
dengan hak dan kewajibannya.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, di dalam
skripsi

ini

penulis

akan

membahas

tentang

bagaimana

tinjauan

hukum kedudukan koperasi sebagai pemegang saham perseroan terbatas
Menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
sebagai bagian dari upayanya mencari profit.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan

sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaturan hukum koperasi sebagai pelaku usaha di
Indonesia?
2. Bagaimana

pengaturan

hukum

pemegang

saham

dalam

perseroan terbatas di Indonesia?
3. Bagaimana penerapan koperasi sebagai pemegang saham
perseroan terbatas di Indonesia?
1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

persyaratan akademik sebagai mata kuliah pembulat studi guna memperoleh
gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Namun disamping tujuan diatas terdapat tujuan – tujuan lainnya yaitu:
a. Mengetahui koperasi sebagai pelaku ekonomi di Indonesia?
b. Mengetahui aspek hukum pemegang saham perseroan terbatas di
Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

c. Mengetahui penerapan koperasi sebagai pemegang saham pada
perseroan terbatas di Indonesia.
Sementara yang diharapkan menjadi manfaat dalam penelitian ilmiah ini
adalah :
a. Secara teoritis
Dengan adanya skripsi ini diharapkan mampu mengisi ruang-ruang
kosong dalam ilmu pengetahuan dibidang hukum yang terkait dengan isi
substansi penulisan skripsi ini, sehingga dapat memberikan sumbangsih
yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum
khususnya pengaturan dalam koperasi sebagai pemegang saham perseroan
terbatas di Indonesia dan dalam bidang hukum ekonomi secara umumnya.
b. Secara praktis
Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca,
baik kalangan akademis,

pelaku usaha khususnya bagi pelaku usaha

koperasi, maupun pemangku kebijakan agar dapat mengetahui bagaimana
aspek hukum koperasi sebagai pemegang saham perseroan terbatas di
Indonesia sehingga dapat mengembangkan pelaku usaha koperasi di era
perdagangan bebas. Serta dengan adanya penulisan skripsi ini para pihak
tersebut terhindar dari kerugian.
1.4

Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui keaslian penulisan, dilakukan penelusuran

terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Pusat dokumentasi dan informasi hukum/

Universitas Sumatera Utara

perpustaaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU melalui surat
tertanggal 02 Maret 2016 yang menyatakan bahwa tidak ada judul yang
sama.
Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ibu Windha, S.H, M.Hum dan
Bapak Ramli Siregar, S.H, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Departemen
Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk
menerima judul yang diajukan karena substansi yang terdapat dalam skripsi
ini dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat di
lingkungan perpustakaan Fakulltas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis
orang lain dalam tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal
tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.

1.5

Tinjauan Kepustakaan
Skripsi ini membahas tentang bagaimana aspek hukum koperasi

sebagai pemegang saham Perusahaan Modal Ventura. Adapun tinjauan
pustaka tentang skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.5.1

Koperasi

Sejarah pertumbuhan koperasi di seluruh dunia disebabkan oleh
tidak dapat dipecahkannya masalah kemiskinan atas dasar semangat
individualisme.

Koperasi

lahir

sebagai

alat

untuk

memperbaiki

kepincangan-kepincangan dan kelemahan-kelemahan dari perekonomian
yang kapitalistis. Koperasi yang lahir pertama di Inggris (1844) berusaha

Universitas Sumatera Utara

mengatasi masalah keperluan konsumsi para anggotanya dengan cara
kebersamaan yang dilandasi atas dasar prinsip-prinsip keadilan yang
selanjutnya menelorkan prinsip-prinsip keadilan yang dikenal dengan
“Rochdale Principles”. Dalam waktu yang hampir bersamaan di Prancis
lahir koperasi yang bergerak di bidang produksi dan di Jerman lahir
koperasi yang bergerak di bidang simpan-pinjam.33
Sejalan dengan pengertian asal kata koperasi dari “Co” dan
“Operation” mempunyai arti bersama-sama bekerja, Koperasi berusaha
untuk mencapai tujuan serta kemanfaatan bersama. Guna memperoleh
pengertian yang lebih lengkap tentang koperasi, ILO di dalam
penerbitannya tentang “Cooperative Management and Aministration”:34
Cooperative is an association of person, usually of limited means, who
have voluntarily joined together to achieve a common economic and
through the formation of a democratically controlled business
organization, making efuitable.
Gerakan koperasi di Indonesia yang lahir pada akhir abad 19 dalam
suasana sebagai negara jajahan tidak memiliki suatu iklim yang
menguntungkan bagi pertumbuhannya. Baru kemudian setelah Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya, dengan tegas perkoperasian ditulis di
dalam UUD. DR. H. Moh Hatta sebagai salah seorang “Founding Father”
Republik Indonesia, berusaha memasukkan rumusan perkoperasian di dalam
“konstitusi”. Sejak kemerdekaan itu pula koperasi di Indonesia mengalami
suatu perkembangan yang lebih baik. Pasal 33 ayat (1) UUD

beserta

33

Muslimin Nasution, Penelitian Tentang Sejarah Perkembangan Koperasi Di
Indonesia, (Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Koperasi Departemen Koperasi,
1990), hlm. 1.
34
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

penjelasannya menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Dalam penjelasannya disebutkan
bahwa bangun perekonomian yang sesuai dengan azas kekeluargaan
tersebut adalah koperasi.
Secara umum yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu badan
usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian beranggotakan
yang mereka pada umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara
sukarela atas dasar persamaan hak berkewajiban melakukan sesuatu usaha
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. 35
Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau
badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai
anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaiah para anggotanya. 36
Hukum koperasi dengan melandaskan kegiatanya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
kekeluargaan. 37 Nampak ada perbedaan pengertian koperasi antara yang
tertulis dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 dengan UndangUndang Nomor 25 Tahun 1992 perbedaanya adalah bahwa di dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pernyataan yang bersifat sosial dari
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 secara definitif ditiadakan dan yang
kedua menyangkut asas yang sosialnya karena sesungguhnya koperasi
35

G. Karta Sapoetra, et, al, Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila, dan
Undang-undang Dasar 1945, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm. 1.
36
Ninik Widiyanti YW. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta
: Bina Aksara, 1989), hlm. 1.
37
Indonesia (Perkoperasian), Op. Cit, Pasal 1 ayat (1).

Universitas Sumatera Utara

diharapkan dapat menjadi suatu organisasi ekonomi yang mantap,
demokratis dan otonom, partisipatif dan berwatak sosial.

1.5.2

Perseroan Terbatas di Indonesia

Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak kita jumpai perusahaanperusahaan yang melakukan kegiatan usaha. Perusahaan-perusahaan
tersebut berbentuk Perusahaan Komoditer, Koperasi, Perseroan Terbatas,
dan lain sebagainya. Dari beberapa bentuk perusahaan tersebut, yang paling
banyak digunakan adalah perusahaan berjenis Perseroan Terbatas. Adapun
istilah Perseroan Terbatas di negara lain antara lain yaitu di Inggris dengan
sebutan Company Limited by Shares, di Jerman, Austria, dan Swiss
perseroan terbatas disebut dengan Aktiengesellschaft dan di Perancis disebut
dengan Societe Anonyme.38
Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi
yang paling disukai saat ini, disamping karena pertanggung jawabannya
yang bersifat terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang
saham) nya untuk mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang)
dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut. 39
Bentuk hukum seperti perseroan terbatas ini juga dikenal di negara- negara
lain seperti di : Malaysia disebut Sendirian Berbad ( SDN BHD ) , di
38

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas (Bandung:
PT. Alumni, 2004), hlm. 47.
39
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2000), hlm.1.

Universitas Sumatera Utara

Singapura disebut Private Limited ( Pte Ltd ) , di Jepang disebut Kabushiki
Kaisa , di Inggris disebut Registered Companies, di Belanda disebut
Naamloze

Vennootschap

(NV),

di

Perancis

disebut

Societes

A

Responsabilite Limite ( SARL ). 40
Perseroan Terbatas di Indonesia saat ini diatur dalam Undangundang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas 41 (selanjutnya
disebut dengan UU PT) dengan 16 bab dan 161 pasal. Perseroan Terbatas
menurut Pasal 1 butir 1 UU PT yaitu: Perseroan Terbatas yang selanjutnya
disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya. Berdasarkan pengertian perseroan terbatas tersebut, dapat
disimpulkan prinsip umum sebuah perseroan yaitu:42
a. Merupakan persekutuan modal perseroan sebagai badan hukum
memiliki modal dasar yang disebut juga authorized capital, yakni
jumlah modal

yang disebutkan atau dinyatakan dalam Akta

Pendirian atau Anggaran Dasar Perseroan (selanjutnya disebut dengan
AD Perseroan).

40

Ibid, hlm. 23.
Sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas.
42
Ibid., hlm. 33.
41

Universitas Sumatera Utara

b. Didirikan berdasarkan perjanjian perseroan sebagai badan hukum,
didirikan berdasarkan perjanjian.
c. Melakukan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan Pasal 2 UU PT,
suatu perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha.
d. Lahirnya perseroan melalui proses hukum dalam bentuk pengesahan
pemerintah. Lahirnya perseroan sebagai badan hukum (rechtsper soon,
legal entity), karena diwujudkan melalui proses hukum (created by legal
process) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Adapun unsur-unsur badan hukum pada perseroan terbatas, yaitu
adanya organisasi yang teratur, adanya kekayaan sendiri, melakukan
hubungan hukum sendiri, adanya tujuan tertentu.43 Selain itu, terdapat unsurunsur yang menandakan bahwan perusahaan tersebuut adalah suatu
perseroan terbatas, antara lain,

yaitu:44

a. merupakan suatu badan hukum;
b. didirikan berdasarkan perjanjian;
c. melakukan kegiatan usaha, memiliki modal dasar;
d. memenuhi persyaratan dalam undang-undang.

43

Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang
Nomor 40 tahun 2007, Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 1006, Pasal 31.
44
Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 7.

Universitas Sumatera Utara

Adapun beberapa persyaratan sahnya suatu Perseroan Terbatas
antara lain, yaitu:45
a. didirikan oleh 2 orang atau lebih;
b. pendirian dalam Akta Notaris;
c. dibuat dalam Bahasa Indonesia;
d. setiap pendiri wajib mengambil saham;
e. pendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT, Perseroan Terbatas
dapat diklasifikasikan menjadi empat (4), yaitu:46
a. Perseroan Tertutup
Ciri-ciri Perseroan Tertutup adalah:
1) Pemegang sahamnya terbatas dan tertutup, hanya terbatas pada orangorang di antara mereka yang masih ada ikatan keluarga, dan tertutup
bagi orang lain.
2) Saham perseroan yang ditetapkan dalam AD Perseroan, hanya
sedikit jumlahnya, dan dalam AD Perseroan, sudah ditentukan
dengan tegas siapa yang boleh menjadi pemegang sahamnya.
3) Sahamnya juga atas nama orang-orang tertentu secara terbatas
Perseroan Terbatas. Pada dasarnya tidak berbeda dengan perseroan
perorangan.

45
46

Ibid.
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),

hlm. 38.

Universitas Sumatera Utara

b. Perseroan Publik
Pasal 1 angka 8 UUPT berbunyi Perseroan publik adalah perseroan
yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal
disetor sesuai dengan ketentuan peraturan.
c. Perseroan Terbuka
Perseroan terbatas merupakan subyek hukum sebagai badan hukum
yang memiliki hak dan kewajiban. Apabila dikaitkan dengan unsurunsur badan hukum, unsur-unsur yang menandai Perseroan Terbatas
sebagai badan hukum adalah mempunyai kekayaan yang terpisah (Pasal
31 ayat (1) UU PT), mempunyai kepentingan sendiri (Pasal 98 UU PT),
mempunyai tujuan tertentu (Pasal 15 ayat (1) huruf b UU PT), dan
mempunyai organisasi teratur (Pasal 1 angka 2 UU PT). Perseroan
terbuka adalah perseroan yang melakukan penawaran umum saham,
sesuai dengan ketentuan peratuaran perundang-undangan di bidang
pasar modal. Berbadan hukum ini disebut “perseroan”, karena modal
dari persekutuan ini terdiri dari sero-sero atau saham-saham.
d. Perseroan Group
Ciri-cirinya Perseroan Group adalah:
1) Terdiri atas sejumlah bahkan beratus perseroan sebagai perseroan
anak.
2) Terdiri atas sejumlah beratus perseroan sebagai perseroan Holding.

Universitas Sumatera Utara

1.6

Metode Penelitian
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian dimulai ketika seseorang

berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis
dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa
metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan satu atau beberapa
gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan
yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan
suatu pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.47
Metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam suatu
penelitian yang berfungsi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.48 Jenis
penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum
normatif. Pemilihan metode ini, sebagaimana yang ditulis Peter Mahmud
Marzuki, penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang akan dihadapi. Alasan penggunaan penelitian
hukum normatif ialah penelitian ini mengacu pada norma hukum yang
terdapat pada peraturan. Metode penelitian yang dipakai dapat dipakai dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.6.1

Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian yuridis normatif, yaitu
penelitian yang dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

47

Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum (Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004), hlm.1.
48
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas IndonesiaPress, 1986), hlm.7.

Universitas Sumatera Utara

Perundang-undangan yang akan dibahas dalam skripsi ini antara lain
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, UndangUndang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang diubah
dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Peraturan
Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 18/PMK.010/2012 Tahun
2012 tentang Perusahaan Modal Ventura serta peraturan lain yang berkaitan
dengan skripsi ini.
Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif yang
menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematis,
faktual, dan akurat.49 Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian yang
berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya
kondisi atau hubungan baik yang ada, pendapat yang berkembang, proses
yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang
kecenderungan yang tengah berlangsung.

1.6.2

Data penelitian

Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder
sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara
langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang

49

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Rajawali Pers,
2001), hlm. 36

Universitas Sumatera Utara

dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode, baik secara
komersial maupun non komersial. Data Penelitian tersebut antara lain :
a. Bahan hukum primer adalah dokumen peraturan yang mengikat dan
ditetapkan oleh pihak yang berwenang. 50 Bahan hukum primer, yaitu
peraturan perundang-undangan yang terkait, antara lain :
1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
2) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
yang diubah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
4) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan.
5) Peraturan

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

18/PMK.010/2012 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura.
b. Bahan hukum sekunder, berupa buku yang berkaitan dengan judul
skripsi, artikel-artikel,

hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan

sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media
elektronik.
c. Bahan hukum tersier, mencakup bahan yang memberi petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

50

Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar) (Yogyakarta :
Liberty, 1988), hlm.19.

Universitas Sumatera Utara

1.6.3

Alat pengumpulan data

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui
teknik studi pustaka (literature research) dan juga mengambil informasi
dengan menggunakan media elektronik yaitu internet.

1.6.4

Analisis data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu
dengan:
a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, tersier yang relevan.
b. Mengelompokkan

bahan-bahan

hukum

yang

relevan

secara

sistematis.
c. Mengolah bahan-bahan hukum tersebut sehingga dapat menjawab
permasalahan yang telah disusun.
d. Memaparkan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis
terhadap bahan-bahan hukum yang telah diolah tersebut.

1.7 Sistematika Penulisan
Pada dasarnya sistematika penulisan adalah gambaran-gambaran
umum dari keseluruhan isi penulisan skripsi sehingga mudah untuk mencari
hubungan antara satu pokok pembahasan dengan pokok pembahasan yang
lain. Hal ini sesuai dengan pengertian sistem yaitu rangkaian beberapa
komponen yang satu sama lain saling berkaitan atau berhubungan untuk
terjadinya suatu hal. Skripsi ini disusun dalam lima bab, dimana masing-

Universitas Sumatera Utara

masing bab terdiri dari beberapa sub-bab yang disesuaikan dengan
kebutuhan jangkauan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan.
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab I akan dijelaskan mengenai gambaran umum mengenai
latar belakang masalah yang menjadi dasar Penulisan, pokok
permasalahan, manfaat penulisan, keaslian

penulisan,

tinjauan kepustakaan , metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II

KOPERASI SEBAGAI PELAKU EKONOMI DI

INDONESIA
Bab II merupakan penjabaran dari permasalahan pertama
penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan tentang sejarah
koperasi dalam perekonomian indonesia, pengembangan
koperasi dalam perekonomian indonesia dan peraturan
koperasi di indonesia
BAB III

ASPEK HUKUM PERSEROAN TERBATAS DI
INDONESIA
Bab III diawali dengan menjelaskan pendirian perseroan
terbatas di Indonesia,

dilanjutkan dengan penjelasan

dinamika pengaturan perseroan terbatas di indonesia dan
pemegang saham perseroan terbatas di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

KOPERASI SEBAGAI PEMEGANG SAHAM
PERSEROAN TERBATAS
Bab IV diawali dengan hal-hal yang berkaitan dengan
perseroan terbatas di Indonesia, serta masuk ke dalam inti
permasalahan yaitu praktek penyertaan modal koperasi
perusahaan modal ventura kepada perusahaan pasangan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini, memberikan kesimpulan yang merupakan
intisari bab-bab sebelumnya serta jawaban atas pokok
permasalahan dalam penelitian ini. Selain itu, penulis juga
mengemukakan saran-saran untuk pelaku usaha koperasi
terkait koperasi sebagai pemegeng saham perseroan terbatas.

Universitas Sumatera Utara