Pengaruh Modernisasi Terhadap Tipe Kepemimpinan Masyarakat di Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan metode studi penelitian deskriptif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah
suatu penelitian yang didasari oleh falsafah positivisme yaitu ilmu valid, ilmu yang
dibangun dari empiris, teramati terukur, menggunakan logikamatematika dan
membuat generalisasi atas rerata (Wirartha, 2005: 140). Penelitian kuantitatif
biasanya dipakai untuk menguji teori, menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan
statistik, menunjukkan hubungan antarvariabel dan ada pula yang bersifat
mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman, atau mendeskripsikan
banyak hal. Penelitian kuantitatif umumnya menekankan pada eksperimentasi,
deskripsi, survei dan menemukan korelasional (Wirartha, 2005: 141).
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat
fakta dan karakteristik populasi atau bidang tertentu. Penelitian deskriptif terbatas
pada usaha mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana
adanya. Kebanyakan pengolahan data penelitian deskriptif didasarkan pada analisis
persentase dan analisis kecenderungan (Wirartha, 2005: 154).Penelitian korelasional
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasivariasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Yang
diperoleh dari penelitian korelasional adalah taraf atau tinggi rendahnya saling
hubungan (korelasi) antara variabel yang diamati. Hubungan antardua variabel tidak

saja dalam bentuk sebab-akibat, tetapi juga hubungan timbal-balik antara dua
variabel (Wirartha, 2005: 162).
20
Universitas Sumatera Utara

3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba Samosir,
Provinsi Sumatera Utara. Mayoritas penduduk yang tinggal di Kecamatan Silaen
adalah masyarakat Batak Toba. Kecamatan Silaen memiliki luas wilayah 172,58 km²
yaitu 8,54 persen dari total luas Kabupaten Toba Samosir. Kecamatan Silaen terdiri
dari 23 wilayah desa administratif, dibagi menjadi 81 dusun yang merupakan satuan
lingkungan terkecil setiap desa. Jumlah Penduduk Kecamatan Silaen pada tahun
2014 sebanyak 12.464 jiwa, yang terdiri dari 3.268 Rumah Tangga dengan rata-rata 4
jiwa per rumah tangga.Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini
dengan judul di atas adalah karena:
1. Mayoritas penduduk yang tinggal di Kecamatan Silaen adalah masyarakat
Batak Toba. Masyarakat masih cukup antusias dalam melakukan segala adatistiadat yang terdapat pada masyarakat Batak Toba. Namun tentu ada
perubahan-perubahan yang terjadi dalam pelaksanaannya dikarenakan
terjadinya modernisasi, terutama adanya sikap modern pada pemimpin formal
maupun informal yang terdapat dalam masyarakat Batak Toba di Kecamatan

Silaen dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin. Meskipun tidak
terjadi

secara

signifikan,

modernisasi

memiliki

pengaruh

terhadap

tipekepemimpinan masyarakat di daerah ini.
2. Peneliti cukup tahu daerah lokasi penelitian dan mengenal masyarakatnya
sehingga memudahkan si peneliti dalam mengambil data karena kemudahan
mengambil data adalah hal terpenting dan signifikan dalam sebuah penelitian.


21
Universitas Sumatera Utara

3.3 Populasi Dan Sampel
Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang
dijadikan sebagai objek penelitian. Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang berstatus sebagai penduduk di Kecamatan Silaen serta aktif
dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan. Adapun jumlah penduduk yang terdapat
di Kecamatan Silaen adalah sebanyak 12.464jiwa, yang terdiri dari 3.268rumah
tangga. Untuk mewakili jumlah keseluruhan penduduk di Kecamatan Silaen, maka
yang menjadi populasi sampling dalam penelitian ini adalah sebanyak 3.268 jiwa.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karena itu
sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi
itu sendiri. Untuk menghitung sampel yang akan diteliti pada penelitian ini
digunakan rumus sebagai berikut:

�=
Keterangan:



�(�)² + 1

n:

Jumlah sampel

N:

Jumlah populasi

d:

Presisi ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%
�=

3268
3268
=
3268 (0,1)² + 1 3268 (0,01) + 1


�=

3268
3268
=
32,68 + 1 33,68
� = 97,03

22
Universitas Sumatera Utara

Jadi jumlah sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah
sebanyak 97 orang dengan tingkat kesalahan 10%.Teknik penarikan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknikmetode acak berlapis (stratified random
sampling). Metode ini digunakan jika didalam populasi terdapat perbedaan atau
strata tertentu. Teknik sampling dalam pengambilan sampel pada penelitian ini
digunakan dengan teknik dimana sampel penelitian atau responden ditentukan
menggunakan perbedaan profesi pekerjaan. Teknik ini merupakan teknik memilih
sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit yang kecil. Dimana dalam penelitian
ini akan diambil sampel dari 23 desa berbeda yang terdapat di Kecamatan Silaen.

Adapun cara untuk mengetahui sampel dari suatu desa adalah dengan menggunakan
cara sebagai berikut:

�=

�����ℎ �� ����
× �����ℎ ������
�����ℎ ��������

Dengan menggunakan rumus di atas, maka jumlah sampel dari setiap desa pada
Kecamatan Silaen dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut.

23
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1
Jumlah Sampel Dari Setiap Desa
No

Desa/Kelurahan


Penduduk

Rumah Tangga

Jumlah Sampel

1

Pintu Batu

903

269

8

2

Pardomuan


620

171

5

3

Ombur

516

132

4

4

Parsambilan


475

130

4

5

Sigodang Tua

452

107

3

6

Sinta Dame


555

140

4

7

Natolutali

614

160

5

8

Dalihan Natolu


562

155

5

9

Huta Gurgur II

442

113

3

10

Huta Gurgur I

454

118

3

11

Sitorang I

688

201

6

12

Huta Namora 1

126

285

8

13

Silaen 1

322

314

9

14

Lumban Dolok

406

112

3

15

Napitupulu

530

156

5

16

Hutagaol Sihujur

341

84

2

17

Sibide Barat

563

131

4

18

Sibide

629

176

5

19

Meranti Barat

92

29

1

20

Simanobak

374

91

3

21

Marbulang

327

86

3

22

Siringkiron

230

57

2

23

Panindii

243

51

2

12 464

3 268

97

Jumlah

24
Universitas Sumatera Utara

3.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga
perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui
penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis
dimaksud dengan data di lapangan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari hipotesis dua arah yaitu Hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho).
Hipotesis nol dirumuskan sebagai hubungan kosong dalam arti korelasi ataupun
perbedaan antara populasi variabel-variabel itu tidak ada atau sama dengan nol.
Hipotesis alternatif adalah sebuah pernyataan yang menjelaskan adanya korelasi atau
perbedaan antara populasi dari dua variabel atau lebih. Hipotesis benar jika Hipotesis
alternative (Ha) terbukti kebenarannya.
Ha:

Terdapat pengaruh modernisasi terhadap tipe kepemimpinan masyarakat di
Kecamatan SilaenKabupaten Toba Samosir.

Ho:

Tidak terdapat pengaruh modernisasi terhadap tipe kepemimpinan masyarakat
di Kecamatan SilaenKabupaten Toba Samosir.

3.5 Defenisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk
mempermudah dan memfokuskan penelitian. Defenisi konsep bertujuan untuk
merumuskan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu
persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan
penelitian. Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

25
Universitas Sumatera Utara

1. Modernisasi adalah suatu proses perubahan masyarakat dalam seluruh
aspeknya dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern dalam arti
teknologi suatu organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomi dan politis.
Modernisasi merupakan proses pergeseran sikap dan mentalitas (pola pikir
dan tingkah laku) sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan
tuntutan masa kini.
2. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orangorang agar bekerjasama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka
inginkan bersama. Kepemimpinan itu karakternya khas, spesifik, dibutuhkan
pada satu situasi tertentu.
3. Pemimpin masyarakat adalah orang yang menjalankan pemerintahan seharihari dan dianggap mampu serta memahami segala persoalan yang terdapat
dalam masyarakat, baik itu pemimpin formal maupun informal.
4. Pemimpin formal adalah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu
ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi
untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak
dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
5. Pemimpin informal ialah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan
formal sebagai pemimpin; namun karena ia memiliki sejumlah kualitas
unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi
kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.

26
Universitas Sumatera Utara

3.6 Operasional Variabel
Definisi operasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau
memanipulasi suatu variabel. Defenisi operasional memberikan balasan atau arti
sebuah variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk
mengukur variabel tersebut (Sarwono, 2006). Menurut Umar (2003:63) Variabel
independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel
yang lain, sedangkan variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan
atau yang dipengaruhi variabel independen. Adapun yang menjadi variabel bebas (X)
dalam penelitian ini adalah modernisasi, dengan indikator sebagai berikut:
a. Terbuka terhadap pengalaman baru, diukur dari keinginan masyarakat untuk
mempelajari hal-hal baru serta terbuka dalam menerima perbedaan yang ada
di tengah-tengah masyarakat.
b. Independen terhadap otoritas tradisional, diukur dari adanya sikap bebas,
tidak terikat dan terbuka dalam menerima saran dan nasehat dari orang tua,
raja adat dan otoritas tradisional lainnya.
c. Percaya terhadap ilmu pengetahuan, diukur dari kemauan dalam mencapai
pendidikan yang lebih baik untuk diri sendiri maupun anggota keluarga, baik
itu pendidikan formal maupun pendidikan informal. Karena mereka percaya
bahwa ilmu pengetahuan dapat menyelesaikan setiap masalah kehidupan.
d. Ambisi hidup tinggi, diukur dari adanya keinginan yang kuat dalam
mengatasi setiap masalah yang dihadapi dan adanya kepercayaan kerja
kerasnya akan terbayar di hari yang akan datang.

27
Universitas Sumatera Utara

e. Rencana jangka panjang, diukur dari adanya perencanaan masyarakat dalam
mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul di hari yang akan datang
dengan mencapai pendidikan yang tinggi bagi diri sendiri dan keluarga, serta
melengkapi surat-surat berharga untuk menjamin keamanan hak milik
pribadi.
f. Aktif percaturan politik, diukur dari keikursertaan masyarakat dalam berbagai
organisasi/perkumpulan yang terdapat di wilayah tempatnya tinggal, baik itu
organisasi kekeluargaan maupun keagamaan.
Adapun yang menjadi variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah tipe
kepemimpinan, dengan indikator sebagai berikut:
1. Pemimpin kharismatik, diukur dengan melihat seberapa besar kepercayaan
masyarakat dalam menyerahkan masalahnya kepada pemimpin kharismatik,
baik itu masalah yang terkait dengan politik, pemerintahan, keagamaan,
sosial budaya, dan ekonomi.
2. Pemimpin tradisional, diukur dengan melihat seberapa besar kepercayaan
masyarakat dalam menyerahkan masalahnya kepada pemimpin tradisional,
baik itu masalah yang terkait dengan politik, pemerintahan, keagamaan,
sosial budaya, dan ekonomi.
3. Pemimpin rasional (legal), diukur dengan melihat seberapa besar kepercayaan
masyarakat dalam menyerahkan masalahnya kepada pemimpin rasional legal,
baik itu masalah yang terkait dengan politik, pemerintahan, keagamaan,
sosial budaya, dan ekonomi.

28
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.1
Bagan Operasional Variabel

Variabel X

Variabel Y

MODERNISASI

TIPE KEPEMIMPINAN

Terbuka Terhadap
Pengalaman Baru
Pemimpin Kharismatik
Independen Terhadap
Otoritas Tradisional
Percaya Terhadap Ilmu

Pemimpin Tradisional

Pengetahuan
Ambisi Hidup Tinggi
Rencana jangka panjang

Pemimpin Rasional (Legal)

Aktif percaturan politik

3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
menggali dan mendapatkan data yang akurat adalah dengan cara sebagai berikut:
3.7.1

Data primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti atau

petugas pengambil data lainnya dari sumber pertamanya. Untuk mendapatkan data
primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu:
29
Universitas Sumatera Utara

a. Pengamatan (observasi), digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007: 115). Observasi adalah
metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana
yang mereka saksikan selama penelitian.
b. Angket atau kuesioner. Dalam Wirartha (2005: 226) kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia
ketahui.

3.7.2

Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang

biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Pengumpulan data sekunder
dilakukan melalui studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data yang
diperoleh dari buku-buku ilmiah, surat kabar, majalah, karya ilmiah, jurnal
penelitian, dan mengakses dari internet/website yang dianggap relevan dan berkaitan
dengan topik penelitian yang diteliti.

3.8 Analisis Data
3.8.1

Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang dipakai untuk pengumpulan data. Instrumen

penelitian dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelum dilakukan penelitian. Kuesioner berisi pernyataan tentang pengaruh
modernisasi terhadap tipekepemimpinanpada masyarakat yang ada di lokasi
penelitian (Kecamatan Silaen), baik itu pemimpin formal maupun informal. Adapun
30
Universitas Sumatera Utara

jumlah pernyataan untuk mengukur modernisasi adalah sebanyak 28 item, yang
terdiri atas enam indikator, yaitu; terbuka terhadap pengalaman baru, independen
terhadap otoritas tradisional, percaya terhadap ilmu pengetahuan, ambisi hidup
tinggi, rencana jangka panjang, dan aktif percaturan politik. Sedangkan untuk
mengukur tipekepemimpinandigunakan pernyataan sebanyak 29 item, dan terdiri dari
tiga indikator, yaitu; pemimpin kharismatik, pemimpin tradisional, dan pemimpin
rasional (legal). Jadi jumlah pernyataan yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah sebanyak 57 item.
3.8.2

Aspek Pengukuran
Skala pengukuran merupakan acuan dalam penentuan panjang atau pendek

interval yang ada pada alat ukur sehingga dalam penggunaannya akan menghasilkan
data kuantitatif. Aspek pengukuran dari penelitian ini didasarkan dari jawaban
responden terhadap pertanyaan yang diberikan disesuaikan dengan skor.Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan skala likert dimana digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
atau gejala sosial yang terjadi, hal ini secara spesifik telah ditetapkan oleh peneliti
yang selanjutnya disebut variabel peneliti. Variabel peneliti ini dijabarkan melalui
dimensi menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijadikan indikator yang dapat
dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun butir pertanyaan atau pernyataan yang
berkaitan dengan variabel penelitian.

31
Universitas Sumatera Utara

Skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif dan sangat negatif yang
diungkap melalui kata-kata sebagai berikut :
a. Jawaban sangat setuju dengan skor 5
b. Jawaban setuju dengan skor 4
c. Jawaban kurang setuju dengan skor 3
d. Jawaban tidak setuju dengan skor 2
e. Jawaban sangat tidak setuju dengan skor 1

3.8.3

Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh penemuan-penemuan dan kesimpulan-kesimpulan dalam

penelitian ini semua data dan informasi yang telah dikumpulkan diolah sedemikian
rupa dengan menggunakan analisa-analisa statistik deskriptif dan dengan
memanfaatkan software SPSS (Statistical Package for Social Science) Versi
17dimana pengelompokannya sesuai dengan kebutuhan penelitian pengaruh
modernisasi terhadap tipekepemimpinan masyarakat di Kecamatan SilaenKabupaten
Toba

Samosir.Adapun

pengolahan

data

tersebut

dilakukan

dengan

cara,

Pertamamemberikan penilaian melalui kode-kode yang telah ditentukan untuk setiap
jawaban yang ada pada kuesioner (koding). Kedua jawaban-jawaban yang sudah
dikoding tersebut dimasukkan ke dalam SPSS. Ketiga setelah semua data masuk
kedalam SPSS kemudian dianalisis. Untuk menganalisis data pada penelitian ini
peneliti menggunakan :

32
Universitas Sumatera Utara

3.8.3.1 Analisis Regresi Linear Sederhana
Variabel dalam penelitian ini hanya meliputi satu variabel independen yakni
modernisasi, maka untuk mengetahui pengaruh modernisasi terhadap tipe
kepemimpinan masyarakat dipergunakan analisis regresi linear sederhana secara
parsial. Seluruh analisis data regresi linear sederhana dalam penelitian ini dilakukan
dengan proses komputerisasi SPSS.Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
bebas (modernisasi) terhadap variabel terikat (tipekepemimpinan), dipergunakan uji
determinasi R dengan ketentuan jika R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan
mendekati 1 (satu) atau ≤0 R

2

≤1, maka semakin kuat pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Sebaliknya apabila nilai R2 mendekati nol, maka semakin
lemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
3.8.3.2 Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Teknik analisa yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kuantitatif dengan uji statistik yaitu dengan menggunakan rumus korelasi Pearson
Product Moment, yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara variabel bebas
(X) dan variabel terikat (Y). Adapun alasan penelitian ini akan menggunakan uji
statistik product moment karena:
a. Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu modernisasidan
tipekepemimpinan masyarakat di Kecamatan SilaenKabupaten Toba Samosir.
b. Untuk mengetahui arah dan bentuk hubungan antara kedua variabeltersebut.
c. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut.
d. Sebagai dasar untuk melakukan prediksi/peramalan hubungan antarakedua
variabel tersebut.

33
Universitas Sumatera Utara

Adapun rumus yang digunakan dalam melakukan analisis korelasi Pearson
Product Moment adalah sebagai berikut :

��� =
Keterangan : rxy

�∑�� − (∑�)(∑�)

�{�(∑� 2 ) − (∑�)2 }{�(∑� 2 ) − (∑�)2 }
=koefisien korelasi product moment

n

= jumlah individu dalam sampel

x

= angka mentah untuk variabel X

y

= angka mentah untuk variabel Y

Dengan menggunakan program SPSS 17 dengan melakukan analisis antara
variabel-variabel sehingga dapat diketahui hubungan antara modernisasi dengan
tipekepemimpinan pada masyarakat di Kecamatan SilaenKabupaten Toba Samosir.
Dalam penelitian ini juga akan diuji validitas, reliabilitas, normalitas sehingga
diketahui ketepatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Untuk mengetahui
adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r
(koefisien korelasi), digunakan penafsiran interpretasi angka yang dikemukakan oleh
Sugiyono dalam Yesi Untary (2012: 14), yaitu:
Tabel 3.2
Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interpretasi Koefisien

Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

Sangat Rendah

0,20 – 0,399

Rendah

0,40 – 0,599

Sedang

0,60 – 0,799

Tinggi

0,80 – 0,100

Sangat Tinggi

34
Universitas Sumatera Utara

Dengan nilai rxy yang diperoleh, dapat dilihat secara langsung melalui tabel
korelasi yang menguji apakah nilai rxy yang diperoleh tersebut berarti atau tidak.
Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas rxy yang signifikan. Ketentuannya
apabila nilai rhitung lebih besar dari rtabel (thitung> ttabel) maka HA (hipotesa alternatif)
diterima, dan apabila rhitung lebih kecil dari rtabel (thitung< ttabel) maka HA (hipotesa
alternatif) ditolak.

3.9 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian mencakup uraian tentang keterbatasan dan hambatan
yang ditemui dalam penelitian, baik yang berkaitan dengan metode dan teknik
penulisan yang digunakan, maupun keterbatasan peneliti sendiri. Keterbatasan dalam
penelitian ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang
dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Selain itu, peneliti
juga belum menguasai secara penuh teknik dan metode penelitian, sehingga dapat
menjadi keterbatasan dalam menyajikan dan mengolah data, akan tetapi kendala
tersebut dapat diatasi melalui proses bimbingan skripsi dan peneliti berusaha untuk
mencari informasi dari berbagai sumber yang mendukung proses penelitian ini.
Walaupun terdapat berbagai keterbatasan, peneliti tetap berusaha semaksimal
mungkin dalam mengumpulkan informasi dari responden, serta informasi yang
diperoleh dapat dipertanggungjawabkan validitasnya.

35
Universitas Sumatera Utara

3.10

Jadwal Kegiatan
Bulan Ke-

No

Kegiatan

1

Pra Proposal

2

ACC Judul Penelitian

3

Penyusunan Proposal Penelitian

4

Bimbingan Proposal Penelitian

5

Seminar Proposal Penelitian

6

Revisi Proposal Penelitian

7

Pengumpulan dan Analisis Data

8

Bimbingan Skripsi

9

Penulisan Laporan Akhir

10

Sidang Meja Hijau

1





2



3



4



5

6

7















8

9






36
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis
Kecamatan Silaen merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
TobaSamosir yang diapit oleh lima kecamatan, yaitu Siantar Narumonda,
Sigumpar,Laguboti, Habinsaran dan Pintu Pohan Meranti. Memiliki luas wilayah
172,58Km2 yaitu 8,54 persen dari total luas Kabupaten Toba Samosir.
Secaraastronomis, Kecamatan Silaen terletak diantara 2o18’ – 2o27’ Lintang Utara
dan antara 99o11’ – 99o15’ Bujur Timur.Secara geografis, Kecamatan Silaen terletak
pada ketinggian 900-1.500meter di atas permukaan laut yang sebagian besar
merupakan wilayah hutan/perbukitan dan persawahan. Dari total luas wilayah
sebesar 17.258 Ha, 12.893 Ha merupakan wilayah hutan, perbukitan, lahan tidur dan
lainnya. Kemudian 2.475 Ha merupakan wilayah persawahan, 1.393 Ha wilayah
kebun/tanaman

holtikultura,

dan

497

Ha

merupakan

wilayah

pemukiman/pekaranganmasyarakat.Jika ditinjau dari luas wilayah desa secara
keseluruhan, Desa Sibidemerupakan wilayah desa yang terluas dari desa lainnya,
dengan luas 4.785 Haatau sekitar 27,73 persen dari total luas wilayah kecamatan.
Desa LumbanDolok merupakan wilayah desa yang paling kecil, dengan luas 150 Ha
atausekitar 0,87 persen dari total luas wilayah Kecamatan Silaen. Secara lebih rinci
dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut :

37
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1
Letak dan Geografis Kecamatan Silaen, 2013
1

Terletak Pada

2o 18’ – 2o 27’ Lintang Utara
99o 11’ – 99o 15’ Bujur Timur

2

Letak di atas Permukaan Laut

900 – 1.500 meter

3

Luas Wilayah Kecamatan Silaen

172,58 km2

4

Berbatasan dengan

Kecamatan

Siantar

Narumonda

(Sebelah Utara)
Kecamatan Laguboti (Sebelah Selatan)
Kecamatan Sigumpar (Sebelah Barat)
Kec. Habinsaran dan Kec. P.P. Meranti
(Sebelah Timur)
5

Jarak Kantor Camat ke Kantor 18 Km
Bupati Toba Samosir

Sumber : Silaen Dalam Angka, 2015
4.1.2

Pemerintahan
Kecamatan Silaen dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun1998

Pasal 3 tentang Pembentukan Wilayah Kabupaten Tingkat II Toba Samosir.Pada
tahun 2004 pernah dimekarkan menjadi 2 kecamatan yakni KecamatanSilaen (induk)
dan Kecamatan Sigumpar berdasarkan Peraturan Daerah TobaSamosir No. 6 Tahun
2004.Pusat pemerintahan Kecamatan Silaen berada di Ibukota kecamatanyakni di
Desa Silaen. Jika ditinjau berdasarkan jarak, Kantor Camat Silaen keKantor Bupati
Toba Samosir sejauh 18 km, yang dapat ditempuh dengan alattransportasi roda dua
dan roda empat. Jarak dari ibukota kecamatan ke kantorKepala Desa lainnya dapat di
tempuh dengan alat transportasi roda dua atauroda empat. Desa Meranti Barat
merupakan desa yang terjauh dari ibukotakecamatan yaitu sekitar 18 km. Pada tahun
38
Universitas Sumatera Utara

2014 Kecamatan Silaen dibagimenjadi 23 wilayah desa administratif, dan terdiri dari
82 dusun. Untuk lebih terperinci, berikut tabel jumlah desa dan dusun di Kecamatan
Silaen pada Tahun 2014.
Tabel 4.2
Komposisi Jumlah Desa & Dusun di Kecamatan Silaen, 2014
No

Wilayah Administrasi

Jumlah

1

Desa

23

2

Dusun

81

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015
Dalam melaksanakan roda pemerintahan di Kecamatan Silaen,terdapat tenaga
PNS sebanyak 12 orang, dimana 7 orang adalah laki-laki dan 5orang perempuan.
Dari 12 orang pegawai, 1 orang diantaranya memiliki tingkatpendidikan SLTP, 7
orang memiliki tingkat pendidikan SLTA, 2 orang memilikitingkat pendidikan D3,
dan 2 orang memiliki tingkat pendidikan DIV/Sarjana (S1).
Tabel 4.3
Jumlah PNS Pada Kantor Camat Silaen
Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2014
Jenis Kelamin
No

Tingkat Pendidikan

LK

Jumlah

PR

1

SLTA

5

3

8

2

Diploma

1

1

2

3

DIV/Sarjana (S1)

1

1

2

4

S2/S3

-

-

-

7

5

12

Jumlah

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015

39
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

Sumber : Kantor Camat Silaen, 2016
4.1.3

Penduduk
Untuk tahun 2014, jumlah penduduk Kecamatan Silaen pada tahun2014

sekitar 12.464 jiwa dan 3.268 rumah tangga yang tersebar di seluruh desa.Jumlah
penduduk terbanyak berada di Desa Silaen yang juga merupakanibukota kecamatan,
yakni sebanyak 1.322 jiwa dengan jumlah rumah tanggasebanyak 314 rumah tangga.
Jumlah penduduk paling sedikit berada di DesaMeranti Barat, yakni 92 jiwa dengan
40
Universitas Sumatera Utara

jumlah rumah tangga sebanyak 29 rumahtangga. Dan rata-rata jumlah anggota rumah
tangga yang terdapat di dalamsatu rumah tangga setiap desa berjumlah 3-4 orang per
rumah tangga.Untuk lebih terperinci dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.4
Gambaran Indikator Kependudukan Kecamatan Silaen, 2014
No

Uraian

Jumlah

1

Jumlah Penduduk (jiwa)

12 464

2

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

72,22

3

Sex Ratio (%)

97,40

4

Jumlah Rumah Tangga (RT)

3 268

5

Rata-rata ART (jiwa/RT)

4

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015
Berdasarkan jenis kelamin, terdapat sekitar 6.150 jiwa penduduk laki-lakidan
6.314 jiwa penduduk perempuan. Dari angka tersebut, didapat rasiojenis kelamin di
Kecamatan Silaen sebesar 97,40. Rasio jenis kelamin adalahperbandingan antara
jumlah penduduk pria dan jumlah penduduk perempuanpada suatu daerah dan pada
waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalambanyaknya penduduk pria per 100
penduduk perempuan.Dengan luas wilayah kecamatan 172,58 km2 dan jumlah
penduduksebanyak 12.464 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk
diKecamatan Silaen adalah 72,22 km2/jiwa, yang artinya dalam setiap satukilometer
persegi dalam wilayah Kecamatan Silaen, terdapat sekitar 72 jiwapenduduk. Jika
ditinjau dari distribusi dan penyebaran penduduk berdasarkandesa, maka kepadatan
penduduk yang paling tinggi berada di Desa Silaen yaitu440 jiwa/km2. Sedangkan
kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat diDesa Meranti Barat yakni 2
jiwa/km2.Untuk lebih terperinci dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut di
bawah ini.
41
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5
Komposisi Penduduk Kecamatan Silaen
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2014
Jenis Kelamin
No

Kelompok Umur

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1

0 – 19 tahun

2 938

2 809

5 747

2

20 – 39 tahun

1 353

1 266

2 619

3

40 – 59 tahun

1 229

1 390

2 619

4

60 – 75+ tahun

630

849

1 479

6 150

6 314

12 464

Jumlah

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015
Gambar 4.2
Grafik Piramida Penduduk Kecamatan Silaen, 2014

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015

42
Universitas Sumatera Utara

4.1.4

Sosial

4.1.4.1 Pendidikan
Pendidikan

merupakan

salah

satufaktor

yang

mempengaruhi

kehidupanmanusia. Lewat pendidikan, kecerdasandan keterampilan manusia terasah
danteruji

menghadapi

dinamika

kehidupanyang

makin

kompleks.

Pendidikanmerupakan indikator kualitas sumber dayamanusia, semakin baik
pendidikan makasemakin baik pula kualitas sumber dayamanusia.Capaian di bidang
pendidikanterkait erat dengan ketersediaan fasilitaspendidikan yang tersedia.
Fasilitaspendidikan di Kecamatan Silaen padatahun 2013 terdiri dari 1 TK, 21 SD, 5
SLTP,dan 1 SMA, dimana terdapat 56 murid TK,2.148 murid SD, 853 murid SLTP
dan 541murid SLTA. Di kecamatan Silaen jugaterdapat 1 Sekolah Tinggi
TheologiaReformed Injili Lumban Tor yang terdapatdi Desa Natolutali dengan
akreditasi dariKementrian Agama Republik Indonesiapada tahun 2013.Untuk lebih
terperinci dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.6
Jumlah Sekolah, Guru, dan Rasio Guru Terhadap Murid
di Kecamatan Silaen, 2014
No

Fasilitas pendidikan

1

Jumlah Sekolah

2

Jumlah Guru

3

Rasio Guru terhadap Murid

SD

SLTP

SLTA

2 148

853

541

166

75

37

13

11

14

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015

43
Universitas Sumatera Utara

4.1.4.2 Kesehatan dan Keluarga Berencana
Untuk fasilitas kesehatan, saat ini Kecamatan Silaen memiliki 1
unitPuskesmas, 2 unit Puskesmas Pembantu, 32 unit Poskesdes yang tersebar
dihampir seluruh desa. Untuk Posyandu, seluruh desa telah memiliki unit masingmasingdengan jadwal yang telah disepakati tiap bulannya. Untuk tenagakesehatan,
sebagian besar adalah bidan yang berjumlah sebanyak 33 orangyang tersebar di
setiap desa. Untuk informasi Keluarga Berencana, diKecamatan Silaen terdapat
2.250 Pasangan Usia Subur (PUS) dengan jumlahpengguna sebanyak 1.413 pasangan
atau sekitar 62 persen dari seluruhPasangan Usia Subur.Untuk lebih terperinci dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.7
Gambaran Kesehatan di Kecamatan Silaen, 2014
No

Tenaga Medis (orang)

Jumlah

1

Dokter

4

2

Bidan

33

3

Perawat

5

4

Dukun Bayi

-

No

Fasilitas Kesehatan (Unit)

Jumlah

1

Rumah Sakit

0

2

Puskesmas

1

3

Puskesmas Pembantu

2

4

Poskesdes/Polindes

28

5

Posyandu

23

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015

44
Universitas Sumatera Utara

4.1.5

Pertanian
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memegangperanan

penting didalam kehidupan manusia, khususnya di Kecamatan Silaen.Karena hampir
sebagian besar penduduk Kecamatan Silaen di seluruh desamenggantungkan hidup
dan berusaha di sektor ini. Dari total luas wilayahsebesar 172,58 km2 (17.258 ha),
2.413 ha merupakan areal persawahan. DesaHutanamora memiliki luas persawahan
terluas yakni 211 ha. Pada umumnya,sistim persawahan di Kecamatan Silaen masih
menggunakan

sistim

irigasisederhana dan

irigasi

setengah

teknis.

Secara

keseluruhan, Kecamatan Silaenpada Tahun 2014 memproduksi padi sawah rata-rata
5,15 ton/ha. Produksi padisawah yang dihasilkan pada Tahun 2014 sekitar 12 743,20
ton dengan luaspanen 2.475 ha.
Selain tanaman padi sawah, secara umum dapat dilihat bahwaKecamatan
Silaen merupakan kecamatan yang cukup potensial untuk jenistanaman palawija
seperti ubi kayu dan jagung. Dimana pada Tahun 2014 luastanaman ubi kayu di
Kecamatan Silaen mencapai 55 ha dan tanaman jagungdengan luas 146 ha.Di sektor
peternakan, Kerbau dan Babi adalah ternak yang palingbanyak dipelihara oleh
masyarakat. Desa Pintu Batu merupakan desa yangpaling banyak ternak kerbau nya
dibandingkan dengan desa lainnya. Sedangkanuntuk ternak unggas, Ayam dan Itik
adalah ternak unggas yang paling banyakdipelihara oleh masyarakat. Untuk lebih
terperinci dapat dilihat dalam tabel berikut.

45
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.8
Gambaran Pertanian di Kecamatan Silaen, 2014
No

Pertanian

1

Padi Sawah dan Ladang

2

Jagung

3
4

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

2 475

12 743

146

816

Ubi Kayu

55

1584

Kacang Tanah

4,5

14

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015
4.1.6

Industri
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukankegiatan

mengubah suatu barang baku/dasar sehingga menjadi barang jadi atausetengah jadi
atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tingginilainya dan
sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Secara umum industripengolahan dapat
dibagi menjadi 4 bagian, yakni: Industri Besar yaitu industridengan banyaknya
tenaga kerja 100 orang atau lebih; Industri Sedang yaituindustri dengan banyaknya
tenaga kerja 20-99 orang; Industri Kecil industridengan banyaknya tenaga kerja 5-19
orang dan Industri Mikro yakni industridengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang.
Untuk perindustrian yang ada diKecamatan Silaen pada umumnya adalah
industri mikro dengan jumlahsebanyak 191 unit. Pada umumnya kegiatan industri
rumah tangga tersebutadalah industri tenun ulos dan industri penggilingan
padi.Untuk sumber penerangan, hampir seluruh perumahan yang ada diKecamatan
Silaen sudah dialiri listrik oleh PLN, kecuali beberapa dusun disebagian desa yang
masih belum bisa dijangkau listrik oleh PLN, kecualiterdapat satu desa yang sama
sekali belum dialiri listrik PLN yakni Desa MerantiBarat.Untuk lebih terperinci dapat
dilihat dalam tabel berikut.

46
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.9
Gambaran Industri di Kecamatan Silaen, 2014
No

Klasifikasi Industri

Jumlah

1

Industri Besar

0

2

Industri Sedang

1

3

Industri Kecil

4

4

Industri Mikro

No

191

Jenis Industri

Jumlah

1

Makanan/Minuman

19

2

Kain/Tenun

3

Aluminium/Logam

2

4

Industri Lainnya

4

171

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015
4.1.7

Perdagangan
Banyaknya

sarana

perdagangan

di

suatu

daerah

dapat

mengambarkankemajuan perekonomian daerah tersebut. Jumlah sarana perdagangan
yangada di Kecamatan Silaen pada Tahun 2014 sebanyak 171 unit yang terdiri
daritoko, warung kelontong, warung eceran dan kedai penjual makanan
danminuman. Sarana perdagangan terbanyak berada di Desa Silaen yang
jugamerupakan Ibu Kota Kecamatan Silaen.Di Kecamatan Silaen juga sudah terdapat
pasar sebagai tempat jual belikebutuhan masyarakat. Pasar tersebut berada di Desa
Silaen dan sudahmemiliki bangunan yang permanen. Sedangkan untuk pasar non
permanenlainnya terdapat di Desa Hutagurgur I dan Desa Meranti Barat yang buka
padahari-hari tertentu saja.Untuk lebih terperinci dapat dilihat dalam tabel berikut.

47
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10
Komposisi Sarana Perdagangan di Kecamatan Silaen, 2014
No

Sarana Perdagangan

Jumlah

1

Pasar

3

2

Minimarket

0

3

Toko/Warung Kelontong

58

4

Kedai Makanan/Minuman

110

No

Klasifikasi Pasar

Jumlah

1

Pasar Permanen

1

2

Pasar Semi Permanen

0

3

Pasar Tanpa Bangunan

2

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015
4.1.8

Komunikasi dan Pariwisata
Perkembangan di bidang komunikasi mengalami perkembangan cepatdi

Kecamatan Silaen dengan dibangunnya beberapa BTS (Base TransceiverStation).
BTS merupakan sebuah infrastruktur telekomunikasi yangmemfasilitasi komunikasi
nirkabel dan jaringan operator. Namun, karena beberapa desa di Kecamatan Silaen
ada yang berada diantara perbukitan dan didalam kawasan hutan, sehingga tidak
semua wilayahbisa mendapatkan sinyal selular dengan baik. Desa-desa tersebut
antara lainDesa Panindii, Sibide, Sibide Barat dan Desa Meranti Barat.Untuk lebih
terperinci dapat dilihat dalam tabel berikut.

48
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.11
Jumlah Base Transition Receiver (BTS) di Kecamatan Silaen, 2014
No

Sarana Komunikasi & TI

2014

1

BTS

2

2

Warung Internet

3

Jumlah

5

Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Silaen, 2015

4.2

Karakteristik Umum Responden

4.2.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini tidak menitikberatkan pada jenis

kelamin tertentu, setiap jenis kelamin memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel. Berdasarkan tabel dibawah, dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden yang berjumlah 97 orang, 58 orang (59,8%) adalah laki-laki dan sisanya39
orang (40,2%) adalah perempuan.Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa distribusi
responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada jumlah responden
berjenis kelamin perempuan.Untuk lebih terperinci dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.12
Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No

Jenis Kelamin

Frekuensi (n)

Persentase (%)

1

Laki-laki

58

59,8

2

Perempuan

39

40,2

Total

97

100,0

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2016

49
Universitas Sumatera Utara

4.2.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel dibawah, dapat dilihat bahwadari 97 orang responden

kebanyakan berasal dari usia 41 – 50 tahun yang berjumlah 32 orang (33%),
kemudian diikuti dengan usia51 – 60 tahun dengan jumlah 30 orang (30,93%),
diikuti lagi dengan usia 31 – 40 tahun dengan jumlah 17 orang (17,52%), usia 20 –
30 tahun dengan jumlah 9 orang (9,28%), usia 61 – 70 tahun dengan jumlah 5 orang
(5,15%), dan usia 71 – 80 tahun dengan jumlah 4 orang (4,12%) sebagai usia dengan
distribusi yang paling sedikit. Untuk lebih terperinci dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 4.13
Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Usia
No

Usia

Frekuensi (n)

Persentase (%)

1

20 – 30 tahun

9

9,28

2

31 – 40 tahun

17

17,52

3

41 – 50 tahun

32

33

4

51 – 60 tahun

30

30,93

5

61 – 70 tahun

5

5,15

6

71 – 80 tahun

4

4,12

97

100,0

Total
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2016
4.2.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan tabel dibawah, dapat dilihat bahwa distribusi responden dengan

melihat pendidikan terakhir lebih banyak berasal dari tamatan SMA yang berjumlah
54 orang (55,7%) dan tamatan SMP 18 orang (18,6%), kemudian diikuti tamatan SD
berjumlah 17 orang (17,5%), dan berasal dari PT berjumlah 8 orang (8,2%). Dari
tingkat persentase tersebut dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang peduli
50
Universitas Sumatera Utara

dan mampu untuk meraih pendidikan wajib 9 tahun dan bahkan sampai ke perguruan
tinggi, meskipun jumlahnya masih sangat sedikit. Dan yang menjadi kendala tidak
dapat meraih pendidikan yang lebih tinggi adalah karena kondisi ekonomi yang tidak
memungkinkan (biaya yang tidak mencukupi), meskipun begitu mereka cukup sadar
akan pentingnya pendidikan bagi dirinya sendiri beserta anggota keluarga. Sehingga
mereka selalu mengusahakan agar pendidikan anaknya lebih tinggi dari dirinya
sendiri.Untuk lebih terperinci dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.14
Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No

Pendidikan Terakhir

Frekuensi (n)

Persentase (%)

1

SD

17

17,5

2

SMP

18

18,6

3

SMA

54

55,7

4

PT

8

8,2

97

100,0

Total
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2016
4.2.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Berdasarkan tabel 4.15 dibawah, dapat dilihat bahwa distribusi responden

berdasarkan status pernikahan lebih banyak dari yang menikah dengan jumlah 86
orang (88,7%), dan untuk posisi kedua terbanyak berasal dari duda/janda dengan
jumlah 7 orang (7,2%), sedangkan jumlah yang paling sedikit berasal dari responden
yang belum menikah yang berjumlah 4 orang (4,1%).Untuk lebih terperinci dapat
dilihat dalam tabel berikut.

51
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.15
Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Status Pernikahan
No

Status Pernikahan

Frekuensi (n)

Persentase (%)

1

Belum Menikah

4

4,1

2

Duda/Janda

7

7,2

3

Menikah

86

88,7

97

100,0

Total
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2016
4.2.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan

Silaen mempunyai profesi sebagai petani. Hal ini terlihat dari distribusi responden
terbanyak berasal dari masyarakat dengan pekerjaan sebagai petani yang berjumlah
73 orang (75,3%). Responden terbanyak kedua berasal dari wiraswasta dengan
jumlah 15 orang (15,5%), dan distribusi paling sedikit berasal dari masyarakat
dengan pekerjaan sebagai PNS dengan jumlah 9 orang (9,3%).Untuk lebih terperinci
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.16
Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan
No

Pekerjaan

1

Petani

2

PNS

3

Wiraswasta

Frekuensi (n)

Total

Persentase (%)

73

75,3

9

9,3

15

15,5

97

100,0

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2016

52
Universitas Sumatera Utara

4.3

Modernisasi (Variabel Bebas)

4.3.1

Terbuka Terhadap Pengalaman Baru
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa mayoritasmasyarakat di

Kecamatan Silaen,Kabupaten Toba Samosir sudah terbuka terhadap pengalaman
barudengan persentase 60,5%. Hal ini terlihat dari mayoritas responden yang setuju
terhadap pernyataan nomor 1 dan 3. Sebanyak 70 orang (72,2%) responden setuju
bahwa kebudayaan baru dari luar daerah perlu diketahui dan dipahami. Masyarakat
merasa perlu untuk mengetahui baik buruknya suatu kebudayaan dari luar daerah,
untuk kemudian bisa diadopsi atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat merasa perlu mengetahui kebudayaan dari luar daerah agar nantinya
mereka tahu bagaimana cara menjalin hubungan dengan etnis atau suku lainnya dari
luar daerah.Setelah mengetahui baik buruknya budaya suku atau etnis lainnya,
masyarakat di Kecamatan Silaen biasanya akan membatasi pergaulan mereka dengan
suku/etnis lain. Misalnya, mereka tidak mau menjalin hubungan terlalu dekat dengan
suku tertentu yang menurut mereka kebudayaan mereka dengan suku tersebut sangat
berbeda sehingga tidak akan cocok jika budaya tersebut digabungkan.
Masyarakat juga setuju bahwa perbedaan pendapat dalam lingkungan sekitar
mengenai suatu hal berguna untuk mencapai suatu kemajuan. Hal ini terlihat dari 70
orang (72,2%) responden setuju dengan pernyataan tersebut. Ini membuktikan bahwa
perbedaan pendapat sudah menjadi hal yang biasa terjadi dalam kehidupan
masyarakat di Kecamatan Silaen. Contohnya dalam hal memilih pemimpin daerah,
terdapat perbedaan kriteria pemimpin yang diinginkan setiap orang. Oleh karena itu
akan muncul pemimpin yang akan memenuhi setiap kriteria yang diinginkan
masyarakat tersebut.

53
Universitas Sumatera Utara

Contoh lainnya adalah ketika masyarakat sedang melakukan kegiatan
musyawarah. Sebagaimana diketahui masyarakat Batak Toba sering mengadakan
pesta adat, dimana sebelum diadakannya suatu pesta adat selalu didahului dengan
kegiatan musyawarah. Dalam hal ini pemimpin tradisional berperan penting, seperti
raja adat/parhata, ketua kumpulan marga, maupun orang yang dituakan/dihormati
ikut serta dalam merancang dan mengambil keputusan terkait suatu pesta adat yang
akan dilaksanakan, baik itu penentuan tanggal, kegiatan yang akan mengisi acara,
dan penentuan pihak mana saja yang akan menghadiri acara pesta adat tersebut.
Dalam kegiatan ini sering terjadi perbedaan pendapat, dan masyarakat setuju bahwa
perbedaan pendapat itu pada akhirnya akan menghasilkan pesta adat yang lebih baik,
asalkan perbedaan pendapat yang terjadi ditanggapi dengan baik sehingga tidak ada
pihak yang merasa tidak dianggap/terpinggirkan.
Namun walaupun masyarakat di Kecamatan Silaen sudah terbuka terhadap
pengalaman baru, mereka tidak setuju bahwa perubahan yang terjadi atau adanya
hal-hal baru dalam kehidupan sehari-hari berguna untuk memperluas pola pikir
masyarakat. Hal ini terlihat dari mayoritas responden menjawab tidak setuju terhadap
pernyataan tersebut, yaitu 61 orang (62,9%). Masyarakat berpendapat bahwa
perubahan-perubahan yang ada tidak selalu memperluas pola pikir masyarakat,
malah terkadang mempersempit pola pikir. Contohnya adalah munculnya aliran
kepercayaan kharismatik yang tidak menggunakan adat istiadat lagi dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Masyarakat menganggap bahwa mereka yang menganut aliran
kepercayaan tersebut mempunyai pola pikir yang semakin sempit, dimana orangorang tersebut melupakan budaya lama karena munculnya budaya baru.

54
Universitas Sumatera Utara

Hal lain yang dapat dilihat dari rendahnya persentase setuju responden
(37,1%) terhadap pernyataan nomor 2 adalah bahwa masyarakat di Kecamatan Silaen
mengaku bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di zaman modern ini tidak selalu
berujung dengan semakin luasnya pola pikir masyarakat. Meskipun masyarakat
sudah dipengaruhi oleh modernisasi melalui penggunaan teknologi dalam kehidupan
sehari-hari, hal tersebut tidak menjamin pola pikir masyarakat akan semakin luas dan
mengarah ke rasional. Walaupun penggunaan teknologi sudah tergolong tinggi,
masyarakat di Kecamatan Silaen pada umumnya masih bersifat tradisional,
sebagaimana diketahui masyarakat Batak Toba yang menganut sistem kekeluargaan
patrilineal sangat kental dengan kekerabatan.
Selain masyarakat yang masih bersifat tradisional, hal lainnya yang
mengakibatkan perubahan yang terjadi (modernisasi) tidak memperluas pola pikir
masyarakat adalah pendidikan yang masih rendah. Modernisasi tidak dibarengi
dengan pendidikan yang cukup untuk dapat menerima dan mengolah perubahan yang
terjadi sehingga perubahan yang ada tidak memperluas pola pikir masyarakat.
Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat yang tinggal di Kecamatan Silaen masih
banyak yang berpendidikan rendah, yaitu tidak tamat sekolah bahkah ada yang tidak
pernah sekolah. Sesuai dengan distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir,
hanya terdapat 8 orang (8,2%) yang sampai ke jenjang perguruan tinggi (PT). Hal ini
dikarenakan masyarakat yang sudah memiliki pendidikan yang cukup/tinggi dan
berpikiran terbuka serta rasional biasanya memilih untuk tidak tinggal di Kecamatan
Silaen, dimana mereka lebih memilih tinggal di daerah perkotaan dan industri.
Untuk lebih terperinci, sikap terbuka masyarakat Silaen terhadap pengalaman
baru dapat dilihat dalam tabel berikut.

55
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.17
Distribusi Penilaian Responden Tentang Terbuka Terhadap Pengalaman Baru
Tidak
No.
1

Pernyataan
Kebudayaan baru dari luar daerah perlu diketahui
dan dipahami.

2

Setuju
70

Setuju
27

Total
97

72,2% 27,8% 100%

Perubahan yang terjadi atau adanya hal-hal baru
dalam kehidupan sehari-hari berguna untuk

36

61

97

37,1% 62,9% 100%

memperluas pola pikir masyarakat.
3

Perbedaan pendapat dalam lingkungan sekitar
mengenai suatu hal berguna untuk mencapai suatu

70

27

97

72,2% 27,8% 100%

kemajuan.
Total/Pernyataan

60,5% 39,5% 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2016
4.3.2

Independen Terhadap Otoritas Tradisional
Dari tabel 4.18 dapat diketahui bahwa masyarakat di Kecamatan Silaen sudah

independen terhadap otoritas tradisional (82,5%). Hal ini terlihat dari mayoritas
responden (82,5%) mengaku bahwa perkataan dan nasehat dari orang tua, raja adat,
dan tokoh masyarakat tidak selamanya benar dan perlu dipertimbangkan baik
buruknya jika ingin digunakan untuk mengatasi masalah yang sedang mereka
hadapi.Hal ini berarti orang tua/otoritas tradisional tidak selamanya selalu berfungsi
mendamaikan atau menyelesaikan masalah, oleh karena itu masyarakat perlu untuk
bijak dalam menyikapi setiap permasalahan dan campur tangan pihak lain dalam
masalah yang sedang mereka hadapi.

56
Universitas Sumatera Utara

Masyarakat mengaku bahwa terkadang jika orang tua/otoritas tradisional ikut
campur dalam masalah mereka, orang tuatersebut bukannya menyelesaikan masalah
yang ada, malah memperumit keadaan (pabada-badahon). Contohnya adalah ketika
adanya permasalahan terkait hak kepemilikan atas sebidang tanah warisan. Orang
tua/otoritas tradisional terkadang memberikan informasi yang berbeda atau tidak
konsistennya perkataan orang tua kepada pihak yang berbeda sehingga bukan
perdamaian yang didapatkan, melainkan perpecahan. Hal ini mengakibatkan tingkat
kepercayaan masyarakat akan keberadaan otoritas tradisional menurun, sehingga
mereka lebih memilih menyerahkan masalah yang ada pada badan hukum resmi.
Contoh lainnya adalah ketika dalam sebuah keluarga (rumah tangga) terdapat
permasalahan seperti tidak adanya keturunan, orang tua biasanya akan turut ikut
campur agar sang suami/isteri mencari perempuan/laki-laki lain yang bisa
memberikan mereka keturunan. Orang tua yang seharusnya membantu agar dalam
sebuah rumah tangga terjalin keharmonisan, malah mengakibatkan pertengkaran
yang tidak jarang berakhir ke perceraian. Ketika seorang suami tidak/belum sanggup
menafkahi sang isteri dengan baik, atau sang isteri yang tidak/belum memenuhi
kriteria menantu idaman dari orang tua pihak laki-laki, dalam hal ini seringkali orang
tua turut campur tangan dalam masalah keluarga yang sedang terjadi. Sadar atau
tanpa sadar orang tua seringkali mempengaruhi anak/orang yang lebih muda melalui
perkataan atau bentuk tindakan lain. Sehingga anak yang menerima secara penuh
saran/nasehat dari orang tua/otoritas tradisional tanpa mempertimbangkan efek baik
buruknya terhadap dirinya akan cenderung membuat sang anak mengambil
keputusan yang salah terkait masalahnya.

57
Universitas Sumatera Utara

Masyarakat mengaku bahwa orang tua biasanya tidak bersikap netral/adil
dalam memberi saran ataupun nasehat kepada orang yang sedang mengalami suatu
masalah. Orang tua seringkali hanya mengharapkan agar orang yang lebih muda
menghormati mereka tanpa sesuai dengan sikap dan tindakan yang mereka
perlihatkan.Orang tua mengharuskan sebuah keluarga itu harus memiliki anak,
terutama anak laki-laki untuk meneruskan garis keturunan, meskipun itu sama
artinya seorang suami atau isteri harus memiliki isteri/suami lain atau bahkan
berujung pada perceraian. Karena yang terpenting bagi orang tua/otoritas tradisional
adalah anak sebagai penerus garis keturunan. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat di Kecamatan Silaen sudah berpikir rasional dalam menyikapi
keberadaan otoritas tradisional. Dimana masyarakat telah menyadari bahwa otoritas
tradisional bukanlah sumber kebenaran mutlak atau sejati.
Namun, walaupun masyarakat menyadari bahwa saran atau nasehat dari
orang

tua/otoritas

tradisional

tidak