Determinan kejadian Malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Anopheles

betina yang sudah terinfeksi oleh Plasmodium sp (Mashoedi, 2012). Malaria
adalah salah satu masalah kesehatan penting di dunia. Secara umum ada 4 jenis
malaria, yaitu tropika, tertiana, ovale, dan quartana. Di dunia ada lebih dari 1 juta
meninggal setiap tahun (Arsin, 2012).
Malaria salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia
0

meskipun umumnya terdapat didaerah berlokasi antara 60

0

Lintang Utara dan 40


Lintang Selatan. Malaria hampir ditemukan diseluruh bagian dunia, terutama di
negara- negara yang beriklim tropis dan sub tropis dan penduduk yang berisiko
terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 milyar orang atau 41% dari jumlah penduduk
dunia. Setiap tahun kasusnya berjumlah 300-500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5 –
2,7 juta kematian, terutama dinegara-negara benua Afrika (Ahmadi, 2008).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), secara global
estimasi kematian yang diakibatkan oleh penyakit malaria pada tahun 2010 adalah
655.000 kasus malaria di seluruh dunia. Selain itu, tercatat 86% kematian terjadi
pada anak di bawah umur 5 tahun. Penderita penyakit ini tersebar didaerah di
seluruh dunia terutama di daerah endemis seperti Afrika dan Asia(WHO, 2011).

1

Universitas Sumatera Utara

2

Di Indonesia, penyakit malaria masih endemis di beberapa wilayah.
Umumnya di daerah-daerah terpencil dan sebagian penderitanya adalah golongan
ekonomi lemah. Kasus malaria terbanyak dilaporkan di Kawasan Timur Indonesia,

antara lain di Propinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,
Maluku, Maluku Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi Tenggara. Kemudian
kasus malaria di Jawa-Bali terlihat berfluktuasi, pada tahun 2004 annual parasite
incidence (API) sebesar 0,11%, pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,23% dan
menurun secara perlahan sampai tahun 2008 dengan API 0,16%. API tahun 2010
untuk Jawa-Bali adalah 0,8%, angka ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan
angka API nasional 0,3% untuk Jawa-Bali. Sedangkan angka klinis malaria di luar
Jawa-Bali per 1000 penduduk selama tahun 2006 sebesar 23,98‰ (Depkes, 2010).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 Insiden Malaria pada
penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9 persen menurun dibanding tahun 2007
(2,9%). Walaupun insiden penyakit ini menurun tapi masih menjadi fokus perhatian
kesehatan masyarakat karena sering menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap
kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ini dapat
bersifat akut, laten atau kronis. Malaria juga berdampak kepada penurunan kualitas
sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi,
bahkan berpengaruh terhadap ketahanan nasional. Malaria juga dapat meningkatkan
resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu dengan malaria.
Propinsi Sumatera Utara merupakan daerah yang endemis malaria di
antaranya Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Labuhan Batu, Serdang Bedagai,


Universitas Sumatera Utara

3

Asahan, Samosir, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing
Natal, Nias, Nias Selatan, Batu Bara, Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan
Kabupaten Labuhan Batu Utara. Salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
endemis malaria seperti Kabupaten Nias Selatan merupakan daerah tertinggi kasus
malaria di Propinsi Sumatera Utara yaitu 1.163 kasus (3,73%), Madina dengan
1.225 kasus (3,12 %), Batu Bara dengan 785 kasus (2,07%), Labuhan Batu Utara
(Labura) dengan 658 kasus (1,97%). (Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara,
2010)
Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal pada
tahun 2012 diketahui bahwa dari 23 kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal,
terdapat kecamatan yang tergolong zona merah dan tertinggi jumlah penderitanya
yaitu kecamatan Panyabungan dengan kasus malaria sebanyak 3.842 dari 78.584
penduduk. Meskipun API-nya urutan kedua yakni 48,8%, kecamatan ini tergolong
daerah yang rawan malaria dan memiliki jumlah penduduk yang paling besar diantara
kecamatan lainnya (Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, 2014).
Proses penularan malaria disuatu daerah meliputi tiga faktor utama, meliputi

penderita dengan atau tanpa gejala klinis, nyamuk atau vektor, dan manusia yang
sehat. Faktor lingkungan fisik, kimia, biologis, dan sosial budaya masyarakat
setempat sangat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit malaria. Interaksi
perubahan cuaca dan iklim, penggalian tambak, penebangan hutan, serta daerah yang
banyak genangan air, semak-semak, dan lingkungan yang tidak sehat akan
berpengaruh terhadap tumbuh kembang agen malaria (Friaraiyatini, 2006).

Universitas Sumatera Utara

4

Malaria mudah menyebar pada sejumlah penduduk, terutama yang bertempat
didaerah persawahan, perkebunan dan hutan maupun pantai. Kasus kejadian
malaria di Kecamatan Panyabungan terus mengalami peningkatan, tergambar dari
Annual Malaria Incidence (AMI) pada Tahun 2009 sebesar 36,150/00, Tahun 2010
sebesar 36,990/00 dan tahun 2011 sebesar 55,190/00. Karakteristik wilayah
Kecamatan Panyabungan yang merupakan daerah persawahan dan perkebunan kopi,
karet, sawit serta adanya beberapa aliran sungai - sungai kecil, terletak di sekitar
bukit- bukit kecil yang merupakan bagian dari kaki dataran Bukit Barisan, dengan
gambaran geografis seperti tersebut merupakan daerah yang potensi sebagai

breeding place dan resting place bagi vektor malaria, dan sangat rentan terhadap
penyebaran malaria (Profil Kesehatan, 2013).
Sebagai daerah yang endemis malaria, berbagai jenis pelayanan kesehatan
yang ada menjadikan malaria sebagai prioritas penyakit yang harus ditangani. Begitu
juga dengan fasilitas pelayanan kesehatan seperti klinik swasta yang menjadi mitra
dinas kesehatan dan kantor pusat penanggulangan malaria dalam mengeliminasi
malaria.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winandi (2004), bahwa ada
hubungan antara kebiasaan keluar rumah pada malam hari dan kebiasaan
menggunakan obat nyamuk dengan kejadian malaria. Selain itu menurut Erdinal
(2006) selain kebiasaan keluar rumah, riwayat penyakit malaria pada keluarga,
ternyata kebiasaan penggunaan kelambu juga berhubungan dengan kejadian malaria.

Universitas Sumatera Utara

5

Berdasarkan survai awal di klinik dr. Martiani Pujiatmika Kecamatan
Panyabungan Kota yang merupakan salah satu klinik swasta dengan fasilitas
laboratorium lengkap pemeriksaan malaria ditemukan kasus malaria pada tahun 2015

sebanyak 529 kasus.

1.2.

Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah belum diketahui determinan kejadian Malaria di Klinik dr. Martiani
Pujiatmika Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015.

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis determinan kejadian malaria di Klinik dr. Martiani
Pujiatmika Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan) responden di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Panyabungan

Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015.
2) Untuk mengetahui distribusi proporsi perilaku pencegahan malaria (kebiasaan
penggunaan

anti

nyamuk,

kebiasaan

menggantung

pakaian,

kebiasaan

penggunaan kelambu, kebiasaan keluar rumah di malam hari) terhadap kejadian
malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Panyabungan Kecamatan Panyabungan
Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015.


Universitas Sumatera Utara

6

3) Untuk mengetahui distribusi proporsi lingkungan fisik rumah responden
(genangan air, kandang hewan dan penggunaan kawat kasa) terhadap kejadian
malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Panyabungan Kecamatan Panyabungan
Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015.
4) Untuk menganalisis determinan perilaku pencegahan malaria (kebiasaan
penggunaan

anti

nyamuk,

kebiasaan

menggantung

pakaian,


kebiasaan

penggunaan kelambu dan kebiasaan keluar rumah di malam hari) dengan
kejadian Malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Panyabungan Kecamatan
Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015.
5) Untuk menganalisis determinan lingkungan fisik rumah responden (genangan air,
kandang hewan, penggunaan kawat kasa) dengan kejadian Malaria di Klinik dr.
Martiani Pujiatmika Panyabungan Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2015.
6) Untuk mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian
Malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Panyabungan Kecamatan Panyabungan
Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015.

1.4.
1.

Manfaat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi pihak Klinik dr. Martiani Pujiatmika Kecamatan
Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan malaria.

Universitas Sumatera Utara

7

2.

Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Mandailing
Natal dan stakeholder lainnya dalam program pencegahan dan pemberantasan
penyakit malaria.

3.

Sebagai sumber informasi atau referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan
penelitian tentang malaria.

Universitas Sumatera Utara