Kapasitas Infiltrasi pada Beberapa Penggunaan Lahan di Desa Sei Silau Barat Kecamatan Setia Janji Kabupaten Asahan

12

TINJAUAN PUSTAKA
Infiltrasi
Infiltrasi didefinisikan sebagai peristiwa masuknya air ke dalam tanah.
Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam
profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi
(Arsyad, 2006).
Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah dalam merembeskan
banyaknya air ke dalam tanah. Besarnya kapasitas infiltrasi dapat memperkecil
berlangsungnya aliran permukaan tanah. Berkurangnya pori-pori tanah yang
umumnya

disebabkan

oleh

pemadatan/kompaksi

tanah,


menyebabkan

menurunnya infiltrasi (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Aliran permukaan hanya dapat diatur dengan memperbesar kemampuan
tanah menyimpan air, utamanya dapat ditempuh melalui perbaikan atau
peningkatan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi merupakan laju maksimum air
yang dapat masuk ke dalam tanah pada suatu saat (Kurnia dkk, 2006). Besarnya
hujan setelah dikurangi infiltrasi dikenal sebagai hujan lebih (rainfall excess)
diatas permukaan tanah akan menjadi aliran limpasan yang dapat menyebabkan
terjadinya banjir dan erosi.
Berkurangnya infiltrasi air kedalam tanah, terutama pada kawasan resapan
air (recharge area), dapat mengurangi kembalian air bawah tanah (ground water),
sehingga banjir dan kekeringan merupakan akibat dari peristiwa tersebut. Air
hujan yang jatuh di permukaan tanah akan mengalami evaporasi, infiltrasi,
perkolasi, dan air yang mengalir diatas permukaan tanah sebagai limpasan
permukaan. Sejumlah air hujan disimpan dalam tanah sebagai air tanah (ground

Universitas Sumatera Utara

13


water storage) dan air bumi (ground water) yang pada suatu saat dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan (Arief, 2001).
Intensitas hujan berpengaruh terhadap kesempatan air untuk masuk ke
dalam tanah. Bila intensitas hujan lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas
infiltrasi, maka semua air mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam tanah.
Sebaliknya, bila intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitas
infiltrasi, maka sebagian dari air yang jatuh di permukaan tanah tidak mempunyai
kesempatan untuk masuk ke dalam tanah, dan bagian ini akan mengalir sebagai
aliran permukaan. Penutupan dan kondisi permukaan tanah sangat menentukan
tingkat atau kapasitas air untuk menembus permukaan tanah, sedangkan
karakteristik tanah, khususnya struktur internalnya berpengaruh terhadap laju air
saat melewati masa tanah. Unsur struktur tanah yang terpenting adalah ukuran
pori dan kemantapan pori (Kurnia dkk, 2006).
Banyaknya air yang masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur dan struktur tanah,
kelembaban tanah awal, kegiatan biologi dan unsur organik, jenis dan tebal
serasah, tipe vegetasi dan tumbuhan bawah (Asdak, 1995). Faktor-faktor tersebut
berinteraksi sehingga mempengaruhi besarnya infiltrasi dan limpasan permukaan.
Semakin besar air hujan yang masuk ke dalam tanah, berarti semakin kecil

limpasan permukaan yang terjadi, sehingga besarnya banjir dapat ditekan. Dengan
semakin besarnya air yang masuk ke dalam tanah (bumi) diharapkan semakin
besar aliran air dasar (base flow) yang ke luar dari aliran bawah tanah, dan
berfungsi menjaga kontinuitas aliran sungai melalui mata air.

Universitas Sumatera Utara

14

Sifat fisik tanah yang baik dapat menaikkan atau menurunkan laju
Infiltrasi. Hubungan laju Infiltrasi berbanding terbalik dengan bulk density dan
kadar air tanah. Sehingga semakin tinggi bulk density dan kadar air tanah maka
laju infiltrasinya paling rendah. Laju infiltrasi berbanding lurus dengan porositas
dan permeabilitas. Sehingga, semakin tinggi porositas dan permeabilitas maka laju
infiltrasinya makin tinggi (Andayani, 2009).
Ketersediaan air di dalam tanah sangat berpengaruh pada perubahan tata
guna lahan di suatu daerah, dan berdampak pada daerah resapan air hujan
(Raghunath, 1985).
Keberadaaan tanaman dapat memperbesar kapasitas infiltrasi tanah karena
adanya perbaikan sifat fisik tanah seperti pembentukan struktur dan peningkatan

porositas. Akar tanaman dewasa/tua cukup efektif bekerja di dalam tanah
membentuk salurandan menambah bahan organik yang berfungsi untuk
memantapkan agregat dan memperbaiki sifat fisik tanah terutama strukturnya
sehingga lalu lintas air menjadi lebih lancar.Semakin tinggi kerapatan perakaran
tanaman, kondisi fisik tanah akan lebihbaik (Hartati, 1998).
Tanah yang berbeda-beda menyebabkan air meresap dengan laju yang
berbeda-beda. Setiap tanah memiliki daya resap yang berbeda, yang diukur dalam
millimeter perjam (mm/jam). Jenis tanah berpasir umumnya cenderung
mempunyai laju infiltrasi tinggi, akan tetapi tanah liat sebaliknya, cenderung
mempunyai laju infiltrasi rendah. Untuk satu jenis tanah yang sama dengan
kepadatan yang berbeda mempunyai laju infiltrasi yang berbeda pula. Makin
padat makin kecil laju infiltrasinya (Wilson, 1993). Klasifikasi laju infiltrasi tanah
dapat dilihat pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

15

Tabel 1. Klasifikasi Infiltrasi Tanah
Deskripsi

Sangat lambat
Lambat
Sedang lambat
Sedang
Sedang cepat
Cepat
Sangat cepat
(Lee,1990).

Infiltrasi (mm/jam)
1
1-5
5-20
20-65
65-125
125-250
250

Proses Terjadinya Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan)

masuk ke dalam tanah, dan perkolasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke
tanah yang lebih dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah aliran air masuk ke
dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi
mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan
dikenal sebagai proses perkolasi. Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam
tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas
hujan melebihi kemampuan tanah dalam men yerap kelembaban tanah.
Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju
infiltrasi sama dengan laju curah hujan (Asdak, 2010).
Ketika air hujan menyentuh permukaan tanah, sebagian atau seluruh air
hujan tersebut masuk ke dalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses
masuknya air hujan ke dalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi dan
gaya kapiler tanah. Laju air infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi
oleh besarnya diameter pori-pori tanah. Dibawah pengaruh gaya gravitasi, air
hujan mengalir tegak lurus ke dalam tanah melalui profil tanah. Pada sisi yang
lain, gaya kapiler bersifat mengalirkan air tersebut tegak lurus ke atas, ke bawah

Universitas Sumatera Utara

16


dan ke arah horizontal. Gaya kapiler tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan
pori-pori yang relatif kecil (USDA Natural Resouces Conservation Service, 1998).
Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah
dan menurun dengan bertambahnya waktu. Pada awal infiltrasi, air yang meresap
ke dalam tanah mengisi kekurangan kadar air tanah. Setelah kadar air tanah
mencapai kadar air kapasitas lapang, maka kelebihan air akan mengalir ke bawah
menjadi cadangan air tanah (ground water) (Jury dan Horton, 2004).
Dapat dikatakan bahwa, proses infiltrasi melibatkan tiga proses yang
saling tidak tergantung satu sama lain, yaitu (1) proses masuknya air hujan
melalui pori-pori permukaan tanah, (2) tertampungnya air hujan tersebut di dalam
tanah, (3) proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping, dan
atas) (Asdak 1995).
Faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi
Vegetasi
Jika permukaan tanah tertutup oleh pohon-pohon dan rumput-rumputan
maka infiltrasi dapat dipercepat. Tumbuh-tumbuhan bukan hanya melindungi
permukaan tanah dari gaya pemampatan curah hujan, tetapi juga lapisan humus
yang terjadi mempercepat penggalian-penggalian serangga dan lain-lain yang
akhirnya akan mempercepat laju infiltrasi (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).

Lahan yang bervegetasi pada umumnya lebih menyerap karena seresah
permukaan mengurangi pengaruh - pengaruh pukulan tetesan hujan, bahan
organik, mikro organisme serta akar - akar tanaman cenderung meningkatkan
porositas tanah dan memantapkan struktur tanah. Vegetasi juga menghabiskan
kandungan air tanah hingga jeluk - jeluk yang lebih besar, meningkatkan peluang

Universitas Sumatera Utara

17

penyimpanan air dan menyebabkan laju - laju infiltrasi yang lebih tinggi
(Lee, 1990).
Penutupan tanah dengan vegetasi dapat meningkatkan laju infiltrasi suatu
lahan,

perbedaan

kapasitas

infiltrasi


pada

berbagai

penggunaan

lahan

menunjukkan bahwa faktor vegetasi memiliki peran besar dalam menentukan
kapasitas infiltrasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kapasitas infiltrasi
pada tanah bervegetasi akan cenderung lebih tinggi dibanding tanah yang tidak
bervegetasi (Arsyad, 2006).
Intensitas Hujan
Hujan merupakan faktor yang paling penting di daerah tropika sebagai
agensi yang mampu merusak tanah melalui kemampuan energi kinetiknya yang
dijabarkan sebagai intensitas, durasi, ukuran butiran hujan dan kecepatan
jatuhnya. Faktor iklim dibedakan dalam dua kategori yakni bila curah hujan
tahunan 2500 mm (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008).
Menurut Lee (1990), hujan mempengaruhi kapasitas infiltrasi dengan

berbagai cara. Pemadatan oleh hujan secara drastis dapat mengurangi kemampuan
tanah untuk menyerap air dengan menghilangkan pori kapiler.
Tekstur Tanah
Menurut Hardjowigeno (2007), kelas tekstur tanah menunjukkan
perbandingan butir-butir pasir (0,005-2 mm), debu (0,002-0,005 mm), dan
liat < 0,002 mm) di dalam fraksi tanah halus. Tekstur menentukan tata air, tata
udara, kemudahan pengelolaan, dan struktur tanah. Penyusun tekstur tanah
berkaitan erat dengan kemampuan memberikan zat hara untuk tanaman,

Universitas Sumatera Utara

18

kelengasan tanah, perkembangan akar tanaman, dan pengelolaan tanah.
Berdasarkan persentase perbandingan fraksi-fraksi tanah, maka tekstur tanah
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu halus, sedang, dan kasar. Makin halus
tekstur

tanah


mengakibatkan

kualitas

tanah

semakin

menurun

karena

berkurangnya kemampuan tanah dalam menghisap air.
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)
yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir
(sand) (berdiameter 2,00-0,20 mm atau 2000-200 ��, debu (silt) (berdiameter

0,20-0,002 mm atau 200-2 ��) dan liat (clay).

Tanah liat banyak mengandung mineral liat montmorillonit dan illit, tanah

ini ditunjukkan adanya lapisan permukaan tanah yang pecah-pecah. Semakin
besar kandungan liat dan semakin banyak bahan organic tanah semakin besar air
yang mampu ditahan atau disimpan oleh tanah. Banyaknya air tersimpan didalam
tanah juga dipengaruhi oleh kondisi profil tanah dan permeabilitas tanahnya.
Profil tanah yang dalam dan permeabilitas tanah yang baik (sedang-cepat)
memungkinkan air permukaan dapat masuk lebih dalam kedalam tanah dang
mengisi

pori-pori

dan

rongga-rongga

yang

ada

jauh

didalam

tanah

(Moehansyah, 2006).
Kerapatan Massa (Bulk Density)
Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik
tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan
air, drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan
tanah dalam berbagai keadaan. Menghitung kerapatan butir tanah, berarti
menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan hanya diberikan untuk

Universitas Sumatera Utara

19

partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel setiap tanah merupakan
suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Untuk
kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata–rata sekitar 2,6 gram/cm3.
Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir
tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari
subsoil. Meskipun demikian kerapatan butir tanah tidak banyak berbeda. Jika
berbeda maka terdapat variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah
organik (Madjid, 2010).
Bulk density sangat berhubungan dengan particle density, jika particle
density tanah sangat besar maka bulk density juga besar. Hal ini dikarenakan
particle density berbanding lurus dengan bulk density, namun apabila tanah
memiliki tingkat kadar air yang tinggi maka particle density dan bulk density akan
rendah. Dapat dikatakan bahwa particle density berbanding terbalik dengan kadar
air. Hal ini terjadi jika suatu tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi dalam
menyerap air tanah, maka kepadatan tanah menjadi rendah karena pori-pori di
dalam tanah besar sehingga tanah yang memiliki pori besar akan lebih mudah
memasukkan air di dalam agregat tanah (Hanafiah, 2005).
Semakin tinggi kepadatan tanah, maka infiltrasi akan semakin kecil.
Kepadatan tanah ini dapat disebabkan oleh adanya pengaruh benturan-benturan
hujan pada permukaan tanah. Tanah yang ditutupi oleh tanaman biasanya
mempunyai laju infiltrasi lebih besar daripada permukaan tanah yang terbuka. Hal
ini disebabkan oleh perakaran tanaman yang menyebabkan porositas tanah lebih
tinggi, sehingga air lebih banyak dan meningkat pada permukaan yang tertutupi

Universitas Sumatera Utara

20

oleh vegetasi, dapat menyerap energi tumbuk hujan dan sehingga mampu
mempertahankan laju infiltrasi yang tinggi (Sarief, 1989).
Kerapatan Partikel (Particle Density)
Kerapatan partikel adalah berat tanah kering persatuan volume partikelpartikel tanah (jadi tidak termasuk pori-pori tanah). Tanah mineral mempunyai
partikel density yaitu 2,65 gr/cm3. Dengan mengetahui besarnya nilai partikel
density dan bulk density, maka dapat dihitung banyaknya persentase (%) pori-pori
tanah. Kandungan bahan organik memberikan pengaruh pada partikel density
(Hardjowigeno, 2003).
Tanah permukaan (top soil) biasanya mempunyai kerapatan yang lebih
kecil dari sub-soil, karena berat bahan organik pada tanah permukaan lebih kecil
daripada berat benda padat tanah mineral dari sub soil dengan volume yang sama,
dan top soil banyak mengandung bahan organik sehingga particle densitynya
rendah. Oleh karena itu partikel density setiap tanah merupakan suatu tetapan dan
tidak bervariasi menurut jumlah partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral
partikel densitynya rata-rata sekitar 2,6 g/cc (Foth, 1994).
Kerapatan partikel (bobot partikel) adalah bobot massa partikel padat
persatuan volume tanah, biasanya tanah memiliki kerapatan partikel 2,6 gr/cm3.
Kerapatan partikel erat hubungannya dengan kerapatan massa. Hubungan
kerapatan partikel dan kerapatan massa dapat menentukan pori-pori pada tanah
(Hanafiah, 2006).
Porositas
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang dapat
ditempati oleh udara dan air, serta merupakan indikator kondisi drainase dan

Universitas Sumatera Utara

21

aerasi tanah. Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (makro) dan
pori-pori halus (mikro). Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang
mudah hilang karena gaya gravitasi), sedangkan pori-pori halus berisi air kapiler
atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada
tanah liat. Tanah yang banyak mengandung pori-pori kasar sulit menahan air
sehingga tanahnya mudah kekeringan. Tanah liat mempunyai pori total (jumlah
pori-pori makro ditambah pori-pori mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir
(Hardjowigeno 2007).
Perbandingan ruang pori terhadap padatan merupakan sifat tanah yang
penting dan banyak menentukan ekonomi air, udara, temperatur dan hara tanah,
ruang perakaran tanaman, mudah atau tidaknya tanah untuk diolah serta
mempengaruhi proses-proses perkolasi yang terlibat dalam pembentukan tanah
tersebut (Saidi, 2006).
Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari porositas tanah. Pada
porositas yang tinggi, maka tanah akan dapat menyimpan air dalam jumlah yang
besar, sehingga air hujan yang datang akan dapat meresap atau mengalami
infiltrasi dengan cepat tanpa terjadinya aliran permukaan (Suryatmojo, 2006).
Bahan Organik Tanah
Tanah tersusun oleh bahan padatan, air dan udara.Bahan padatan ini
meliputi bahan mineral berukuran pasir, debu, dan liat, serta bahan organik. Bahan
organik tanah biasanya menyusun 5% bobot total tanah, meskipun hanya sedikit
tetapi memegang peran penting dalam menentukan kesuburan tanah, baik secara
fisik, kimiawi maupun secara biologis tanah. Komponen tanah yang berfungsi
sebagai media tumbuh, maka bahan organik juga berpengaruh secara langsung

Universitas Sumatera Utara

22

terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman dan mikrobia tanah, yaitu
sebagai sumber energi, hormon, vitamin, dan senyawa perangsang tumbuh
lainnya. Secara fisik bahan organik berperan dalam menentukan warna tanah
menjadi coklat-hitam, merangsang granulasi, menurunkan plastisitas dan kohesi
tanah (Brady, 1984), memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah sehingga
laju infiltrasi lebih tinggi, dan meningktakan daya tanah menahan air sehingga
drainase tidak berlebihan, kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil
(Hanafiah, 2005).
Kadar Air
Air yang tersedia dalam tanah dapat diserap tanaman bagi kelangsungan
pertumbuhan dan perkembangannya. Pada satu jenis tanah dengan jenis tanah
lainnya tersedianya air adalah berbeda-beda, tanah yang berlempung misalnya
ketersediaan air lebih banyak dibandingkan dengan tanah pasir. Gerakan air
didalam tanah selain mempengaruhi keberadaan air disuatu tempat, juga serta
kaitannya dengan jumlah air yang ada dan sifat tanah (aliran jenuh, aliran tidak
jenuh dan aliran uap) (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2002).
Tata Guna Lahan
Kemampuan sistem lahan dalam meretensi air hujan sangat tergantung
kepada karakteristik sistem tajuk dan perakaran tipe vegetasi penutupnya. Sistem
tata guna lahan dengan vegetasi penutup bertipe pohon yang disertai dengan
adanya tumbuhan penutup tanah adalah sistem lahan yang mempunyai
kemampuan meretensi air hujan lebih baik dari pada sistem lahan tingkat semai/
semak atau tiang. Dengan demikian vegetasi tingkat pohon mempunyai fungsi

Universitas Sumatera Utara

23

yang lebih baik untuk meningkatkan kapasitas infiltrasi dan menyimpan air
(Suharto, 2006).
Lahan Permukiman
Hampir setiap aktivitas manusia melibatkan penggunaan lahan dan karena
jumlah aktivitas manusia bertambah dengan cepat, maka lahan menjadi sumber
yang langka. Keputusan untuk mengubah pola penggunaan lahan mungkin
memberikan keuntungan atau kerugian yang besar, baik ditinjau dari pengertian
ekonomis, maupun terhadap perubahan lingkungan. Dengan demikian, membuat
keputusan tentang penggunaan lahan merupakan aktivitas politik, dan sangat
dipengaruhi keadaan sosial dan ekonomi (Sitorus, 2004).
Pertanian Lahan pangan
Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang mempunyai
potensi besar untuk usaha pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura (sayuran
dan buah-buahan) maupun tanaman tahunan dan peternakan. Berdasarkan Atlas
Arahan

Tata

Ruang

Pertanian

Indonesia

skala

1:1.000.000

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2001)
Indonesia memiliki daratan sekitar 188,20 juta ha, terdiri atas 148 juta ha
lahan kering (78%) dan 40,20 juta ha lahan basah (22%). Tidak semua lahan
kering sesuai untuk pertanian, terutama karena adanya faktor pembatas tanah
seperti lereng yang sangat curam atau solum tanah dangkal dan berbatu, atau
termasuk kawasan hutan. Dari total luas 148 juta ha, lahan kering yang sesuai
untuk budi daya pertanian hanya sekitar 76,22 juta ha (52%), sebagian besar
terdapat di dataran rendah (70,71 juta ha atau 93%) dan sisanya di dataran tinggi.

Universitas Sumatera Utara

24

Lahan Perkebunan
Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya
terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan
komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat
yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman
keras/industri seperti kakao, kelapa, dan teh atau tanaman hortikultura seperti
pisang, anggur, atau anggrek. Dalam pengertian bahasa Inggris, "perkebunan"
dapat mencakup plantation dan orchard. Ukuran luas perkebunan sangat relatif
dan tergantung ukuran volume komoditi yang dipasarkannya. Namun demikian,
suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan
melalui sistem produksi yang diterapkannya. Selain itu, perkebunan selalu
menerapkan cara monokultur, paling tidak untuk setiap blok yang ada di
dalamnya. Penciri lainnya, walaupun tidak selalu demikian, adalah terdapat
instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap komoditi yang dipanen di lahan
perkebunan itu, sebelum produknya dikirim ke pembeli.
Perkebunan merupakan usaha pemanfaatan lahan kering dengan menanam
komoditi tertentu. Berdasarkan jenis tanamannya, perkebunan dapat dibedakan
menjadi perkebunan dengan tanaman musim, seperti perkebunan tembakau dan
tebu, serta perkebunan tanaman tahunan, seperti perkebunan kelapa sawit, karet,
kakao, kopi, cengkeh, dan pala (Syamsulbahri, 1996).
Menurut Susila (2004), subsektor perkebunan merupakan salah satu
subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal
maupun produksi. Secara keseluruhan, areal perkebunan meningkat dengan laju
2.6% per tahun pada periode tahun 2000-2003, dengan total areal pada tahun 2003

Universitas Sumatera Utara

25

mencapai 16.3 juta. Dari beberapa komoditas perkebunan yang penting di
Indonesia (karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, dan tebu), kelapa sawit,
karet dan kakao tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan
lainnya dengan laju pertumbuhan diatas 5% per tahun.

Universitas Sumatera Utara