Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat

(1)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN

DESA SEI SERDANG DI KABUPATEN LANGKAT

KERTAS KARYA

DEKERJAKAN O

L E H

FIQI RARAS MAJA NIM.062204036

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(2)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. ABSTRAK

Propinsi Sumatera Utara memiliki banyak daerah objek wisata yang potensial dan strategis, Hal ini sangat mendukung pembangunan daerah Sumatera Utara yang memprioritaskan pembangunan di bidang industri, pertahanan, pariwisata serta peningkatan sumber daya manusia, namun dari sekian banyak objek wisata yang dimiliki, masih begitu sedikit yang di kembangkan, padahal masih begitu banyak daerah-daerah yang memiliki objek wisata yang yang berpotensi dan membutuhkan sentuhan tangan professional dibidang kepariwisataan. Oleh sebab itu dilakukan pengkajian tentang potensi pengembangan objek wisata yang berbasis alam dan kebudayaan.

Dari hasil penelitian, ditunjukan bahwa wisata yang berbasis dengan alam dan budaya sekarang ini banyak menarik perhatian masyarakat. Khususnya masyarakat setempat karena dapat menarik keuntungan dari setiap wisatawan yang datang ke tempat tersebut dengan menjadi pemandu local, membuka penginapan untuk wisatawan yang akan menginap, membuka rumah makan, serta toko souvenir. Karena bisanya wisatawan mancanegara lebih menyukai wisata yang berbasis alam dan budaya sehingga juga mendatangkan devisa yang besar bagi negara. Untuk itu para pengelola kawasan mencoba untuk mengkordinir agar kunjungan wisatawan dapat selama mungkin. Melalui pengembangan ekowisata di daerah hutan tangkahan yang di kelola oleh masyarakat di desa Namo Sialang dan desa sei Serdang diharapkan kelestarian pada daerah tersebut terus terpelihara agar generasi berikutnya dapat terus menikmatinya sebagai hutan tropis yang masih alami. Ekowisata akan menjadi industri yang berhasil jika sumber daya alamnya dilindungi. Sumber daya alam dapat dilindungi dengan baik jika terdapat suatu strategi pengelolaan untuk memimpin proses tersebut.


(3)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. KATA PENGANTAR

Pertama dan terutama, dengan segala kerendahan hati penulis bersujud dan panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan anugrahnya, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan segala keterbatasan yang dimiliki penulis, namun karena limpahan karunia-Nya sehingga menambah keyakinan dan kekuatan mengikuti perjalanan panjang dalam penyelesaian studi ini.

Judul tugas akhir ini “ POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO

SIALANG DAN DESA SEI SERDANG DI KABUPATEN LANGKAT” yang mana

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam penulisan kertas karya ini banyak pihak yang memberikan bantuan berupa dorongan moril, masukan dan saran, sehingga penulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada

1. Bapak Prof. Chairudin P. Lubis,DTM&H,Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs.Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs.Ridwan Azhar M.Hum., selaku Ketua Jurusan D-III Pariwisata Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun M.Si , selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Tugas akhir ini.

5. Bapak Hazed Djoeli,BA.,(Alm), selaku Koordinator Usaha Wisata D-III Pariwisata Universitas Sumatera Utara.


(4)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

6. Bapak Sigit Wresti dan Bapak Marzaini Manday., Dosen sekaligus Pendidik. Trimakasih telah mengajarkan kesederhanaan dalam hidup.

7. Seluruh teman-teman Pariwisata, khususnya anak-anak Usaha Wisata, tiga tahun menjadi Komting (komisaris tingkat) kalian, adalah pengalaman yang sangat berharga.

8. Teman-teman baikku Faisal Ginting,,Slamat Zebua yang saat ini sudah jadi Direktur Hotel di Nias.,Desta,Irpan, Ridha Hafni (Akep), semoga kita bisa saling motivasi terus kedepannya.

9. Teman-teman dari nadwa , Rizky, Wenda, Eliza dan Eka yang memberi doa dan motivasi terus dalam penulisan.

Teristimewa dengan tulus hati diucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang slalu mendidik dan membimbingku, Bapak ir. AM Mukhtar dan Ibunda Ratnawati. Doa dan dukungan moril dan materil serta segala yang dibutuhkan penulis sangat berarti dalam menyelesaikan studi dan penulisan tugas akhir ini.

Finally, kepada semua teman dan sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terima kasih buat semua doa, kebaikan, ketulusan, dan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini. I Love You all

Medan, Juli 2009 Penulis,


(5)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……….. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Pembatasan permasalahan ………. 2

1.3 Tujuan Penulisan ……… 3

1.4 Metode Penulisan ………... 3

1.5 Sistematika Penulisan ………. 3

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata ……….. 5

2.2 Kepariwisataan ……… 7

2.3 Pengertian Objek Dan Daya Tarik Wisata ……….. 13

2.4 Pengertian Wisatawan ………. 14

2.5 Pengertian Kebudayaan Dan Hubungannya Dengan Pariwisata ………. 17

BAB III GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN KABUPATEN LANGKAT 3.1 Geografi ………... 18


(6)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

3.2 Sejarah Kabupaten Langkat ………. 19

3.3 Keadaan Penduduk ……….. 24

3.4 Sarana Dan Prasarana ……….. 25

3.5 Kepariwisataan Kabupaten Langkat ……… 30

BAB IV POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN DESA SEI SERDANG KABUPATEN LANGKAT 4.1 Sejarah Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Dengan Ekowisata ……… 33

4.2 Ekowisata Tangkahan ………. 41

4.3 Kunjungan Wisatawan ……… 44

4.4 Dampak Pengembangan Kepariwisataan Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Terhadap Lingkungan Dan Masyarakat Setempat ………... 44

4.5 Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Kawasan ……….. 46

4.6 Peran Serta Pemerintah dan Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Wisata ………. 47

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada priode antara tahun 1985 s/d 1995, kepariwisataan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat baik dan menjadi salah satu industri yang memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan negara. Seiring dengan terjadinya masalah dalam negeri yang dimulai dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan,tragedi bom Bali dan serangkaian aksi teroris di beberapa wilayah di Indonesia, maka citra kepariwisataan Indonesia secara umum menurun di mata internasional. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun pelaku usaha kepariwisataan untuk membangkitkan kembali citra kepariwisataan di Indonesia, meciptakan keamanan nasional, promosi dan perbaikan sarana prasarana wisata, serta pengembangan objek-objek wisata. Salah satu yang saat ini tengah dikembangkan adalah pariwisata berbasis kekayaan alam dan budaya.

Pariwisata berbasis kekayaan alam terutama satwa telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh para pelaku wisata. Terutama wisatawan yang berasal dari Eropa dan Amerika. Mereka melakukan kunjungan ke negara-negara yang tingkat keanekaragaman hayatinya cukup tinggi. Tujuannya untuk mencari gambaran baru tentang sisi lain kehidupan yang tidak didapatkan di Eropa maupun Amerika. Hal itu meliputi kekayaan dan keragaman budaya, bentang alam, satwa, dan tumbuhan, serta masyarakat setempat.


(8)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

Kabupaten Langkat sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki berbagai ragam sumber daya alam dan budaya sebagai objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu aset potensial kepariwisataan nasional. Dengan perencanaan pembangunan dan pengembangan yang baik, semua aset kepariwisataan yang dimiliki dapat dikembangkan dengan lebih baik. Hingga saat ini hampir semua aset potensial itu belum terkelola secara baik. Salah satu aset kepariwisataan kabupaten langkat yang sangat potensial adalah desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang. Wilayah kedua desa ini berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Louser(TNGL) yang memiliki keanekaragaman hayati yang masih sangat terjaga. Selain itu, kawasan ini juga memiliki objek wisata yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan, antara lain air terjun, gua kalelawar, sumber air panas, dan sungai Batang Serangan yang masih sangat jernih airnya. Dengan berbagai potensi tersebut, masyarakat kedua desa ini mengembangkan kawasan ekowisata. Masyarakat kedua desa ini mayoritas bersuku Karo,sehingga kebudayaan karo juga merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Selain ekowisata kedua desa ini juga berpotensi mengembangkan wisata budayanya.

Berkenaan hal diatas, maka penulis merasa tertarik untuk menulis kertas karya dengan judul “ POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN

DESA SEI SERDANG DI KABUPATEN LANGKAT”.

1.2 Pembatasan Permasalahan

Kertas karya ini mencoba melihat masalah : bagaimana potensi kepariwisataan di desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang di kabupaten Langkat ?


(9)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. 1.3 Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

• Tujuan khusus :

1) Melihat potensi kepariwisataan yang ada di desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang kabupaten Langkat.

• Tujuan umum :

1) Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Pariwisata Program Diploma III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.4 Metode Penelitian

Yang dimaksudkan dengan metode penelitian adalah suatu cara penulisan untuk mendapatkan informasi maupun data-data dalam mengurai dan menyusun kertas karya. Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode :

1) Library reseach,yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data melalui buku-buku kepariwisataan,booklet,brosur-brosur dan sumber lainnya yang berhubungan dengan judul kertas karya ini

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut :


(10)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

Pada bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang pemilihan judul, pembatasan masalah, metode penulisan, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

Menguraikan tentang kepariwisataan yang meliputi, pengertian tentang kepariwisataan, objek dan atraksi wisata.

BAB III : TINJAUAN UMUM KABUPATEN LANGKAT

Menguraikan tentang letak geografis kabupaten Langkat, sejarah, penduduk dan mata pencaharian, serta objek-objek wisata potensial di kabupaten langkat.

BAB IV POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG

DAN DESA SEI SERDANG

Menguraikan tentang objek dan daya tarik wisata yang potensial di kedua desa tersebut. Dampak dan permasalahan yang dihadapi, serta upaya pemerintah dan masyarakat di kedua desa tersebut dalam pengembangan kepariwisataan.

BAB V : PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa Sansekerta, ‘pari’ yang berarti banyak atau berkali-kali dan ‘wisata’ yang berarti perjalanan atau bepergian. Jadi, pari-wisata diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali ( = bahasa Inggris ‘tour’ atau ‘tourism’) Oka A.Yoeti(1993). Secara lebih luas, dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting yang menjadi batasan dalam definisi pariwisata, yaitu:

1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu

2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain

3. Perjalanan ini berhubungan dengan rekreasi atau bersenang-senang

4.Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya

Jadi, menurut Oka A Yoeti (1993), pengertian pariwisata dapat disimpulkan sebagai berikut :

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk kegiatan bersenang-senang atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”


(12)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata

Jadi pengertian wisata mengandung beberapa unsur yaitu : (1) kegiatan perjalanan; (2) dilakukan secara sukarela; (3) bersifat sementara; (4) perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi : (1) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.(2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah ( candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah seperti keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.(3). Pengusaha jasa dan sarana pariwisata, : (a) Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata).(b) Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya.(c) Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata.

Pariwisata menurut para ahli antara lain :

• Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka


(13)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.

• Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut,

“ Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan menurut pendapat dari James J.Spillane (1982:20) pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.”

• Menurut Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata yaitu,

“pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.”

2.2 Kepariwisataan

Pengertian kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 pada bab I pasal 1 kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut Kepariwisataan.

• Nyoman S Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai


(14)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

“Keparawisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri lainnya.”

Kepariwisataan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata. Hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata hendaknya memenuhi syarat sapta pesona pariwisata, yaitu :

a) Aman

Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman, tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari :

• Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan, penodongan, penipuan dan lain sebagainya.

• Terserang penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya

• Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang kurang baik, seperti kendaraan, peralatan untuk makan dan minum, lift, alat perlengkapan rekreasi atau olah raga.

• Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh pedagang asongan, tangan jail, ucapan dan tindakan serta perilaku yang tidak bersahabat dan lain sebagainya.


(15)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

Jadi, aman berarti tejamin keselamatan jiwa dan fisik, termasuk milik (barang) wisatawan

b) Tertib

Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat, misalnya :

• Lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat angkutan datang dan berangkat tepat pada waktunya.

• Tidak nampak orang yang berdesakan atau berebutan untuk mendapatkan atau membeli sesuatu yang diperlukan

• Bangunan dan lingkungan ditata teratur dan rapi

• Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat

• Informasi yang benar dan tidak membingungkan

c) Bersih

Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat seperti :

• Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat-tempat umum, seperti di hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekreasi, tempat buang air


(16)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

kecil/besar dan lain sebagainya. Bersih dari sampah, kotoran, corat-coret dan lain sebagainya.

• Sajian makanan dan minuman bersih dan sehat

• Penggunaan dan penyajian alat perlengkapan yang bersih seperti sendok, piring, tempat tidur, alat olah raga dan lain sebagainya

• Pakaian dan penampilan petugas bersih, rapi dan tidak mengeluarkan bau tidak sedap dan lain sebagainya

d) Sejuk

Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau keadaan sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya. Untuk itu semua pihak diharapkan dapat :

• Turut serta aktif memelihara kelestarian lingkungan dan hasil penghijaun yang telah dilakukan masyarakat maupun pemerintah

• Berperan secara aktif untuk menganjurkan dan memelopori agar masyarakat setempat melaksanakan kegiatan penghijauan dan memelihara kebersihan, menanam berbagai tanaman di halaman rumah masing-masing baik untuk hiasan maupun tanaman yang bermanfaat bagi rumah tangga, melakukan penanaman pohon/tanaman rindang di sepanjang jalan di lingkungan masing-masing di halaman sekolah dan lain sebagainya


(17)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. • Menghiasi ruang belajar/kerja, ruang tamu, ruang tidur dan tempat lainnya dengan

aneka tanaman penghias atau penyejuk.

• Memprakarsai berbagai kegiatan dan upaya lain yang dapat membuat lingkungan hidup kita menjadi sejuk, bersih, segar dan nyaman.

e) Indah

Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari berbagai segi, seperti dari segi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah yang selalu sejalan dengan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup baik berupa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia. Karena itu kita wajib memelihara lingkungan hidup agar lestari dan dapat dinikmati oleh umat manusia.

f) Ramah tamah

Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan atau sikat. Ramah, merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah tamah ini merupakan satu daya tarik bagi wisatawan, oleh karena itu harus kita pelihara terus.


(18)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. g) Kenangan

Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula yang tidak menyenangkan. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan sendirinya adalah yang indah dan menyenangkan. Kenangan yang indah ini dapat pula diciptakan dengan antara lain :

• Akomodasi yang nyaman, bersih dan sehat, pelayanan yang cepat, tepat dan ramah, suasana yang mencerminkan ciri khas daerah dalam bentuk dan gaya bangunan serta dekorasinya

• Atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik itu berupa seni tari, seni suara dan berbagai macam upacara

• Makanan dan minuman khas daerah yang lezat, dengan penampilan dan penyajian yang menarik. Makanan dan minuman ini merupakan salah satu daya tarik yang kuat dan dapat dijadikan jati diri (identitas daerah).

• Cenderamata yang mungil yang mencerminkan ciri-ciri khas daerah bermutu tinggi, mudah dibawa dan dengan harga yang terjangkau mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau kenangan dari kunjungan seseorang ke suatu tempat/daerah/Negara.


(19)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. 2.3 Pengertian objek dan daya tarik wisata

Menurut Oka yoeti (1996:174-176) ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah, adapun hal tersebut adalah:

a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, dalam istilah pariwisata disebut natural amenities, yang termasuk dalam kelompok ini adalah hutan, iklim, pemandangan dan bentuk tanah, flora dan fauna, pusat-pusat kesehatan.

b. Hasil ciptaan manusia yang dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan keagamaan.

c. Tata cara hidup masyarakat(way to life) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan hidup manusia yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa objek wisata itu adalah “unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik sasaran wisata”. Lain hal dengan atraksi wisata yang dalam hal ini bersinonim dengan pengertian “entertainmeny”atau hiburan, yaitu segala sesuatu yang telah di persiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal itu adalah tari-tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisional, upacara adat.(Yoeti,1996:178:181).


(20)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

1. Alam (Nature) yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang dimanfaatkan dan diusahakan sebagai tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberi kepuasan pada wisatawan, misalnya air terjun, pegunungan, flora dan fauna serta pemandangan alam.

2. Kebudayaan (Culture) yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik yang berasal dari seni dan kreasi manusia. Contohnya upacara adat, upacara keagamaan dan lain-lain.

3. Buatan Manusia (Man Made) yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil karya manusia yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Contohnya candi-candi, prasasti, monumen dan kerajinan tangan.

4. Manusia ( Human Being) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan hidup manusia (Way of life) yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata. Contohnya suku-suku pedalaman yang terdapat di daerah Kalimantan (suku Dayak), Irian Jaya(suku Asmat) yang cara hidup masih primitif dan unik.

2.4 Pengertian Wisatawan

Berdasarkan pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Dewan sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No.870 :

- Untuk tujuan statistik yang dimaksudkan dengan visitor atau pengunjung adalah, setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan


(21)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

tempat tinggal sebagaimana biasanya dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan suatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang di kunjunginya.

Menurut rumusan pengunjung di atas yang termasuk di dalamnya yaitu (dalam Yoeti 1996:133-135):

Wisatawan (Tourist), yaitu pengunjung sementara yang sekurang-kurangnya

tinggal selama 24 jam di negara atau daerah yang dikunjunginya berdasarkan tujuan perjalanannya yang dikelompokkan sebagai berikut :

- Orang-orang yang mengunjungi suatu negara untuk pleasure atau liburan - Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena Family Reason visit

friend and relative.

- Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena urusan MICE

(Meetings,Incentive,Conference,and Exhibition.)

- Orang-orang yang datang ke suatu negara karena urusan sekolah.

- Orang-orang yang datang ke suatu negara sebagai utusan bidang olahraga ataupun hanya sekedar menonton pertandingan olahraga.

- Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena alasan keagamaan.

• Pelancong (Excurtionist) yaitu orang-orang yang mengunjungi suatu negara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang di kunjunginya termasuk pelancong yang menggunakan kapal pesiar.

- Berdasarkan Intruksi Presiden No.9 Tahun 1969 yang memberikan definisi yaitu “Wisatawan (tourist) adalah setiap orang bepergian dari tempat


(22)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya tersebut”

Karakteristik Wisatawan

a. Domestik

- Lebih tertarik dengan fasilitas dan pelayanan modern

- Lebih menyukai wisata alam dan daerah beriklim dingin

- Tidak terlalu tertarik dengan peninggalan sejarah dan budaya

- Tidak terlalu tertarik dengan wisata petualangan

- Lebih suka bepergian dalam group

- Waktu berkunjung lebih singkat

b. Mancanegara (asing)

- Tertarik dengan wisata petualangan

- Tetarik dengan peninggalan budaya tradisionil

- Lebih menyukai masakan dari daerah asalnya

- Waktu berkunjung lebih lama

- Sangat kecewa apabila menemukan hal-hal yang tidak sesuai

- Suka bepergian secara individual


(23)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. 2.5 Pengertian Kebudayaan dan Hubungannya dengan Pariwisata

Kebudayaan dapat dipahami dalam tiga aspek, yakni aspek material, prilaku dan ide. Dalam bentuk material mencakup antara lain peralatan hidup, arsitektur, pakaian, makanan olahan, hasil teknologi dan lain-lain. Dalam wujud prilaku mencakup kegiatan ritual perkawinan, upacara-upacara keagamaan atau kematian, seni pertunjukan, keteranpilan membuat barang-barang kerajinan dan lainnya. Dalam wujud ide mencakup antara lain sistem keyakinan, pengetahuan nilai-nilai dan norma–norma.

• Menurut Koentjaraningrat (19990:180) definisi kebudayaan adalah : ”seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang di hasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan proses belajar.”

Seperti yang tertera di atas, bahwa kebudayaan itu adalah hasil karya manusia yang baik itu berupa benda, kesenian, adat istiadat dan lain sebagainya yang merupakan salah satu potensi pariwisata yang mendukung perkembangan kepariwisataan. Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pariwisata mempunyai hubungan yang erat dengan kepariwisataan.


(24)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. BAB III

GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN KABUPATEN LANGKAT

3.1. Geografi

Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3014' dan 4013' lintang utara, serta 93051' dan 98045' Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh - Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II karo.

- Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang

- Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah)

• Topografi

Daerah Tingkat II Langkat dibedakan atas 3 bagian

- Pesisir Pantai dengan ketinggian 0 - 4 m diatas permukaan laut - Dataran rendah dengan ketinggian 0 - 30 m diatas permukaan laut - Dataran Tinggi dengan ketinggian 30 - 1200 m diatas permukaan laut

• Aliran Sungai

Daerah kabupaten Langkat dialiri oleh 26 sungai besar dan kecil, melalui kecamatan dan desa-desa, diantara sungai-sungai tersebut adalah : Sungai Wampu, Sungai Batang Serangan, Sungai Lepan, Sungai Besitang dan lain-lain. Secara umum sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk pengairan, perhubungan dan lain-lain.


(25)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. 3.2. Sejarah Kabupaten Langkat

Langkat yang menjadi salah satu kabupaten di Sumatera Utara memiliki sejarah panjang dalam pemerintahan.

Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang

Pada masa pemerintahan Belanda, kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi) berada ditangan pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh :

• 1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892

• 2. Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927

• 3. Sultan Mahmud 1927-1945/46

Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur pemerintahan disebut LUHAK dan dibawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja kecil Karo) yang berada di desa. Pemerintahan luhak dipimpin seorang Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin seorang kepala Distrik, dan untuk jabatan kepala kejuruan/Datuk harus dipegang oleh penduduk asli yang pernah menjadi raja didaerahnya.


(26)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak, yaitu :

(1) Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dipimpin oleh T.Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2 Distrik yaitu :

• 1.1 Kejuruan Selesai

• 1.2 Kejuruan Bahorok

• 1.3 Kejuruan Sei Bingai

• 1.4 Distrik Kwala

• 1.5 Distrik Salapian

(2) Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah ini mempunyai 2 kejuruan dan 4 distrik yaitu :

• 2.1 Kejuruan Stabat

• 2.2 Kejuruan Bingei

• 2.3 Distrik Secanggang

• 2.4 Distrik Padang Tualang

• 2.5 Distrik Cempa

• 2.6 Distrik Pantai Cermin

(3) Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin oleh Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik.


(27)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. • 3.2 Distrik Pulau Kampai

• 3.3 Distrik Sei Lepan

Awal 1942, Kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda beralih ke Pemerintahan jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan. Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco. Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17-08-1945.

Masa Kemerdekaan.

Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati. Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah.

Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.

Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga) kewedanan yaitu :


(28)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. • 1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai

• 2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura

• 3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan.

Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Assiten Wedana (Camat) sebagai perangkat akhir. Pada tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Care Taher (Pak Wongso) dan selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat.

Dan secara berturut-turut jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dijabat oleh:

• 1. T. Ismail Aswhin 1967 - 1974

• 2. HM. Iscad Idris 1974 - 1979

• 3. R. Mulyadi 1979 - 1984

• 4. H. Marzuki Erman 1984 - 1989

• 5. H. Zulfirman Siregar 1989 - 1994

• 6. Drs. H. Zulkifli Harahap 1994 -1998

• 7. H.Abdul Wahab Dalimunthe, SH 3-9-1998 s/d 20-2-1999

• 8. H.Syamsul Arifin, SE 1999- Juni 2008

• 9. H.M.Yunus Saragih Juni 2008 - Sekarang

Untuk melaksanakan pembangunan yang merata, Kabupaten Langkat dibagi atas 3 wilayah pembangunan.


(29)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. • a. Kecamatan Bahorok dengan 19 desa

• b. Kecamatan Salapian dengan 22 desa

• c. Kecamatan Kuala dengan 16 desa

• d. Kecamatan Selesai dengan 13 desa

• e. Kecamatan Binjai dengan 7 desa

• f. Kecamatan Sei Bingai 15 desa

• 2. Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir) meliputi

• a. Kecamatan Stabat dengan 18 desa dan 1 Kelurahan

• b. Kecamatan Secanggang dengan 14 Desa

• c. Kecamatan Hinai dengan 12 desa

• d. Kecamatan Padang Tualang dengan 18 desa

• e. Kecamatan Tanjung Pura dengan 15 desa dan 1 kelurahan.

• 3. Wilayah pembangunan III (Teluk Haru) meliputi

• a. Kecamatan Gebang dengan 9 desa

• b. Kecamatan Brandan Barat dengan 6 desa

• c. Kecamatan Sei Lepan dengan 5 desa dan 5 kelurahan

• d. Kecamatan Babalan dengan 5 desa dan 3 kelurahan

• e. Kecamatan Pangkalan Susu dengan 14 desa 2 kelurahan

• f. Kecamatan Besitang dengan 8 desa dan 3 kelurahan

Tiap-tiap wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati.

Disamping itu dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten Langkat dibantu atas dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik Departemen maupun non Departemen yang


(30)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

kesemuannya merupakan pembantu-pembantu Bupati. Dalam melaksanakan kebijaksana-an pemerintahkebijaksana-an dkebijaksana-an pembkebijaksana-angunkebijaksana-an.

3.3. Keadaan Penduduk

Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah 902.986 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per Km². Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Langkat pada tahun 2000 dibandingkan tahun 1990 adalah sebesar 1,07 persen. Untuk tahun 2007 berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat 1.027.414 jiwa Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak 82.018 jiwa dengan kepadatan penduduk 904,88 jiwa per Km², sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Brandan barat sebesar 23.515 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan Kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 904,88 jiwa per Km² dan Kecamatan Batang Serangan merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 40,94 jiwa per Km². Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak Perempuan dibandingkan penduduk laki-laki. Pada tahun 2007 jumlah penduduk laki-laki sebesar 513.651 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 513.763 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,98 persen.

Penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa Jawa (56,87 persen), diikuti dengan suku Melayu (14,93 persen), Karo (10,22 persen), Tapanuli /Toba (4,50 persen), Madina (2,54 persen) dan lainnya (10,94 persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas agama Islam (90,00 persen), Kristen Protestan


(31)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

(7,56 persen), Kristen Katholik (1,06 persen), Budha (0,95 persen), dan Hindu (0,09 persen) dan lainnya (0,34 persen).

3.4 Sarana dan Prasarana

Jaringan jalan dan jembatan secara umum menurut data tahun 2004 maka kira-kira sepanjang 30,03 km dari 1514,75 km jalan yang ada di kabupaten langkat dalam kondisi rusak berat. Kondisi ini diakibatkan tidak sesuainya antara kondisi jalan dengan beban dan frekwensi pemakai jalan. Sarana dan prasarana yang telah tersedia yaitu PLN, jaringan telekomunikasi yang hampir sudah menjangkau seluruh daerah.PT.Telkom sudah menjangkau sekitar 8 kecamatan, PDAM di kawasan perkot aan, rumah sakit umum dan puskesmas yang sudah tersebar di seluruh kawasan kabupaten, pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi.

Kondisi Jalan

Jalan merupakan sarana yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat meningkatkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu tempat ke tempat lain. Panjang jalan di Kabupaten Langkat pada tahun 2007 sepanjang 1.504,10 Km, yang terdiri dari 511,50 km jalan beraspal, 399,10 km jalan kerikil, 229,70 Km jalan batu dan 363,80 Km jalan tanah. Kondisi jalan di Kabupaten Langkat perlu mendapat perhatian yang serius, karena 56,58 persen jalan Kabupaten yang ada dalam keadaan rusak dan rusak berat (851,1 Km). Sedangkan jalan dalam kondisi baik hanya 4,23 persen (63,55 Km) dan sisanya 39,20 persen lagi dalam keadaan sedang (589,45 Km).


(32)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. • Angkutan Darat

Transportasi darat yang tersedia adalah kendaraan bermotor. Pada tahun anggaran 2007, jumlah kendaraan bermotor yang diuji ada 2.646 unit, yang terdiri dari 1996 unit mobil barang, 72 unit Bus, dan 572 mobil penumpang umum serta 6 unit kenderaan khusus/tangki.

Angkutan Laut

Di Kabupaten Langkat, terdapat pelabuhan, Pangkalan Susu. Yang digunakan untuk arus lalu lintas penumpang, dan untuk lalu lintas barang dari dalam negeri Pada tahun 2007, barang yang di muat untuk keperluan dalam negeri dan berasal dari dalam negeri sebesar 143.165 ton, sedangkan yang dibongkar ada sebesar 89.039 ton.

Pos dan Telekomunikasi

Dewasa ini, komunikasi dan informasi dari berbagai daerah semakin lancar saja. Hal ini dimungkinkan karena sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang semakin baik. Jaringan komunikasi(telephon) sudah menjangkau hampir seluruh daerah. Surat yang masuk melalui PT. Pos Indonesia cabang Binjai Tahun 2007 ada sebanyak 269.833 buah terdiri dari 215.083 surat pos biasa + kilat, 41.410 surat pos kilat khusus dan sisanya 13.340 buah adalah surat tercatat, wesel pos. Sedangakan surat yang keluar ada sebanyak 66.748 buah yang terdiri dari 34.504 surat pos biasa + kilat, 23.393 surat pos kilat khusus dan lainnya ada sebanyak 8.851 buah surat.


(33)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. • Pendidikan

Penyediaan sarana fisik pendidi-kan dan jumlah tenaga guru yang memadai merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah penduduk. Pada data yang ada menunjukkan gambaran yang jelas tentang jumlah sekolah, kelas, guru dan murid pada tahun ajaran 2007/2008 dari jenjang pendidikan dasar s.d. tingkat menengah. Pada tahun ajaran tersebut, jumlah sekolah TK 44 buah, guru 153 orang dan murid 2.071 orang, sekolah dasar ada 610 buah, guru 5.934 orang dan murid 123.737 orang. Sedangkan untuk sekolah lanjutan tingkat pertama terdapat 137 buah sekolah, 3399 orang guru dan 36.224 orang murid. Sementara itu untuk sekolah lanjutan tingkat atas terdapat 62 sekolah dengan 1433 orang guru dan 18.045 orang murid. Untuk SMK Kejuruan sekolah ada 45 buah, guru 921 orang dan murid 10.613 orang. Di Kabupaten Langkat, rasio murid terhadap sekolah pada tahun 2007/2008 dapat dijelaskan sebagai berikut : • Rasio murid SD terhadap sekolah adalah 202. Hal ini menunjukkan bahwa tiap sekolah dasar rata-rata memiliki 202 murid. Rasio tertinggi dijumpai pada Kecamatan Stabat yaitu 299 orang murid per sekolah, sedangkan rasio terendah dijumpai pada Kecamatan Salapian yaitu 150 orang murid per sekolah. • Rasio murid SLTP terhadap sekolah adalah 264. Hal ini berarti bahwa tiap SLTP rata-rata memiliki 264 murid. Rasio tertinggi dijumpai pada Kecamatan Brandan Barat yaitu 483 murid per sekolah dan rasio terendah dijumpai pada Kecamatan Wampu yaitu 141 murid per sekolah. • Rasio murid SLTA terhadap sekolah adalah 291 murid per sekolah, Hal ini berarti bahwa tiap SLTA rata-rata memiliki 291 murid. Rasio tertinggi dijumpai pada Kecamatan Gebang yaitu 752 murid per sekolah dan rasio terendah dijumpai pada Kecamatan Wampu yaitu 90 murid per sekolah.


(34)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. • Kesehatan dan Keluarga Berencana

Kesehatan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Jumlah rumah sakit umum milik pemerintah ada 3 buah, rumah sakit umum swasta ada 1 buah. Kapasitas tempat tidur untuk RSU pemerintah ada 215 buah, sedangkan RSU swasta ada 35 buah. Sarana kesehatan di tingkat Ke-camatan dan pedesaan di Kabupaten Langkat cukup memadai. Pada tahun 2007 tercatat ada 28 buah Puskesmas, 146 Puskesmas Pembantu dan 1.256 Pos Yandu yang tersebar di tiap Kecamatan. Tenaga Medis Pemerintah yang tersedia di Kabupaten Langkat ada 100 orang dokter umum, 31 dokter gigi dan 12 dokter spesialis. Sementara itu tenaga medis lain seperti bidan ada 620 orang Di Kabupaten Langkat, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami peningkatan dari tahun 2006. Pada tahun 2006 ada 163.186 meningkat 7,57 persen pada tahun 2007 menjadi 176.555 PUS. Persentase akseptor KB aktif berfluktuasi dari tahun ke tahun, tapi pada umumnya berada di atas 50 persen dari jumlah PUS. Sedangkan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah Pil 47.980 pengguna, Suntik 36.466 pengguna, IUD 9.293 pengguna, Implant 6.868 pengguna dan sisanya dengan alat kontrasepsi kondom 4.031 pengguna dan MOW/MOP se-banyak 8.205 pengguna.

Industri dan Pertambangan

Daerah Kab. Langkat adalah satu-satunya di Sumatera Utara yang mempunyai tambang minyak yang dikelola oleh Pertamina dan berada di kota Pangkalan Berandan yang menghasilkan :


(35)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. • a. Kapasitas CDU (MBCD)

• - Actual 0,51 (510 Barrel/hari)

• - Discharged 0,50 (500 Barrel/hari)

• b. Kapasitas CDU-II (MBCD)

• - Actual 4,69 (4690 Barrel/hari)

• - Discharged 4,50 (4500 Barel/hari)

• c. Aspal di pangkalan Susu

• - Actual 400 Mm3/hari (400.000 m3/hari)

• - Discharged 850 Mm3/hari (850.000 M3/hari)

Disamping pertambangan minyak di Kabupaten Langkat juga terdapat Industri Gula yang dikelola oleh PTP IX Kwala madu serta banyak bahan-bahan tambang yang belum dikelola seperti Coal, Tras, Gamping Stone, Pasir Kwarsa dan lain-lain.

Pertanian

Perkembangan produksi padi sawah di Kabupaten Langkat dari tahun 2004 s.d. 2007 sebagai berikut: Pada tahun 2007, produksi padi sawah meningkat dari 372.371 ton pada tahun 2005 menjadi 433.423 ton, sama halnya dengan luas panen dari 69.177 Ha pada tahun 2005 menjadi 79.573 Ha pada tahun 2007. Sedangkan padi ladang pada tahun 2007 juga mengalami peningkatan dari produksi 726 ton pada tahun 2005 menjadi 915 ton pada tahun 2007. Begitu juga dengan luas panen dari 272 ha pada tahun 2005 menjadi 337 ha pada tahun 2007. Produksi tanaman sayur-sayuran di Langkat pada tahun 2007 untuk produksi terong sekitar 1.611 ton. Produksi tanaman kacang panjang sebesar 2.216 ton, ketimun sebesar 1.998 ton, cabe


(36)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

sebesar 1.333 ton, Petsai sebesar 1.020 ton, kangkung sebesar 183 ton, bayam 1.043 ton. Sedangkan tanaman buah-buahan seperti semangka sebanyak 12.512 ton.

Ketenagakerjaan

Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kabupaten Langkat pada tahun 2007 sebanyak 2.772 orang, yang terdiri dari 1220 tenaga kerja laki-laki dan 1552 perempuan. Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai tingkat pendidikan tamat SLTA umum/kejuruan/lainnya yaitu 1663 orang atau 59,99 persen, sedangkan Sarjana lengkap 498 orang atau 17,96 persen, SLTP umum/sederajat 140 orang atau 5,05 persen dan sisanya tamat DII/DIII 409 orang atau 14,75 persen, dan tamat SD 62 orang atau 2,24 persen

3.5 Kepariwisataan Kabupaten Langkat

Potensi pariwisata kabupaten Langkat dari segi objek daerah tujuan wisata (selanjutnya akan digunakan dengan singkatan ODTW) yang ada beragam, dimulai dari kawasan pantai sampai dengan kawasan pegunungan di bagian barat yang merupakan kawasan bukit barisan yang mana terdapat Taman Nasional yakni Taman Nasional Gunung Louser (selanjutnya akan digunakan dengan singkatan TNGL). Alam pegunungan menyimpan banyak potensi seperti hutan, sungai, goa, flora dan fauna. Taman Nasional gunung Leuser merupakan aset Nasional terdapat berbagai satwa yang dilindungi seperti: Badak Sumatera, Rusa, Kijang, Burung Kuau, siamang juga terdapat tidak kurang dari 320 jenis burung, 176 binatang menyusui, 194 binatang melata, 52 jenis


(37)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

ampibi serta 3500 jenis species tumbuh-tumbuhan serta yang paling menarik adalah bunga raflesia yang terbesar di dunia.

Secara umum Kepariwisataan kabupaten Langkat masih mengandalkan ekowisata di daerah Kawasan Wisata Bukit Lawang dan Tangkahan. Pasca banjir bandang yang melanda Bukit Lawang terjadi penurunan pengunjung yang sangat drastis. Dari data jumlah kunjungan, wisatawan hampir didominasi oleh wisatawan domestik. Masih banyak ODTW lain yang belum digali dan dikembangkan yang memiliki peluang pasar manca negara maupun domestik. Beberapa ODTW yang sudah dikembangkan terutama disekitar TNGL masih bermasalah dengan aksesibilitas yang jelek. ODTW sejarah, budaya, agama masih dikunjungi oleh pasar domestik dengan lama kunjungan yang relatif singkat dikarenakan tidak didukung oleh sarana wisata yang menjadi kebutuhan pengunjung.

Adapun objek-objek wisata potensial di kabupaten Langkat antara lain :

1. Bukit Lawang : Ekowisata Taman Nasional Gunung Louser (TNGL), pusat

rehabilitasi orang utan, sungai, flora dan fauna.

2. Gua Batu Rizal – Bahorok : Gua dilereng bukit, Trekking. 3. Gua Kalelawar – Bahorok : Trekking, rumah Kalelawar. 4. Gua dan Air Terjun Marike : Gua, air terjun , panorama alam 5. Pemandian Pantai Biru – Salapian.

6. Sungai wampum – Sei Bingai : Arung Jeram, air panas, air terjun. 7. Pemandian Pangkal – Sei bingei : Pemandian alam.


(38)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

9. Air Terjun Lau Berte – Sei Bingei : Panorama alam, pemandian alam, hutan. 10.Pamah Semelir – sei Bingei : Pantai sungai dan air terjun.

11.Kanpung Bali – Wampu : Perkampungan khas Hindu Bali. 12.Masjid Azizi – Tanjung Pura : Peninggalan sejarah, arsitektur. 13.Museum Daerah Kabupaten Langkat – Tanjung Pura.

14.Pantai Kuala Serapuh – Tanjung Pura : Pantai pasir laut, hutan cemara, berjemur dan pemandian.

15.Pantai Brahwe Pulau Kampai – Pangkalan susu : Pantai dan pemandangan. 16.Babussalam – Tanjung Pura : Wisata riligius.

17.Pantai Pulau Sembilan – Pangkalan susu : Pantai pasir putih.

18.Tangkahan – Batang serangan : Ekowisata, Orang utan, gajah, pemandian air panas, tubing, flora dan fauna.

19.Sikundur – Besitang : sungai, hutan alami.


(39)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. BAB IV

POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN DESA SEI SERDANG KABUPATEN LANGKAT

Desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang adalah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Louser(TNGL). Selain hutan Tangkahan yang masih alami, kawasan taman nasional ini juga menyimpan flora dan fauna yang beraneka ragam.Terdapat objek – objek wisata yang potensial sebagai daya tarik bagi wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kesadaran akan pentingnya menjaga alam membuat masyarakat kedua desa ini membentuk kawasan wisata dengan konsep konservasi alam atau lebih kita kenal dengan ekowisata. Kedua desa ini merupakan akses masuk ke kawasan ekowisata dan masyarakatnya terlibat langsung dalam konservasi dan pengembangannya.

4.1 Sejarah desa Namo Sialang dan Sei Serdang dengan Kawasan Ekowisata

Pada akhir abad ke 19 dan abad ke 20 penduduk Tanah Karo mulai berpindah/ merantau kearah Langkat untuk mencari sumber penghidupan baru, beberapa kampung diperbatasan kabupaten Langkat sekarang; Pamah Semelir, Sapo Padang, sampe raya dan kampung-kampung lainnya termasuk ke kampung-kampung didekat sumber air dan sungai di kawasan Tangkahan. secara terpencar mulai dihuni , menetap serta berkeluarga. Selanjutnya penduduk dari suku karo tersebut lebih dikenal sebagai suku Karo Jahe (Karo Gugung; suku karo di tanah karo) dan pertanian sebagai mata pencaharian pokok.


(40)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

Pada 1932, pemerintah Belanda mengeluarkan 'Ordonansi cagar-cagar alam dan suaka-suaka margasatwa' (Natuurmonumnten en Wildreservatenordonnantie 1932 ) Staatsblad 1932, no 17. Pada tahun 1934, berdasarkan ZB No. 317/35 tanggal 3 Juli 1934 dibentuk Suaka Alam Gunung Leuser (Wildreservaat Goenoeng Leoser) dengan luas 142.800 ha. Selanjutnya berturut-turut pada tahun 1936, berdasarkan ZB No. 122/AGR, tanggal 26 Oktober 1936 dibentuk Suaka margasatwa Kluet seluas 20.000 ha yang merupakan penghubung Suaka Alam Gunung Leuser dengan Pantai Barat. Suaka Alam Langkat Barat, Suaka Alam Langkat Selatan dan Suaka Alam Sekundur. Kawasan Tangkahan termasuk didalam Suka Alam Langkat Barat (Natur Reservaat).

Tahun 1978 - 1980 an, ditandai dengan era tanaman-tanaman perkebunan berskala besar terkait dengan kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan sektor non migas (pasca masa boom minyak) dan kawasan ini dibuka menjadi areal Perusahan Perkebunan milik negara. Dan kehidupan mulai berubah dengan adanya jalan penghubung melalui darat, berbaur dengan suku jawa dan suku-suku lainnya yang hadir seiring dengan adanya perkebunan Kelapa sawit tersebut. Dan era ini ditandai dengan perubahan pola bercocok tanam kepada tanaman perkebunan (karet, kelapa sawit dan coklat ) secara lebih intensif. Dan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pembukaan areal hutan untuk perkebunan semakin luas dan ditetapkannya kawasan hutan tersebut menjadi Taman Nasional pada awal 1980 tidak mampu menghentikan aktivitas pengambilan kayu yang sudah tidak terbatas antara kawasan Hutan Produksi atau Taman Nasional. Serta selama puluhan tahun aktivitas pengambilan kayu sudah merupakan sistem nilai yang menjadi kebiasaan penduduk.


(41)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

Pada era ini, pembelian kayu tidak lagi dimonopoli oleh beberapa orang tetapi secara bebas apabila pemodal memiliki uang yang cukup serta barisan pelindung maupun memiliki tenaga kerja yang handal dapat menentukan ancak (wilayah tebangan). Fenomena ini membangun partisipasi luas pencurian kayu melalui jalur sungai dan darat. Dan membuka persaingan ketat diantara mereka sendiri dan menguntungkan bagi aparat pelindungnya. yang mendorong perpecahan demi perpecahan diantara cukong kayu dan para spekulan tanah dalam pembahagian wilayah pembalakan kayu dan perambahan, sehingga terbentuk kelompok-kelompok dengan batas teritorial dan perlindungan masing-masing. Dan sangat sering terjadi konfrontasi dan konflik horizontal yang disisi lain menguntungkan bagi oknum pemerintah (Polisi hutan/aparat), walaupun akhirnya diantara mereka terjadi juga tarik menarik yang cukup kuat dilapangan. pada pertengahan 1980 s/d 1990-an Sebahagian kelompok dominan (illegal logger) dengan cukong/pemodal baru merambah ancak wilayah penebangan kelompok lain menyebabkan konflik horizontal dan sebahagian diproses hukum (ditangkap petugas yang memiliki benang merah atas laporan kelompok ilegal logging lain yang mau merebut wilayah penebangan) fenomena-fenomena seperti itu sering terjadi diwilayah ini, dimana konflik selalu terjadi dengan menggunakan pihak ketiga dan sistem nilai yang berlaku adalah pembatasan ruang nilai lebih dari orang lain secara zig zag sosial (pengistilahan; Cianisme) dimana pranata sosial yang begitu lentur, fleksibel, terpencar dan menutup diri terhadap orang luar akan tetapi menyatu dan saling membuka diri didalam benang merah maupun penyelesaian secara adat istiadat maupun oleh tokoh yang dituakan. Akhir 1980an, beberapa tokoh l bebas dari penjara (kasus illegal logging), sebahagian meneruskan aktivitasnya dan sebahagian lagi menginisiatif membuka object wisata yang


(42)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

selanjutnya diikuti oleh beberapa tokoh masyarakat dan pemuda didusun setempat ; Kuala Gemoh dan Kuala Buluh (Desa Namo Sialang), dengan berjualan makanan dan minuman di lokasi, serta jasa penyeberangan sungai, pengamanan jasa parkir kendaraan maupun kegiatan-kegiatan lain yang berskala kecil-kecilan. Kepala Desa Namo Sialang saat itu menerapkan Retribusi Desa melalui karcis masuk dan dilakukan hiburan-hiburan musik tradisional. arus kunjungan wisatawan lokal meningkat secara signifikan (mass

tourism, 2.000 kunjungan / minggu, awal 1990an). Seiring dengan peningkatan jumlah

kunjungan, diikuti pula oleh konflik aset. Dimana masing-masing kelompok sosial secara bergantian merebut ancak dari pendapatan wisata, silih berganti yang memegang kendali di kawasan pariwisata Tangkahan saat itu. Dan kelompok yang dirugikan akan melakukan hal-hal yang mempermalukan kelompok yang menang sehingga sering terjadi; pungutan liar, pencurian maupun hal-hal lainnya. Yang bukan dilakukan oleh penduduk setempat tetapi oleh penduduk luar. Dan pada era awal tahun 1990an : terjadi polarisasi konflik yang cukup rumit, dimana terjadi konflik internal antara Pariwisata itu sendiri dan konflik perebutan wilayah diantara pelakunya yang masih beraktivitas dengan leluasa saat itu. Dan antara illegal logging dan Pariwisata tidak memiliki garis tarik menarik maupun tolak menolak.

Seiring dengan itu, pemandu wisata dari Bukit Lawang mulai membawa tamu mancanegara melalui hutan (jungle track), dan seiring dengan itu pula beberapa warga negara asing yang memiliki suami pemandu wisata di Bukit Lawang mulai menginvestasikan akomodasi (Penginapan Bamboo River 1995, Penginapan Jungle

Lodge 1997) dan arus wisatawan yang melalui jalur hutan mulai bersinggungan dengan


(43)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

sampai kedunia internasional seiring dengan promosi kawasan Tangkahan yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Beberapa kali terjadi konflik didalam hutan antara pemandu wisata dan pelaku illegal logging. Sementara aktivitas pariwisata masih terus berjalan dengan tarik menarik yang cukup kuat dalam pengelolaannya.

Akhir 1999, tokoh-tokoh masyarakat dari desa di sekitar kawasan Tangkahan memberikan informasi yang sangat vital untuk melakukan operasi dan mengumpulkan para wisatawan, pemandu wisata dan tokoh-tokoh masyarakat Bukit Lawang mufakat merumuskan agenda bersama untuk pemberantasan illegal logging. Beberapa kali proses investigasi dilakukan dan pada januari tahun 2000 terbentuklah Front Peduli Lingkungan Hidup (FPLH). Awal maret tahun 2000, dilakukan aksi unjuk rasa pertama kali ke Kantor Wilayah Kehutanan Sumatera Utara di Medan dengan melibatkan puluhan wisatawan dan wartawan asing, masyarakat Bukit Lawang dan pelajar-pelajar Sekolah menengah Umum di Medan serta dukungan berbagai kelompok gerakan mahasiswa. Aksi ribuan demonstran tersebut membangunkan 29 LSM Sumatera Utara dan Aceh untuk bangkit menggugat Pemerintah. Departemen Kehutanan tersentak dan segera menurunkan Soeripto (Sekjend Departemen Kehutanan saat itu ) untuk melakukan peninjauan langsung dengan pesawat disekeliling Leuser dan merekomendasikan operasi gabungan diberbagai tempat secepatnya.

Kebangkitan Pariwisata kembali bermula dan dipelopori oleh Pemuda dan Pemudi di Desa Namo Sialang dan Desa Sungai Serdang yang menginginkan perubahan social dan ekonomi, obsesi modernisasi, dengan pengembangan pariwisata maka dibentuklah Tangkahan Simalem Ranger pada 22 April 2001 sebuah perkumpulan yang


(44)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

mempelopori pengembangan bukan hanya sungai tetapi hutan dapat menjadi tempat Pariwisata seperti di Bukit Lawang dan berbagai aktivitas-aktivitas pembalakan kayu dan perambahan {yang dilakukan oleh orang tua mereka sendiri ) harus dihentikan . Gerakan pemuda - pemudi tersebut berubah menjadi sebuah Gerakan social di desa Namo Sialang dan desa Sei.Serdang, dimana mereka aktif dalam aktivitas sosial desa, musyawarah maupun berbagai kegiatan adat. Yang akhirnya menarik simpati kalangan orang tua, melibatkan berbagai lapisan masyarakat , mendorong terciptanya sebuah gagasan baru. Dan gerakan ini mempengaruhi banyak pola pikir baru masayarak tentang nilai-nilai keorganisasian

Akhirnya pada tanggal 19 Mei tahun 2001 atas inisiatif Tangkahan Simalem Ranger berkumpullah pemimpin-pemimpin kelompok Penebang , perambah dan tokoh-tokoh masyarakat dan perangkat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang yang kemarin terlibat konflik secara langsung maupun tidak langsung dan bersepakat untuk mengembangkan Pariwisata. Dan menetapkan beberapa tokoh sebagai dewan pengurus . Musyawarah ini kemudian disebut sebagai Kongres I Lembaga Pariwisata Tangkahan dengan melalui proses pemungutan suara untuk memilih dewan pengurus, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) dan menyusun dasar-dasar pengembangan pariwisata. Hari itu disebut sebagai Kongres I dan merupakan tonggak penting dalam pelestarian Taman Nasional Gunung Leuser dikemudian hari oleh masyarakat sekitar hutan. Dan merupakan prestasi pemuda - pemudi lokal dalam Tangkahan Simalem Ranger yang saat itu hanya berpikir sederhana tentang pariwisata bukan pada aspek luas lainnya..


(45)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

Seiring waktu berjalan, Karena objek wisata yang cukup menarik semua terdapat di dalam Taman Nasional, maka Lembaga Pariwisata Tangkahan menyepakati sebuah bentuk kerjasama (MoU) dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser dan ditandatangani pada 22 April 2002 oleh Kepala Balai TNGL saat itu (Ir. Awriya Ibrahim,MSc ) selaku pemangku Kawasan untuk memberikan hak kelola Taman Nasional kepada masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei.Serdang melalui Lembaga Pariwisata Tangkahan (Bapak Njuhang Pinem ) sebagai ketua umum Lembaga Pariwisata Tangkahan dimana penandatanganan tersebut merupakan hal yang cukup berani dilakukan pada saat itu karena merupakan suatu property right (Aset kolektif ) seluas kurang lebih 17.500 ha zona Inti TNGL (batas administrasi desa ) untuk pengembangan Ekowisata . Dan sebagai kewajibannya masyarakat desa Namo Sialang dan Masyarakat desa Sei.Serdang bertanggung jawab penuh didalam pengamanan dan kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser yang berbatasan dengan wilayah desa tersebut. Seiring waktu berjalan kekhawatiran banyak pihak tentang penandatanganan tersebut tidak terbukti, malah dapat menjadi momen penting di TNGL selanjutnya untuk menginisiasi kolaborasi manajemen sebelum diterbitkannya P.19 / Tahun 2004 tentang kolaborasi managemen kawasan. Dan kini acuan kolaborasi tersebut serta berbagai sistem dan strategi pengembangan kawasan telah banyak diadopsi di tingkat nasional dan internasional.

Kongres Lembaga Pariwisata Tangkahan ( selanjutnya akan dugunakan dengan singkatan LPT) ke II tahun 2003, merupakan moment bersejarah untuk merubah LPT sebagai organisasi terbuka untuk seluruh masyarakat di dua desa, di mana seluruh penduduk adalah merupakan anggota LPT yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Didalam proses Restrukturisasi, Tangkahan Simalem Ranger masuk menjadi salah satu


(46)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

departemen LPT. Pemuda-pemuda dan tokoh sosial yang berpengaruh terpilih sebagai kepengurusan untuk tahun 2003-2006. Dirumuskannya 19 bab dan 55 pasal Peraturan Desa tentang Undang-Undang Kawasan Ekowisata Tangkahan yang mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan sosial, pelestarian sumber daya alam, ekonomi lokal, peranan pemuda, adat, agama dan penataan ruang kawasan dalam pengembangan ekowisata. Dan peraturan desa ini merupakan peraturan desa yang pertama disusun secara partisipatif yang mengatur tentang konservasi dan pranata sosial secara langsung, sebelum diadopsi kebanyak tempat. Tahun 2003 juga ditandai dengan penandatangan pembahagian PERMIT/SIMAKSI ( PNBP) antara Kepala Balai TNGL saat itu ( Ir. Hart Lamer Susetyo ) dengan Ketua Umum LPT Periode 2003-2006 (Bp. Njuhang Pinem) dan juga dukungan pembangunan fisik dan sarana prasarana yang pertama kali dilaksanakan. Disamping dukungan dari INDECON, FFI dan UML serta berbagai lembaga sosial dan Pemka (pemuka adat) Langkat.

Dan awal tahun 2006, ditandai dengan Kongres ke III LPT, penandatangan MoU tahap ke II yang merupakan penguatan daripada MoU 22 April 2002 ditandatangani pada 23 Juli 2006 antara Kepala Balai TNGL (Ir. Wiratno,MSc) dan Ketua Umum LPT (M.Tanden Bangun). dimana berdasarkan P.19 / 2004 LPT secara kolaborasi dapat memanfaatkan berbagai jasa lingkungan dari TNGL. Dan LPT membentuk Badan Usaha Miliki Lembaga (BUML) untuk mengelola jasa lingkungan tersebut. Dan dimulailah era integrasi antara ekonomi dan ekologi di kawasan Ekowisata Tangkahan dalam semangat kolaborasi untuk melahirkan gelombang besar perubahan di TN.Gunung Leuser.


(47)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. 4.2 Ekowisata Tangkahan

Kawasan Ekowisata Tangkahan berada di Kecamatan Batang Serangan. Hamparan hutan rimba yang menyelimuti Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang menyimpan ribuan macam Flora serta berbagai jenis Fauna seperti Orang Utan, Harimau Sumatera, Kedih, gajah dan beberapa jenis burung langka yang dilindungi seperti Kuaw, Merak dan Enggang, menjadikan alam tangkahan begitu memukau dan mempesona. Terdapat juga fauna langka yang tetap dilestarikan seperti bunga bangkai raflesia yang

mengundang wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Tangkahan merupakan

kombinasi dari vegetasi hutan dan topografi yang berbukit, menjadikan tempat ini sangat ideal bagi tempat wisata. Sungai Batang Serangan dan Bulih yang membelah hutan ini merupakan tipe sungai yang mencirikan sungai di hutan tropis, dengan beraneka ragam jenis tumbuhan dan tebing yang beraneka warna di tepian sugai ini. Air sungai yang sangat jernih dan bernuansa hijau menciptakan panorama dan atmosfer yang alami dan mistik. Tangkahan memiliki 11 air terjun dan beberapa sumber air panas dan juga gua kalelawar.

Untuk sampai di lokasi ini, dari terminal pinang baris di kota medan, bisa menggunakan bis PS langsung menuju Tangkahan, melewati Stabat. Perjalanan ke Tangkahan dapat ditempuh sekitar 3 - 4 jam dari kota Medan. Untuk menuju kawasan ekowisata, kita harus menyebrangi sungai. Sungai batang serangan cukup deras arusnya, sehingga harus menggunakan rakit, ini merupakan salah satu petualangan lain yang akan dirasakan pengunjung. Di Tangkahan sangat banyak aktivitas yang dapat dilakukan baik yang berupa petualangan atau hanya sekedar trekking di hutan tropis. Ada 3 jalur trekking di hutan ini mulai dari soft trekking (untuk anak – anak maupun keluarga)


(48)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. sampai yang bersifat petualangan. Para pengunjung akan ditemani oleh pemandu lokal yang telah dibekali dengan pengetahuan hutan dan interpretasi alam. Jalur trekking yang ada juga telah dilengkapi dengan papan informasi tentang beberapa fenomena alam di hutan Tangkahan. Bagi yang suka petualangan, dapat merasakan pengalaman baru, yaitu tubing. Tubing adalah semacam kegiatan rafting, namun tidak menggunakan perahu karet seperti biasa. Kita akan duduk di atas ban mobil dan mengalir mengikuti arus sungai sampai ke titik tertentu, sambil melewati goa, menikmati pemandangan di tepi sungai. Jangan khawatir, para pemandu di Tangkahan semuanya sudah sangat berpengalaman dalam kegiatan ini, dan mereka telah mengikuti pelatihan keselamatan dan memiliki SOP.

Aktivitas lain yang dapat dilakukan selain pengamatan burung, berenang, dan kegiatan alam bebas lainnya, pengunjung juga dapat ikut dengan masyarakat yang melakukan monitoring hutan dengan gajah. Pengunjung akan diajak berkeliling hutan sambil menunggang gajah. Sampai saat ini ada 7 ekor gajah yang dipelihara dan dipergunakan untuk monitoring.

Untuk menginap di Tangkahan, telah tersedia ecolodge (bamboo river) yang dikelola masyarakat, dilengkapi dengan restoran yang menyediakan menu lokal sederhana, namun cukup lezat dinikmati. Berkunjung ke Tangkahan merupakan pengalaman baru yang akan membekas dihati, karena sambil menikmati hutan hujan tropis, pengunjung juga telah ikut melestarikan hutan Indonesia dengan membantu memberikan kontribusi ekonomi ke masyarakat di sekitar hutan tangkahan.

Kawasan ini selalu menjadi tempat dilakukannya berbagai kegiatan-kegiatan seminar oleh beberapa LSM yang sangat peduli terhadap pelestarian lingkungan. Itulah


(49)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

sebabnya upaya yang dilakukan masyarakat melalui Lembaga pariwisata Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) serta LSM Peduli Lingkungan telah menghasilkan penghargaan konservasi alam tingkat Nasional pada tahun 2006.

Kebudayaan

Desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang selain memiliki potensi wisata alam yang menarik juga memiliki potensi budaya yang tak kalah menariknya sebagai daya tarik wisata. Hal ini di karenakan kedua desa ini mayoritas masyarakatnya bersuku (etnik) karo, sehingga kebudayaan karo dapat dikembangkan dan di jadikan sebagai atraksi wisata sebagai penunjang kepariwisataan di kawasan tersebut.

Karena sebuah etnik (suku) tidak bisa terlepas dari unsur keseniannya. Kesatuan alam, budaya dan seni merupakan perwujudan menyeluruh dari sebuah etnik. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan ragam etnik juga mempunyai keragaman kesenian yang dimiliki masing-masing etnik tersebut. Suku Karo sebagai salah satu etnik dari beratus etnik yang dimiliki Nusantara tentu memiliki keunikan kesenian tersendiri. Keunikan Kesenian Karo inilah yang menjadi kebanggaan suku Karo dalam menjalankan tutur budayanya. Tapi potensi dan pengembangan kesenian Karo di kawasan ini tidak bisa terlepaskan dari bagaimana masyarakatnya dalam mengapresiasikan kesenian Karo itu sendiri. Beberapa hal yang dapat di kembangkan menjadi daya tarik wisata adalah keseniaannya seperti seni suara, seni musik, seni tari, seni pahat atau pembuatan souvenir sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh bagi wisatawan .


(50)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. 4.3 Kunjungan Wisatawan

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke objek wisata Tangkahan , kabupaten Langkat pada 2007 sebanyak 700 orang, dan wisatawan nusantara sebanyak 7000 orang. Pada priode Juni-Agustus 2008 Wisatawan mancanegara naik 100 persen di bandingkan priode sama tahun 2007 atau menjadi 400 orang, dimana pada priode yang sama tahun 2007 hanya 200 orang .Total kunjungan wisatawan mancanegara pada 2008 hampir mencapai 1000 orang, dan diharapkan pada tahun 2009 bisa mencapai lebih dari 1000 orang. Menurut ketua harian Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) Seh Ukur Sembiring, kunjungan Wisatawan Mancanegara paling besar berasal dari negara Eropa (Belanda,Jerman,Yunani) dan Jepang dengan kedatangan terbanyak pada Juli-agustus. Rata-rata kunjungan mereka mencapai 3 hari 3 malam. Mereka mengaku sangat menyukai kawasan wisata yang masih begitu alami.

4.4 Dampak Pengembangan Kepariwisataan Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang terhadap Lingkungan dan Masyarakat Setempat

a) Dampak Positif

Pengembangan kepariwisataan di kedua desa ini akan menimbulkan kepuasan dan kekaguman dari pemerintah dan juga masyarakat setempat dan ini berarti akan menambah khasanah kepariwisataan Sumatera Utara.

Dampak positif yang ditimbulkan jika pengembangan kawasan ini berhasil dengan baik ,yaitu:


(51)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

1. Propinsi Sumatera Utara khususnya kabupaten Langkat semakin dikenal oleh negara-negara lain dengan baiknya objek wisata yang ada.

2. Pemasukan bagi kas pemerintahan akan bertambah jika kunjungan wisatawan mancanegara meningkat

3. Kelestarian hutan akan terjaga dan kualitas air sungai akan terkontrol, hal ini dikarenakan penegasan-penegasan kepada pengelola, wisatawan, dan masyarakat dalam usaha konservasi lingkungan.

4. Satwa endemik yang terdapat di kawasan ini akan terhindar dari kepunahan, bahkan populasinya akan terus bertambah karena semakin dijaga dan dilindungi keberadaannya.

5. Tingkat pengangguran akan semakin berkurang dengan dilibatkannya masyarakat sebagai pedagang, pemandu, tim penyelamat, dam pengelola kawasan.

6. Taraf kesejahteraan masyarakat semakin bertambah dengan memenuhi kebutuhan wisatawan selama menetap dikawasan arung jeram.

7. Pengetahuan masyarakat akan semakin bertambah seperti bahasa asing.

b) Dampak Negatif

Pengembangan kawasan wisata haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah disepakati tentang produk yang ramah lingkungan. Apabila tidak mengikuti prosedur yang telah dibuat, maka dampak yang dihasilkan akan sangat buruk. Dapat membuat generasi berikutnya akan kehilangan salah satu keindahan alam yang sangat mahal nilainya. Dampak negative yang ditinbulkan jika pengembangan dan pengelolaan tidak sesuai pedoman yang telah ditentukan, yaitu :


(52)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

1. Sungai dan lingkungan yang dulunya bersih akan berubah jadi kotor karena pembuangan limbah wisatawan yang tak terkontrol.

2. Pengeksploitasiaan alam flora dan fauna.

3. Akan terjadi akulturasi budaya dan peniruan budaya yang tidak sesuai dengan budaya setempat.

4. Akan membuat suasana yang tadinya tenang menjadi ricuh sehingga dapat mengganggu ekosistem kawasan.

4.5 Permasalahan yang dihadapi dalam Pengembangan Kawasan

Dalam pengembangan kepariwisataan di kawasan ini, permasalahan yang dihadapi saat ini adalah jalan yang menuju ke objek dalam keadaan rusak parah. Selain banyak jalan berlubang hingga kedalaman setengah meter, banyak juga jembatan dalam kondisi rapuh dan mudah sekali ambruk jika dilewati kendaraan melebihi batas muatan. Kerusakan jalan ini membuat jarak dari Medan menuju lokasi sepanjang 93 km ditempuh dalam waktu yang relative sangat lama, lima hingga enam jam. Kondisi jalan yang beraspal praktis hanya sampai disekitar Pasar Batang Serangan. Padahal dari Pasar Batang Serangan menuju Tangkahan masih berjarak 30 km yang kondisi jalannya hampir semuanya tak beraspal. Bila turun hujan, kondisi jalan dari Pasar Batang Serangan menuju Tangkahan bak kubangan.

Di beberapa titik terdapat jembatan yang kondisinya sangat rapuh. Rata-Rata konstruksi jembatan terbuat dari kayu dan tak kuat menahan beban kendaraan dengan tonase besar. Padahal kendaraan yang melintas di jalan tersebut selain bus jurusan Medan_Tangkahan, juga truk-truk pengangkut TBS sawit serta CPO (crude palm


(53)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

oil/minyak kelapa sawit). Pengemudi yang melintasi jembatan tersebut harus ekstra hati-hati bila tak mau terguling kendaraannya.

4.6 Peran Serta Pemerintah dan Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Wisata.

Menurut Ketua harian Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) Seh Ukur Sembiring jalan yang rusak membuat wisatawan enggan mengunjungi objek wisata Tangkahan. Belum ada keseriusan pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan wisata ini. Hal ini dapat dilihat dari rusaknya jalan tersebut yang cukup parah. Pemerintah daerah seperti tak peduli dengan kondisi rusaknya jalan. PTPN II yang memiliki kebun hampir disepanjang jalan antara Batang Serangan menuju Tangkahan juga kurang peduli dengan rusaknya jalan, meski kendaraan mereka setiap hari melewati jalan tersebut. Masyarakat terpaksa berswadaya memperbaiki jalan, tetapi kemampuannya juga terbatas. Paling yang diperbaiki hanya jalan yang mendekati Tangkahan. Dana swadaya masyarakat dari tiket masuk menuju Tangkahan terpaksa digunakan untuk memperbaiki kondisi rusaknya jalan. Padahal kalau pemerintah mau memperbaiki jalan yang menuju Tangkahan ini, diperkirakan wisatawan nusantara akan mencapai angka diatas 10.000 orang setiap tahunnya yang berkunjung. Dan Tangkahan menjadi salah satu objek andalan bagi Biro Perjalanan Wisata dalam menjual dan mempromosikan paketnya untuk Sumatera Utara.


(54)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. PENUTUP

Desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang adalah desa yang memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan pariwisata. Kedua desa ini memiliki sumberdaya alam yang sangat baik untuk dijadikan sebagai objek-objek wisata, antara lain hutan Tangkahan yang masih sangat alami, flora dan fauna langka dan aliran sungai yang bersih dan jernih dan lain sebagainya. Wisata yang berbasis alam dan budaya sekarang ini banyak menarik perhatian masyarakat. Karena mereka bisa menarik banyak keuntungan darinya dengan menjadi pemandu lokal, membuka penginapan untuk wisatawan yang akan menginap, membuka rumah makan, serta toko souvenir.

Banyak harapan yang ingin dicapai tetapi banyak pula tantangan ataupun kendala yang ada yang timbul dari proses pengembangan tersebut. Kendala yang umum yang dihadapi adalah sarana tranportasi yang terbatas dan akses jalan yang kurang baik, dan hal itu adalah hambatan terbesar dalam pengembangan kawasan wisata di kedua desa tersebut saat ini. Untuk itu pemerintah dan pihak terkait lainnya diharapkan dapat memperhatikan masalah-masalah tersebut. Sehingga besar harapan nantinya pariwisata di kedua desa ini, Indonesia umumnya dapat berkembang lebih baik lagi.


(55)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. DAFTAR PUSTAKA

Pendit, Nyoman S.1983, Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta : Pradinya Paramitha.

Yoeti, Oka A. 1993, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung : Angkasa.

Yoeti, Oka a. 1998, Anatomi Pariwisata, Bandung : Angkasa.

Koentjayaningrat,1974. Pengantar Antropologi. Jakarta :Aksara Baru.


(1)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. 4.3 Kunjungan Wisatawan

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke objek wisata Tangkahan , kabupaten Langkat pada 2007 sebanyak 700 orang, dan wisatawan nusantara sebanyak 7000 orang. Pada priode Juni-Agustus 2008 Wisatawan mancanegara naik 100 persen di bandingkan priode sama tahun 2007 atau menjadi 400 orang, dimana pada priode yang sama tahun 2007 hanya 200 orang .Total kunjungan wisatawan mancanegara pada 2008 hampir mencapai 1000 orang, dan diharapkan pada tahun 2009 bisa mencapai lebih dari 1000 orang. Menurut ketua harian Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) Seh Ukur Sembiring, kunjungan Wisatawan Mancanegara paling besar berasal dari negara Eropa (Belanda,Jerman,Yunani) dan Jepang dengan kedatangan terbanyak pada Juli-agustus. Rata-rata kunjungan mereka mencapai 3 hari 3 malam. Mereka mengaku sangat menyukai kawasan wisata yang masih begitu alami.

4.4 Dampak Pengembangan Kepariwisataan Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang terhadap Lingkungan dan Masyarakat Setempat

a) Dampak Positif

Pengembangan kepariwisataan di kedua desa ini akan menimbulkan kepuasan dan kekaguman dari pemerintah dan juga masyarakat setempat dan ini berarti akan menambah khasanah kepariwisataan Sumatera Utara.

Dampak positif yang ditimbulkan jika pengembangan kawasan ini berhasil dengan baik ,yaitu:


(2)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

1. Propinsi Sumatera Utara khususnya kabupaten Langkat semakin dikenal oleh negara-negara lain dengan baiknya objek wisata yang ada.

2. Pemasukan bagi kas pemerintahan akan bertambah jika kunjungan wisatawan mancanegara meningkat

3. Kelestarian hutan akan terjaga dan kualitas air sungai akan terkontrol, hal ini dikarenakan penegasan-penegasan kepada pengelola, wisatawan, dan masyarakat dalam usaha konservasi lingkungan.

4. Satwa endemik yang terdapat di kawasan ini akan terhindar dari kepunahan, bahkan populasinya akan terus bertambah karena semakin dijaga dan dilindungi keberadaannya.

5. Tingkat pengangguran akan semakin berkurang dengan dilibatkannya masyarakat sebagai pedagang, pemandu, tim penyelamat, dam pengelola kawasan.

6. Taraf kesejahteraan masyarakat semakin bertambah dengan memenuhi kebutuhan wisatawan selama menetap dikawasan arung jeram.

7. Pengetahuan masyarakat akan semakin bertambah seperti bahasa asing.

b) Dampak Negatif

Pengembangan kawasan wisata haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah disepakati tentang produk yang ramah lingkungan. Apabila tidak mengikuti prosedur yang telah dibuat, maka dampak yang dihasilkan akan sangat buruk. Dapat membuat generasi berikutnya akan kehilangan salah satu keindahan alam yang sangat mahal nilainya. Dampak negative yang ditinbulkan jika pengembangan dan pengelolaan tidak sesuai pedoman yang telah ditentukan, yaitu :


(3)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

1. Sungai dan lingkungan yang dulunya bersih akan berubah jadi kotor karena pembuangan limbah wisatawan yang tak terkontrol.

2. Pengeksploitasiaan alam flora dan fauna.

3. Akan terjadi akulturasi budaya dan peniruan budaya yang tidak sesuai dengan budaya setempat.

4. Akan membuat suasana yang tadinya tenang menjadi ricuh sehingga dapat mengganggu ekosistem kawasan.

4.5 Permasalahan yang dihadapi dalam Pengembangan Kawasan

Dalam pengembangan kepariwisataan di kawasan ini, permasalahan yang dihadapi saat ini adalah jalan yang menuju ke objek dalam keadaan rusak parah. Selain banyak jalan berlubang hingga kedalaman setengah meter, banyak juga jembatan dalam kondisi rapuh dan mudah sekali ambruk jika dilewati kendaraan melebihi batas muatan. Kerusakan jalan ini membuat jarak dari Medan menuju lokasi sepanjang 93 km ditempuh dalam waktu yang relative sangat lama, lima hingga enam jam. Kondisi jalan yang beraspal praktis hanya sampai disekitar Pasar Batang Serangan. Padahal dari Pasar Batang Serangan menuju Tangkahan masih berjarak 30 km yang kondisi jalannya hampir semuanya tak beraspal. Bila turun hujan, kondisi jalan dari Pasar Batang Serangan menuju Tangkahan bak kubangan.

Di beberapa titik terdapat jembatan yang kondisinya sangat rapuh. Rata-Rata konstruksi jembatan terbuat dari kayu dan tak kuat menahan beban kendaraan dengan tonase besar. Padahal kendaraan yang melintas di jalan tersebut selain bus jurusan Medan_Tangkahan, juga truk-truk pengangkut TBS sawit serta CPO (crude palm


(4)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

oil/minyak kelapa sawit). Pengemudi yang melintasi jembatan tersebut harus ekstra hati-hati bila tak mau terguling kendaraannya.

4.6 Peran Serta Pemerintah dan Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Wisata.

Menurut Ketua harian Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) Seh Ukur Sembiring jalan yang rusak membuat wisatawan enggan mengunjungi objek wisata Tangkahan. Belum ada keseriusan pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan wisata ini. Hal ini dapat dilihat dari rusaknya jalan tersebut yang cukup parah. Pemerintah daerah seperti tak peduli dengan kondisi rusaknya jalan. PTPN II yang memiliki kebun hampir disepanjang jalan antara Batang Serangan menuju Tangkahan juga kurang peduli dengan rusaknya jalan, meski kendaraan mereka setiap hari melewati jalan tersebut. Masyarakat terpaksa berswadaya memperbaiki jalan, tetapi kemampuannya juga terbatas. Paling yang diperbaiki hanya jalan yang mendekati Tangkahan. Dana swadaya masyarakat dari tiket masuk menuju Tangkahan terpaksa digunakan untuk memperbaiki kondisi rusaknya jalan. Padahal kalau pemerintah mau memperbaiki jalan yang menuju Tangkahan ini, diperkirakan wisatawan nusantara akan mencapai angka diatas 10.000 orang setiap tahunnya yang berkunjung. Dan Tangkahan menjadi salah satu objek andalan bagi Biro Perjalanan Wisata dalam menjual dan mempromosikan paketnya untuk Sumatera Utara.


(5)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. PENUTUP

Desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang adalah desa yang memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan pariwisata. Kedua desa ini memiliki sumberdaya alam yang sangat baik untuk dijadikan sebagai objek-objek wisata, antara lain hutan Tangkahan yang masih sangat alami, flora dan fauna langka dan aliran sungai yang bersih dan jernih dan lain sebagainya. Wisata yang berbasis alam dan budaya sekarang ini banyak menarik perhatian masyarakat. Karena mereka bisa menarik banyak keuntungan darinya dengan menjadi pemandu lokal, membuka penginapan untuk wisatawan yang akan menginap, membuka rumah makan, serta toko souvenir.

Banyak harapan yang ingin dicapai tetapi banyak pula tantangan ataupun kendala yang ada yang timbul dari proses pengembangan tersebut. Kendala yang umum yang dihadapi adalah sarana tranportasi yang terbatas dan akses jalan yang kurang baik, dan hal itu adalah hambatan terbesar dalam pengembangan kawasan wisata di kedua desa tersebut saat ini. Untuk itu pemerintah dan pihak terkait lainnya diharapkan dapat memperhatikan masalah-masalah tersebut. Sehingga besar harapan nantinya pariwisata di kedua desa ini, Indonesia umumnya dapat berkembang lebih baik lagi.


(6)

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. DAFTAR PUSTAKA

Pendit, Nyoman S.1983, Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta : Pradinya Paramitha.

Yoeti, Oka A. 1993, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung : Angkasa.

Yoeti, Oka a. 1998, Anatomi Pariwisata, Bandung : Angkasa.

Koentjayaningrat,1974. Pengantar Antropologi. Jakarta :Aksara Baru.