Perdagangan Anak (Child Trafficking) Lintas Negara Dalam Kajian Hukum Internasional Chapter III V

BAB III
PENGATURAN HAK DAN PERLINDUNGAN ANAK MENURUT
HUKUM INTERNASIONAL

A. Hak Asasi Anak Dalam Hukum Internasional
Anak di lahirkan merdeka, tidak boleh dilenyapkan atau di hilangkan,
tetapi kemerdekaan anak harus dilindungi dan di perluas dalam hal mendapatkan
hak atas hidup dan hak atas hidup dan perlindungan baik dari orang tua, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Perlindungan anak tersebut berkaitan erat untuk
mendapatkan hak asasi mutlak dan mendasar yang tidak boleh dikurangi satupun
atau mengorbankan hak mutlak lainnya untuk mendapatkan hak lainnya, sehingga
anak tersebut akan mendapatkan hak-haknya sebagai manusia seutuhnya bila ia
menginjak dewasa. Dengan demikian, bila anak telah menjadi dewasa, maka anak
tersebut akan mengetahui dan memahami mengenai apa yang menjadi dan
kewajiban baik terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Pada dasarnya, eksistensi hak asasi anak secara formal diakui sejak ada
kodifikasi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam instrument hukum HAM
internasional (Universal Human Right Instrument) yang memberikan jaminan
penikmatan hak asasi manusia bagi setiap manusia. Dalam instrumen hukum
HAM internasional, anak-anak menjadi salah satu subjek hak (rights holder) yang
mendapatkan jaminan dan pengakuan karena hak asasi anak merupakan bagian

integral dari HAM. Jaminan dan pengakuan hak asasi anak dapat ditemukan pada
instrument-instrumen hukum HAM internasional.

40

Universitas Sumatera Utara

41

Hak asasi anak adalah hak asasi manusia plus dalam arti kata harus
mendapatkan perhatian khusus dalam memberikan perlindungan, agar anak yang
baru lahir, tumbuh dan berkembang mendapatkan hak asasi manusia secara
utuh.Hak asasi manusia meliputi semua yang dibutuhkan untuk pembangunan
manusia seutuhnya dan hukum positif mendukung pranata sosial yang dibutuhkan
untuk pembangunan seutuhnya tersebut. Pembangunan manusia seutuhnya
melalui suatu proses evolusi yang berkesinambungan yang disebabkan oleh
kesadaran diri manusia, yang lebih penting dari proses itu sendiri adalah suatu
aktualisasi dari potensi manusia seperti yang terdapat pada individu dan
komunitasnya. 40
Anak dalam pertumbuhan dan perkembangan memerlukan perhatian dan

perlindungan khusus baik dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Untuk itu tidaklah cukup hanya di berikan hak-hak dan kebebasan asasi
yang sama dengan orang dewasa, karena anak di banyak bagian dunia adalah
gawat sebagai akibat dari keadaan sosial yang tidak memadai, bencana alam,
sengketa bersenjata, eksploitasi, buta huruf, kelaparan dan ketelantaran.
Anak kondisi tersebut tidak mampu melawan atau mengubah keadaan
tersebut untuk menjadi lebih baik.Oleh karena itu masyarakat internasional
mendesak

kepada

semua

negara/

pemerintah

untuk

mensahkan


dan

memberlakukan peraturan perundang-undangan yang mengakui kedudukan dan

40

H. R. Abdussalam, Hukum Perlindungan Anak, PTIK, Jakarta, 2012, hal 10-11

Universitas Sumatera Utara

42

kebutuhan khusus anak dan yang menciptakan kerangka perlindungan tambahan
yang kondusif dengan kesejahteraan mereka. 41
Sesuai dengan konvensi tentang hak anak (CRC) telah di terima secara
bulat oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20 November 1989, yang mengakui
perlunya jaminan dan perawatan khusus , termasuk perlindungan hukum yang
tepat bagi anak sebelum dan setelah kelahirannya. Anak berhak atas hak dan
kebebasan yang sama dengan orang dewasa.Hak fundamental tertentu, seperti hak

hidup, kebangsaan dan keamanan pribadi, hak atas kebebasan berfikir dan
berekspresi dan hak berkumpul secara damai dan berserikat dengan tegas diulangi
dalam konvensi.Sebagai tambahan konvensi berusaha memberikan tambahan
perlindungan terhadap penyalahgunaan penelantaran dan eksploitasi anak (CRC,
pasal 32 sampai pasal 36).
ICRC (International Convention Right’s Children) juga menetapkan
alasan dan kondisi-kondisi yang mendasari dapat di cabutnya kebebasan mereka
secara sah serta hak anak yang didakwa telah melakukan pelanggaran hukum
pidana.(CRC pasal 37 dan pasal 40).CRC merupakan traktat, oleh karena itu
menimbulkan kewajiban mengikat menurut hukum bagi negara-negara anggota
untuk menjamin bahwa ketentuannya dilaksanakan sepenuhnya pada tataran
nasional.Tindakan yang diambil untuk tujuan ini dapat meliputi penerimaan
perundang-undangan yang berlaku mengenai anak atau penerimaan perundang-

41

Ibid, hal 12

Universitas Sumatera Utara


43

undangan baru yang sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang di tetapkan di
dalam kovensi. 42
Pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menjadi manusia seutuhnya
sangat tergantung pada sistem moral meliputi nilai-nilai normatif sesuai
masyarakat. Kepercayaan-kepercayaan kepada apa itu kebaikan dan dalam
hubungannya dengan kepercayaan-kepercayaan pada apa yang seharusnya
dilakukan. Dari kepercayaan normatif yang mendasar bahwa anak harus tumbuh
dan berkembang, menyusul semua keharusan-keharusan yang berhubungan
dengan kebutuhan-kebutuhan yang berkenaan dengan fisiologis yaitu anak
seharusnya memperoleh makanan dan tempat berlindung dan kebutuhankebutuhan manusia sesungguhnya, yaitu anak seharusnya bergabung atau
berhubungan dengan orang lain dan dengan bebas mengekspresikan diri sendiri.
Sesuatu yang dibutuhkan untuk pembangunan tersebut dapat ditentukan secara
empiris, tetapi pernyataan yaitu anak seharusnya mempunyai segala empiris,
tetapi pernyataan yaitu anak seharusnya mempunyai segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk pembangunan anak seutuhnya adalah bersifat normatif.
Dari anak perlu X untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dan X
adalah baik, akan menjadi tuntunan, yaitu anak seharusnya memperoleh X adalah
sama artinya dengan anak mempunyai hak terhadap X. Untuk menyatakan bahwa

seorang anak mempunyai hak terhadap makanan atau pernyataan bebas yang
berarti bahwa anak seharusnya memperoleh makanan atau pernyataan bebas,
sebab mereka masing-masing diperlukan untuk pembangunan dan anak,
seharusnya tumbuh dan berkembang cenderung untuk memenuhi kebutuhan42

Ibid, hal 13

Universitas Sumatera Utara

44

kebutuhan anak, dan tuntutan-tuntutan anak adalah suatu perwujudan dari hak
asasi. Tetapi pada saat yang sama, dari kecenderungan untuk melindungi anak di
tambah kesadaran diri, timbullah suatu kesadaran pada kebutuhan-kebutuhan
orang lain, kebaikan-kebaikan orang lain, saling ketergantungan dan validitas dari
tuntutan-tuntutan orang lain.
Eksistensi hak-hak asasi yaitu tuntutan-tuntutan diantara mereka sendiri,
timbul dari kecenderungan untuk memelihara kesejahteraan anak.Pemahaman dan
penerimaan terhadap hak-hak asasi anak timbul dari kecendurangan untuk
menjaga atau memelihara keserasian kelompoknya dan dari penerimaan ini

timbullah pengalaman atau pelaksanaan hak-hak asasi.
Dalam konsep John O`Manique, menyusun sebuah daftar tentang
kebutuhan-kebutuhan fundamental bagi pembangunan manusia seutuhnya, yaitu :
pangan, perlindungan, lingkungan fisik yang tidak terancam, keamanan,
kesehatan, ilmu pengetahuan dan pekerjaan, kebebasan berpikir, kebebasan
berekspresi, kebebasan berkumpul atau berserikat dan penentuan nasib sendiri
(self determination). Kebutuhan-kebutuhan fundamental tersebut merupakan
kebutuhan mutlak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menjadi
manusia seutuhnya sebagai orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab masa
depan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara secara mandiri dengan dapat
dilaksanakan pembangunan dan hak-hak asasi manusia saling mendukung.
Oleh karena tidak ada dari hak-hak tersebut yang dapat dikurangi demi
yang lain dan masing-masing kebutuhan adalah sebuah dasar bagi seluruh
rangkaian dari kebutuhan-kebutuhan fundamental. Bila kebutuhan-kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

45

fundamental tersebut dipandukan dengan hak asasi manusia yang tercantum dalam

Universal Declaration of Human Right (UDHR) dan International on Civil and
Political Right (ICPR) yang terdiri hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial
dan hak budaya , ternyata terdapat hubungan sangat erat dan terpadu sebagai hakhak asasi manusia mendasar dan universal dalam pembangunan manusia
seutuhnya. 43
Pangan dan perlindungan termasuk semua perlindungan yang di butuhkan
untuk menghadapi kondisi-kondisi apapun terutama cuaca adalah jelas merupakan
kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Kebutuhan terhadap lingkungan fisik yang bebas
ancaman tidak selamanya dapat dianggap sebagai sesuatu yang pasti benar, apa
yang selama ini di anggap sebagai sesuatu yang pasti benar, apa yang selama ini
selalu tersembunyi saat ini harus dibuat jelas dan terbuka serta memberi tekanan
yang lebih, dibanding penyebutan sederhana dalam perjanjian-perjanjian PBB dan
daftar-daftar hak-hak asasi yang lain.
Keamanan adalah perlindungan dari segala kekerasan-kekerasan atau
kekejaman-kekejaman

terhadap

seseorang

(anak)


dan

harta

benda

seseorang.Kekerasan-kekerasan terhadap anak termasuk setiap tindakan-tindakan
yang mencelakakan secara fisik atau psikologi maupun serangan yang bersifat
memfitnah pada moral seseorang.Keamanan mencakup atau menyediakan suatu
dasar-dasar bagi banyak hak-hak anak terutama hak sipil seperti persamaan hak

43

Ibid, hal 15-16

Universitas Sumatera Utara

46


dimuka

hukum

dan

protes

hukum

yang

adil

(mendapat

perlindungan/pembelaan). 44
Kebebasan berpikir, berekspresi dan berkumpul atau berserikat yaitu hakhak asasi sipil positif tradisional adalah kebutuhan-kebutuhan untuk pembangunan
manusia yang sebenernya, sebagai hal berseberangan dengan pembangunan
fisiologis dan kebutuhan untuk hal-hal tersebut sejauh ini dapat ditetapkan secara

empiris. Penentuan sendiri, kebutuhan seseorang untuk menentukan jalur
pertumbuhan dan perkembangannya sendiri dan untuk mempunyai beberapa
kedali atas proses pertumbuhan dan perkembangannya mencakup atau
menyediakan sebuah dasar bagi hak-hak asasi politik. Pertumbuhan dan
perkembangan spesies yang lain adalah ditentukan oleh interaksi lingkungan dan
sebab-sebab yang berpengaruh secara genetis.Para anak (manusia) adalah juga
subjek atau pelaku pada interaksi sebab-sebab yang berpengaruh ini tetapi sedikit
agak lebih mampu melampauinya.Pada tingkat tertentu, menentukan pertumbuhan
dan perkembangannya dan menciptakan diri anak itu sendiri.Aktualisasi diri,
kreasi diri oleh diri sendiri membutuhkan pengalaman dari asasi terhadap
pekerjaan untuk menindak lanjuti hal tersebut.
Eksistensi sebuah hak asasi adalah mutlak dan tidak dapat ditanggalkan
memberikan

sebuah

benteng

pertahanan

terahir

melawan

pelanggaran-

pelanggaran hak-hak asasi manusia.Seorang anak yang kelaparan tidak mampu
mengamalkan hak asasinya terhadap pangan, tetapi hak asasi itu sendiri
bagaimanapun

caranya

tidak

dapat

dikurangi

keberadaannya

oleh

kelaparan.Seseorang di dalam penjara mempunyai hak untuk berkumpul bahwa
44

Ibid, hal 16

Universitas Sumatera Utara

47

ketika pengalaman hak tersebut dibatasi dengan keras oleh penahanan.Hal ini
menegaskan bahwa tidak ada satupun penyebab, termasuk negara, dapat
mempengaruhi eksistensi hak-hak asasi, hanya pengalamannya dan tanpa
memperhatikan keberadaannya, semua hak-hak asasi fundamental haruslah
diterima atau diakui.
Eksistensi dan pengalaman juga menjauhkan beberapa kebingungan yang
tampaknya mengganggu perbandingan terhadap hak-hak asasi di dalam
kebudayaan-kebudayaan yang berbeda. Hak-hak asasi fundamental itu sendiri
adalah universal, tetapi terdapat keragaman dalam pengalaman hak-hak asasi yang
sifatnya relatif terhadap kebudayaan, merupakan sebuah alat yang sangat berguna
untuk menganalisis lintas budaya sebagai contoh : hak-hak asasi pada masyarakat
agraris adalah berbeda bila dibandingkan dengan masyarakat industrialisasi.
Perbedaannya terletak pada kewajiban masyarakat dan individu.
Hak asasi untuk berkumpul atau berserikat adalah mutlak.Secara normal,
seseorang perlu untuk bergerak dalam masyarakat untuk menerapkan hak asasi
ini, sehingga jika hak asasi untuk mobilitas bukanlah mutlak bukanlah mutlak
setidaknya hak tersebut sangat kuat. Sebagian besar akan menerima bahwa
beberapa jenis transportasi dibutuhkan untuk mobilitas. Disini tuntutan akan
menjadi lebih lemah dan lebih khusus kasusnya.
Kebutuhan untuk sebuah mobil pribadi yang lebih baik dibanding alat
transportasi umum biasanya tidak akan besar dan dari sini sebuah mobil pribadi
akan lebih baik menjadi hak istimewa dibanding sebuah hak asasi. Sebuah hak
asasi dapat diturunkan dari lebih satu hak asasi fundamental, yang akan semakin

Universitas Sumatera Utara

48

menguatkan tuntutannya. Sebagai contoh, dalam banyak kasus transportasi dapat
dibutuhkan untuk pengalaman hak-hak asasi terhadap pekerjaan, berkumpul atau
berserikat, pangan, ilmu pengetahuan dan sebagainya, yang membangun sebuah
kasus untuk sebuah tuntutan yang sangat kuat.
B. Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of the Child)
Konvensi hak anak (Convention on the Right of The Children), merupakan
sebuah perjanjian internasional yang dikenal dengan sebutan Deklarasi Hak Asasi
Anak diatur dalam pasal 2 sampai dengan pasal 10 Konvensi PBB tahun 1959 dan
Konvensi PBB 1989, yang mengatur tentang prinsip-prinsip dasar perlindungan
hak anak dimuka bumi. Dalam hukum internasional konvensi dikelompokkan
sebagai salah satu sumber hukum internasional, selain :
1. Perjanjian-perjanjian internasional, baik yang bersifat umum ataupun
khusus, yang mengandung ketentuan-ketentuan hukum yang diakui secara
tegas oleh negara-negara yang bersengketa.
2. Kebiasaan internasional (international custom), sebagai bukti dari pada
suatu kebiasaan umum yang telah diterima sebagai hukum.
3. Prinsip-prinsip umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab (the
general principles of law recognized of civilized nations ).
4. Keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran sarjana terkemuka dari berbagai
negara sebagai sumber tambahan bagi menetapkan kaidah-kaidah
hukum. 45

45

Mochtar Kusumaatmaja, Pengantar Hukum Internasional Buku I, Binacipta, Bandung,
1982, hal 107

Universitas Sumatera Utara

49

Merujuk kepada UNICEF (United Nations Children’s Fund), sebuah
badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang khusus menangani persoalan anak
di seluruh dunia, Konvensi Hak Anak (KHA) merupakan konvensi PBB yang
paling lengkap menguraikan instrument-instrumen hak asasi manusia di dalam
sejarah pertumbuhan organisasi bangsa-bangsa tersebut. 46
Secara rinci dalam konvensi tersebut diatur hak asasi anak dan tolak ukur
yang harus dipakai oleh pemerintah secara utuh nilai-nilai yang pluralis, konvensi
hak anak menjadi sebuah instrumen yang tidak begitu banyak dipersoalkan atau
diperdebatkan oleh negara-negara anggota PBB mencerminkan hak dasar anak
dimana pun di dunia ini. Hak untuk hidup, berkembang, terlindungi dari pengaruh
buruk, penyiksaan, dan eksploitasi serta hak untuk berpartisipasi secara utuh
dalam lingkup keluarga, kehidupan budaya dan sosial.
Konvensi dimulai pada tahun 1923, ketika anak-anak dijadikan budak
dengan kondisi yang sangat buruk. Pendiri Save the Children Fund, yaitu
Eglantynee Jebb mendirikan sebuah lembaga swadaya masyarakat internasional
untuk perlindungan anak, dan telah merawat pengungsi anak di negara-negara
Balkan 47 akibat Perang Dunia I, sehingga ia membuat sebuah rancangan “Piagam
Anak” yaitu : “saya percaya bahwa kita harus menuntut hak-hak tertentu bagi
anak-anak dan memperjuangkannya untuk mendapatkan pengakuan universal ”.

46

http//www.unicef.org/crc/crc.htm diakses 30 Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

50

Dalam draf yang dikemukakan, Jebb mengembangkan 7 (tujuh) gagasan
mengenai hak-hak anak, yaitu : 48
1. Anak harus dilindungi diluar dari segala pertimbangan mengenai ras,
kebudayaan dan kepercayaan.
2. Anak harus dipelihara dengan tetap menghargai keutuhan keluarga.
3. Bagi anak harus disediakan sarana yang diperlukan untuk perkembangan
secara normal,baik materil, moral dan spiritual.
4. Anak yang lapar harus di beri makan, anak yang sakit harus dirawat, anak
cacat mental atau cacat taubah harus di didik, anak yatim piatu dan anak
terlantar harus diurus/diberi perumahan.
5. Anaklah yang pertama-tama harus mendapatkan bantuan atau pertolongan
pada saat terjadi kesengsaraan.
6. Anak harus menikmati dan sepenuhnya mendapat manfaat dari program
kesejahteraan dan jaminan sosial, mendapat pelatihan agar pada saat
diperlukan nanti dapat dipergunakan untuk mencari nafkah serta harus
dilindungi dari segala bentuk eksploitasi.
7. Anak harus diasuh dan dididik dengan suatu pemahaman bahwa bakatnya
dibutuhkan untuk pengabdian sesama umat.
Dalam perjalanan sejarah perkembangan hak anak melahirkan konvensikonvensi internasional, yaitu : 49
1. Tahun 1923, hak-hak anak disetujui oleh Save the Children Union

48

Chairul Bariah Mozasa, Aturan-Aturan Hukum Trafiking (Perdagangan Perempuan dan
Anak), USU Press, Medan ha 8
49
Mochtar Kusumaatmaja, Pengantar Hukum Internasional Buku I, Binacipta,
Bandung,1982, hal 24

Universitas Sumatera Utara

51

2. Tahun 1924, hak yang disetujui oleh League of Nation(Liga BangsaBangsa) merupakan suatu upaya internasional sebagai hasil dari
pengalaman dengan anak yang menderita karena perang dibeberapa
negara.
3. Tahun 1948 Majelis Umum PBB mengesahkan Deklarasi Universal
mengenai hak asasi manusia, hak anak secara implisit sudah termasuk
didalamnya walaupun banyak yang beranggapan bahwa kebutuhan khusus
anak perlu disusun dalam suatu dokumen secara terpisah.
4. Tahun 1959 Mejelis Umum PBB mengesahkan Deklarasi kedua mengenai
hak anak dan kelompok Hak Asasi Manusia PBB mulai mengerjakan
konsep Konvensi Hak Asasi.
5. Tahun 1962 melalui 2 Kovenan Internasional, yang pertama kovenan
tentang hak-hak sipil dan politik dan kovenan yang kedua tentang hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya,kedua perjanjian tersebut mengikat para
Negara peratifikasian. Tahun 1976, Negara wajib peduli (respect) kepada
hak asasi manusia yang dimiliki individu, deklarasi yang disebutkan
terdahulu hanya himbauan moral dan etika karena jelas tidak mempunyai
daya ikat secara hukum bagi tiap negara untuk menjalankannya.
6. Tahun 1979 ketikaNegara Polandia mengajukan sebuah rancangan teks
konvensi hak-hak anak, sepuluh butir dari deklarasi telah dipublikasikan
secara meluas.
7. Tahun 1989 pada tanggal 20 November 1989, Konvensi Hak Anak dengan
54 pasal telah disetujui oleh Majelis Umum PBB dan dinyatakan berlaku

Universitas Sumatera Utara

52

sejak saat itu dan Konvensi Hak Anak mempunyai kekuatan hukum bagi
negara yang meratifikasinya.
Konvensi Hak Anak (Convention of the Right of the Child), disahkan oleh
Majelis Umum PBB pada tanggal 20 November 1989 dan mulai berlaku pada 2
September 1990. Konvensi Hak Anak ini merupakan instrumen yang merumuskan
prinsip-prinsip universal dan norma hukum mengenai kedudukan anak, dan
merupakan sebuah perjanjian internasional hak asasi manusia. Konvensi Hak
Anak merupakan hasil konsultasi dan pembicaraan Negara-negara, dan lembaga
PBB dan lebih dari 50 organisasi internasional.
Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) anak di New York pada tahun 1990 dan
konfrensi sedunia tentang Hak Asasi Manusia di Wina tahun 1993 menyikapi
negara-negara peserta untuk melakukan ratifikasi terhadap Konvensi Hak Anak,
dalam KTT anak tahun 1999 oleh 150 wakil dari pemerintahan termasuk 71
kepala negara. KTT anak ini secara resmi telah menetapkan serangkaian sasaran
yang hendak dicapai pada tahun 2000 dalam rangka implementasi Konvensi Hak
Anak. Dibandingkan dengan Konvensi Hak Asasi Manusia, Konvensi Hak Anak
dianggap sebagai perjanjian hak asasi manusia yang paling maju (progresif),
terperinci yang pernah disepakati oleh negara-negara peserta.
Dalam substansi atau materi konvensi hak anak dideskripsikan secara rinci
dan lengkap apa yang menjadi hak-hak anak. Negara anggota mempunyai
kewajiban membuat laporan (country report)kepada UNICEF yang di laksanakan
setelah 2 (dua) tahun negara yang bersangkutan meratifikasi Konvensi Hak Anak,
laporan rutin setelah hal itu dalam periode 5 tahun sekali.

Universitas Sumatera Utara

53

Ada sepuluh prinsip tentang hak anak menurut deklarasi tersebut : 50
Prinsip 1 : Setiap anak harus menikmati semua hak yang tercantum dalam
deklarasi

ini

tanpa terkecuali, tanpa perbedaan dan tanpa diskriminasi.

Prinsip 2 :Setiap anak harus menikmati perlindungan khusus, harus diberikan
kesempatan dan fasilitas oleh hukum atau oleh peralatan lain sehingga mampu
berkembang secara fisik, mental, moral, spiritual dan sosial dalam cara yang sehat
dan normal.
Prinsip 3 : Setiap anak sejak dilahirkan harus memiliki nama dan identitas
kebangsaan.
Prinsip 4 : Setiap anak harus menikmati manfaat dari jaminan sosial.
Prinsip 5 : Setiap anak baik secara fisik, mental dan sosial mengalami kecacatan
harus diberikan perlakuan khusus, pendidikan dan pemeliharaan sesuai dengan
kondisinya.
Prinsip 6 : Setiap anak bagi perkembangan pribadinya secara penuh dan seimbang
memerlukan kasih sayang dan pengertian
Prinsip 7 :Setiap anak harus menerima pendidikan secara cuma-cuma atas dasar
wajib belajar.
Prinsip 8 : Setiap anak dalam situasi apapun harus menerima perlindungan dan
bantuan yang pertama.

50

Abu Huraerah, Child Abuse (Kekerasan Terhadap Anak), Bandung, 2007, hal 32

Universitas Sumatera Utara

54

Prinsip 9 : Setiap anak dilindungi dari setiap bentuk ketelantaran, tindakan,
kekerasan, dan eksploitasi.
Prinsip 10 : Setiap anak harus dilindungi dari setiap praktek diskriminasi
berdasarkan rasial, agama, dan bentuk-bentuk lainnya.
Didalam pembukaan (preambule) Konvensi Hak Anak dikemukakan latar
belakang dan landasan strategis filosofis hak-hak anak yang menegaskan bahwa
anak-anak dengan kondisi mereka yang rentan, sangat membutuhkan pengasuhan
dan perlindungan khusus. Berdasarkan materi hukum yang menyangkut didalam
Konvensi Hak Anak, dapat dikualifikasikan beberapa isi konvensi :
1. Penegasan hak anak
2. Perlindungan anak oleh Negara
3. Peran serta berbagai pihak (pemerintah, masyarakat, dan swasta) dalam
menjamin penghormatan terhadap anak-anak
Konvensi Hak Anak melingkupi segenap hak yang secara tradisional
melekat atau dimiliki anak sebagai manusia dan hak sebagai anak yang
memerlukan perlakuan dan perlindungan khusus. Konvensi hak anak terdiri dari
54 (lima puluh empat) pasal yang berdasar pada materi hukum yang mengatur
mengenai hak-hak anak dan mekanisme implementasi hak anak oleh negara
peserta yang meratifikasinya.
C. Pengaturan Hak dan Perlindungan Anak Dalam Hukum Internasional
Perhatian dunia terhadap nasib anak, sesungguhnya sudah dimulai sejak
tahun 1924, ketika anak-anak yang dijadikan budak atau anak dari budak-budak

Universitas Sumatera Utara

55

yang mempunyai nasib yang sangat buruk.Oleh karena itu, pada tahun 1924 Liga
Bangsa-Bangsa (LBB) telah mengesahkan Deklarasi Hak Asasi Anak yang
diusakan oleh International Union for Save the Children.
Dalam tahun yang sama lahir Declaration of Human Rightyang
menyakinkan bahwa : “semua orang dilahirkan bebas dan sama dalam keluhuran
diri dan hak-hak.” Diterima dalam 7 butir pokok deklarasi 1924 pengakuan bahwa
manusia berhutang budi untuk sesuatu yang terbaik yang dapat diberikan kepada
mereka serta menerima bahwa hak tersebut merupakan tanggung jawab dalam
memenuhi kewajibannya secara terhormat. 51
Berkaitan dengan perkembangan perlindungan hak-hak azasi manusia,
hak-hak anak menjadi perhatian dan diakui bahwa anak-anak merupakan Hak
Asasi Manusia (HAM). Konvensi hak-hak anak (Declaration on the Right of
Child) yang dideklarasikan dalam sidang umum PBB 26 Januari 1990 yang
menetapkan bahwa :
“Semua anak tanpa pengecualian ataupun memiliki hak yang tercantum
dalam deklarasi, tanpa perbedaan atau diskriminasi atas dasar ras,warna kulit,
jenis kelamin, bangsa, agama, paham politik lainnya, asal kebangsaan atau asal
sosial, kekayaan, kelahiran dan status dari dirinya sendiri atau dari keluarganya. ”
Konvensi hak anak terdiri dari 54 (lima puluh empat) pasal yang berdasarkan
materi hukumnya mengenai hak-hak anak dan mekanisme implementasi hak anak
oleh Negara peserta yang meratifikasi Konvensi Hak Anak.

51

Mukaddimah Konvensi Hak Anak

Universitas Sumatera Utara

56

Materi hukum hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak tersebut dapat
dikelompokkan dalam 4 ketegori hak-hak anak, yaitu :
1. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival right), yaitu hak-hak anak dalam
konvensi hak anak yang meliputi hak-hak anak untuk melestarikan dan
mempertahankan hidup (the right of life) dan hak untuk memperoleh standar
kesehatan yang tertinggi dan perawatan sebaik-baiknya.
2. Hak terhadap perlindungan (protection rights), yaitu hak-hak anak dalam
konvensi hak anak yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, tindak
kekerasan dan ketelantaran bagi anak yang telah mempunyai keluarga dan
bagi anak-anak pengungsi.
3. Hak untuk tumbuh kembang (development right), yaitu hak-hak anak dalam
kovensi hak anak yang meliputi segala bentuk pendidikan (formal non formal)
dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik,
mental, spiritual, moral, dan fisik anak.
4. Hak anak untuk berpartisipasi (participation right) yaitu hak-hak anak dalam
konvensi hak anak yang meliputi hak untuk menyatakan pendapat dalam
segala hak yang mempengaruhi anak.
Konvensi hak-hak anak ini memiliki cara pandang yang berbeda
dibandingkan dengan instrumen-instrumen sebelumnya. Perbedaan itu
terutama terlihat dari caranya melihat dan memperlakukan anak bukan sematamata sebagai pihak yang ditempatkan secara paradoksal dengan orang dewasa,
melainkan ia diperlakukan sebagai suatu insane yang “penuh” dengan segala

Universitas Sumatera Utara

57

hak-hak yang secara inherenmelekat pada diri anak sebagai makhluk
manusia. 52
Konvensi hak anak secara garis besar dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
1. Mukaddinah, yang berisi berbagai pemikiran dan kepribadian yang mendasari
diadospsinya Konvensi Hak Anak oleh Majelis Umum PBB.
2. Pasal-pasal yang mengatur hak-hak anak (pasal 1-14)
3. Pasal-pasal yang mengatur mekanisme pemantauan dan pelaksanaan konvensi
(pasal 42-54).
4. Pasal-pasal yang mengatur soal pemberlakuan konvensi (pasal 46-54).
Konvensi Hak-hak Anak mempunyai 2 protokol opsional, yaitu :
1.

Protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak mengenai Keterlibatan Anak
Dalam Konflik Bersenjata.

2.

Protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak mengenai Penjualan Anak,
Prostitusi Anak dan Pornografi Anak.
Ketentuan hukum yang mengatur mengenai pencengahan perdagangan

anak termuat dalam konvensi hak anak, yaitu pasal 35 yang memerintah negaranegara untuk mengambil langkah-langkah nasional, bilateral dan multilateral
untuk mencengah penculikan, penjualan atau perdagangan anak untuk tujuan
apapun. Pasal ini tidak memberikan penjelasan lebih jelas tentang perlindungan
anak terhadap perdagangan anak.Konvensi Hak Anak 1989 dilengkapi dengan
Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Tentang Penjualan Anak, Prostitusi
Anak dan Pornografi Anak yang di tetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan

52

Bagir Manan, Peradilan Anak di Indonesia, Bandung, Mandar Maju, 1997, hal 86

Universitas Sumatera Utara

58

Bangsa-Bangsa pada tanggal 25 Mei 2000. Protokol ini bertujuan untuk mencapai
tujuan Konvensi tentang hak-hak anak dan penerapan aturan-aturannya lebih
lanjut khususnya yang termuat dalam pasal 1, 11, 21, 32, 33, 34, 35, dan pasal 36.
Setelah berlaku Konvensi Hak Anak, ILO (International Labour
Organization)
internasional

secara

khusus

yang khusus

mengeluarkan

instrumen

standar

melindungi anak-anak dari pekerjaan

pekerja
yang

membahayakan dirinya.Pada tahun 1999, ILO menetapkan Kovensi ILO Nomor
182 tentang Larangan dan Penghapusan Segera Bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk bagi Anak (Prohibition and immediate Elimination of thr Worst Forms
of Child Labour). Dalam perspektif sejarah HAM, konvensi ILO Nomor 182
merupakan kombinasi generasi pertama, yaitu hak sipil dan hak politik karena
mengatur hak seseorang atas tujuan untuk tidak tereksploitasi menjadi korban
perdagangan orang untuk tujuan seksual komersial.
Jika dilihat dari tujuannya untuk melarang anak-anak bekerja pada kondisi
yang membahayakan karena racun atau substansi yang dapat merusak kesehatan
anak, konvensi ini mengutamakan hak atas kesehatan.Hal ini termasuk hak
generasi kedua, yaitu hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.Kemudian dilihat dari
konteks evolusi masyarakat modern, penghapusan bentuk pekerjaan terburuk bagi
anak termasuk hak generasi ketiga, yaitu hak solidaritas seperti hak atas
perdamaian, hak atas pembangunan dan hak atas lingkungan yang sehat. 53
Pekerja anak dalam perspektif konvensi hak anak dikategorikan sebagai
anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus (children in need of special

53

Dedi Supriyadi, Hukum Internasional, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hal 263

Universitas Sumatera Utara

59

protection/CNSP).Perlindungan khusus tersebut dalam konteks anak-anak yang
terlibat dalam bentuk-bentuk pekerjaan terburuk melalui upaya penghapusan
sampai batas maksimal, yaitu anak-anak tidak boleh bekerja pada kondisi tersebut
(zero growth). Dengan demikian, dalam kerangka perlindungan terhadap pekerja
anak, instrumen hukum yang dikeluarkan ILO bersifat pencegahan agar anak tidak
bekerja pada usia terlalu dini, dan larangan bagi anak-anak untuk terlibat dalam
pekerjaan yang membahayakan.
Larangan human traffickingsecara internasional telah banyak instrument
yang mengaturnya, terdapat berbagai instrument internasional yang berkaitan
dengan masalah human trafficking.Salah satu instrumen tersebut adalah Konvensi
Mengenai Penyeludupan Manusia Melalui Darat, Laut, dan Udara (Protocol
Against the Smuggling of Migrants by Land, Sea, and Air) .Dalam artikel 2,
protokol menentang penyelundupan migrant melalui darat, laut, dan udara.
Tujuan dari protokol ini adalah untuk mencegah dan mengurangi
penyelundupan migran dengan cara meningkatkan kerjasama antarnegara peserta
dengan melindungi hak-hak dari migran yang diseludupkan. (the purpose of this
protocol is to prevent and combat the smuggling of migrant, as well as to promote
cooperation among state parties to that end, while protecting the rights of
smuggled migrant).
Dalam mengatasi terjadinya penyelundupan migran, setiap negara peserta
harus dapat bekerja sama dalam mengatasi dan

mencegah

terjadinya

penyelundupan migran baik melalui laut, darat, dan udara. Kerjasama dalam
mengatasi penyelundupan:

Universitas Sumatera Utara

60

1. Negara anggota mempunyai alasan-alasan untuk mencurigai setiap kapal
yang sedang memasuki daerahnya yang merupakan kapal berkebangsaan
asing atau menolak untuk menunjukkan identitasnya sedang melakukan
penyeludupan migran kewilayahnya dan negara peserta tersebut dapat
meminta bantuan dari negara peserta lainnya untuk mencegah kapal asing
tersebut memasuki daerahnya.
2. Negara anggota mempunyai alasan-alasan untuk mencurigai setiap kapal
yang sedang berlatih di laut bebas sesuai dengan hukum internasional
dengan tidak mengetahui asal dari kapal asing itu, akan melakukan
menyelundupan migran ke daerahnya, dapat meminta konfirmasi dari
negara yang bersangkutan, dan jika telah mendapat konfirmasi, meminta
pemilik kapal yang mempunyai otorisasi untuk mendapat izin dari negara
yang bersangkutan. Dan negara yang bersangkutan mempunyai otorisasi
meminta penjelasan terhadap pemilik kapal mengenai:
a. Penumpang kapal;
b. Tujuan kapal;
c. Jika terbukti ditemukan bahwa kapal tersebut sedang melakukan
penyelundupan migrant, maka negara yang bersangkutan dapat mengambil
tindakan sesuai dengan peraturan yang diatur di dalam konvensi ini. 54

54

Chairul Bariah, Aturan-Aturan Hukum Trafiking, USU Press, Medan, 2005 hal 21-23

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PERDAGANGAN ANAK (CHILD TRAFFICKING) LINTAS NEGARA
DALAM KAJIAN HUKUM INTERNASIONAL

A. Perdagangan Anak Lintas Negara
Korban tindak pidana perdagangan orang pada umumnya anak dan
perempuan yang belia atau muda serta belum menikah.Berdasarkan beberapa
penelitian, memperlihatkan berbagai bentuk atau tujuan perdagangan manusia
termasuk anak.
1. Eksploitasi seksual yang meliputi perdagangan seks atau eksploitasi
seksual untuk tujuan komersial, prostitusi dan pornografi.
2. Kerja paksa, termasuk kewajiban bekerja bagi anak-anak pada waktu,
tempat, dan lokasi yang berbahaya bagi anak seperti jermal, pertambangan
dan sebagainya.
3. Eksploitasi di dalam perbudakan domestik (sebagai pembantu rumah
tangga), pertanian pedesaan, pertambangan, anak jalanan dan perikanan
seperti jermal.
4. Adopsi anak.
5. Penjeratan utang.
6. Pengantin pesanan
7. Perdagangan organ tubuh.

61

Universitas Sumatera Utara

62

Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak mengenai Penjualan Anak,
Prostitusi Anakdan Pornografi Anak pada pasal 3, lebih rinci menyebutkan
beberapa bentuk tujuan perdagangan anak di dunia termasuk di Indonesia. 55
pasal 3 ayat (1) : setiap negara pihak harus menjamin bahwa setidaknya, aksi dan
aktifitas berikut ini, baik yang dilakukan di dalam negeri maupun lintas negara
atau secara perseorangan atau terorganisir, sepenuhnya diatur dalam hukum
pidananya :
(a) Dalam konteks penjualan anak sebagaimana dimaksud dalam :
(i)

Penawaran, pengantaran atau penerimaan anak dengan maksud
apapun untuk tujuan :
a. Eksploitasi seksual anak;
b. Transfer organ tubuh anak untuk mencari keuntungan;
c. Pengikutsertaan anak dalam kerja paksa;

(ii)

Memperoleh

persetujuan,

dengan

cara-cara

yang tidak

semestinya, untuk adopsi anak sehingga melanggar instrumen
hukum internasional mengenai adopsi anak;
(b) Menawarkan, memperoleh, membeli atau menyediakan seorang anak
untuk prostitusi;
(c) Memproduksi,

mendistribusikan,

menyebarluaskan,

mengimpor,

mengekspor, menawarkan, menjual, atau memiliki hal-hal untuk tujuan
pornografi anak;

55

Protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak
dan Pornografi Anak

Universitas Sumatera Utara

63

Dalam beberapa kasus perdagangan anak, sang pelaku mencari anak yang
berasal dari keluarga kurang mampu. Dan ini menjadi celah bagi para pelaku
untuk mengambil anak tersebut dengan alasan ingin mengasuh anak itu.Salah satu
nya kasus yang terjadi pada Juni 2016 di Batam.

“sindikat penjual bayi ke Singapura dengan tiga tersangka yang berinisial
Ya (31) Ba (55) dan Ea (47) berniat menjual bayi bernama Achiang 2 bulan 3
hari. Bayi Achiang merupakan anak kelima dari pasangan Ai dan Al. Pasutri asal
Selatpanjang, Kabupaten Meranti, Riau tersebut belum lama menetap di Batam
dan menumpang di rumah kerabatnya di Perumahan Putri Hijau Sagulung.Pasutri
tersebut tak memiliki pekerjaan tetap dan tergolong warga tak mampu. Sehingga
mereka berencana menitipkan putra kelimanya itu karena merasa tak mampu
membiayai kebutuhan sehari-hari sang bayi.Namun, niat pasutri tersebut
dimanfaatkan para pelaku untuk menjualnya.Mereka sengaja mengincar para
pembeli dari luar negeri, khususnya Singapura 56.

Ini merupakan celah yang dimanfaatkan oleh para pelaku untuk
mengambil bayi itu dan menjualnya. Para pelaku sengaja datang ke Batam untuk
mencari bayi yang akan di jual mereka. Para pelaku juga sudah mempunyai
perannya masing-masing, Ya sebagai pencari korban, sedangkan Ba dan Ea
berperan sebagai pencari calon pembeli. Bayi tersebut akan di jual kepada warga
Singapura dengan harga 8.000 dolar Singapura. Pada saat pelaku berkumpul di
rumah salah satu dari mereka untuk memberikan bayi tersebut kepada pembeli,
Polda setempat membatalkan transaksi haram tersebut dan menangkap para
56

http://sumut.pojoksatu.id/2016/06/17/terbongkar-sindikat-penjual-bayi-lintas-negaradijual-8-ribu-dollar/ diakses tanggal 31 Januari pukul 20.36 WIB

Universitas Sumatera Utara

64

pelaku.Kasus ini ditangani di Unit Pelayanan Peremouan dan Anak (PPA)
Diteskrimum Polda Kepri.Dan bayi bernama Achiang korban trafiking itu kini
dititipkan ke RSB Kasih Sayang Ibu, Batamcentre.

Kedua orang tua bayi yang hendak dijual ke Singapura, Ai dan Al,
mendatangi Mapolda Kepri, Jumat (17/6/2016). Kepada polisi mereka mengakui
telah memberikan hak asuh anak keempat mereka, Achiang, kepada orang lain
karena tak mampu merawat dan membesarkannya.Namun keduanya tak
menyangka jika bayi mereka itu akan dijual ke Singapura. Kondisi Ai dan Al
cukup memprihatinkan.Terutama Ai yang merupakan ayah Achiang. Pria paruh
baya itu mengalami gangguan pada matanya sehingga tak bisa melihat sama
sekali.
“Bapaknya buta, ibunya tak kerja.(Selama di Batam) mereka menumpang
di rumah saudaranya di Batuaji,” kata Kanit Subdit III Perlindungan Perempuan
dan Anak (PPA) Ditreskrimum Polda Kepri, AKP Yunita Stevani.Dari keterangan
keduanya, polisi menyimpulkan jika Ai dan Al memang tak sanggup merawat
anaknya itu.“Secara tersirat mereka gak mampu merawat bayi tersebut,” lanjutnya
seperti dikutip dari batampos. 57
Pada Mei 2012 juga terdapat kasus yang terjadi di Banda Aceh, tujuh anak
menjadi korban trafficking. Korban sebagian besar masih berstatus pelajar yang
berusia sekitar 14 sampai 16 tahun.Menurut Manager Program LBH Anak Aceh,
Rudy

Bastian

mengatakan

di

Banda

Aceh

,

modus

utama

pelaku

kejahatan trafficking, salah satunya dengan membujuk anak dan remaja Aceh
untuk berwisata ke luar negeri untuk kemudian dipaksa menjadi pekerja seks
57

ibid

Universitas Sumatera Utara

65

komersial.Pihaknya menangani kasus kejahatan trafficking pertama, dengan
jumlah korban tujuh anak, seluruhnya perempuan.
"Total ada enam kasus trafficking, dengan total (korban) tujuh orang.
Alhamdulillah ke tujuh (korban) sudah selesai sekarang. Pelakunya tengah
diproses melalui jalur hukum,” ungkap Rudy
Pihak kepolisian Aceh bekerjasama dengan jaringan Interpol berbagai
negara tengah mengusut dan mengungkap dugaan keterlibatan sindikat
(internasional) perdagangan manusia (human trafficking) yang beraksi di
Aceh.Kasus perdagangan manusia (human trafficking) merupakan kejahatan lintas
negara (transnational crime), praktik kejahatan tersebut cukup rentan menimpa
anak-anak dan perempuan, terutama dari masyarakat yang memiliki pendidikan
minim dan dengan latar belakang kemampuan ekonomi keluarga yang cukup
terbatas.
Pihak kepolisian Aceh telah mengingatkan bahwa kasus perdagangan
manusia (human trafficking) merupakan kejahatan lintas negara (transnational
crime), praktik kejahatan tersebut cukup rentan menimpa anak-anak dan
perempuan, terutama dari masyarakat yang memiliki pendidikan minim dan
dengan latar belakang kemampuan ekonomi keluarga yang cukup terbatas.Pihak
kepolisian Aceh bekerjasama dengan jaringan Interpol berbagai negara tengah
mengusut dan

mengungkap

dugaan

keterlibatan

sindikat (internasional)

perdagangan manusia (human trafficking) yang beraksi di Aceh.
LBH Anak Aceh menjalin kerjasama dengan Badan Pembangunan
Internasional AS (USAID), AusAID (Australia), Caritas Jerman, termasuk dengan
Unicef selaku induk organisasi perlindungan anak internasional.Para aktivis di

Universitas Sumatera Utara

66

lembaga tersebut mencatat kasus tujuh anak Aceh korban trafficking tersebut
terungkap pertama kalinya pada bulan Januari 2012 lalu.Sejak saat itu upaya
advokasi LBH Anak Aceh mendapat respon sejumlah kalangan terutama, aparat
penegak hukum pemerintah.Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan pada
masyarakat internasional untuk memperkuat upaya untuk memerangi perdagangan
manusia.Pihak PBB menyebut, lebih dua juta orang di seluruh dunia menjadi
korban perdagangan manusia.

Dalam pertemuan Majelis Umum khusus tentang perdagangan manusia
baru-baru ini di Markas PBB di New York AS, Kepala Badan Narkotika dan
Kejahatan PBB, Yuri Fedotov mengatakan, 80 persen korban trafficking
dieksploitasi sebagai pekerja seks komersial (PSK). Pengamat mengatakan, para
pelaku kejahatan perdagangan manusia mengeruk keuntungan dari bisnis tersebut
hingga 32 Miliar Dolar AS. 58

B. Perlindungan Terhadap Korban Perdagangan Anak
Menurut Protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak Mengenai Penjualan
Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak menyebutkan faktor pendorong
terjadinya perdagangan anak termasuk kemiskinan, keterbelakangan, kesenjangan
sosial, perbedaan struktur sosial ekonomi, disfungsi keluarga dan kurangnya
pendidikan. Selain itu juga migrasi desa-kota, diskriminasi gender, perilaku sosial
yang tidak bertanggung jawab, praktek-praktek adat yang merugikan dan konflik
bersenjata.

58

http://www.voaindonesia.com/a/tujuh_anak_aceh_diduga_jadi_korban_human_traffickin
g/254516.html diakses pada tanggal 2 February 2017

Universitas Sumatera Utara

67

Perdagangan anak merupakan tindak pidana.Sebagai sebuah tindakan
pidana, maka perbuatan tersebut dapat di hukum.Hal ini sesuai dengan definisi
tindak pidana yang dikemukakan oleh beberapa para ahli hukum pidana
Indonesia.Komariah Emong Supardjadja mengatakan,”tindak pidana adalah suatu
perbuatan manusia yang memenuhi rumusan delik, melawan hukum dan pembuat
bersalah

melakukan

perbuatan

itu”.Sementara

Indrianto

Seno

Adji

mengatakan.”tindak pidana adalah perbuatan seseorang yang diancam pidana,
perbuatannya bersifat melawan hukum, terdapat suatu kesalahan dan bagi
pelakunya dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatannya.” 59

Di bawah ini adalah beberapa peraturan yang memuat larangan
perdagangan anak di dunia dan di Indonesia :

1. Konvensi Hak Anak
Konvensi ini memuat pengaturan terkait perdagangan anak terdapat
pada pasal-pasal : 60
Pasal 11
1. Negara-negara Peserta akanmengambil langkah-langkah untuk
memberantas pemindahan anak-anak ke luar negeri secara tidak
sah atau tidak dapat dikembalikannya anak-anak dari luar
negeri;

59

Sulistyowati Irianto, Hukum Perlindungan Perempuan dan Anak, Sulistyowati Irianto,
kemitraan Partnership, hal 499
60
Konvensi Hak Anak

Universitas Sumatera Utara

68

2. Untuk tujuan ini, Negara-negara Peserta akan meningkatkan
persetujuan-persetujuan bilateral atau multilateral atau aksesi
terhadap persetujuan-pensetujuan yang sudah ada;
Pasal 19
Negara akan melindungi dari segala bentuk kekerasan, perlakuan
sewenang-wenang, pengabaian dan eksploitasi selagi mereka
berada

dalam

asuhan

orang

tua

atau

orang

lain

dan

mengimplementasikan pencegahan dan program perawatan
Pasal 21
Negara-negara Peserta yang mengakui dan/atau membolehkan
sistem adopsi menjamin bahwa kepentingankepentingan tenbaik
anak yang bersangkutan akan merupakan pertimbangan paling
utama dan negara-negara itu akan:
(a) Menjamin bahwa adopsi anak hanya disahkan oleh pihak-pihak
berwenang yang menetapkan, sesuai dengan hukum dan
prosedur yang berlaku dan berdasarkan semua informasi yang
terkait dan terpercaya, bahwa adopsi itu diperkenankan
mengingat status anak sehubungan dengan keadaan orangtua,
keluarga dan walinya yang sah dan, jika diperlukan, orangorang yang berkepentingan memberi persetujuannya atas
adopsi tersebut berdasarkan nasehat yang mungkin diperlukan;
(b) Mengakui bahwa adopsi antar negara dapat dipertimbangkan
sebagai suatu sarana alternatif perawatan anak, jika anak tidak
dapat ditempatkan pada keluarga asuh atau keluarga angkat

Universitas Sumatera Utara

69

atau tidak dapat dirawat dengan cara yang tepat di negara asal
anak yang bersangkutan;
(c)

Menjamin

bahwa anak yang diadopsi antara negara

memperoleh perlindungan dan norma-norma yang sama dengan
perlindungan dan norma yang berlaku dalam adopsi nasional;
(d) Mengambil semua langkah yang layak untuk menjamin bahwa
dalam

adopsi

antar

negara

penempatan

anak

tidak

mengakibatkan keuntungan finansial yang tidak benar bagi
mereka yang terlibat dalam adopsi tersebut;
(e) Bilamana layak, meningkatkan tujuan-tujuan yang dimaksud
dan pasal ini dengan mengadakan peraturan-penaturan atau
persetujuan-persetujuan bilateral atau multilateral, dan upaya,
didalam kerangka ini untuk menjamin bahwa penempatan
seorang anak di negara lain dilaksanakan oleh pihak-pihak atau
badan yang berwenang;
Pasal 32
1. Negara-negara Peserta mengakui hak anak untuk dilindungi dan
eksploitasi ekonomi dan dari pelaksanaan setiap pekerjaan yang
mungkin berbahaya atau mengganggu pendidikan anak, atau
membahayakan kesehatan atau perkembangan fisik, mental,
spiritual, moral atau sosial anak;
2. Negara-negara Peserta akan mengambil langkah langkah
legislatif, administratif dan pendidikan untuk menjamin
pelaksanaan pasal ini. Untuk mencapal tujuan inil dan dengan

Universitas Sumatera Utara

70

memperhatikan ketentuan-ketentuan dan perangkat-perangkat
internasional lain yang terait, Negara-negara Peserta secara
khusus akan;

a) Menetapkan usia minimum atau usia-usia minimum untuk
memasuki lapangan kerja;
b) Menetapkan peraturan-peraturan yang tepat mengenal jam
kerja dan kondisi kerja;
c) Menetapkan hukuman-hukuman yang layak atau sanksi-sanksi
lain untuk menjamin pelaksanaan yang efektif dan pasal ini;
Pasal 33
Negara-negara Peserta akan mengambil langkah-langkah yang
layak termasuk langkah-langkah legislatif, administratif, sosial dan
pendidikan guna melindungi anak dan pemakaian oba-obat
narkotik dan zat-zat psikotropika secara gelap seperti yang
ditetapkan dalam perjanjian-perjanjian internasional yang terkait,
dan guna mencegah penggunaan anak-anak dalam pembuatan dan
pengedaran secara gelap zat-zat tersebut;

Pasal 34
Negara-negara Peserta berusaha untuk melindungi anak dan semua
bentuk eksptoitasi seksual dan penyalahgunaan seksual. Untuk
tujuan ini, Negara-negara Peserta secara khusus akan mengambil
langkah-langkah

nasional,

bilateral

dan

multilateral

untuk

mencegah:

Universitas Sumatera Utara

71

(a)Bujukan atau pemaksaan terhadap anak untuk melakukan
kegiatan seksual yang tidak sah
(b) Penggunaan anak secara eksploitatif dalam pelacuran atau
praktik-praktik seksual lain yang tidak sah;
(c) Penggunaan anak secara eksploitatif dalam pertunjukanpertunjukan dan bahan-bahanpornograflis;
Pasal 35
Negara-negara Peserta akan mengambil semua langkah nasional,
bilateral dan multilateral yang layak untuk mencegah penculikan,
penjualan atau perdagangan anak untuk tujuan apapun atau dalam
bentuk apapun.
Pasal 36
Negara-negara Peserta akan melindungi anak dari segala bentuk
lain eksploitasi yang merugikan setiap aspek kesejahteraan anak;

2. Konvensi ILO Nomor 182 tentang Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk bagi Anak
Konvensi ini memasukkan perdagangan anak dalam bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk bagi anak, sehingga setiap orang maupun kelompok dilarang
untuk mempekerjakan anak 61.

61

Konvensi ILO 182

Universitas Sumatera Utara

72

Pasal 3
Dalam konvensi ini, istilah “bentuk-bentuk terburuk kerja anak”
mengandung pengertian : (a) segala bentuk perbudakan atau
praktek-praktek sejenis

perbudakan,

seperti penjualan

dan

perdagangan anak-anak, kerja ijon dan perhambaan serta kerja
paksa atau wajib kerja, termasuk pengerahan anak-anak secara
paksa atau wajib untuk dimanfaatkan dalam konflik bersenjata; (b)
pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran,
untuk produksi pornografi, atau untuk pertunjukan-pertunjukan
porno; (c) pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk
kegiatan haram, khususnya untuk produksi dan perdagangan obatobatan sebagaimana diatur dalam perjanjian internasional yang
relevan; (d) pekerjaan yang sifatnya atau lingkungan tempat
pekerjaan

itu

dilakukan

dapat

membahayakan

kesehatan,

keselamatan, atau moral anak-anak.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Larangan perdagangan orang pada dasarnya telah diatur dalam KUHP
pasal 297 yang menentukan mengenai larangan perdagangan perempuan
dan anak laki-laki belum dewasa yang mengualifikasikan tindakan tersebut
sebagai kejahatan. Pada penjelasan UU No. 21 Tahun 2007 tentang Tindak
Pidana Perdagangan Orang disebutkan bahwa pasal 297 terlalu ringan
bahkan sering sekali tidak dipergunakan oleh penegak hukum. Akibatnya,
penegak

hukum

khususnya

dipenyidik

(kepolisian)

biasanya

Universitas Sumatera Utara

73

mempergunakan

pasal

lain

seperti penipuan,

kejahatan

terhadap

kemerdekaan orang ataupun penganiayaan 62.

4. Undang-Undang No.35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak
Undang-undang No. 35 Tahun 2014 merupakan perubahan dari
Undang-Undang No.23 tahun 2002. Undang-undang no.23 tahun 2002
tetap berlaku,hanya ada beberapa pasal yang diganti dalam UndangUndang no. 35 tahun 2014.
Pasal 1 ayat 2
Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-hak nya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan,

serta

mendapat

perlindungan

dari

kekerasan

dan

diskriminasi.
Perlindungan terhadap anak sesuai dengan prinsip-prinsip dalam
konvensi Hak Anak ada beberapa asas-asas,yaitu :
1. Asas kepentingan yang terbaik bagi anak, adalah bahwa dalam semua
tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat, badan legislative, dan badan yudikatif, maka kepentingan
yang terbaik anak harus menjadi pertimbangan yang utama;

62

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Universitas Sumatera Utara

74

2. Asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan adalah
hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh negara,
pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua;
3. Asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghormatan atas
hak-hak anak untuk partisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam
pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal-hal yang
mempengaruhi kehidupannya;
Pasal76F

:Setiap

orang

dilarang

menempatkan,

membiarkan,

melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan

penculikan,

penjualan,

dan

/

atau

perdagangan anak.
Pasal 83 :

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 76F dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

5. Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang
Pasal 5 :Setiap orang yang melakukan pengangkatan anak dengan
menjanjikan sesuatu atau memberikan sesuatu dengan
maksud untuk di eksploitasi dipidana dengan pidana

Universitas Sumatera Utara

75

penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling la