Pengaruh Faktor Predisposisi Dan Pendorong Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Karang Tebing Tinggi Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Air Susu Ibu (ASI)
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah
makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI
sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi
normal sampai usia 4-6 bulan (Khairuniyah, 2004). Menurut Hanson (2003) ASI
adalah makanan ideal yang tiada bandingnya untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi karena mengandung nutrient yang dibutuhkan untuk membangun dan
penyediaan energi serta meningkatkan sistem kekebalan pada bayi.
Berdasarkan waktu poduksi, ASI dapat dibagi tiga (Suratmadja, 1997) yaitu:
1.

Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae
yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli

dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera setelah melahirkan anak.
Manfaat kolostrum adalah mengandung zat kekebalan IgA untuk melindungi
bayi dari beragai penyakit infeksi, membantu mengeluarkan mukonium, yaitu
kotoran bayi yang pertama, kolostrum mengandung protein, vitamin A yang
tinggi, karohidrat dan lemak yang rendah sesuai dengaan kebutuhan gizi bayi

12
Universitas Sumatera Utara

13

pada hari-hari pertama setelah melahirkan, dan walaupun dalam jumlah kecil
kolostrum cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi (Depkes, 2005).
2.

Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI Matur, disekresi dari
keempat hingga kesepuluh dari masa laktasi, kadar protein semakin rendah,
sedangkan kadar kadar lemak dan karbohidrat semaikin tinggi dan jumlah
volume semakin meningkat.


3.

Air Susu Mature
ASI disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya
relative konstan, merupakan makanan yang dianggap paling aman bagi bayi,
dimana ASI mudah didapat, selalu tersedia, siap dierikan kepada bayi
temperature juga sesuai dengan bayi dan mengandung cacasienat riboflavin dan
karotin.
Banyak keunggulan Air Susu Ibu dibanding dengan susu sapi (Depkes, 2005)

antara lain:
1. Air Susu Ibu mengandung zat makanan yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang
cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi.
2. Air Susu Ibu sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, sehingga Air Susu Ibu
bersih dan kecil kemungkinan tercemar oleh kuman (bibit penyakit).
3. Air Susu Ibu selalu segar dan temperatur Air Susu Ibu sesuai dengan temperatur
tubuh bayi.

Universitas Sumatera Utara


14

4. Mengandung zat kekebalan (immunoglobulin). Antibodi dalam Air Susu Ibu dapat
bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim
proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga
mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke mukosa usus.
5. Air Susu Ibu tidak menimbulkan alergi. Kolostrum (susu awal) adalah Air Susu
Ibu yang keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, berwarna kekuningkuningan dan lebih kental, karena banyak mengandung vitamin A, protein dan zat
kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum
juga mengandung vitamin E dan K serta beberapa mineral seperti natrium dan
seng.
2.1.1 Fisiologi Laktasi
ASI diproduksi oleh jaringan kelenjar susu atau pabrik ASI pada payudara
wanita dewasa. Mamae terbentuk atas berjuta-juta kelenjar air susu. ASI diproduksi
atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi mulai menghisap
ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut
dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon
prolaktin dan refleks pengeluaran atau disebut juga dengan “let-down reflex” (Roesli,
2000).

2.1.2 Komposisi ASI
ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral faktor pertumbuhan, hormone, enzim, zat
kekebalan, dan sel darah putih. Zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu

Universitas Sumatera Utara

15

dengan lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat
tepat ini bagi suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi” sehingga tidak mungkin
ditiru oleh buatan manusia (Roesli, 2000).
Komposisi ASI antara lain:
1.

Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam ASI dan berfungsi sebagai
salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI
hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau
susu formula. Angka kejadian diare karena laktosa sangat jarang ditemukan pada

bayi yang mendapat ASI. Hal ini dikarenakan penyerapan laktosa ASI lebih baik
dibanding laktosa susu sapi maupun laktosa susu formula (Walker, 2006).
Didalam usus laktosa akan dipecah menjadi dua yaitu glukosa dan galaktosa.
Galaktosa adalah zat yang sangat penting untuk membantu dan menunjang
pertumbuhan otak, sedangkan glukosa adalah zat gula yang penting untuk
membantu perubahan energi dalam tubuh.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan
sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu,
karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium, mempertahankan faktor yang
memperlambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat
yang baik bagi bakteri yang menguntungkan.

Universitas Sumatera Utara

16

2.

Protein
Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang terdapa pada ASI

dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Rasio perbandingan antara
kandungan whey dengan casein merupakan salah satu keunggulan ASI
dibandingkan dengan susu sapi, ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65%
sedangkan susu sapi hanya 35%. Komposisi ini menyebabkan proei ASI lebih
mudah diserap dibandingkan dengan susu sapi, sedangkan kandungan casein
pada ASI adalah 20% dan susu sapi sebanyak 80%, sehingga ASI lebih mudah
diserap oleh tubuh (Depkes, 2001). ASI mempunyai jenis asam aminoyang lebih
lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satunya adalah taurin,dimana asam amino
jenis ini banyak ditemukan di ASI yang mempunyaiperan pada perkembangan
otak. Selain itu ASI juga kaya akan nukleutidadimana nukleutida ini berperan
dalam

meningkatkan

pertumbuhan

dankematangan

usus,


merangsang

pertumbuhan bakteri baik yang ada didalam usus dan meningkatkan penyerapan
besi dan meningkatkan dayatahan tubuh (Walker, 2006).
3.

Lemak
Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya, kadar
lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang
tumbuh. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang
yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena
mengandung enzim lipase. Kadar lemak ASI lebih tinggi jika dibandingkan
dengan susu sapi atau susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini sangat

Universitas Sumatera Utara

17

dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi.
Lemak omega 3 dan omega 6 banyak ditemukan dalam ASI yang berperan dalam

perkembangan otak. DHA dan ARA hanya terdapat dalam ASI yang berperan
dalam perkembangan jaringan saraf dan retina mata. ASI juga mengandung asam
lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang, yang baik untuk kesehatan jantung
dan pembuluh darah (Hendarto dan Pringgadini, 2008). Susu formula tidak
mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak apabila dipanaskan. Jumlah
asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan susu formula
yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh
tubuh, yang berfungsi memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.
4.

Karnitin
Karnitin dalam ASI sangat tiggi dan memiliki fungsi membantu proses
pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh
(Hendarto dan Pringgadini, 2008).

5.

Vitamin K
Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu tambahan
vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini berfungsi sebagai

faktor pembekuan darah (Walker, 2006).

6. Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan pemberian ASI
eksklusif dan ditambah dengan membeiarkan bayi terpapar pada sinar matahari

Universitas Sumatera Utara

18

pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin
D (Walker, 2006).
7. Vitamin E
Salah satu keuntungan ASI adalah kandungan vitamin Enya cukup tinggi
terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E adalah
untuk ketahanan dinding sel darah merah (Hendarto dan Pringgadini, 2008).
8. Vitamin A
ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi. Selain
berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Inilah yang menerangkan

mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan
tubuh yang baik (Hendarto dan Pringgadini, 2008).
9. Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin larut air terdapat dalam ASI. Seperti vitamin B,
vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi
vitamin B6 dan B12 serta asam folat rendah terutama pada ibu yang kurang gizi.
Sehingga perlu tambahan vitamin ini pada ibu yang menyusui (Walker, 2006).
10. Mineral
Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap
dibandingkan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat
dalam susu sapi adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan jaringan otot
dan rangka, transmisi jaringan saraf, dan pembekuan darah. Walaupun kadar

Universitas Sumatera Utara

19

kalsium pada susu sapi lebih tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal
ini akan memperberat kerja usua dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang
merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi yang

mendapat ASI eksklusif beresiko sangat kecil untuk kekurangan zat besi,
walaupun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal ini dikarenakan Zat besi yang
terdapat dalam ASI lebih mudah diserap daripada yang terdapat dalam susu sapi.
Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan susu sapi dan susu
formula adalah selenium, yang sangat berfungsi pada saat pertumbuhan anak cepat
(Hendarto dan Pringgadini, 2008).

2.2

ASI Eksklusif
Menurut Departemen Kesehatan melalui direktorat Jendaral Bina Kesehatan

Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat (2005). Air Susu Ibu Eksklusif yang
selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 Tahun 2012).
Pemberian ASI secara mutlak, penting dilakukan, mengingat manfaat yang
akan diperoleh si bayi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) hal ini untuk
menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi secara optimal. Karena di usia ini,
bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna untuk mencerna makanan atau
minuman lain. Meski begitu, kebutuhan si buah hati akan zat gizi akan terpenuhi jika
mengonsumi ASI. ASI Eksklusif adalah memberikan makanan dan minuman lain

Universitas Sumatera Utara

20

kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia enam bulan kecuali vitamin dan obat.
Menurut Roesli (2000) yang dimaksud ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja tanpa tambahan cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, the, air putih
dan tanpa makanan tambahan padat seperti pisang, papaya, buuk susu, biscuit, bubur
nasi dan tim. Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya
empat bulan, tetapi bila dimungkinkan sampai enam bulan.
Adapun alasan pemberian ASI eksklusif adalah:
1.

ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh
kembang sampai umur 6 bulan. Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi
lumat atau pisang hanya akan mendapat karbohidrat, sehingga zat gizi yang
masuk tidak seimbang.

2.

Bayi dibawah usia 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang sempurna,
sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung
beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan.

3.

Ginjal bayi yang masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan
tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat
memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi.

4.

Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi
bayi misalnya zat warna dan zat pengawet.

5.

Makanan tambahan bagi bayi yang mudah menimbulkan alergi.

Universitas Sumatera Utara

21

2.2.1 Manfaat Pemberian ASI Ekslusif
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat
dirasakan. Berikut manfaat terpenting yang diperoleh bagi:
1. Bayi
Manfaat asi eksklusif bagi bayi terdiri dari beberapa aspek antara lain:
a.

Aspek Nutrisi
ASI adalah makan yang sempurna dengan kadar nutrisi seimbang, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Jika dibandingkan dengan susu formula, ASI
mengandung kebutuhan nutrisi yang leih lengkap dan ideal untuk
pertumbuhan, kesehatan serta kecerdasan bayi. Berbagai zat gizi terdapat
dalam ASI yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Kolostrum merupakan sumber zat gizi utama bagi bayi baru lahir yang
mengandung zat kekebalan Immunoglobulin A untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi terutama ISPA dan diare. Selain itu juga
mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan
lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari
pertama kelahiran.

b.

Aspek Meningkatkan Daya Tahan Tubuh (Immunologi)
ASI bermanfaat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Pada awalnya bayi
sudah dibekali imunoglobin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari ibunya
melalui plasenta. Tapi, segera bayi lahir kadar imunoglobin akan turun cepat
sekali. ASI merupakan makanan yang mengandung zat anti infeksi, bersih dan

Universitas Sumatera Utara

22

bebas kontaminasi. Kolostrum pada ASI mengandung zat kekebalan 10-17
kali lebih tinggi dari susu matang. Zat ini melindungi bayi dari penyakit siare,
infeksi telinga, batuk dan alergi. Hal inilah yang menyeabkan bayi yang
dierikan ASI Ekslusif lebih sehat dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan
ASI Ekslusif (Sears, 2007). Di dalam ASI terkandung :
1) Immunoglobulin E (IgE) yang sekretorinya tidak diserap tetapi dapat
melumpuhkan bakteri pathogen E.coli dan berbagai virus pada saluran
pencernaan.
2) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan
yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
3) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.coli dan
salmonella) dan virus.
4) Faktor

Bifidus,

sejenis

karbohidrat

yang

mengandung

nitrogen,

menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga
keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan
bakteri yang merugikan.
c.

Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
ASI dilengkapi dengan zat-zat gizi yang berguna untuk pertumbuhan otak dan
tidak didapatkan pada susu formula seperti taurin, laktosa dan asam lemak
ikatan panjang. Sebuah studi pada bayi prematur di Inggris menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

23

bahwa bayi prematur yang diberikan ASI memiliki Intelectual Question (IQ)
lebih tinggi 8,3 poin dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI (Sears,
2007). Dengan memberikan ASI Ekslusif sampai bayi berusia enam bulan
akan menjamin tercapainya perkembangan potensi kecerdasan anak secara
optimal.
d.

Manfaat kesehatan lainnya
Menurut Sears (2007) pemberian ASI memberikan manfaat untuk stimulasi
penglihatan yang baik, pencegahan infeksi telinga, memiliki barisan gigi yang
kuat, jantung lebih sehat, proses pencernaan yang baik, jarang mengalami
infeksi usus dan sembelit, memiliki tubuh yang lebih ramping, dan terhindar
dari diabetes.

2.

Ibu
Manfaat ASI Eksklusif bagi bayi terdiri dari beberapa aspek antara lain:
a.

Aspek Kesehatan
Menurut Roesli (2000), bayi yang disusui segera setelah melahirkan akan
mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan. Hal ini dikarenakan pada
saat ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang menyebabkan
vasokonsktiksi sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

b.

Aspek Keluarga Berencana
Memberikan ASI Ekslusif pada bayi dapat menunda haid dan terjadinya
kehamilan, hal ini disebabkan pada saat menyusui terjadinya peningkatan

Universitas Sumatera Utara

24

kadar oksitosin yang menyebabkan vasokonsktiksi sehingga perdarahan akan
lebih cepat berhenti.
c.

Aspek Psikologis
Laktasi adalah salah satu proses interaksi antara bayi dan ibu yang saling
mempengaruhi. Pertumbuhan perkembangan psikologis bayi tergantung pada
ikatan bayi dengan ibu tersebut. Ikatan masih kasih sayang antara ibu dengan
bayi terjadi disebabkan berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit, aroma
yang khas antara ibu dengan bayi.

d.

Mengurangi Risiko Terjadinya Anemia
Aktivitas

menyusui

menyebabkan

kontraksi

pada

otot

polos

yang

menyebabkan kontraksi pada otot polos yang menyebabkan uterus mengecil
dan kembali ke bentuk normal. Gerakan mengecilnya uterus akan mengurangi
risiko perdarahan. Perdarahan secara terus-menerus dapat menyebabkan
anemia (Garwati, 2010)
e.

Lebih Cepat Ramping
Tubuh mengubah lemak yang tertimbun selama hamil menjadi energi. Saat
menyusui dibutuhkan energi yang cukup. Dengan demikian berat badan ibu
yang menyusui akan lebih cepat kembali ke erat badan sebelum hamil (Roesli,
2000).

f.

Mengurangi Resiko Kanker
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker payudara. Angka kejadian kanker akan

Universitas Sumatera Utara

25

berkurang 25% jika memberikan ASI Eksklusif dan menjalankannya sampai 2
tahun. menyusui juga mengurangi resiko kankaer indung telur sebesar 20-25%
(Roesli, 2000).
3.

Negara
Pemberian ASI Eksklusif akan menghemat devisa negara dalam hal untuk
pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.
Menghemat subsidi biaya kesehatan masyrakat, obat-obatan, tenaga dan sarana
kesehatan. Menciptakan/ menjamin sumber daya manusia yang tangguh dan
berkualitas untuk membangun negara (Depkes, 2002).

2.2.2 Masalah dalam Pemberian ASI
1. Putting susu lecet
Putting susu lecet dapat disebabkan trauma pada putting susu saat menyusui,
selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting
susu sebenarnya bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
Penyebab :
a. Teknik menyusui yang tidak benar.
b. Putting susu terpapar oleh sabun, krim, alcohol ataupun zat iritan lain saat ibu
membersihkan putting susu.
c. Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
d. Bayi dengan tali lidah pendek.
e. Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.

Universitas Sumatera Utara

26

2. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontiniu, sehingga
sisa ASI terkumpul pada daerah duktus.Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah
melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan putting susu yang
tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
3. Saluran susu tersumbat
Penyebab tersumbatnya saluran susu pada payudara adalah :
a. Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran, hal ini terjadi sebagai
akibat air susu jarang dikeluarkan.
b. Adanya penekanan saluran air susu dari luar.
c. Pemakaian bra yang terlalu ketat.
d. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara.Mastitis ini dapat terjadi kapan saja
sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke28 setelah kelahiran.
Penyebab :
a. Payudara bengkak karena menyusui yang jarang/tidak adekuat
b. Bra yang terlalu ketat
c. Putting susu lecet dan menyebabkan infeksi.
d. Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi anemia.

Universitas Sumatera Utara

27

e. Abses payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis.Abses payudara terjadi apabila
mastitis tidak ditangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.Payudara tampak
lebih parah, lebih mengkilap dan berwarna merah dan ada benjolan terasa lunak
karena berisi nanah.

2.3

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeberian ASI eksklusif antara lain:

1. Umur
Menurut Wawan & Dewi (2010) usia adalah umur individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang
yang belum tinggi kedewasaannya.
Menurut Rahayu (2007) bahwa umur dapat mempengaruhi sikap ibu dalam
pemberian ASI pada bayinya. Pada dasarnya ibu yang berumur muda tidak mau
memberikan ASI disebabkan karena takut merasa sakit pada saat menyusui dan takut
payudaranya akan rusak. Ibu yang berumur antara

26-30 tahun lebih mengerti

tentang pentingnya memberikan ASI pada bayinya. Wanita dewasa berumur antara
36-40 tahun yang tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya bukan berarti
mereka tidak mengerti akan manfaat pemberian ASI pada bayinya, tapi hal ini lebih
dihadapkan pada kurangnya produksi ASI.

Universitas Sumatera Utara

28

2.Paritas
Pengalaman menyusui bagi ibu merupakan suatu riwayat menyusui yang akan
mempengaruhi proses menyusui selanjutnya. Menurut Nelson (2000) pengalaman
menyusui yang baik akan mendorong keinginan ibu untuk menyusui kembali pada
kelahiran bayi berikutnya. Sebaliknya pengalaman yang buruk akan membuat ibu
menjadi trauma untuk mulai menyusui kembali. Petugas kesehatan perlu mengetahui
pengalaman ibu sehubungan dengan pemberian makanan bayi. Hal ini berkaitan
dengan jumlah anak yang pernah disusui ibunya, di mana menurut Sajogyo et al.
(1994) perlu ada jarak antara kelahiran anak yang satu dengan kehamilan berikutnya
setidaknya 18 bulan sampai 2 tahun agar ibu memiliki kesempatan untuk menyusui.
Keadaan fisik ibu akan terlalu berat jika harus menyusui dan hamil lagi. Di samping
itu kehamilan juga akan mengurangi jumlah ASI yang dikeluarkan bahkan mungkin
berhenti sama sekali.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup (Hidayat, 2005). Menurut Notoadmodjo (2010)
sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah
mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.
Menurut Firmansyah dan Mahmudah (2012) yang mengutip pendapat Salfina
Tahun 2003 dalam penelitiannya mengatakan bahwa 75,6% ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus

Universitas Sumatera Utara

29

sebagai pekerja lepas (buruh). Selain itu 13,33% ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap bayinya serta 23,02%
masih membuang kolostrumnya.
4. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah
kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan
bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu
akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu bekerja menghabiskan
waktu ditempat kerja sehingga kecil kemungkinan untuk menyusukan atau
mempengaruhi terhadap intensitas menyusui, sedangkan ibu yang tidak bekerja dapat
dengan mudah meyusukan anak apabila anak membutuhkan.
5. Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Soemardjan dan
Soemardi (dalam Soekanto, 2007) merumuskan, kebudayaansebagai semua hasil
karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah(material culture) yang diperlukan
oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnyaagar kekuatan serta hasilnya dapat
diabadikan untuk keperluan masyarakat. Pemberian ASI tak lepas dari tatanan
budaya. Perilaku dibentuk oleh kebiasaan, yang diwarnai oleh adat (budaya), tatanan

Universitas Sumatera Utara

30

norma yang berlaku di masyarakat (sosial), dan kepercayaan (agama). Menurut
triandisi menyatakan bahwa kebanyakan budaya yang ada dimasyarakat tercermin
dalam kognisi dan asumsi tak diperiksa yang dirasakan bersama (shared). Budaya
merupakan fenomena yang sulit didefinisikan dengan kaitanya makanan hampir
selalu dipandang sebagai bagian utama budaya. Akan tetapi budaya dipandang
sebagai faktor utama yang mempengaruhi pemilihan makanan tertentu.Kesukaan
pada intensitas cita rasa tertentu terhadap makanan ditemukan beragam antar budaya
yang ternyata bergantung jenis dan bahan makanannya.Secara keseluruhan variasi
kultur budaya berpengaruh pada pemilihan tingkat cita rasa bersifat spesifik terhadap
bahan makanan yang dibutuhkan.Oleh karena itu, variasi budaya dimasyarakat sangat
berpengaruh pada pemilihan makanan yang disebabkan oleh pengalaman, kebiasaan
makan, dan sikap seseorang terhadap makanan (Basha A. 2007).
Studi antropologi yang dilakukan oleh Pratiwi mengenai pandangan budaya
dalam sistem perawatan bayi di pulau Lombok menggambarkan bahwa penduduk
setempat sering menganggap baha air susu ibu tidak cukup membuat bayi cepat besar
dan kuat. Karena itu makanan tambahan diberikan pada usia bayi yang sangat dini.
Pada usia tiga hari kelahirannya, ia sudah diberi nasi pakpak, ialah nasi yang telah
dikunyah dulu oleh seorang ibu hingga agak lembut, lalu disuapkan pada bayi.
Pemberian makanan tambahan bagi bayi tidak hanya dimksudkan untuk memenuhoi
kebutuhan biologisnya semata, tetapi memberikan makna simbolis sebagai lambing
kasinh saying ibu agar sifat baik ibu menurun pada bayi.

Universitas Sumatera Utara

31

Mustamin (1998) dalam bukunya membahas pengaruh budaya terhadap
pemberian ASI pada masyarakat To Bunggu. ASI keluar beberapa jam setelah
kelahiran pada masyarakat dan kolostrum yang keluar harus dibuang karena
masyarakat menganggap kolostrum dapat membuat bayi sakit perut. Masyarakat
beranggapan bayi harus mulai diberi makanan tambahan saat bayi sudah sering
menangis ketika diberi ASI. Hal ini mununjukkan budaya memberikan pengaruh
yang besar terhadap pemberian ASI eksklusif karena masyarakat lebih percaya pada
pengetahuan budaya yang mereka peroleh.
ASI keluar beberapa jam setelah kelahiran pada masyarakat dan kolostrum
yang keluar harus dibuang karena masyarakat menganggap kolostrum dapat membuat
bayi sakit perut.Masyarakat beranggapan bayi harus mulai diberi makanan tambahan
saat bayi sudah sering menangis ketika diberi ASI. Hal ini menunjukkan budaya
memberikan pengaruh yang besar terhadap pemberian ASI Eksklusif karena
masyarakat lebih percaya pada pengetahuan budaya yang meraka peroleh.
Hasil penelitian yang dilakukan Ludin di Pekan Baru tahun 2010 menyatakan
bahwa hambatan paling utama dalam pemberian ASI Eksklusif adalah faktor budaya,
dimana ibu-ibu yang mempunyai bayi masih dibatasi oleh kebiasaan, adat istiadayat
maupun kepercayaan yang telah menjadi tata aturan kehidupan suatu wilayah, dimana
faktor budaya tersebut mempunyai kecenderungan mengarahkan perilaku ibu untuk
tidak memberikan ASI Eksklusif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhanny (2012) menyatakan
bahwa ditemukan adanya hubungan antara tradisi/budaya pada ibu di Puskesmas

Universitas Sumatera Utara

32

Rumbai dengan pemberian ASI Eksklusif. Tradisi/budaya yang ada biasanya
memberikan madu, air putih, susu formula, memberikan pisang, bubur kepada bayi
karena sering menangis terus dan masih terlihat lapar. Sedangkan penelitian Widodo
(2001) di Jawa Barat mengungkapkan bahwa madu, air madu, air matang dan susu
formula diberikan kepada bayi baru lahir alasan pemberian makanan. Minuman ini
adalah ASI belum keluar, agar bayi tidak lapar, disarankan oleh orang tua dan ibu
belum kuat menyusui bayinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Media (2005) menyatakan bahwa faktor
budaya merupakan faktor yang melatarbelakangi pemberian ASI Eksklusif.
Pemberian madu, air putih, pisang, bubur dan biskuit pada bayi usia dini merupakan
pola perilaku yang dilakukan turun-temurun yang didasari nilai-nilai masyarakat
setempat, sehingga menyebabkan ibu-ibu tidak bisa memberikan ASI secara
Eksklusif. Pola perilaku/kebiasaan tersebut merupakan hambatan budaya terhadap
pemberian ASI Eksklusif.
6. Dukungan Keluarga
Secara Harfiah, dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang
lain baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan
kegiatan. Maka seorang ibu tentu sangat membutuhkan dukungan keluarga dalam
membantunya memberi ASI kepada bayi. Ketika ibu memutuskan untuk menyusui
bayinya, komunikasikan keputusan tersebut dengan keluarga agar mereka dapat
berperan dalam membantu ibu. Keluarga dimaksud tentunya yang pertama sekali

Universitas Sumatera Utara

33

adalah suami, orang tua dan mertua, saudara/ipar dan anggota keluarga lainnya
termasuk pengasuh atau asisten rumah tangga (Nurani, 2013).
Keluarga adalah orang terdekat yang akan menemani dan membantu ibu dan
bayi mulai dari masa kehamilan, kelahiran hingga saat menyusui. Ibu juga akan
meminta bantuan keluarga untuk mengasuh dan menjaga buah hati di kala ibu tidak
sedang berada di rumah. Keluarga adalah tempat di mana ibu bisa percaya dan yakin,
saling menjaga, dan mengasihi, jujur dan ikhlas dalam membantu ibu. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dukungan (support) yang besar dan tulus justru berasal dari
keluarga di kala ibu mengalami permasalahan (Nurani, 2013).
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarga yang ini didukung dengan salah satu fungsi keluarga yaitu fungsi
perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care fuction), fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan
kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan,
sampai dengan rehabilitasi. Dukungan sosial dan psikologis sangat diperlukan oleh
setiap individu di dalam setiap siklus kehidupan, dukungan sosial akan semakin
dibutuhkan pada saat seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah
peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat
Salah satu dukungan keluarga yang dapat di berikan yakni dengan melalui perhatian
secara emosi, diekspresikan melalui kasih sayang dan motivasi anggota keluarga yang
sakit agar terus berusaha mencapai kesembuhan (Ferry, 2009).

Universitas Sumatera Utara

34

Peran keluarga sangat besar dalam menjaga atau mempertahankan integritas
seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Keluarga merupakan orang yang
berada dalam keadaan stres akan mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan
adanya dukungan tersebut, maka diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang
terjadi. Selain berperan dalam melindungi seseorang terhadap sumber stres, dukungan
keluarga juga memberikan pengaruh positif terhadap kondisi kesehatan seseorang.
Seseorang dengan dukungan keluarga dengan baik dapat mengatasi masalah lebih
baik. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus
kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan
keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.
Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Faktor
yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi
orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan
orang tua dan tingkat pendidikan (Friedman, 2010).
Setelah keluarga mengetahui dan memiliki pemahaman yang sama mengenai
ASI maka tidaklah sulit bagi ibu untuk meneruskan perjuangan ibu dalam
memberikan ASI. Dengan demikian, kehadiran dan keterlibatan keluarga dapat
menentukan sukses atau tidaknya ibu menyusui (Nurani, 2013).
House dan Khan (1985) dalam friedman (2010) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki empat fungsi dukungan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

35

1. Dukungan Emosional
Dukungan emosional memberikan ibu perasaan nyaman, merasa dicintai, bantuan
dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat kepada iu dalam
membeikan ASI ekslusif.
2. Dukungan Instrumental
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan
pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian barang, makanan serta
pelayanan. dimana benda atau jasa yang diberikan akan membantu memecahkan
masalah, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, menyediakan
transportasi, membantu pekerjaan rumah, menyediakan peralatan yang dibutuhkan
oleh ibu saat menyusui.
3. Dukungan instrumental keluarga merupakan fungsi ekonomi dan fungsi perawatan
kesehatan yang diterapkan keluarga terhadap anggota keluarga. fungsi ekonomi
keluarga merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi semua kebutuhan anggota
keluarga termasuk kebutuhan kesehatan anggota keluarga, dalam hal ini keluaraga
perlu memberi dukungan berupa dana untuk memenuhi asupan gizi ibu menyusui,
keluarga juga ikut membantu ibu menyusui dalam mengerjakan tugas pekerjaan
rumah sehari-hari ataupun keluarga bersedia meluangkan waktu untuk menemani
ibu saat menyusui bayi.

Universitas Sumatera Utara

36

4. Dukungan Informasi
Dukungan informasi merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh
keluarga dalam bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan
memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan oleh ibu
menyusui dalam upaya peningkatan status kesehatannya. Pada saat ini mudah
mendapatkan sumber-sumber informasi seperti buku, alamat situs atau web,
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu menyusui tentang ASI Eksklusif,
manfaat ASI Eksklusif, pemenuhan gizi ibu menyusui, dan lain sebagainya.
5. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan adalah dukungan dari keluarga dalam bentuk memberikan
umpan balik, membingbing dan memberikan penghargaan melalui respon positif.
Keluarga bertindak untuk membimbing dan menengahi pemecahan masalah,
sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan
support, penghargaan dan perhatian.
7.Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan sendiri, baik itu dokter, bidan, perawat
maupunkader kesehatan, sebenarnya memiliki peran yang sangat penting dalam
menunjangkeberhasilan

memberikan

ASI

eksklusif.Dokter

atau

pun

bidan

harusmembicarakan manfaat menyusui selama pertengahan semester kehamilan
danmeyakinkan serta menjelaskan dengan bijaksana kepada ibu. Studi kualitatif oleh
ikawati dan Syafiq (2009) menunjukkan dukungan tenaga pertolongan persalinan
paling nyata berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif. Penelitian

Universitas Sumatera Utara

37

Lestarie (2004) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas
kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.
Teori Green fasilitaspelayanan kesehatan seperti puskesmas,rumah sakit,
poliklinik, posyandu, polindes,pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta
merupakan

faktor

pendukung(enabling

factors)yang

memungkinkanterjadinya

perilaku kesehatan termasukpemberian MP-ASI tepat pada waktunya.Frekuensi yang
lebih sering ke tempatpelayanan kesehatan memungkinkankesempatan untuk
memberikan pengetahuan dari petugas pelayanankesehatan lebih besar.

2.4

Landasan Teori
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Secara lebih terinci perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007),
meliputi:
a.

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yang meliputi: a) peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior) misalnya berperilaku hidup
sehat makan makanan bergizi, olahraga, b) perilaku terhadap pencegahan
penyakit (health prevention behavior) yang termasuk didalamnya imunisasi,
perilaku pemeriksaan kehamilan, c) perilaku pencarian pengobatan (health
seeking behavior), d) perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabilitation behavior).

Universitas Sumatera Utara

38

b.

Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan.

c.

Perilaku terhadap makanan.

d.

Perilaku terhadap lingkungan kerja.
Kerangkan teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari beberapa landasan

teori perubahan perilaku kesehatan. Green and Kruiter dalam Glanz (2005),
mengemukakan ada 3 faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan yaitu:
1.

Faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor antesenden terhadap
perilaku yang menjadi dasar atau motivasi perilaku dan yang termasuk
didalamnya adalah: pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai-nilai, norma serta
persepsi individu untuk melakukan tindakan.

2.

Faktor pemungkin (Enabling factor), merupakan faktor anteseden terhadap
perilaku yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana dan yang
termasuk dalam faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana kesehatan.

3. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah konsekuensi dari perilaku yang
ditentukan apakah pelaku menerima umpan balik yang positif atau negatif dan
mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku dilakukan. Faktor penguat
mencakup: dukungan sosial dari tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, keluarga,
pengaruh sebaya.
Menurut Anderssen (1995), ada 3 kategori utama dalam health system model
(model kepercayaan terhadap penggunaan pelayanan kesehatan). Karakteristik
predisposisi (presdisposing characteristics), bahwa semua individu mempunyai
kecendrungan yang berbeda-beda untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

39

disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga
kelompok yakni: ciri demografi (umur, jenis kelamin), struktur sosial (tingkat
pendidikan, pekerjaan, ras), serta mempunyai keyakinan bahwa pelayanan kesehatan
dapat menolong proses penyembuhan.
1.

Karakteristik pendukung (enabling characteristics), hal ini mencerminkan bahwa
meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia
tidak akan bertindak menggunakan kecuali bila ia mampu menggunakannnya.
Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan
konsumen untuk membayar.

2.

Karakteristik kebutuhann (need characteristics)
Kebutuhan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan
kesehatan bila faktor predisposisi dan pendukung. Karakteristik ini terbagi dua
yaitu perceived (persepsi seseorang terhadap kesehatannya) dan evaluated (gejala
dan diagnosis penyakit). Adapun skema modifikasi teori Green and Kruiter
dalam Glanz (2008), dan teori Andersen (1995), dipaparkan dan dirangkum
dalam suatu landasan teori berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

40

Predisposing Faktor
Knowledge
Beliefs
Values
Attitude
Confidance
Capacity
Enabling Factors
Availability of health
resources
Accesibility of health
resources
Community / goverment
laws priority
Commitment to health
Health related skills

Reinforcing Factors
Family
Peers
Tescher
Employers
Health provider
Decision making

Perdisposing
Characteristics
Demographic
Social

Specific
behavior by
individuals or
organizations

Enabling
resources
Personal/
Family

Community

Need
Perceived
(subject
assessment)
Evaluated
(clinical

Gambar 2.1 Skema Modifikasi Teori Green and Kruiter dalam Glanz
(2008)dan Teori Andersen (1995)

Universitas Sumatera Utara

41

2.5

Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan

pada bagan berikut ini :
Variabel Independen

Variabel Dependen

Faktor Predisposisi
1. Umur
2. Paritas
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Budaya

Pemberian ASI
Eksklusif
Faktor Pendorong
1. Dukungan Keluarga
2. DukunganPetugas
Kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian ASI Eksklusif.
Variabel indepanden dalam penelitian ini adalah predisposisi (umur, paritas,
pendidikan, pekerjaan dan budaya) danfactor pendorong (dukungan keluarga dan
dukungan petugas kesehatan).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

5 76 84

Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

13 77 118

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendorong dan Pendukung terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

1 49 94

Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007

0 27 61

Faktor Predisposisi Penghambat Ibu Dalam Menyusui Bayi Secara Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kiaracondong Bandung.

0 0 14

Pengaruh Faktor Predisposisi Dan Pendorong Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Karang Tebing Tinggi Tahun 2015

0 0 19

Pengaruh Faktor Predisposisi Dan Pendorong Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Karang Tebing Tinggi Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Faktor Predisposisi Dan Pendorong Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Karang Tebing Tinggi Tahun 2015

0 0 11

Pengaruh Faktor Predisposisi Dan Pendorong Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Karang Tebing Tinggi Tahun 2015

0 1 3

Pengaruh Faktor Predisposisi Dan Pendorong Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Karang Tebing Tinggi Tahun 2015

0 0 31