Pengaturan Ketentuan Sanksi Pidana Dalam Peraturan Daerah

33

BAB II
PENGATURAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH

A. Pengaturan Sanksi Pidana dalam Peraturan Daerah Ditinjau dari Aspek
Hukum Pidana Substantif.

Pasal 103 KUHP menyebutkan bahwa ketentuan-ketentuan dalam Bab
I sampai dengan Bab VIII KUHP juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang
oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana kecuali jika
oleh undang-undang ditentukan lain. Ketentuan Pasal 103 tersebut menjadi
pedoman pembentuk Undang-undang dalam menentukan garis kebijakan
pemidanaan dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah berikut dengan peraturan pelaksanaannya (termasuk Peraturan Daerah).
Garis kebijakan yang berkenaan dengan ketentuan-ketentuan hukum pidana
substantif dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dan peraturan
pelaksanaannya mengacu pada ketentuan umum KUHP.
Kebijakan sanksi pidana yang demikian ini tidak dapat dilepaskan dari
anggapan yang memandang bahwa KUHP sebagai induk dari keseluruhan
peraturan pidana, sehingga praktik legislatif tampaknya menggunakan pola

pemidanaan menurut KUHP sebagai acuan atau pedoman dalam membuat
peraturan perundang-undangan pidana lainnya.

33

Universitas Sumatera Utara

34

Beberapa ketentuan hukum pidana substantif dalam KUHP yang
dijadikan acuan atau pedoman antara lain berkenaan dengan kualifikasi tindak
pidana, perumusan sanksi pidana, jenis sanksi pidana, jumlah atau lamanya
ancaman pidana. Namun dalam kenyataannya, ada beberapa ketentuan hukum
pidana substantif dalam KUHP yang diterapkan dalam pemidanaan di Peraturan
Daerah mengalami kendala dalam penerapannya. Atas dasar hal tersebut perlu
dilakukan pembaharuan hukum pidana substantif yang ada dalam KUHP.
Ketentuan hukum pidana substantif dalam KUHP yang selama ini
digunakan sebagai dasar dalam pembentukan Peraturan Daerah harus dilakukan
perubahan mendasar. Seberapa jauh perubahan mendasar hukum pidana
substantif tersebut mampu menunjang kebijakan sanksi pidana dalam Peraturan

Daerah, akan dibahas dalam uraian dibawah ini.
1. Pola Jenis Sanksi Pidana
Kebijakan sanksi pidana Peraturan Daerah selama ini mengacu pada
jenis-jenis pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHP. Jenis pidana pokok
yang digunakan yakni, pidana kurungan dan pidana denda. Pidana tambahan
berupa perampasan barang-barang tertentu. Selain menggunakan sanksi
pidana yang diatur dalam KUHP, Peraturan Daerah juga menggunakan
sanksi administrasi.
Penggunaan sanksi pidana dalam perundang-undangan administrasi
sifatnya merupakan pemberian peringatan (prevensi) agar substansi yang

Universitas Sumatera Utara

35

telah diatur didalam perundang-undangan tersebut tidak dilanggar. Pada
umumnya tidak ada gunanya memasukkan kewajiban-kewajiban atau
larangan-larangan bagi para warga dalam perundang-undangan administrasi,
manakala aturan-aturan tingkah laku itu tidak dapat dipaksakan oleh tata
usaha negara.34

W.F Prins mengemukakan seperti yang dikutip Philipus M. Hadjon
“hampir setiap peraturan berdasarkan hukum administrasi diakhiri “in cauda
venenum” dengan ketentuan pidana (“in cauda venenum” secara harfiah
berarti: ada racun di ekor/buntut).35 Berkaitan dengan hal tersebut,
Paulscholten mengemukakan pula bahwa hukum pidana memberikan sanksi
luar biasa, baik kepada beberapa kaidah hukum umum, maupun kepada
peraturan hukum administrasi.36
Keberadaan sanksi pidana dalam hukum administrasi ini menurut
Barda Nawawi Arif pada hakikatnya merupakan perwujudan dari kebijakan
menggunakan

hukum

pidana

sebagai

sarana

untuk


menegakkan/

melaksanakan hukum administrasi atau dengan kata lain merupakan bentuk
“fungsionalisasi/operasionalisasi/instrumentaliasi hukum pidana di bidang
hukum administrasi”.37 Siti Sundari Rangkuti mengemukakan bahwa fungsi
sanksi pidana administrasi terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu
34

Philipus, M. Hadjon, dkk., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Op. Cit., hlm. 245.
Ibid, hlm. 45 dan 46.
36
W.F Prins, 1983, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Pradnya Paramitha, Jakarta,
35

hlm. 17.
37

Barda Nawawi Arief, Loc. Cit.


Universitas Sumatera Utara

36

pengendalian perbuatan terlarang. Sanksi pidana administrasi ditujukan
kepada perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang dilanggar
tersebut.38 Keberadaan sanksi pidana dalam hukum administrasi sangat erat
kaitannya dengan usaha-usaha pencapaian tujuan peraturan-peraturan hukum
administrasi itu sendiri.
Jenis-jenis sanksi pidana yang digunakan dalam peraturan daerah ini
erat kaitannya dengan bobot dan kualifikasi tindak pidana yang di atur dalam
Peraturan Daerah. Mengacu pada pembagian kualifikasi delik dalam KUHP
yang membagi kejahatan dan pelanggaran maka Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah secara umum mengkualifikasikan
tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah sebagai pelanggaran.
Terhadap kualifikasi yang demikian tersebut, secara umum legislatif
daerah dalam merumuskan jenis sanksi pidana dalam Peraturan Daerah lebih
menekankan kepada pidana kurungan di alternatifkan dengan pidana denda.
Hanya dalam Peraturan Daerah tertentu seperti Peraturan Daerah tentang
Pajak Daerah di ancam dengan pidana penjara. Tabel dibawah ini

dikemukakan contoh-contoh perumusan sanksi pidana dalam Peraturan
Daerah dalam lingkup Peraturan Daerah di Kota Medan, sebagai berikut:

38

Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Op.
Cit., hlm. 192 - 193.

Universitas Sumatera Utara

37

TABEL
PERUMUSAN TINDAK PIDANA DAN PERUMUSAN SANKSI
PIDANANYA DALAM PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN
NO.

KETERANGAN
PERDA


PERBUATANPERBUATAN YANG
DIKRIMINALISASIKAN

PERUMUSAN SANKSI
PIDANA/ADMINISTRASI

1

2

3

4

Pasal 101 ayat (1):
Setiap kerugian daerah akibat
kelalaian,
penyalahgunaan/
pelanggaran
hukum

atas
pengelolaan
barang
milik
daerah.

Sanksi Pidana:
Pelanggaran tersebut dalam
Pasal 101 ayat (1), (2) dan (3)
dapat dipidana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

1.

Perda Kota Medan No. 1
tahun 2009 Tentang
Pengelolaan Barang Milik
Daerah


Pasal 101 ayat (2):
Sanksi Administrasi:
Setiap
orang
yang Tuntutan ganti rugi
mengakibatkan kerugian daerah
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
Pasal 101 ayat (3):
Setiap
orang
yang
memanfaatkan/menguasai
barang milik daerah tanpa
dilengkapi dengan dokumen
perjanjian yang sah atau yang
diatur dalam Peraturan Daerah
ini.
2.


3.

4.

Perda Kota Medan No. 2
tahun 2009 Tentang
Urusan Pemerintahan Kota
Medan
Perda Kota Medan No. 3
tahun
2009
Tentang
Pembentukan
Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kota Medan.
Perda Kota Medan No. 5
tahun
2009
Tentang

Perubahan atas Peraturan
Daerah Kota Medan No. 1
Tahun
2005
tentang

Tidak ada perbuatan
dikriminalisasi

yang Tidak ada pencantuman sanksi
pidana dan/atau administrasi.

Tidak ada perbuatan
dikriminalisasi

yang Tidak ada pencantuman sanksi
pidana dan/atau administrasi.

Tidak ada perbuatan
dikriminalisasi

yang Tidak ada pencantuman sanksi
pidana dan/atau administrasi.

Universitas Sumatera Utara

38

5.

Kedudukan Protokoler dan
Keuangan Pimpinan dan
Anggota
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Medan
Perda Kota Medan No. 6
tahun
2009
Tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir dan Balita (KIBBLA)

Pasal 37 ayat (1):
Pelanggaran
ketentuan Pasal
dikenakan Sanksi.

Sanksi Pidana:
terhadapat Tidak dicantumkan.
8, dapat
Sanksi Administrasi:
Sanksi administrasi
Pasal 37 ayat (2):
berdasar kan peraturan
Sanksi administrasi sebagai- perundang-undangan.
mana dimaksud pada ayat (2)
berupa
peringatan
lisan,
peringatan tertulis, penutupan
sementara, pencabutan izin dan
penutupan kegiatan.
Pasal 37 ayat (3):
Penerapan sanksi sebagaimana
dimaksud ayat (2) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Kepala
Daerah.

6.

7.

8.

Perda Kota Medan No. 7
tahun 2009 tentang PokokPokok Pengelolaan Daerah.
Perda Kota Medan No. 8
tahun
2009
tentang
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
Kota
Medan Tahun 2006 - 2025.
Perda Kota Medan No. 9
tahun
2009
tentang
Retribusi Izin Pengelolaan
Pengeboran, Pengambilan
dan
Pemanfaatan
Air
Bawah Tanah di Kota
Medan.

Tidak ada perbuatan yang
dikriminalisasi

Tidak ada pencantuman sanksi
pidana dan/atau administrasi.

Tidak ada perbuatan yang
dikriminalisasi

Tidak ada pencantuman sanksi
pidana dan/atau administrasi.

Pasal 28 ayat (1):
Barang siapa melakukan
pengeboran, pengambilan dan
pemanfaatan air bawah tanah
tanpa izin dari Kepala Daerah
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 atau melanggar Pasal 10
ayat (1) atau melalaikan
membayar retribusi
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18.

Sanksi Pidana:
diancam pidana kurungan
selama-lamanya (6) bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah).

Pasal 28 ayat (2):
Selain ancaman pidana

Sanksi Administrasi:
Diatur dalam Pasal 23 ayat (1):
Apabila pembayaran retribusi
dilakukan setelah lewat waktu
yang ditentukan atau kurang
bayar maka dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga 2 %

Universitas Sumatera Utara

39

sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat juga dilakukan
penutupan/penyegelan meter air
atau alat-alat/bangunan air yang
dipakai untuk memakai air
bawah tanah pada perusahaan
yang bersangkutan.
Pasal 28 ayat (3):
Tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2)
adalah tindak pidana
pelanggaran.
9.

10.

11.

Perda Kota Medan No. 10
tahun 2009 tentang
Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah

Pasal 26 ayat (1):
Wajib retribusi yang tidak
mematuhi/melalaikan dan atau
melanggar Pasal 2 ayat (2)
diancam kurungan. (isi pasal 2
ayat (2): setiap pemakaian
kekayaan daerah harus dengan
persetujuan Kepala Daerah dan
dipungut retribusi).

Pasal 26 ayat (2):
Pelanggaran atas peraturan
daerah ini adalah tindak pidana
pelanggaran.
Perda Kota Medan No. 11 Pasal 26 ayat (1):
tahun 2009 tentang Rumah Barang siapa melanggar
Susun.
ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini diancam pidana
kurungan.

Perda Kota Medan No. 14
tahun
2009
tentang
Pengembangan Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah di Kota Medan.

Pasal 26 ayat (2):
Tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah
tindak pidana pelanggaran.
Pasal 32 ayat (1):
Dalam hal ditemukan dokumen
dan/atau informasi yang
diberikan oleh koperasi, usaha
mikro, kecil dan menengah
tidak benar dan/atau
menyalahgunakan fasilitas

(dua persen) perbulan dari
retribusi yang terutang atau
kurang
dibayar
dengan
menerbitkan STRD.
Pasal 23 ayat (2):
Bagi pemegang izin yang
terlambat memperpanjang izin
dikenakan denda administrasi
sebesar 2 % (dua persen) per
bulan dari retribusi yang
dihitung dari saat jatuh tempo.

Sanksi Pidana:
kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak
Rp. 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah).

Sanksi pidana:
Pidana
kurungan
selamalamanya 6 (enam) bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah).

Sanksi Administrasi:
mencabut perizinan yang
menjadi kewenangan
pemerintah daerah.

Universitas Sumatera Utara

40

pengembangan yang
diterimanya maka
pengembangan pada yang
bersangkutan dihentikan dan
dialihkan kepada koperasi,
usaha mikro, kecil dan
menengah lainnya.
Pasal 32 ayat (2):
Barangsiapa yang melanggar
pasal 31 ayat (1) dan ayat (3)
akan dikenakan sanksi
administratif.
Pasal 32 ayat (3):
Bentuk sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berupa
surat peringatan sebanyak dua
kali yang dikeluarkan oleh
dinas.

12.

Perda Kota Medan No. 1
tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan
Administrasi
Kependudukan.

Pasal 32 ayat (4):
Apabila surat peringatan
sebagaimana pada ayat (3) tidak
dijalankan oleh yang
bersangkutan maka pemerintah
daerah akan mencabut perijinan
yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah.
Pasal 66:
Setiap penduduk yang dengan
sengaja memalsukan surat
dan/atau dokumen kepada
Dinas dalam melaporkan
Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting dipidana.

Sanksi Pidana:
dipidana dengan pidana penjara
dan/atau denda sesuai dengan
ketentuan UU No. 23 tahun
2006 tentang Adminsitrasi
Kependudukan.

Pasal 67:
Setiap orang yang tanpa hak
dengan sengaja mengubah,
menambah atau mengurangi isi
elemen data pada dokumen
kependudukan dipidana.

Universitas Sumatera Utara

41

Pasal 68:
Setiap orang yang tanpa hak
mengakses database
kependudukan dipidana.
Pasal 69:
Setiap orang atau badan hukum
yang tanpa hak mencetak,
menerbitkan dan/atau
mendistribusikan blangko
Dokumen Kependudukan
dipidana.
Pasal 70:
Setiap penduduk yang dengan
sengaja mendaftarkan diri
sebagai kepala atau anggota
keluarga lebih dari satu KK
atau untuk memiliki KTP lebih
dari satu dipidana.
Pasal 71:
Dalam hal pejabat dan petugas
pada penyelenggaraan dan
instansi pelaksanaan tindak
pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66, 67, 68, 69 dan
70, pejabat yang bersangkutan
dipidana.

13.

Perda Kota Medan No. 1
tahun 2011 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan.

Pasal 32 ayat (1):
Wajib Pajak yang karena
kealpaannnya tidak
menyampaikan SSPD atau
mengisi dengan tidak benar
atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan
keuangan Daerah dapat
dipidana.

Sanksi pidana:
Pasal 32 ayat (1): Pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.

Pasal 32 ayat (2):
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SSPD atau mengisi dengan

Pasal 32 ayat (2): Pidana
penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau pidana denda paling
banyak 4 (empat) kali jumlah

Universitas Sumatera Utara

42

14.

15.

tidak benar atau tidak lengkap
atau melampirkan keterangan
yang tidak benar sehingga
merugikan keuangan Daerah
dapat dipidana

pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.

Pasal 34 ayat (1):
Pejabat atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana.

Pasal 34 ayat (1): Pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak Rp. 4.000.000,- (empat
juta rupiah)

Pasal 34 ayat (2):
Pejabat atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan
tidak dipenuhinya kewajiban
pejabat sebagaimana dimaksud
dalam pasal 30 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana.
Perda Kota Medan No. 2 Tidak ada perbuatan yang
tahun
2011
tentang dikriminalisasi.
Perubahan atas Peraturan
Daerah Kota Medan No. 3
Tahun
2009
tentang
Pembentukan
Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kota Medan
Perda Kota Medan No. 3 Pasal 29 ayat (1):
tahun 2011 tentang Pajak Pejabat dan tenaga ahli yang
Bumi
dan
Bangunan ditunjuk oleh Kepala Daerah
Perdesaan dan Perkotaan
yang karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam pasal 27 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana.

Pasal 34 ayat (2): Pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda paling
banyak
Rp.
10.000.000,(sepuluh juta rupiah).

Pasal 29 ayat (2):
Pejabat dan tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang dengan sengaja tidak

Tidak ada pencantuman sanksi
pidana dan/atau administrasi.

Sanksi pidana:
Pasal 29 ayat (1): Pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak Rp. 4.000.000,- (empat
juta rupiah).

Pasal 29 ayat (2):
Pidana kurungan paling lama 2
(dua) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp. 10.000.000,-

Universitas Sumatera Utara

43

memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan
tidak dipenuhinya kewajiban
pejabat sebagaimana dimaksud
dalam pasal 27 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana.
16.

Perda Kota Medan No. 4 Pasal 33 ayat (1):
tahun 2011 tentang Pajak Wajib Pajak yang karena
Hotel
kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar
atau dengan tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat
dipidana.

(sepuluh juta rupiah).

Sanksi Pidana:
Pasal 33 ayat (1): Pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak
2 (dua) kali jumlah pajak yang
terutang yang tidak atau kurang
dibayar.

Pasal 33 ayat (2):
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan
Daerah dapat dipidana.

Pasal 33 ayat (2): Pidana
penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau denda paling
banyak 4 (empat) kali jumlah
pajak yang terutang yang tidak
atau kurang bayar

Pasal 35 ayat (1):
Pejabat atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana.

Pasal 35 ayat (1): Pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 4.000.000 (empat
juta rupiah).

Pasal 35 ayat (2):
Pejabat atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan
tidak dipenuhinya kewajiban
pejabat sebagaimana dimaksud

Pasal 35 ayat (2): Pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda paling
banyak Rp. 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah).

Universitas Sumatera Utara

44

dalam Pasal 32 ayat (1) dan
ayat (2) di pidana.
17.

18.

Perda Kota Medan No. 5 Pasal 33 ayat (1):
tahun 2011 tentang Pajak Wajib Pajak yang karena
Restoran
kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar
atau dengan tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat
dipidana.

Sanksi pidana:
Pasal 33 ayat (1): Pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak
2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang
bayar.

Pasal 33 ayat (2):
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan
Daerah dapat dipidana.

Pasal 33 ayat (2): Pidana
penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau denda paling
banyak 4 (empat) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau
kurang bayar

Pasal 35 ayat (1):
Pejabat atau tenaga ahli yang
dihunjuk oleh Kepala Daerah
yang karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana.

Pasal 35 ayat (1): Pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 4.000.000 (empat
juta rupiah).

Pasal 35 ayat (2):
Pejabat atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan
tidak dipenuhinya kewajiban
pejabat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana.

Pasal 35 ayat (2): Pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 10.000.000
(sepuluh juta rupiah).

Perda Kota Medan No. 6 Pasal 31 ayat (1):
tahun 2011 tentang Pajak Pejabat atau tenaga ahli yang

Sanksi Pidana:
Pasal 31 ayat (1): Pidana

Universitas Sumatera Utara

45

Air Tanah

19.

ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana.

kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 4.000.000 (empat
juta rupiah).

Pasal 31 ayat (2):
Pejabat atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan
tidak dipenuhinya kewajiban
pejabat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1) dan
ayat (2) di pidana.

Pasal 31 ayat (2): Pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 10.000.000
(sepuluh juta rupiah).

Perda Kota Medan No. 7 Pasal 33 ayat (1):
tahun 2011 tentang Pajak Wajib Pajak yang karena
Hiburan
kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar
atau dengan tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat
dipidana.

Sanksi pidana:
Pasal 33 ayat (1): Pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak
2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang
bayar.

Pasal 33 ayat (2):
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan
Daerah dapat dipidana.

Pasal 33 ayat (2): Pidana
penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau denda paling
banyak 4 (empat) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau
kurang bayar.

Pasal 35 ayat (1):
Pejabat atau tenaga ahli yang
dihunjuk oleh Kepala Daerah
yang karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat

Pasal 35 ayat (1): Pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 4.000.000 (empat
juta rupiah).

Universitas Sumatera Utara

46

(1) dan ayat (2) dipidana.
Pasal 35 ayat (2):
Pejabat atau tenaga ahli yang
dihunjuk oleh Kepala Daerah
yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan
tidak dipenuhinya kewajiban
pejabat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana.
20.

Perda Kota Medan No. 10 Pasal 33 ayat (1):
tahun 2011 tentang Pajak Wajib Pajak yang karena
Parkir.
kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar
atau dengan tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat
dipidana.

Pasal 35 ayat (2): Pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 10.000.000
(sepuluh juta rupiah).

Sanksi pidana:
Pasal 33 ayat (1): pidana
kurungan paling lama1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.

Pasal 33 ayat (2):
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan
Daerah dapat dipidana.

Pasal 33 ayat (2): pidana
penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau pidana denda paling
banyak 4 (empat) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau
kurang bayar.

Pasal 35 ayat (1):
Pejabat atau tenaga ahli yang
dihunjuk oleh Walikota yang
karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana.

Pasal 35 ayat (1): pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 4.000.000 (empat
juta rupiah).

Pasal 35 ayat (2):
Pejabat atau tenaga ahli yang
dihunjuk oleh Walikota yang

Pasal 35 ayat (2): pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda paling

Universitas Sumatera Utara

47

dengan sengaja tidak memenuhi
kewajibannya atau seseorang
yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) di
pidana.
21.

Perda Kota Medan No. 11 Pasal 32 ayat (1):
tahun 2011 tentang Pajak Pejabat atau tenaga ahli yang
Reklame
dihunjuk oleh Walikota yang
karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(1) dan ayat (2), dipidana.
Pasal 32 ayat (2):
Pejabat atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Walikota yang
dengan sengaja tidak memenuhi
kewajibannya atau seseorang
yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana.

22.

Perda Kota Medan No. 12 Pasal 33 ayat 1:
tahun 2011 tentang Pajak Wajib Pajak yang karena
Sarang Burung Walet
kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar
atau dengan tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat
dipidana.
Pasal 33 ayat 2:
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan

banyak Rp 10.000.000
(sepuluh juta rupiah).

Sanksi pidana:
Pasal 32 ayat (1): pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 4.000.000 (empat
juta rupiah).

Pasal 32 ayat (2): pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda paling
banyak Rp. 10.000.000
(sepuluh juta rupiah).

Sanksi pidana:
Pasal 33 ayat 1: pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak
2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang
dibayar.

Pasal 33 ayat 2: pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun atau
denda paling banyak 4 (empat)
kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.

Universitas Sumatera Utara

48

Daerah dapat dipidana.

23.

Perda Kota Medan
tahun
2011
Rencana
Tata
Wilayah
Kota
Tahun 2011-2031

No. 13
tentang
Ruang
Medan

Pasal 35 ayat (1):
Pejabat atau tenaga ahli yang
dihunjuk oleh Walikota yang
karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(1) dan ayat (2), dipidana.

Pasal 35 ayat (1): pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 4.000.000 (empat
juta rupiah).

Pasal 35 ayat (2):
Pejabat atau tenaga ahli yang
dihunjuk oleh Walikota yang
dengan sengaja tidak memenuhi
kewajibannya atau seseorang
yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana.

Pasal 35 ayat (2): pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 10.000.000
(sepuluh juta rupiah).

Pasal 70:
Sanksi administratif terhadap
pelanggaran pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (2) huruf a
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara
kegiatan;
c. penghentian sementara
pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. penolakan izin;
g. pembatalan izin;
h. pemulihan fungsi ruang;
dan/atau
i. denda administratif.

Sanksi pidana:
Sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 82:
Pengenaan sanksi pidana
terhadap pelanggaran
pemanfaatan ruang sebaimana
dimaksud dalam pasal 69 ayat
(2) huruf b dilakukan sesuai

Universitas Sumatera Utara

49

dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
24.

Perda Kota Medan No. 16 Pasal 34 ayat (1):
Tahun 2011 tentang Pajak Wajib Pajak yang karena
Penerangan Jalan
kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar
atau dengan tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat
dipidana.

Sanksi Pidana:
Pasal 34 ayat (1): pidana
kurungan atau pidana denda
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
perpajakan.

Pasal 34 ayat (2):
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan
Daerah dapat dipidana.

Pasal 34 ayat (2): pidana
penjara atau pidana denda
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
perpajakan.

Pasal 36 ayat (1):
Pejabat atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Walikota yang
karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana.

Pasal 36 ayat (1): pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 4.000.000 (empat
juta rupiah).

Pasal 36 ayat (2):
Pejabat atau tenaga ahli yang
dihunjuk oleh Walikota yang
dengan sengaja tidak memenuhi
kewajibannya atau seseorang
yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) di
pidana.

Pasal 36 ayat (2): pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 10.000.000
(sepuluh juta rupiah).

Sumber: Kabag. Hukum Pemerintah Kota Medan, tanggal 28 April 2012.

Universitas Sumatera Utara

50

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa selama 3 tahun (2009 s.d.
2011), Pemerintah Kota Medan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Medan telah mengeluarkan 24 Peraturan Daerah, dan apabila di teliti
peraturan daerah tersebut, terdapat 13 peraturan daerah yang mencantumkan
bab sanksi pidana secara khusus, 3 peraturan daerah yang menyebutkan
sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan

8 peraturan daerah tidak mencantumkan pengatuan sanksi

pidana. Penulis menilai bahwa pembuat peraturan di Kota Medan masih
mengandalkan sanksi pidana sebagai instrumen untuk menjalankan kebijakan
pemerintahan daerah.
Sejumlah peraturan daerah tersebut diatas terdapat ketentuan sanksi
pidana yang mencantumkan pengaturan sanksi pidana Peraturan Daerah
maksimum 2 tahun, hal ini telah terjadi penyimpangan sebagai mana
dimaksud dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah pada Pasal 143 disebutkan:
(1) Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan
penegakan hukum, seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar sesuai
dengan peraturan perundangan.
(2) Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
(3) Perda dapat memuat ancaman pidana atau denda selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan yang diatur dalam peraturan
perundangan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

51

Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan juga mengatur tentang pengaturan pidana
pada peraturan daerah, yaitu:
Pasal 15:
(1). Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam;
a. Undang-undang;
b. Peraturan Daerah Provinsi; atau
c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2). Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
huruf c berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
(3) Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dapat
memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan yang diatur dalam
Peraturan Perundang-undangan lainnya.
Adapun

Peraturan

Daerah

Kota

Medan

yang

melakukan

penyimpangan dalam pencantuman sanksi pidana adalah:
No.
1.

Jenis Peraturan Daerah

Sanksi Pidana

Perda Kota Medan No. 1 tahun 2011 Pasal 32 ayat (2):
tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah Wajib Pajak yang dengan
dan Bangunan.
sengaja tidak menyampaikan
SSPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan
keuangan
Daerah
dapat
dipidana
dengan
pidana
penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau pidana denda
paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang

Universitas Sumatera Utara

52

2.

3.

4.

5.

tidak atau kurang dibayar.
Perda Kota Medan No. 3 tahun 2011 Pasal 29 ayat (2):
tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pejabat dan tenaga ahli yang
Perdesaan dan Perkotaan
ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan
tidak dipenuhinya kewajiban
pejabat sebagaimana dimaksud
dalam pasal 27 ayat (1) dan ayat
(2) dipidana dengan Pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun atau pidana denda
paling banyak Rp.
10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah).
Perda Kota Medan No. 4 tahun 2011 Pasal 33 ayat (2):
tentang Pajak Hotel
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan
Daerah dapat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau denda
paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak yang terutang
yang tidak atau kurang bayar.
Perda Kota Medan No. 5 tahun 2011 Pasal 33 ayat (2):
tentang Pajak Restoran
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan
Daerah dapat dipidana. dengan
Pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau denda
paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang bayar
Perda Kota Medan No. 6 tahun 2011 Pasal 31 ayat (2):
tentang Pajak Air Tanah
Pejabat atau tenaga ahli yang

Universitas Sumatera Utara

53

6.

7.

8.

ditunjuk oleh Kepala Daerah
yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan
tidak dipenuhinya kewajiban
pejabat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat
(2) di pidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda
paling banyak Rp 10.000.000
(sepuluh juta rupiah).
Perda Kota Medan No. 7 tahun 2011 Pasal 33 ayat (2):
tentang Pajak Hiburan
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan
Daerah dapat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau denda
paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang bayar.
Perda Kota Medan No. 10 tahun 2011 Pasal 33 ayat (2):
tentang Pajak Parkir
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan
Daerah dapat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau pidana
denda paling banyak 4
(empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau
kurang bayar.
Perda Kota Medan No. 11 tahun 2011 Pasal 32 ayat (2):
tentang Pajak Reklame
Pejabat atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Walikota yang
dengan sengaja tidak memenuhi
kewajibannya atau seseorang

Universitas Sumatera Utara

54

9.

10.

yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan
pidana kurungan paling lama
2 (dua) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp.
10.000.000 (sepuluh juta
rupiah).
Perda Kota Medan No. 12 tahun 2011 Pasal 33 ayat 2:
tentang Pajak Sarang Burung Walet
Wajib Pajak yang dengan
sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau dengan tidak
lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan
Daerah dapat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau denda paling
banyak 4 (empat) kali jumlah
pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.
Perda Kota Medan No. 16 Tahun 2011 Pasal 36 ayat (2):
tentang Pajak Penerangan Jalan
Pejabat atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Walikota yang
dengan sengaja tidak memenuhi
kewajibannya atau seseorang
yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) di
pidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua)
tahun dan pidana denda
paling banyak Rp 10.000.000
(sepuluh juta rupiah).

Pengaturan diatas bila dicermati, pembuat Peraturan Daerah didalam
merumuskan Peraturan Daerah Kota Medan tersebut, menjadikan sanki

Universitas Sumatera Utara

55

pidana mengacu pada Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah, hal ini disebutkan pada:

Pasal Pasal 174 ayat (2):
Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah
dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal Pasal 177:
(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang
karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1) dan ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah).
(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Terhadap peraturan diatas menurut penulis pengaturan peraturan daerah yang
ancaman pidana kurungan lebih dari 6 (enam) bahkan memberikan sanksi
penjara hingga 2 tahun sangat kurang tepat, sebab apabila peraturan daerah
bebas mencantumkan jenis sanksi pidana sesuai dengan peraturan yang lebih
tinggi diatasnya akan menyebabkan kerumitan dalam penerapan sanksinya,
apakah dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di daerah atau
Penyidik POLRI, selanjutnya upaya hukum dapat banding ke Pengadilan

Universitas Sumatera Utara

56

Tinggi atau langsung Kasasi ke Mahkamah Agung, dan apabila tindak pidana
yang diatur didalam Peraturan Daerah lebih ringan hukumannya bila
dibandingkan dengan ketentuan Undang-undang yang mengatur diatasnya,
tentu akan membuat pelaku kejahatan meminta agar mendapatkan
pengaturan hukum yang lebih ringan. Peneliti tesis ini berpendapat Peraturan
Daerah harus tetap memiliki batasan-batasan pengaturan sanksi pidana
sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, tentu dengan memperbaiki
Pasal yang multi tafsir dengan menyebutkan: Peraturan Daerah Provinsi
dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dapat memuat ancaman pidana
kurungan atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan lainnya.

2. Pola Jumlah atau lama (berat-ringannya) Pidana
Praktik legislatif daerah selama ini, terdapat perkembangan dalam
penentuan jumlah atau lamanya sanksi pidana dalam peraturan daerah, hal ini
tidak dapat dilepaskan dari adanya penggantian Undang-undang Nomor 5
Tahun1974 tentang Pemerintahan Daerah yang lama dan digantikan dengan
yang baru yakni Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Kedua Undang-undang inilah yang menjadi dasar

Universitas Sumatera Utara

57

perumusan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah dalam dua masa waktu
yang berlainan ini. Ketentuan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah yang
diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 adalah sebagai
berikut:
“Peraturan daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling
lama enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 50.000,- (lima
puluh ribu rupiah) dengan atau tidak merampas barang tertentu untuk
daerah, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan”.

Sedangkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 143 ayat (2)
mengatur ancaman pidana dalam Peraturan Daerah adalah sebagai berikut:
“Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling
lama enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,(lima puluh juta rupiah)”.

Berdasarkan kedua undang-undang tersebut terlihat bahwa perumusan sanksi
pidana kurungan maupun pidana denda dalam Peraturan Daerah ditentukan
dengan menggunakan sistem sanksi maksimum.
Pola yang dianut oleh kedua Undang-undang tersebut mengikuti pola
KUHP yang menganut sistem atau pendekatan absolut. Arti dari sistem atau
pendekatan absolut ini adalah untuk setiap tindak pidana ditetapkan
“bobot/kualitas”-nya sendiri-sendiri, yaitu dengan menetapkan ancaman

Universitas Sumatera Utara

58

pidana maksimum (dapat juga ancaman minimumnya) untuk setiap tindak
pidana, penetapan maksimum pidana untuk tiap tindak pidana ini menurut
Colin Howard sebagaimana dikutip Barda Nawawi Arief dikenal dengan
istilah sistem indifinite atau sistem maksimum.39
Mengikuti pola KUHP tersebut, berarti pembentuk undang-undang
beranggapan bobot atau tingkat keseriusan atau kualitas tindak pidana yang
diatur dalam Peraturan Daerah tidak begitu serius. Hal ini didasarkan pada
pendapat yang dikemukakan Barda Nawawi Arief bahwa masalah pemberian
bobot dengan menetapkan kualifikasi ancaman pidana maksimumnya
menunjukkan tingkatan atau gradasi nilai-nilai dan norma-norma sentral
masyarakat dan kepentingan-kepentingan hukum yang dilindungi.40
Disisi lain, perumusan jumlah sanksi pidana kurungan dalam
Peraturan Daerah tidak mengenal adanya minimum khusus sebagaimana
yang diatur dalam Konsep KUHP dan beberapa undang-undang diluar
KUHP. Ketentuan umum dan maksimum umum pidana kurungan dalam
Peraturan Daerah mengikuti KUHP sebagai induknya. Untuk pidana
kurungan minimum dan maksimum umumnya mengikuti ketentuan Pasal 19
ayat (1) KUHP yakni paling sedikit 1 hari dan paling lama 1 tahun.
Maksimum khusus pidana kurungan dalam Peraturan Daerah yakni
mengikuti undang-undang Pemerintahan Daerah di atas yakni 6 bulan.

39
40

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Op. Cit., hlm. 130-131.
Ibid, hlm. 132.

Universitas Sumatera Utara

59

Pidana denda tidak mengenal minimum khusus dan maksimum umum.
Pidana denda hanya mengenal minimum umum dan maksimum khusus.
Berdasarkan Pasal 30 ayat 1 (KUHP) minimum umum pidana denda sebesar
banya “25 sen” yang berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Prp. Tahun
1960 dilipatgandakan menjadi 15 kali sehingga menjadi Rp. 3,75 (tiga rupiah
tujuh puluh lima sen). Maksimum khusus pidana denda berbeda antara
kejahatan dan pelanggaran. Untuk maksimum khusus pidana denda terhadap
pelanggaran berkisar antara Rp. 225 (dulu 15 gulden) dan Rp. 75.000 (dulu
5.000 gulden), namun yang terbanyak hanya di ancam dengan denda sebesar
Rp. 375 (dulu 25 gulden) dan Rp. 4.500 (dulu 300 gulden). Maksimum
khusus denda untuk kejahatan berkisar antara Rp. 900 (dulu 60 gulden) dan
Rp. 150.000 (dulu 10.000 gulden), namun ancaman pidana denda yang sering
diancamkan ialah sebesar Rp. 4.500 (dulu 300 gulden).
Berdasarkan pola perumsan jumlah pidana yang telah diuraikan di
atas, dapat diketahui bahwa ketentuan maksimum khusus pidana denda
dalam Peraturan Daerah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undanag
Nomor 5 tahun 1974 yakni sebesar Rp. 50.000 ternyata masih dibawah
maksmum khusus pidana denda yang dikenakan terhadap pelanggaran seperti
yang di atur dalam KUHP yakni sebesar Rp. 75.000.
Perubahan ketentuan maksimum khusus pidana denda dalam peraturan
daerah dari Rp. 50.000 berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1974 kemudian

Universitas Sumatera Utara

60

menjadi Rp 5 juta berdasarkan UU Nomor 22 tahun 1999 kemudian menjadi
50.000.000 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 dapat dikatakan tidak
menunjukkan adanya perubahan bobot atau kualitas delik pelanggaran
Peraturan Daerah, melainkan hanyalah menyesuaikan dengan nilai mata uang
rupiah yang berlaku saat itu. Ketentuan pidana denda ini memang pada
kenyataannya cepat berubah karena erat kaitannnya dengan perubahan nilai
mata uang yang berlaku pada saat itu.41 Hal inilah juga yang merupakan
salah satu kelemahan dari stelsel pidana denda.
Perubahan jumlah pidana denda dalam kedua undang-undang tersebut
juga tidak menjamin semakin efektifnya pidana denda. Dikemukakan oleh
Barda Nawawi Arief, pembuat undang-undang yang hanya meningkatkan
jumlah ancaman pidana denda bukanlah jaminan untuk dapat mengefektifkan
pidana denda. Kebijakan yang perlu dipikirkan adalah kebijakan yang
mencakup keseluruhan sistem sanksi pidana denda itu sendiri dan kebijakan
pembuat undang-undang yang berhubungan dengan pelaksanaan pidana
denda tersebut antara lain:
1. Sistem penetapan jumlah atau besarnya pidana denda;
2. Batas waktu pelaksanaan pembayaran denda;
3. Tindakan paksaan yang diharapkan dapat menjamin terlaksananya
pembayaran denda dalam hal terpidana tidak dapat membayar dalam
batas waktu yang telah ditetapkan;
4. Pelaksanaan pidana denda dalam hal-hal khusus (misalnya terhadap
seseorang yang belum dewasa atau belum bekerja dan masih dalam
tanggungan orang tua);
41

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Op. Cit., hlm. 140

Universitas Sumatera Utara

61

5. Pedoman atau kriteria untuk menjatuhkan pidana denda…42
Mengingat KUHP dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang
menjadi acuan pembentukan Peraturan Daerah yang bersangkutan belum
mengatur adanya ketentuan minimum khusus, maka ketentuan minimum
khusus yang ada dalam Peraturan Daerah tidak dapat diberlakukan. Untuk
memberlakukan ketentuan minimum khusus tersebut baru dapat dilaksanakan
apabila diatur dengan undang-undang. Sebab apabila hanya diatur dengan
Peraturan

Daerah,

berlaku

asas

peraturan

yang

lebih

tinggi

mengenyampingkan ketentuan yang lebih rendah apabila mengatur hal yang
sama. Praktik legislatif daerah demikian tersebut kiranya perlu mendapat
perhatian dikemudian hari apabila KUHP baru maupun undang-undang
Pemerintahan Daerah yang baru telah terbentuk.

3. Pola Perumusan Sanksi Pidana
Jenis pidana diancamkan dalam Peraturan Daerah, untuk pidana
pokonya yaitu pidana kurungan dan pidana denda dirumuskan dengan
menggunakan perumusan alternatif. Perumusan sanksi pidana kurungan dan
denda secara alternatif ini merupakan salah satu bentuk perumusan pidana
pokok yang ada dalam KUHP disamping 8 (delapan) bentuk perumusan
lainnya. Pola perumusan yang ada dalam peraturan daerah tersebut diatur
42

Barda Nawawi Arief, dalam Muladi & Barda Nawawi Arief , Teori-teori dan Kebijakan
Pidana, Op. Cit., hlm. 181.

Universitas Sumatera Utara

62

dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
yang di dalam Pasal 143 ayat (2) menyatakan sebagai berikut:
“Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama
6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah)”.

Perumusan diatas, pidana pokok berupa kurungan sudah disebutkan
terlebih dahulu daripada denda yakni untuk menunjukkan bahwa pidana
kurungan diangggap lebih berat dibandingkan pidana denda. Pidana tambahan
berupa perampasan barang-barang tertentu pencantumannya hanya bersifat
fakultatif, namun untuk dapat dijatuhkan harus tercantum dalam perumusan
delik.
Perumusan sanksi pidana secara alternatif tersebut dimaksudkan agar
hakim dalam menjatuhkan putusan memiliki kesempatan untuk memilih jenis
pidana yan ditentukan dalam pasal yang bersangkutan. Konsekuensi dengan
adanya kesempatan memilih jenis pidana tersebut, pada kenyataan hakim
lebih cenderung untuk memilih pidana kurungan daripada pidana denda.
Hakim biasanya memandang pidana kurungan dianggap lebih berat daripada
pidana denda, sehingga pidana kurungan dianggap lebih efektif untuk
dijatuhkan pada terpidana. Ketentuan seperti ini tentu sangat tidak mendukung
upaya untuk menghindari dijatuhkannya pidana perampasan kemerdekaan
dalam jangka waktu yang pendek seperti yang selama ini dikembangkan.

Universitas Sumatera Utara

63

Hal-hal yang disebutkan di atas bisa terjadi sebab selama ini di dalam
KUHP tidak ada ketentuan umum yang mengatur mengenai pedoman
penerapan perumusan sanksi pidana alternatif.
Ketentuan tersebut, bahwa diketahui dalam menghadapai perumusan
pidana alternatif hakim harus mengingat hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu berorientasi pada tujuan pemidanaan, dan
2. Lebih mengutamakan/mendahulukan jenis pidana yang lebih ringan
sekiranya pidana yang lebih ringan itu telah didukung atau telah
memenuhi tujuan pemidanaan.43
Ketentuan pedoman penerapan pidana alternatif tersebut apabila dapat
diterapkan dalam Peraturan Daerah yang selama ini ada, maka kecenderungan
untuk menjatuhkan pidana kurungan (perampasan kemerdekaan jangka
pendek) dapat dihindari. Selain itu, ketentuan demikian akan lebih
mengefektifkan pelaksanaan pidana denda terutama yang menyangkut
pelanggaran Peraturan Daerah.
Bertolak dari uraian tentang perumusan pidana di atas, maka penulis
berpendapat bahwa dalam perumusan pidana untuk tindak pidana yang diatur
dalam Peraturan Daerah, harus lebih tepat dirumuskan pidana pokoknya
secara alternatf antara pidana denda dan pidana kerja sosial. Hal ini
didasarkan pada ketentuan Pasal 79 ayat (1) konsep rancangan KUHP tahun
2000 yang menyatakan sebagai berikut:
43

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana , Op. Cit., hlm. 161.

Universitas Sumatera Utara

64

“Jika pidana penjara yang akan dijatuhkan tidak lebih dari 6 (enam)
bulan atau pidana denda tidak lebih dari denda kategori I, maka pidana
penjara atau pidana denda tersebut dapat diganti dengan pidana kerja
sosial”.

Perumusan demikian tersebut, maka pidana kerja sosial tidak hanya
digunakan sebagai pidana pengganti denda yang tidak bayar, melainkan juga
sebagai alternatif pidana denda yang diancamkan terhadap delik pelanggaran
Peraturan Daerah. Adanya pidana kerja sosial yang diancamkan terhadap
pelakupelanggaran Peraturan Daerah memberikan “fleksibilitas atau elastisitas
pemidanaan”

karena

memberikan

kesempatan

kepada

hakim

untuk

menjatuhkan pidana yang lebih sesuai dengan kondisi terdakwa dan perbuatan
yang dilakukan (individualisasi pidana).
Berkenaan dengan perumusan sanksi administrasi dalam Peraturan
Daerah selama ini, dapat diketahui bahwa perumusan sanksi administrasi
tidak terintegrasi dengan sanksi pidana. Artinya, sanksi administrasi itu tidak
merupakan salah satu jenis sanksi pidana yang dapat dijatuhkan oleh
hakim/pengadilan. Perumusan sanksi administrasi yang tidak terintegrasi
degan sanksi pidana tersebut menjadikan kendala tersendiri bagi upaya untuk
menerapkan sanksi administrasi karena akan menambah rantai birokrasi dan

Universitas Sumatera Utara

65

menimbulkan inefisiensi.44 Sanksi administrasi yang dirumuskan berdiri
sendiri tersebut menyebabkan penjatuhannya hanya dapat dilakukan oleh
lembaga yang ditunjuk diluar hakim/pengadilan.
Barda Nawawi Arief sependapat seyogyanya jenis administratif
diintegrasikan dalam sistem sanksi pidana atau sistem pertanggungjawaban
pidana,45 maka dalam perumusan sanksi administrasi dalam Peraturan Daerah
yang akan datang, penulis beranggapan perlunya perumusan sanksi
administrasi diintegrasikan dalam ketentuan pidana, baik sebagai pidana
tambahan maupun sanksi tindak administrasi. Perumusan demikian, hakim
dapat sekaligus mempertimbangkan kedua macam sanksi tersebut, baik sanksi
pidana maupun sanksi administrasi dalam menjatuhkan putusan. Jika sanksi
administrasi saja dipandang cukup, hakim tentunya tidak perlu menjatuhkan
sanksi pidana. Namun apabila hakim berpendapat bahwa pelanggaran cukup
serius misalnya pelanggaran Peraturan Daerah oleh korporasi, maka hakim
dapat menjatuhkan sanksi administrasi bersama-sama sanksi pidana.

B.

Pengaturan Sanksi Pidana Ditinjau dari Tujuan Pemidanaan
Penerapan pidana dal