KETENTUAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK

KETENTUAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA
PEMILU

Oleh :
MUHAMAD ALI SHODIKIN, MH.
NIM. T311608013

PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017

A. PEMBAHASAN
2.3.1. Pengaturan Pemidanaan
Sebagaimana diketahui bahwa pengertian dari tindak pidana secara sederhana
dapat didefinisikan adalah suatu kelakuan manusia yang oleh peraturan perundangundangan diancam dengan pidana. Dengan demikian semua kelakuan manusia yang
diancam dengan sanksi pidana yang diatur dalam undang-undang itulah yang disebut
dengan tindak pidana.1 Jika itu diatur dalam KUHP maka hal itu biasanya disebutkan
dengan tindak pidana umum, dan jika diatur dalam Undang-undang di luar KUHP

biasanya disebut dengan tindak pidana khusus. Meskipun dalam hal ini masih terjadi
perbedaan pendapat, khususnya tentang tindak pidana yang diatur dalam undang-undang
di luar KUHP yang sifatnyahanya mengatur tentang hukum administrasi, yang
didalamnya memuat ketentuan pidana, misalnya Undang-Undang tentang Pemilu ini. 2
Pengaturan terkait tindak pidana Pemilu sebenarnya sudah terdapat di dalam
pasal 148 sampai 152 KUHP tentang kejahatan terhadap melakukan kewajiban dan hak
kenegaraan yang dimana memiliki klasifikasi perbuatan seperti: Penyuapan, Perbuatan

Tipu Muslihat, Mengaku Sebagai Orang Lain, Menggagalkan Pemungutan Suara
yang Telah Dilakukan atau Melakukan Tipu Muslihat.
2.3.2. Ketentuan Sanksi Pidana terhadap Tindak Pidana Pemilu
Tindak pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan atau kejahatan
terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Pelanggaran tindak pidana
merupakan tindakan yang dalam Undang-undang Pemilu diancam dengan sanksi
pidana. Sebagai contoh tindak pidana pemilu adalah sengaja menghilangkan hak
pilih orang lain, menghalangi orang lain memberikan hak suara dan mengubah hasil
suara.
Definisi pelanggaran tindak pidana yang telah dipaparkan tersebut diatas,
maka daridefinisi tersebut terbagi menjadi dua mengenai pelanggaran tindak pidana

1 Definisi tindak pidana ini dikemukakan oleh H.B.Vos yang merupakan salah satu dari sekian banyak defi nisi
yang dikemukakan oleh para Sarjana. Lihat Sudarto. Hukum Pidana I. (Semarang: Yayasan Sudarto, 1990) h
42. Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, (Rineka Cipta, Jakarta, 1991) hl. 66
2 Andi Hamzah. Perkembangan Hukum Pidana Khusus. Rineka Cipta. Jakarta,1991. hl. 1-5.

pemilu di antaranya yaitu:3
a) Tindak pidana pemilu khusus adalah tindak pidana yang berkaitan dengan pemilu
dan dilaksanakan dan diselesaikan pada tahapan penyelenggaraan pemilu baik
yang diatur dalam undang-undang pemilu maupun undang-undang tindak pidana
pemilu. Dengan demikian maka semua jenis pelanggaran, kecuali yang telah
ditetapkan sebagai tindak pidana, termasuk dalam kategori pelanggaran
administrasi, dimana pelanggaran administrasi pemilu diselesaikan oleh KPU,
KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.
b) Tindak pidana pemilu umum adalah semua tindak pidana yang berkaitan dengan
pemilu dan dilaksanakan pada tahap penyelenggaraan pemilu baik yang diatur
dalam undang-undang pemilu maupun undang-undang tindak pidana pemilu dan
menyelesaikannya diluar tahapan pemilu. Maka proses penyelesaian tindak
pidana pemilu dilakukan oleh lembaga penegak hukum yang ada yaitu
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Penyelesaian pelanggaran pidana pemilu
dilaksanakan melalui pengadilan dalam lingkungan peradilan umum. Penegak

hukum yang berperan dalam penyelesaian tindak pidana pemilu adalah
kepolisisan, kejaksaan, dan pengadilan. Dalam pemilu, kepolisisan bertugas dan
berwenang melakukan penyidikan terhadap laporan atau temuan tindak pidana
pemilu yang diterima dari pengawas pemilu dan menyampaikan berkas perkara
kepada penuntut umum sesuai waktu yang ditentukan. Penuntut umum bertugas
dan berwenang melimpahkan berkas perkara tindak pidana pemilu yang
disampaikan oleh penyidik atau polri ke pengadilan sesuai waktu yang
ditentukan. Perkara tindak pidana pemilu diselesaikan oleh peradilan umum, di
tingkat pertama oleh pengadilan negeri, di tingkat banding dan terakhir oleh
pengadilan tinggi. Pengadilan negeri dan pengadilan tinggi memeriksa, mengadili
dan memutus perkara tindak pidana pemilu menggunakan kitab Undang-Undang
Acara Pidana (KUHAP), ditambah beberapa ketentuan khusus dalam undangundang pemilu. Pemeriksaan dilakukan oleh hakim khusus, yaitu hakim karir
yang ditetapkan secara khusus untuk memeriksa, mengadili, dan memutus

3 Dedi Mulyadi, Perbandingan Tindak Pidana Pemilu Legislatif Dalam Perpektif Hukum di indonesia, Refika
Aditama, Bandung, 2013, h. 212.

perkara pidana pemilu. Putusan pengadilan tinggi tidak dapat dilakukan upaya
hukum lain.4
Kejahatan tindak pidana pemilu

Adapun pasal-pasal yang berkaitan tentang pidana, sebagaiamana UU nomor
7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, terdapat dalam buku kelima tindak pidana
pemilu BAB II Ketentuan pidana pemilu mulai dari Pasal 488 sampai dengan Pasal
554.
Sebagai mana isi serta ancaman hukuman dalam UU Pemilu :5
Pasal 515 : Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada Pemilih
supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu
tert€ntu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga
surat suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam
juta rupiah).
Pasal 516 : Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu pemungutan suara
memberikan suaranya lebih dari satu kali di satu TPS/TPSLN atau lebih,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) bulan dan
denda paling banyak Rp.18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah).
Pasal 517 : Setiap orang yang dengan sengaja menggagalkan pemungutan suara,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
Ancaman bagi penelenggara terdapat pada pasal

Pasal 518 : Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota yang
tidak menindaklanjuti temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau
Bawaslu Kabupaten/ Kota dalam pelaksanaan verffikasi partai politik
calon Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 ayat (3)
dan/atau pelaksanaan verifikasi kelengkapan administrasi bakal calon
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 251 ayat (3) dan Pasal 261 ayat (3)
dan/atau pelalsanaan verifrkasi kelengkapa.n administrasi bakal calon
Presiden dan Wakil Presiden dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh
enam juta rupiah).
4 Ibid.h. 230
5 UU Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Pasal 519 : Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan curang untuk
menyesatkan seseorang, dengan memaksa, dengan menjanjikan atau
dengan memberikan uang atau materi lainnya untuk memperoleh
dukungan bagi pencdonan anggota DPD dalam Pemilu sebagai6ala
dimaksud dalam Pasal 183 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 36.000.000.00 (tiga puluh enam

juta rupiah).