Penentuan Kadar Klorida Pada Air Sungai Dan Air Sumur Dengan Menggunakan Alat Spektrofotometri Portable Dr-2010

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Tanaman bunga matahari berasal dari Meksiko dan Peru Amerika Latin.

Di Indonesia, bunga matahari sudah di teliti sejak tahun 1970. Pada mulanya
tanaman

bunga

matahari dikenal

sebagai

tanaman

hias,


kini manfaatnya

semakin luas. Salah satu produk utama bunga matahari adalah biji-bijinya yang
diolah sebagai bahan baku industri makanan berupa kwaci dan penghasil minyak
nabati yang dibutuhkan dalam isdustri minyak (Atjung, 1981).
Minyak biji bunga matahari merupakan salah satu jenis minyak nabati
yang pegembangannya

masih terbatas

di Indonesia.

Beberapa

industri di

Indonesia masih harus mengimpor minyak biji bunga matahari, tingginya impor
minyak biji bunga matahari di Indonesia disebabkan kurangnya pasokan dari
dalam negeri, kualitas yang belum memadai, dan kontinuitas hasil yang belum
dapat diandalkan.

Minyak biji bunga matahari digunakan untuk berbagai keperluan seperti
minyak goreng, pembuatan margarin bahan baku kosmetik, dan obat-obatan, selain
itu bungkil atau ampas hasil pemerasan minyak mengandung 13-20% protein,
yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Misalnya biji bunga matahari
termasuk golongan minyak rendah kolesterol menyaingi minyak jagung, minyak

1

Universitas Sumatera Utara

kacang tanah

dan

minyak

kedelai,

sehingga


sangat baik untuk kesehatan

(Rukmana, 2004).
Minyak dan lemak dapat mengalami penurunan kualitas baik waktu
proses maupun saat penyimpanan. Kerusakan minyak dan lemak yang utama
adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut ketengikan.

Hal ini

disebabkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi akan terbentuk senyawa-senyawa
yang dapat

menurunkan kualitas dari minyak dan lemak.

Parameter yang

umum dipakai untuk menentukan kualitas minyak adalah kadar air,kadar asam
lemak bebas dan bilangan peroksida (Beck,R.A,DKK. 1986).
Minyak goreng merupakan media yang digunakan manusia dalam proses
masak-memasak. Minyak goreng memiliki peranan yaitu dapat memengaruhi

penampakan, cita rasa, dan tekstur makanan agar lebih menarik dari makanan yang
diolah dengan cara lain.
Kandungan asam lemak bebas pada minyak goreng merupakan salah satu
contoh senyawa yang dapat bersifat berbahaya khususnya bagi tubuh apabila terlalu
sering untuk dikonsumsi. Asam lemak bebas adalah suatu asam yang dibebaskan
pada proses hidrolisis lemak. Asam lemak bebas pada suatu bahan pangan akan
terbentuk karena adanya proses pemanasan bahan pangan pada suhu tinggi yang
dapat meningkatkan konsentrasi dari asam lemak bebas dan meningkatkan jumlah
asam lemak bebas yang terbentuk apabila proses tersebut semakin lama dilakukan
sehingga merugikan mutu dan kandungan gizi bahan pangan tersebut.
Angka penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul
minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C

2

Universitas Sumatera Utara

pendek berarti mempunyai angka penyabunan relatif besar dan sebaliknya dengan
berat molekul besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil.
Angka penyabunan sama dengan bilangan penyabunan dinyatakan sebagai

banyaknya ( mg ) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau
minyak. Lemak yang mengandung komponen yang tidak tersabunkan seperti sterol
mempunyai bilangan penyabunan rendah. Namun untuk minyak yang mengandung
asam lemak tidak jenuh tidak mempunyai bilangan penyabunan tinggi. Tingginya
bilangan penyabunan ini disebabkan ikatan tidak jenuh yang dapat teroksidasi dan
menghasilkan pembentukan gugus karbonil yang pada akhirnya dapat juga bereaksi
dengan alkali. ( Harun, N. 2006 )
Menurut pengalaman analisis di PT. PALMCOCO LABORATORIES, hasil
analisa dengan parameter Bilangan Penyabunan dan Asam Lemak Bebas terhadap
mutu minyak biji bunga matahari yang telah dilakukan penyimpanan selama
beberapa bulan hasilnya berbeda.
Maka dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk memilih judul “Penentuan
Bilangan Penyabunan dan Asam Lemak Bebas pada Minyak Biji Bunga
Matahari di PT. PALMCOCO LABORATORIES. ”
1.2.

Permasalahan

1.


Berapa besar Bilangan Penyabunan dan kadar Asam Lemak Bebas yang
diperoleh dari sampel Minyak Biji Bunga Matahari.

2.

Apakah Bilangan Penyabunan dan kadar Asam Lemak Bebas dalam sampel
Minyak Biji Bunga Matahari telah memenuhi standar mutu.

3

Universitas Sumatera Utara

3.

Apa saja faktor – faktor penyebab perbedaan Bilangan Penyabunan dan
kadar Asam Lemak Bebas pada saat penyimpanan sampel Minyak Biji
Bunga Matahari selama beberapa bulan.

1.3.


Tujuan

1.

Untuk mengetahui kadar Asam Lemak Bebas dalam sampel Minyak Biji
Bunga Matahari yang telah tersimpan selama 2 minggu, telah tersimpan
selama 3 bulan, telah tersimpan selama > 6 bulan.

2.

Untuk mengetahui jumlah Bilangan Penyabunan dalam sampel Minyak Biji
Bunga Matahari yang telah tersimpan selama 2 minggu, telah tersimpan
selama 3 bulan, telah tersimpan selama > 6 bulan.

1.4.

Manfaat

1.


Untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang kadar Asam Lemak
Bebas (ALB) di dalam sampel Minyak Biji Bunga Matahari yang
dikonsumsi sebagai bahan tambahan makanan.

2.

Untuk mengetahui informasi kepada konsumen tentang faktor - faktor
penyebab meningkatnya kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dalam Minyak
Biji Bunga Matahari.

4

Universitas Sumatera Utara