Analisis Yuridis Tentang Mal Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Notaris adalah pejabat umum dan pejabat umum tidak selalu pegawai negeri.
Akan tetapi ada juga pejabat umum yang selain melayani masyarakat, juga
merupakan pegawai negeri. Contohnya Pegawai Kesehatan, Pegawai Catatan Sipil,
Konsuler Indonesia yang berada diluar negeri, dan lain sebagainya. Mereka ini bukan
pejabat umum yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 Jo Pasal 15 ayat 1 Undang
Undang Jabatan Notaris (UUJN), karena mereka tidak berhak membuat akta otentik
seperti yang tercantum dalam Pasal 1868 KUHPerdata.1
Keberhasilan seorang Notaris tidak hanya bisa diukur dari banyaknya akta,
melainkan juga dari kepiawaian mengatur administrasi di kantor tersebut. Akta yang
banyak, tanpa disertai administrasi yang rapi dan teratur akan mengakibatkan masalah
dan kesulitan dikemudian hari. 2
Oleh karena itu perlu bagi seorang calon notaris untuk mengetahui,
mempelajari serta memperhatikan administrasi kantor sebelum melaksanakan
jabatannya sebagai seorang notaris.

1

Soetrisno, Diktat Kuliah tentang Komentar atas Undang Undang Jabatan Notaris, Buku I,
Medan, 2007. hlm. 5

2
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009, Sanksi
1 Pejabat Publik, Refika Aditama, Bandung, 2008.
Perdata dan Administratif Terhadap Notaris sebagai
hlm. 57

Dalam hal menjalankan tugasnya, notaris mempunyai kewajiban serta hal
yang terpenting yang tertuang didalam Pasal 16 ayat 1 (a) Undang undang Jabatan
Notaris (UUJN)3.
Setiap Notaris dituntut agar memberikan akses terhadap informasi yang
seimbang diantara para pihak yang berjanji sehingga didalam suatu perjanjian
tersebut para pihak saling mengerti dan memahami isi dari apa yang diperjanjikan.
Sejalan dengan itu, semakin meningkatnya pendidikan kenotariatan di
Indonesia dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan profesional di bidang hukum
dalam melayani masyarakat dalam hal pembuatan akta Notaris maka tidak dipungkiri
terjadinya persaingan yang tidak sehat sesama Notaris yang selanjutnya mengarah
kepada tindakan mal administrasi.4
Berdasarkan pengamatan dilapangan, tindakan mal administrasi yang sering
dilakukan oleh notaris adalah:5
1. Tidak membacakan isi Akta;

3

Notaris berkewajiban bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.
4
Perbuatan Melanggar Hukum ialah bahwa perbuatan itu mengakibatkan kegoncangan dalam
neraca keseimbangan dalam masyarakat. Dan kegoncangan ini tidak hanya terdapat apabila peraturan
peraturan hukum dalam suatu masyarakat dilanggar (langsung), melainkan juga, apabila peraturan
peraturan kesusilaan, keagamaan dan sopan santun dalam masyarakat dilanggar (langsung) jadi
tergantung dari pelanggaran yang dilakukan. Lain halnya menurut Pasal 1365 BW perihal
“onrechtmatige daad”, justru oleh karena Pasal itu termuat dalam suatu Undang undang yang berlaku,
dan pada umumnya bagi orang orang yang langsung takluk pada Burgerlijk Wetboek, berlakulah suatu
Hukum Perdata yang tertulis (geschreven recht), maka mula mula “onrechtmatige”, sebagai hanya
mengenai perbuatan yang langsung melanggar suatu peraturan Hukum. Wirjono Prodjodikoro,
Perbuatan Melanggar Hukum dipandang dari sudut Hukum Perdata, Penerbit Mandar Maju Bandung,
2000, hlm. 7
5
Wawancara dengan Rahmiatani, Notaris di Kota Medan, pada tanggal 26 Maret 2015.

2.

3.
4.
5.

Bersifat memihak;
Bekerja diluar wilayah kerja;
Dalam hal penandatanganan tidak dihadapan Notaris;
Penurunan tarif dengan maksud dan tujuan untuk memperoleh keuntungan
yang banyak;
6. Bekerja sama dengan biro jasa atau badan hukum yang pada hakikatnya
bertindak sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan klien;
7. Mempunyai lebih dari satu kantor, baik kantor cabang ataupun kantor
perwakilan;
Didalam Undang undang Jabatan Notaris Undang undang Nomor 30 Tahun
2004 jo Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris menegaskan
didalam Pasal 16 bagian kedua tentang kewajiban Notaris adalah sebagai berikut:6
1. Dalam menjalankan Jabatannya, Notaris berkewajiban:
a. bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;
b. membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai

bagian dari Protokol Notaris;
c. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta
berdasarkan Minuta Akta;
d. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang undang
ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;
e. merahasikan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala
keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan
sumpah/janji jabatan, kecuali undang undang menentukan lain;
f. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang
memuat tidak lebih dari 50 (limapuluh) akta, dan jika jumlah akta tidak
dapat dimuat dalam 1 (satu) buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi
lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan dan Tahun
pembuatannya pada sampul setiap buku;
g. membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak
diterimanya surat berharga;
h. membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan
waktu pembuatan akta setiap bulan;
i. mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau
daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat
Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang kenotariatan

6

Tim Redaksi Tatanusa, Jabatan Notaris, Perpaduan Naskah Undang undang Nomor 30
Tahun 2004 dengan Undang undang Nomor 2 Tahun 2014, Jakarta, Penerbit PT Tatanusa, 2014, hlm.
86

dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;
j. mencatat dalam Repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada
setiap akhir bulan;
k. mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara Republik
Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan,
dan tempat kedudukan yang bersangkutan;
l. membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling
sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditanda tangani pada saat ini juga oleh
penghadap, saksi, dan notaris;
m. menerima magang calon notaris;
2. Menyimpan minuta akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan akta dalam bentuk originali.
3. Akta origanali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah akta:
a. pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun;

b. penawaran pembayaran tunai;
c. protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat berharga;
d. akta kuasa;
e. keterangan kepemilikan; atau
f. akta lainnya berdasarkan peraturan perundang undangan.
4. Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat lebih dari
1 (satu) rangkap, ditandatangani pada waktu, bentuk, dan isi yang sama,
dengan ketentuan pada setiap akta tertulis kata kata “berlaku sebagai satu
dan satu berlaku untuk semua”.
5. Akta originali yang berisi kuasa yang belum diisi nama penerima kuasa
hanya dapat dalam 1 (satu) rangkap.
6. Bentuk dan ukuran cap/stempel sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf k
ditetapkan dengan peraturan Menteri.
7. Pembacaan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l tidak wajib
dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena
pengahadap membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya, dengan
ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada
setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris.
8. Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l dan ayat
(7) tidak dipenuhi, akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan

pembuktian sebagai akta dibawah tangan.
9. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak berlaku untuk
pembuatan akta wasiat.

Sebagaimana dalam pasal 16 UUJN No.2 Tahun 2014 menambah ketentuan
ketentuan baru. Notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai prilaku profesi
yang memiliki unsur unsur sebagai berikut:7
1.
2.
3.
4.

mempunyai integritas moral yang mantap;
harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri ( kejujuran intelektual );
sadar akan batas batas kewenangannya;
tidak semata mata berdasarkan pertimbangan uang.

Ismail Saleh8 menyatakan bahwa ada empat pokok yang harus diperhatikan
oleh para Notaris, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang Notaris harus mempunyai

integritas moral yang mantap. Dalam hal ini, segala pertimbangan moral
harus dilandasi pada pelaksanaan tugas profesinya. Walaupun akan
memperoleh imbalan jasa yang tinggi namun sesuatu yang bertentangan
dengan moral yang baik harus dihindarkan.
2. Seorang Notaris harus jujur, tidak saja pada kliennya juga pada dirinya
sendiri. Ia harus mengetahui batas batas kemampuannya, tidak memberi
janji janji sekedar untuk menyenangkan kliennya, atau agar klien tetap
mau memakai jasanya. Kesemuanya itu merupakan suatu ukuran tersendiri
tentang kadar kejujuran intelektual seorang Notaris.
3. Seorang Notaris harus menyadari akan batas batas kewenangannya. Ia
harus mentaati ketentuan ketentuan hukum yang berlaku tentang seberapa
jauh ia dapat bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak boleh
dilakukan. Adalah bertentangan dengan prilaku profesional apabila
seorang Notaris ternyata berdomisili dan bertempat tinggal tidak ditempat
kedudukannya sebagai Notaris atau memasang papan dan mempunyai
kantor ditempat kedudukannya, tapi tinggalnya dilain tempat. Seorang
Notaris juga dilarang untuk menjalankan Jabatannya diluar daerah
Jabatannya. Apabila ketentuan tersebut dilanggar maka Akta yang
bersangkutan akan kehilangan daya otentiknya.
4. Sekalipun keahlian seseorang dapat dimanfaatkan sebagai upaya yang

lugas untuk mendapatkan uang namun dalam melaksanakan tugas
profesinya ia tidak boleh semata mata didorong oleh pertimbangan uang
7

Ismail Saleh, Membangun Citra Profesional Notaris Indonesia, Pengarahan/Ceramah
Umum Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada Upgrading/Refreshing Course Notaris SeIndonesia, Bandung, 1993, hlm. 19
8
Ibid, hlm. 18-21

semata, seorang Notaris harus tetap berpegang teguh kepada rasa keadilan
yang hakiki tidak terpengaruh jumlah uang dan tidak semata mata hanya
menciptakan suatu alat bukti formal mengejar kepastian hukum, tetapi
mengabaikan rasa keadilan.

Perlu untuk diketahui pula, sepanjang notaris menjalankan jabatannya sesuai
Undang undang yang berlaku, tidak bisa dipidana. Hal ini senada dengan bunyi Pasal
50 Kitab Undang undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyebutkan bahwa “Barang
siapa yang melakukan perbuatan untuk melaksanakanUndang undang, tidak
dipidana”.9
Notaris sangat mudah sekali digugat dan dipermasalahkan oleh para pihak.

tetapi, sepanjang notaris itu menjalankan sesuai dengan peraturan perundang
undangan, tidak perlu untuk ditakuti. Oleh karena itu, jangan sampai dalam
menjalankan profesi notaris menyalahgunakan jabatan.
Koridor hukum didalam Undang undang Jabatan Notaris (UUJN) Pasal 1,
yakni notaris punya kewenangan sepanjang diatur oleh Undang undang (UU),
sepanjang hadir dihadapan notaris artinya bahwa benar para pihak tersebut
mengahadap dihadapan notaris.10
Jika notaris mengetahui dan tetap menjalankan hal hal yang dianggap
bertentang dengan undang undang maka dapat dikenakan Pasal 55 KUHP yang
berbunyi:

9

Kitab Undang undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), Penerbit Pustaka Mahardika, Jakarta, hlm. 28
10
Syafran Sofyan, Kalau Telah Sesuai UU Notaris Tidak Bisa Dipidana, Majalah Renvoi,
Nomor 7.127 Desember 2013, hlm. 18

(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana: a. Mereka yang melakukan, yang

menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan; b. Mereka
yang dengan memberi atau yang menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman
atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan,
sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. (2) Terhadap
penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang
diperhitungkan, beserta akibat akibatnya.11
Pasal 264 KUHP tentang pemalsuan surat, menyatakan:
(1) Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan
tahun, jika dilakukan terhadap: a. Akta akta otentik; b. Surat hutang atau
sertipikat hutang dari sesuatu negara atau bagiannya ataupun dari suatu
lembaga umum; c. Surat sero atau hutang atau sertipikat sero atau hutang
dari suatu perkumpulan, yayasan, perseroan atau maskapai; d. Talon,
tanda bukti dividen atau bunga dari salah satu surat yang diterangkan
dalam 2 dan 3, atau tanda bukti yang dikeluarkan sebagai pengganti surat
surat itu; e. Surat kredit atau surat dagang yang diperuntukan untuk
diedarkan.
(2) Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai
surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak sejati atau yang
dipalsukan seolah olah benar dan tidak dipalsukan, jika pemalsuan surat
itu dapat menimbulkan kerugian.
Notaris dalam menjalankan jabatannya serta melaksanakan tugasnya harus
tetap menghormati dan menjunjung tinggi hukum yang berlaku dan senantiasa
menghayati dan mengingat sumpah Jabatannya.12 Notaris dalam menjalankan
tugasnya sebagai pejabat umum harus memiliki kemampuan profesional dalam
menjalankan tugasnya.
11

Log cit, hlm. 29
Mengenai sumpah Jabatan Notaris diatur didalam Pasal 4 ayat 2 UUJN yang berbunyi:
“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan patuh dan setia kepada negara Republik Indonesia Tahun
1945, Undang undang tentang Jabatan Notaris serta peraturan perundang undangan lainnya. Bahwa
saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode
etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Notaris. Bahwa saya akan
merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan Jabatan saya. Bahwa saya
untuk dapat diangkat dalam Jabatan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama
atau dalil apapun, tidak pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun.
12

Ada 3 (tiga) ciri untuk menentukan apakah notaris di Indonesia merupakan
notaris fungsional atau notaris profesional yaitu:13
1. Bahwa akta yang dibuat dihadapan/oleh notaris fungsional mempunyai
kekuatan sebagai alat bukti formal dan mempunyai daya eksekusi. akta
notaris seperti ini harus dilihat apa adanya, sehingga jika ada pihak yang
berkeberatan dengan akta tersebut maka pihak yang berkeberatan
berkewajiban untuk membuktikannya.
2. Bahwa notaris fungsional menerima uangnya dari negara dalam bentuk
delegasi dari negara. Hal ini merupakan salah satu rasio notaris di
Indonesia memakai lambang negara, yaitu burung garuda. Oleh karena
menerima tugas dari negara maka yang diberikan kepada mereka yang
diangkat sebagai notaris dalam bentuk sebagai jabatan dari negara.
3. Bahwa Notaris di Indonesia diatur oleh Peraturan Jabatan Notaris
(Reglement op het Notarisambt), Stb 1860 No.3 Dalam teks asli
disebutkan bahwa “ambt” adalah “Jabatan”
Adapun unsur dan ciri ciri yang harus dipenuhi oleh seorang Notaris
profesional dan ideal adalah sebagai berikut:14
1. Tidak pernah melakukan pelanggaran hukum, termasuk dan terutama
ketentuan ketentuan yang berlaku bagi seorang Notaris, teristimewa
ketentuan sebagaimana termaksud dalam Peraturan Jabatan Notaris;
2. Didalam menjalankan tugas dan Jabatannya dan profesinya senantiasa
mentaati
kode
etik
yang
ditentukan/ditetapkan
oleh
organisasi/perkumpulan kelompok profesi/jabatan yang telah diatur dalam
peraturan perundang undangan;
3. Loyal terhadap organisasi/perkumpulan dari kelompok profesinya dan
senantiasa turut aktif didalam kegiatan yang diselenggarakan oleh
organisasi profesinya.
4. Memenuhi semua persyaratan yang menjalankan tugas \profesinya.
Profesionalisme jabatan notaris sebagai pejabat yang bertugas membuat akta
otentik dalam menjamin kepastian hukum yang di pertanggung jawabkan kepada
Pemerintah, bangsa, negara dan masyarakat.

13
14

Majalah Renvoi, Profesi Notaris di Indonesia, Nomor 3.14. II, tanggal 3 Juli 2004, hlm. 20
Wawan Setiawan, Media Notariat, Edisi Mei-Juni, 2004, hlm. 23

Sikap kehati hatian notaris dalam menjalankan profesinya harus dilandasi
dengan pengetahuan yang optimal. Dalam mal administrasi biasanya hal hal yang
tidak dimungkinkan akan terjadi seperti misalnya dalam masalah pajak.
Notaris di Indonesia mempunyai fungsi yang berbeda dengan notaris (Notary
Public) di Negara negara Anglo Saxon seperti Singapura, Amerika dan Australia,
karena Indonesia menganut sistem hukum Kontinental. “Notaris di Negara yang
menganut sisitem kontinental berkarakteristik utama dimana yang menjalankan suatu
fungsi yang bersifat publik. Diangkat oleh Pemerintah dan bertugas menjalankan
fungsi pelayanan publik dalam bidang hukum, dengan demikian ia menjalankan salah
satu bagian dalam tugas Negara”. 15
Seorang Notaris diberikan kuasa oleh Undang undang untuk membuat suatu
akta memiliki suatu nilai pembuktian yang sempurna dan spesifik. Oleh karena
kedudukan Notaris yang independen dan tidak memihak, maka akta yang
dihasilkannya merupakan simbol kepastian dan jaminan hukum yang pasti.
Dalam sistem hukum kontinental notaris bersifat netral tidak memihak, dan
wajib memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat. Itu sebabnya seorang
notaris dalam menjalankan tugasnya tidak bisa di dikte oleh kemauan salah satu pihak
sehingga mengabaikan kepentingan pihak lainnya (meskipun sungguh sangat
disesalkan bahwa sekarang banyak notaris yang mau di dikte oleh pelanggannya

15

Grace Gio Vani, http://notarisgracegiovani.com, Notaris: Kedudukan, Fungsi dan
Peranannya, dipublikasikan pada tanggal 23 Maret 2008, di akses tanggal 14 April 2015.

sekalipun harus bertentangan dengan peraturan perundang undangan dan/atau kode
etik profesi).16
Notaris sebagai pejabat umum diberikan oleh Peraturan Perundang undangan
kewenangan untuk membuat segala perjanjian dan akta serta yang dikehendaki oleh
yang berkepentingan.
Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 15 ayat (1) Undang undang
Nomor 30 Tahun 2004 jo Undang undang Nomor 2 Tahun 2014. Dari ketentuan Pasal
tersebut dengan jelas digambarkan bahwa tugas pokok notaris adalah membuat akta
akta otentik yang menurut ketentuan Pasal 1870 KUHPerdata berfungsi sebagai alat
pembuktian yang mutlak. Hal ini dapat diartikan bahwa apa yang tersebut dalam akta
otentik adalah di anggap benar.17
Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut diatas maka sangat dirasakan
perlu sekali untuk mengangkat judul tentang “Analisis Yuridis Tentang Mal
Administrasi Kantor Notaris Di Tinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor
2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka pokok
permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Mekanisme Bentuk Mal Administrasi Kantor Notaris ?

16
17

2015.

Ibid
Wawancara dengan Reno Yanti, Notaris di Kabupaten Deli Serdang, pada tanggal 15 April

2. Apakah dengan adanya Sistem Administrasi Notaris Menjamin Kepastian
Hukum ?
3. Bagaimana Akibat Hukum Atas Tidak Terselenggaranya Perbuatan
Notaris Sesuai Ketentuan Pasal 16 UUJN ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam rangka melakukan penelitian terhadap
ketiga permasalahan di atas, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Bentuk Mal Administrasi Pada
Kantor Notaris dan Akibat Hukumnya.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis adanya Sistem Administrasi Notaris
Menjamin Kepastian Hukum.
3. Untuk mengetahui Akibat Hukum Atas Tidak Terselenggaranya Perbuatan
Notaris Sesuai Ketentuan Pasal 16 UUJN.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan hukum di Indonesia baik secara ilmiah
maupun secara praktis. Adapun manfaat tersebut antara lain :
1. Secara Teoritis

Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan sumbangan saran bagi
perkembangan ilmu hukum dalam bidang kenotariatan, khususnya
mengenai kajian terhadap Admistrasi dokumen dan kearsipan Notaris
2. Secara Praktis
Secara praktis, pembahasan dalam tesis ini diharapkan dapat menjadi
masukan menjadi bagi kalangan praktisi dan mahasiswa yang bergerak
dan mempunyai minat dalam bidang hukum yang khusus dan beraktivitas
dalam bidang dunia profesi Kenotariatan.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini memiliki keaslian dan tidak dilakukan plagiat dari hasil karya
penelitian pihak lain. Sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan terhadap judul dan
permasalahan dari tesis tesis yang ada baik di Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara khususnya di Program Magister Kenotariatan maupun dilakukan penelusuran di
situs situs resmi perguruan tinggi lainnya melalui internet dan diperoleh judul tesis
tentang:
1. Analisis Yuridis Pertanggungjawaban Notaris Berdasarkan Undang undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, dengan perumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah Pertanggung Jawaban dan sanksi-sanksi Notaris selaku
pejabat umum apabila melakukan suatu kesalahan dalam pembuatan akta
yang dibuatnya berdasarkan UU No.30 tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris ?

b. Dalam hal dibuatnya Akta Notaris berdasarkan keterangan pihak-pihak
namun ternyata keliru ataupun salah. Bagaimana perlindungan hukumnya
terhadap Notaris yang bersangkutan?
2. Tanggung Jawab Notaris Dalam Hal Terjadi Pelanggaran Kode Etik.
Penelitian ini mengkonsentrasikan kajiannya pada Tanggung Jawab Notaris
Dalam Hal Terjadi Pelanggaran Kode Etik. Dengan perumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tanggung jawab notaris dalam hal terjadi pelanggaran kode
etik ?
b. Bagaimana akibat hukum jika terjadi pelanggaran kode etik oleh Notaris?
3. Analisis Yuridis Tentang Tanggung Jawab Notaris Atas Protokol Notaris
Yang Diserahkan Kepadanya. Oleh Nuzulla Kharani dengan NIM:
0806427556/Mkn. Penelitian ini mengkonsentrasikan kajiannya pada

Tanggung Jawab Notaris Atas Protokol Notaris Yang Diserahkan Kepadanya
Dengan perumusan masalah sebagai berikut:
a. Mengapa Notaris harus memelihara dan menjaga Protokol yang
diserahkan kepadanya ?
b. Bagaimanakah suatu protokol Notaris dapat beralih kepada Notaris
lainnya ?
Berdasarkan ketiga karya ilmiah di atas tidak ada satupun yang memiliki
kesamaan dengan judul dan permasalahan dalam tesis ini sebab konsentrasi kajian

dalam tesis ini adalah penelitian terhadap Analisis Yuridis Mekanisme Mal
Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.
Oleh sebab itu terhadap judul dan permasalahan dalam tesis ini tidak
mengandung unsur kesamaan atau plagiat dari hasil karya ilmiah pihak lain, baik dari
sisi judul, permasalahan maupun dalam substansinya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa penelitian ini baru pertama kali dilakukan dan sesuai dengan asas asas
keilmuan yang harus dijunjung tinggi antara lain kejujuran, rasional, objektif,
terbuka, serta sesuai dengan implikasi etis dari prosedur menemukan kebenaran
ilmiah secara bertanggung jawab.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Kelangsungan

perkembangan

ilmu

hukum,

selain

bergantung

pada

metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh
teori.18
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi,19 dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya
pada fakta fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.20
18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, 1986, hlm. 6
J.J.J. M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung,
1994, hlm. 27 menyebutkan bahwa teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang
terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi Intelektual dimana pendekatan
secara Rasional di gabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu
penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan. Suatu penjelasan biar
bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.

19

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan/petunjuk
dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.21
Menurut Burhan Ashshofa suatu teori merupakan serangkaian asumsi, konsep,
definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan konsep.22 Menurut Snelbecker yang mendefinisikan teori
sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaktis yaitu yang mengikuti
aturan tertentu yang dapat di amati dan fungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan
menjelaskan fenomena yang diamati.23
Teori bertujuan menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau
proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
fakta fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.24
Sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir butir,
pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalah yang menjadi bahan
perbandingan pegangan teoritis, yang mungkin ia setujui atau tidak disetujuinya.25
Sedangkan tujuan dari kerangka teori menyajikan cara cara untuk bagaimana
mengorganisasikan

dan

menginterpretasikan

hasil

hasil

penelitian

dan

menghubungkannya dengan hasil hasil penelitian yang terdahulu.26

20
21

Ibid, hlm. 16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1993,

hlm. 35
22

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1996, hlm. 19
Lexy J. Moleong, Op Cit, hlm.35.
24
J.J.J. M. Wuisman, Op Cit, hlm. 203
25
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, PT. Sofmedia, Medan, 2012, hlm. 129
26
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm. 19
23

Teori yang digunakan dalam tesis ini adalah Teori Pertanggung Jawaban
Hukum. Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab menyatakan
bahwa : “Seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu
atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia
bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan”.27 Lebih
lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa :28
“Kegagalan untuk melakukan kehati hatian yang diharuskan oleh hukum
disebut kekhilafan (negeligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai
satu jenis lain dari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang
terpenuhi karena mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud
jahat, akibat yang membahayakan”.
Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggung jawab terdiri dari :29
a. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab
terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;
b. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung
jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;
c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang
individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena
sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;
d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti seorang individu bertanggung jawab
atas pelanggaran yang dilakukanya karena tidak sengaja dan tidak
diperkirakan.
Tanggung jawab secara etimologi adalah kewajiban terhadap segala
sesuatunya atau fungsi menerima pembebanan sebagai akibat tindakan sendiri atau
pihak lain. Sedangkan pengertian tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa
27

Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of Law and State,
Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Deskriptif
Empirik, Penerbit BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007, hlm. 81
28
Ibid, hlm. 83
29
Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum Murni,
Penerbit Nuasa & Nusamedia, Bandung, 2006, hlm. 140

Indonesia adalah suatu keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (jika terjadi
sesuatu dapat dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya).30
Menurut Kamus Hukum ada 2 (dua) istilah pertanggung jawaban yaitu
liability (the state of being liable) dan responsibility (the state or fact being
responsible). Liability merupakan istilah hukum yang luas, dimana liability menunjuk
pada makna yang paling komprehensif, meliputi hampir setiap karakter resiko atau
tanggung jawab yang pasti yang bergantung atau yang mungkin.
Liability didefinisikan untuk menunjuk semua karakter hak dan kewajiban.
Liability juga merupakan kondisi tunduk kepada kewajiban secara aktual atau
potensial, kondisi bertanggung jawab terhadap hal hal yang aktual atau mungkin
seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau beban, kondisi yang menciptakan
tugas untuk melaksanakan undang undang dengan segera atau pada masa yang akan
datang.31
Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atau suatu
kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan, dan kecakapan.
Resposibility juga berarti kewajiban bertanggungjawab atas undang undang yang
dilaksanakan, dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan
apapun yang telah ditimbulkannya.32

30

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka,
Jakarta, 2002, hlm. 139
31
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007,
hlm. 335
32
Ibid, hlm. 335-336

Menurut Roscoe Pound, jenis tanggung jawab ada 3 (tiga) yaitu:33
a. Pertanggungjawaban atas kerugian dengan sengaja
b. Atas kerugian karena kealpaan dan tidak disengaja
c. Dalam perkara tertentu atas kerugian yang dilakukan tidak karena
kelalaian serta tidak disengaja.
Mengenai tanggung jawab notaris selaku pejabat umum yang berhubungan
dengan kebenaran materiil, dibedakan menjadi 4 (empat) hal,

yaitu : 34

a. Tanggung jawab notaris secara perdata terhadap kebenaran materil akta
yang dibuatnya.
b. Tanggung jawab notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil akta
yang dibuatnya.
c. Tanggung jaawab notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris terhadap
kebenaran materiil akta yang dibuatnya.
d. Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan
kode etik notaris.
Salah satu bentuk pelayanan negara kepada rakyatnya yaitu negara
memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memperoleh tanda bukti atau dokumen
hukum yang berkaitan dalam hukum perdata, untuk keperluan tersebut diberikan
kepada Pejabat Umum yang dijabat oleh Notaris.35
Pada dasarnya akta Notaris telah ditentukan bentuk dan sifat akta yang
dibuatnya. Jika hal yang telah terkandung dalam Pasal tersebut tidak diterapkan maka
akan kerap kali cenderung menumbuhkan terjadinya mal administrasi Notaris.

33

Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum (An Introduction to The Philosophy of Law)
diterjemahkan oleh Mohammad Radjab, Penerbit Bhratara Niaga Media, Jakarta, 1996, hlm. 92
34
Nico, Tanggungjawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Penerbit CDSBL, Yogyakarta, 2003,
hlm. 250
35
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Telematik terhadap UU No. 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris, Penerbit Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm. 42

Tugas profesi Notaris tidak hanya berhubungan dengan standar profesi dan
etika profesi yang keduanya merupakan petunjuk umum saja, melainkan hubungan
positif akan berkesempatan besar untuk tampil mengambil alih perannya guna
mencegah terjadinya penyimpangan dari tugas profesinya.36
Profesi dan etika adalah hal yang tidak terpisahkan dimana etika merupakan
istilah yang diturunkan dari kata dalam bahasa Yunani Ethos yang berarti adat
istiadat. Kata Ethos mempunyai makna yang setara dengan kata mos dalam bahasa
latin yang juga berarti adat istiadat atau kebiasaan baik.37
Bertolak dari pengertian ini etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan
kebiasaan manusia, yaitu kebiasaan kebiasaan yang terdapat dalam konvensi atau
kesepakatan, misalnya kesepakatan nilai dalam tata boga, dalam berbusana, bentuk
bentuk etiket dalam berbicara dan beergaul dengan orang lain.38
Etika itu bukanlah hukum dan sebaliknya, hukum itu bukanlah etika, walupun
dimaklumi bahwa tidak sedikit eksistensi hukum itu berlatar belakang atau
berdasarkan etika. Oleh karena itu, terhadap pelanggaran etika tidak ada sanksinya,
lainnya halnya terhadap hukum yang jika dilanggar akan ada sanksinya dengan jelas
diatur.39
Etika itu hanya berguna bagi manusia yang hidup dalam lingkungan
masyarakat. Etika itu bisa berdasarkan agama dan norma agama (intuisi manusia).
36

E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum, Storia Grafika, 2001, Jakarta, hlm. 19
E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma norma bagi Penegak Hukum, Kanisius,
Yogyakarta, 1995, hlm.11
38
Ibid, hlm. 12
39
Komar Andasasmita, Sepintas Informasi tentang Pnedidikan dan Praktek Notaris di
Indonesia, Ikatan Mahasiswa Notariat Fakultas Hukum Unpad, Bandung, 1994, hlm. 1
37

Etika diperlukan karena jiwa raga yang dimiliki oleh manusia didalam kehidupan
suatu kelompok masyarakat perlu adanya keserasian antara sesama anggota kelompok
dimaksud.40
Menurut J. Spillane S.J sebagaimana dikutip oleh Suhrawardi K. Lubis
mengungkapkan bahwa Etika atau ethis memperhatikan atau mempertimbangkan
tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarahkan atau
menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas untuk
menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang
lain.41
Seorang pengemban profesi harus dapat memutuskan apa yang harus
dilakukannya

dalam

melaksanakan

tindakan

pengembangan

profesionalnya.

Hubungan antara pengemban profesi dan pasien atau kliennya adalah hubungan
personal, hubungan antara subjek pendukung nilai, karena itu secara pribadi ia
bertanggung jawab atas mutu pelanan jasa yang dijalankannya. Etika profesi adalah
sikap etis sebagai bagian integral dan sikap hidup dalam menjalani kehidupan sebagai
pengemban profesi.42
Notaris dikatakan sebagai pejabat umum karena Notaris diangkat dan
diberhentikan oleh Menkum H.A.M dalam hal ini Pemerintah. Notaris bekerja untuk

40

Rochmat Soemitro, dalam Komar Andasasmita, Notaris I Peraturan Jabatan, Kode Etik
dan Asosiasi Notaris, Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, Bandung, 1994, hlm. 253
41
Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, hlm. 1
42
Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Dasar dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hlm. 91-92

kepentingan negara, namun notaris bukanlah pegawai, sebab notaris tidak menerima
gaji dari pemerintah, tetapi adalah berupa honorarium dari klien.43
Sebagai pejabat umum, Notaris dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
akta yang telah dibuatnya. Apabila akta yang dibuat ternyata dibelakang hari
mengandung sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan
kesalahan Notaris atau kesalahan para pihak yang tidak mau jujur dalam memberikan
keterangannya terhadap Notaris dengan salah satu pihak yang menghadap. Jika akta
yang dibuat oleh Notaris mengandung cacat hukum yang terjadi karena kesalahan
Notaris baik kerena kelalaiannya maupun karena Notaris itu sendiri maka Notaris
yang harus memberikan pertanggungjawaban.
Profesi pada hakikatnya adalah suatu lapangan pekerjaan yang berkualifikasi
sebagai pekerjaan yang menuntut syarat keahlian tinggi kepada pengemban dan
pelaksananya.44
Teori yang dominan dari profesi profesi menekankan pada dua karakteristik
sebagai strategi untuk memberikan penjelasan dari posisi dan fungsinya didalam
masyarakat, yaitu:45

43

Ibid, hlm. 108
Soetandyo Wignjosoebroto, Etika Profesi Dikaitkan dengan Profesi Notaris, Ceramah
umum pada temu ilmiah Mahasiswa Notariat se Indonesia, Pandaan Jawa Timur, 1989, hlm. 1 Profesi
dapat dirumuskan sebagai pekerjaan tetap dibidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang
dilakukan secara bertanggung jawab, spesialis, bersifat terus menerus, lebih mendahulukan pelayanan
dari pendapatan, bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat, terkelompok dalam suatu
organisasi, dengan tujuan memperoleh penghasilan. Pekerja yang menjalankan profesi disebut
profesional.
45
Pendapat Dietrich Rueschemeyer, sebagaimana di kutip Vilhelm Aubert, Sosiology Of Law,
C. Nicholls & Company Ltd, Great Britain, 1969, hlm. 267
44

The Professions are conceived of as service occupation that (1) apply a
systematic body of knowledge to problem which (2) are highly relevant to central
value of the society. (Profesi terdiri dari pekerjaan pelayanan yang (1)
mengaplikasikan kumpulan pengetahuan secara sistematis terhadap masalah yang (2)
sangat relevan dengan nilai sentral masyarakat).
Profesi adalah pekerjaan dalam arti khusus, yaitu pekerjaan dalam bidang
tertentu, mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual, bersifat tetap, dengan
tujuan memperoleh pendapatan.46
Profesi berani menuntut pemenuhan nilai moral dari pengembannya. Nilai
moral merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur.
Menurut Franz Magnis Suseno47 ada tiga nilai moral yang dituntut daari pengemban
profesi yaitu:
a. Berani berbuat untuk memenuhi tuntutan profesi
b. Menyadari kewajiban yang harus dipenuhi selama menjalankan
profesi
c. Idealisme sebagai perwujudan makna misi organisasi profesi.

Landasan filosofi dibentuknya Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
perubahan atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
adalah terwujudnya jaminan kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum
yang berintikan kebenaran dan keadilan. Melalui akta yang dibuatnya, Notaris baru
dapat memberikan kepastian hukum kepada masyarakat pengguna jasa Notaris.
46

Muhammad Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, Cetakan Pertama, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997, hlm. 58
47
Abdul Kadir Muhammad yang mengutip pendapat Franz Magnis Suseno (1975) dalam
buku Etika Profesi Hukum, Cetekan Pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 61

Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum
dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat
bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan
hukum.
Dengan dasar seperti ini Notaris harus mempunyai semangat untuk melayani
masyarakat, dan atas pelayanan tersebut, masyarakat yang telah merasa dilayani oleh
Notaris sesuai dengan tugas jabatannya, dapat memberikan honorarium kepada
Notaris.48 Oleh karena itu Notaris tidak berarti apa apa jika masyarakat tidak
membutuhkannya.49
Sebuah akta otentik merupakan dokumen yang sah dan dapat menjadi alat
bukti yang sempurna. Sempurna disini berarti hakim menganggap semua yang tertera
dalam akta merupakan hal yang benar, kecuali ada akta lain yang dapat membuktikan
bahwa isi akta pertama tersebut salah. Oleh karena itu, pembuatan sebuah akta otentik
menjadi sesuatu yang penting. Memiliki akta otentik berarti memiliki bukti atau
landasan yang kuat di mata hukum.50
Hal lain yang membuat akta otentik memiliki kekuatan hukum adalah karena
akta otentik memiliki minuta akta yang disimpan oleh negara melalui notaris. Akan

48

Mengenai Honorarium ini dicantumkan dalam Pasal 36 UUJN. Pencantuman Honorarium
dalam UUJN tidak punya daya paksa untuk Notaris mengikuti ketentuan tersebut, dan dalam keadaan
tertentu Notaris wajib untuk tidak meminta atau menerima honorarium (Pasal 37 UUJN)
49
Mendasarkan pada nilai moral dan etik Notaris, maka pengembangan jabatan Notaris
adalah pelayanan kepada masyarakat (klien) secara mandiri dan tidak memihak dalam bidang
kenotariatan yang pengembanannya dihayati sebagai panggilan hidup bersumber pada semangat
pengabdian terhadap sesama manusia pada umumnya dan martabat Notaris pada khususnya. Herlien
Budiono, Notaris dan Kode Etiknya, Upgrading & Refreshing Course Nasional Indonesia, Medan 30
Maret 2007, hlm. 3
50
Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Op. Cit., hlm. 83

sangat kecil kemungkinan akta otentik hilang. Bukan hanya itu, jika seseorang
menyangkal isi atau keberadaan akta otentik maka akan mudah untuk diperiksa
kebenarannya.51
Dalam minuta juga tercantum asli tanda tangan, paraf para penghadap atau
sidik jari tangan, para saksi dan Notaris, renvooi, dan bukti bukti lain yang untuk
mendukung akta yang dilekatkan pada minuta akta tersebut.
Akta dalam bentuk in Originali Minuta wajib disimpan oleh Notaris52, diberi
nomor bulanan dan dimasukan ke dalam buku daftar akta Notaris (Repertorium) serta
diberi nomor Repertorium.
2. Landasan Konsepsi
Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori. Peranan konsep dalam
penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dengan observasi, antara
abstraksi dan realita.53
Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang di
generalisasikan dari hal hal khusus, yang disebut dengan definisi operasional.54
Pentingnya operasional adalah untuk menghindari perbedaan pengertian atau
penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.55

51

Ibid, hlm. 85
Pasal 16 ayat (1) huruf b dan ayat (2) UUJN, dijelaskan didalam ayat 1 bahwa diantaranya
notaris wajib bertindak amanah, jujur dan lain sebagainya. Kemudian didalam ayat 2 dijelaskan bahwa
kewajiban menyimpan minuta akta dalam hal notaris mengeluarkan Akta In Originali.
53
Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 1989, hlm. 34
54
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo, 1998, hlm. 307.
55
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Bandung,
Alumni, 2004, hlm. 31
52

Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian
yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum56, guna menghindari
perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga dipergunakan sebagai
pegangan dalam proses penelitian ini.
Landasan konsepsional dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
dasar konseptual, bertujuan untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang
berbeda serta memberikan pedoman dan arahan yang sama, antara lain:
a. Mal administrasi adalah suatu praktek yang menyimpang dari etika
administrasi, atau suatu praktek administrasi yang menjauhkan dari
pencapaian tujuan administrasi.57
b. Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan
penyelenggaraan

kebijaksanaan

untuk

mencapai

tujuan.

Adapun

Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi: catat
mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda, dan
sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan. Sedangkan Administrasi
dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua orang atau
lebih dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana prasarana
tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna.58

56

Burhan Ashsofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1996, hlm. 28
Joko Widodo, Good Gavernance, Penerbit Insan Cendikia, Surabaya, 2001, hlm. 259
58
Wikipedia
Bahasa
Indonesia,
ensiklopedia
bebas,
Administrasi,
http://id.wikipedia.org/wiki/Administrasi, diakses pada hari Jumat, 17 Oktober 2014.
57

c. Dokumen adalah suatu yang tertulis atau tercetak dan segala benda yang
mempunyai keterangan keterangan dipilih untuk di kumpulkan, disusun,
disediakan atau untuk disebarkan.59
d. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan
media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah,
lembaga

pendidikan,

kemasyarakatan, dan

perusahaan,

organisasi

perseorangan dalam

politik,

organisasi

pelaksanaan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.60
e. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang Undang ini atau berdasarkan undang undang lainnya.61
f. Akta Notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang diatur didalam UUJN.62
g. Minuta Akta adalah asli Akta yang mencantumkan tanda tangan para
penghadap, saksi, dan Notaris, yang disimpan sebagai bagian dari
Protokol Notaris.63

59

ina
jainab,
Perngertian
Dokumen
&
Dokumentasi,
http://inamayladin.blogspot.com/2013/11/pengertian-dokumen-dokumentasi.html,
diakses
pada
tanggal 17 Oktober 2014, hari Jumat
60
Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan
61
Pasal 1 ayat (1) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
62
Pasal 1 ayat (7) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
63
Pasal 1 ayat (8) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris

h. Salinan Akta adalah salinan kata demi kata dari seluruh Akta dan pada
bagian bawah salinan Akta tercantum frasa “diberikan sebagai salinan
yang sama bunyinya”.64
i. Kutipan Akta adalah kutipan kata demi kata dari satu atau beberapa bagian
dari Akta dan pada bagian bawah kutipan Akta tercantum frasa “diberikan
sebagai kutipan”.65
j. Grosse Akta adalah salah satu salinan Akta untuk pengakuan utang
dengan kepala Akta “Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”, yang mempunyai kekuatan eksekutorial.66
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu sistem dan suatu proses yang mutlak
harus dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu,
maka diadakan juga pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk
kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul didalam
gejala yang bersangkutan.67
1. Sifat dan Jenis Penelitian

64

Pasal 1 ayat (9) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
Pasal 1 ayat (10) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
66
Pasal 1 ayat (11) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
67
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkatan, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 1995, hlm. 43
65

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu penelitian yang
menggambarkan apa yang terjadi di lapangan serta mengkaitkan dan menganalisa
semua gejala dan gejala tersebut dengan permasalahan yang ada dalam penelitan dan
kemudian disesuaikan dengan keadaan yang terjadi di lapangan.68
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif.69 Penelitian yuridis
normatif membahas doktrin doktrin atau jenis penelitian hukum.70 Materi penelitian
diperoleh melalui pendekatan yuridis normatif yang didukung oleh pendekatan
yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan hukum dengan melihat
peraturan pertaturan, baik bahan primer maupun bahan hukum sekunder atau
pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang
undangan yang berlaku, sedangkan pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk
melihat kenyataan secara langsung yang terjadi dalam praktek dilapangan. Penelitian
ini juga berusaha mencari kendala kendala di dalam proses yang dilakukan oleh
notaris terhadap penyusunan administrasi dokumen dan kearsipan notaris berdasarkan
Pasal 16 Undang undang No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.
Penelitian ini dilakukan di wilayah hukum Kota Medan dan sekitarnya yang
merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatera Utara sebagai landasan keakuratan dari
penelitian tersebut.
2. Sumber Data

68

Winarno Surakhmad, Dasar dan teknik Research, Penerbit Tarsito, Bandung, 1978, hlm.

132
69

Roni Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1988, hlm. 11
70
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 24

Dalam penulisan ini sumber data yang meliputi sebagai rujukan adalah data
sekunder:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh melalui
penelitan kepustakaan (library research) yaitu sebagai teknik untuk
mendapatkan informasi melalui penelusuran peraturan perundang undangan,
bacaan bacaan buku literatur dan sumber sumber bacaan lain yang ada
relevansinya dengan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris dan Kitab Undang Undang Hukum Perdata.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang ada kaitannya dengan
bahan hukum primer, seperti hasil hasil penelitian, hasil karya ilmiah, artikel,
opini hukum dari para kalangan ahli hukum dan jurnal jurnal hukum yang
berkaitan dengan topik penelitian.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan juga
penjelasan terhadap bahan primer dan bahan sekunder yang berupa kamus,
ensiklopedia, majalah, surat kabar dan jurnal jurnal, laporan laporan ilmiah
yang akan dianalisis dengan tujuan untuk memahami lebih dalam penelitian
ini.
3. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitan ini, metode pengumpulan yang dilakukan adalah
penelitian kepustakaan (Library Research) yang didukung oleh penelitian lapangan
(Field Research) atau wawancara dengan informan. Dalam penelitian ini, penelitian
kepustakaan bertujuan untuk menghimpun data data yang berasal dari buku buku,
peraturan perundang undangan, jurnal ilmiah maupun majalah majalah yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan
yang menjawab dari permasalahan tesis ini.
4. Alat Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
Sebagai penelitian hukum yang bersifat normatif, teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui studi kepustakaan (Library
Research) yaitu dilakukan untuk memperoleh atau mencari konsepsi konsepsi teori
teori atau doktrin doktrin yang berkaitan dengan permasalahan penelitan. Studi
kepustakaan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier. Bahkan menurut Ronny Soemitro dokumen pribadi dan pendapat ahli hukum
termasuk dalam bahan hukum sekunder.71
b. Pedoman Wawancara
Disamping studi kepustakaan, penelitian ini juga melakukan wawancara
langsung dengan narasumber dengan mempergunakan pedoman wawancara yang
bertujuan untuk mendapatkan data pendukung guna menjamin ketepatan dan

71

Ronny Hanitijo Soemitro, Op.Cit, hlm. 24

keabsahan hasil wawancara dilakukan

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

6 96 116

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS.

0 1 109

PERTANGGUG JAWABAN NOTARIS DALAM PELANGGARAN TERHADAP KETENTUAN PASAL 16 AYAT (1) HURUF M UNDANG - UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN NOTARIS.

0 0 4

Pelaksanaan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Mengenai Persekutuan Perdata Notaris Di Solo Raya.

5 146 169

Analisis Yuridis Tentang Mal Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 14

Analisis Yuridis Tentang Mal Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 2

Analisis Yuridis Tentang Mal Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 9

Analisis Yuridis Tentang Mal Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 6

Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 14

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

1 6 58