Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1Teori Agensi
Teori agensi merupakan perkembangan dari teori keuangan yang
memodifikasi model ekonomi standar dengan memasukkan unsur manusia
dalam model yang terpadu tentang perilaku perusahaan. Hubungan agensi
merupakan kontrak, baik bersifat eksplisit maupun implisit, dimana satu
atau lebih orang (yang disebut principal) meminta orang lain (yang disebut
agen) untuk mengambil tindakan atas nama principal. Dalam konteks
perusahaan, principal adalah pemilik perusahaan (pemegang saham) dan
agennya adalah tim manajemen. Tim manajemen diberi wewenang untuk
mengambil keputusan yang terkait dengan operasi dan strategi perusahaan
dengan harapan keputusan-keputusan yang diambil akan memaksimumkan
nilai perusahaan (Arifin, 2005:48).
Fenomena perusahaan besar yang cenderung terjadi pemisahan
antara pemilik dan pengelola perusahaan mendorong munculnya masalah
agensi.Masalah agensi timbul karena manajer (agent) memiliki kepentingan
pribadi

yang


dapat

bertentangan

dengan

kepentingan

pemilik

(principal).Principal yang tidak mampu mengelola perusahaannya sendiri
menyerahkan tanggung jawab operasional perusahaannya kepada agent
sesuai dengan kontrak kerja. Pemilik modal (principal) menghendaki
pertambahan kekayaan dan kemakmuran. Seiring dengan bertambahnya

9
Universitas Sumatera Utara

tanggung jawab yang harus dilaksanakan, para agent juga menginginkan

bertambahnya kesejahteraan termasuk memaksimumkan kompensasinya
(Noorizkie, 2013). Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki
informasi yang lebih baik dan lebih banyak dari principal.Di samping itu,
karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka tindakan agen pun sulit
diamati sehingga membuka peluang bagi agen untuk membuat keputusankeputusan yang menguntungkan dirinya sendiri dengan melakukan tindakan
yang tidak semestinya atau sering disebut disfunctional behavior, dimana
tindakan ini dapat merugikan principal, baik memanfaatkan aset perusahaan
maupun merekayasa kinerja perusahaan, sehingga muncullah konflik
kepentingan antara principal dengan agen.
Jensen dan Meckling (1976) mengidentifikasi ada dua cara untuk
mengurangi kesempatan manajer untuk melakukan tindakan

yang

merugikaninvestor luar, yaitu investor luar melakukan pengawasan
(monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan atas tindakantindakan (bonding). Pada satu sisi, kedua kegiatan tersebut akan mengurangi
kesempatan penyimpangan oleh manajer sehingga nilai perusahaan akan
meningkat sedangkan di sisi lain keduannya akan memuculkan biaya
sehingga mengurangi nilai perusahaan. Kerugian yang masih muncul
meskipun sudah ada monitoring dan bonding disebut residual loss.

Antisipasi atas ketiga biaya ini didefinisikan sebagai biaya agensi (agency
cost).

10
Universitas Sumatera Utara

Mekanisme monitoring yang mungkin dilakukan untuk mengurangi
masalah agensi di perusahaan diantaranya adalah pengawasan oleh (1)
dewan komisaris yang independen dari pihak manajemen, (2) pasar
corporatecontrol melewati proses akuisisi, (3) pasar manajer baik di internal
perusahaan maupun di pasar manajer eksternal,dan (4) pemegang saham
seperti institusi keuangan. Sementara itu mekanisme bonding adalah dengan
cara memperkecil free cash flow. Ketika jumlah free cash flow di
perusahaan kecil maka peluang manajer untuk memperkaya diri sendiri juga
semakin terbatas. Free cash flow dapat diperkecil jika perusahaan
membayarkan dividen tunai relatif tinggi atau memiliki beban hutang yang
relatif besar sehingga harus membayar bunga dalam jumlah yang relatif
besar.

2.1.2 Manajemen Pajak

Manajemen pajak adalah upaya menyeluruh yang dilakukan oleh
wajib pajak orang pribadi maupun badan usaha melalui proses perencanaan,
pelaksanaan

(implementasi) dan

pengendalian

kewajiban

dan

hak

perpajakannya agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari orang
pribadi, perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik,
efisien dan efektif, sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimum
bagi perusahaan dalam artian peningkatan laba atau penghasilan (Pohan,
2011:8).


11
Universitas Sumatera Utara

Suandy (2003:7) mengatakan bahwa manajemen pajak mempunyai
dua tujuan, yaitu menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan usaha
efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka manajemen pajak memiliki 3 fungsi, yaitu
perencanaan

pajak

(tax

planning),

pelaksanaan

perpajakan

(tax


implementation), dan pengendalian pajak (tax control).
Perencanaan pajak (tax planning) adalah langkah awal dalam
manajemen pajak. Pada tahap inidilakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan untuk meminimumkan kewajiban
pajak.Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor
yang akan dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka
langkah

selanjutnya

adalah

pelaksanaankewajiban

perpajakan

(tax


implementation)baik secara formal maupun material. Harus dipastikan
bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan

telah memenuhi peraturan

perpajakan yang berlaku, jika pelaksanaannya menyimpang dari peraturan
yang berlaku, maka praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan
manajemen

pajak.Pengendalian

pajak

(tax

control)bertujuan

untuk

memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang

telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun
material. Pengendalian pajak adalah pemeriksaan pembayaran pajak. Dalam
hal ini pembayaran pajak pada saat terakhir lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan membayar lebih awal.

Selain memeriksa waktu

12
Universitas Sumatera Utara

pembayaran yang baik bagi perusahaan, pengendalian pajak memeriksa jika
perusahaan membayar pajak dengan jumlah lebih besar dari pajak terutang
atau tidak. Pembayaran pajak yang lebih tinggi dari pajak terutang akan
mengakibatkan pemborosan.
Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak (tax
planning) adalah untuk memaksimalkan laba setelah pajak (after tax return)
karena pajak itu mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan
dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi melalui analisis yang
cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan yang ada dalam
ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan

perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama
dengan memanfaatkan perbedaan tarif pajak (tax rates),perbedaan perlakuan
atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak(tax base),loopholes,
shelters, dan havens (Suandy, 2006:14).Pada praktik bisnis, istilah
perencanaan pajak (tax planning) lebih populer dibandingkan manajemen
pajak itu sendiri. Tetapi secara definitif manajemen pajak (tax management)
memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada perencanaan pajak (tax
planning).
Pada dasarnya ada dua bentuk perlawanan pajak yang dilakukan
warga negara yaitu perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Perlawanan
pasif meliputi hambatan-hambatan yang erat hubungannya dengan struktur
ekonomi suatu negara, perkembangan intelektual, dan moral penduduk
serta sistem dan cara pemungutan pajak itu sendiri. Perlawanan aktif

13
Universitas Sumatera Utara

meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
kepada fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak.
Dalam kaitannya dengan perlawanan aktif, ada beberapa modus yang

biasanya digunakan wajib pajak untuk menghindari pajak (Zain, 2007:48) :
a.

Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah upaya
penghindaran pajak dilakukan secara legal dan aman bagi
wajib pajak tanpa bertentangan dengan ketentuan perpajakan
yang berlaku dimana metode dan teknik yang digunakan
cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey area)
yang terdapat dalam Undang-Undang & Peraturan
Perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak yang
terutang.
b. Penggelapan/penyelundupan pajak (tax evasion) adalah upaya
wajib pajak menghindari pajak terutang secara illegal dengan
cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, dimana
metode dan teknik yang digunakan tidak dalam koridor
Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan. Cara yang
ditempuh berisiko tinggi dan berpotensi dikenakan sanksi
pelanggaran hukum/tindak pidana fiskal atau kriminil.
c. Penghematan pajak (tax saving) adalah upaya wajib pajak
mengelakkan utang pajaknya dengan jalan menahan diri

untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak
pertambahan nilainya atau dengan senagaja mengurangi jam
kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga
penghasilannya menjadi lebih kecil dan dengan demikian
terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.

Tingkat kerumitan suatu peraturan, besarnya jumlah pajak yang
terutang dan rendahnya resiko deteksi akan memotivasi wajib pajak untuk
meminimumkan kewajiban pajaknya baik secara legal maupun ilegal.
Menurut Karayan dan Swenson (2007) strategi penghematan pajak pada
umumnya termasuk dalam empat kategori berikut, yaitu : penciptaan
(creation), perubahan (conversion), waktu (timing) dan pemisahan
(splitting). Creation melibatkan perencanaan dalam memanfaatkan subsidi

14
Universitas Sumatera Utara

pajak, seperti memindahkan operasi dalam wilayah hukum yang
mengenakan pajak lebih rendah.Conversion memerlukan pergantian operasi
sehingga pendapatan atau aset yang pajaknya lebih rendah dapat diproduksi
lebih banyak. Sebagai contoh: iklan yang ditujukan untuk penjualan
persediaan menghasilkan pendapatan yang wajar, biasanya langsung
dipungut pajak dengan tarif yang tinggi. Namun, sebuah iklan yang sukses
membentuk

image

menghasilkan

peningkatan

terhadap

goodwill

perusahaantidak dikenakan pajak sampai goodwill tersebut terjual
bersamaan dengan akuisisi perusahaan, dan biasanya dikenakan pajak pada
tarif

yang

rendah.

Waktu

(timing)melibatkan

teknik-teknik

yang

memindahkan jumlah yang dikenai pajak (dasar pengenaan pajak) kepada
periode akuntansi dengan pajak lebih rendah. Sebagai contoh adalah
accelerated depreciation, yang mengizinkan lebih dari satu biaya aset
menjadi beban yang dapat mengurangi pajak tahun berjalan sehingga
menangguhkan pembayaran pajak dan teknik splitting membagi dasar
pengenaan pajak berdasarkan dua atau lebih pembayar pajak untuk
memanfaatkan keuntungan perbedaan tarif pajak.

2.1.3 Laporan Keuangan Komersial Dengan Laporan Keuangan
Fiskal
Akuntansi yang menjembatani aktivitas ekonomis dengan para
pengambil keputusan, baik internal maupun eksternal, menyajikan kepada
para pengguna informasi tersebut dalam bentuk laporan keuangan, yang

15
Universitas Sumatera Utara

sekurang-kurangnya terdiri dari posisi keuangan, kinerja, arus kas
perusahaan, perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.
Perbedaan kepentingan antarkelompok pengguna laporan keuangan tersebut
menyebabkan pula ketidaksamaan informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan tersebut.
Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis akan
menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan keuangan
komersial dengan laporankeuangan yang dilampirkan pada Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang disampaikan kepada
Direktorat Jenderal. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan tujuan
serta dasar hukumnya.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah

besar

pemakai

dalam

rangka

pengambilan

keputusan.

Sebaliknya, tujuan utama sistem perpajakan adalah pemungutan pajak
yang adil, dan merupakan tanggung jawab Direktorat Jendral Pajak untuk
melindungi para pembayar pajak dari tindakan semena-mena(Zain, 2007:
120).
2.1.3.1 Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal
Menurut

Suandy

terdapat

persamaandan

perbedaanakuntansi komersial dengan akuntansi fiskal. Persamaan
antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal adalah (2003:38):

16
Universitas Sumatera Utara

a.Aktiva/harta tetap yang meberikan manfaat lebih dari satu
periode tidak boleh langsung dibebankan pada yahun
pengeluarannya tetapi harus dikapitalisir dan disusutkan
sesuai dengan masa manfaatnya.
b.Aktiva/harta yang dapat disusutkan adalah aktiva tetap baik
bangunan maupun bukan bangunan.
c. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali kalau tanah
tersebut memiliki masa manfaat terbatas.
Tabel 2.1
Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal
Akuntansi Komersial

Akuntansi Fiskal

Masa manfaat :

Masa manfat :

a.Masa manfaat ditentukan aktiva a.
berdasarkan

taksiran

umur

ekonomis maupun umur teknis.

Ditetapkan

berdasarkan

keputusanMenteri Keuangan.
b. Nilai residu tidak diperhitungkan.

b. Ditelaah ulang secara periodik.
c. Nilai residu bisa diperhitungkan.
Harga perolehan :

Harga perolehan :

a.Untuk pembelian menggunakan

a.Untuk

harga sesungguhnya.

menggunakan

harga

wajar.
c.

tidak

berdasarkan

harga

yang

sesungguhnya.
b. Untuk transaksi yang mempunyai

Untuk

pertukaran

sejenis

berdasarkan nilai buku aktiva

Aktiva

hubungan istimewa berdasarkan
harga pasar.
c. Untuk transaksi tukar-menukar

yang dilepas.
d.

yang

mempunyai hubungan istimewa

b.Untuk pertukaran aktiva tidak
sejenis

transaksi

sumbangan

berdasarkanharga pasar

adalah berdasarkan harga pasar.
d. Dalam rangka likuidasi, peleburan,
pemekaran,

pemecahan

atau

penggabungan adalah harga pasar
kecuali ditentukan oleh Menteri
Keuangan.

17
Universitas Sumatera Utara

e. Jika direvaluasi adalah sebesar
nilai setelah revaluasi.
Metode penyusutan:

Metode penyusutan:

a. Garis lurus

a. Untuk aktiva tetap bangunan
adalah garis lurus

b. Jumlah angka tahun
c. Saldo menurun/menurun ganda

b.

Untuk

aktiva
Wajib

tetap

bukan

Pajak

dapat

d. Metode jam jasa

bangunan

e. Unit produksi

memilih garis lurus atau saldo

f. Anuitas

menurun ganda asal diterapkan

g. Sistem persediaan

secara taat asas.

Perusahaan dapat memilih salah
satu metode

yang dianggap

sesuai, namun harus diterapkan
secara

konsisten

dan

harus

ditelaah secara periodik.
Sistem penyusutan :

Sistem penyusutan :

a. Penyusutan individual

a.

b. Penyusutan gabungan/kelompok

Penyusutan

secara

individual

kecuali

untuk

peralatan

kecil

(small

tools),

boleh

secara

golongan.
Saat dimulainya penyusutan :

Saat dimulainya penyusutan :

a. Saat perolehan

a. Saat perolehan

b. Saat penyelesaian

b. Dengan izin Menteri Keuangan
dapat

dilakukan

pada

tahun

penyelesaian atau tahun mulai
menghasilkan.
Sumber: Suandy, 2003:39-40

18
Universitas Sumatera Utara

2.1.3.3

Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial Dengan
LaporanKeuangan Fiskal
Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya

antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam
menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersil
yang mendasarkan laba sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya
adalah penerimaan negara.

Dalam menyusun laporan keuangan

fiskal wajib pajak harus mengacu kepada peraturan perpajakan,
sehingga laporan keuangan komersial yang dibuat berdasarkan
standar akuntansi keuangan harus disesuaikan/koreksi fiskal terlebih
dahulu sebelum menghitung besarnya penghasilan kena pajak.
Laporan keuangan komersil → koreksi fiskal → Laporan keuangan fiskal

Koreksi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba
komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan
penghasilan netto atau laba yang sesuai dengan ketentuan pajak.
Suandy (2003:89) menyatakan perbedaan antara laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan fiskal dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu perbedaan waktu (timming difference) dan
perbedaan tetap (permanent differences).Perbedaan waktu (timming
difference) adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya
ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara

19
Universitas Sumatera Utara

peraturan perpajakan dengan standar akuntansi keuangan. Perbedaan
waktu dapat dibagi menjadi perbedaan waktu positif dan perbedaan
waktu negatif. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan
beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk
pajak atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak
lambatdari

pengakuan

penghasilan

untuk

tujuan

lebih

akuntansi.

Perbedaan waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui
beban lebih lambat dari pengakuan beban akuntansi komersial atau
akuntansi mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan
penghasilan menurut ketentuan pajak.
Perbedaan tetap (permanent differences) adalah perbedaan
yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal
berbeda dengan perhitungan laba menurut standar akuntansi
keuangan tanpa ada koreksi dikemudian hari. Perbedaan permanen
dapat positif karena ada laba yang tidak diketahui oleh ketentuan
perpajakan atau relief pajak, sedangkan perbedaan permanen negatif
disebabkan adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang
tidak diketahui oleh ketentuan fiskal.

20
Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Pajak Penghasilan Badan
2.1.4.1 Komponen Pajak Penghasilan Badan
Perhitungan PPh Badan setidaknya memerlukan minimal 7
(tujuh) komponen yang sangat penting, yaitu:
1. Penghasilan yang menjadi objek pajak
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang PPh No. 36
Tahun 2008, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam berntuk
apapun.
2. Penghasilan

yang

dikecualikan

sebagai

objek

pajak.

Pengecualian ini diatur dalam Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang
PPh No. 36 Tahun 2008.
3. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final, yaitu
penghasilan yang pajaknya telah final/selesai sesuai dengan
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
4. Biaya yang boleh dikurangi dari penghasilan bruto sesuai
dengan Pasal 6 Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
5. Biaya yang tidak boleh dikurangi dari penghasilan bruto sesuai
dengan Pasal 9 Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
6. Biaya yang boleh dibiayakan sebesar 50% berdasarkan
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal 18
April 2002.

21
Universitas Sumatera Utara

7. Biaya yang menggunakan daftar nominatif sesuai dengan surat
edaran Dirjen Pajak No. SE-27/PJ.22/1986.

2.1.4.2 Tarif Pajak PPh Badan
Tarif pajak penghasilan wajib pajak badan untuk tahun
pajak 2015 dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut :
a. Tarif pajak penghasilan wajib pajak badan untuk tahun pajak2015
berdasarkan Pasal 17 dan Pasal 31 E Undang-Undang No.36
tahun 2008 tentang pajak penghasilan, yaitu sebagai berikut :
1. Tarif pajak untuk tahun pajak 2015 adalah sebesar 25 % dari
penghasilan kena pajak.
2. Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan
terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari
jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu
lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih
rendah daripada tarif tersebut yang diatur dengan atau
berdasarkan peraturan pemerintah.
3. Wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto
sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar
50% (lima puluh persen) dari tarif tersebut (25 %) yang
dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran
bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah).
4. Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah penghasilan
kena pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
5. Tarif pajak pasal 17 dan 31 E dikenakan atas penghasilan kena
pajak wajib pajak badan yang tidak termasuk dalam kriteria
wajib pajak badan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2
berdasarkan PP 46 Tahun 2013.
b. Tarif pajak penghasilan wajib pajak badan untuk tahun pajak 2015
berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

22
Universitas Sumatera Utara

1. Atas peredaran usaha bruto bulan Januari sampai dengan
Desember 2015 dari wajib pajak badan yang mempunyai
kriteria tertentu berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013
dikenakan PPh final pasal 4 ayat 2 sebesar 1 % dari peredaran
usaha bruto dan bersifat final.

2.1.5Dewan Komisaris
Menurut Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang perseroan terbatas, dewan komisaris adalah organ perseroan yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai
dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Dewan
komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan
majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendirisendiri, melainkan berdasarkan keputusan dewan komisaris.
Dewan komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai
perseroan maupun usaha perseroan serta memberi nasihat kepada direksi.
Anggota dewan komisaris diangkat oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham). Keputusan RUPS mengenai penggangkatan, penggantian dan
pemberhentian anggota dewan komisaris juga menetapkan saat mulai
berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut.
Menurut pasal 116 UU No.40 tahun 2007, dewan komisaris wajib:
a.membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya;
b.melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya
dan/atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain;
dan
c.memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telahdilakukan
selama tahun buku yang barulampau kepada RUPS. Pengaturan
mengenai besarnya jumlah anggota komisaris dapat diatur dalam

23
Universitas Sumatera Utara

anggaran dasar perseoran, disamping itu anggaran dasar perseoran
juga dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau lebih komisaris
independen dan 1 (satu) orang komisaris utusan.

Komisaris independen diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari
pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi
dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Istilah independen pada
komisaris independen maupun direksi independen bukan menunjukkan
bahwa komisaris atau direksi lainnya tidak independen. Istilah komisaris
independen ataupun direksi independen menunjukkan keberadaan mereka
sebagai wakil dari pemegang saham independen (minoritas) dan juga
mewakili kepentingan investor yang bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Sehingga dapat diharapkan dapat bertindak objektif.

2.1.6 Komite Audit
Menurut Bapepam No. Kep-29/M/2012, komite audit adalah komite
yang

dibentuk

oleh

dewan

komisaris

dalam

rangka

membantu

melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris untuk melakukan tugas
pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan institusi
yang memiliki fungsi untuk menjembatani pemegang saham (shareholder),
(stakeholder) dan dewan komisaris dengan kegiatan pengendalian yang
diselenggarakan oleh manajemen, auditor internal dan auditor eksternal.
Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris

24
Universitas Sumatera Utara

independen dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal
dari luar emiten atau perusahaan publik. Anggota komite audit yang
merupakan komisaris independen bertindak sebagai ketua komite audit.
Dalam hal komisaris independen yang menjadi anggota komite audit lebih
dari satu orang maka salah satunya bertindak sebagai ketua komite audit.
Keanggotaan komite audit harus memiliki integritas yang tinggi,
berpengalaman, pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami
laporan keuangan serta tidak mempunyai hubungan keluarga dan hubungan
usaha baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan
kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik agar tidak memihak dan
bersifat objektif dalam menangani suatu masalah.
Berdasarkan Kep- 643/BL/2012 dijelaskan tentang tugas dan
tanggung jawab serta wewenang komite audit sebagai berikut:
a. Tugas dan tanggung jawab komite audit
1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan emiten atau perusahaan publik kepada publik dan/atau
pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan
lainnya terkait dengan informasi keuangan emiten atau perusahaan
publik;
2) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan emiten
atau perusahaan publik;
3) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan
pendapat antara manajemen dan akuntan atas jasa yang
diberikannya;
4) Memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai
penunjukan akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang
lingkup penugasan, dan fee;
5) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaaan oleh auditor
internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh direksi atas
temuan auditor internal;

25
Universitas Sumatera Utara

6) Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen
risiko yang dilakukan oleh direksi, jika emiten atau perusahaan
publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah dewan
komisaris;
7) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan
pelaporan keuangan emiten atau perusahaan publik;
8) Menelaah dan memberikan saran kepada dewan komisaris terkait
dengan adanya potensi benturan kepentingan emiten atau
perusahaan publik.
b. Wewenang komite audit
1) Mengakses dokumen, data, dan informasi emiten atau perusahaan
publik tentang karyawan, dana, aset, dan sumber daya perusahaan
yang diperlukan;
2) Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk direksi dan
pihak yang menjalankan fungsi audit internal, manajemen risiko,
dan akuntan terkait tugas dan tanggung jawab komite audit;
3) Melibatkan pihak independen di luar anggota komite audit yang
diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika
diperlukan); dan
4) Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh dewan komisaris.
Komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan
ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam anggaran
dasar dan dituangkan dalam risalah rapat yang ditandatangani oleh seluruh
anggota komite audit yang hadir. Masa tugas anggota komite audit tidak
boleh lebih lama dari masa jabatan dewan komisaris sebagaimana diatur
dalam anggaran dasar dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu periode
berikutnya.

2.1.7 Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi

26
Universitas Sumatera Utara

Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham
untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham, manajemen wajib
mempertanggungjawabkan semua upaya yang dilakukan agar kontrak
dijalankan secara efisien. Tetapi dalam prakteknya kontrak yang efisien
jarang terlaksana, manajemen selaku agen memiliki informasi yang lebih
baik dan lebih banyak dibandingkan dengan principal karena principal
sangat jarang atau tidak pernah datang ke perusahaan. Pemisahaan
kepemilikan dan manajemenperusahaan dapat memberikan celah bagi
manajemen untuk melakukan tindakan oportunis sehingga menimbulkan
masalah agensi. Salah satu cara untuk mengurangi konflik akibat masalah
agensi adalah dengan pemberian kompensasi yang tepat bagi para manajer.
Kompensasi diartikan sebagai bentuk balas jasa perusahaan atas
pelaksanaan tugas yang diembankan kepada individu di dalam perusahaan.
Kompensasi menjadi hak yang harus diperoleh oleh individu karena mereka
secara sukarela telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
melaksanakan mandat organisasi (Habibi, 2012). Kompensasi dapat
memberikan insentif jangka panjang dengan menggunakan bentuk insentif
stock option maupun memberikan insentif jangka pendek dengan
menggunakan kompensasi dalam bentuk uang (Meilinda dan Cahyonowati,
2012). Paket kompensasi akan menyelaraskan tujuan pengelola perusahaan
dengan tujuan pemilik perusahaan, serta memotivasi pengelola dan
penasihat

perusahaan

untukmendorong

efisiensi

pembayaran

pajak

perusahaan oleh manajer dalam manajemen pajak sehingga menambah nilai

27
Universitas Sumatera Utara

perusahaan dan memberi manfaat kepada pemegang saham karena berkaitan
positif terhadap tingginya tingkat pengembalian kepada mereka.

2.1.8Tingkat Hutang
Dalam kaitan struktur modal, perusahaan dengan tingkat pajak yang
tinggi mempunyai hutang lebih tinggi dibanding perusahaan dengan tingkat
pajak yang rendah. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga
meningkatkan

kemungkinan

kesulitan-kesulitan

keuangan

atau

kebangkrutan. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan
bunga sehingga mengurangi free cash flowdan menurunkan insentif manajer
untuk berperilaku memuaskan diri sendiri sehingga dapat meningkatkan
nilai perusahaan. Tingkat hutang dapat diukur menggunakan debt to equity
ratio(DER), yangmerupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri,
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya . Semakin rendahdebt to
equity ratio(DER), maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya. Pada akhirnya peningkatan hutang akan
mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang
saham termasuk dividen yang akan diterima.

2.1.9Profitabilitas

28
Universitas Sumatera Utara

Rasio

profitabilitas

merupakan

rasio

yang

bertujuan

untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas
manajemen

dalam

melaksanakan

kegiatan

operasinya.

Efektifitas

manajemen dapat dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan
investasi perusahaan. Return on assets (ROA) merupakan rasio keuangan
yang banyak digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. ROA
mengukur

seberapa

besar

tingkat

kemampuan

perusahaan

dalam

menghasilkan laba atas aset yang dimilikinya (Darmadji dan Fakhruddin,
2007:200).
Return on assets (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total
aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan
laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika negatif menunjukkan total aktiva
yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi.

2.2

Penelitian Terdahulu
Minnick dan Noga (2012) meneliti mengenai karakteristik corporate

governance mempengaruhi manajemen pajak. Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa perusahaan yang lebih kecil akan lebih independen dewan pengurusnya,
manajemen yang tidak berkubu-kubu, dan pembayaran prestasi CEO dan direktur
mempengaruhi manajemen pajak. Minnick dan Noga menemukan hubungan
negatif antara peningkatan kompensasi dengan pembayaran pajak perusahaan.

29
Universitas Sumatera Utara

Irawan dan Aria (2012) meneliti tentang pengaruh penerapan mekanisme
corporate governance terhadap manajemen pajak serta kompensasi direksi dan
kepemilikan manajerial terhadap kebijakan pajak perusahaan. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa tingkat kompensasi kepada direksi dan penerapan corporate
governance mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pembayaran
pajak sedangkan kepemilikan direksi terhadap manajemen pajak berpengaruh
negatif dan signifikan.
Salbi (2012) meneliti mengenai persentase direktur independen dan
institusional investor terhadap perencanaan pajak. Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa antara corporate governance dan corporate tax rate(ETR) pada
perencanaan pajak mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan.
Meilinda dan Cahyonowati (2012) meneliti mengenai pengaruh corporate
governance terhadap manajemen pajak. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
jumlah dewan komisaris memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap GETR
dan CETR, persentase komisaris independen memiliki pengaruh negatif terhadap
GETR dan positif terhadap CETR, kompensasi memiliki pengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap GETR dan CETR. Ukuran perusahaan, kinerja
perusahaan dan hutang perusahaan memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap GETR dan CETR.
Habibi (2015) meneliti mengenai pengaruh karakteristik corporate
governancedan kompensasi komisaris serta direksi terhadap manajemen pajak.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa penerapan corporate governance
perusahaan dan tingkat hutang perusahaan mempengaruhi manajemen pajak

30
Universitas Sumatera Utara

secara signifikan. Sementara itu, jumlah dewan komisaris, persentase komisaris
independen, kompensasi, ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap manajemen pajak.Pada penelitian ini, proksi GAAP
ETR digunakan untuk menghitung pajak kini dan pajak tangguhan dalam
mengukur manajemen pajak.
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
.
1.

2.

3.

Peneliti
Minnick
dan
Noga
(2012)

Irawan
dan Aria
(2012)

Sabli
(2012)

Judul
Penelitian
Do
Corporate
Governance
Characteris
tics
Influence
Tax
Managemen
t?

Variabel
Penelitian
Variabel
independen :
Increase Pay
Performance
&
External
Governance
Variabel
dependen:
Tax
Management

Pengaruh
Kompensasi
Manajemen
dan
Corporate
Governance
Terhadap
Manajemen
Pajak
Perusahaan

Variabel
independen :
Kompensasi
Manajemen,
Kepemilikan
Saham
Direksi,
Good
Corporate
Governance

Tax
Planning
and

Variabel
dependen:
Manajemen
Pajak
Variabel
independen :
Persentase

Analisis
Penelitian
Multivaria
te
analysis,
Hensen
test
of
exogeneity

Hasil Penelitian

The
multivaria
te

Menemukan
pengaruh
negatif dan

Menemukan
hubungan
negatif
antara peningkatan
kompensasi dengan
pembayaran pajak
perusahaan.
Pemberian tingkat
kompensasi
yang
tinggi
akan
mendorong
manajemen
melakukan
manajemen pajak
Model
Menemukan
data panel hubungan
yang
melalui
positif
dan
signifikan
antara
regresi
random
corporate
effect
governance
dan
kompensasi dengan
CETR

yang
tidak

31
Universitas Sumatera Utara

Corporate
Governance
: Evidence
From
ShariahCompliant
Companies

4.

Meilinda
dan
Cahyono
wati
(2012)

Pengaruh
Corporate
Governance
Terhadap
Manajemen
Pajak

Direktur
Independen
&
Institusional
Investor
Variabel
dependen:
Perencanaan
pajak (ETR)
Variabel
independen :
Persentasi
Komisaris
Independen,
Jumlah
dewan
Komisaris&
Jumlah
Kompensasi

regression
models,
Univariate
tests

signifikan antara
Corporate
governance
dan
corporate effective
tax rate (ETR)

Multiple
regression
analysis

Jumlah komisaris,
ukuran perusahaan,
profitabilitas
dan
rasio
utang
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen
pajak.Sementara itu,
proporsi komisaris
independen,
kompensasi
komisaris
dan
direksi,
dan
perbedaan
tarif
pajak
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen
pajak
perusahaan.

Variabel
dependen:
Manajemen
Pajak

5.

Habibi
(2015)

Variabel
kontrol :
Ukuran
Perusahaan,
Kinerja
Perusahaan,
Tingkat
Utang
Perusahaan&
Beda
Tarif
Pajak
Pengaruh
Variabel
Analisis
karakteristik independen : regresi
Corporate
Jumlah
berganda
Governance Dewan
dan
Komisaris,
Kompensasi Persentase
Komisaris
Komisaris
Serta
Independen,
Direksi
Penerapan

Penerapan CG
perusahaan dan
tingkat hutang
perusahaan
mempengaruhi
manajemen pajak
secara signifikan.
Sementara itu,
jumlah dewan

32
Universitas Sumatera Utara

Terhadap
Manajemen
Pajak

Corporate
Governance
Perusahaan
&
Tingkat
Kompensasi
Komisaris
dan Direksi
Variabel
dependen:
Manajemen
Pajak

komisaris,
persentase komisaris
independen,
kompensasi, ukuran
perusahaan dan
profitabilitas tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
manajemen pajak.

Variabel
kontrol :
Ukuran
Perusahaan
,
Profitabilitas
danTingkat
Utang
Perusahaan
Sumber : Data diolah peneliti

2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian menjelaskan secara teoritis model

konseptual variabel-variabel penelitian serta bagaimana pertautan teori-teori yang
berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini
adalahdewan komisaris,komite audit danjumlah kompensasi dewan komisaris
serta dewan direksi. Dewan komisaris dan komite audit merupakan bagian dari
corporate governanve yang memiliki peranan yang penting dalam melakukan
pengawasan atas jalannya usaha perusahaan sehingga dapat mengurangi
manipulasi laporan keuangan, bahkan mencegah kecurangan-kecurangan lainnya

33
Universitas Sumatera Utara

yang dapat dilakukan oleh manajemen sebagai agen untuk memenuhi kepentingan
pribadinya. Paket kompensasi dewan komisaris dan dewan direksi bertujuan untuk
memotivasi pengelola dan penasihat perusahaan agar mendorong efisiensi
pembayaran pajak perusahaan oleh manajer sehingga menambah nilai perusahaan
dan memberi manfaat kepada pemegang saham terhadap tingginya tingkat
pengembalian kepada mereka. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
manajemen pajak. Manajemen pajak merupakan upaya melalui proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kewajiban dan hak mengenai
perpajakan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi sehingga dapat
meningkatkan laba atau penghasilan.
Peneliti menambahkan variabel kontrol di dalam penelitian ini untuk
memastikan bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
dikontrol atas karakteristik spesifik. Karakteristik spesifik perusahaan tersebut
adalah tingkat hutang dan profitabilitas. Tingkat hutang menggambarkan tingkat
ketergantungan

perusahaan

terhadap

utang

dalam

membiayai

kegiatan

operasinya.Rasio hutang dapat diukur dengan Debt to Equity Ratio(DER) yang
merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang dapat ditutupi oleh
modal sendiri. Profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam mengelola entitasnya secara efisien sehingga
mampu menghasilkan laba. Profitabilitas diukur denganReturn on Assets(ROA)
yang berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat kemampuan
perusahaan dalam hal pengembalian aset yang dimiliki berdasarkan kemampuan
menghasilkan laba perusahaan.

34
Universitas Sumatera Utara

Kerangka konseptual dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
H4

Dewan Komisaris
(X1)

Komite Audit
(X2)

H1

H2

Manajemen Pajak
(Y)

H3
Jumlah Kompensasi
Dewan Komisaris Serta
Dewan Direksi
(X3)
- Tingkat Hutang
- Profitabilitas
(Z)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.4

Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji

secara empiris. Proposisi merupakan uangkapan atau pernyataan yang dapat
dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk
yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena (Erlina, 2011:42).

35
Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Pajak
Dewan komisaris merupakan bagian penting yang menjadi dasar
terlaksananya konsep tata kelola perusahaan. Dewan komisaris merupakan
pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan karena dewan komisaris berada
pada posisi untuk memastikan bahwa manajemen telah benar-benar bekerja
demi kepentingan perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta
menjaga kepentingan para pemegang saham,yaitu untuk meningkatkan nilai
ekonomis perusahaan. Terlebih lagi, dewan komisaris memegang peranan
penting dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan
serta memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan kinerja
perusahaan sebagai bagian daripada pencapaian tujuan perusahaan.Meilinda
dan Cahyonowati (2012) menyatakan bahwa penambahan dewan komisaris
dalam perusahaan dapat mencegah perusahaan melakukan usaha agresif
dalam melakukan manajemen pajak, sehingga perusahaan lebih berhati-hati
dalam melakukan aktivitasnya terkait dengan aturan yang berkaitan dengan
pajak. Perusahaan yang berukuran besar dan memiliki struktur yang
kompleks akan maksimal kinerjanya apabila dewan komisaris semakin
banyak.
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Dewan komisaris berpengaruh secara parsial terhadap manajemen
pajak.

36
Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Pajak
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk membantu melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan pengelolaan
perusahaan. Komite Audit harus terdiri dari individu-indidvidu yang
mandiri, tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen dan yang
memiliki pengalaman untuk melasanakan fungsi pengawasan secara efektif.
Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa komite audit
bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit
eksternal, mengamati sistem pengendalian internal termasuk audit internal,
mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan kecurangan dan
tindakan melanggar hukum lainnya.Penelitian Minnick dan Noga (2010)
menemukan bahwa semakin baik corporate governance akan meningkatkan
manajemen pajak yang dilakukan perusahaan. Perusahaan yang memiliki
komite audit mempunyai kualitas laba yang lebih baik dibanding perusahaan
yang tidak memiliki komite audit. Jumlah laba yang diperoleh perusahaan
ditentukan oleh beban pajak perusahaan dimana efisiensi pajak yang
dilakukan dapat meningkatkan laba yang diperoleh.
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Komite audit berpengaruh secara parsial terhadap manajemen pajak.

37
Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Pengaruh Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan
Direksi Terhadap Manajemen Pajak
Perbedaan

kepentingan

antara

pemilik

dengan

manajemen

menimbulkan konflik di dalam perusahaan. Manajemen tidak akan
bertindak untuk kepentingan pemegang saham jika tidak bermanfaat bagi
mereka sendiri. Untuk menjembatani hal tersebut, pemilik umumnya
mengeluarkan biaya sebagai kompensasi terhadap manajemen agar
manajemen dapat lebih transparan dan lebih meningkatkan kinerjanya.
Peningkatan hasil kinerja manajemen tersebut pasti akan meningkatkan
kinerja perusahaan yang pada umumnya diukur melalui bottom-line
performance (kinerja laba) (Irawan dan Aria, 2012). Kinerja laba salah
satunya dipengaruhi oleh efisiensi pembayaran pajak perusahaan. Semakin
efisien pengelolaan pajak perusahaan maka diharapkan akan semakin tinggi
marjin laba yang dihasilkan perusahaan, dengan adanya kompensasi
terhadap manajemen diharapkan kinerja perusahaan melalui efisiensi
pembayaran pajak akan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Jumlah kompensasi dewan komisarisserta dewan direksi berpengaruh
secara parsial terhadap manajemen pajak.

38
Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah
Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap
Manajemen Pajak
Dewan komisaris dan komite audit merupakan bagian dari tata kelola
perusahaanyang dapat mendorong manajemen untuk mengelola perusahaan
lebih efektif dan efisien dalam menerapkan langkah-langkah yang tepat
demi kepentingan perusahaan sehingga menghasilkan marjin laba yang
lebih baik. Salah satu hal yang mempengaruhi marjin laba adalah
pengelolaan pajak yang efisien karena biaya terkait yang berhubungan
dengan usaha untuk meningkatkan bottom-line performance. Oleh
karenanya, dewan komisaris dan komite audit akan meningkatkan kinerja
perusahaan melalui pengelolaan pajak yang efisien (Irawan dan Aria, 2012).
Perusahaan dengan tata kelola yang baik akan memberikan
kompensasi kepada direksi atas kinerja yang telah dilakukan dan
menyelaraskan

kepentingan-kepentingan

pemilik

perusahaan

dengan

pengelola agar tidak menyebabkan konflik yang dapat merugikan
perusahaan. Jumlah kompensasi diharapkan dapat meningkatkan kinerja
manajemen sehingga dengan sendirinya kinerja perusahaan juga meningkat
dan mengefisienkan pembayaran pajak perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Dewan komisaris, komite audit dan jumlah kompensasi dewan
komisaris serta dewan direksi berpengaruh secara simultan terhadap
manajemen pajak.

39
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

21 91 114

Pengaruh dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit dalam pelaksaan corporate governance pada perusahaan yang listed di BEJ

2 11 96

Pengaruh good corporate governance : GCG terhadap kinerja keuangan perbankan syariah : studi kasus pada BANK umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia periode 2010-2013

0 24 0

Analisis pengaruh islamic corporate governance terhadap corporate social responsibility (Studi kasus pada Bank Syariah di Indonesia)

0 3 26

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 25 117

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16