Kearifan Lokal Sinandong Tradisi Lisan Melayu Tanjungbalai: Pendekatan Antropologi Sastra

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan atau kebiasaan khas yang
berbeda dengan suku lainnya. Menurut Sahril (2005:9), kekayaan budaya
mencakup sikap dan perilaku manusia dalam hidup dan kehidupannya untuk
pribadinya, keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Selain bentuk visual kekayaan
budaya diungkap pula dalam bahasa yang komunikatif dan puitis yang penuh
dengan keindahan baik yang sering dimanfaatkan memakai bentuk ungkapan,
pantun, syair, pepatah, prosa dan lainnya.
Masyarakat Melayu Sumatera Utara dikenal memiliki peradapan yang
tinggi dan budi bahasa yang halus. Ketinggian peradaban dan kehalusan budi
bahasa di antaranya tercermin di dalam karya-karya sastra tradisi lisannya. Karya
sastra lisan ini sebagai medium untuk menyampaikan nilai-nilai peradaban
Melayu. Salah satu karya sastra lisan orang Melayu adalah sinandong. Tentang
sinandong, Sahril (2005:9) mengatakan seperti berikut ini.
”Sinandong sebagai salah satu produk sastra lisan yang merupakan bagian
dari tradisi lisan orang Melayu, hidup di dalam masyarakat Melayu di
Tanjungbalai. Sinandong ini sesungguhnya berwawasan sangat luas.
Karya sastra lisan ini berfungsi sebagai medium untuk menyampaikan
nilai-nilai peradaban Melayu berupa pantun, mantra, dan sebagainya

yang dapat disenandungkan atau dinyanyikan. Melalui sinandong, orang
Melayu Tanjungbalai mengeluarkan rasa hati dan keluhan jiwa, seperti
dalam bentuk kasih sayang, cinta, rintihan, dan berbagai perasaan lainnya
yang diungkapkan dalam bahasa yang indah dan menarik. Sinandong
tercetus dalam perasaan duka, nasib malang, dan dalam kedukaan
lainnya.”
Sinandong disusun dengan kata-kata yang bertumpu pada larik, mengacu
pada pengucapan puisi lama. Materi sinandong merupakan bentuk pantun. Lirik-

Universitas Sumatera Utara

liriknya yang bebas melengkapi lekuk liku melodi yang menjadi ritme persajakan.
Teratur dan indah penuh dengan perasaan (Sahril, 2005:9). Seperti contoh berikut:
Oooooiiii... Batolurlah engkau Sinangin
Oooooiiii Batolurlah engkau sepanjang pantai
Oooooiiii Bahombuslah hai engkau angin
Oooooiiii Bahombuslah engkau angin
Supayo lokas kamilah sampai...
Berbicara masalah sinandong Erwany (2012:68), mengatakan sebagai
berikut:

”Kedudukan dan fungsi sinandong dalam dekade terakhir semakin
tergeser akibat kemajuan teknologi informasi, sistem budaya, sistem
sosial, dan sistem politik yang berkembang saat ini. Apalagi dalam
kondisi masyarakat Indonesia yang sedang membangun. Berbagai bentuk
kebudayaan lama termasuk sinandong, bukan mustahil akan terabaikan di
tengah-tengah kesibukan pembangunan dan pembaharuan yang makin
meningkat, sehingga dikhawatirkan senandung yang penuh dengan nilainilai, norma-norma, dan adat istiadat, lama kelamaan akan hilang tanpa
bekas”
Tradisi lisan sinandong ini sudah kehilangan pendukungnya karena orang
sudah sangat jarang menggunakan tradisi ini. Tradisi bersinandong saat ini hanya
dipakai pada upacara malam berinai dalam upacara adat perkawinan Melayu dan
sebagai hiburan dalam upacara pesta kerang serta mengayunkan anak. Oleh
karena itulah peneliti merasa tertarik untuk mengangkat senandung ini sebagai
bahan penelitian agar masyarakat dapat mengenalnya lebih jauh. Peneliti yang
masih memiliki darah Melayu merasa terpanggil untuk meneliti agar tidak punah
dan tidak hilang sinandong ditelan arus zaman yang semakin maju ini.
Mengingat kedudukan dan peranan sinandong yang cukup penting sebagai
aset budaya, maka penelitian mengenai sinandong perlu dilakukan sesegera
mungkin. Terlebih lagi bila diingat senantiasa terjadi perubahan dalam
masyarakat, seperti adanya kemajuan-kemajuan dalam bidang IPTEK yang dapat


Universitas Sumatera Utara

menyebabkan hilangnya sinandong. Dengan adanya penelitian sinandong berarti
melakukan penyelamatan sinandong dari kepunahan, yang dengan sendirinya
merupakan usaha pewarisan nilai budaya suatu suku atau bangsa.
Salah satu aspek kebudayaan yang menarik minat para pemerhati
antropologi sastra adalah kearifan lokal. Sutrisno (Sinar, 2011:167) mengatakan
hampir dipastikan terdapat karya-karya sastra dan tradisi lisan yang dapat
digunakan sebagai penyadaran terhadap generasi muda. Untuk itulah sosialisasi
tentang kearifan lokal kepada masyarakat perlu dilakukan sehingga transformasi
budaya ini dijadikan suatu gerakan nasional.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu generasi sekarang dan
masa yang akan datang memperoleh gambaran tentang kehidupan masa lampau
para leluhur mereka dan memberikan apresiasi sepatutnya terhadap hasil karya
mereka. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian
terhadap sinandong ini. Terlebih lagi, mereka mengetahui bahwa sinandong ini
mengandung kearifan lokal. Penelitian ini memfokuskan pada kajian antropologi
sastra dan kearifan lokal. Kajian antropologi sastra akan membantu penikmat
memahami isi senandung dan landasan berpijak bagi peneliti untuk menganalisis

kearifan lokal dalam senandung.
1.2 Batasan Masalah
Batasan penelitian ini dibatasi pada kearifan lokal yang terdapat dalam
sinandong tradisi lisan Melayu Tanjungbalai. Batasan ini dibuat agar peneliti lebih
terfokus dan terarah kepada masalah tersebut sehingga tidak terjadi pembahasan
yang terlalu luas.

Universitas Sumatera Utara

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini adalah
bagaimanakah kearifan lokal dalam sinandong masyarakat Melayu Tanjungbalai?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1.4.1 Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menginventariskan kearifan
lokal yang terdapat dalam masyarakat Melayu Tanjungbalai yang tercermin dalam
sinandong. Temuan penting yang diupayakan untuk dicapai adalah bahan
pembelajaran sastra yang berbasis kearifan lokal. Diharapkan juga kepada

pemerintah setempat untuk memanfaatkan penelitian ini sebagai muatan lokal
yang dapat diajarkan kepada peserta didik dalam rangka merevitalisasi sinandong
tersebut.
1.4.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan pada uraian di atas, maka tujuan penelitian secara khusus
adalah mendeskripsikan kearifan lokal yang terdapat dalam sinandong tradisi lisan
Melayu Tanjungbalai.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yakni manfaat teoretis
dan manfaat praktis.

Universitas Sumatera Utara

1.5.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, temuan penelitian diharapkan bermanfaat untuk:
1) Memperkaya khasanah penerapan antropologi sastra dalam kajian kearifan
lokal sinandong tradisi lisan Melayu Tanjungbalai.
2) Dapat dijadikan sumber acuan penelitian kearifan lokal sinandong tradisi
lisan Melayu Tanjungbalai.
1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, temuan penelitian ini bermanfaat untuk:
1) Memberi informasi tentang kearifan lokal sinandong tradisi lisan
masyarakat Melayu Tanjungbalai.
2) Karya sastra sebagai salah satu produk budaya juga sangat berperan dalam
membentuk kepribadian masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini
diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia khususnya
kabupaten kota terkait untuk mengambil kebijakan dalam bidang
kebudayaan.
3) Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh pemerintah kabupaten kota
untuk dijadikan sebagai upaya pelestarian budaya daerah.

Universitas Sumatera Utara