Pengaruh Country of Origin dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Beli (Survei Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uninversitas Sumatra Utara Pengguna Smartphone Xiaomi)

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Country of Origin
2.1.1 Pengertian Country of Origin
Majunya perkembangan teknologi dan pentingnya keberadaan internet saat
ini, telah membuat kebutuhan masyarakat akan suatu produk semakin meningkat.
Hal ini juga membuat peningkatan jumlah produksi dan pemasaran produk
meningkat. Peningkatan jumlah produksi dan pemasaran ini memberikan peluang
yang besar bagi perusahaan untuk memasuki pasar-pasar baru demi meningkatkan
laba dan penjualan. Pasar baru tersebut adalah pasar luar negeri.
Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam memasuki pasar
luar negeri, salah satunya adalah dengan cara mengekspor ke pasar luar negeri.
Kebanyakan perusahaan memulai keterlibatannya dalam bisnis luar negeri dengan
mengekspor, yaitu menjual beberapa produksi reguler mereka di luar negeri (Ball
dkk, 2005:110). Mengekspor merupakan cara yang paling bagus untuk
memperoleh rasa berbisnis internasional tanpa meningkatkan suatu sumber daya
manusia atau keuangan dalam jumlah besar. Ekspor dapat bersifat langsung
maupun tidak langsung.
Dengan ekspor langsung, perusahaan dapat menjual kepada konsumen di
negara berbeda (Cateora dan Graham, 2005:19). Ekspor langsung merupakan

pendekatan paling umum yang digunakan perusahaan yang mengawali langkah
internasional mereka karena risiko kerugian dapat diminimalisir. Sedangkan,
ekspor tidak langsung berarti perusahaan menjual kepada pembeli dari negara
asal, kemudian mengekspornya kembali.
6

Universitas Sumatera Utara

7

Sebelum melakukan ekspor, setiap perusahaan perlu mencantumkan merek
sebagai pengenal dan pembeda dari produk tersebut dengan produk sejenis
lainnya yang ada dipasaran.Selain sebagai identitas produk, merek juga menjadi
identitas daripada negara pembuat atau pemasar produk tersebut agar dikenal di
pasar global.
Ketika produk yang dipasarkan memiliki kualitas yang baik, maka
konsumen akan langsung mengenali merek serta mengenali negara asal (country
of origin) pembuat produk tersebut. Sehingga konsumen pun berasumsi bahwa
produk dari negara tersebut memiliki kualitas yang baik. Hal inilah yang dapat
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk dan

mengaitkannya dengan negara asalnya (country of origin).
Istilah Country of Origin dinyatakan dengan label ‘made in’. Label ‘made
in’ ini digunakan di setiap produk yang akan dipasarkan secara global sebagai
tanda bahwa produk tersebut dibuat dan diproduksi oleh negara yang
bersangkutan. Semakin bagus citra negara, semakin penting label ‘made in’ harus
ditampilkan.
Menurut Kotler dan Keller (2009:338) Country of Origin adalah asosiasi dan
kepercayaan mental yang dipicu oleh sebuah negara. Semakin baik mutu produk
yang dihasilkan oleh sebuah negara, maka semakin bagus pula persepsi konsumen
terhadap seluruh produk negara tersebut. Hal ini akan membuat tingkat
kepercayaan konsumen terhadap produk negara tersebut semakin tinggi.
Sebaliknya, jika perusahaan menghasilkan sebuah produk yang tidak memiliki
citra yang menguntungkan untuk produk tersebut, perusahaan mungkin akan
susah untuk memasarkan produknya.

Universitas Sumatera Utara

8

2.1.2 Perspektif Country of Origin Dalam Pemasaran

Di beberapa segmen pasar, produk asing mempunyai keunggulan yang
cukup besar dibandingkan produk domestik hanya karena produk tersebut buatan
luar negeri (Keegan, 2008:91). Seperti pada penelitian di Amerika Serikat
mengenai produk bir. Saat dilakukan blind test untuk merasakan bir domestik dan
impor, subjek lebih menyukai bir domestik. Namun ketika dilakukan test terbuka,
subjek lebih memilih bir impor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produk luar
negeri mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi tentang mutu.
Konsumen di Indonesia juga menjadikan negara asal sebagai salah satu
evaluasi dalam memilih produk. Konsumen Indonesia dikenal sebagai konsumen
yang menyukai produk impor (Sangadji dan Sopiah, 2013:132). Mereka
menganggap produk impor sebagai produk yang lebih berkualitas dibanding
produk lokal. Produk yang berasal dari negara-negara maju seperti Amerika dan
Jepang sangat digemari oleh konsumen Indonesia.
Selain itu, masyarakat masih memiliki pandangan terhadap gengsi atau
prestige. Masyarakat percaya bahwa jika menggunakan produk asing, mereka
dianggap memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi. Dalam salah satu studi,
konsumen Cina di Hong Kong menganggap produk AS sebagai produk yang
bergengsi dan produk Cina sebagai produk yang murah (Kotler dan Keller,
2009:339). Oleh karena itu, konsumen di Cina lebih memilih produk AS yang
lebih bergengsi daripada produk dari negaranya sendiri.

Selain dari negara, citra perusahaan dan gengsi atau prestige, jenis produk
juga dapat memengaruhi apakah negara asal akan memicu reaksi positif atau
negatif terhadap produk tersebut. Konsumen cenderung memiliki stereotip tentang

Universitas Sumatera Utara

9

produk dan negara yang telah terbentuk dari pengalaman, rumor, dan mitos
(Cateora dan Graham, 2007:71). Sebagai contoh, konsumen biasanya memiliki
stereotip yang luas namun kurang jelas mengenai negara dan kategori produk
tertentu yang dinilai sebagai yang terbaik.
Negara juga bisa distereotipkan berdasarkan industrialisasinya (Cateora dan
Graham, 2007:72). Stereotip ini lebih kepada persepsi atas kualitas produk yang
diproduksi negara tersebut. Negara-negara industri memiliki citra kualitas tinggi
dibandingkan produk dari negara berkembang. Di Rusia contohnya, produsen
elektronik dari Korea Selatan sulit meyakinkan orang Rusia bahwa produk mereka
sama baiknya dengan produk Jepang. Hal ini dikarenakan, negara Jepang awalnya
sudah terkenal dengan industri elektroniknya yang berkualitas tinggi, sehingga
orang Rusia masih mencurigai produk Korea Selatan.

Menurut Hsieh et al. (Setianingsih, 2016:17-18) pada dasarnya, citra negara
dalam perspektif pemasaran dapat didefinisikan pada tiga tingkat, yaitu :
1) Overall country image (citra negara keseluruhan)
Merupakan keseluruhan kepercayaan, ide dan kesan dari suatu negara tertentu
sebagai hasil evaluasi konsumen atas persepsinya tentang kelebihan dan
kelemahan negara tersebut.
2) Aggregate product country image (citra negara asal produk keseluruhan)
Merupakan keseluruhan perasaan kognitif yang diasosiasikan dengan produk
dari negara tertentu atau kesan terhadap keseluruhan kualitas produk yang
berasal dari suatu negara tertentu.
3) Specific product country image (citra negara asal dilihat pada kategori produk
tertentu)

Universitas Sumatera Utara

10

Merupakan keseluruhan perasaan kognitif yang diasosiasikan dengan
spesifikasi produk dari negara tertentu.
2.1.3 Indikator-indikator Country Of Origin

Berdasarkan penjelasan mengenai Country of Origin di atas, ada 5 hal yang
menjadi indikator dari Country of Origin suatu produk, yaitu:
1. Tingkat kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi dari negara asal dalam menghasilkan produk menetukan.
Dalam

Cateora

dan

Graham

(2007:85)

pendekatan

penting

dalam


pengelompokan negara dalam hal permintaan pasar adalah kemampuan
mereka untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari teknologi,
khususnya saat ini banyak negara menggunakan teknologi sebagai pengungkit
ekonomi untuk melompati sejumlah tahap perkembangan eknomi dalam
waktu sigkat. Kemampuan untuk mengembangkan teknologi informasi
mutakhir dan mengambil manfaat dari aplikasinya adalah faktor penting dalam
persaingan internasional antar manejer, negara, dan perusahaan.
2. Jenis produk
Negara asal dikenal karena keandalannya dalam menghasilkan produk
tertentu. Seiring dengan semakin dipenuhinya lantai produksi dengan robot
dansistem kontrol digital, proses produksi produk semakin berorientasi pada
ilmu pengetahuan dan akses terhadap tenaga kerja dan bahan mentah yang
murah menjadi tidak terlalu penting dalam menghasilkan berbagai macam
output barang (Cateora dan Graham, 2007:85).

Universitas Sumatera Utara

11

3. Prestige atau gengsi

Prestige menjadi sebuah masalah yang bersifat relatif. Dikatakan demikian
karena hal tersebut harus dikaitkan dengan kerhomatan atau wibawa yang
didapatkan seseorang karena kemampuan memiliki berbagai macam hal
terkait dengan kekayaan ataupun barang.
4. Kualitas produk
Negara asal dikenal karena menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
Bukan hanya teknologi yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi namun
bagi banyak produk mutu yang kompetitif juga menjadi penentu pada pasar
global saat ini. Menurut Cateora dan Graham (2007:85) bahwa produk
dipengaruhi oleh sistem kontrol digital yang berorientasi terhadap ilmu
pengetahuan dalam menghasilkan keberagaman produk.
5. Citra negara asal
Menurut Infantyasning (2001:9) citra negara asal produk merupakan persepsi
konsumen terhadap semua produk yang dihasilkan oleh suatu negara. Persepsi
tersebut dapat berupa inovatif produk, prestige produk dan keandalan produk.
2.2 Persepsi Kualitas
Ries dan Trout (Prasetijo, 2005: 76) mengatakan bahwa pemasaran adalah
peperangan antara produsen untuk memperebutkan persepsi konsumen. Persepsi
konsumen sangatlah berpengaruh dalam mempengaruhi perilaku beli konsumen.
Demikian pentingnya persepsi di benak konsumen, sehingga bermacam-macam

strategi dirancang sehingga produknya menjadi nomor satu di benak konsumen.

Universitas Sumatera Utara

12

2.2.1 Pengertian dan Konsep Persepsi
Engel, Blackwell dan Miniard mengutip pendapat William McGuire
(Sumarwan, 2002: 69) yang menyatakan bahwa ada lima tahap pengolahan
informasi, yaitu:
1. Pemaparan (exposure)
Pemaparan stimulus yang meyebabkan konsumen menyadari stimulus, yang
menyebabkan konsumen menyadari stimulus tersebut melalui pancainderanya.
2. Perhatian (attention)
Kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen terhadap stimulus yang
masuk.
3. Pemahaman (comprehension)
Interpretasi terhadap makna stimulus.
4. Penerimaan (acceptance)
Dampak persuasive stimulus kepada konsumen.

5. Retensi (retention)
Dampak persuasif stimulus dan persuasi ke ingatan jangka panjang (long-term
memory).
Mowen (Sumarwan, 2002:70) menyebut tahap pemaparan, perhatian dan
pemahaman sebagai persepsi. Persepsi ini bersama keterlibatan konsumen dan
memori akan mempengaruhi pengolahan informasi.
Solomon (Prasetijo, 2005: 76) mendefinisi persepsi sebagai proses dimana
sensasi yang diterima oleh sesseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan
akhirnya diinterpretasikan. Sensasi tersebut didapat melalui panca indera, yaitu

Universitas Sumatera Utara

13

mata, telinga, hidung, mulut dan kulit. Sensasi yang diterima oleh sistem motorik
ini disebut juga stimulus.
Adapun gambaran proses persepsi yang digambarkan oleh Solomon (Prasetijo,
2005: 77) adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Proses Persepsi (Solomon, 1999)

Input Sensorik

Penerima Stimulus

Penglihatan

Mata

Bunyi

Telinga

Bau

Hidung

Rasa

Mulut/Lidah

Raba

Kulit

Eksposur

Perhatian

Interpretasi
(Makna)

Sumber: Prasetijo, 2005
Berdasarkan gambar di atas, input sensorik yang diterima manusia
diolah/diinterpretasikan menjadi persepsi. Seperti iklan di televisi misalnya.
Walaupun orang-orang tidak bisa membaui, merasakan ataupun meraba produk
yang diiklankan, orang-orang masih bisa melihat dan mendengarkan pesan apa
yang ingin disampaikan oleh perusahaan produk tersebut. Sehingga pesan dari
iklan tersebut akan tertanam di benak si pemirsa.
Dari penjelasan mengenai proses persepsi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa stimulus memiliki peranan penting dalam membangun sebuah persepsi.
Pada dinamika persepsi, stimulus mana yang akan diseleksi oleh seorang individu
tergantung pada (Prasetijo,2005: 77-79).

Universitas Sumatera Utara

14

1. Sifat-sifat stimulus
Stimulus pemasaran termasuk ciri-ciri produk, atribut-atributnya, rancangan
kemasan, nama merek, iklan, dan posisi iklan atau waktu tayangnya serta
lingkungan editorialnya.
2. Ekspektasi (harapan) konsumen
Harapan ini dibentuk dari pengalaman sebelumnya dari informasi yang
diperoleh dari media masa dan dari apa yang dilihat, didengar, dan diraba saat
itu.
3. Motif
Motif adalah alasan apa yang mendorong seseorang untuk memenuhi
kebutuhan ataupun keinginannya.
2.2.2 Pengertian dan Dimensi Persepsi Kualitas
Persepsi Kualitas didefinisikan sebagai penilaian atau persepsi konsumen
terhadap kualitas dan keunggulan suatu merek, baik pada produk maupun jasa
(Arnila, 2016: 20). Dengan kata lain, persepsi kualitas adalah pandangan ataupun
anggapan konsumen terhadap kualitas daripada produk dan jasa sesuai dengan apa
yang diharapkan. Konsumen menentukan kualitas suatu produk berdasarkan pada
berbagai macam isyarat informasi yang dihubungkan dengan produk tersebut
(Prasetijo,2005: 81). Adapun isyarat informasi tersebut antara lain:
1. Isyarat intrinsik
Isyarat yang dapat diterima panca indera dan bersifat objektif seperti ukuran,
warna, rasa, atau aroma. Contoh, konsumen mencari informasi mengenai
bentuk atau ciri-ciri fisik daripada produk.

Universitas Sumatera Utara

15

2. Isyarat ekstrinsik
Isyarat yang bersifat eksternal (luar) produk seperti harga, citra toko, atau citra
produsennya. Contoh, konsumen mencari informasi mengenai segala sesuatu
yang berhubungan diluar dari produk seperti dari negara mana produk tersebut
berasal (Country of Origin), citra negara (Country Image), citra merek daripada
produk, dan harga produk.
Untuk harga, biasanya konsumen meyakini bahwa produk dengan harga
yang tinggi biasanya memiliki kualitas yang baik daripada produk dengan harga
yang rendah. Begitu juga dengan negara asal (Country of Origin) dan citra negara
(Country Image). Konsumen meyakini bahwa produk asing memiliki kualitas
yang lebih baik daripada produk domestik. Hal ini dikarenakan konsumen
beranggapan bahwa teknologi dan sumber daya yang digunakan oleh negara lain
dalam menghasilkan produk lebih canggih dan lebih maju.
2.2.3 Indikator-indikator Persepsi Kualitas
Garvin (Rafida & Saino, 2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa
dimensi yang mendasari penilaian persepsi kualitas terhadap produk barang, yaitu:
1. Performance (Kinerja)
Kinerja berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang
tersebut. Dalam hal ini, yang dilihat adalah fungsi produk dan kemudahan
dalam penggunaan.

Universitas Sumatera Utara

16

2. Feature (Fitur)
Layanan atau fungsi-fungsi tambahan yang menarik perhatian konsumen.
Dalam hal ini bisa berupa fitur tambahan yang berupa bentuk fisik yang bias
dilihat ataupun yang tidak dapat terlihat.
3. Reliability (Keandalan)
Keunggulan produk yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, kemampuan produk
yang lebih unggul dari produk lainnya.
4. Conformance quality (Kesesuaian dengan spesifikasi)
Kesesuaian antara produk dengan spesifikasi yang ditawarkan.
5. Durability (Ketahanan)
Daya tahan produk selama digunakan.
6. Serviceability (Pelayanan)
Kemudahan layanan terhadap produk ketika dibutuhkan. Hal ini berkaitan erat
dengan layanan purna jual yang disediakan oleh produsen seperti ketersediaan
komponen dan kemudahan perbaikan jika rusak.
7. Estetica (Keindahan)
Daya tarik produk dari segi bentuk, model, dan warna.
2.3 Minat Beli
2.3.1 Pengertian Minat Beli
Dalam pemasaran produk, seorang pemasar perlu memahami konsumen,
mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana ia mengambil
keputusan (Sumarwan, 2002:24). Pemahaman yang mendalam mengenai
konsumen

akan

memungkinkan

pemasardapat

mempengaruhi

keputusan

konsumen, sehingga mau membeli apa yang ditawarkan oleh pemasar. Sebelum

Universitas Sumatera Utara

17

melakukan keputusan pembelian, konsumen terlebih dahulu akan memunculkan
Minat Beli.
Minat beli merupakan keinginan terpendam yang ada dalam diri seorang
konsumen dan tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sebenarnya ada di benak
konsumen. Untuk itu bagian pemasaran produk harus mengenali produk seperti
apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.
Assael mendefinisikan minat beli merupakan periaku yang muncul sebaga
respon terhadap obyek, atau juga minat pembelian yang menunjukkan keinginan
pelanggan untuk melakukan pembelian (Rahmadhany, 2011: 41). Berdasarkan
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Minat Beli adalah pernyataan dengan
maksud untuk menimbulkan keinginan untuk membeli dan dapat berakhir dengan
keputusan pembelian. Namun sebelum menimbulkan keinginan untuk membeli,
konsumen perlu mengetahui atau mengenali terlebih dulu apa yang menjadi
kebutuhannya.
Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu
permasalahan berupa keiginan yang saat itu muncul namun pada kenyataannya
keinginan tersebut belum bisa dipenuhi (Dwiastuti, dkk, 2012:132). Kebutuhan
harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum ia bisa dikenali. Menurut Engel,
Blackwell dan Miniard (Sumarwan, 2002:294) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengaktifan kebutuhan, yaitu:
1. Waktu
Berlalunya waktu akan meyebabkan teraktifkannya kebutuhan fisiologis
seseorang. Waktu juga akan mendorong pengenalan kebutuhan lain yang
diinginkan oleh seorang konsumen.

Universitas Sumatera Utara

18

2. Perubahan Situasi
Perubahan situasi akan mengaktifkan kebutuhan. Konsumen yang masih
bujangan akan menghabiskan penghasilannya untuk hiburan. Jika sudah
menikah, maka ia akan mengenali kebutuhan yang lain.
3. Pemilikan Produk
Memiliki sebuah produk seringkali mengaktifkan kebutuhan yang lain, seperti
membeli mobil. Saat membeli mobil, kita juga memerlukan bahan bakar.
4. Konsumsi Produk
Jika buah-buahan yang tersedia di kulkas habis, maka ia akan memicu
konsumen untuk membeli lagi buah-buahan untuk kebutuhan konsumsinya.
5. Perbedaan Individu
Ada konsumen yang membeli mobil baru karena mobil lamanya tidak
berfungsi. Namun ada juga yang membeli mobil baru karena ingin trendi.
6. Pengaruh Pemasaran
Pengiklanan produk akan mempengaruhi konsumen untuk menyadari
kebutuhannya. Produk yang dikomunikasikan dengan menarik akan memicu
seorang konsumen untuk menyadari akan kebutuhannya dan merasakan bahwa
produk tersebutlah yang bias memenuhi kebutuhannya.
Setelah pengenalan kebutuhan, konsumen biasanya akan langsung melakukan
pencarian informasi.Pencarian informasi ini dilakukan ketika konsumen
mengetahui bahwa pemenuhan kebutuhan tersebut bisa didapatkan dengan cara
melakukan pembelian atau mengkonsumsi suatu produk (Dwiastuti, dkk, 2012:
132). Pencarian informasi ini bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu:

Universitas Sumatera Utara

19

1) Pencarian internal
Pencarian internal yang dilakukan adalah pencarian informasi yang tersimpan
di dalam ingatannya (Sumarwan, 2002:296). Informasi yang dicari meliputi
berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan masalahnya atau
memenuhi kebutuhannya. Langkah pertama pencariannya adalah dengan
mengingat semua produk dan merek.
2) Pencarian eksternal
Pencarian eksternal adalah proses pencarian informasi mengenai berbagai
produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan
konsumen (Sumarwan, 2002:297). Konsumen akan bertanya kepada teman,
saudara atautenaga penjual.
Setelah pencarian informasi, konsumen pun akan memasuki tahap evaluasi
alternatif. Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan
merek, dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen (Sumarwan,
2002:301). Evaluasi alternatif muncul karena banyaknya alternative pilihan. Ada
tiga hal yang menjadi kriteria evaluasi yaitu, harga, merek dan asal negara.
Hasil akhir dari proses evaluasi alternatif adalah pembentukan sikap umum
terhadap masing-masing alternatif sehingga memunculkan Minat Beli konsumen.
Dalam memunculkan Minat Beli konsumen hingga berakhir dengan keputusan
pembelian, calon pembeli harus melalui pengidentifikasian tingkatan mental
(mental stage) (Abdullah, 2013:124). Adapun tingkatan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Punya perhatian (attention) terlebih dahulu.
Keaktifan pikiran calon pembeli dalam menimbulkan rasa ingin beli.

Universitas Sumatera Utara

20

2. Timbulnya minat (interest) terhadap produk.
Minat yang timbul pada calon pembeli terhadap produk yang ditawarkan.
3. Adanya keinginan (desire) untuk memiliki atau mencoba produk.
Keinginan calon pembeli untuk memiliki produk tersebut.
4. Terjadinya tindakan (action) transaksi yang didukung dengan kemampuan
dana yang dimiliki calon pembeli.
2.3.2 Indikator-indikator Minat Beli
Menurut Ferdinand (Setianingsih, 2016:25), minat beli dapat diidentifikasi
melalui indikator-indikator berikut:
1. Minat Transaksional
Kecenderungan seseorang untuk membeli produk setelah mendapatkan
informasi mengenai produk yang ditawarkan. Minat ini timbul dikarenakan
adanya kebtuhan dan keinginan serta promosi yang dilakukan oleh produsen.
2. Minat Referensial
Kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
Minat ini muncul karena adanya kepuasan setelah pembelian dan keinginan
untu
3. Minat Preferensial
Minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi/
ketertarikan utama pada produk tersebut. Preferensi terjadi jika si pembeli
memiliki ketertarikan yang kuat dengan produk tersebut.
4. Minat Eksploratif
Minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi
mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung

Universitas Sumatera Utara

21

sifat-sifat positif dari produk tersebut. Informasi didapat melalui pencarian
secara pribadi maupun melalui orang lain
2.4 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir akan menjelaskan secara teoritis keterkaitan antara variabel
bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) (Supranto, 2004:30). Dalam
hal ini menjelaskan mengenai keterkaitan antara Country of Origin sebagai
variabel independen serta Persepsi Kualitas dan Minat Beli sebagai variabel
dependen yang digambarkan seperti dibawah ini:
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Berpikir

Country of
Origin (X1)

H1

H3

Persepsi
Kualitas (X2)

Minat Beli
(Y)

H2

Bagan di atas menggambarkan variabel independen yang terdiri dari Country
of Origin (X1) dan Persepsi Kualitas (X2) akan mempengaruhi variabel dependen
yaitu Minat Beli (Y) baik secara parsial maupun simultan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan perbandingan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Wahyuni Setianingsih (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Country Of Origin, Brand Image, dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Beli

Universitas Sumatera Utara

22

Oppo Smartphone Studi Kasus pada Mahasiswa Strata Satu Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta” dengan menggunakan metode kuantitatif.
Pada penelitian tersebut, didapatlah hasil bahwa:
a) Country of Origin tidak berpengaruh terhadap minat beli dengan nilai
regresi sebesar 0,122 dan tingkat signifikansinya 0,080.
b) Brand image berpengaruh positif terhadap minat beli dengan nilai regresi
sebesar 0,382 dan tingkat signifikansinya 0,000.
c) Persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap minat beli dengan nilai
regresi sebesar 0,071 dan tingkat signifikansinya 0,260.
d) Country of Origin, brand image, dan persepsi kualitas berpengaruh positif
terhadap minat beli dengan tingkat signifikansinya 0,000, kurang dari 0,05
(p

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa Telkomsel Flash Terhadap Tingkat Kepuasan Pelanggan di Kalangan Mahasiswa/I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

1 65 106

ANALISIS MINAT BELI DAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PRODUK MOBIL BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR COUNTRY OF ORIGIN ANALISIS MINAT BELI DAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PRODUK MOBIL BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR COUNTRY OF ORIGIN.

0 4 16

PENGARUH COUNTRY OF ORIGIN, BRAND IMAGE, DAN PERSEPSI KUALITAS TERHADAP MINAT BELI OPPO SMARTPHONE Studi Kasus Pada Mahasiswa Strata Satu Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

3 21 124

28518 ID pentingnya motivasi dan minat terhadap manajemen kinerja guru dalam pelaksanaan

0 0 11

Pengaruh Country of Origin dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Beli (Survei Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uninversitas Sumatra Utara Pengguna Smartphone Xiaomi)

1 12 3

Pengaruh Country of Origin dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Beli (Survei Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uninversitas Sumatra Utara Pengguna Smartphone Xiaomi)

0 0 5

Pengaruh Country of Origin dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Beli (Survei Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uninversitas Sumatra Utara Pengguna Smartphone Xiaomi)

0 0 2

Pengaruh Country of Origin dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Beli (Survei Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uninversitas Sumatra Utara Pengguna Smartphone Xiaomi)

0 0 14

Pengaruh Kepuasan Pelanggan, Harga Dan Kepercayaan Merek Terhadap Minat Beli Ulang Produk Bear Brand (Studi Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 1 12

Pengaruh Perceived Quality Dan Country Of Origin Effect Terhadap Niat Beli Xiaomi Smartphone

0 0 10